Anda di halaman 1dari 106

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. A


G7P3A3 USIA 35 TAHUN HAMIL 32 MINGGU
DI UGD RUMAH SAKIT MEKAR SARI
BEKASI TAHUN 2021

OLEH :
PINASTI SANTUN SARASWATI
NIM : 210703041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. A
G7P3A3 USIA 35 TAHUN HAMIL 32 MINGGU
DI UGD RUMAH SAKIT MEKAR SARI
BEKASI TAHUN 2021

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing I

MARIYANI, M.Keb
NIDN : 00-2704-7509

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Yang
Berjudul Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.A G7P3A3 Usia 35 Tahun Hamil 32
Minggu Di UGD RS. Mekar SarI Tahun 2021”. Dalam Penyusunan Laporan Ini, Penulis
Banyak Mendapatkan Dukungan Dari Berbagai pihak, baik secara moril maupun materil.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Bidan Ipah Farida, Amd.Kep KA. Unit UGD RS. Mekar Sari yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk pengambilan data.
4. Ibu Maryani, M.Keb Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan- perbaikan
untuk ke sempurnaan laporan penulis.
5. Ibu ----------- sebagai Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan,
dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk
kesempurnaan laporan penulis.
6. Kedua Orangtua tercinta, Suami, Adik-adikku tersayang serta keluarga besar yang
selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta
selalu memberi semangat kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada
kita semua.

Bekasi, 01 November 2021

Penulis

II
RS. MEKAR SARI
Jl. Mekar Sari No. 1
Kel. Bekasi Jaya Kec. Bekasi Timur
Kota Bekasi - 17112
021-8802641

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Ny. Ariyanti
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 10 Agustus 1986
Alamat : Kp. Karang Congok Rt. 03 Rw. 01 - Bekasi Utara

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur


pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan
dari operator/petugas kesehatan yang berwenang difasilitas kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bekasi, 01 November 2021


Pemeriksa Pembuat pernyataan

(Pinasti Santun Saraswati) (Ariyanti)

III
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS .......................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Persalinan .......................................................................................... 4
1. Definisi Persalinan………………..…………………………………... 4
2. Macam - Macam Persalinan…………………………………………. 5
3. Sebab Mulainya Persalina…………………………………………... 6
4. Tanda Persalina...…………………………………………………….. 7
5. Factor yang Mempengaruhi Persalinan...………………………….. 8
6. Tahapan Persalinan…………………………………………………...11
7. Mekanisme Persalinan…………………………………………….. 24
B. Persalinan Preterm………………………………………………………. 25
1. Definisi Persalinan Preterm………………………………………….. 25
2. Masalah Persalinan Preterm………………………………………… 26
3. Etiologi dan Fakyor Prediposisi Persalinan Peter………………… 27
4. Faktor Resiko Persalinan Preterm………………………………….. 28
5. Patofisiologi …………………………………………………………… 35
6. Tandadan Gejala dan Diagnisis Persalinan Preterm…………….. 37
7. Penatalaksanaan Persalinan Preterm……………………………… 37
8. Pencegahan Persalinan Preterm……………………………………. 43
9. Bagan Penanganan Persalinan Preterm…………………………… 44

IV
C. Persalinan Dengan Bekas Seksio Sesarea…………………………… 45
D. Asuhan Persalinan Normal……………………………………………… 47
E. Inisiasi Menyusu Dini……………………............................................. 54
F. Partograf…………………………………………………………………… 56
G. Standar Kompetensi Bidan……………………………………………… 66
H. Perundang – Undangan…………………………………………………. 67
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Laporan Kasus dengan Metode SOAP dan Metode Pathway........... 69


BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 94

B. Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 96

LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 98

V
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan


hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan berlangsung cukup bulan
bila berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir
pada siklus 28 hari. Dimana dikatakan Persalinan prematur jika persalinanya terjadi
sebelum janin genap berusia 37 minggu. Persalinan preterm merupakan jenis
persalinan dengan terjadinya kontraksi uterus serta proses pengembangan dan
dilatasi serviks pada usia gestasi antara 20 – 37 minggu. Persalinan preterm yang
terjadi pada kehamilan 37 minggu atau kurang merupakan hal yang berbahaya
karena mempunyai dampak yang berpotensial meningkatkan kematian perinatal.
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi prematur dan pertumbuhan janin yang
terhambat. Hal ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas prenatal.
(Saifuddin,2014)

Pada tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan. (UNICEF, 2019).
Menurut WHO, Perkiraan menunjukkan bahwa kelahiran prematur selama 2014
berkisar antara 8,7% di Eropa dan 13,4% di Afrika Utara, meskipun data kelahiran
prematur di Afrika Utara sangat terbatas. WHO (2014) pada laporannya yang
berjudul Born too soon mengungkapkan bahwa tiap tahunnya diperkirakan sekitar 15
juta bayi lahir secara preterm dan angka ini terus mengalami peningkatan. Tiap
tahunnya 1 juta bayi meninggal karena komplikasi dari persalinan preterm. WHO
menjelaskan bahwa Indonesia termasuk peringkat 9 dalam 11 besar negara dengan
tingkat persalinan preterm lebih dari 15% kelahiran dan peringkat ke 5 dari 10 besar
penyumbang 60% persalinan preterm di dunia dengan angka kelahiran preterm 15,5 /
100 kelahiran hidup. (Syarif, 2017). Di Indonesia, kasus persalinan preterm berada
pada urutan kedua sebagai penyebab kematian bayi baru lahir usia 0-6 hari sebesar

1
32,4% dan urutan keempat sebagai penyebab kematian bayi usia 7-28 hari yaitu
sebesar 12,8%. (Trisa, 2019)

Berbagai faktor yang mengakibatkan bayi lahir prematur antara lain yaitu usia ibu
yang berisiko saat melahirkan (terlalu muda atau tua / <18 tahun atau >40 tahun),
Hipertensi, Perkembangan janin terhambat, solusio plasenta, KPD, Imfeksi
Intrauterin, Bakterial Vaginosis, serviks inkompetens, kehamilan ganda, penyakit
periodontal, riwayat persalinan preterm sebelumnya, kurang gizi dan merokok.
(Kemenkes, 2013). Persalinan prematur tidak selalu terjadi pada ibu yang usianya
berisiko (35 tahun), tetapi juga dapat terjadi pada ibu usia reproduktif (20-35 tahun).
Hal ini dapat dikaitkan oleh faktor lain seperti multiparitas, kehamilan ganda,
preeklamsiaeklampsia, polihidramnion, KPD, plasenta previa, inkompetensi serviks,
riwayat obstetri, infeksi, anemia, status gizi, aktivitas, stres psikologi, merokok,
alkohol dan penyakit penyerta lainnya. (Halimah, 2019)

Pada usia terlalu muda alat reproduksi belum matang sempurna sehingga bila
terjadi kehamilan rahim belum terlalu kuat untuk menahan beban janin, sementara
usia wanita di atas 35 tahun terjadi penurunan kekuatan fisik yang akan berdampak
pada masalah kesehatan seperti diabetes dan hipertensi sehingga dapat
menimbulkan komplikasi berupa persalinan terlalu dini, yaitu pada usia kehamilan 20-
36 minggu. (Sekar, 2018). Pencegahan yang adekuat baik dalam proses pengenalan
kasus persalinan preterm seperti factor psikologis, etiologi, dan patofisiologi dari
persalinan pretermdapat membantu dalam mengurangi kasus mortalitas dan
morbiditas neonatus yangada. Penyebab pasti dari persalinan preterm masih belum
diketahui dengan pasti. Namun secara umum dapat disebabkan dari berbagai faktor
baik dari ibu ataupun dari janin itu sendiri. (Halimah, 2019)

Persalinan preterm adalah salah satu penyebab tertinggi kematian bayi di dunia.
Sekitar 75% kematian perinatal disebabkan prematuritas. (Syarif, 2017). Selain
kematian perinatal, ada komplikasi lain yang menyertai, berupa komplikasi jangka
pendek maupun jangka panjang. Komplikasi jangka pendek sering dikaitkan dengan
pematangan organ janin yang belum sempurna. Komplikasi jangka panjang berupa
kelainan neurologik seperti cerebral palsy, retinopati, retardasi mental, sehingga bisa
mempengaruhi prestasi anak di sekolah yang kurang baik. (Wahyuni, 2017).

2
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan
kebidanan persalinan preterm di UGD RS. Mekar Sari Bekasi dengan harapan dapat
memberikan asuhan dan perawatan sebagai salah satu usaha untuk menghindari
resiko pada ibu dan janin yang dikandungnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka mahasiswa tertarik untuk mengetahui
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.A G7P3A3 Usia 35 Tahun Hamil
32 Minggu Di UGD RS. Mekar Sari Tahun 2021”.

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisa kasus dari pengkajian, menegakkan
diagnosa,melakukan asuhan kebidanan dengan benar dan tepat sesuai teori
yang berhubungan dengan Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.A G7P3A3
Usia 35 Tahun Hamil 32 Minggu Di UGD RS. Mekar SarI Tahun 2021”.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu Melakukan pengkajian data secara lengkap meliputi data
subjektif, data objektif, dan pemeriksaan penunjang yang berkaitan dengan
Persalinan Preterm

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis kebidanan dan masalah potensial


pada persalinan Preterm

c. Mahasiswa mampu melakukan tindakan segera jika dibutuhkan pada asuhan


kebidanan Persalinan Preterm

d. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan, melaksanakan rencana asuhan


dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Persalinan Preterm.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN
1. Definisi persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan slaput ketuban keluar
dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minngu) tanpa diserta penyulit. Persalinan
dimuli sejak uterus berkontraksi da menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
Ibu belum dikatagorikan in partu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan atau pembukaan serviks. (JNPK-KR, 2014)

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin


turun lahir secara spontan dengan persentasi belakang kepala tanpa komplikasi
baik pada ibu dan janin. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono, 2016)

Menurut Kurniarum (2016) Persalinan adalah suatu proses dimana


seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus yang
teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran
plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama
12 sampai 14 jam. Sedangkan menurut Manuaba (2014) Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan plasenta)yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahiratau jalan lain,dengan
bantuan atau tanpa bantuan (Kekuatan sendiri). Berikut ini adalah beberapa
istilah yang berkaitan dengan persalinan, yaitu:

a) Abortus yaitu, proses pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan


mencapai 22 minggu atau bayi dalam kondisi berat badan kurang dari 500
gram.

4
b) Partus immaturus yaitu, proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan berada di antara 22 minggu sampai 28 minggu atau bayi dalam
kondisi berat badan antara 500 gram sampai 999 gram.
c) Partus prematurus yaitu, proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan antara 28 minggu sampai 37 minggu atau kondisi berat badan bayi
antara 1000 gram sampai dengan 2499 gram. Partus maturus atau a'terma
yaitu, proses pengeluaran buah.
d) kehamilan ketika usia kehamilan berada antara 37 minggu sampai dengan 42
minggu atau bayi dalam kondisi berat badan 2500 gram atau lebih.
e) Partus postmaturus atau serotinus yaitu, proses pengeluaran buah kehamilan
setelah usia kehamilan lebih dari 42 minggu.
Nurwiandani (2021).

2. Macam - Macam Persalinan

Persalinan pada umumnya merupakan proses yang fisiologis yang terjadi


pada akhir kehamilan. Proses persalinan biasanya diawali dengan kontraksi
uterus yang adekuat yang diikuti dengan adanya pembukaan serviks, kemudian
dilanjutkan dengan pengeluaran hasil konsepsi, dandiakhiri dengan 2 jam post
partum (Kurniarum, 2016).

Menurut Prawirohardjo (2014) macam persalinan terbagi 3, diantaranya


yaitu :

a) Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu


sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
b) Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c) Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin.

5
3. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Sarwono (2016) Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan


jelas. Sampai kini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Sedangkan
menurut Nurwiandani (2021), Bnyak faktor yang memegang peranan dan
bekerjasama sehingga terjadi persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan
adalah: penurunan kadar progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan
mulainya persalinan adalah sebagai berikut :

a) Penurunan Kadar Progesteron


Progesterone menimbulkan relaxasi otototot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses
penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim
lebih sensitive terhadap oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi
setelah tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

b) Teori Oxytocin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.

c) Ketegangan Otot-Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh

6
isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Sebagai contoh, pada
kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu
sehingga menimbulkan proses persalinan

d) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena
tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya) persalinan.

e) Teori Prostagladin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.
Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau
selama persalinan.

4. Tanda – Tanda Persalinan


Menurut Manuaba (2014) Yang merupakan tanda dari persalinan adalah :
a) Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu
his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar

7
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.

b) Penipisan dan pembukaan servix Penipisan dan pembukaan servix ditandai


dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

c) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Dengan pendataran dan
pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

d) Premature Rupture of Membrane Adalah keluarnya cairan banyak dengan


sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau
selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau
hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang
lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil,
malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar. (Manuaba 2014).

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan factor-faktor yang


mempengaruhinya. Factor-faktor inilah yang menjadi penentu dan pendukung
jalannya persalinan dan sebagai acuan melakukan tindakan tertentu pada saat
terjadinya proses persalinan. (Nurwiandani, 2021). Faktor-faktor tersebut
diantaranya :

8
a. Power (Tenaga/Kekuatan)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : His, Kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafraghma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik
dan sempurna. (Nurwiandani, 2021).
1. His (Kontraksi Uterus)
Kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat involunter
karena berada dibawah saraf intrinsic.

2. Tenaga mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan, serta
sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya
berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu
untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan ini di
sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan uterus
pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar,
tenaga ini serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar
(BAB) tapi jauh lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul
reflex yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-
otot perut dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini
hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
sewaktu ada his dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir
(Nursiah, 2014)

b. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal (Widia, 2015)

9
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi:
1) Bagian keras : tulang – tulang panggul (rangka panggul)
2) Bagian lunak : uterus, otot dasar panggul, dan perineum.

Bidang – bidang Panggul


Bidang Hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksanaan dalam / vagina toucher (VT). Bidang Hodge terbagi menjadi
empat antara lain:
1) Hodge I : Jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis,
sejajar dengan PAP
2) Hodge II : Sejajar dengan PAP, melewati pinggir bawah simfisis
3) Hodge III : Sejajar dengan PAP, melewati spina ischiadika
4) Hodge IV : Sejajar dengan PAP, melewati ujung coccygeus

c. Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)


1. Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin (Nursiah, dkk, 2014)

2. Plasenta
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015).

3. Air ketuban
Air ketuban atau Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu
membran yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regangan membran janin, dengan
demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur atau
robekan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah
tekanan dari cairan amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau

10
pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan,
dapat juga karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban masih utuh (Widia, 2015).

d. Psikis (Psikologi) Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada


saat itulah benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya
rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak. 1) Psikologis meliputi :
Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman
melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dan dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu. 2) Sikap negative terhadap persalinan di
pengaruhi oleh : Persalinan semacam ancaman terhadap keamanan,
persalinan semacam ancaman pada self-image, medikasi persalinan, dan
nyeri persalinan dan kelahiran (Widia, 2015).

e. Pysician (Penolong) Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah
bidan, yang mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin (Widia, 2015). Tidak hanya aspek tindakan yang di
berikan, tetapi aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas
dibutuhkan oleh ibu bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan
keluarga (Nursiah, dkk 2014)

6. Tahap –Tahap Persalinan


Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai
terjadinya pembukaan 10 cm. kala I dinamakan kala pembukaan. Kala II disebut
pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin di dorong ke luar sampai lahir. Kala III atau kala uri plasenta terlepas dari
dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai darilahirnya plasenta dan lamanya 1
jam. Dalam kala itu diamat-amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.
(Hanifa, 2016).

11
a) KALA I (kala pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kirakira 13
jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.

Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :

1) Fase laten Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan


mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi
mulai muncul hingga pembukaan 4 cm atau permulaan fase aktif
berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami
penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

2) Fase Aktif Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif


pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan
pada umumnya dimulai dari 4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama
6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase yaitu:
a. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4cm.
b. Periode dilatasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
jd 10 cm atau lengkap.

Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.


Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada primigraavida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pda multipara berlangsung kira-kira 7 jam. (Hanifa, 2016).

12
Fisiologi Persalinan Kala 1
1) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi dan
berelaksasi seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi , ia tidak
akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek
secara progresif. Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses
kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka kavum uterus lama kelamaan
menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelviks. Kontraksi uterus mulai dari fundus
dan terus melebar sampai ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan
ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa
yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus.

2) Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan
berubah menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis
dan membuka. Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks
mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh
kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah - olah
serviks tertarik ke atas dan lama - kelamaan menjadi tipis. Setelah serviks
dalam kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan.
Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara
terus - menerus saat uterus berkontraksi.

3) Lendir Percampur Darah


Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari daerah
internal os dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari
sumbatan atau operculum. Terbebasnya lendir dari sumbatan ini
menyebabkan terbentuknya tonjolan selaput ketuban yang teraba saat
dilakukan pemeriksaan intravagina. Pengeluaran lendir dan darah ini
disebut dengan sebagai “show” atau “bloody show” yang mengindikasikan
telah dimulainya proses persalinan.

13
4) Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau
sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm,
disebut ketuban pecah dini (KPD).

5) Tekanan Darah
a. Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan
sistol ratarata 15 - 20 mmHg dan diastole rata-rata 5 – 10 mmHg.
b. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali
ke tingkat sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang
sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek tekanan darah selama
interval kontraksi.
c. Dengan mengubah posisi pasien dari telentang ke posisi miring kiri,
perubahan tekanan darah selama persalinan dapat dihindari.
d. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan
tekanan darah.

6) Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob
meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan
oleh kecemasan dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas
metabolisme terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

7) Suhu Tubuh
Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera
setelah melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 – 1° C
dianggap normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam
persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama peningkatan
suhu tubuh dapat mengindikasi dehidrasi, sehingga parameter lain harus
di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu

14
dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada
keadaan ini.

8) Detak Jantung
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang
lebih rendah daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan
selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di antara
kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak
terjadi jika wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi
denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan
metabolisme yang terjadi selama persalinan.

9) Perubahan pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme.
Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi
pernapasan, karena sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa
takut, dan penggunaan teknik pernapasan. Hiperventilasi yang
memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis.
Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk
menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa
kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.

10) Perubahan renal


Perubahan Renal dalam persalinan kala I yaitu kandung kemih harus
sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya distensi, juga
harus dikosongkan untuk mencegah obtruksi persalinan, hipotonia
kandung kemih akibat penekanan yang lama, dan retensi urin selama
periode pasca persalinan.

15
11) Gastointestinal
Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang,
penurunan sekresi asam lambung selama persalinan sehingga waktu
pengosongan lambung menjadi lebih lama. Mual dan muntah terjadi
selama fase transisi akhir fase pertama persalinan sebagai respon
terhadap faktor-faktor sperti kontraksi uterus, nyeri, rasa takut, khawatir,
obat, atau komplikasi.

12) Hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1.2 mg% selama persalinan dan kembali
ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika
tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Selama persalinan, waktu
koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma
lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan pasca
persalinan pada pasien normal.

b) KALA II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala dua persalinan dimulai đari pembukaan lengkap serviks (10 cm),
dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari jalan lahir dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua persalinan disebut juga sebagai kala
pengeluaran bayi. Pada primipara kala II berlangsung selama 1,5-2 jam,
pada multipara berlangsung selama 0,5-1 jam. Beberapa gejala dan tanda
kala dua persalinan adalah :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol. Vulva dan sfingter ani membuka.
4) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui períksa dalam (informasi


obyektif) yang hasilnya adalah: pembukaan serviks telah lengkap, atau

16
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. (JNPK-KR, 2014).

Pada primipara kala II berlangsung selama 1,5-2 jam, pada multipara


berlangsung selama 0,5-1 jam. (Wiknjosastro,2016)

Fisiologi Kala II Persalinan

Menurut (Yulizawati, 2019) beberapa Perubahan-perubahan pada uterus dan


jalan lahir dalam persalinan, sebagai berikut :

1) Keadaan Segmen Atas Dan Segmen Bawah Rahim

Sejak kehamilan yang lanjut uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian,
lalah segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen
bawah rahim yang terjadi dari isthmus uteri. Dalam persalinan
perbedaannya lebih jelas lagi. Segmen atas berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah
rahim dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran tipis
dan teregang yang akan dilalui bayi.

Segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah


makin diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke
segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah
makin tipis, maka batas antara segmen atas dan segmen bawah menjadi
jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis. Kalau segmen
bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik
mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang patologis (Lingkaran
Bandl). Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan terjadi
jika bagian depan tidak dapat maju misalnya panggul sempit.

2) Perubahan Bentuk Rahim

Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang


sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.

17
3) Faal Ligamentum Rotundum Dalam Persalinan

Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus


berkontraksi otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek

4) Perubahan Serviks

Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh


pendataran serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula
berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang
saja dengan pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembesaran dari ostium
eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter beberapa
milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm. Pada
pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim,
serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.

5) Perubahan Pada Vagina

Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian


rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala
perubahan, terutama pada dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak. Waktu kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas

c) KALA III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Biasanya plasenta lepas dalam 6 - 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. (Wiknjosastro,2016).

18
Menurut (Yulizawati, 2019), Kala III merupakan tahap ketiga persalinan
yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Persalinan kala tiga
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban.Kala III merupakan periode waktu dimulai ketika bayi lahir
dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Kala III penting
perlu diingat bahwa tiga puluh persen penyebab kematian ibu di Indonesia
adalah perdarahan pasca persalinan. Dua pertiga dari perdarahan pasca
persalinan disebabkan oleh atonia uteri.

Fisiologi Kala III


Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi
uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat
plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang terkelupas dan
dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan
dan metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan
penonjolan bagian ibu atau bagian janin.

Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti


penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau ke dalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat implantassi
plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat implantasinya.
(Yulizawati, 2019),

Fase Pemisahan dan Pelepasan Plasenta


Sebelum terjadinya pengeluaran plasenta, ada beberapa tanda
pemisahan atau pelepasan plasenta dari dinding uterus seperti : Segera
setelah bayi dan air ketuban sedah tidak berada dalam uterus, Kontraksi akan
terus berlangsung dan Ukuran rongga uterus akan mengecil. Terjadi
pengurangan ukuran tempat melekatnya plasenta, Plasenta menjadi tebal

19
atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus, Sebagian pembuluh
darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas dan tempat melekatnya
plasenta akan berdarah sehingga uterus berkontraksi. Uterus yang
berkontraksi akan menekan semua pembuluh darah yang akan
rnenghentikan perdarahan. Biasanya sebelum uterus berkontraksi ibu bisa
kehilangan darah sekitar 350 - 560 cc.

Tanda tanda pelepasan plasenta mencakup beberapa atau semua hal


dbawah ini :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat (discoid) dan tinggi fundus berada 3 jari dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berbentuk segitiga atau berbentuk seperti buah alpukat dan fundus
setinggi pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).

2) Tali pusat memanjang.


Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina
(tanda Ahfeld).

3) Semburan darah mendadak dan singkat.


Darah yang terkumpul di retriplasenter (diantara tempat implantasi dan
permukaan martenal plasenta) akan melepas plasenta (dengan gaya
gravitasi) dari tempat perlekatannya di dinding uterus. Jika kumpulan
darah (retroplacental pooling) dalam ruang antara dinding uterus dan
plasenta telah melebihi kapasitas tampungannya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas. (JNPK-KR, 2014).

Manajemen Aktif Kala III


Tujuan MAK IIl adalah membuat uterus berkontraksi lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah selama Kala III Persalinan jika dibandingkan

20
dengan pelepasan plasenta secara spontan. Sebagian besar (25-29)
morbiditas dan mortalitas ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan akibat atonia uteri dan separasi parsial/retensio plasenta
yang dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III. (JNPK-KR, 2014).

Keuntungan MAK III


Menurut (JNPK-KR, 2014), keuntungan manajemen aktif kala III adalah
sebagai berikut :
1) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta

Langkah–Langkah Utama Manajemen Aktif Kala III


Manajemen aktif kala III terdiri atas tiga langkah utama, yaitu
sebagai berikut :

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama


setelahbayi lahir

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

3) Masase fundus uteri

d) KALA IV (Kala Pemantauan)


Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan dianggap
masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Observasi
yang harus dilakukan pada kala IV antara lain:
1) Intensitas kesadaran penderita
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
(JNPK-KR, 2014).

21
Fisiologi Kala IV Persalinan
Perubahan Fisiologis pada Kala IV Menurut Jenny J.S. Sondakh (2013)
meliputi :
1) Uterus
Uterus terletak di tengah abdomen kurang lebih 2 /3 sampai ¾, antara
symphysis pubis sampai umbilicus. Jika uterus ditemukan di bagian
tengah, di atas umbilikus, maka hal tersebut menandakan adanya darah
dan bekuan di dalam uterus yang perlu ditekan dan dikeluarkan. Uterus
yang berada di atas umbilikus dan bergeser, paling umum ke kanan,
cenderung menandakan kandung kemih penuh. Uterus yang berkontraksi
normal harus keras ketika disentuh.

2) Serviks, Vagina, dan Perineum


Keadaan serviks, vagina, dan perineum diinspeksi untuk melihat adanya
laserasi, memar, dan pembentukan hematoma awal.

3) Placenta, Membran, dan Tali Pusat


Inspeksi unit placenta membutuhkan kemampuan bidan untuk
mengidentifikasi tipe-tipe placenta dan insersi tali pusat. Bidan harus
waspada apakah placenta dan membran lengkap, serta apakah terdapat
abnormalis, serta ada simpul sejati pada tali pusat.

4) Penjahitan Episiotomi dan Laserasi


Penjahitan episiotomi dan laserasi membutuhkan pengetahuan anatomi
perineum, tipe jahitan, hemostasis, pembedahan asepsis, dan
penyembuhan luka.

Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV


Menurut (Yulizawati, 2019), Asuhan dan pemantauan pada kala IV yaitu:

1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk


merangsang uterus berkontraksi.

22
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
antara pusat dan fundus uteri.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi
atau episotomi).
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.

Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV Sebagian besar


kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera
setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan. Hal-hal yang perlu
dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan adalah :

1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan


perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit
dalam satu jam kedua pada kala IV.
2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua
kala IV.
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam
kedua pascapersalinan.
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan
uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi
lembek. (Yulizawati, 2019),

23
7. Mekanisme Persalinan
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul (seven cardinal movements of labor) yang terdiri dari :
a) Engagement
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya
kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika
bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada
nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah
persalinan dimulai (Cunningham et. al, 2013; McKinney, 2013).

b) Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul. Descent/
penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion,
tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma serta
otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu jalan lahir:
1) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
2) Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah.
3) Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan
tertahan oleh simfisis pubis.
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

c) Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan
oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal
fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan
oleh:

1) Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke


dada.
2) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang
sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.

24
3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga
dagu lebih menempel pada tulang dada janin .
4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan
sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi
fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir
(Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

d) Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai pada
bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin
diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot
panggul (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

e) Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan


defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu
jalan lahir akibat ekstensi.

f) Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika
kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara internal
sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal
kepala menyertai rotasi internal bahu bayi.

g) Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang
pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah
simfisis pubis.

B. PERSALINAN PRETERM
1. Definisi Persalinan Preterm
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang
dari 37 minngu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat jani 2500 gram.
(Prawirohardjo, 2014)

25
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20 -37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal POGI di Semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 - 37 minggu.
(Mochtar, 2020)

2. Masalah Persalinan Preterm


Angka kejadian persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar 6 - 10
%. Hanva 15 % persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu
dan 0,5 % pada kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini
merupakan duapertiga dan kematian neonatal. Kesulitan utama dalam persalinan
preterm ialah perawatan bayı preterm, yang semakin muda usia kehamilannya
semakin besar morbiditas dan mortalitas. Penelitian lain menunjukkan bahwa
umur kehamilan dan berat bayi lahir saling berkaitan dengan risiko kematian
perinatal. Pada kehamilan umur 32 minggu dengan berat bayi > 1.500 gram
keberhasilan hidup sekitar 85 %, sedang pada umur kehamilan sama dengan
berat janin < 1.500 gram angka keberhasilan sebesar 80 %. Pada umur
kehamilan < 32 minggu dengan berat lahir < 1,500 gram angka keberhasilan
hanya sekitar 59 %. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan persalinan preterm
tidak hanya tergantung umur kehamilan, tetapi juga berat bayi lahir.
(Mochtar,2020)

Permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada


kematian perinatal. melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan
kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka
pendek yang sering terjadi adalah: RDS (Respiratory Distress Syndrome),
perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko-
pulmonar, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang
sering berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retino-pati, retardasi
mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang
kurang baik, Dengan melihat permasalahan yang dapat terjadi pada bayi preterm,

26
maka menunda persalinan preterm, bila mungkin, masih tetap memberi suatu
keuntungan. (Mochtar,2020)

3. Etiologi dan Faktor Prediposisi Persalinan Preterm


Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial.
Kombinasi keada- an obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai
pengaruh terhadap terjadi- nya persalinan prematur. Kadang hanya risiko tunggal
dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.
Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang
merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi
rahim dan perubahan serviks, yaitu:
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun
janin, akibat stres pada ibu atau janin.
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3. Perdarahan desidua.
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks

Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan


prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi,
menyebabkan persalinan prematur atau seorang dokter terpaksa mengakhiri
kehamilan pada saat kehamilan belum genap 9 bulan. Kondisi selama kehamilan
yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah:
1. Janin dan plasenta
a) Perdarahan trimester awal Perdarahan antepartum (plasenta previa,
solusio plasenta, vasa previa)
b) Ketuban pecah dini (KPD)
c) Pertumbuhan janin terhambat Cacat bawaan janin
d) Kehamilan ganda/gemeli
e) Polihidramnion.

27
2. Ibu.
a) Penyakit berat pada ibu
b) Diabetes mellitus
c) Preeklampsia/hipertensi
d) Infeksi saluran kemih/genital/intrauterine
e) Penyakit infeksi dengan demam
f) Stres psikologik
g) Kelainan bentuk uterus/serviks
h) Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
i) Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j) Pemakaian obat narkotik
k) Trauma
l) Perokok berat
m) Kelainan imunologi/kelainan resus
(Mochtar, 2020)

4. Faktor Resiko Persalinan Preterm


Ada 3 faktor risiko yang bisa menyebabkan persalinan preterm yaitu
faktor dari Janin dan Plasenta, faktor dari Maternal (Ibu) serta Faktor Psiko-
Sosial-Ekonom
a. Faktor Janin dan Plasenta
1) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi
setelah kehamilan 20 minggu. Klasifikasi perdarahan antepartum adalah
plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa. Bila telah terjadi
perdarahan massif, kemungkinan kondisi janin mengalami hipoksia.
(Syarif, 2017)

2) Ketuban pecah dini (KPD)


Ketuban pecah dini mengakibatkan hubungan langsung antara
intrauterine dengan dunia luar sehingga berisiko terjadinya infeksi.
Endotoksin sebagai produk dari bakteri dapat merangsang asam

28
arachidonic dan memproduksi prostaglandin yang dapat merangsang
terjadinya kontraksi pada miometrium (Syarif, 2017).

3) Polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan berlebihnya cairan amnion yaitu lebih dari
2000 ml. Polihidramnion dapat menyebabkan regangan selaput ketuban
sehingga meningkatkan risiko KPD. KPD merupakan salah satu faktor
risiko dari persalinan preterm. (Syarif, 2017)

4) Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda merupakan kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan ganda akan terjadi distansi uterus yang berlebihan
sehingga berisiko menyebabkan persalinan preterm. (Hanifah, 2017)

b. Faktor Ibu
1) Penyakit sistemik ibu
Berbagai penyakit ibu, kondisi dan pengobatan medis akan
mempengaruhi kehamilan dan dapat meningkatkan kejadian persalinan
preterm. Penyakit sistemik terutama yang melibatkan sistem peredaran
darah, oksigenasi atau nutrisi ibu dan oksigen bagi janin misalnya seperti
hipertensi, DM. (Syarif, 2017)

2) Infeksi saluran kemih/intrauterin.


Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi yang dapat
mempengaruhi kehamilan atau sebaliknya yang memperparah infeksi.
Sumber infeksi yang berhubungan dengan kejadian infeksi intrauterine
ialah penjalaran dari saluran genital, melalui darah, melalui tuba fallopi,
plasenta, dan iatrogenik (Hanifah, 2017).

3) Preeklamsi/eklamsia
Preeklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas
dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita
hamil dan wanita dalam masa nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut

29
eklamsi. Preeklamsi eklamsi akan mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta, selain itu kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap
rangsangan sering didapat pada preeklamsi eklamsia sehingga mudah
terjadi persalinan preterm.

4) Kelainan uterus/serviks
Kelainan kongenital uterus seperti uterus septus, uterus bikornus
dan servik yang inkompeten merupakan risiko terjadinya persalinan
preterm. (Hanifah, 2017). Kelainan pada serviks ialah kondisi ketika
serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran
tiba karena efek fungsional serviks, ditandai dengan terbukanya serviks
tanpa rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban sehingga
meningkatkan risiko kejadian persalinan preterm (Hidayati, 2016).

5) Riwayat persalinan preterm atau abortus.


Riwayat persalinan prematur merupakan faktor yang sangat erat
dengan persalinan prematur berikutnya. Risiko persalinan prematur
meningkat 3 kali lipat dibanding dengan wanita yang bayi pertamanya
mencapai aterm. Persentase kemungkinan persalinan prematur berulang
pada ibu hamil yang pernah mengalami 1 kali persalinan prematur
sebesar 15%, sedangkan pada ibu yang pernah mengalami persalinan
prematur 2 kali mempunyai risiko 32% untuk mengalami persalinan
premature. Ibu yang pernah mengalami atau memiliki riwayat persalinan
preterm berisiko 20% sampai 40% melahirkan secara preterm kembali.
Hasil penelitian terdahulu mengenai faktor risiko kejadian kelahiran
preterm di RSIA Siti Fatimah Makassar menunjukkan bahwa riwayat
kelahiran prematur berisiko mengalami persalinan preterm 20 kali lebih
tinggi. (Wahyuni, 2017). Demikian juga bila memiliki riwayat abortus
rentan terjadi persalinan prematur. (Hidayati, 2016). Penelitian terdahulu
mendapatkan peningkatan kejadian prematuritas sebesar 1,3 kali pada ibu
yang mengalami dua kali abortus (Hanifah, 2017)

30
6) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat mengakibatkan rahim ibu
belum pulih sempurna sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan
janin serta anemia.

7) Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak
diketahui maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu.
Klasifikasi Jumlah Paritas Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang
perempuan dapat dibedakan menjadi:
a. Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak
sama sekali (Manuaba, 2014)

b. Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan sebanyak
satu kali (Manuaba, 2014).

c. Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2014) sedangkan menurut
(Manuaba, 2014) Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan
dua hingga empat kali

d. Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba,2014),
Ibu yang belum pernah hamil ataupun melahirkan memiliki resiko
kesehatan yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang pernah
melahirkan 1 atau 2 kali. Hal ini disebabkan karena kehamilan merupakan
hal yang pertama kali dialami oleh ibu. Ibu hamil dengan kehamilan

31
pertama sering kali mengalami banyak ketakutan selama masa
kehamilannya. Hal tersebut dapat meningkatkan efek stress pada ibu
sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm. Sebaliknya jika
terlalu sering melahirkan, seperti pada paritas multipara dan
grandemultipara rahim akan menjadi semakin lemah karena jaringan parut
uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak
adekuatnya persediaan darah ke plasenta, sehingga plasenta tidak
mendapat aliran darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin
akibatnya pertumbuhan janin terganggu. Hal tersebut akan meningkatkan
resiko terjadinya persalinan preterm. (Ningrum, 2017)

8) Trauma
Riwayat trauma seperti terjatuh, terpukul pada perut atau riwayat
pembedahan bisa menjadi faktor risiko persalinan preterm. Melakukan
hubungan seksual pun dapat terjadi trauma karena menimbulkan
rangsangan pada uterus dan sperma yang mengandung hormon
prostaglandin dapat merangsang kontraksi uterus (Hidayati, 2016).

9) Merokok
Akibat langsung terhadap prematuritas hanya jelas terlihat pada
ibu tetap merokok sampai trimester akhir kehamilan. Risiko persalinan
prematur meningkat sebanyak1,2 kali pada perokok. (Syarif, 2017)

10) Usia
Ibu Menurut Manuaba (2014) usia ibu kurang dari 20 tahun dan
diatas 35 tahun merupakan resiko tinggi saat kehamilan. Pada usia wanita
<20 tahun keadaan organ reproduksi belum matang untuk kehamilan.
Apabila keadaan tersebut diiringi dengan tekanan atau stres maka dapat
memudahkan terjadinya persalinan preterm, abortus, BBLR, infeksi,
anemia dan status gizi kurang. Pada ibu usia >35 tahun tergolong resiko
tinggi karena alasan medik.. (syarif, 2017)

32
Kehamilan usia muda yaitu <20 tahun lebih memungkinkan
mengalami penyulit di masa kehamilan dan persalinan karena biasanya
pengetahuannya terbatas tentang kehamilan atau kurangnya informasi
dalam mengakses sistem pelayanan kesehatan. Pada usia ini juga belum
cukup dicapainya kematangan fisik, mental dan fungsi organ reproduksi.
Sedangkan pada usia >35 tahun, dikaitkan dengan terjadi penurunan
fungsi organ reproduksi yang mempengaruhi kesehatan ibu maupun janin
yang dapat mempersulit dan memperbesar risiko kehamilan (Putri, 2017).

c. Faktor Psiko-Sosial-Ekonom
1) Stres Psikologis.
Stres dapat meningkatkan kadar katekolamin dan kortisol yang
akan mengaktivasi placental corticotrophin releasing hormone dan
menstimulasi persalinan melalui jalur biologis. Stres juga mengganggu
fungsi imunitas yang dapat menyebabkan reaksi inflamasi atau infeksi
intra amnion dan akhirnya merangsang proses persalinan (Syarif, 2017)

2) Pekerjaan Ibu
Kejadian persalinan prematur lebih rendah pada ibu hamil yang
bukan pekerja dibandingkan dengan ibu pekerja yang hamil. Pekerjaan
ibu dapat meningkatkan kejadian persalinan prematur baik melalui
kelelahan fisik atau stress, yang timbul akibat pekerjaannya. Jenis
pekerjaan yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian prematuritas
adalah bekerja terlalu lama (over work hours), pekerjaan fisik yang berat,
dan pekerjaan yang menimbulkan stress seperti brhadapan dengan
konsumen atau terlibat dengan masalah uang.1 Aktivitas fisik juga
mempengaruhi kebutuhan nutrisi wanita hamil. Apabila wanita tidak dalam
kondisi sehat, aktivitas yang keras dapat menyebabkan pengalihan
glukosa dari janin dan plasenta ke otot-otot ibu untuk pembentukan
energi. Ini juga dapat menyebabkan hipoksia janin karena aliran darah
melalui plasenta dialihkan ke ibu, sehinggasuplai oksigen berkurang.
Beban kerja yang berat dapat meningkatkan hormon prostaglandin,

33
dengan peningkatan inilah yang dapat memicu terjadinya persalinan lebih
dini.
Penelitian yang dilakukan Syarif (2017) mengelompokkan
pekerjaan ibu sebagai bekerja dan tidak bekerja, hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan pekerjaan dengan persalinan preterm.

3) Status Gizi
Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan
merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang
serius pada ibu dan bayi, yang berakibat terjadinya bayi lahir dengan berat
badan rendah, kelahiran prematur, serta kematian neonatal. Berat badan
sebelum hamil, penambahan berat badan hamil, Lila (lingkar lengan atas)
dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator yang dipakai untuk
menentukan status gizi ibu. Lingkar lengan atas (LILA) adalah
antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil
dan untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau gizi
kurang. Ukuran LILA <23,5 cm maka ibu hamil tersebut termasuk
kekurangan energy kronis, ini berarti ibu sudah mengalami keadaan
kurang gizi dalam jangka waktu yang telah lama, bila ini terjadi maka
kebutuhan nutrisi untuk proses tumbuh kembang janin makin terhambat.

4) Ekonomi
Ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan
keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan dan
kesehatan serta pemenuhan gizi. Keadaan sosial ekonomi rendah
menjadi salah satu faktor resiko terjadinya persalinan preterm berkaitan
dengan kondisi seperti kecenderungan untuk hamil di usia muda,
mengalami lebih banyak stress, nutrisi kurang, dan tidak dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan.

34
5. Patofisiologi
Terdapat empat teori mekanisme persalinan prematur mengancam yaitu
aktivasi poros hypothalamus-pituitary-ovari (HPO) maternal, fetal, inflamasi atau
infeksi, perdarahan desidua atau thrombosis dan distensi uterus patologis.

Menurut Goldenberg dkk, persalinan prematur mengancam mengaitkan


dengan ketidak seimbangan pengeluaran hormon progesteron dan oksitosin serta
aktivasi desidua. Teori pengeluaran hormon progesteron dimana semakin
mendekati proses persalinan sumbu adrenal janin menjadi lebih sensitif terhadap
hormonandrenal kortikotropik sehingga meningkatkan sekresi kortisol, kortisol
janin tersebut akan merangsang aktivasi 17-α-hidroksilase plasenta sehingga
mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan hormon estrogen,
ketidakseimbangan homon tersebut menyebabkan keluamya hormon
prostaglandin yang memicu serangkaian proses persalinan. (Cumningham, 2013)

Infeksi intrauterin menyebabkan persaliman prematur akibat dari aktivasi


sistem imum bawaan, maka mikroorganisme melepaskan sitokin inflamasi seperti
interleukin-1 dan tumor nekrosis factor (TNF) yang kemudian merangsang
produksi prostaglandin yang merangsang kontraksi Rahim dan matrix-degrading
enzyme yang berada di ekstraseluler pada membran janin menyebabkan pecah
ketuban dini. (Cumningham, 2013)

Infeksi korioamnionitis diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya


ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Perjalanan infeksi ini diawali dengan
pengeluaran produk aktivasi fofolipase-A2 yang melepas bahan asam arakidonat
dari selaput amnion janin, sehingga asam arakhidonat bebas meningkat untuk
sekresi prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan merangsang sel
desidua untuk menghasilkan sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi
persalinan. (Prawirohardjo, 2014).

Proses persalinan prematur mengancam yang dikaitkan dengan infeksi


diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi

35
monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, tumor nekrosing factor (TNF),
dan interleukin-6 adalah prodik sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan
prematur mengancam. Sementara Platelet Aktivatin Factor (PAF) yang ditemukan
dalam air ketuban terlibat secara sinergek pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF
diduga dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian janin memainkan
peranan yang sinergik dalam mengawali proses persalinan prematur mengancam
yang disebabkan karena infeksi.

Perdarahan desidua dapat menyebabkan persalinan prematur


mengancam. Lesi plasenta dilaporkan 34% dari wanita dengan persalinan
prematur mengancam di karaktenistikan sebagai kegagalan dari tranformasi
fisiologi dari arteri spiralis, atherosis, dan thrombosis arteri ibu dan janin.
Diperkirakan adanya berhubungan lesivaskuler dengan persalinan premature
mengancam karena iskemi uteroplasenta. Trombin protease diperkirakan
memainkan peran utama memunculkan kontraksi dari vaskuler, intestinal, dan
otot halus miometrium serta otot polos longitudinal miometrium. (Prawirohardjo,
2014)

Mekanisme dari distensi uterus yang berlebihan hingga menyebabkan


persalinan prematur masih belum jelas, namun diketahui peregangan rahim akan
menginduksi ekspresi protein gap junction, seperti connexin-43 (CX-43) dan CX-
26, serta menginduksi protein lairrya yang berhubungan dengan kontraksi, seperti
reseptor oksitosin.

Faktor psikologis seperti depresi, cemas dan stres kronik telah di laporkan
terkait dengan kelahiran prematur ialah neuroendokrin yang menyebabkan
aktifasi prematur akzis HPA (hypothalarmic-pituitary- adrenal). Proses ini di
mediasi oleh corticotrophinreleasing hormone (CRH) dan dehydroepiandrosteron
synthase (DHEA-S) melalui aktivasi aksis HPA janin dan menstimulasi plasenta
untuk mensintesis estriol dan prostaglandin sehingga menimbulkan persalinan
prematur mengancam. (Cunningham, 2013)

36
6. Tanda Gejala dan Diagnosis
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan
preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar
merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai
diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu :
a) Terjadi pada usia kehamilan 22 - 37 minggu
b) Kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7 - 8 menit sekali, atau 2 – 3 kali
dalam waktu 10 menit
c) Adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)
d) Perdarahan bercak
e) Perasaan menekan daerah serviks
f) Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2
cm, dan penipisan 50-80%
g) Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
h) Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan
preterm
(Mochtar, 2020)

7. Penatalaksanaan Persalinan Preterm


a) Tatalaksana Umum
Tatalaksana utama mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid, dan
antibiotika profilaksis. Namun beberapa kasus memerlukan penyesuaian.

b) Tatalaksana Khusus
1) Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak
perlu diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau
perabdominam sesuai kondisi kehamilan:
a. Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu
b. Pembukaan > 3 cm
c. Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia,
perdarahan aktif
d. Ada gawat janin

37
e. Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang kemungkinan
hidupnya kecil.
(Kemenkes RI 2013)

2) Upaya menghentikan kontraksi uterus.


Kemungkinan obat-obatab tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting
untuk dipakai memberikan kortikosteroid sebagai induksi maturitas paru
bila usia gestosis kurang dari 34 minggu. Intervensi ini bertujuan untuk
menunda kelahiran sampai bayi cukup matang. (Prawiroharjo,2014)

Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan tokolitik, kortikosteroid,


dan antibiotika jika syarat berikut ini terpenuhi:
a. Usia kehamilan antara 24-34 minggu
b. Dilatasi serviks kurang dari 3 cm
c. Tidak ada korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia, atau
perdarahan aktif
d. Tidak ada gawat janin

Meski beberapa macam obat telah dipakai untuk menghambat persalinan,


tidak ada yang benar-benar efektif. Namun, pemberian tokolisis masih
perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang regular dengan
perubahan serviks.

Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah :

a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature


b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir
surfaktan paru janin
c. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih
lengkap
d. Optimalisasi personel

38
3) Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk memberikan
kesempatan pemberian kortikosteroid. Obat-obat tokolitik yang digunakan
adalah:
a. Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU
b. Terbutalin sulfat 1000 µg (2 ampul) dalam 500 ml larutan infus
NaCI 0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes/menit lalu
dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15 menit hingga his menghilang, ATAU
c. Salbutamol : dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10
tetes/ menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10
tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti atau denyut
nadi >120/ menit kemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam
setelah kontraksi hilang.

4) Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat pilihannya


adalah:
a. Deksametason 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, ATAU
b. Betametason 12 mg IM setiap 24 jam sebanyak 2 kali

Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan


paru janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan
intraventrikular, yang akhirnya menurunkan kematian neonates.
Kortikosteroid perlu diberikn bilamana usia kehamilan kurang dari 35
minggu.

5) Antibiotika profilaksis diberikan sampai bayi lahir. Pilihan antibiotika yang


rutin diberikan untuk persalinan preterm (untuk mencegah infeksi
streptokokus grup B) adalah:
a. Ampisilin: 2 g IV setiap 6 jam, ATAU
b. Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam, ATAU
c. Klindamisin: 3 x 300 mg PO (jika alergi terhadap penisilin)

Antibiotoka hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung resiko


terjadinya infeksi seperti persalinan preterm disertai dengan ketuban pecah

39
dini. Antibiotika yang diberikan adalah eritromisin 4x400 mg per oral.
(Kemenkes RI, 2013)

c) Bila Tokolisis Tidak Berhasil


Lakukan persalinan dengan upaya optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus
bila :
1) Umur kehamilan lebih dari 35 minggu.
2) Serviks membuka lebih dari 3 cm
3) Perdarahan aktif.
4) Janin mati dan adanya kelainan kongenital yang kemungkinan hidup kecil.
5) Adanya khorioamnionitis.
6) Preeklampsia.
7) Gawat janin

Monitor kemajuan persalinan memakai partograf. Hindarkan


pemakaian vakum untuk melahirkan (sebab risiko perdarahan intrakranial
pada bayi prematur cukup tinggi). Persiapkan menolong bayi prematur,
asfiksia bisa memperburuk penyakit membran hialin dan komplikasi prematur
dan lain-lain. Bila mungkin rujuk pada tempat untuk perawatan yang lebih
mampu. (Saifuddin,2014)

d) Tindakan bayi postpartum :


1) Usahakan lingkungan yang hangat.
a. Metoda kanguru, dianggap lebih baik dari inkubator dan sangat
efisien di negara sedang berkembang.
b. Inkubator
2) Oksigen
3) Ventilasi.

e) Cara Persalinan Preterm

Masih sering muncul kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan


seperti : Apakah sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau seksio

40
sesarea terutama pada berat anin yang sangat rendah dan preterm sungsang,
pemakaian forseps untuk melindungi la janin, dan apakah ada manfaatnya
dilakukan episiotomi profilaksis yang luas untuk mengurangi trauma kepala. Bila
janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio sesarea
tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu.
Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea.
Oleh karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik. Pada
kehamilan letak sungsang 30 - 34 minggu, seksio sesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan
terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.
(Mochtar,2020)

f) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persalinan adalah


sebagai berikut :
1) Lakukan seksio sesarea bila janin lintang
2) Persiapan resusitasi/konsul dokter anak untuk perawatan bayi berat lahir
rendah :
a. Prinsipnya adalah mencegah hipotermia
b. Jaga suhu ruang tempat melahirkan agar tidak kurang dari 25ºC
c. Keringkan bayi dan jauhkan handuk yang basah
d. Letakkan bayi pada dada ibu
e. Periksa nafas dan denyut jantung bayi
f. Pakaikan bayi topi dan kaos kaki
g. Bungkus bayi dengan plastik
h. Selimuti Ibu dan bayi dan dijaga agar tetap hangat
i. Lakukan IMD satu jam pertama kelahiran

g) Untuk menghangatkan bayi, perawatan metode kanguru dapat dilakukan


bila syarat-syarat di bawah ini dipenuhi :
1) Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas
2) Bayi tidak mengalami kesulitan minum
3) Bayi tidak kejang
4) Bayi tidak diare

41
5) Ibu atau keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit
(Kemenkes RI,2013)

h) Perawatan Neonatus

Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan


umum, biometri kemampuan bernapas, kelainan fisik, dan kemampuan
minum.

Keadaan kritis bayi prematur yang harus dihindari adalah kedinginan,


pernapasan yan nidak adekuat, atau trauma. Suasana hangat diperlukan
untuk mencegah pada neonatus (suhu badan di bawah 36,5° C), bila mungkin
bayi sebaiknya diraw- cara KANGURU untuk menghindarkan hipotermia.
Kemudian dibuat perencanaa poterm pengobatan dan asupan cairan.

ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan
sonde at dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus mendapat nutrisi sesuai
dengan kemampu dan kondisi bayi. Sebaiknya persalinan bayi terlalu muda
atau terlalu kecil berlangsung pada fasilitas yang memadai, seperti pelayanan
perinatal dengan personel dan fasilitas yang adekuat termasuk perawatan
perinatal intensif. (Mochtar,2020)

i) Cara Melakukan Perawatan Metode Kanguru


1) Bayı telanjang dada (hanya memakai popok, topi, kaus tangan, kaus kaki),
diletakkan telungkup di dada dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh
bayi menempel/kontak langsung dengan ibu.
2) Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu
(ekstensi ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti
posisi “katak"
3) Kemudian "fiksasi" dengan selendang
4) Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi berada dalam 1
pakaian dengan ibu. Jika perlu, gunakan selimut.

42
5) Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa melakukan metoda
kanguru. (Kemenkes RI, 2013)

8. Pencegahan Persalinan Preterm


Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan
preterm antara lain sebagai berikut :
a) Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)
b) Hindari jarak kehamilan terlalu dekat Menggunakan kesempatan periksa
hamil dan memperoleh pelayanan antenatal yang baik Anjuran tidak merokok
maupun mengonsumsi obat terlarang (narkotik)
c) Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
d) Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
e) Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
f) Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan preterm
(Mochtar,2020)

43
9. BAGAN PENANGANAN PERSALINAN PRETERM

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang


Kriteria dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari
2500 gram.

PENANGANAN

 Konfirmasi umur kehamilan


 Konseling
Polindes
 Berikan indomethasin per rektal
 Rujuk
 Konfirmasi umur kehamilan
 Melakukan perkiraan berat badan janin
 Menilai apa masih mungkin diberikan tokolitik
Puskesmas
 Konseling
 Berikan tokolitik (IV/drip)
 Rujuk

Pemeriksaan ultrasonografi (umur kehamilan, presentasi, malformasi, lokasi


Rumah Sakit plasenta, kesejahteraan janin)
Penilaian apakah bisa dipertahankan (kontraksi uterus, pembukaan serviks)
Tentukan adanya faktor komplikasi klinis

Bisa dipertahankan Tidak bisa dipertahankan

 Tirah baring  Pemberian obat-obatan pematangan


paru-paru janin:
 Pemberian obat-obatan - Deksametason, 5 mg tiap 12 jam (IM)
tokolitik/Beta mimetik. sampai 4 dosis atau
 Evaluasi berkala. - Betametason, 12 mg tiap 24 jam (IM)
sampai 2 dosis.

Monitor keadaan janin, evaluasi ren-cana


persalinan.
Bila ada fetal distress, letak sungsang -
seksio sesarea.
Bila janin baik, monitor persalinan.
Monitor persalinan, awasi pemberian
anelgesi, anestesi
Lakukan episiotomi yang cukup lebar
Konsultasi dengan neonatologis
Perawatan intensif bayi
Termoregulasi/metoda kanguru.

(Saifuddin, Abdul Bari. 2014)

44
C. PERSALINAN DENGAN RIWAYAT SEKSIO SESAREA
Perencanaan persalinan yang tepat perlu dilakukan oleh seorang ibu yang
memiliki riwayat seksio sesarea pada persalinan sebelumnya. Hal ini terkait dengan
penyebab atau indikasi persalinan sesar yang dilakukan sebelumnya. Ibu yang
memiliki riwayat persalinan sesar dapat melakukan pesalinan normal atau melalui
vagina (Vaginal Birth After Caesarean) jika tidak memiliki kontraindikasi (Rochjati,
2011).

Keputusan cara persalinan pada pasien dengan riwayat seksio sesarea


disetujui oleh pasien dan dokternya sebelum waktu persalinan yang
diperkirakan/ditentukan (ideal pada usia kehamilan 36 minggu). Keputusan mengenai
cara pesalinan ini mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi pada ibu maupun
janin. Persalinan pervaginam (vaginal birth after cesarean section, VBAC) pada
kehamilan dengan riwayat seksio sesarea dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bila
berikut ini dipenuhi. Berikut syarat-syarat VBAC (Kemenkes RI, 2013) :

1. Hanya pernah 1 (satu) kali seksio sesarea transversal pada segmen bawah,
tanpa komplikasi
2. Presentasi janin verteks normal
3. Tidak ada kecurigaan disproporsi sefalopelvik
4. Ada fasilitas untuk seksio sesarea darurat

Tidak semua pasien dengan riwayat persalinan seksio sesarea dapat


melakukan persalinan pervaginam atau VBAC. Adapun kontraindikasi VBAC meliputi
(Kemenkes RI, 2013):
1. Pasien dengan riwayat seksio sesarea klasik atau inverted T
2. Pasien dengan riwayat histerotomi atau miomektomi yang menembus kavum
uteri
3. Pasien dengan riwayat insisi pada uterus selain dari seksio sesarea
transversal pada segmen bawah tanpa komplikasi (harus dilakukan penilaian
lengkap mengenai riwayat operasi sebelumnya oleh dokter spesialis obstetri
dan ginekologi)

45
4. Pasien dengan riwayat dua kali seksio sesarea transversal pada segmen
bawah tanpa komplikasi (harus diberikan informasi yang lengkap oleh dokter
spesialis obstetri dan ginekologi)
5. Riwayat ruptura uteri atau bila risiko ruptura berulang tidak diketahui
6. Tiga kali atau lebih riwayat seksio sesarea
7. Penyembuhan luka yang tidak baik pada seksio sesarea yang lalu
8. Tipe insisi pada operasi sebelumnya tidak diketahui

Ketika syarat VBAC terpenuhi maka dapat dilakukan persalinan pervaginam


seperti wanita dengan persalinan normal. Pantau ibu dengan partograf dan awasi
secara ketat ketika dilakukan VBAC. Segera lakukan seksio sesarea jika didapati
kondisi berikut (Kemenkes RI, 2013):
1. Persalinan melampaui garis waspada dan dicurigai adanya obstruksi atau
disproporsi pelvik
2. Ada tanda-tanda ruptura uteri: perdarahan, denyut nadi >100x/menit, nyeri
menetap di abdomen dan/atau suprapubik, serta gawat janin.

Pada pasien dengan riwayat sc juga perlu diperhatikan tanda tanda ruptur uteri.
Ruptura uteri atau robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya regang
miometrium. Pada bekas seksio sesarea, risiko terjadinya ruptura uteri lebih tinggi
(Kemenkes RI, 2013). Adapun diagnosis ruptur uteri antara lain:
1. Perdarahan intraabdominal, dengan atau tanpa perdarahan pervaginam
2. Nyeri perut hebat (dapat berkurang setelah ruptura terjadi)
3. Syok atau takikardia
4. Adanya cairan bebas intraabdominal
5. Hilangnya gerak dan denyut jantung janin
6. Bentuk uterus abnormal atau konturnya tidak jelas
7. Dapat didahului oleh lingkaran konstriksi (Bandl’s ring)
8. Nyeri raba/tekan dinding perut
9. Bagian-bagian janin mudah dipalpasi

46
D. ASUHAN PERSALINAN NORMAL (60 LANGKAH)
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kaladua.
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik)..

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi
oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi,
langkah # 9).

47
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.• Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidaknormal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya padapartograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


PIMPINANMENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuaikeinginannya.
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulaimeneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk
meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas usahaibu untuk meneran.
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak
meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

48
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan peroral.
g. Menilai DJJ setiap lima menit.
h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI


Membantu Lahirnya kelapa
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.
- Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru danbersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.

49
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Membantu Lahir Bahu


22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga
bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

Membantu Lahir Badan Dan Tungkai


23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan
posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
a. Lakukan penilain selintas (hamil cukup bulan / tidak, bayi menangis / tidak,
bernafas/megap-megap, dan nilai tonus otot bayi baik,
bergerakmaktif/tidak)
b. JIKA ada jawaban “TIDAK” bayi mungkin mengalami Asfiksia. Segera
lakukan resusitasi BBL dan persiapn rujukan.
c. Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal.
26. Segera mengeringkan bayi, ganti handuk basah dengan handuk kering, dan
membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.

50
Oksitosin
27. Cek fundus untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
28. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
29. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10
unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih
dahulu.
30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).
31. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
32. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu (kontak kulit)

VIII. MANAJEMEN AKTIF KALA III


Penegangan Tali Pusat Terkendali
33. Memindahkan klem pada tali pusat
34. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan
- hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Mengeluarkan Plasenta
36. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil

51
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
- Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit :
a. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
b. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
e. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan
dengan hati - hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan
lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakanjari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi
atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.

Pemijatan Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

IX. MENILAI PERDARAHAN


39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

52
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.

Evaluasi
43. Memastikan kandung kemih kosong
44. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
45. Mengevaluasi kehilangan darah.
46. Periksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca salindan setiap 30 menit selama 1 jam di jam kedua
pasca salin.
a. Periksa temperature ibu setiap jam selama e jam pertama pasca salin
b. Lakukan tidakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
47. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh bayi normal (36,5 – 37,5ºC) .
- Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga minimal 24
jam setelah stabil.

Kebersihan Dan Keamanan


48. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.

53
50. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
51. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
52. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5%
53. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
55. Sarung tangan dtt
56. Beri bayi salep mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lain,
suntikan Vit.K1 1mg di paha kiri anterolateral bayi, timbang dan ukur bayi,
lakukan pemeriksaan asuhan BBL normal.
57. Satu jam setelah pemberian vit. K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di
paha kanan anterolateral bayi.
58. Melepas sarung tangan secara terbalik
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
(JNPK-KR,2014)

E. INISIASI MENYUSU DINI


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan
protokol tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari Evidence for the
ten steps to successful breastfeeding yang harus dikerahui oleh setuap tenaga
kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikir satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari
dan menemukan puting ibunya.

54
Manfaat IMD bagı bayi adalah membantu stabilisası pernapasan,
mengendalikan suhu rubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga
kolonisası kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar
bilirubin bayı juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat
sehingga dapat menurunkan insıden ikterus bayi baru lahir Kontak kulit dengan kulit
juga membuat bayı lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan
demikian, berat badan bayi cepat meningkat dan lebih cepat ke luar dari rumah sakit.
Bagi ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan
secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

Pada protokol inı, setelah lahir bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan
tidak perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayı karena bau cairan
amnion pada tangan bayı akan membantu bayi mencari puting ibu. Dengan waktu
yang diberikan, bayı akan mulai menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang
siap menyusu akan menunjukkan gejala refleks menghisap seperti membuka mulut
dan mulai mengulum puting. Refleks menghisap yang pertama ini tumbul 20 -30
menit setelah lahır dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini, bayı dapat
langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam
pascapersalinan 30 menit. (Mochtar,2020)

Segera setelah lahir, bayi lahir dan tali pusat di ikat letakan bayi tengkurap di
dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit
berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui
sendiri. Bayi di beri topi dan di selimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan
dan membantu ibu selama proses ini. Ibu di beri dukungan untuk mengenali saat bayi
siap untuk menyusu, menolong bayi bila di perlukan (JNPK-KR, 2014).

55
F. PARTOGRAF
1. Definisi Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan
utama penggunaan partograf untuk, mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal
(Prawirohardjo, 2016)
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan
partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan servicks melalui pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah
proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
b. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang di
berikan, pemeriksaasn laboraturium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.
(JNPK-KR, 2014).

2. Manfaat partograf
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu
penolong pesalinan untuk :
a. Mencatat kemajuan persalinan
b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
c. Mencatat asuhan yang diberika n selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan, Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
peyulit persalinan Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu

56
mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Oleh karena itu Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk
semua persalinan, baik normal maupun patologis.
b. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan
penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit Selama persalinan
dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri,
Bidan, Dokter Uumum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran). (JNPK-KR,
2014).

3. Waktu Pengisian
Partograf Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat dimana
proses persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan
serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV (JNPK-KR,
2014).

4. Bagian-bagian Partograf
a) Halaman depan
Partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada persalinan fase
aktif dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama persalinan fase aktif.
1) Informasi tentang ibu : nama, umur, gravida/ para/ abortus, nomor catatan
medik/ nomor puskesmas, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu
pecahnya selaput ketuban dan waktu mulainya kontraksi.
2) Kondisi janin : DJJ, warna dan adanya air ketuban, penyusupan (molase)
kepala janin.
3) Jam dan waktu : waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu aktual
saat pemeriksaan atau penilaian.

57
4) Kontraksi uterus : frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit dan lama
kontraksi (dalam detik).
5) Obat-obatan dan cairan yang diberikan : oksitosin dan obat- obatan
lainnya atau cairan IV yang diberikan.
6) Kondisi ibu : nadi, tekanan darah, temperatur tubuh, urin (volume, aseton
dan protein).
7) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya dicatat dalam kolom
yang tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan. (JNPK-
KR, 2014).

b) Halaman belakang
Partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan
sejak Kala I hingga Kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini
disebut sebagai catatan persalinan. 15 Catatan persalinan yang lengkap dan
benar dapat memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit atau komplikasi, serta untuk membuat keputusan klinik dan
memantau atau menilai sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang
aman dan bersih telah dilakukan. Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-
unsur : data atau informasi umum, persalinan Kala I, Kala II, Kala III, bayi baru
lahir dan Kala IV.
(JNPK-KR, 2014).

5. Cara Mencatat Temuan Pada Partograf


a) Halaman Depan
1) Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan.
- No. Registrasi
- Nama ibu dan Umur ibu
- Gravida, Para, Abortus dan Usia kehamilan
- Waktu kedatangan (tertulis sebagai : jam atau pukul pada partograf)
- Perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten.

58
- Catat waktu pecahnya selaput ketuban dan waktu mulainya ibu
merasakan his.

2) Kondisi janin
a) DJJ
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tandatanda gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan satu titik dengan titik lainnya
dengan garis tegas bersambung. Kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya
penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau
diatas 160. Catat tindakan- tindakan yang dilakukan pada ruang yang
tersedia pada salah satu dari kedua sisi partograf.

b) Warna dan adanya air ketuban


Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan
nilai warna air ketuban. Jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-
temuan didalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Dan gunakan
lambing-lambang berikut :
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah, air ketuban jernih
M: air ketuban bercampur mekoneum
D : air ketuban bercampur darah
K : tidak ada cairan ketuban (kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menandakan


adanya gawat janin. Jika terdapat meconium, pantau DJJ dengan
seksamauntuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (DJJ <100 atau >160 kali
permenit) maka ibu harus segera dirujuk.

59
Tetapi jika terdapat meconium kental, segera rujuk ibu ketempat
yang memiliki kemampuan dan fasilitas penatalaksanaan
gawardarurat obstetric dan BBL.

c) Penyusupan (molase) kepala janin


Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
janin dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul
ibu. Semakinbesar derajat penyusupan atau tumpang-tindih antar
tulang kepala semakin menunjukan resiko disproporsi kepala-panggul
(CPD). Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan
antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada pada kotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
0 : sutura terpisah
1 : sutura yang tepat
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

d) Kemajuan persalinan
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering jika
ada tanda penyulit). Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada
persalinan fase aktif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam.
Untuk pemeriksaan pertama, hasil dicantumkan pada garis waspada.
Pilih angka yang sesuai dengan pembukaan serviks dan cantumkan
tanda X pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis
waspada. Hubungkan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus).
Penurunan bagian terbawah janin Nilai dan catat hasil
pemeriksaan setiap 4 jam (lebih sering jika ada tanda penyulit).
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terendah janin telah memasuki
rongga panggul. Pada persalinan normal kemajuan pembukaan
serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tulisan

60
“Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5 tertera disisi yang
sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang
ditulis pada garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda “O” dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

e) Jam dan Waktu. (Waktu mulainya fase aktif persalinan)


Pada bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan
penurunan kepala) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap
kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya persalinan fase aktif.
Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan di bawah lajur
kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu
30 menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan
pembukaan serviks, DJJ pada bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi
ibu dibagian bawah.
Saat ibu masuk dalam persalinan fase aktif, cantumkan
pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan di kotak waktu yang sesuai (Waspodo, 2007).
Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada dimulai
pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1
cm per jam. Pencatatan selama persalinan fase aktif harus dimulai di
garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan
garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis
bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis
waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di
sebelah kanan garis bertindak, maka hal ini menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
(JNPK-KR, 2014).

61
f) Kontaksi Uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan
keterangan kontraksi per 10 menit di sebelah luar kolom paling kiri.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil
pemeriksaan kontraksi.

INGAT :
1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama
fase laten dan setiap 30 menit selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit
observasi.
3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:
: Tanda ini digunakan bila kontraksi yang lamanya kurang
dari 20 detik.
: Tanda ini digunakan untuk kontraksi yang lamanya 20-
40 detik.
: Tanda ini digunakan untuk kontraksi yang lamanya lebih
dari 40 detik.
4. Catat temuan-temuan di kotak yang sesuai dengan waktu
penilalan. (JNPK-KR, 2014).

g) Obat-obatan yang diberikan


Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak
untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV, Bagian ini
dapat juga digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan.
1. Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang
diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per
menit.

62
2. Obat-obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-
obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
h) Kondisi ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf,
terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan
kenyamanan ibu selama persalinan.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu.
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri
tanda titik ( • ) pada kolom waktu yang sesuai.
 Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai ( )
 Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2
jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
(JNPK-KR, 2014).

2. Volume urin, protein dan aseton


Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2
jam (setiap kali ibu berkemih), jika memungkinkan, setiap kali ibu
berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan proteinuria.
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik
di sisi luar kolom partograf, atau buar catatan terpisah tentang
kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau
keputusan klinis mencakup :
a. Jumlah cairan per oral yang diberikan
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur

63
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin,
bidan, dokter umum)
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan Upaya, jenis dan
lokasi fasilitas rujukan

INGAT:
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks
Kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8
jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase
laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara
terpisah atau pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4
sampai 10 cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase aktif
sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil
periksa dalam (pembukaan serviks) pada garis waspada di partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan
pembukaan serviks pada garis waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya
tidak akan melewati garis waspada. (JNPK-KR, 2014).

b) Halaman Belakang
Pencatatan pada halaman belakang Partograf merupakan bagian untuk
mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi,
serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi
baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagal Catatan Persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas
(terutama pada kala empat pesalinan) untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang
sesuai. Dokumentasi ini sangat penting. terutama untuk membuat keputusan
klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala V persalinan). Selain itu
catatan persalinan (lengkap dan benar) dapat digunakan untuk

64
menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman
dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut: Data atau


Informasi Umum Kala I, Kala H, Kala III, Kala IV, Asuhan Bayi Baru Lahir,
Asuhan BBL dengan Asfiksia.

1. Data dasar
Tanggal, Nama bidan, Tempat persalinan, Alamat tempat persalinan,
Catatan: rujuk, kala I/II/III/IV, Alasan merujuk, Tempat rujukan,
Pendamping saat merujuk, Masalah dalam kehamilan/persalinan ini.

2. Kala I
Partograf melewati garis waspada: Y/T, Masalah lain, Penatalaksanaan
lain, Hasilnya.

3. Kala II
Episiotomi: Y/T, Pendampingan saat persalinan, Gawat janin: Y/T ,
Distosia bahu: Y/T, Masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.

4. Kala III
Inisiasi Menyusui Dini, Lama kala III, Pemberian oksitosin 10 U IM,
Pemberian ulang oksitosin (2X), Penegangan tali pusat terkendali,
Massase fundus uteri, Plasenta lahir lengkap: Y/T,
Plasenta tidak lahir > 30 menit: Y/T, Laserasi, Jika ada laserasi
perineum, derajat: 1/2/3/4, Atonia uteri: Y/T 23, Jumlah darah yang
keluar, Masalah dan penatalaksanaan dan hasilnya. E. Kala IV : Kondisi
ibu, KU: , TD: , Nadi: , Suhu: , Respirasi: Masalah dan penatalaksanaan,
hasilnya Pada kala IV pemantauan dilakukan setiap 15 menit dalam satu
jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Adapun
pemantauan meliputi: waktu, tekanan darah, suhu, respirasi, nadi, TFU,
kontraksi uterus, jumlah urin dan perdarahan.

65
5. Bayi baru lahir
Berat badan, Panjang badan, Jenis kelamin, Penilaian bayi: baik/ ada
penyulit, Bayi lahir: normal/ asfiksia/ cacat bawaan/ hipotermi,
Pemberian ASI setelah jam pertama bayi lahir: Y/T, Masalah lain,
penatalaksanaan dan hasil. (JNPK-KR, 2014)

G. STANDAR KOMPETENSI BIDAN


Menurut KEPMENKES Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar
Profesi Bidan, Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan
secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan


a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
1. Bayi Baru Lahir (Neonatus).
2. Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
3. Remaja.
4. Masa Sebelum Hamil.
5. Masa Kehamilan.
6. Masa Persalinan.
7. Masa Pasca Keguguran.
8. Masa Nifas.
9. Masa Antara.
10. Masa Klimakterium.
11. Pelayanan Keluarga Berencana.
12. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan
situasi kegawatdaruratan dan sistem rujukan.
c. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan
Keterampilan Dasar Praktik Klinis Kebidanan.

66
Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan Pada Masa Persalinan
1. Perubahan fisik dan psikologis pada masa persalinan
2. Pemantauan dan asuhan kala I
3. Pemantauan dan asuhan kala II
4. Pemantauan dan asuhan kala III
5. Pemantauan dan asuhan kala IV
6. Deteksi dini, komplikasi dan penyulit persalinan
7. Partograf
8. Tatalaksana awal kegawatdaruratan pada masa persalinan dan rujukan

H. PERUNDANG – UNDANGAN
Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin pada
Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
Pasal 46
o Ayat (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi: a. pelayanan kesehatan ibu; b. pelayanan
kesehatan anak; c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana; d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
o Ayat (2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
o Ayat (3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 47
o Ayat (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai: a. pemberi Pelayanan Kebidanan; b. pengelola Pelayanan Kebidanan; c.
penyuluh dan konselor; d. pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik; e.
penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan; dan/atau f.
peneliti.
o Ayat (2) Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

67
Pasal 48
Bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 dan Pasal 47, harus sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.

Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang: a. memberikan Asuhan
Kebidanan pada masa sebelum hamil; b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa
kehamilan normal; c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan
menolong persalinan normal; d.memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas; e.
melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas, dan
rujukan; dan f.melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan pasca
keguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan berwenang: a. memberikan Asuhan
Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah; b. memberikan
imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat; c. melakukan pemantauan tumbuh
kembang pada bayi, balita, dan anak prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit,
gangguan tumbuh kembang, dan rujukan; dan d. memberikan pertolongan pertama
kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dilanjutkan dengan rujukan.

68
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN


KUNJUNGAN AWAL

A. Laporan Kasus Dengan Metode S.O.A.P


No Reg Pasien : 00.20.81.34
Nama Pasien : Ny. Ariyanti
Nama Pengkaji : Pinasti Santun Saraswati
Hari/tanggal : Senin,01 November 2021
Waktu Pengkajian : 09.10 wib
Tempat Pengkajian : UGD RS. Mekar Sari Bekasi

DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami

Nama Ny. Ariyanti Tn. Tato

Umur 35 th 36 th

Suku/bangsa Jawa Betawi

Agama Islam Islam

Pendidikan SD SMP

Pekerjaan IRT Wiraswasta

Alamat rumah Kp. Karang Congok, Rt. 03 Rw. 01 Kp. Karang Congok, Rt. 03 Rw. 01
Tlp Tambun Utara – Kab. Bekasi Tambun Utara – Kab. Bekasi
HP 0813 15386772

69
2. Quick cek
No Jenis Quick cek Hasil Keterangan

Ya tidak

1 Sakit kepala hebat √

2 Gangguan penglihatan √

3 Pembengkakan pada wajah dan tangan √

4 Nyeri abdomen (epigastrium) √

5 Mual dan muntah berlebihan √

6 Pergerakan janin tidak seperti biasa √

7 Pengeluaran pervaginam √ Keluar flek darah


sejak pukul 02.00 wib
8 Demam √

3. Keluhan saat ini


 Ibu datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan mulas-mulas disertai
keluar lender dan flek darah sejak semalam pukul 02.00 wib. Nyeri perut semakin
sakit, Mulas semakin sering dan lender darah bertambah banyak sejak pagi ini
pukul 08.00 wib. Saat datang Ibu mengatakan sudah merasakan ada dorongan
ingin mengedan.

4. Riwayat kehamilan sekarang


 HPHT : April 2021 (Lupa)
 Siklus haid : 28 hari, Teratur, Setiap
bulan, selama 7 hari
 Taksiran waktu persalinan : Januari 2022
 Pemakaian obat dan jamu-jamuan : Tidak ada
 Kekhawatiran yang berkaitan dengan Persalinan : Cemas akan bayinya

70
5. Riwayat obstetrik
N Tanggal Tempat Jenis Anak Riw.
UK Penolong Penyulit Ket.
O. Partus Partus Persalinan JK BB PB Menyusui
Meninggal
2,8 48 Tdk usia 1
1. 10 -04-2010 36-37 mg BPM Normal Bidan Tdk ada ♂
kg cm menyusui minggu, di
rawat di ICU
Abortus
2. 2010 9 mg - kuret RS.
Kartini
Abortus kuret
3. 2011 12 mg -
RSUD
Abortus
4. 2011 7-8 mg - (anna
medika)
RS. Anna 2,8 48
5. 05-06-2015 38-40 mg Normal Dokter Tdk ada ♀ 2 th Hidup, sehat
Medika kg cm
Meninggal
RS. Awal 2,6 48 usia 4 bulan
6. 05-08-2020 40-41 mg SC Dokter Sungsang ♂ 4 bulan
bros kg cm ada kelainan
jantung
7. Hamil ini.. 32 mgg

6. Riwayat kesehatan
Hasil
No. Jenis Ketetangan
Ada Tdk Ada

1. Jantung √

2. Hipertensi √

3. DM √

4. Asma √

71
5. Hepatitis √

6. IMS/HIV √

7. TBC √

8. Ginjal kronis √

9. Malaria √

10. Epilepsi √

11. Kejiwaan √

12. Kelainan congenital √

13. Alergi obat /makanan √

14. Kecelakaan √

15 Tranfusi darah √

16. Riwayat Operasi √ SC tahun 2020

Terdapat virus didalam tubuhnya, namun


ibu tidak mengetahui jenis virus dan
17. Lain-lain penyakit apa yang dialaminya. Diberikan
therapy serta melakukan program
kehamilan oleh dr. Obgyn pada th. 2013.

 Riwayat imunisasi TT :
TT I : th 2010 Saat Hamil anak 1 (Usia kehamilan 5 bln)
TT II : th 2010 Saat Hamil anak 1 (Usia kehamilan 6 bln)
TT III : th 2015 Saat hamil anak ke 5 (Usia Kehamilan 4 bln)
TT IV : th 2020 Saat Hamil anak ke 6 (usia kehamilan 4 bln)
TT V : th 2021 Saat hamil anak ke 7 (usia kehamilan 5 bln)

72
7. Riwayat Sosial Ekonomi
 Usia pertama menikah : 23 tahun

 Status perkawinan : Sah, menikah 1 kali, di tahun 2009

 Respon ibu dan keluarga terhadap : kehamilan ini sangat di harapkan dan
kehamilan dan kesiapan persalinan persalinan sangat di nantikan olehh ibu
dan keluarga.

 Dukungan keluarga : Dukungan dari suami sangat baik


begitu juga dengan keluarga sangat
memmberikan dukungan.

 Pengambil keputusan dalam : Suami


keluarga
 Makan dan minum terakhir : - Makan terakhir pkl 21.00 WIB.
- Nafsu makan : menurun karena
merasakan mules
- Minum terakhir pukul 08.00 WIB
sebanyak 200 cc
 BAB dan BAK terakhir : - BAB terakhir tgl 31 Oktober 2021 pkl
16.00 WIB
- BAK terakhir pkl 08.00 WIB sebanyak
150 cc
 Kebiasaan merokok, obat-obatan : Tidak ada
dan alkohol
 Kekerasan dalam rumah tangga : Tidak ada

 Keinginan ibu memberikan ASI : Iya, Ibu ingin memberikan ASI Eksklusif
eksklusif
 Rencana ibu memberikan ASI : 2 Tahun

73
DATA OBJEKTIF
1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan umum : Baik
3. Keadaan emosional : Stabil
5. TB : 148 cm
6. BB : 59 kg
7. TTV
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg - Suhu : 36,7ºC

- Nadi : 97x / menit - Respirasi : 22 x / menit

8. Head to toe
 Wajah : Tidak tampak pucat dan Tidak edema

 Mata : Simetris
- Konjungtiva : Tidak Pucat
- Sklera : Tidak Ikterik

 Hidung : Bersih, Tidak ada polip, tidak ada secret


berlebihan
 Mulut : Bersih, tidak berbau, tidak ada sariawan dan
tidak ada caries pada gigi
 Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran dan serumen

 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan


Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
 Payudara : Simetris ,tidak ada benjolan, areola
hiperpigmentasi dan kolostrus sudah keluar
 Abdomen

Bekas luka operasi : Ya, ada luka bekas Op. SC tahun 2020
Strie : Albican
Linea : Nigra
His : 5 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik
TFU : 26 cm TBJ : 2325 gram

74
Leopold I : Teraba satu bagian besar, lunak, tidak bulat dan
tidak melenting (bokong)
Leopold II : Pada perut kanan ibu teraba bagian keras, datar
seperti papan (punggung)
Pada perut kiri ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : Teraba satu bagian besar, bulat, keras dan
melenting (kepala). Sudah masuk PAP
Leopold IV : Teraba 1/5 bagian
DJJ : (+) 148 x / menit, Irama teratur, Punctum
maksimum 3 jari bawah pusat sebelah kanan perut
ibu

 Ekstermitas : Simetris, telapak tangan tidak pucat, tidak ada


edema, tidak ada varises dan kekakuan sendi.
 Anogenital :
Tukak/luka : Tidak ada
varises : Tidak ada
kelenjar scene : Tidak ada pengeluaran
kelenjar bartholin : Tidak ada pembesaran
Inspeksi : Ada tanda dan gejala kala II
- Ibu Tampak Meneran
- Tekanan pada anus
- Vulva membuka
- Perineum menonjol
PD / (VaginalToucher)
Vulva Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tidak Teraba
Pembukaan : 10 cm / Lengkap
Ketuban : (+) Menonjol (09.10 WIB)
Ketuban pecah spontan pada pukul Pukul 09.20 WIB
Presentasi : Kepala
Posisi : Ubun ubun kecil depan

75
Penurunan : H III+ (09.10 WIB)
Pada Pukul 09.20 WIB penurunan menjadi H III-IV
Penyusupan : Tidak ada
Hemoroid : Tidak ada
 CVAT : Tidak ada nyeri ketuk kanan dan kiri
 Refleks patella : Kanan (+) dan Kiri (+)

9. Pemeriksaan penunjang
HB : 10,3 gram/dl
Leukosit : 14.600/ul
GDS : 81mg/dl
Golongan darah ABO / Rhesus : O / +
HIV : Non Reaktif
HBSAg Rapid : Non Reaktif
Shypilis Rapid : Non Reaktif
AG Covid 19 : Non Reaktif
10. Pemeriksaan Penunjang Lain : USG tanggal 27 Oktober 2021, dengan
hasil UK 32 minggu, janin tunggal hidup
intra uterin presentasi kepala.

ANALISIS
Ny.A usia 35 tahun G7P3A3, hamil 32 minggu 5 hari inpartu kala II dengan BSC 1x
Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala.

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah
memasuki proses persalinan, dan pembukaan sudah lengkap ( ibu dan keluarga
mengerti penjelasan bidan)
2. Informed choise dan informed consent (ibu dan keluarga setuju untuk ditolong
bidandan team nakes lainnya)
3. Menginformasikan ibu dan keluarga tentang kondisi janinnya yang kemungkinan
besar akan mengalami gagal nafas (ibu dan keluarga sudah terinfo dan mengerti
tentang kondisi janinnya)

76
4. Kolaborasi dengan dokter Obgyn melalui dr. jaga UGD dan melaporkan semua
temuan yang ada ( dr. obgyn telah terlapor dan memberikan advice)
- Infus RL/20 tpm
- Observasi His, DJJ dan kemajuan persalinan
- Lahirkan pervaginam
5. Memasang Infus (infus RL telah terpasang dengan tetesan 20 tpm)
6. Mengobservasi His dan DJJ (his dan DJJ sudah diobservasi)
7. Pantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan janin dengan partograf
(partograf terisi dan persalinan terpantau)
8. Menyiapkan dan memastikan kelengkapan alat-alat dan obat-obatan pertolongan
persalinan serta alat resusitasi bayi,(peralatan persalinan dan resusitasi bayi telah
disiapkan)
9. Memberikan dukungan psikologis pada ibu, agar ibu tidak cemas dalam proses
persalinan ( dukungan telah dilakukan)
10. Mengajurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman (Ibu mengerti yang diajarkan
bidan dan memilih posisi dorsal recumbent)
11. Memberitahu ibu untuk relaksasi ketika tidak ada kontraksi,agar di kala his datang
dapat mengurangi rasa sakit ibu. Dan agar ibu tidak mudah lelah dan menjaga
tenaga ibu agar optimal saat meneran dalam proses pengeluaran janin (ibu mengerti
yang dijelaskan bidan)
12. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar agar ibu bisa meneran dengan baik (ibu
dapat meneran dengan baik)
13. Menolong persalinan pengeluaran bayi sesuai langkah APN (bayi lahir spontan pukul
09.30 WIB, jenis kelamin perempuan)
14. Melakukan Penilaian cepat pada bayi, (Bayi tidak menangis,nafas megap-
megap,Pergerakan lemah, warna kulit kebiruan)
15. Potong tali pusat. (tali pusat telah terpotong)
16. Melakukan Asuhan segera pada bayi baru lahir dengan Asfiksia (asuhan telah
dilakukan)

77
PATHWAY Asuhan Kebidanan Kala II
Nama Pengkaji : Pinasti Santun Saraswati
Hari/tanggal : Senin,01 November 2021
Waktu Pengkajian : 09.10 wib
Tempat Pengkajian : UGD RS. Mekar Sari Bekasi

Pathway Kasus Kebidanan


PERSALINAN KALA II
Nama : Ny. Ariyanti
Usia : 35 th
Ny.A usia 35 tahun G7P3A3, hamil 32 minggu 5 hari inpartu kala II dengan BSC 1x
Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala.

Tanda / Gejala / keluhan secara Tanda / Gejala / keluhan yang dialami


teori : Tanda / Gejala / Keluhan Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / pasien
Secara Teori :  Usia Kehamilan 32 minggu 5 hari
keluhan yang dialami pasien)
 Nyeri perut bagian bawah dan mulas-
 Terjadi pada usia kehamilan 22 -
mulas disertai keluar lendeir darah
Persalinan Preterm. mengancam
37 minggu sejak semalam pukul 02.00 wib.
mengaitkan dengan ketidak seimbangan  Nyeri perut semakin sakit, Mulas
 Kontraksi yang berulang
pengeluaran hormon progesteron dan semakin sering dan lender darah
sedikitnya setiap 7 - 8 menit
oksitosin serta aktivasi desidua. Teori bertambah banyak sejak pagi ini pukul
sekali, atau 2 – 3 kali dalam 08.00 wib.
pengeluaran hormon progesteron dimana
waktu 10 menit  Keluar air-air berwarna hijau pukul
semakin mendekati proses persalinan 09.20 wib
 Adanya nyeri pada punggung
sumbu adrenal janin menjadi lebih  sudah merasakan ada dorongan ingin
bawah (low back pain) mengedan.
sensitif terhadap hormone andrenal
 Perdarahan bercak  Pemeriksaan Penunjang USG tgl 27
kortikotropik sehingga meningkatkan Oktober 2021 dengan hasil UK 32
 Perasaan menekan daerah
sekresi kortisol, kortisol janin tersebut minggu, janin tunggal hidup intra uterin
serviks presentasi kepala.
akan merangsang aktivasi 17-α-
 Pemeriksaan serviks  TTV dalam batas Normal
hidroksilase plasenta sehingga
menunjukkan telah terjadi  TFU : 26 cm TBJ : 2325 gr
mengurangi sekresi progesteron dan  His : 5 kali dalam 10 menit lamanya 45
pembukaan sedikitnya 2 cm, dan
meningkatkan hormon estrogen, detik
penipisan 50-80%
ketidakseimbangan homon tersebut
 Presentasi janin rendah, sampai  Inspeksi : Ada tanda gejala kala II
menyebabkan keluamya hormon
mencapai spina isiadika Ibu Tampak Meneran, Tekanan pada
prostaglandin yang memicu serangkaian anus, Vulva membuka dan Perineum
 Selaput ketuban pecah dapat menonjol
proses persalinan. (Cumningham, 2013).
merupakan tanda awal terjadinya  Pemeriksaan Dalam :
Factor-faktor yang mempengaruhi seperti
persalinan preterm - portio tidak teraba,
Power : (Kekuatan janin yang mendorong - pembukaan lengkap
(Mochtar, 2020)
janin keluar karena adanya his), - selaput ketuban negative (meconium),
- presentasi kepala, ubun-ubun kecil
Passanger : sikap ,letak,presentasi
78 depan
,bagian terbawah janin dan posisi janin, - molase tidak ada
Passage (jalan lahir) dan Psikis. - penurunan di hodge III-IV.
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan
1. Memberitahukan ibu dan keluarga tentang hasil 1. Agar mengetahui kemajuan persalinan dan ibu akan
bersikap dan berperilaku yang mendukung asuhan
pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki proses
persalinan, dan pembukaan sudah lengkap. persalinan yang diberikan

2. Informed choise dan informed consent 2. Dengan Informent Consent petugas medis dan pasien
merasa aman, nyaman dan dapat kooperatif dalam proses
3. Menginformasikan ibu dan keluarga tentang kondisi
pemeriksaan serta pemberian tindakan medis serta
janinnya.
mendapat persetujuan tindakan medis dari keluarga.
4. Kolaborasi dengan dokter Obgyn melalui dr. jaga UGD
3. Dengan menginformasikan ibu dan keluarga tentang
dan melaporkan semua temuan yang ada.
keadaan janinnya, ibu bisa mengetahui kondisi
Aadvice dr. Obgyn :
janinnyanyang kamungkinan besar mengalami gagal nafas
- Infus RL/20 tpm
dan butuh perawatan insentif.
- Observasi His, DJJ dan kemajuan persalinan
- Lahirkan pervaginam 4. Berkolaborasi dengan dokter Obgyn bertujuan untuk
mendapatkan arahan tindakan dan therapy yang akan
5. Memasang Infus
diberikan.
6. Mengobservasi His dan DJJ
5. Pemasangan infus ditujukan sebagai pemberian obat-
7. Pantau kemajuan persalinan, kesejahteraan ibu dan
obatan Intra Vena. Dan antisipasi jika terjadi perdarahan.
janin dengan partograf
6. Agar mengetahui HIS normal, inersia uteri, tetania uteri dan
8. Menyiapkan dan memastikan kelengkapan alat-alat
incordinate sedangkan Observasi DJJ normal atau
dan obat-obatan pertolongan persalinan serta alat
abnormal, mengetahui kegawatdaruratan pada janin.
resusitasi bayi
7. Agar persalinan berjalan dengan baik, dan kesejahteraan
9. Memberikan dukungan psikologis pada ibu
ibu dan janin.
10. Mengajurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman
8. Agar memudahkan penolong saat proses persalinan di
11. Memberitahu ibu untuk relaksasi ketika tidak ada
mulai dan tidak ada kekurangan alat dan obat yang
kontraksi
dibutuhkan
1. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar agar ibu
9. Agar ibu tidak cemas dalam mengadapi proses persalinan
bisa meneran dengan baik
10. Agar ibu merasa nyaman dalam proses persalinan
2. Menolong persalinan pengeluaran bayi sesuai langkah
APN (bayi lahir spontan pukul 09.30 WIB, jenis kelamin 11. Dengan melakukan tehnik rileksasi di kala his datang dapat

perempuan) mengurangi rasa sakit ibu. Dan agar ibu tidak mudah lelah
dan menjaga tenaga ibu agar optimal saat meneran dalam
3. Melakukan Penilaian cepat pada bayi, (Bayi tidak
menangis, nafas megap - megap, Pergerakan lemah, proses pengeluaran janin.

warna kulit kebiruan) 12. Agar ibu mengerti dan dapat mempraktekan cara meneran
4. Potong tali pusat. yg benar untuk mengurangi robekan pada perineum.

5. Melakukan Asuhan segera pada bayi baru lahir dengan 13. Agar dapat memberikan derajat kesehatan yg tinggi bagi ibu
Asfiksia (asuhan telah dilakukan) dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap
dgn intervesi yg seminimal mungkin.
14. Agar dapat segera melakukan tindakan segera terhadap
BBL dengan Asfiksia
15. Agar bayi mendapatkan penangan asfiksia segera
16. Agar BBL dapat bernafas dngan spontan kembali,
79
meningkatkan saturasi oksigen, serta mengembalikan
ventilasi dan sirkulasi pernafasan BBL secara efekti dan
stabil.
Evaluasi asuhan yang diberikan :

1. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan


2. Ibu merasa sangat aman nyaman dan kooperatif saat pemeriksaan berlangsung
3. ibu dan keluarga sudah terinfo dan mengerti tentang kondisi janinnya
4. dr. obgyn sudah terlapor dan advice dr. obgyn sudah dilakukan
5. infuse telah terpasang
6. his dan djj sudah terobservasi
7. Partograf terisi dan persalinan terpantau
8. Peralatan persalinan dan resusitasi bayi telah disiapkan
9. Dukungan telah diberikan dan ibu merasa nyaman)
10. Ibu mengerti yang diajarkan bidan dan memilih posisi dorsal recumbent
11. Ibu mengerti dan melakukan tekhnik relaksasi
12. Ibu dapat meneran dengan baik
13. Perslinan telah ditolong dengan APN bayi lahir pukul 09.30 wib.
14. Penilaian segera pada BBL telah dilakukan
15. Tali pusat telah terpotong
16. Asuhan segera pada BBL dengan asfiksia telah dilakukan

80
S.O.A.P KALA III (Pukul 09.30 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan merasa lega dan senang karena bayinya sudah lahir, ibu juga
mengatakan cemas akan kondisi bayinya dan ibu mengatakan perutnya masih mules

OBJEKTIF
KU : Baik, TD : 110/60 mmHg, N: 88 x/menit, R: 22 x/menit, TFU: setinggi pusat, dari
hasil palpasi abdomen tidak ada janin kedua, kontraksi uterus baik, kandung kemih
kosong, adanya semburan darah tiba-tiba dan singkat dari jalan lahir, tampak tali pusat
memanjang di depan vulva, perdarahan + 50 cc.

ANALISIS
Ny.A usia 35 tahun P4A3 Partus kala III

PENATALAKSANAAN:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan, bahwa plasenta akan dilahirkan(ibu dan
keluarga mengerti)
2. Pastikan tidak ada janin kedua( tidak ada janin kedua)
3. Lakukan manajemen aktif kala III
- Suntikkan oksitosin 10 unit IM (oksitosin sudah diberikan pada paha kanan
atas lateral secara IM dengan sudut 90 derajat)
- Melakukan penegangan tali pusat terkendali setiap ada kontraksi selama 30 –
40 detik sampai ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
- Lakukan PTT saat ada kontraksi (pukul 09.35 WIB ada tanda-tanda pelepasan
plasenta). Lahirkan plasenta (plasenta lahir pkl 09.40 WIB)
- Masase uterus hingga kontraksi baik (setelah 10 detik massage uterus teraba
keras, kontraksi baik)
4. Memeriksa kelengkapan plasenta plasenta untuk memastikan tidak ada sisa plasenta
yang tertinggal (sisi maternal selaput utuh, kotiledon lengkap, tidak ada pengkapuran,
tebal+ 3 cm, sisi fetal :insersi sentralis, panjang tali pusat + 60 cm, tali pusat segar,
dilapisi selaiwarthon yang tebal, terdiri dari 2 arteri 1 vena, diameter 20 cm).
(plasenta lengkap)
5. Menilai jumlah perdarahan (perdarahan+ 150 cc).

81
PATHWAY Asuhan Kebidanan Kala III
Nama Pengkaji : Pinasti Santun Saraswati
Hari/tanggal : Senin,01 November 2021
Waktu Pengkajian : Pukul 09.30 WIB
Tempat Pengkajian : UGD RS. Mekar Sari Bekasi

Pathway Kasus Kebidanan


PERSALINAN KALA III
Nama : Ny. Ariyanti
Usia : 35 th
Ny.A usia 35 tahun P4A3 Partus kala III

Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala /


Tanda / Gejala / keluhan keluhan yang dialami pasien) Tanda / Gejala / keluhan yang
secara teori : Tanda / Gejala / dialami pasien
Keluhan Secara Teori : Tempat implantasi plasenta
 Merasa Mulas
Pd kala III terdapat tanda ebagai mengalami pengerutan akibat
berikut :  TTV dalam batas Normal
pengosongan kavum uteri dan kontraksi
 Perubahan bentuk uterus,  TFU setinggi pusat
lanjutan, sehingga plasenta dilepaskan
teraba keras dan tinggi  Kontraksi baik
dari perlekatannya dan pengumpulan
fundus uteri setinggi pusat.  Kandung Kemih
darah pada ruang utero-plasenter akan
 Tali pusat memanjang.  Adanya semburan darah
mendorong plasenta ke luar .
Tali pusat terlihat keluar tiba-tiba dan singkat dari
Myometrium berkontraksi mengikuti
memanjang atau terjulur jalan lahir,
penyusutan volume cavum uteri setelah
melalui vulva dan vagina  Tampak tali pusat
lahirnya bayi, sehingga plasenta
 Semburan darah mendadak memanjang di depan vulva
dilepaskan dari perlekatannya dan
dan singkat. pengumpulan darah pada ruang utero-
(JNPK-KR, 2014). plasenter akan mendorong plasenta
keluar

Asuhan yang diberikan :


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan, bahwa plasenta akan
dilahirkan.
2. Melakukan manajemen aktif kala III meliputi ;
Memberikan uterus tonika
Melakukan PTT
Massage uterus hingga kontraksi82baik
3. Memeriksa kelengkapan placenta .
4. Menilai jumlah perdarahan
Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan : Evaluasi asuhan yang diberikan :

1. Agar ibu mengetahui kemajuan dalam 1. Ibu mengerti dengan keadaannya saat
persalinan ini
2. Dengan melakukan manajemen aktif kala 2. Sudah dilakukan manajemen aktif kala
III untuk Mencegah terjadinya Prolapsus III, Placenta lahir spontan lengkap pukul
uteri menghasilkan kontraksi uterus yg 09.40 WIB
efektif sehingga dapat mempersingkat 3. Plasenta lengkap
waktu keluarnya placenta ,mencegah 4. Jumlah perdarahan kala III + 150 cc
perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah kala III
3. Untuk mengetahui kelengkapan plasenta
dan memastikan tidak ada jaringan
plasenta yang tertinggal.
4. Agar dapat mengetahui jumlah perdarahan
di kala III dan jika terjadi pendarahan bisa
melakukan tindakan segera.

83
S.O.A.P KALA IV (Pukul 09.40 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengeluh perut masih terasa mules dan ibu merasa lelah
OBJEKTIF
KU : Baik, TD : 110/80 mmHg, N: 89 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,6C, TFU : dua jari
dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 70cc,
Perineum Utuh

ANALISIS
Ny.A usia 35 tahun P4A3 Partus kala IV

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga (ibu sudah mengerti atas
penjelasan bidan)
2. Evaluasi Tinggi Fundus uteri (TFU 2 jari dibawah pusat)
3. Merapihkan dan memberishkan ibu dan alat habis pakai (ibu sudah dirapihkan dan
alat-alat sudah di dekotaminasikan)
4. Melaporkan ulang pada dr. obgyn bahwa proses persalinan telah selesai
advice dr. Obgyn : Infus RL + Oxytocin 20 IU dgn tetesan 20 tpm, Ceftriaxone 2 x 500
mg, As. Mefenamat 3 x 500 mg, Rencana USG besok, Observasi kontraksi Uterus
dan perdarahan pervaginam. (semua therapy sudah diberikan)
5. Melakukan pemantauan pada 1 jam pertama setiap 15 menit yang terdiri dari
Keadaan Umum, Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu, kotraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan pervaginam (sudah dilakukan)
6. Melanjutkan pemantauan pada 1 jam kedua setiap 30 menit yang terdiri dari
Keadaan Umum, Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu, kotraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan (hasil pemantauan normal)
7. Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang :
- Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
- Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
(ibu dan keluarga mengerti dan mau melaksanakan)
8. Mengganti pakaian ibu (pakaian ibu sudah diganti dengan yang bersih)

84
9. Mendokumentasikan semua asuhan yang diberikan ke dalam patograf
(Pendokumentasian telah dilakukan)

PATHWAY Asuhan Kebidanan Kala IV


Nama Pengkaji : Pinasti Santun Saraswati
Hari/tanggal : Senin,01 November 2021
Waktu Pengkajian : Pukul 09.40 WIB
Tempat Pengkajian : UGD RS. Mekar Sari Bekasi

Pathway Kasus Kebidanan

PERSALINAN KALA IV
Nama : Ny. Ariyanti
Usia : 35 th
Ny.A usia 35 tahun P4A3 Partus kala IV

Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala /


Tanda / Gejala / keluhan secara keluhan yang dialami pasien) Tanda / Gejala / keluhan
teori : Tanda / Gejala / Keluhan Kala IV merupakan masa 1 – 2 jam yang dialami pasien
Secara Teori :
setelah plasenta lahir. Dalam klinik,  Mengeluh perut masih
1. Dimulai setelah lahirnya
atas pertimbangan praktis masih diakui terasa mules
plasenta dan berakhir 2 jam
adanya kala IV persalinan meskipun  merasa lelah
setelah itu
2. Otot rahim berkontraksi masa setelah plasenta lahir adalah  TTV

(Mochtar, 2015) masa dimulainya masa nifas TD : 110/80 mmHg

3. merasa cemas karena takut (puerperium), mengingat pada masa ini Nadi : 89x/menit

terjadi perdaraha setelah sering timbul perdarahan Suhu : 36,6ºC

placenta lahir. Setelah plasenta lahir tinggi fundus Respirasi : 22x/menit

4. Lelah dan cape setelah uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.  TFU : dua jari dibawah

melahirkan bayi dan Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh pusat

placentanya. (Kemenkes darah yang ada diantara anyaman-  Kontraksi uterus baik

RI,2016) anyaman otot uterus akan terjepit.  Kandung kemih kosong


Proses ini akan menghentikan  Perdarahan ± 70cc
perdarahan setelah plasenta dilahirkan.  Perineum Utuh

85
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan :
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan 1. Agar ibu dan keluarga mengetahui kondisinya saat
keluarga ini
2. Evaluasi Tinggi Fundus uteri 2. Untuk mengetahui kekuatan kontraksi uterus baik
3. Merapihkan dan memberishkan ibu dan alat atau tidak, agar dapat memberikan asuhan tindakan
habis pakai lanjutan
4. Melaporkan ulang pada dr. obgyn bahwa proses 3. Untuk memberikan kebersihan personal hygine dan
persalinan telah selesai kenyamanan bagi ibu dan alat yang telah digunakan
- advice dr. Obgyn : Infus RL + Oxytocin 20 IU terdekontaminasi.
dgn tetesan 20 tpm, Ceftriaxone 2 x 500 mg, 4. Melapor ulang kondisi ibu pada dokter Obgyn
As. Mefenamat 3 x 500 mg, Rencana USG bertujuan untuk mendapatkan therapy dan tindakan
besok, Observasi kontraksi Uterus dan lanjutan yang akan diberikan.
perdarahan pervaginam. 5. Infus RL + Oxytocin diharapkan mempertahankan
5. Memasang infus RL + Oxytocin 20 IU dgn kontraksi uterus tetap baik dan diharapkan dapat
tetesan 20 tpm mencegah pendarahan post partum
6. Memberikan therapy oral Ceftriaxone 2 x 500 6. Ceftriaxone untuk mencegah infeksi post partum
mg, As. Mefenamat 3 x 500 mg. dan as, mefenamat membantu mengurangi rasa
7. Merencanakan ibu untuk USG besok dengan dr. sakit akibat proses pengecilan Rahim.
Obgyn 7. USG dengan dr. obgyn bertujuan untuk melihat
8. Melakukan pemantauan pada 1 jam pertama kondisi Rahim, apakah ada sisa jaringan plasenta /
setiap 15 menit yang terdiri dari Keadaan Umum, tidak
Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu, kotraksi 8. Agar tanda bahaya pada kala 4 dapat terpantau di 1
uterus, kandung kemih dan perdarahan jam pertama postpartum dan dapat melakukan
pervaginam. tindakan lanjutan
9. Melanjutkan pemantauan pada 1 jam kedua 9. Agar tandabahaya pada kala 4 terpantau di jam ke 2
setiap 30 menit yang terdiri dari Keadaan Umum, postpartum dan dapat melakukan tindakan lanjutan
Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, suhu, kotraksi 10. Agar ibu dan keluarga dapat mengetahui kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan uterus dan apabiladi dapati tanda bahaya pada ibu
pervaginam. segera memberitahu bidan untuk penanganan
10. Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang : segera.
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan 11. Agar ibu merasa nyaman
kontraksi dan Tanda-tanda bahaya bagi ibu. 12. Untuk dokumentasi dan evaluasi persalinbaik
11. Mengganti pakaian ibu kondisi ibu maupun janin serta untuk perlindungan
12. Mendokumentasikan semua asuhan yang hukum bidan
diberikan ke dalam patograf

86
Evaluasi asuhan yang diberikan :

1. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

2. TFU 2 jari dibawah pusat

3. Ibu sudah dirapihkan dan alat-alat sudah di dekotaminasikan

4. Dr. Obgyn telah terlapor

5. Infus telah terpasang

6. Therapy oral telah diberikan

7. USG telah terencana

8. Pemeriksaan TTV normal dan kondisi ibu dalam keadaan baik, Perdarahan kala IV ±70cc

9. Pemeriksaan TTV normal dan kondisi ibu dalam keadaan baik,Perdarahan kala IV ±50 cc

10. Ibu dan keluarga mengerti dan mau melaksanakan

11. Pakaian ibu sudah diganti dengan yang bersih

12. Pendokumentasian telah dilakukan

87
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan penulis dengan memberikan


asuhan kebidanan persalinan pada NY. A di UGD RS.Mekar Sari pada tanggal 1
November 2021, penulis akan membuat pembahasan yang mengkaitkan teori dengan
kasus yang dialami oleh Ny.A.

Ny. A datang ke UGD RS. Mekar Sari pada tanggal 1 November 2021 pukul
09.10 wib. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dan mulas-mulas disertai keluar
lendeir darah sejak semalam pukul 02.00 wib. Nyeri perut semakin sakit, Mulas semakin
sering dan lender darah bertambah banyak sejak pagi ini pukul 08.00 wib. Saat datang
Ibu mengatakan sudah merasakan ada dorongan ingin mengedan. Ny.A mengatakan
sedang hamil anak ke tujuh, keguguran 3 kali dan riwayat SC 1x pada tahun 2020, Ny. A
tidak mengingat Tanggal HPHT pada kehamilannya saat ini, hanya ingat bulan terakhir
menstruasi, yaitu bulan april 2021. Didapati hasil pemeriksaan USG pada tanggal 27
Oktober 2021 usia kehamilan 32 minggu. Menurut Mochtar 2020, Persalinan yang terjadi
pada usia kehamilan 22 - 37 minggu dapat di sebut dengan persalinan preterm.

Pada inspeksi pada abdomen ibu terdapat luka bekas SC, dan pemeriksaan
didapati hasil : His 5 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik, TFU 26 cm, TBJ : 2325 gram
DJJ (+) 148 x / menit, Irama teratur, Punctum maksimum 3 jari bawah pusat sebelah
kanan perut ibu. Pemeriksaan dalam pada vulva vagina tidak ada kelainan, portio tdk
teraba, ketuban utuh, pembukaan serviks 10 cm, teraba ubun-ubun kecil kiri depan, tidak
ada molase, tidak teraba bagian-bagian terkecil atau tali pusat menumbung, penurunan
Hodge III+ sehingga diagnose Ny.A usia 35 tahun G7P3A3, hamil 32 minggu 5 hari
inpartu kala II dengan BSC 1x, Janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala.

Penatalaksanan yang diberikan yaitu memberitahukan ibu dan keluarga tentang


hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan, dan pembukaan
sudah lengkap, Informed choise dan informed consent bertujuan untuk bukti bahwa ibu
dan keluarga bersedia ditolong bidan serta sebagai bukti perlindungan hukum bidan,
Menginformasikan ibu dan keluarga tentang kondisi janinnya yang kemungkinan besar

88
akan mengalami gagal nafas, kemungkinan ini sesuai dengan teori (mochtar,2020) yang
mengatakan permasalahan yang terjadi pada persalinan preterm bukan saja pada
kematian perinatal. melainkan bayi prematur ini sering pula disertai dengan kelainan,
baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang
sering terjadi adalah: RDS (Respiratory Distress Syndrome) yang dapat berujung
kematian neonatus. Kemudian dikakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn melalui dr.
jaga UGD dan melaporkan semua temuan yang ada, dan diberikan avice berupa : Infus
RL/20 tpm, Observasi His, DJJ dan kemajuan persalinan, dan Lahirkan pervaginam.

Tidak diberikannya obat-obatan tokolitik (menghambat persalinaan) seperti


Nifedipin: 3 x 10 mg per oral, ATAU Terbutalin sulfat 1000 µg (2 ampul) dalam 500 ml
larutan infus NaCI 0,9% dengan dosis awal pemberian 10 tetes/menit lalu dinaikkan 5
tetes/menit tiap 15 menit hingga his menghilang, dan Kortikostreroid (pematangan paru
janin) seperti dexametason 5mg tiap 12 jam (IM) sampai 4 dosis, atau betametason 12
mg tiap 24 jam (IM) sampai 2 dosis, pada Asuhan Ny.A ini sesuai dengan teori
(Kemenkes RI,2013) Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak
perlu diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau perabdominam sesuai
kondisi kehamilan : Usia kehamilan di bawah 24 dan di atas 34 minggu, Pembukaan > 3
cm, Pendarahan aktif, Ada tanda korioamnionitis (infeksi intrauterin), preeklampsia, Ada
gawat janin, dan Janin meninggal atau adanya kelainan kongenital yang kemungkinan
hidupnya kecil. Begitu pula dngan teori yang dikatakan (Mochtar,2020) bila ada tanda-
tanda seperti di sebutkan oleh kemenkes RI,2013 Lakukan persalinan dengan upaya
optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus. Monitor kemajuan persalinan memakai
partograf. Hindarkan pemakaian vakum untuk melahirkan (sebab risiko perdarahan
intrakranial pada bayi prematur cukup tinggi). Persiapkan menolong bayi prematur,
asfiksia bisa memperburuk penyakit membran hialin dan komplikasi prematur dan lain-
lain. (Mochtar 2020)

Pada pukul 09.20 WIB Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan mulasnya
lebih sering dan lebih kuat, adanya dorongan untuk mengejan seperti mau BAB, dan ibu
mengatakan sudah keluar air-air. . Dilakukan inspeksi dengan hasil vulva vagina terdapat
lendir campur darah, tidak oedema, tidak varises, dan Ada tanda dan gejala kala II (
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka). Hasil pemeriksaan dalam

89
ditemukan vulva dan vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm
(lengkap), selaput ketuban negative (meconium), presentasi kepala, ubun-ubun kecil
depan, tidak ada molase penurunan di hodge IV. Penulis menegakkan diagnose Ny.A
usia 35 tahun G7P3A3, hamil 32 minggu 5 hari inpartu kala II dengan BSC 1x. Hal ini
sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2014) yang menyatakan bahwa Gejala dan tanda kala II
telah terjadi : ada rasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, adanya
peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya, Perineum menonjol. Vulva dan
sfingter ani membuka,Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Tanda pasti
kala dua ditentukan melalui períksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah:
pembukaan serviks telah lengkap, atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina.

Menolong persalinan pengeluaran bayi sesuai langkah APN. Pukul 09.30 WIB
bayi lahir spontan, jenis kelamin perempuan, Melakukan Penilaian cepat pada bayi, (Bayi
tidak menangis,nafas megap-megap,Pergerakan lemah, warna kulit kebiruan), lakukan
pemotongan tali pusat, dan segera melakukan Asuhan pada bayi baru lahir dengan
Asfiksia. Hal ini senada dengan teori (Mochtar 2020) yang mengatakan bahwa Bila pada
persalinan preterm di temukan janin dengan presentasi kepala, maka diperbolehkan
partus pervaginam. Seksio sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi,
bahkan merugikan ibu. Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan
seksio sesarea. Oleh karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.
Begitu pula dengan teori (Saifuddin,2014), bahwa saat menolong persalinan preterm
harus mempersiapkan pertolongan pada bayi prematur, asfiksia bisa memperburuk
penyakit membran hialin dan komplikasi prematur dan lain-lain.kala II persalinan pada
Ny.A berlangung selama 20 menit.hal ini tidak sesuai dengan teori Wiknjosastro ,2016
yang menyatakan bahwa pada primipara kala II berlangsung selama 1,5-2 jam, pada
multipara berlangsung selama 0,5-1 jam.

Kala III persalinan pada Ny. A dimulai Pukul 09.30 WIB, Ny. A mengatakan
cemas akan kondisi bayinya dan mengeluh perutnya masih terasa mulas. Dilakukan
pemeriksaan, dengan hasil uterus globuler, TFU: setinggi pusat, dari hasil palpasi
abdomen tidak ada janin kedua, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, adanya
semburan darah tiba-tiba dan singkat dari jalan lahir, tampak tali pusat memanjang di

90
depan vulva, perdarahan + 70 cc. Maka ditegakan diagnose Ny.A usia 35 tahun P4A3
Partus kala III. Hal ini sesuai dengan teori (JNPK-KR, 2014) yang mengatakan bahwa
tanda gejala kala III persalinan sebagai berikut : Perubahan bentuk uterus, teraba keras
dan tinggi fundus uteri setinggi pusat. Tali pusat memanjang, dan adanya Semburan
darah mendadak dan singkat. Penatalaksanaan yang diberikan adalah memastikan tidak
ada janin kedua, mulai melakukan manajemen aktif kala III, yaitu menyuntikkan oksitosin
10 unit IM pada paha kanan atas lateral secara IM dengan sudut 90 derajat, Melakukan
penegangan tali pusat terkendali setiap ada kontraksi selama 30 – 40 detik sampai ada
tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu uterus globuler, adanya semburan darah dari
jalan lahir dan tali pusat memanjang didepan vulva, pukul 09.35 tanda pelepasan
plasenta muncul, melahirkan plasenta dengan teknik brand andrew dan plasenta lahir
pukul 09.40 WIB, selanjutnya melakukan masase fundus uteri secara sirkuler selama 15
detik, memeriksa kelengkapan plasenta. Pendarahan kala III + 150 cc dan plasenta
lengkap. Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI,2013) bahwa pada persalinan kala III
setelah bayi lahir harus dilakukan manajemen aktif kala tujuannya untuk mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan.
Setelah plasenta lahir lakukan massase fundus, hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes
RI,2013) agar menimbulkan kontraksi dan dapat mengurangi pengeluaran darah serta
mencegah perdarahan post partum.

Kala III pada kasus Ny. A berlangsung selama 10 menit, hal ini sesuai dengan
teori (Wiknjosastro,2016) yaitu Kala III (kala pengeluaran plasenta) berlangsung tidak
lebih dari 30 menit setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus utreri agak
diatas pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Setelah bayi dan plasenta lahir, pukul 09.40 WIB ibu memasuki kala IV
persalinan, dilakukan pemeriksaan dengan hasil KU : Baik, dan TTV dalam batas normal,
TFU : dua jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
± 70 cc, Perineum Utuh. Pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori (JNPK-
KR, 2014) bahwa di kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan dianggap

91
masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV adalah : Intensitas kesadaran, Pemeriksaan tanda-tanda vital,
Kontraksi uterus dan sumber terjadinya perdarahan.

Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. A adalah melakukan rangsangan taktil


pada uterus, Evaluasi Tinggi Fundus uteri memeriksa kemungkinan perdarahan,
Melaporkan ulang pada dr. obgyn bahwa proses persalinan telah selesai dan di da[ati
advice dr. Obgyn : Infus RL + Oxytocin 20 IU dgn tetesan 20 tpm, Ceftriaxone 2 x 500
mg, As. Mefenamat 3 x 500 mg, Rencana USG besok, Observasi kontraksi Uterus dan
perdarahan pervaginam. Melaksanakan advice dr. obgyn membeikan infus RL +
Oxytocin 20 IU/20 tpm bertujuan untuk mempertahankan kontraksi uterus tetap baik dan
diharapkan dapat mencegah pendarahan post partum, memberikan therapy oral
Ceftriaxone untuk mencegah infeksi post partum dan as. mefenamat membantu
mengurangi rasa sakit akibat proses pengecilan Rahim, dan merencanakan USG dengan
dr. obgyn bertujuan untuk melihat kondisi Rahim, apakah ada sisa jaringan plasenta /
tidak. Dan jika ada sisa jaringan kemungkinan akan dilakukan kuretase.

Selanjutnya memantau kontraksi Rahim , mengontrol perdarahan, melakukan


pemeriksaan TTV dan keadaan umum ibu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada1 jam kedua.memantau perdarahan periksa perineum dan vagina
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua ,
Menagajarkan ibu dan keluarga menilai kontrakasi uterus Membersihkan ibu dari darah
dan cairan dan langkah terakhir adalah Mendokumentasikan semua asuhan yang
diberikan ke dalam patograf.

Pada asuhan persalinan yang diberikan pada Ny. A terjadi kesenjangan pada
proses IMD. Karna tidak dilakukannya proses IMD pada persalinan Ny. A. teori (Mochtar,
2020) mengatakan bahwa Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada tahun 1992 WHO/UNICEF
mengeluarkan protokol tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari
Evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang harus dikerahui oleh setiap
tenaga kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu
selama paling sedikir satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan
menemukan puting ibunya. Pada bayi Ny.A tidak dapat melakukan IMD dikarenakan
kondisi saat setelah lahir mengalami RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau gagal

92
nafas dan membutuhkan penanganan segera yaitu penanganan segera Bayi Baru Lahir
dengan Asfiksia.

Pada study kasus yang dilakukan pada Ny. A ditemukan masalah yaitu
kurangnya perencanaan matang terhadap perencanaan kehamilan, Ny. A mempunyai
riwayat Obstetri melahirkan 4 kali dan keguguran 3 kali. Dari 3 anak yang dilahirkan 2
orang anak meninggal karena sakit, di usia 7 hari dan 4 bulan. sedangkan anak yang
hidup hanya 1. Dan Ny. A mempunyai riwayat persalinan Seksio Caesaria pada tahun
2020 lalu. Pada teori (Kemenkes RI, 2013) menyatakan Keputusan mengenai cara
pesalinan ini mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi pada ibu maupun janin.
Persalinan pervaginam (vaginal birth after cesarean section, VBAC) pada kehamilan
dengan riwayat seksio sesarea dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bila berikut ini
dipenuhi. Berikut syarat-syarat VBAC : Hanya pernah 1 (satu) kali seksio sesarea
transversal pada segmen bawah, tanpa komplikasi, Presentasi janin verteks normal,
Tidak ada kecurigaan disproporsi sefalopelvik dan Ada fasilitas untuk seksio sesarea
darurat. Hal ini sejalan dengan riwayat Ny. A yang hanya 1 x secsio sesarea, persentasi
janin normal dan asuhan persalinan yang dilakukan pada Ny. A di Rumah sakit dengan
fasilitas seksio sesarea darurat.

Menurut pengakuan Ny. A pada riwayat penyakit terdahulu pernah terdapat virus
didalam tubuhnya, namun Ny. A tidak mengetahui jenis virus dan penyakit apa yang
dialaminya. Didiagnosa oleh dr. Obgyn pada th. 2013. Dan menjalani pengobatan dan
progam hamil dan melahirkan anak pada tahun 2015, kondisi hidup dan sehat sampai
sekarang. Asuhan konseling yang dilakukan untuk perencanaan kehamilan berikutnya
adalah memulai pengobatan kembali dan melakukan program kehamilan berikutnya
dengan dokter kandungan seperti yang pernahdilakukan di tahun 2013 lalu. Halini sesuai
dengan teori (Mochtar,2020) dalam asuhan pencegahan persalinan preterm yaitu Hindari
jarak kehamilan terlalu dekat Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh
pelayanan antenatal yang baik Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat
terlarang (narkotik), Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm dan
Deteksi dan pengamanan faktor risiko terhadap persalinan preterm.

93
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada masa persalinan, Ny.A di


UGD RS. Mekar Sari maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan kebidanan Persalinan pada Ny. A usia kehamilan 32
minggu 5 hari yang telah dilakukan pada tanggal 1 November 2021. Asuhan
Intranatal Persalinan Ny.A ditolong dengan teknik APN. Pada Pada kala II
berlangsung selama 20 menit. Kala III berlangsung selama 10 menit, pada kala IV
tidak terdapat laserasi dan pemantauan kala IV berjalan normal, kontraksi baik, TFU
2 jari dibawah pusat, serta tidak terjadi penyulit pada kala IV. Pada kasus Ny. A
terdapat masalah pada bayi yaitu bayi saat setelah lahir mengalami RDS
(Respiratory Distress Syndrome) atau gagal nafas dan membutuhkan penanganan
segera yaitu penanganan segera BBL dengan Asfiksia.

B. SARAN
a. Bagi Institusi
Diharapkan studi kasus ini terus dilakukan dan ditingkatkan dalam upaya
pengingkatan mutu pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.

b. Bagi Lahan Praktek


Hendaknya seluruh pelayanan kesehatan dapat memberikan asuhan
yang komprehensif bagi ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas sehingga
penngawasan atas kesehatan ibu dan bayi lebih akurat. Dan diharapkan studi
kasus ini terus dilakukan dan ditingkatkan dalam upaya pengingkatan mutu
pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

c. Bagi mahasiswa
Hendaknya seluruh mahasiswa profesi kebidanan dapat memperdalam

94
ilmu pengetahuan yang diterima di lahan praktek dan merelevansikan dengan
teori yang didapat di kelas sehingga akan memperoleh keterampilan yang
bermutu.

95
DAFTAR PUSTAKA

APN. 2014. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR. Jakarta.

Cunningham. 2013. Obstetri Williams. EGC. Jakarta


.
Halimah, Viantika, Dian. 2019. Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Persalinan
Prematur di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. STIKes Surya
Global Yogyakarta.

Hanifah Annisa Luthfi. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Persalinan Preterm di RSUD Wonosari Tahun 2015-2016. Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan.

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Kemenkes RI

Kemenkes, RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Mochtar, Anantyo Binarso. 2020. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dan Ida Bagus Gde Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Nursiah, Ai, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. PT. Refika Aditama.
Bandung.

Nurwiandani, Widy, dan Yuni Fitriana. 2021. Asuhan Persalinan Konsep Persalinan
Secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.

Putri, Ignatius, Dadan. 2017. Hubungan Usia Ibu Beresiko dengan Angka Kejadian
Preterm di Wilayah Puskesmas Perkotaan. Fakultas Kedokteran Universitas
Swadaya Gunung Jati.

Prawirohardjo, S. 2014. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.

Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Bina Pustaka. Jakarta.

Sarwono, Prawirohardjo 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

96
Sekar Maharani. 2018. Hubungan Usia saat Kehamilan dengan Kejadian Persalinan
Preterm di Rumah Sakit DR.H.Abdul Moeloek Bandar Lampung. Fakultas
Kedokteran Bandar Lampung

Trisa Yusdela, et al. 2019. Prevalensi dan Faktor Risiko Persalinan Preterm di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Wahyuni, Rohani. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Preterm. Aisyah


Jurnal Kesehatan Vol.2 No.1. Akademi Kebidanan Media Bakti Nusantara.

WHO. 2014. Born too soon. The Global Action Report on Preterm Birth. Eds CP Howson,
MV Kinney, JE Lawn. World Health Organization, Geneva.

Widia Shofa. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal, Nuha Medika. Yogyakarta.

Wiknjosastri, Hanifa. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

Yulizawati, SST. MKeb. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Indonesia
Pustaka. Sidoarjo

97
LAMPIRAN

98
99
100

Anda mungkin juga menyukai