UJIAN SEMESTER

Nama : Ary Panca Putra

Nim : 2019021014023

Kelas : A

Matkul: Hukum Pemerintahan Adat

Dosen : 1. Dr. Hendrik Krisifu, SH.MA

2. Daniel Tanati, SH.MH

Jawaban

1. Berdasarkan tata susunannya, persekutuan hukum dapat digolongkan dalam 2 faktor,

yaitu:
a. Faktor genealogi: persekutuan yang terjadi berdasarkan karena ada pertalian darah
atau keturunsan. faktor genealogi dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Bersifat Patrilineal (garis keturunan dari Bapak/Laki-laki) - berciri keluarga
besar. Contoh: di Papua, mudah kita kenali dari nama marganya seperti
Kogoya. Dimana marga Kogoya diambil dari marga sang ayah.
2. Bersifat Matrilineal, (garis keturunan dari Ibu/perempuan). Contoh: di Padang,
Sumatera Barat.
3. Bersifat Parental, (garis keturunan dari Bapak dan Ibu/laki-laki dan
perempuaan) berciri nucler family - berciri keluarga kecil. Contoh: Jawa,
Sunda, Makassar.
b. Faktor teritorial: persekutuan yang terjadi karena berdasarkan
kedekatan/kesamaan lingkungan/daerah tempat tinggal.
1. Persekutuan Desa, (uma, kuria, huta, nagari negeri, desa, gampong &
kampong) dimana segolongan orang yang terikat pada suatu tempat
kediaman/tinggal dan semua pejabat pemerintahan dan masyarakatnya
desa/kampong bertempat tinggal.
2. Perserikatan Beberapa Kampung, persekutuan kampung yang saling
berdekatan bermufakat untuk memelihara kepentingan bersama, misalnya
mengatur pengairan sawah, menjaga dusun sagu, laut, sungai/rawa dll.
Sedangkan penguasaan dan kepemilikan atas SDA, tanah, hutan dan lain
sebagainya tetap berada pada tangan pengurus kampung/nagari/desa masing-
masing.
3. Persekutuan Daerah, yaitu beberapa daerah yg memiliki ; pemerintahan,
wilayah, kekayaan SDA, hutan, tanah dan memiliki masyarakat sendiri.
 - Contoh : Dewan Adat MAMTA : terdiri atas beberapa kampung,
perserikatan beberapa kampung, persekutuan daerah dan beberapa
wilayah hukum adat yg berada pada wilayah masyarakat hukum adat
TABI.
- Mereka memiliki wilayah adat berdasarkan kedekatan
daerah/wilayah/teritorial, kesamaan budaya, kesamaan sistem
kepemimpinan, kesamaan ekologi, dll. (sama-sama makan sagu,
mengenal sistem keondoafian, punya para-para adat, atau ada hal-hal
yg sama dlm adat mereka, dll).

2. Menurut pendapat saya tidak bisa, karena hukum adat tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.
Contoh: Tentang hukum mengenai swapraja (kedudukan, struktur pemerintahannya,
organisasi jabatan-jabatan yang ada didalamnya), atau mengenai persekutuan hukum
kenegaraan asli lainnya (seperti; desa, kuria, gampong, kampung, dan sebagainya) serta
pengakuan tentang hak ulayat.

3. a. Menurut tata susunannya, yaitu:

1. Faktor geneologi, yaitu persekutuan yang terjadi berdasarkan karena ada pertalian
darah atau keturunan.
2. Faktor teritorial, yaitu persekutuan yang terjadi karena kedekatan/kesamaan
lingkungan/daerah tempat tinggal.
b. Tujuan
1. Melindungi hak-hak adat(tradisional) mereka secara bersama-sama.
2. Mempertahankan identitas/jati diri adat/suku mereka.
3. Untuk kepentingan politik, ekonomi, sosial budaya, dan lain-lain.

4. Soeroyo W.P menyebutkan persekutuan hukum adat adalah kesatuan-kesatuan yang

mempunyai tata susunan yang teratur dan kekal serta memiliki pengurus sendiri dan
kekayaan sendiri baik kekayaan materiil maupun immateriil.
Unsur-unsur persekutuan hukum, yaitu:
1. Memiliki pengurus dan harta benda sendiri.
2. Memiliki tata susunan yang tetap dan kekal.
3. Merupakan suatu kesatuan terhadap dunia luar, lahir dan batin.
4. Masyarakat dalam persekutuan tersebut mengalami kehidupan didalam persekutuan
sebagaimana adanya menurut kodrat alam.
5. Sistem trias politica dalam sistem pemerintahan adat dalam pengangkatan seorang kepala
adat dan pembantunya biasanya dengan cara turun temurun atau melalui suatu
pemilihan/pengakuan tegas dari warga.
6. Dengan cara membuat program/kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat adat, seperti
Keppres No. 111 tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat
Terpencil dan Kepmensos No. 6/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.