Anda di halaman 1dari 8

Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap

selama 12 dan 24 jam Pasca Seksio Sesarea pada Pencegahan


Retensio Urin dan Resiko Infeksi Saluran Kemih

Max Rarung
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,
Rumah Sakit Prof.Dr.R.D. Kandou, Manado

Abstract
The objective of this research is to evaluate the occurance of urine retension and bladder infection
post caesarian section after in 12 hours and 24 hours of catetherisation. Setting of the research is Obstetric
D Care Unit Room Prof.Dr.R.D. Kandou Hospital, Manado North Sulawesi. The research design is Open
Clinical Test Research. Subjects are all post sectio caesarean surgery patients in Central Surgery Unit and
Obstetric Surgery Unit Prof.Dr.R.D.Kandou Hospital, Manado, North Sulawesi. Selection of patients
was based on inclusion and exclusion cathegory depending on the possibility to collect their urine samples.
There were 100 samples from 226 cases based on inclusion cathegory. In this research there’s no
significant difference between 12 hours and 24 hours cathetherisation with urine retension and bladder
infection. And there’s significant difference between urine volume residual and bladder capacity with 12
hours and 24 hours cathetherisation. The conclusion of this research is at least 24 hours cathetherization
is suggested to prevent urine retension in post caesarean section patients.

Keywords: Urine retension, bladder infection, 12 hours and 24 hours catheterization

Pendahuluan Peregangan yang berlebihan dari


Salah satu persiapan seksio kandung kemih ini akan menyebabkan
sesarea adalah pemasangan kateter regangan pada otot detrusor sehingga
folley. Umumnya indikasi penggunaan memperlambat fungsi pengosongan
kateter menetap adalah untuk kandung kemih. Terganggunya fungsi
pengeluaran urin, meningkatkan kandung kemih ini merupakan faktor
luasnya paparan saat seksio sesarea predisposisi timbulnya infeksi saluran
pada segmen bawah rahim, mengurangi kemih.3-5
cedera traktus urinarius saat Ghoreishi melaporkan resiko
pembedahan, mengevaluasi keseim- penggunaan kateterisasi persalinan pada
bangan cairan dan mencegah retensio seksio sesarea akan menyebabkan 12-
urin pasca seksio sesarea.1-3 25% bakteriuria asimptomatis.4
Pasca seksio sesarea, kateter Sehdev HM mengatakan 2-6%
menetap dipertahankan agar kandung resiko infeksi saluran kemih akibat
kemih tetap kosong guna meng- pemakaian kateter menetap 24 jam pasca
istirahatkan kandung kemih dan seksio sesarea.1 Rivzi dkk menemukan
mencegah terjadinya regangan yang 1,6% penderita yang mengalami infeksi
berlebihan pada kandung kemih akibat saluran kemih pada pemasangan kateter
dari gangguan berkemih spontan yang pasca seksio sesarea.6
dapat menyebabkan retensio urin.

45
JKM. Vol.8 No.1 Juli 2008: 45 - 51

Retensio urin pasca persalinan resiko infeksi saluran kemih akan


merupakan salah satu komplikasi yang meningkat. Edward dari Centers for
bisa terjadi pada kasus obstetri. Retensio Disease Control and Prevention
urin didefinisikan tidak ada buang air mengatakan kejadian infeksi saluran
kecil secara spontan selama 6 jam setelah kemih tergantung dari cara pemasangan,
melahirkan pervaginam. Pada persalin- pengambilan urin, lama pemakaian, dan
an dengan seksio sesarea didefinisikan kualitas kateter tersebut.4,5
tidak adanya proses berkemih spontan 6 Insidensi infeksi saluran kemih
jam setelah pelepasan kateter. Kejadian meningkat sesuai dengan lamanya
retensio urin pasca persalinan tercatat pemakaian kateter, bervariasi sekitar 3-
berkisar antara 1,7-17,9%. Pribakti 33%. Untuk menghindari resiko infeksi
melaporkan 9,1% retensio urin pasca saluran kemih, prosedur pemasangan
seksio sesarea di RSUD Ulin kateter harus steril dan kateter harus
Banjarmasin.7 Penelitian Rizvi dkk bebas dari bakteri.7,9,10
mendapatkan 11,9% retensio urin pasca Protokol Divisi Uroginekologi
seksio sesarea.6 Penelitian Suskhan di Rekonstruksi Departemen Obstetri
RSUPNCM tahun 1998 mendapatkan Ginekologi FKUI / RSUPNCM – Jakarta,
kejadian retensio urin pasca seksio kateter menetap dipertahankan 24 jam
sesarea sebesar 17,1% jika kateter pasca seksio sesarea.8
menetap dipertahankan 6 jam. Bila
dipertahankan 24 jam, sebesar 7,1%.8
Kemampuan pasien untuk Bahan dan Cara
mengosongkan kandung kemih sebelum Penelitian dalam bentuk uji
terjadi distensi berlebihan harus klinis terbuka. Dibagi dalam bentuk 2
dipantau. Lama kateter menetap kelompok, kelompok pertama dipasang
dipertahankan pasca seksio sesarea kateter menetap pasca seksio sesarea
masih bervariasi. Kateter menetap dalam 12 jam dan kelompok kedua
dianjurkan dilepas 12 jam atau 24 jam dipasang kateter menetap pasca seksio
pasca seksio sesarea.8 sesarea dalam 24 jam. Penelitian
Sehdev dari Departemen dilakukan di Instalasi Rawat Inap D
Obstetri Ginekologi Universitas Obstetri RSU Prof.Dr. R.D. Kandou
Pennsylvania meneliti terdapat 3,2% Manado hingga besar sampel terpenuhi.
infeksi saluran kemih setelah persalinan Subyek penelitian adalah
seksio sesarea oleh karena pemakaian seluruh penderita pasca seksio sesarea
kateter menetap. Sehdev menganjurkan yang dilakukan di Instalasi Bedah
pemasangan kateter menetap 24 jam Sentral dan Kamar Bedah Obstetri RSU
pada seksio sesarea untuk mencegah Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
retensio urin.1
Ghoreishi berpendapat kateter Kriteria inklusi
menetap dipertahankan 24-48 jam pasca - pasien pasca seksio sesarea
seksio sesarea untuk mencegah over transperitoneal profunda.
distensi kandung kemih.4 Jhonson - Lama operasi <=2 jam
menganjurkan untuk melepas kateter 6 - Tidak ada infeksi sebelumnya
jam pasca seksio sesarea.2
Ghoreishi mengemukakan Kriteria eksklusi
semakin lama kateter dipertahankan,

46
Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap selama 12 dan 24 jam Pasca Seksio Sesarea
pada Pencegahan Retensio Urin dan Resiko Infeksi Saluran Kemih
(Max Rarung)

- Adanya infeksi saluran kemih, volume urin sisa hasil kateterisasi


infeksi intrapartum dan pastus lama setelah kateterisasi spontan.
sebelum dilakukan seksio sesarea. Pengukuran kapasitas kandung kemih
- Mengalami gangguan berkemih bersamaan dengan pemeriksaan
sebelum dilakukan seksio sesarea. urinalisa untuk menilai adanya
- Telah dilakukan tindakan bedah bakteriuria.
obstetri seperti ekstrasi vakum atau Pada penelitian ini dilakukan
forceps. pemeriksaan urinalisa sederhana untuk
- Pasien dengan keadaan umum mendeteksi adanya bakteriuria. Hasil
lemah, mengalami komplikasi akibat analisa yang mendukung kearah infeksi
langsung kehamilan dan yang yaitu dengan diperoleh lebih dari 10
mempunyai penyakit / kelainan leukosit/LPB.
yang tidak langsung berhubungan
dengan kehamilan. Analisis data
- Bekas seksio sesarea. Analisis data menggunakan perangkat
- Pasien menolak turut serta Software SPSS for Windows versi 15.0
penelitian. dengan :
1. Analisa deskriptif untuk karak-
Cara teristik subyek.
Pasien yang akan dilakukan 2. Uji Fisher Exact untuk menguji
seksio sesarea transperitoneal profunda kasus retensio urin pasca seksio
dipasang kateter folley no. 16 trans sesarea.
urethra. Subyek yang masuk kriteria 3. Uji X2 untuk menguji kasus infeksi
penelitian kemudian ditentukan secara saluran kemih pasca seksio sesarea.
acak, masuk kateter menetap 12 jam 4. Uji t untuk menguji perbandingan
atau 24 jam pasca seksio sesarea. rata-rata kapasitas kandung kemih
Setelah kateter menetap selama volume urin sisa dan lama operasi.
12 jam atau 24 jam dipertahankan lalu
dilepas. Subyek penelitian pada masing-
masing kelompok dievaluasi selama Hasil dan Pembahasan
enam jam. Bila pasien tidak dapat Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian
berkemih, subyek penelitian masuk
kriteria retensio urin (overt). 12 jam 24 jam
Variabel % %
Dilakukan kateterisasi urin, n = 50 n = 50
diukur dengan gelas ukur kemudian
Umur
dilakukan pemeriksaan urinalisa. Bila
<= 20 thn 5 10 5 10
penderita dapat berkemih spontan, urin 21-30 thn 20 40 14 28
yang keluar diukur dan segera 31-40 thn 21 41 30 60
dilakukan kateterisasi untuk mengetahui >= 41 thn 4 8 1 2
sisa urin dalam kandung kemih. Bila Paritas
urin sisa >= 200 ml, subyek penelitian 1 22 44 23 46
masuk kriteria retensio urin (covert). >=2 28 56 27 54
Kapasitas kandung kemih didapatkan Operasi
Elektif 0 0 4 8
dari hasil pengukuran pada retensio
Cito 50 100 46 92
urin dengan cara menjumlahkan volume
urin hasil berkemih spontan dengan

47
JKM. Vol.8 No.1 Juli 2008: 45 - 51

Tabel 2. Perbandingan Kasus Retensio Urin Pasca Seksio Sesarea


dengan Pemasangan Kateter Menetap
Kateter Retensio urin
Total p*
menetap (+) (-)
12 jam 4 46 50
(8%) (92%) (100%)
0,362
24 jam 1 49 50
(2%) (98%) (100%)
5 95 100
Total
(5%) (95%) (100%)
p* = Fisher Exact Test

Tabel 3. Perbandingan Kasus Infeksi Saluran Kemih Pasca Seksio


Sesarea dengan Pemasangan Kateter Menetap
Infeksi saluran
Kateter
kemih Total
menetap p*
(+) (-)
12 jam 11 39 50
(22%) (78%) (100%)
0,617
24 jam 9 41 50
(18%) (82%) (100%)
20 80 100
Total
(20%) (80%) (100%)

Tabel 4. Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap dengan


Kapasitas Kandung Kemih Pasca Seksio Sesarea
Kapasitas
kandung Simpangan
Kateter
kemih Baku
menetap p*
Rerata (ml)
n
(ml)
12 jam 50 402 48,7 0,03
24 jam 50 418,2 41,1 8

Tabel 5. Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap dengan


Volume Urin Sisa Pasca Seksio Sesarea
Volume urin
Kateter Simpangan
Sisa
menetap Baku p*
N Rerata
12 jam 50 97,7 50,96 <0,
24 jam 50 55,3 35,36 001

48
Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap selama 12 dan 24 jam Pasca Seksio Sesarea
pada Pencegahan Retensio Urin dan Resiko Infeksi Saluran Kemih
(Max Rarung)

Pembahasan dilepaskan, dengan tanda-tanda urgensi


Pada kelompok kateter menetap dan strangulasi. Rizvi dkk mendapatkan
12 jam dan 24 jam umur terbanyak insidensi retensio urin tersamar
adalah 31-40 tahun, masing-masing 21 ditemukan 0,7% sedangkan retensio urin
kasus (42%) dan 30 kasus (60%). jelas sebesar 0,14%. Retensio urin
Berdasarkan paritas, didapatkan tersamar merupakan suatu fenomena
multiparitas yang terbanyak pada yang bersifat self-limiting dimana
kelompok kateter menetap 12 jam dan 24 biasanya volume residual akan kembali
jam masing-masing 28 kasus (56%) dan normal dalam 4 hari.6,11
27 kasus (54%). Ghoreishi dan Rizvi Kejadian retensio urin pasca
mendapatkan tidak ada korelasi retensio seksio sesarea pada pemasangan kateter
urin pasca seksio sesarea terhadap menetap 12 jam pasca seksio sesarea
umur, paritas dan operasi elektif / lebih besar dibandingkan dengan 24 jam.
cito.4,6 Lama kateter menetap dipertahankan
Angka kejadian retensio urin pasca seksio sesarea masih bervariasi,
didapatkan 4 kasus (8%) pada Suskhan mengatakan rasa nyeri luka
pemasangan kateter menetap selama 12 insisi dinding perut pasca seksio sesarea
jam pasca seksio sesarea, sedangkan yang secara reflek menginduksi spasme
pada yang 24 jam didapatkan kejadian dari otot levator yang menyebabkan
retensio urin 1 kasus (2%). Tidak ada kontraksi spastik pada sfingter urethra.
perbedaan bermakna (p= 0,362) kejadian Rasa nyeri ini yang menyebabkan pasien
retensio urin pasca seksio sesarea kedua enggan mengkontraksikan otot-otot
kelompok. Pribakti melaporkan ada dinding perut guna memulai
9,1% retensio urin pasca seksio sesarea pengeluaran urin yang menyebabkan
di RSUD Ulin Banjarmasin. Suskhan dari retensio urin.8,12
RSUPNCM Jakarta mendapatkan Pada penelitian ini didapatkan
kejadian retensio urin pasca seksio kejadian infeksi saluran kemih 11 kasus
sesarea sebesar 17,1% jika kateter (22%) pada pemasangan kateter
menetap dipertahankan 6 jam, menetap 12 jam pasca seksio sesarea
sedangkan jika dipertahankan 24 jam sedangkan bila pemasangan menetap 24
angka kejadiannya 7,1%. Resiko 2,4 kali jam kejadiannya sebesar 9 kasus (18%).
lebih besar terjadi retensio urin jika Uji statistik tidak ada perbedaan yang
kateter menetap di pasang 6 jam bermakna (p=0,617) kejadian infeksi
dibanding 24 jam.7,8 saluran kemih pasca seksio sesarea
Pada penelitian ini, seluruh antara pemasangan kateter menetap 12
kasus retensio urin diklasifikasikan jam dan 24 jam pasca seksio sesarea. Jadi
sebagai retensio urin tersamar (covert) pada penelitian ini tidak ditemukan
sebanyak 5 kasus (5%) sedangkan adanya perbedaan antara lama
retensio urin yang jelas (overt) tidak pemasangan kateter menetap 12 jam
ditemukan. Retensio urin yang tersamar atau 24 jam dengan kejadian infeksi
diidentifikasikan dengan peningkatan saluran kemih. Berbeda dengan apa
jumlah urin yang masih tersisa setelah yang dikatakan Ghoreishi, semakin lama
berkemih spontan, sedangkan retensio kateter dipertahankan, resiko infeksi
urin yang jelas menunjukan ketidak- saluran kemih akan meningkat; Edward
mampuan untuk berkemih secara dari Centers for Disease Control and
spontan setelah 6 jam kateter menetap Prevention mengatakan kejadian infeksi

49
JKM. Vol.8 No.1 Juli 2008: 45 - 51

saluran kemih tergantung dari cara Glasgow, volume residu akan


pemasangan, pengambilan urin, lama meningkatkan insiden gangguan aliran
pemakaian, dan kualitas kateter berkemih sebesar 88,6%.11 Rivzi
tersebut. Insidensi infeksi saluran kemih mendapatkan, resiko dari efek terburuk
meningkat sesuai dengan lamanya bila volume residunya antara 500-800 ml
pemakaian kateter, bervariasi sekitar 3- yang dapat mengakibatkan kerusakan
33%. Untuk menghindari resiko infeksi ireversibilitas dari otot polos detrusor
saluran kemih, prosedur pemasangan kandung kemih.6
kateter harus steril dan kateter harus Lamanya pemasangan kateter
bebas dari bakteri.4,5 menetap masih bervariasi karena bila
Sehdev dari Departemen kateter lebih cepat dilepaskan akan
Obstetri dan Ginekologi Universitas menyebabkan fungsi berkemih ibu
Pennsylvania mengatakan, 2-16% resiko belum pulih sehingga dapat terjadi
infeksi saluran kemih akibat pemakaian retensio urin. Pemasangan kateter yang
kateter menetap 24 jam pasca seksio terlalu lama akan memudahkan
sesarea.1 terjadinya infeksi saluran kemih
Pada penelitian ini, pemasangan sehingga perlu dicari waktu yang ideal
kateter menetap 12 jam pasca seksio lamanya kateter dipertahankan pasca
sesarea didapatkan kapasitas kandung seksio sesarea.6,11
kemihnya rerata 402 ml dengan
simpangan baku 48,7 ml sedangkan Simpulan
pada pemasangan kateter menetap 24 Tidak ada perbedaan bermakna
jam kapasitas kandung kemih rerata kejadian retensio urin dan infeksi
418,2% dengan simpangan baku 41,1 ml. saluran kemih pada pemasangan kateter
Ada perbedaan bermakna (p=0,038%) menetap 12 jam dan 24 jam pasca seksio
diantara dua kelompok. sesarea. Namun ada perbedaan
Pada penelitian ini juga bermakna volume urin sisa dan
didapatkan volume urin sisa pada kapasitas kandung kemih pada
pemakaian kateter menetap 12 jam pasca pemasangan kateter menetap 12 dan 24
seksio sesarea rerata 97,7 ml dengan jam pasca seksio sesarea. Hal ini
simpangan baku 50,96 ml sedangkan menunjukkan resiko kejadian retensio
pada pemakaian kateter menetap 24 jam urin lebih besar bila kateter menetap
volume urin sisa rerata 55,3 ml dengan dipertahankan selama 12 jam pasca
simpangan baku 35,36 ml. Volume urin seksio sesarea. Kejadian infeksi saluran
sisa diukur dari hasil kateterisasi setelah kemih tergantung dari cara pemasangan,
penderita berkemih spontan untuk pengambilan urin, lama pemakaian, dan
menilai kasus retensio urin. Terdapat kualitas kateter tersebut.
perbedaan sangat bermakna (p<0,001)
volume urin pasca seksio sesarea antara
pemasangan kateter menetap 12 jam dan Saran
24 jam. Hal ini menunjukkan resiko Kateter menetap sebaiknya
kejadian retensio urin lebih besar jika dipertahankan minimal 24 jam pasca
pemasangan kateter menetap pasca seksio sesarea.
seksio sesarea lebih cepat dilepaskan.
Ramsay & Torbert dari Departemen
Obstetri dan Ginekologi RS Southern

50
Perbandingan Pemasangan Kateter Menetap selama 12 dan 24 jam Pasca Seksio Sesarea
pada Pencegahan Retensio Urin dan Resiko Infeksi Saluran Kemih
(Max Rarung)

Daftar Pustaka 7. Pribakti B. Tinjauan kasus retensio urin


1. Sehdev HM. Caesarean Delivery. post pasrum di RSUD Banjarmasin
Available : : 2002-2003. Dexa Medica, Januari –
www.emedicine.com/med/topic Maret 2006; vol 19, no 1; 10-12.
3283.htm. Last update August 6, 2005. 8. Suskhan DJ. Penatalaksanaan retensio
2. Jhonson K. Study find no need to urin pasca bedah. Dalam : Junizaf, Eds.
catheterize before c-section. Ob/Gyn Buku Ajar : Uroginekologi. Sub-bagian
News, June 2001: 1-5. Uroginekologi-Rekonstruksi Bagian
3. Thornhill JA, Fitzpatrick JM. Urinary Obstetri dan Ginekologi FKUI /
tract infection. In : Stanton SL, Monga RSUPN – CM, Jakarta 2002. hal 63-7.
KA Clinical Urogynecology. 2nd ed. 9. Saultz JW, Tofler WL, Shackles JY. Post
Churchill Livingstone, 2000: 329-41. pastum urinay retention. Am J Board
4. Ghoreishi J. Indwelling. Urinary Fam Pract, Sept 1991; 4: 341-44.
catheter in Caesarean Delivery. 10. Yip SK, Sahota D, Pang MW, et al.
International Journal Of Gynaecology Screening test model using duration of
and Obstetric 2003; 83 : 267-70. labor for the detection of post partum
5. Edward S. Guideline for prevention of urinary retention. Neurology and
catheter – associated urinary tract Urodynamics 2005; 24: 248-53.
infection. Available: 11. Ramsay IN, Torbert TE. Incidence of
www.cdc.gov/gl_catheter_assoc.html. abnormal voiding parameters in the
Last update: April 1st, 2005. immidiate post partum period. Neurol
6. Rivzi RM, Khan ZS, Khan Z. Diagnosis Urodyn 2003; 12: 179-83.
and Management of post partum 12. Kermans G, Wyndale JJ et al. Puerperal
urinary retension. International Journal Urinary Retention. Acta Urol Belgica
of Gynaecology and Obststric 2005; 91: 1996 ; 54 : 376 – 85.
71-2.

51
52

Anda mungkin juga menyukai