Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1

(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE PROBLEM


SOLVING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SMP

Diyah Ariska Fitari1, Rr Eko Susetyarini1, Sukarsono1


1
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universtias Muhammadiyah Malang,
e-mail: biologi.umm@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
dengan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Suboh,
serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Suboh dalam model pembelajaran
kooperatif dengan metode problem solving. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
dengan menerapkankan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Problem Solving ini
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat 21 siswa yang
tuntas hasil belajarnya dan 9 siswa tidak tuntas hasil belajarnya (ketuntasan mencapai 70%). Sedangkan
pada siklus 2 terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 28
siswa dan 2 siswa yang tidak tuntas (ketuntasan mencapai 93%). Oleh karena itu dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Metode Problem Solving telah berhasil dengan melihat kenaikan hasil belajar siswa kelas VIIIB
di SMP Negeri 1 Suboh Kabupaten Situbondo.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, metode problem solving, dan hasil belajar.

Pendidikan merupakan wahana untuk tanggal 6 oktober 2012 yang telah


meningkatkan dan mengembangkan dilakukan diperoleh informasi bahwa
kualitas sumberdaya manusia. Upaya proses pembelajaran biologi masih
peningkatan kualitas pendidikan terus terkesan kaku dan pasif, jumlah siswa yang
menerus dilakukan baik secara mengajukan pertanyaan maupun pendapat
konvensional maupun inovatif. masih sangat minim sehingga guru
Pembelajaran biologi merupakan kegiatan mendapatkan kesulitan tersendiri dalam
belajar, dimana siswa melakukan aktifitas mengukur tingkat pemahaman siswa. Hal
berpikir, dengan penanaman konsep ini secara tidak langsung menjadi
mengambil masalah yang berhubungan penyebab kurang maksimalnya hasil
dengan materi yang diajarkan. Metode belajar siswa dengan indicator belum
mengajar merupakan faktor yang berperan tercapainya KKM yang ditetapkan yaitu
penting dalam meningkatkan prestasi dan 70. Ketuntasan belajar kelas masih rendah
hasil belajar siswa. Beberapa jenis metode yaitu 38%, artinya dari jumlah 30 siswa
mengajar diantaranya adalah ceramah, dalam satu kelas, masih 11 siswa yang
tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah mendapatkan nilai di atas 70, sedangkan
(problem solving), dan sebagainya 19 siswa yang lain mendapatkan nilai di
(Mulyasa, 2008). bawah 70.
Gambaran mengenai proses Rendahnya pemahaman siswa
pembelajaran biologi seperti di atas dapat tentang pelajaran biologi khususnya pada
dilihat dikelas VIIIB SMP Negeri 1 Suboh materi sistem peredaran darah berakibat
Situbondo, dari hasil observasi dan pada penurunan hasil belajar siswa di SMP
wawancara kepada guru IPA biologi pada Negeri 1 Suboh, hal ini dapat disebabkan

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 99


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

oleh beberapa faktor, antara lain: a) dalam Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas
menyampaikan materi, guru menggunakan belajar kelompok yang diatur sehingga
metode yang kurang menarik, b) terjadi pertukaran informasi antar anggota
kurangnya media yang digunakan oleh dalam kelompok. Tiap anggota
guru dalam pembelajaran, c) guru hanya bertanggung jawab untuk kelompok dan
merespon siswa yang aktif di kelas, d) dan dirinya sendiri. Problem solving
tidak adanya variasi mengajar. merupakan penggunaan metode dalam
Model pembelajaran merupakan pola kegiatan pembelajaran dengan jalan
atau kerangka konseptual yang digunakan melatih siswa menghadapi berbagai
sebagai pedoman dalam merancanakan masalah baik itu masalah pribadi maupun
pembelajaran di kelas maupun tutorial kelompok untuk dipecahkan sendiri atau
(Suprijono, 2009). Guru harus dapat bersama-sama.
memilih model pembelajaran yang cocok
bagi siswa yang akan diajar untuk METODE
meningkatkan hasil belajar. Terdapat
Jenis penelitian ini adalah penelitian
beberapa macam model pembelajaran
tindakan kelas PTK atau Classroom Action
antara lain: model penemuan terbimbing,
Research (CAR). Desain penelitian yang
model pembelajaran kooperatif dan model
digunakan adalah model spiral dari
pembelajaran langsung. Model yang akan
Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2008)
diterapkan dalam penelitian ini adalah
yang mencakup empat kegiatan yaitu
model pembelajaran kooperatif.
perencanaan (planning), tindakan (acting),
Model pembelajaran kooperatif
observasi (observing), dan refleksi
merupakan suatu model pembelajaran yang
(reflecting), seperti pada Gambar 1.
membantu siswa untuk mengembangkan
pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga PLAN
REFLECT

dengan bekerja secara bersama-sama di


antara sesama anggota kelompok akan OBSERVE
meningkatkan motivasi, produktifitas, dan
ACT

perolehan belajar. Model pembelajaran


kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar berupa prestasi akademik, PLAN
REFLECT

toleransi, menerima keragaman, dan


pengembangan keterampilan sosial OBSERVE
(Suprijono, 2009)
ACT

Beberapa ciri dari pembelajaran


kooperatif adalah: (a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan
interaksi langsung di antara siswa, (c)
setiap anggota kelompok bertanggung Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
jawab atas belajarnya dan juga teman- (Model Kemmis dan Taggart) (Sumber
teman kelompoknya, (d) guru membantu Wiriaatmadja, 2008)
mengembangkan keterampilan-
keterampilan interpersonal kelompok, dan Penelitian tindakan kelas ini minimal
(e) guru hanya berinteraksi dengan dilakukan dalam dua siklus, jika dalam dua
kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009). siklus belum berhasil maka akan
Model pembelajaran kooperatif dilanjutkan siklus ke III. Indikator
dipandang efektif menciptakan interaksi terselesaikannya masalah tersebut adalah
yang positif dalam menciptakan ketika terjadi peningkatan hasil belajar
masyarakat belajar (Learning Community). siswa pada materi sistem peredaran darah.

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 100


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

Penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus rekan peneliti yang diberi tugas mengamati
II dan siklus berikutnya sampai indikator dan dokumentasikan kegiatan
dalam penelitian ini tercapai. pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini
Penelitian dilaksanakan di SMP peneliti yang bertindak sebagai guru
Negeri 1 Suboh Kabupaten Situbondo mengambil dan mengumpulkan data hasil
dalam waktu kurang lebih dua bulan tes dan lembar kerja siswa.
(mulai persiapan kegiatan, hingga Observasi dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan). Subjek dalam pembelajaran berlangsung oleh observer.
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB Observer yang dimaksud adalah rekan
SMP Negeri 1 Suboh Semester Ganjil peneliti dan seorang guru IPA biologi.
Tahun Pelajaran 2012-2013 berjumlah 30 Observer bertugas mengamati dan mengisi
siswa laki-laki 15 siswa dan perempuan 15 lembar observasi yang telah disediakan
orang. peneliti sesuai petunjuk yang ada. Data
Prosedur dan mekanisme kegiatan yang diamati yaitu keterlaksanaannya
penelitian ini mengikuti beberapa langkah penerapan model pembelajaran kooperatif
sebagaimana dilakukan dalam penelitian. dengan metode problem solving yang
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua meliputi aktivitas guru dalam mengajar
siklus, yang terdiri dari atas beberapa dan aktivitas siswa dalam mengikuti
tahap, yaitu perencanaan (planning), pelajaran. Data-data ini dibuat untuk
tindakan (acting), observasi (observing), meningkatkan hasil belajar siswa.
dan refleksi (reflecting), sesuai model yang Peneliti bersama guru bidang studi
dikembangkan Kemmis dan Taggart IPA biologi dan observer melakukan
(Wiriaatmadja, 2011). refleksi serta evaluasi dengan cara
Refleksi awal dilakukan sebelum menganalisis kegiatan guru pada proses
melakukan tindakan. Peneliti terlebih pembelajaran pada siklus I, apakah sesuai
dahulu mengidentifikasi permasalahan dengan rencana yang telah dibuat (RPP)
yang ada dalam proses belajar mengajar di atau masih perlu perbaikan dari
kelas VIII SMP Negeri 1 Suboh, peneliti permasalahan yang muncul dari
melakukan wawancara dengan guru bidang pelaksanaan tindakan. Data hasil analisis
studi dan wali kelas serta mengamati hasil dari siklus I digunakan sebagai acuan
belajar siswa sebelumnya. untuk merencanakan siklus berikutnya.
Perencanaan tindakan meliputi: a) Hasil yang diperoleh dari siklus I
menyiapkan silabus materi sistem digunakan sebagai dasar untuk melakukan
peredaran darah khusus pada kompetensi perencanaan ulang pada siklus II, berikut
dasar mendeskripsikan sistem peredaran seterusnya sesuai kebutuhan sampai siklus
darah pada manusia dan hubungannya berhasil (Chotimah, 2009).
dengan kesehatan, b) menyiapkan rencana Teknik pengumpulan data yang
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan meliputi: wawancara, observasi,
menggunakan model pembelajaran dokumentasi, dan tes. Wawancara
kooperatif dengan metode problem digunakan untuk mengungkap minat
solving, c) menyiapkan hand-out materi belajar siswa, kemampuan siswa
sistem peredaran darah. memahami materi, serta untuk
Pelaksanaan tindakan berupa memperoleh masukan dari siswa guna
kegiatan pembelajaran seperti yang ditulis penyempurnaan proses pembelajaran
dalam RPP (Rencana Pelaksanan (Muhson, 2005). Wawancara dalam
Pembelajaran) selama 2 pertemuan, tiap- penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tiap pertemuan memiliki alokasi waktu 40 secara lebih mendalam tentang
menit. Peneliti bertindak sebagai guru pelaksanaan pembelajaran IPA Biologi
sedangkan guru mata pelajaran bertindak materi sistem peredaran darah.
sebagai observer bersama dengan seorang

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 101


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

peredaran darah. Data hasil observasi


Tabel 1. Materi Wawancara dicatat oleh pengamat dalam lembar
Teknik observasi yang berisi kolom-kolom
Sumber
No Data yang diambil Pengumpulan
Data mengenai aktivitas guru dan siswa selama
Data
1. Informan a. Pendapat guru Wawancara proses pembelajaran.
tentang metode dan Instrumen yang digunakan yaitu: 1)
yang sudah dokumentasi
Lembar Wawancara yang berisi hasil
pernah diterapkan
dalam wawancara antara peneliti dengan guru
pembelajaran. kelas VIIIB sebelum melaksanakan
b. Pendapat guru tindakan, 2) Lembar Kerja Peserta Didik
dan siswa setelah digunakan untuk mengukur kemampuan
diterapkannya
siswa secara berkelompok, 3) Lembar kisi-
model kooperatif
dengan metode kisi soal tes evaluasi, 4) tes evaluasi
problem solving. diberikan kepada masing-masing siswa
2. Keterlaks a. Aktifitas guru pada akhir siklus untuk mengukur
anaan dalam mengajar ketercapaiannya hasil belajar siswa, 5)
pembelaja
Lembar observasi siswa dan guru diisi oleh
ran
dengan guru pengamat dan rekan peneliti, lembar
model b. Aktifitas siswa ini digunakan untuk menilai proses
pembelaja dalam pembelajaran yang berlangsung dikelas, 6)
ran pembelajaran Lembar dokumentasi digunakan untuk
kooperatif dengan model
memperkuat data hasil penelitian dikelas,
dengan pembelajaran
metode kooperatif dengan berupa rencana pelaksanaan pendidikan
problem metode problem (RPP), hasil observasi, hasil evaluasi siswa
solving. solving. dan foto-foto yang diambil selama proses
penerapan model pembelajaran kooperatif
3. Data a. Nilai ulangan
dengan metode problem solving.
Dokument harian biologi
asi siswa kelas VIII Untuk mengetahui kemampuan
pada materi pemecahan masalah siswa terhadap materi
sistem peredaran yang telah diberikan, maka dilakukan
darah 2011/2012 analisis kuantitatif dengan cara
dan 2012/2013.
menganalisis lembar penilaian kemampuan
b. Rencana
Pelaksanaan pemecahan masalah pada LKPD. Sesuai
Pembelajaran dengan model pembelajaran yang
(RPP). digunakan, yaitu Kooperatif maka
c. Foto aktivitas ketuntasan kemampuan pemacahan
kegiatan guru dan
masalah siswa didasarkan pada penilaian
siswa pada proses
pembelajaran. kelompok dan indikator peningkatannya,
4. Nilai Tes a. Nilai hasil belajar setiap kelompok dikatakan memiliki nilai
setelah kemampuan pemecahan masalah yang baik
diterapkannya atau meningkat apabila total nilai
model
kemampuan pemecahan masalah yang
pembelajaran
kooperatif dengan diperoleh tiap-tiap kelompok ≥ 21. Proses
metode problem penilaian kemampuan pemecahan masalah
solving siswa diperoleh dari pemberian skor yang
diberikan dari beberapa indikator yaitu:
Observasi dilakukan untuk bersikap kritis dengan mampu
mengamati proses pembelajaran siswa bekerjasama, keberanian mengajukan
kelas VIIIB SMP Negeri 1 Suboh pertanyaan, kesopanan menyanggah dan
Kabupaten Situbondo pada materi sistem berargument, dan kejujuran perolehan data

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 102


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

untuk menyelesaikan LKPD. Dari hasil fakta-fakta serta hubungan antar fenomena
skor tersebut diolah menjadi bentuk yang diselidiki.
persentase, tujuan tersebut agar mudah Untuk mengetahui hasil belajar
untuk mencocokkan kriteria yang telah siswa setelah diberi tindakan penerapan
ditentukan. Perolehan skor didapatkan dari model kooperatif dengan metode problem
penilaian terhadap komponen-komponen solving maka dilakukan analisis kuantitatif
indikator kemampuan pemecahan masalah. dengan cara menganalisis hasil tes LKPD
Berikut indikator kemampuan pemecahan dan tes evaluasi. Nilai hasil tes akan
masalah siswa dalam Depdiknas (2003): diasumsikan dengan Kriteria ketuntasan
Skor maksimal ideal = 30 Minimum (KKM) yang telah ditetapkan
Skor hasil pengamatan sekolah yaitu 70, jika nilai dibawah KKM
= n + n + …………………… maka siswa dikatakan belum tuntas.
Rata-rata skor Ketuntasan hasil belajar siswa terbagi
= skor hasil pengamatan / skor menjadi dua yaitu ketuntasan individu dan
ideal ketuntasan klasikal.
Persentase kemampuan pemecahan Setiap siswa dianggap mencapai
masalah = rata-rata skor x 100% ketuntasan belajarnya jika telah
Jumlah skor yang diperoleh mencapai ≥ 70.
selanjutnya dikonversi menjadi nilai, untuk Rumus yang digunakan sebagai
dapat menentukan kriteria kemampuan berikut :
pemecahan masalah siswa dengan
menggunakan rumus di atas. Nilai Hasil =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ
x 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑙
Tabel 2. Kriteria Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Hasil belajar siswa dikatakan tuntas
Interval Nilai secara klasikal jika mencapai persentase
Kriteria
Kemampuan Kerja Ilmiah
Penilaian 75%. Rumus yang digunakan sebagai
Siswa berikut :
85%-100% Sangat baik
70%-84% Baik
60%-69% Cukup baik 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑠
50%-59% Kurang baik 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
<50% Tidak baik = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎

Data-data yang telah terkumpul


Tabel 3. Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
dianalisis secara deskriptif kualitatif .
Interval Nilai
Analisis deskriptif kualitatif dilakukan Kriteria
Ketuntasan Belajar
dengan cara menganalisis lembar observasi 85 – 100 % Sangat Baik
aktivitas guru dan siswa terhadap 70 – 84% Baik
keterlaksanaannya model kooperatif 55 – 69% Cukup
dengan metode problem solving. Menurut 40 – 54% Kurang
0 – 39% Sangat Kurang
Nazir (2003), menyatakan bahwa Analisis
deskriptif kualitatif merupakan suatu
Proses penilaian hasil belajar siswa
teknik yang menggambarkan data-data
diperoleh dari kemampuan berpikir ilmiah
yang telah terkumpul dengan memberikan
yang terdiri dari beberapa indikator,
perhatian dan merekam sebanyak mungkin
diantaranya: bekerja sama antar kelompok,
aspek situasi yang diteliti pada saat itu,
mengkomunikasikan hasil penyelidikan
sehingga memperoleh gambaran umum
dengan media yang digunakan dalam
tentang keadaan sebenarnya. Tujuan
menyajikan hasil diskusi serta kejujuran
deskriptif adalah untuk membuat gambaran
memperoleh informasi atau data untuk
secara sistematis dan akurat mengenai
menyelesaikan LKPD dan tes evaluasi.

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 103


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

Dalam penelitian ini dikatakan berhasil Berdasarkan hasil pengoreksian lembar


apabila minimal siswa yang mengikuti tes jawaban tes formatif menunjukkan bahwa
sebanyak 75%, kemampuan memecahkan masing-masing siswa memiliki hasil
masalah sudah memenuhi KKM yang belajar yang berbeda-beda. Siswa dapat
ditentukan sekolah yaitu 70. Hasil belajar dikatakan tuntas atau memiliki nilai hasil
meningkat apabila rata-rata persentase tes belajar yang baik jika hasil tes formatif
yang dinilai dari siklus I dan siklus II ≥ telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
75%. Minimum (KKM), yaitu mencapai nilai >
70. Jumlah siswa secara keseluruhan 30
HASIL DAN PEMBAHASAN namun pada pertemuan pertama hanya
dihadiri 27 siswa. hasil penilaian proses
Hasil
siswa dalam kegiatan pembelajaran pada
a) Penilaian Proses Siswa dalam
siklus I adalah sebagai berikut.
Kegiatan Pembelajaran

Tabel 4. Data Nilai Hasil Tes Evaluasi Siklus I


Nomor Nama L/P Nilai Hasil Belajar Siklus I Keterangan
1 4722 Ahmad Febrianto L 79 Tuntas
2 4735 Ana Quratul Aini P 86,1 Tuntas
3 4737 Andriyono L 77 Tuntas
4 4738 Andy Sepri Susanto L 86,1 Tuntas
5 4752 Dea Arfila K. P 42,3 Tidak Tuntas
6 4757 Deskian Haris L 86,5 Tuntas
7 4761 Dewi Amelia P 83,1 Tidak Tuntas
8 4764 Dicky Eko Prasetyo L 83,1 Tidak Tuntas
9 4769 Diray Kusuma L 54,5 Tidak Tuntas
10 4772 Dwi Yuliana Riskiyah P 83,1 Tuntas
11 4781 Fajar Siddiqi P. S. L 80,6 Tuntas
12 4787 Fiki Ranjes Nuvio L 80,6 Tuntas
13 4788 Fira Yuslayli P 80,6 Tuntas
14 4789 Firman Anggi Wahyudi L 63,8 Tidak Tuntas
15 4799 Imam Baihaki L 61,1 Tidak Tuntas
16 4813 M. Roni Setiawan L 88,2 Tuntas
17 4820 Mita Dwi Pratiwi P 63,8 Tidak Tuntas
18 4831 Moh. Yuda Prasetyo L 63,8 Tidak Tuntas
19 4838 Muh. Sadli Hasan L 55,5 Tidak Tuntas
20 4856 Nur Aini P 75 Tuntas
21 4868 Priyanto L 86,1 Tuntas
22 4874 Rike Risma Safitri P 55,2 Tidak Tuntas
23 4875 Rima Ummal Khoiriyah P 86,1 Tuntas
24 4901 Siti Nur Aisyah P 86,5 Tuntas
25 4903 Siti Raudatul Q. P 86,5 Tuntas
26 4905 Siti Rofida P 83,1 Tuntas
27 4914 Tutik Kurnia Ningsih P 68,3 Tidak Tuntas
28 4915 Ulfiari Ninin Marsita P 83,1 Tuntas
29 4933 Zaenul Hasan L 83,1 Tuntas
30 4871 Putri Puji Astutik P 80,6 Tuntas
Rata-rata nilai kelas 75,34
Diray, Firman, Imam, Mita Yuda, Sadli,
Berdasarkan data di atas diketahui Rike, dan Tutik. Belum mencapai
hasil penilaian proses secara keseluruhan ketuntasan hasil belajar, hal ini disebabkan
baik, ada 21 siswa yang memperoleh nilai karena mereka kurang aktif dikelas,
di atas KKM > 70, namun ada 9 siswa mengantuk, bermain pensil, berbicara
yang belum tuntas memperoleh nilai tes sendiri dengan temannya dan kurang
evaluasi di bawah KKM < 70 yaitu Dea, berani mengajukan pendapat dalam
Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 104
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

berkelompok. Dengan KKM 70 sesuai h. Pemberian


kesempatan kepada
dengan ketetapan SMP Negeri 1 Suboh. siswa untuk berpikir

Didapat juga nilai nilai terendah 42,3 dan dan bertanya


i. Membagi siswa
tertinggi 88,2. Data pada Tabel 4 dalam kelompok

selanjutnya dianalisis dengan belajar secara
heterogen.
menggunakan rumus untuk mengetahui j. Memberikan LKPD
persentase ketuntasan belajar klasikal untuk dikerjakan/

didiskusikan
siswa (Tabel 5). dengan kelompok.
k. Penyampaian
Tabel 5. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal informasi mengenai

tugas yang akan
Siklus I dilakukan
Siklus 1 l. Memberikan
Prestasi Siswa Jumlah bimbingan kepada
Persentase
Siswa siswa atau

Nilai < 75 (Tidak tuntas kelompok yang
belajar) 9 30% mengalami
Nilai > 75 (Tuntas 21 70% kesulitan
m. Memberikan
belajar)
kesempatan kepada
Jumlah 30 100% siswa untuk √
Nilai rata-rata 75,34 mempresentasikan
Ketuntasan secara klasikal >20 75% hasil diskusi..
(Sumber: data nilai belajar siswa pada siklus I) n. Mengkondisikan
siswa sehingga
pembelajaran
Berdasarkan Tabel 5 diketahui berjalan tertib dan

menciptakan
bahwa jumlah siswa seluruhnya adalah 30 suasana
siswa. Ketuntasan klasikal siswa adalah pembelajaran yang
menyenangkan.
75%, sementara ketuntasan belajar siswa di Tahap Pengevalua o. Membimbing siswa
siklus I sebesar 70% < 75% maka Akhir sian Hasil untuk
Belajar menyimpulkan √
ketuntasan belajar siswa klasikal siswa materi yang telah
dinyatakan belum tuntas dan tidak sesuai dipelajari.
kriteria ketuntasan belajar, presentase 70 p. Memberikan
kesempatan kepada
berada diantara persentase 55-69%, siswa untuk

sehingga kreteria ketuntasan belajar menanyakan materi
yang belum
klasikal siswa dinyatakan “Cukup” dipahami
q. Melakukan evaluasi
dengan memberikan √
Tabel 6 Data Hasil Penskoran Aktivitas Guru Siklus I soal evaluasi.
Skor
Tahap Aspek Deskriptor
1 2 3 4
3 2
Tahap Apresiasi a. Membuka pelajaran Jumlah Skor 4
1 0
Awal dengan salam, doa,

dan memeriksa
kehadiran.
b. Menyampaikan
tujuan √ Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa
pembelajaran.
c. Pengkondisian
pelaksanaan mengajar guru pada siklus I

siswa belajar dalam melaksanakan pembelajaran dengan
d. Pemberian motivasi
kepada siswa
√ menerapkan model pembelajaran
e. Menjelaskan kooperatif dengan metode problem solving
langkah-langkah mendapat skor nilai 55 dengan presentase

pembelajaran
kooperatif. keberhasilan 80,8% dan dapat
Tahap
Inti
Penyampai
an
f. Menyampaikan
materi secara garis
dikategorikan sangat baik. Pada
(penera informasi, besar sesuai dengan

pengamatan ini guru kelas yang bertindak
pan
konsep
pengamatan
dan
kompetensi dasar
dan indikator yang
sebagai observer mengamati kegiatan
) pembimbin akan dicapai. belajar mengajar guru (peneliti) dan
gan g. Guru menggali mengamati keterlaksanaannya model
lebih dalam √
pengetahuan siswa pembelajaran kooperatif dengan metode
Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 105
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

problem solving. Sedangkan rekan peneliti diperoleh dari tes hasil belajar dan
sebagai observer untuk aktivitas siswa pengamatan kegiatan siswa yang diadakan
dalam kegiatan pembelajarandan setelah mengikuti suatu proses
mendokumentasikan proses pembelajaran pembelajaran. Selain itu, keberhasilan juga
dalam bentuk foto. Hasil rangkuman data dibuktikan dari observasi siswa dan guru
observasi dari guru bidang studi dan teman dalam penerapan Model Pembelajaran
sejawat, antara lain: Koperatif dengan Metode Problem Solving
serta ketercapaian pelaksanaan
a) Pada kegiatan awal guru kurang pembelajaran pada siklus I dan siklus II.
memberikan motivasi dan tujuan Penerapan Model Pembelajaran
pembelajaran pada siswa. Koperatif dengan Metode Problem Solving
b) Pada kegiatan inti, pembagian dalam pembelajaran materi menyimpulkan
kelompok masih terjadi kegaduhan hasil percobaan faktor-faktor yang
di kelas (karena siswa ingin satu mempengaruhi frekuensi denyut nadi dan
kelompok dengan teman akrabnya). penggolongan darah dapat meningkatkan
c) Pelaksanaan pembelajarannya hasil belajar siswa, karena dengan model
sudah baik, hanya saja terdapat dan metode ini siswa akan dengan mudah
kekurangan seperti memberi mengingat semua peristiwa mulai dari
motivasi dan mengkondisikan proses pembelajaran hingga hasil yang
kelas. berupa temuan-temuan atau kesimpulan
d) Aktivitas siswa sudah baik, namun yang mereka temukan sendiri, sehingga
terdapat beberapa siswa yang diharapkan siswa mampu mendapatkan
masih terlihat pasif dalam belajar hasil belajar yang lebih baik.
dan juga terdapat siswa yang Berdasarkan hasil belajar siswa
masih kurang teliti dalam pada siklus I dan siklus II menunjukkan
membaca soal ketika mengerjakan bahwa dengan menggunaan Model
tugas. Pembelajaran Koperatif dengan Metode
Kegiatan pembelajaran melebihi Problem Solving, hasil belajar siswa
waktu yang sudah ditetapkan, hal ini mengalami peningkatan. Hasil belajar
disebabkan karena kurang optimalnya siswa pada siklus I sebesar 70% pada
waktu saat siswa presentasi dikelas. siklus II menjadi 93%, sehingga pada
siklus II sudah memenuhi ketuntasan
Pembahasan klasikal yaitu lebih besar 75%. Meskipun
Berdasarkan hasil analisis data 6% siswa masih belum memenuhi
pada penelitian tindakan kelas yang ketuntasan klasikal dikarenakan siswa
dilakukan selama dua siklus, diketahui masih kesulitan dalam mengerjakan soal
bahwa penggunaan Model Pembelajaran dan tidak tertib pada saat proses
Koperatif dengan Metode Problem Solving pembelajaran, namun hal ini masih bisa
pada pelajaran IPA biologi siswa kelas diatasi dengan memberikan perhatian
VIIIB SMP Negeri1 Suboh Situbondo khusus pada siswa yang memiliki
Kabupaten Situbondo dengan standar kemampuan dibawah rata-rata.
kompetensi memahami berbagai sistem
dalam kehidupan manusia dapat Kesimpulan
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini Pelaksanaan pembelajaran dengan
dibuktikan dari tes hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
mengalami peningkatan setelah mengikuti kooperatif dengan metode problem solving
proses pembelajaran dari siklus I dan dapat terlaksana dengan baik. Hal tersebut
siklus II. Hal ini sesuai dengan pernyataan dilihat dari hasil pengamatan
Dimyati dan Mudjiono (2006) bahwa hasil keterlaksanaan pembelajaran pada aktivitas
belajar dinyatakan dengan skor yang guru maupun siswa yang menunjukkan

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 106


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

semua kegiatan terlaksana. Penerapan Bruce Joyce, Marsha Weil, and Emily
model pembelajaran kooperatif dengan Calhoun. 2009. Models of Teaching
metode problem solving pada proses (Model-Model Pembelajaran).
pembelajaran antara lain penyampaian Yogyakarta: Pustaka Belajar.
materi, membentuk kelompok (5-6 siswa). Chotimah, Husnul dan Dwitasari,
Berdasarkan hasil belajar siswa Yuyun.2009. Strategi
pada siklus I dan siklus II menunjukkan Pembelajaran untuk Penelitian
bahwa dengan menggunaan Model Tindakan Kelas.Malang : Surya
Pembelajaran Koperatif dengan Metode Pena Gemilang.
Problem Solving, hasil belajar siswa Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Sekolah
mengalami peningkatan. Hasil belajar Menengah Pertama. Pedoman
siswa pada siklus I sebesar 70% pada Khusus Pengembangan Silabus
siklus II menjadi 93%, sehingga pada Berbasis Kompetensi Sekolah
siklus II sudah memenuhi ketuntasan Menengah Pertama Mata
klasikal yaitu lebih besar 75%. Meskipun Pelajaran Biologi. Jakarta :
6% masih belum memenuhi ketuntasan Depdiknas.
klasikal dikarenakan siswa masih kesulitan Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
dalam mengerjakan soal dan tidak tertib Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
pada saat proses pembelajaran, namun hal Cipta.
ini masih bisa diatasi dengan memberikan Gusti, Rini Prisma. 2006. Upaya
perhatian khusus pada siswa yang Peningkatan Pemahaman Konsep
memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Biologi melalui Pendekatan
Kontekstual dengan Model
Saran Pembelajaran Berbasis Gambar
Pada saat menerapkan Model (Picture and Picture) Pada Siswa
Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah
Problem Solving dalam pembelajaran, Kota Padang Panjang. Jurnal
sebaiknya guru harus pandai-pandai Guru, Vol 1 No. 3
menetapkan materi pelajaran yang cocok Herwan Jaya. 2012. Pembelajaran Active
dengan karakteristik pembelajaran pada Learning Berbasis Problem Solving
Model Pembelajaran Kooperatif dengan Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Metode Problem Solving dan pada Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
penetapan anggota setiap kelompok VII SMP Muhammadiyah 6 Kota
sebaiknya dicampur siswa yang lamban Malang.
belajar dengan siswa yang cepat dalam Isjoni. 2009. Cooperatif Learning,
menangkap materi pembelajaran. Selain Efektifitas pembelajaran kelompok.
itu, untuk mengantisipasi adanya siswa Bandung: Alfabeta.
yang tidak tuntas sebaiknya diadakan Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi.
remidial oleh guru kelasnya, sehingga 2010. Mengenal Penelitian
siswa tersebut dapat mencapai ketuntasan Tindakan Kelas. Jakarta : PT
belajar yang telah ditetapkan. Indeks.
Mulyasa. 2008. Kurikulum Berbasis
DAFTAR RUJUKAN Kompetensi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia
Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Indonesia: Jakarta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. 7 Tips Sanjaya, Wina 2011. Strategi
Aplikasi Pakem. Yogyakarta: Diva Pembelajaran. Kencana Prenada
Press. Media Group. Jakarta.

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 107


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1
(ISSN: 2442-3750) (Halaman 99-108)

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Saktiyono. 2007. IPA BIOLOGI 2 SMP
Motivasi Belajar Mengajar. dan MTS untuk Kelas VIII. Jakarta:
Jakarta. Raja Grafindo Persada. Esis
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Tim Dosen BIOLOGI FKIP UMM. 2009.
Proses belajar Mengajar. Bandung Panduan Penulisan Skripsi
: PT Remaja Rosdakarya. Program Studi Pendidikan Biologi.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar Proses Malang : Fakultas Keguruan dan
Pembelajaran Matematika 1. Ilmu Pendidikan Universitas
Semarang: Jurusan Matematika Muhammadiyah Malang.
FMIPA UNNES Taplin, Margaret. 2007. Mathematics
Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Through Problem solving. Dalam
Learning teori dan aplikasi. http://www.mathgoodies.com/article
Yogjakarta: Pustaka Belajar. s/ diakses Maret 2007.
Subrata, Nyoman. 2006. Pengembangan Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode
Model Pembelajaran Kooperatif Penelitian Tindakan Kelas.
dan Strategi Pemecahan Masalah Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Yukalina, dkk. 2009. Mandiri Mengasah
Siswa Kelas VIIC SMP Negeri Kemampuan Diri BIOLOGI untuk
Sukasada. Singaraja: Universitas SMP/MTS Kelas VIII. Yogyakarta:
Pendidikan Ganesha. Erlangga

Diyah Ariska Fitari dkk, Penerapan Pembelajaran Kooperatif 108


PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN
METODE PROBLEM SOLVING MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR IPA SMP
ORIGINALITY REPORT

9 %
SIMILARITY INDEX
11%
INTERNET SOURCES
4%
PUBLICATIONS
6%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
eprints.umm.ac.id
Internet Source 5%
2
www.scribd.com
Internet Source 3%

Exclude quotes On Exclude matches < 2%


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai