Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ATOM BERELEKTRON BANYAK


Disusun sebagai tugas proyek Mata Kuliah : Fisika Modern

Dosen Pengampuh :

Dr. Sri Purwaningsih, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :

Ulfa Dwiyanti (KIP2100046)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha Esa atas ridho
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan penuh
keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi
pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen Ibu Dr. Sri
Purwaningsih, S.Si., M.Si. mata kuliah Fisika Modern yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada penulis sehingga dapat memicu motivasi penulis untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Atom Berelektron Banyak” sehingga dengan
ini penulis dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga penulis sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga penulis
dapat menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Penulis menyadari
bahwa terdapat kekurangan pada tugas makalah ini baik dari segi tulisan dan pembahasan serta
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis membutuhkan masukan, kritik dan saran
mengenai tugas ini sebagai bahan pembelajaran kedepannya agar dapat membuatnya dengan
lebih baik.

Akhir kata penulis mengucapakan terimakasih, semoga tugas makalah ini memberi
manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian guna menambah ilmu dan wawasan.

Mataram, 2 Desember 2021


Penulis

Ulfa Dwiyanti

1|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................. 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
2.1 Asas Larangan Pauli .............................................................................................................. 6
2.2 Keadaan Elektron Dalam Atom Elektron Banyak ................................................................ 7
2.3 Daftar Berkala ....................................................................................................................... 9
2.4 Sifat-Sifat Unsur.................................................................................................................. 12
2.5 Sinar X................................................................................................................................. 18
2.6 Penjumlahan Momentum Sudut .......................................................................................... 22
2.7 Laser .................................................................................................................................... 24
BAB III ......................................................................................................................................... 29
PENUTUP..................................................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 29
3.2 Saran .................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 31
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 32
Pembahasan Soal – Soal di buku Kenneth Krene .................................................................... 32

2|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta awan
elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang
bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral (terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak
memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk
sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral
sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau
negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron pada
inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut dan jumlah
neutron menentukan isotop unsur tersebut.

Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi
lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18 para
kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu
tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-
komponen sub atom di dalam atom membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi
lagi. Prinsip prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil
memodelkan atom.

Relatif terhadap pengamatan sehari-hari atom merupakan objek yang sangat kecil dengan
massa yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau menggunakan peralatan khusus
seperti mikroskop penerowongan payaran. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom
dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama.

Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil yang dapat
mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi yang mengubah
jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras

3|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
energi ataupun orbital yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan
menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras.
Elektron pada atom menentukan sifat sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi sifat-sifat
magnetis atom tersebut.

Pada tahun 1913 Neils Bohr pertama kali mengajukan teori kuantum untuk atom hydrogen.
Model ini merupakan transisi antara model mekanika klasik dan mekanika gelombang karena
pada prinsip fisika klasik tidak sesuai dengan kemantapan hidrogen atom yang teramati. Model
atom Bohr memperbaiki kelemahan model atom Rutherford. Untuk menutupi kelemahan model
atom Rutherford, Bohr mengeluarkan empat postulat. Gagasan Bolir menyatakan bahwa elektron
harus mengorbit di sekeliling inti. Namun demikian teori atom yang dikemukakan oleh Neils
Bohr juga memiliki banyak kelemahan Model Bohr hanyalah bermanfaat untuk atom-atom yang
mengandung satu elektron tetapi tidak untuk atom yang berelektron banyak. Berdasarkan uraian
tersebut, maka pentingnya dibuat makalah ini untuk mengetahui karakteristik dari fungsi-fungsi
gelombang dan tingkat-tingkat energi untuk atom dengan elektron banyak akan dibandingkan
dengan fungsi gelombang dan tingkat energi dari atom-atom hidrogenik.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah asas larangan Pauli ?

2. Bagaimanakah keadaan elektron dalam atom berelektron banyak ?

3. Bagaimanakah karakteristik daftar berkala ?

4. Bagaimanakah sifat – sifat unsur ?

5. Bagaimanakah karakteristik sinar X ?

6. Bagaimanakah penjumlahan momentum sudut ?

7. Bagaimanakah karakteristik laser ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui asas larangan Pauli

2. Untuk mengetahui keadaan elektron dalam atom berelektron banyak

4|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
3. Untuk mengetahui karakteristik daftar berkala

4. Untuk mengetahui sifat – sifat unsur

5. Untuk mengetahui karakteristik sinar X

6. Untuk mengetahui penjumlahan momentum sudut

7. Untuk mengetahui karakteristik laser

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan penulisan makalah ini diharapkan penulis dapat lebih memahami dan mengerti
terkait mata kuliah Fisika Modern khususnya tentang materi atom berelektron banyak. Selain itu
juga diharapkan penulis dapat memenuhi tugas berbasis proyek yang diberikan dosen guna
memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern untuk mendapatkan nilai.

5|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asas Larangan Pauli
Aturan yang menghalangi semua elektron dalam sebuahi atom turun menempati tingkat
1s dikenal dengan asas Pauli. Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1925,
berdasarkan studinya terhadap data transisi yang ada dan yang diperkirakan hadir tetapi tidak
muncul, dalam semua spektrum paucar atom. Secara sederhana, bunyi asas larangan Pauli adalah
sebagai berikut:

Dua elektron dalam sebuah atom tidak boleh memiliki himpunan bilangan kuantum (n, l, ml, ms)
yang sama.

Asas larangan Pauli merupakan aturan paling penting yang mengatur struktur atom, dan
kajian terhadap sifat-sifat atom hanya akan berhasil melalui pemahaman secara mendalam
terhadap asas ini. Asas Pauli bekerja dalam kasus atom helium (7.= 2). Elektron pertama dalam
helium, pada k adaan dasar memiliki himpunan bilangan kuantum n = 1, 1 = 0, m, = 0, m, = + ½
atau -½. Elektron kedua dapat memiliki n, l, ml yang sama, tetapi ia tidak boleh memiliki ms,
yang sama, karena bila terjadi demikian, asas larangan Pauli dilanggar. Jadi, bila elektron
pertama memiliki ms = +½, elektron kedua harus memiliki ms = -½. Sekarang, andaikan kita
sedang menyusun sebuah atom litium (Z = 3). Seperti pada atom helium, kedua elektron pertama
akan memiliki himpunan bilangan Kuantum (n, l, ml, ms) = (1, 0, 0, +½) dan (1, 0, 0, -½).
Menurut asas larangan Pauli, elektron ketiga tidak boleh memiliki himpunan bilangan kuantum
yang sama seperti kedua elektron yang pertama tadi.

Akibatnya, ia tidak dapat menempati tingkat n = 1, karena hanya ada dua himpunan
bilangan kuantum berbeda yang tersedia pada tingkat n = 1, sedangkan keduanya telah
digunakan. Oleh karena itu, elektron ketiga harus pergi ke tingkat n = 2. Pengalaman
menunjukkan bahwa tingkat berikut dari kedua tingkat n = 2 (2s atau 2p) yang tersedia adalah
tingkat 2s, karena itu, elektron ketiga dapat memiliki himpunan bilangan kuantum (n, l, ml, ms)
(2, 0, 0, +½) atau (2, 0, 0, -½). Elektron keempat, dalam kasus atom berilium (Z = 4), akan
memiliki nilai n, l, dan ml yang sama, tetapi ms yang berlawanan dari yang dimiliki elektron
ketiga. Ketika kita mencapai atom boron, dengan Z = 5, elektron kelima tidak lagi dapat

6|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
menempati keadaan 2s, karena kita telah menetapkan kedua himpunan bilangan kuantum yang
mungkin pada tingkat itu; elektron kelima dengan demikian pergi ke salah satu dari subtingkat
2p. Oleh karena itu, dapatlah kita perkirakan bahwa sifat boron, dengan tambahan satu elektron
2p, akan berbeda dari sifat atom litium atau berilium, yang hanya memiliki elektron 2s. Proses
menggunakan habis semua bilangan kuantum yang mungkin bagi satu tingkat, dan kemudian
menempatkan elektron pada tingkat berikutnya inilah, yang menyebabkan berbedanya berbagai
sifat kimia dan fisika.

2.2 Keadaan Elektron Dalam Atom Elektron Banyak

Gambar disamping melukiskan pengaturan


tingkat-tingkat energi dalam atom elektron-banyak
bila nomor acom Z bertambah. Tingkat 1s tetap
sebagai tingkat energi terendah, dan 2s serta 2p
tetap cukup berdekatan energinya. Energi tingkat
2s selalu sedikit lebin rendah daripada energi 2p.
Kita dapat memahami mengapa energi tingkat 2s
lebih rendah. Kareba elektron pada tingkat 2s
menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam
jari-jari Bohr dibandingkan terhadap elektron pada
tingkat 2p

yang orbitnya berbentuk lingkaran. Elektron 2p melihat muatan elektrik inti + Ze terperisai, atau
"terhalang" (screened), oleh kedua elektron 1s. Tetapi elektron 2s kerapkali ditemukan berada
dekat ke inti pada jarak yang lebih kecil daripada jari-jari Bohr, dan di sini ia merasakan
keseluruhan tarikan (tanpa terhalangi) muatan inti atom. Secara rata-rata, elektron 2s merasakan
gaya tarik yang lebih besar dari inti atom dibandingkan terhadap yang dirasakan elektron 2p.
Karena itu, elektron 2s terikat lebih kuat pada atom, dan dengan demikian energinya lebih rendah.

Contoh paling ekstrem ikatan terkokoh dari orbit-orbit tembus dapat dijumpai pada
tingkat n = 3 dan n = 4. Elektron 3s lebih sering menembusi orbit-orbit elektron terdalam,
sehingga ia terikat lebih kuat. Elektron 3p menembusi hampir sama banyak, sedangkan elektron

7|M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
3d (dalam gambaran Bohr) yang bergerak dalam orbit lingkaran, sama sekali tidak pernah
menembusi orbit-orbit terdalam. Elektron 4s berada pada suatu orbit elips yang sangat eksentrik
(pipih), sehingga menembusi semua orbit terdalam. Penembusan ini menyebabkan suatu
tambahan ikatan kuat sehingga tingkat 4s tertarik lebih ke bawah dari tingkat 3d. Beda energi
kecil antara tingkat 4s dan 3d merupakan faktor penting yang menyumbang pada besarnya
konduktivitas elektrik tembaga.

Semua tingkat dengan nilai n dan l tertentu (misalnya, 2s atau 3d) dikenal sebagai
subkulit. Jumlah elektron yang dapat ditempatkan pada tiap subkulit adalah 2(2l+ 1). Faktor (2l+
1) datang dari jumlah nilai ml yang berbeda untuk tiap l, karena ml dapat bernilai 0, ±1, ±2, ±3,...,
l. Faktor ekstra 2 datang dari kedua nilai ms yang berbeda; untuk tiap ms, kita dapat mempunyai
ms = + ½ atau ms = -½. Menurut skema ini, subkulit 1s memiliki daya tampung 2(2 x 0 + 1) = 2
elektron; subkulit 3d sebanyak 2(2 x 2 + 1) = 10 elektron. (Perhatikan bahwa daya tampung ini
tidak bergantung pada n sebarang subkulit d memiliki daya tampung 10 elektron). Tabel 8.1
memperlihatkan pengurutan semua subkulit ini.

Sebagaimana telah kita lihat pada kasus atom hidrogen, orbit dengan suatu nilai n tertentu
semuanya terletak pada jarak yang rata - rata hampir sama ke inti atom. Elektron pada orbit
tembus, selain menghabiskan sebagian besar waktunya berada lebih dekat ke inti atom
dibandingkan terhadap orbit tidak tembus, juga menghabiskan sebagian waktunya untuk berada
lebih jauh dari inti atom karena itu, secara keseluruhan jarak rata-rata ke inti atom dari orbit
tembus dan tidak tembus hampir sama. Himpunan orbit dengan suatu nilai n tertentu, dengan

8|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
jarak rata-rata yang hampir sama ke inti atom ini, dikenal sebagai kulit atom. Tiap kulit atom ini
diberi nama dengan huruf besar. Huruf K bagi kulit n = 1, L bagi kulit n = 2, M bagi kulit n = 3,
dan seterusnya.

2.3 Daftar Berkala

Gambar di atas memperlihatkan daftar berkala, yaitu suatu barisan terurut unsur-unsur
kimia, yang didaftarkan menurut urutan bertambahnya nomor atom Z dan disusun sedemikian
rupa sehingga kolom-kolom vertikal, yang disebut kelompok, berisi unsur-unsur yang memiliki
sifat kimia dan fisika yang sama. Dalam usaha memahami keteraturan subkulit dan daftar berkala,
kita harus mengikuti kedua aturan pengisian subkulit elektron berikut:

1. Daya tampung, tiap subkulit adalah 2(2l + 1) (asas larangan Pauli).

2. Elektron cenderung menempati keadaan energi terendah yang tersedia.

Untuk menunjukkan konfigurasi elektron dari masing-masing unsur, akan kita gunakan
suatu notasi. Dalam notasi ini, dituliskan identitas subkulit dan jumlah elektron di dalamnya.
Identitas subkulit ditunjukkan dengan notasi yang telah kita gunakan, sedangkan jumlah elektron
dalam subkulit itu ditunjukkan dengan suatu tikatas. Jadi, hidrogen memiliki konfigurasi 1s1,
karena hanya ada satu elektron pada subkulit 1s, sedangkan helium memiliki konfigurasi 1s².
Helium, selain memiliki suatu subkulit terisi penuh (1s), juga memiliki suatu kulit utama tertutup

9|M a k a l a h a to m e l e k t r o n b a n y a k (U l f a D w i y a n t i )
(kulit K); karena itu, ia merupakan unsur yang sangat stabil dan lembam. Meningkat ke litium (Z
= 3), pengisian dimulai pada subkulit 2s; jadi, litium memiliki konfigurasi 1s2 2s1. Selanjutnya,
pada berilium (Z = 4, 1s²2s²) subkulit 2s penuh, sehingga unsur berikutnya harus memulai
pengisian pada subkulit 2p (boron, Z = 5, 1s²2s²2p1). Subkulit 2p memiliki daya tampung enam
elektron, karena itu, pada neon (Z = 10, 1s²2s²2p6) baik subkulit 2p maupun kulit L (n = 2)
keduanya terisi penuh. Baris (atau periode berkala) berikutnya diawali dengan natrium (Z = 11,
1s²2s²2p63s¹), dan subkulit 3s dan 3p selanjutnya diisi mengikuti cara yang sama seperti pada
pengisian subkulit 2s dan 2p, yang berakhir dengan gas inulia argon (Z = 18, 1s²2s²2p63s23p6).

Unsur-unsur baris (kala) ketiga memiliki sifat kimia yang sama dengan unsur-unsur yang
bersangkutan dari baris (kala) kedua, karena itu mereka dituliskan langsung di bawah unsur
bersangkutannya pada baris kedua. Elektron berikutnya, seperti biasa, harus pergi ke dalam
tingkat 3d. Tetapi, kedalaman orbit tembus elektron 4s menyebabkan tingkat 4s tampak kurang
lebih sama dengan tingkat 3d, dan ternyata energi tingkat 4s tampak sedikit lebih rendah
sehingga mengalami pengisian terlebih dulu. Karena itu, konfigurasi kalium (Z = 19) adalah
1s²2s²2p63s23p64s² dan kalsium (Z = 20) 1s²2s²2p63s23p64s1. Kedua unsur ini memiliki sifat yang
sama seperti semua unsur yang bersangkutan dengan satu dan dua elektron subkulit s pada kala
kedua dan ketiga, sehingga masing-masing berada tepat di bawah unsur bersangkutannya.
Sekarang, kita mulai dengan mengisi subkulit 3d. Karena tidak ada subkulit 1d atau 2d, maka
kita perkirakan unsur pertama dengan konfigurasi subkulit-d memiliki sifat kimia yang agak
berbeda dari unsur-unsur yang telah kita tempatkan sebelumnya; dengan demikian, unsur ini
tidak harus muncul dalam salah satu ke lompok (kolom) terisi sebelumnya, jadi kita bentuk suatu
kelompok baru yang dimulai dengan skandium (Z = 21, 1s²2s²2p63s23p64s23d1), dan subkulit 3d
akhirnya terisi penuh dengan seng (Z = 30, 1s²2s²2p63s23p64s23d10). (Dalam proses pengisian ini
terdapat beberapa penyimpangan kecil; yang paling penting adalah tembaga, dengan Z = 29.
Untuk kasus ini, tingkat 3d terletak agak sedikit lebih ren dah daripada tingkat 4s, sehingga
subkulit 3d terisi dahulu daripada 4s, yang menghasilkan konfigurasi 1s²2s²2p63s23p63d104s¹.
Seperti yang akan kita lihat dalam pasal berikut, konfigurasi inilah yang menyebabkan tembaga
memiliki konduktivitas elektrik yang inggi).

Dalam deret berikutnya, subkulit 4p yang diisi, mulai dari galium (Z = 31) hingga gas
mulia kripton (Z = 36). Ketika berpindah ke kala berikutnya, kita mengisi lagi subkulit 5s

10 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
sebelum subkulit 4d, dan deret kesepuluh unsur yang berkaitan dengan pengisian subkulit 4d ini
ditulis langsung di bawah deret yang memiliki konfigurasi dengan tingkat 3d kosong. (Perak,
dengan Z = 47, berkaitan tepat dengan tembaga dalam kala keempat, dengan subkulit 4d terisi
dulu sebelum 5s). Setelah tingkat 4d terisi penuh, subkulit 5p menyusul diisi, yang berakhir
dengan gas mulia xenon (Z = 54). Kala berikutnya dimulai dengan cesium dan barium yang
mengisi subkulit 6s, dan lantanium yang dimulai dengan subkulit 5d. Seperti pada kasus dengan
kala - kala sebelumnya, energi tingkat 5d dan 6s letaknya hampir sama; karena 6s agak sedikit
lebih rendah, maka ialah yang diisi dulu. Tetapi, masih ada subkulit lain pada energi yang hampir
sama dengan 6s dan 5d-yaitu, subkulit 4f, yang sekarang mulai diisi, dari cerium hingga lutetium.
Deret unsur-unsur ini yang disebut lantanida atau unsur tanah-langka (rare earths), biasanya
dituliskan secara terpisah dalam daftar berkala, karena tidak ada unsur subkulit-f lain yang di
bawahnya dituliskan unsur-unsur ini. Subkulit 4f memiliki daya tarmpung 14 elektron, sehingga
terdapat 14 unsur dalam deret Lantanida.

Begitu subkulit 4f terisi penuh, kita kembali lagi dengan pengisian subkulit 5d, dengan
menuliskan unsur-unsur baru ini di bawah kolom dengan unsur-unsu: 3d dan 4d yang berkaitan,
dan kemudian melengkapi kalanya dengan mengisi subkulit 6p, yang berakhir dengan gas mulia
radon. Kala ketujuh memulai hampir sama dengan yang keenam, dengan suatu deret yang
dikenal sebagai aktinida, yang ditulis di bawah deret lantanida, yang berkaitan dengan pengisian
subkulit 5f. Berikut konfigurasi elektron beberapa unsur.

11 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Yang sangat mengesankan dari skema ini adalah bahwa penyusunan daftar berkala ini
telah cukup dikenal sebelum teori atom diperkenalkan. Pada tahun 1859 Mendeleev menata
unsur-unsur ke dalam beberapa kelompok dan kala berdasarkan sifat fisika dan kimianya.
Pemahaman susunan berkala berdasarkan tingkat energi atom ini merupakan suatu kemenangan
besar bagi teori atom. Yang tersisa kini adalah menafsirkan sifat kimia dan fisika berbagai unsur
berdasarkan tingkat energi atom.

2.4 Sifat-Sifat Unsur


Struktur atom membantu kita untuk memahami sifat-sifat fisika dan kimia berbagai unsur.
Bahasan kita akan didasarkan pada kedua aturan berikut:

1. Subkulit yang terisi penuh lazimnya merupakan konfigurasi paling mantap. Atom dengan satu
elektron di luar kulit tertutupnya rela melepaskan elektron tersebut pada atom lain guna
membentuk suatu ikatan kimia. Begitu pula, atom yang kulit tertutupnya kekurangan satu
elektron cenderung menerima tambahan elektron dari atom lain guna membentuk suatu ikatan
kimia.

2. Subkulit yang terisi penuh tidak memberi saham pada sifat fisika dan kimia suatu atom. Hanya
elektron-elektron pada subkulit tidak terisi penuh yang perlu ditinjau.

Kita akan meninjau sejumlah sifat fisika berbagai unsur, dan akan mencoba memahami
sifat-sifat tersebut berdasarkan teori atom.

1. Jari-jari Atom

Telah kita pelajari bahwa jari-jari sebuah atom bukanlah suatu besaran yang tertentukan
secara pasti, karena "ukuran" sebuah atom ditentukan oleh rapat probabilitas elektron. Begitu
pula, jari-jari atom merupakan suatu besaran yang sulit diukur lewat percobaan, dan ternyata,
percobaan yang berbeda menghasilkan pula nilai jari-jari yang berbeda. Salah satu cara untuk
mendefinisikan jari-jari atom adalah dengan meng ukur jarak antara atom dalam sebuan kristal
yang mengandung unsur itu. Tetapi, jika unsurnya muncul dalam kristal yang berbeda dengan
valensi yang berbeda, jari-jari yang diukur dapat pula berbeda.

12 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
2. Ionisasi

Energi minimuni yang diperlukan untuk membebaskan sebuah elektron dari atomnya dikenal
sebagai energi ioni sasi. Sebagai contoh, hidrogen memiliki energi ionisasi sebesar 13,6 eV.
Helium memiliki energi ionisasi seoesar 24,6 eV bagi elektron pertama, dan 54,4 eV bagi
elektron kedua.

3. Resistivitas Elektrik

13 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Apabila antara kedua ujung bahan makro dikenakan suatu beda potensial (tegangan), maka
aliran elektrik akan mengalir di dalamnya. Arus dan tegangan V dalam kebanyakan bahan saling
terkait menurut hukum Ohm, V = IR, di mana R adalah resistans elektrik bahan tersebut. Jika
panjang bahan adalah L dan luas penampangnya A, maka resistansnya adalah

𝐿
𝑅= 𝜌
𝐴

Resistivitas 𝜌 merupakan sifat khas bahan dan diukur dalam satuan ohm'cm. Konduktor
elektrik yang baik memiliki resistivi tas yang kecil (𝜌 = 1,7 x 10-6 ohm'cm bagi tembaga);
konduktor jelek memiliki resistivitas yang besar (𝜌 = 2 x 1017 ohm'cm bagi belerang). Dari sudut
pandang atom, arus bergantung pada aliran elektron yang relatif leniah ikatannya, yang mudah
dibebaskan dari atomnya dengan mengenakan suatu beda potensial. Selain itu, juga bergantung
pada kemampuan elektron untuk berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Jadi, unsur-unsur
dengan elektron s, yang lebih sering didapati berada jauh dari inti atom dibandingkan terhadap
elektron-clektron dengan nilai yang besar, diperkirakan akan memiliki resistivitas yang kecil.

4. Suseptibilitas Magnet

Apabila sebuah bahan ditempatkan dalam, suatu medan magnet dengan intensitas E, maka
bahannya termagnetkan" dan memiliki suatu magnetisasi M, yang besarnya sebanding dengan B :

𝜇0 𝑀 = 𝜒𝐵

14 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
𝜒 adalah suseptibilitas magnet. (Bahan yang memiliki 𝜒 > 0 disebut paramagnet, dan yang
memiliki 𝜒 < 0 disebut diamagnet; bahan yang tetap bersifat magnet walaupun medan B
dihilangkan disebut feromagnet dan bagi bahan seperti itu, 𝜒 tidak terdefinisikan).

Dari sudut pandang teori atom, kemagnetan atom bergantung pada l dan s elektron-
elektron terluarnya, karena kedua momen magnet 𝜇𝑙 dan 𝜇𝑠 berbanding lurus dengan l dan s.
Efek inilah yang berperan bagi suseptibilitas paramagnet dan terjadi dalam semua atom.
Diamagnetisme disebabkan oleh efek beriku t: apabila pada suatu untai elektrik dikenakan suatu
medan magnet, maka akan mengalir arus imbas dalam untai tersebut; arus imbas ini
menimbulkan medan magnet yang cenderung melawan medan yang dikenakan (hukum Lenz).
Dalam kasus fisika atom, kias untai elektrik adalah elektron yang mengorbit, dan arus imbas
terdiri atas sedikit penambahan atau penurunan laju elektron dalam orbitnya. Ini menghasilkan
magnetisasi bahan dengan arah melawan medan B yang dikenakan, karena itu saham diamagnet
pada x adalah negatif.

• Gas Mulia

Gas mulia menempati kolom terakhir daftar berkala. Karena subkulit atomnya terisi penuh,
maka gas mulia pada umumnya tidak bergabung dengan unsur lain guna membentuk senyawa,
unsur-unsur ini sangat sulit melepaskan atau menerima elektron. Pada suhu ruang, mereka
berbentuk gas monoatorn (satu atom), dan karena atom-atomnya tidak saling mengikat, titik

15 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
didihnya sangat rendah (-200 oC). Energi ionisasinya lebih besar daripada unsur – unsur
tetangganya, karena diperlukan energi tambahan untuk membuka subkulit yang terisi penuh.

• Unsur-unsur Subkulit-p

Unsur-unsur pada kolom sebelum gas mulia adalah unsur halogen (F, Cl, Br, I, At). Atom
unsur-unsur ini kekurangan satu elektron untuk membentuk suatu kulit tertutup dan memiliki
konfigurasi np5. Karena subkulit p tertutup adalah konfigurasi yang sangat stabil, maka unsur-
unsur ini akan mudah sekali membentuk senyawa dengan atom lain yang dapat memenuhi
tambahan elektron yang diperlukannya untuk mengisi penuh subkulit p. Oleh karena itu, unsur
halogen sargat reaktif.

Bila kita menyusuri deret keenamn yang subkulit p-nya sedang mengalami pengisian, jari-jari
atorn tampak menyusut. "Penyusutan" ini terjadi karena muatan inti atom bertambah sehingga
menarik semua orbit lebih dekat ke inti atom. Bila muatan inti atom kita perbesar, ikatan
elektron-elektron p juga menjadi lebih kuat.

• Unsur-unsur Subkulit-s

Unsur-unsur kedua kolomn pertama berturut turut dikenal sebagai unsur alkali (konfigurasi
ns1) dan alkali tanah (ns2). Kehadiran elektron tunggal s membuat unsur alkali cukup reaktif;
unsur alkali tanah juga sama reaktifnya, meskipun subkulit s-nya tertutup. Ini terjadi karena
fungsi gelombang elektron s meluas agak lebih jauh dari inti atom, sehingga ia hanya merasakan
muatan inti yang terhalangi (oleh Z - 1 elektron lainnya) yang berakibat menurunkan kekuatan
ikatannya.

• Logam Transisi

Ketiga deret unsur yang subkulit d-nya mengalami pengisian (Sc hingga Zn, Y hingga Cd, Lu
hingga Hg) dikenal sebagai logam transisi. Sebagian besar sifat kimianya ditentukan oleh
elektron elektron "terluar" yang fungsi gelombangnya meluas lebih jauh lagi dari inti atom. Bagi
logam transisi, elektron-elektron terluar ini adalah selalu elektron s, yang memiliki jari-jari rata-
rata yang lebih besar daripada elektron d. (Ingat bahwa jari-jari rata-rata hanya bergan tung pada
n; elektron s pada logam transisi memiliki n yang lebih besar daripada elektron d). Begitu nomor
atom dalam deret logam transisi bertambah, kita menambah satu elektron d dan satu satuan

16 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
muatan pada inti atom; efek totalnya pada elektron s sangat kecil, karena elektron d tambahan ini
menghalangi tambahan muatan inti tadi. Oleh karena itu, sifat kimia logam transisi tidak berbeda
banyak satu sama lainnya, sebagaimana diperlihatkan oleh kecilnya perubahan jari jari atom dan
energi ionisasinya.

Resistivitas elektrik logain transisi memperlihatkan dua pola menarik: kenaikan tajam pada
pertengahan deret, dan penurunan tajam dekatke ujung deret (Gambar 8.5). Penurunan tajam
dekat ke ujung deret inilah yang menyebabkan kecilnya resistivitas (konduktivitas besar) yang
dimiliki tembaga, perak, dan emas Jika kita mengisi subkulit d mengikuti urutan ini, maka
tembaga akan memiliki konfigurasi 4s23d9 tetapi subkulit d penuh bersifat lebih mantap daripada
subkuli s penuh, sehingga salah satu elektron s dipindahkan ke subkulit di yang menghasilkan
konfigurasi 4s13d10. Elektrons tunggal yang relatif bebas inilah yang menyebabkan tembaga
bersifat sebagai konduktor yang amat baik.

Pada pertengahan deret logam transisi terjadi kenaikan tajam dalam resistivitas; ternyata kulit
setengah-penuh juga merupakan suatu konfigurasi mantap, sehingga Mn (3d5) dan Re (5d5)
memiliki resistivitas yang lebih besar daripada tetangganya (Unsur Tc, dengan konfigurasi 4d5,
bersifat radioaktif, tetapi tidak terdapat di alam; resistivitasnya tidak diketahui). Kenaikan yang
sama dalam resistivitas juga terlihat pada unsur-unsur pertengahan deret 4f.

Logam transisi memiliki suseptibilitas magnet yang sama, yang disebabkan oleh besarnya
momentum sudut yang dimiliki elektron elektron d dan juga karena besarnya jumlh elektron
subkulit-d yang dapat saling menggandengkan momen magnet spin-nya. Kedua efek ini cukup
besar untuk mengatasi efek diamagnet gerak orbit. Elektron d, dengan momentum sudutnya yang
besar, juga berperan bagi sifat feromagnet besi, nikel, dan kobal. Tetapi, begitu subkulit d terisi
penuh, momen magnet spin dan orbit tidak lagi memberi saham pada sifat magnet unsur (karena
semua nilai ml dan ms, positif maupun. negatif, terpakaikan); karena alasan inilah, tembaga dan
seng bersifat diamagnet, bukannya paramagnet seperti logam transisi tetangga mereka.

• Lantanida (Unsur Tanah-Langka)

Unsur tanah-langka agak mirip dengan logam transisi dalam hal bahwa subkulit "terdalam"
(4f) diisi kemudian setelah subkulit "terluar" (6s). Berdasarkan alasan yang sama seperti dibahas

17 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
di atas, maka sifat unsur tanah-langka seharus nya juga tidak berbeda jauh; dan memang jari-jari
atom dan energi ionisasi mereka menunjukkan bahwa hal ini benar.

Karena besarnya momentum sudut elektron subkulit-f (l = 3) dan juga karena banyaknya
jumlah elektron subkulit-f yang dapat menyerahkan momen magnet spin mereka, maka
suseptibilitas paramagnet unsur tanah-langka lebih besar daripada suseptibilitas logam transisi.
Bahkan sifat feromagnet unsur tanah-langka juga lebih besar daripada kelompok besi. Umumnya,
kita berpendapat bahwa besi adalah unsur yang paling bersifat magnet daripada semua logam
lainnya. Jika kita magnetkan sepotong besi, maka medan magnet dalamnya (dalam potongan besi
itu) adalah sekitar 28 T. Logam holmium, sebuah unsur tanah-langka, yang termagnetkan,
memiliki medan magnet dalam sebesar 800 T, secara kasar 30 kali yang di miliki besi. Banyak
unsur tanah-langka lainnya memiliki sifat magnet yang sama. (Unsur-unsur tanah-langka tidak
memperlihatkan "sifat feromagnet" mereka pada suhu ruang, kecuali bila didinginkan hingga
suhu yang lebih rendah. Holmium, misalnya, untuk dapat memperli hatkan sifat magnetriya,
harus didinginkan hingga mencapai suhu 20 K).

• Aktinida

Unsur-unsur deret aktinida seharusnya memiliki pula sifat kimia dan fisika yang sama seperti
unsur-unsur tanah-langka. Sayangnya, sebagian besar unsur aktinida (yang setelah uranium)
bersifat radioaktif dan tidak terdapat di alam. Mereka adalah unsur buatan dan hanya tersedia
dalam jumlah yang sangat kecil. Dengan demikian kita tidak mampu menentukan sifat makronya.

2.5 Sinar X
Sinar X adalah radiasi elektromagnet dengan rentang panjang gelombang kurang lebih
dari 0,01 hingga 10 nm (energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV). Spektrum sinar-X
kontinu yang dipancarkan oleh elektron yang mengalami percepatan. Dalam pasal ini akan kita
bahas spektrum sinar-X diskret yang dipancarkan oleh atom.

Sinar X dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi yang lebih rendah
dari sebuah atom. Elektron-elektron terdalam terikat sedemikian kuatnya sehingga ukuran lebar
antara tingkat energinya memadai bagi pemancaran foton dalam rentang panjang gelombang
sinar X. Sebaliknya, ikatan elektron-elektron terluar relatif lemah, dan lebar antara tingkat

18 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
energinya hanyalah beberapa elektron volt; dengan demikian transisi antara tingkat-tingkat ini
hanyalah memberikan foton dalam spektrum cahaya tampak.

Karena semua kulit terdalam sebuah atom terisi penuh, maka tran sisi sinar-X tidak akan
pernah terjadi dalam keadaan normal. Sebagai contoh, sebuah elektron 2p tidak dapat bertransisi
ke subkulit 1s, karena semua atom setelah hidrogen memiliki subkulit 1s yang terisi penuh.
Untuk dapat mengamati transisi seperti ini, kita harus membebaskan sebuah elektron dari
subkulit 1s. Ini dapat dilakukan dengan menembaki atom dengan berkas elektron (atau partikel
lain) yang dipercepat hingga mencapai energi yang cukup memadai untuk menendang keluar
sebuah elektron 1s setelah bertumbukan dengannya. (Ini memerlukan tegangan pemercepat
sekitar 10.000 V).

Begitu kita berhasil membebaskan satu elektron dari subkulit 1s, elektron dari suatu
subkulit lebih tinggi akan dengan segera bertransisi untuk mengisi kekosongan tersebut, dengan
memancarkan sebuah foton sinar-X dalam proses ini. Tentu saja, energi foton sama dengan beda
energi keadaan awal dan akhir elektron yang bertransisi.

Di depan kita telah mendefinisikan suatu notasi yang menetapkan kulit n = 1 sebagai kulit
K. Ketika membebaskan elektron 1s, kita menciptakan suatu kekosongan dalam kulit K. Semua
sinar X yang dipancarkan dalam proses mengisi kekosongan ini dikenal sebagai sinar X kulit-K,
atau secara singkat sinar X K. (Sinar X ini dipancar kan dalam transisi yang datangnya dari kulit
L, M, N, ..., tetapi mereka dikenal oleh kekosongan yang mereka isi, bukan oleh kulit asal
mereka). Sinar X K yang berasal dari kulit n = 2 (kulit L) dikenal sebagai sinar X K, dan sinar X
K yang berasal dari tingkat-tingkat yang lebih tinggi dikenal sebagai 𝐾𝛽 , K𝛾, dan seterusnya.

19 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Dapat pula terjadi bahwa penembakan atom dengan berkas elek tron dapat membebaskan
sebuah elektron dari kulit L, dan elektron dari tingkat-tingkat tertinggi akan segera berpindah ke
bawah mengisikekosongan itu, Foton yang dipancarkan dalam berbagai transisi ini dikenal
sebagai sinar X L. Sinar X deret L berenergi terendah dikenal sebagai 𝐿𝛼 dan sinar X L lainnya
dinamai menurut urutan pertama bahan energi seperti yang diperlihatkan pada gambar diatas.

Tentu saja, mungkin pula terjadi bahwa sebuah sinar X L langsung dipancarkan setelah
sinar X K. Satu kekosongan dalam kulit K dapat di isi oleh transisi dari kulit L, dengan
pemancaran sinar X 𝐾𝛼 . Tetapi, elektron yang meloncat dari kulit L meninggalkan pula suatu
kekosongan pada kulit L, yang kemudian akan diisi oleh sebuah elektron dari kulit yang lebih
tinggi, disertai pemancaran sinar X L. Dengan cara yang sama kita namai deret sinar-X lainnya
dengan M, N, dan seterusnya. Gambar dibawah memperlihatkan cuplikan spektrum sinar-X yang
dipancarkan oleh perak.

Kita belum meninjau beda energi dari subkulit dalam kulit utama. Sebagai contoh, sinar
X L, dapat berasal dari salah satu subkulit tingkat n = 3 (3s, 3p, 3d) dan berakhir pada salah satu
subkulit tingkat n = 2 (2s, 2p). Karena energi-berbagai transisi ini agak berbeda, maka akan
terdapat banyak sekali sinar X 𝐿𝛼 , tetapi energi masing masingnya kecil sekali dibandingkan
terhadap beda energi antara sinar X 𝐿𝛼 dan 𝐿𝛽 . Dalam praktek, ternyata kita tidak melihat
pemisahan energi yang kecil ini.

Marilah kita tinjau sinar X K secara lebih terinci. Sebuah elektron pada kulit L dihalangi
oleh dua elektron 1s, sehingga mutan inti efektif yang dirasakannya adalah 𝑍𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 ≅ 𝑍 − 2.
Apabila salah satu elektron 1s tersebut dibebaskan guna menciptakan sebuah kekosongan dalam

20 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
kulit-K, maka hanya elektron 1s tersisa yang menghalangi kulit L, sehingga 𝑍𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 ≅ 𝑍 − 1.
(Dalam perhitungan ini, kita mengabaikan efek halang oleh elektron-elektron terluar karena
sangat kecil rapat probabilitasnya memang tidak nol di dalam orbit kulit-L, tetapi pengaruhnya
pada 𝑍𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 kecil sekali sehingga dapat diabaikan). Sinar X K, dengan demikian dapat
dianalisis sebagai transisi dari kulit n = 2 ke kulit n = 1 dalam atom elektron-satu dengan
𝑍𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = Z - 1. Didapati bahwa frekuensi transisi 𝐾𝛼 dalam sebuah atom dengan nomor atom Z
diberi oleh

3𝑐𝑅∞
𝑣= (𝑍 − 1)2 … … … … … … (8.1)
4

Jika kita merajah data √𝑣 sebagai fungsi dari Z, akan kita peroleh sebuah grafik garis
3𝑐𝑅∞ 1
lurus dengan kemiringan ( )2 . Gambar 8.9 adalah contoh gambar rajahan tersebut. (Secara
4

kebetulan, hasil ini tidak bergantung pada anggapan kita mengenai nilai sebenarnya dari efek
halang. Artinya, kita dapat saja menulis 𝑍𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 ≅ 𝑍 − 𝑘 , dengan k suatu bilangan tidak
diketahui, mungkin dekat ke 1. Satu satunya perubahan dalam gambar rajahan kita adalah pada
titik potongnya. Jadi, kita tetap memperoleh grafik garis lurus dengan ke miringan yang sama).

Metode ini memberi kita suatu cara yang sangat ampuh namun sederhana untuk
menentukan nomor atom Z suatu atom, sebagaimana pertama kali diperagakan pada tahun 1913
oleh fisikawan muda Inggris, H. G. J. Moscley. Ia mengukur energi sinar-X K (dan lainnya) dari
berbagai unsur dan dengan demikian menentukan nomor atom nya. Moseley adalah fisikawan

21 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
pertama yang memperagakan hubungan linear yang diperlihatkan pada Gambar 8.9; grafik
seperti ini kini dikenal sebagai grafik Moseley.

Penemuannya memberikan suatu cara baru untuk mengukur nomor atom berbagai unsur.
Sebelumnya, unsur dalam susunan berkala disusun berdasarkan pertambahan massa. Moseley
kemudian menemukan bahwa terdapat beberapa unsur yang tidak mengikuti aturan tersebut;
unsur dengan Z yang lebih besar memiliki massa yang lebih kecil (lihat, misalnya, kobal dan
nikel atau iodin dan telurium). Ia juga menemukan beberapa kotak kosong dalam susunan
berkala yang berhubungan dengan unsur yang belum ditemukan; sebagai contoh, unsur radioaktif
alam teknetium (Z = 43) (yang hanya dapat dihasilkan dalam laboratorium) belum dikenal ketika
Moseley melakukan penelitiannya, tetapi ia memperlihatkan adanya sebuah kotak kosong (dalam
susunan berkala) pada Z = 43..

2.6 Penjumlahan Momentum Sudut


Pada atom alkali seperti natrium, sifat atomnya terutama ditentukan oleh sifat elektron
tunggal terluarnya; jika elektron tersebut memiliki bilangan kuantum (n, l, ml, ms), maka atom
secara keseluruhan berperilaku seolah-olah memiliki bilangan kuantum itu pula. Dalam atom
yang lebih kompleks, seperti karbon, hal ini tidaklah benar. Konfigurasi elektron dari karbon (Z=
6) adalah 1s22s22p². Untuk bahasan ini, kita akan mengabaikan subkulit terisi penuh 1s dan 2s,
karena mereka tidak memberi saham langsung pada sebagian besar sifat atom karbon. Andaikan
kedua elektron 2p memiliki bilangan kuantum (2, l1, ml1, ms1) dan (2, l2, ml2, ms2), di mana l1= l₂
= 1. Atom karbon ini dengan demikian berperilaku seolah-olah ia memiliki momentum sudut L.
yang merupakan jumlah vektor dari vektor-vektor momentum sudut menurut :

𝐿 = 𝑙1 + 𝑙2

Vektor momentum sudut bukanlah vektor biasa, melainkan menyatakan vektor


momentum sudut terkuantisasikan, sehingga mereka harus dijumlahkan dengan suatu cara
tersendiri:

1. Carilah nilai maksimum yang dapat dimiliki oleh komponen z gabungan kedua vektor.
Karena komponen z dijumlahkan seperti menjumlahkan bilangan biasa, bukan seperti
vektor, maka komponen z gabungan dari L, yang kita sebut ML, didapati menurut
hubungan

22 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
𝑀𝐿 = 𝑚𝑙1 + 𝑚𝑙2

Nilai maksimum ML bagi karbon adalah jelas +2, apabila 𝑚𝑙1 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑙2 , masing-
masingnya adalah +1. Jumlah ini memberikan nilai resultan maksimum L.

2. Carilah nilai mutlak selisih komponen-z bila tiap vektor memiliki nilai maksimum
komponen z-nya. Ini memberikan nilai minimum dari L, yang adalah nol bila m, dan mn
bernilai +1.

3. Bilangan kuantum L gabungan mengambil semua nilai bulat yang mungkin mulai dari
yang berhubungan dengan jumlah maksimum komponen z (2 dalam kasus ini) hingga
nilai mutlak selisih maksimum komponen z (0 dalam kasus ini). Untuk karbon, nilai-nilai
yang mungkin bagi L adalah 0, 1, 2.

4. Aturan kuantisasi yang lazim bagi momentum sudut juga berlaku bagi vektor L, yaitu,

|𝐿| = √𝐿(𝐿 + 1) ℏ 𝑑𝑎𝑛 𝐿𝑍 = 𝑀𝐿 ℏ

Masing-masing elektron memiliki spin ½ dan harus dijumlahkan un tuk


memperoleh spin total S. Kita terapkan aturan yang sama seperti yang kita terapkan bagi
L: Ada nilai maksimum dan minimum dari Ms = m₂ + m untuk karton adalah berturut-
turut 1 (jumlah) dan 0 (selisih). Nilai S dengan demikian adalah 1 dan 0 (nilai bulat dari
nilai maksimum hingga minimum), dan

|𝑆| = √𝑆(𝑆 + 1) ℏ 𝑑𝑎𝑛 𝑆𝑍 = 𝑆𝑆 ℏ

Kedua elektron 2p dari karbon dapat bergabung memberikan L = 0, 1, atau 2 dan S = 0


atau 1. Bagaimana kita mengetahui gabungan yang mana yang merupakan keadaan dasar karbon?
Aturan untuk menemukan himpunan bilangan kuantum keadaan dasar dikenal sebagai aturan
Hund:

1. Pertama-tama carilah nilai maksimumn S yang taat asas terhadap asas Pauli.

2. Untuk nilai S itu, carilah nilai maksimum L yang taat asas terhadap asas Pauli.

23 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Dalam kasus karbon, nilai maksimum S adalah 1. Dengan hanya dua elektron pada kulit 2p
(yang memiliki kapasitas 6), asas Pauli tidak membatasi nilai S, karena kedua elektron dapat
bersama memiliki m = +½. (Dan memang, asas Pauli memperkenankan tiga elektron pada
sebuah subkulit p memiliki ms = +1/2). Tugas kita berikutnya adalah mencari nilai maksimum L
untuk S= 1. Nilai maksimum bagi ml bagi elektron pertama adalah +1, yang memberikan
bilangan kuantum (2, 1, +1, +1/2). Elektron kedua tidak boleh memiliki m = + 1, akan melanggar
asas Pauli, mengingat elektron kedua juga memiliki ms = +½. (Ingat, kita mulai dengan
memaksimumkan S). Oleh karena itu, nilai maksimum ml bagi karbon adalah 0, jadi ML = 1 + 0
= 1. Dengan demikian, L = 1 untuk keadaan dasar karbon.

2.7 Laser
Sebuah atom dalam keadaan eksitasi bertransisi ke tingkat yang lebih rendah, dengan
memancarkan sebuah foton. (Dalam seinua contoh yang akan kita tinjau di sini, energi foton
akan dipilih sama dengan beda energi kedua keadaan atom). Ini adalah pemancaran spon tan
(spontaneous emission), yang kita nyatakan sebagai :

atom* → atom + foton

tanda asterik menunjukkan suatu keadaan eksitasi. Interaksi kedua, penyerapan terimbas
(induced absorption), yang bertanggungjawab bagi spektrum serap dan penyerapan resonans.
Sebuah atom pada keadaan dasar menyerap sebuah foton (dengan energi memadai) dan
bertransisi ke suatu keadaan eksitasi. Secara perlambang:

atom+ foton → atom

Interaksi ketiga, yang bertanggung jawab bagi cara kerja laser, adalah pemancaran
terimbas (atau terangsang) (induced or stimulated) emission. Dalam proses ini, atom berada pada
keadaan tereksitasi. Sebuah foton, yang jatuh pada atom tersebut, dengan energi yang tepat sama
(sekali lagi, sama dengan beda energi dua tingkat keadaan atom) akan mengimbasinya
memancarkan sebuah foton dengan bertransisi ke keadaan yang lebih rendah, atau dasar. (Tentu
saja, atom tersebut pada akhirnya dapat bertransisi sendiri tanpa imbasan, namun tran sisinya
terlaksanakan lebih cepat setelah terimbasi oleh foton yang melewatinya). Secara perlambang,

atom* + foton → atom + 2 foton

24 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Hasil terpenting dari aksi ini adalah bahwa kedua foton yang terpancarkan bergerak
dalam arah yang sama dan dengan energi yang sama pula. Akibatnya, gelombang elektromagnet
yang bersangkutan betul-betul sefase (koheren). Sebuah foton yang melewati atom pertama,
menyebabkan terjadi pemancaran terimbas yang menghasilkan dua buah foton. Masing-masing
foton ini kemudian menyebabkan pemancaran terimbas, yang menghasilkan total empat buah
foton. Proses ini terus berlangsung, dengan hasil penggandaan jumlah foton pada setiap tahap,
hingga tercipta seberkas foton yang kuat, yang semuanya koheren dan bergerak dalam arah sama.
Secara sederhana, ini adalah dasar cara kerja laser. (Kata laser merupakan akronim bagi istilah
Inggris: Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation).

Model sederhana bagi laser ini tidak dapat bekerja, karena beberapa alasan. Pertama,
karena sulit untuk mempertahankan sekelompok atom pada keadaan eksitasi mereka hingga
dirangsang memancar kan foton (kita tidak menghendaki terjadi pemancaran spontan). Alasan
kedua karena atom-atom yang masih berada pada keadaan dasarnya akan menyerap foton yang
lewat sehingga menghilangkan beberapa foton dari berkas penggandaan foton yang sedang
dibangun.

Pemecahannya adalah dengan memilih suatu atom yang memiliki tiga tingkat energi
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.17 diatas. Atom atom, yang mula-mula berada pada
keadaan dasar, "dipompa" ke suatu keadaan eksitasi oleh suatu sumber energi luar (suatu pulsa
elektrik atau sorotár cahaya). Keadaan eksitasi kemudian meluruh (oleh pemancaran spontan)
dengan cepat sekali ke suatu tingkat eksitasi yang lebih rendah, yang bersifat metastabil (atom
berada pada keadaan itu cukup lama). Transisi dari keadaan inetastabil kembali ke keadaan dasar
adalah transisi "pelaseran" (lasing), yang dimbas oleh sebuah foton yang lewat. Sistem ini (laser
tiga-tingkat) memecahkan persoalan pertama kita yang muncul dengan laser dua-ting kat-dengan

25 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
menempatkan sekumpulan atom pada keadaan eksitasi nya tetapi sistem ini tidak memecahkan
persoalan kita yang kedua atom-atom pada tingkat dasar akan menyerap foton hasil transisi
pelaseran dan menghilangkannya dari bekas.

Kesulitan sisa ini diatasi dengan laser empat-tingkat yang digam barkan pada Gambar
8.18. Keadaan dasarnya dipompakan ke suatu keadaan eksitasi yang meluruh dengan cepat sekali
ke suatu keadaan metastabil, seperti pada laser tiga-tingkat. Transisi pelaseran kemu dian
berlanjut dari keadaan metastabil ini ke suatu keadaan eksitasilain lagi, yang selanjutnya meluruh
dengan cepat sekali ke keadaan dasar. Atom pada keadaan dasar dengan demikian tidak sempat
me nyerap foton dengan energi transisi peluseran ini dan inilah prinsip laser yang dapat bekerja.

Laser helium-neon adalah salah satu contoh laser empat-tingkat. Di sini suatu campuran
gas helium dan neon (sekitar 90 persen helium) diisikan ke dalam suatu tabung sempit, seperti
diperlihatkan pada Gambar 8.19. Pengaliran arus elektrik tertentu dalam carnpuran gas ini akan
"memompa" helium dari keadaan dasarnya ke keadaan eksitasi pada energi sekitar 20,6 eV.
Anda tentu ingat bahwa ini adalah suatu keadaan metastabil atom helium-atom tetap berada pada
keadaan itu untuk suatu selang waktu yang relatif lama, karena sebuah elektron 2s tidak
diperkenankan turun kembali ke tingkat 1s dengan memancarkan foton. Kemudian dapat terjadi
bahwa atom helium yang tereksitasi tadi menumbuk sebuah atom neon yang berada pada
keadaan dasarnya. Apabila hai ini terjadi, energi eksitasi 20,6 eV akan dipindahkan atom helium
ke atom neon, karena neon ternyata memiliki suatu keadaan eksitasi dengan energi 20,6 eV,
sedangkan atom helium sendiri kembali ke keadaan dasarnya.

helium* + neon → helium + neon*

26 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Secara perlambang, tanda asterik menunjukkan keadaan eksitasi. Keadaan eksitasi neon
berkaitan dengan memindahkan sebuah elektron dari subkulit rendah 2p ke subkulit 5s. Dari sana
ia meluruh ke tingkat 3p dan akhirnya kembali ke keadaan dasar 2p. Gambar 8.20 melukiskan
urutan kejadian ini dan skema tingkat energinya. (Tingkat energi yang diperlihatkan dengan garis
putus, tingkat 3s neon, tidaklah penting bagi bekerjanya laser, tetapi diperlukan sebagai suatu
tahap antara dalam peralihan menuju keadaan dasar neon, karena transisi ∆𝑙 = 0, maka 3p → 2p
tidak diperbolehkan, tetapi urutan 3p → 3s → 2p diperkenankan).

27 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
Jadi, setiap saat terdapat lebih banyak atom neon pada keadaan 5s daripada keadaan 3p,
karena kecocokan yang cukup baik dari ke adaan 5s dengan keadaan eksitasi helium memberikan
probabilitas yang lebih besar bagi neon bereksitasi ke keadaan 5s tersebut. Situasi ini, yaitu
keadaan energi tinggi memiliki populasi yang lebih besar dari pada keadaan rendah, dikenal
sebagai pembalikan populasi (population in version), dan sangat penting bagi kerja laser.

Adakalanya, sebuah atom neon pada keadaan 5s memancarkan sebuah foton (dengan
panjang gelombang 632,8 nm) sejajar sumbu tabung. Foton ini kemudian akan menyebabkan
terjadi pemancaran terangsang oleh atom-atom lainnya, sehingga pada akhirnya tercipta seberkas
radiasi koheren (sefase) yang inerambat sepanjang sumbu tabung. Cermin-cermin pada kedua
ujung tabung diarahkan secara saksama guna membantu pembentukan gelombang koheren tadi.
Ketika gelombang ini terpantul bolak-balik antara kedua ujung tabung, ia menyebabkan
terjadinya pemancaran terangsang tambahan. Salah satu cermin hanya dilapisi sebagian dengan
perak, dengan tujuan memperkenankan sebagian berkas menembus keluar lewat salah satu ujung
tabung.

Laser bukanlah alat yang efisien. Luser helium-ncon, yang mungkin anda lihat digunakan
bagi percobaan laboratorium atau peragaan, memiliki keluaran cahaya sekitar beberapa miliwatt;
sedangkan daya elektrik yang diperlukan untuk menyalakannya dapat mencapai orde 10 hingga
100 W. Dengan demikian, efisiensinya (daya keluar + daya masuk) hanyalah 10-4 hingga 10-5.
Adalah sifat koheren, kesearah an berkas laser, dan rapat energinya yang membuat laser sebagai
alat yang bermanfaat-dayanya dapat dihimpun dalam suatu berkas ram ping dengan diameter
sekitar hanya beberapa milimeter saja, sehingga sebuah laser kecil pun dapat melepaskan berkas
cahaya dengan ini tensitas sekitar 100 hingga 1000 W/m². Laser yang lebih besar dalam rentang
megawatt (106 W) kini telah dapat digunakan, dan berbagai laboratorium penelitian kini sedang
mengembangkan laser terawat (10¹2 W) untuk tujuan penerapan khusus. Laser yang berdaya
tinggi ini tidak dijalankan secara kontinu, tetapi secara terpulsa, yang menghasilkan pulsa - pulsa
singkat (mungkin 10-8 s) dengan orde laju kedip sekitar 100 Hz. (Pulsa seperti itu, ternyata,
merupakan contoh paling baik dari sebuah paket gelombang).

28 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aturan yang menghalangi semua elektron dalam sebuahi atom turun menempati tingkat
1s dikenal dengan asas Pauli. Aturan ini dikemukakan oleh Wolfgang Pauli pada tahun 1925,
berdasarkan studinya terhadap data transisi yang ada dan yang diperkirakan hadir tetapi tidak
muncul, dalam semua spektrum paucar atom. Adapun bunyi asas larangan Pauli yaitu, dua
elektron dalam sebuah atom tidak boleh memiliki himpunan bilangan kuantum (n, l, ml, ms) yang
sama. Asas larangan Pauli merupakan aturan paling penting yang mengatur struktur atom, dan
kajian terhadap sifat-sifat atom hanya akan berhasil melalui pemahaman secara mendalam
terhadap asas ini.

Sebagaimana telah kita lihat pada kasus atom hidrogen, orbit dengan suatu nilai n tertentu
semuanya terletak pada jarak yang rata - rata hampir sama ke inti atom. Elektron pada orbit
tembus, selain menghabiskan sebagian besar waktunya berada lebih dekat ke inti atom
dibandingkan terhadap orbit tidak tembus, juga menghabiskan sebagian waktunya untuk berada
lebih jauh dari inti atom karena itu, secara keseluruhan jarak rata-rata ke inti atom dari orbit
tembus dan tidak tembus hampir sama. Himpunan orbit dengan suatu nilai n tertentu, dengan
jarak rata-rata yang hampir sama ke inti atom ini, dikenal sebagai kulit atom. Tiap kulit atom ini
diberi nama dengan huruf besar.

Daftar berkala, yaitu suatu barisan terurut unsur-unsur kimia, yang didaftarkan menurut
urutan bertambahnya nomor atom Z dan disusun sedemikian rupa sehingga kolom-kolom
vertikal, yang disebut kelompok, berisi unsur-unsur yang memiliki sifat kimia dan fisika yang
sama. Dalam usaha memahami keteraturan subkulit dan daftar berkala, kita harus mengikuti
kedua aturan pengisian subkulit elektron yaitu daya tampung, tiap subkulit adalah 2(2l + 1) (asas
larangan Pauli). Serta elektron cenderung menempati keadaan energi terendah yang tersedia.

Struktur atom membantu kita untuk memahami sifat-sifat fisika dan kimia berbagai unsur.
Subkulit yang terisi penuh lazimnya merupakan konfigurasi paling mantap. Atom dengan satu
elektron di luar kulit tertutupnya rela melepaskan elektron tersebut pada atom lain guna
membentuk suatu ikatan kimia. Begitu pula, atom yang kulit tertutupnya kekurangan satu

29 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
elektron cenderung menerima tambahan elektron dari atom lain guna membentuk suatu ikatan
kimia. Kedua, subkulit yang terisi penuh tidak memberi saham pada sifat fisika dan kimia suatu
atom. Hanya elektron-elektron pada subkulit tidak terisi penuh yang perlu ditinjau.

Sinar X adalah radiasi elektromagnet dengan rentang panjang gelombang kurang lebih
dari 0,01 hingga 10 nm (energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV). Spektrum sinar-X
kontinu yang dipancarkan oleh elektron yang mengalami percepatan. Dalam pasal ini akan kita
bahas spektrum sinar-X diskret yang dipancarkan oleh atom. Sinar X dipancarkan dalam transisi
antara berbagai tingkat energi terisi yang lebih rendah dari sebuah atom.

Setiap elektron dalam sebuah atom memiliki momentum sudut orbital L dan memiliki
momentum sudut spin S tertentu. Keduanya memberikan sumbangan pada momentum sudut total
J dari atom tersebut. Vektor momentum sudut bukanlah vektor biasa, melainkan menyatakan
vektor momentum sudut terkuantisasikan.

Kata laser merupakan akronim bagi istilah Inggris: Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation. Cara kerja laser, adalah pemancaran terimbas (atau terangsang) (induced
or stimulated) emission. Dalam proses ini, atom berada pada keadaan tereksitasi. Sebuah foton,
yang jatuh pada atom tersebut, dengan energi yang tepat sama (sekali lagi, sama dengan beda
energi dua tingkat keadaan atom) akan mengimbasinya memancarkan sebuah foton dengan
bertransisi ke keadaan yang lebih rendah, atau dasar. (Tentu saja, atom tersebut pada akhirnya
dapat bertransisi sendiri tanpa imbasan, namun tran sisinya terlaksanakan lebih cepat setelah
terimbasi oleh foton yang melewatinya).

3.2 Saran
Semoga kedepannya makalah yang dibuat oleh penulis lebih baik lagi dan lebih lengkap serta
dapat lebih banyak memperoleh kebermanfaatan didalamnya.

30 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, Mukhlis.2006.Analisis Unsur Kelumit Melalui Pancaran Sinar-X Karakteristik.Buletin


Alara, (Volume 8 : 1).

Beisher, Arthur.1983.Konsep Fisika Modern Edisi Keempat.Jakarta : Erlangga

Krane, Kenneth.1992.Fisika Modern.Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).Cetakan


2008

https://www.academia.edu/37660577/Tugas_Makalah_Atom_Berelektron_Banyak

31 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
LAMPIRAN
Pembahasan Soal – Soal di buku Kenneth Krene
1. (a) Daftarkan semua unsur dengan konfigurasi p3. (b) Daftarkan semua unsur dengan
konfigurasi d7.

Pembahasan :

Dari tabel konfigurasi elektron beberapa unsur yang ada di bagian pembahasan halaman
11 maka akan diperoleh :

a. N (2p3 ), P (3p3 ), As (4p3 ), Sb (5p3 ), Bi (6p3 )

b. Co (3d7 ), Rh (4d7 ), Ir (5d7 ), Mt(6d7 )

2. Tuliskan konfigurasi elektron dari (a) P; (b) V; (c) Sb; (d) Pb.

Pembahasan :

a. P : [Ne] 3s2 3p3

b. V : [Ar] 4s2 3d3

c. Sb : [Kr] 5s2 4d10 5p3

d. Pb : [Xe] 6s2 4f14 5d10 6p2

3. Turunkan Persamaan (8.1).

4. Sebuah unsur tertentu memancarkan suatu sinar X K, dengan panjang gelombang 0,1940
nm. Unsur apakah itu?

Pembahasan :

ℎ𝑐 1240 𝑒𝑉. 𝑛𝑚
∆𝐸 = = = 6392 𝑒𝑉
𝜆 0,1940 𝑛𝑚

∆𝐸 6392 𝑒𝑉
𝑍 =1+√ =1+√ = 26 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑠𝑖 (𝐼𝑟𝑜𝑛)
10,2 𝑒𝑉 10,2 𝑒𝑉

32 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
5. Hitunglah energi sinar X K, dari kalsium (Z = 20), zirkonium (Z = 40), dan air-raksa (Z =
80). Bandingkan dengan nilai hasil pengukuran 3,69 keV, 15,8 keV, dan 70,8 keV. (Lihat
Pertanyaan 14).

Pembahasan :

𝐶𝑎 (𝑍 = 20): ∆𝐸 = (10,2 𝑒𝑉)(𝑍 − 1)2 = (10,2 𝑒𝑉)(19)2 = 3,68 𝑘𝑒𝑉

𝑍𝑟 (𝑍 = 40): ∆𝐸 = (10,2 𝑒𝑉)(𝑍 − 1)2 = (10,2 𝑒𝑉)(39)2 = 15,5 𝑘𝑒𝑉

𝐻𝑔 (𝑍 = 80): ∆𝐸 = (10,2 𝑒𝑉)(𝑍 − 1)2 = (10,2 𝑒𝑉)(79)2 = 63,7 𝑘𝑒𝑉

Nilai yang dihitung dari hukum Moseley lebih kecil dari nilai terukur dan perbedaanya
meningkat dengan meningkatnya nilai Z.

6. Gambarkan rajah Moseley, serupa dengan Gambar 8.9, bagi sinar X 𝐾𝛽 dengan
menggunakan data energi berikut dalam keV:

Ne (0,858), P(2,14), Ca(4,02), Mn(6,51), Zn(9,57), Br(13,3), Zr(17,7), Rh(22,8) dan


Sn(28,4)

Tentukan kemiringannya dan bandingkan dengan nilai yang diperkirakan.

Pembahasan :

Kemiringan garis adalah 3,48 √𝑒𝑉 dan titik potongnya adalah 1,8. Sinar X 𝐾𝛽 berasal
dari kulit n=3, jadi kita harus memodifikasi persamaan menjadi :

33 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
1 1
Δ𝐸 = 𝐸3 − 𝐸1 = (−13,6 𝑒𝑉)(𝑍 − 1)2 ( 2
− 2 ) = 12,1 𝑒𝑉(𝑍 − 1)2
3 1

Sedangkan kemiringan yang diharapkan 12,1√ 𝑒𝑉 = 3,48 √ 𝑒𝑉 yang persis sama dengan
kemiringan grafik gambar 8.9. Model penyaringan memprediksi intersep 1, nilai grafik
sedikit lebih besar yang menunjukkan bahwa asumsi kami bahwa penyaringan
disebabkan oleh elektron 1s tunggal tidak sepenuhnya benar.

7. Ulangi Soal 6 bagi sinar X 𝐿𝛼 (energi dalara keV):

Mn (0,721), Rh (2,89), Zn (1,11), Br (1,60), Zr (2,06), Sn (3,71), Cs (4,65), Nd (5,72)

Tafsirkan kemiringan dan titik potongnya.

Pembahasan :

Kemiringannya adalah 1,40 eV dan titik potongnya adalah 6,4. Sinar X 𝐿𝛼 berasal dari
kulit n=3 dan menuju ke tingkat m=2. Sulit untuk menghitung efek penyaringan elektron
1s, 2s, dan 2p pada elektron n=3 yang melakukan transisi , jadi dapat dinyatakan dengan
nilai :

1 1
Δ𝐸 = 𝐸3 − 𝐸1 = (−13,6 𝑒𝑉)(𝑍 − 𝑘)2 ( 2
− 2
) = 1,89 𝑒𝑉(𝑍 − 𝑘)2
3 2

Kemiringan yang diharapkan adalah 1,89√ 𝑒𝑉 = 1,38 √ 𝑒𝑉 sangat sesuai dengan


kemiringan grafik, jika semua elektron n=1 dan n=2 berkontribusi pada penyaringan kita
akan mengharapkan k=9 berbeda dengan nilainya 6,4 diperoleh dari titik potong grafik.

34 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
8. Dalam sebuah tabung sinar X, berkas elektron menumbuk sebuah sasaran setelah
dipercepat melalui suatu beda potensial V. Taksirkan nilai minimum V yang diperlukan
untuk dapat mengamati sinar X 𝐾𝛼 dari tembaga.

9. Kromium memiliki konfigurasi elektron 4s 3d setelah gas mulia argon. Berapakah nilai L
dan S keadaan dasarnya?

Pembahasan :

1
Tidak ada yang mencegah semua (6 elektron) valensi memiliki 𝑚𝑠 = + 2 jadi, 𝑀𝑆,𝑚𝑎𝑥 =
1 1 1 1 1 1
+ 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 3 𝑑𝑎𝑛 𝑆 = 3. Menurut Asas Pauli, kelima elektron 3d semuanya
2

harus memiliki nilai yang berbeda yaitu -2,-1,0,+1,+2. Elektron 4s hanya memiliki ml = 0,
maka 𝑀𝐿,𝑚𝑎𝑥 = −2 − 1 + 0 + 1 + 2 = 0. Sehingga L = 0 dan S = 3 pada keadaan dasar.

10. Gunakan aturan Hand untuk mencari nilai L dan S keadaan dasar dari:

a. Ce, konfigurasi [Xe]6s24f¹5d¹

b. Gd, konfigurasi [Xe]6s24f75d1

c. Pt, konfigurasi [Xe]6s14f145d9

Pembahasan :

a. Dua elektron 6s memiliki spin yang berlawanan (ms=+1/2 dan ms=-1/2) tetapi masing
- masing dari dua elektron lainnya dapat memiliki ms=+1/2 maka S=MS,max=1/2-
1/2+1/2+1/2=1. Prinsip pauli tidak membatasi nilai dari elektron 4f dan 5d jadi
L=ML,max=0+0+0+3+2=5. Sehingga L=5 dan S=1.

b. Dua elektron 6s memiliki spin yang berlawanan (ms=+1/2 dan ms=-1/2) . Kulit 4f
dapat menampung hingga 14 elektron , jadi semua 7 elektron memiliki
ms=+1/2sepertihalnya elektron tunggal 5d. Jadi S=MS,max=8(+1/2)=4 jika ketujuh
elektron 4f memiliki ms yang sama, maka semua ml yang berbeda dengan nilai +3,

35 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
+2, +1, 0, -1, -2, -3 yang jumlahnya nol. Satu satunya kontribusi untuk L adalah
berasal dari 5d yaitu ml =2 sehingga L=2.

c. Tidak ada kontribusi untuk L atau S dari subkulit 4f yang terisi penuh. Spin sembilan
elektron 5d dimaksimalkan dengan memberi lima elektron diantara ms=+1/2
sedangkan keempat lainnya harus memiliki ms=-1/2. Elektron 6s juga menyumbang
ms=+1/2 jadi MS,max=1 dan S=1. Elektron 6s memiliki ml=0 dan lima elektron 5d
dengan ms=+1/2 harus memiliki ml =+2, +1, 0, -1, -2. Untuk memaksimalkan ML sisa
empat elektron 5d harus memiliki ml =+2, +1, 0, -1 sehingga L=2.

11. Gunakan aturan Hund untuk mencari nilai L dan S keadaan dasar = 22); (d) besi dari (a)
fluorin (29); (b) magnesium (Z = 12); (c) titanium (Z (Z = 26).

Pembahasan :

a. Konfigurasi dari flourin adalah [He]2s2 2p5. Hanya lima elektron 2p yang
berkontribusi pada L atau S. Total spin dimaksimalkan dengan memiliki ms=+1/2 dan
memiliki dua ms =-1/2 dan dengan demilika S=MS,max=1/2. Tiga elektron dengan ms
=+1/2 memiliki ml =+1,0,-1 untuk total nol. Dua elektron dengan ms =-1/2 maksimal
jika diberikan ml =+1 dan 0, jadi L=ML,max=1

b. Konfigurasi magnesium adalah [Ne]2s2. Elektron 2s harus memiliki spin yang


berlawanan, jadi S=0 dan keduanya memiliki l =0 jadi L = 0.

c. Konfigurasi elektron dari titanium adalah [Ar]4s23d2. Elektron 4s tidak berkontribusi


pada L atau S. dua elektron 3d keduanya dapat memiliki ms =+1/2, jadi
S=MS,max=1/2+1/2=1. Jika mereka memiliki ms yang sama maka mereka harus
memiliki ml yang berbeda dan maksimal nilainya +2 dan +1, jadi L=ML,max=2+1=3

d. Konfigurasi elektron dari iron adalah [Ar]4s23d6. Elektron 4s tidak berkontribusi pada
L atau S. Maksimal spin dari enam elektron 3d menghasilkan lima dengan ms =+1/2
1 1 1 1 1 1
dan satu dengan ms =-1/2, jadi S=MS,max=2 + 2 + 2 + 2 + 2 − 2=2. Lima elektron 3d

dengan ms =+1/2 harus memiliki ml=+2,+1,0,-1,-2 untuk totalnya nol. Maksimum ml


elektron 3d yang tersisa adalah +2 jadi ML,max=2.

36 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )
12. Suatu keadaan eksitasi tertentu dari sebuah atom memiliki konfigurasi 4d15d1. Tentukan
nilai-nilai L dan S yang mungkin dimilikinya?

Pembahasan :

Elektron lain memiliki s=1/2, jadi kemungkinan nilai total yang dimiliki S adalah 0 atau 1.
Dua elektron d dengan l=2 bisa berpasangan untuk memperoleh L = 0, 1, 2, 3, 4.

13. Dengan menganggap besar momen magnet elektron adalah satu magneton Bohr,
hitunglah medan magnet efektif yang menghasilkan pemisahan keada an 3p dari natrium.
(Lihat Soal 16 atau Gambar 8.10 untuk memperoleh gambaran mengenai pemisahan ini).

Pembahasan :

ℎ𝑐 1240 𝑒𝑉. 𝑛𝑚
∆𝐸 = 2
∆𝜆 = (590 𝑛𝑚) = 2,1𝑥10−3 𝑒𝑉
𝜆 (590 𝑛𝑚)2

∆𝐸 2,1𝑥10−3 𝑒𝑉
𝐵= = = 18 𝑇
2𝜇𝐵 2(5,8𝑥10−5 𝑒𝑉/𝑇)

Link video :

https://drive.google.com/file/d/1W0k-cjDQGBYOCM1jOdFSygFrWamrWHDY/view?usp=drivesdk

37 | M a k a l a h a t o m e l e k t r o n b a n y a k ( U l f a D w i y a n t i )

Anda mungkin juga menyukai