Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA KELOMPOK

AGENDA III LATSAR CPNS TAHUN 2022

Nama Kelompok : Padi dan Kapas (Kelompok 4)


Anggota : 1. Anang Abdul Harahab, S.I.Pust
2. Slamet Widodo, S.Pd.I
3. Hafid Hari Prihantono, S.Pd
4. Liliana Wigaringtyas, S.Pd
5. Susi Hartati, S.Pd
6. Marina Kusuma Warda, S.Pd
7. Dewi Fajar Indah, S.Pd
8. Susi Susanti Murtiningsih, S.Pd
Latsar CPNS Angk. : 16
Tempat Latsar : Kabupaten Boyolali

1. Pengertian dari Hoax, Hate Speech, Cyber Bullying


✓ Pengertian hoax
Arti hoax adalah kabar, informasi, berita palsu atau bohong. Dalam KBBI
disebutkan bahwa arti hoax adalah berita bohong. Hoax merupakan informasi
yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Dengan kata lain, arti hoax
juga bisa didefinisikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan
informasi yang seolah-olah meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi
kebenarannya.
Hoax merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan berpendapat di
internet. Khususnya media sosial dan blog. Sedangkan menurut wikipedia, arti
hoax adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu. Padahal pencipta berita tersebut tahu bahwa berita yang
ia berikan adalah berita palsu.
Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah, Septiaji Eko Nugroho
menjelaskan bahwa hoaks adalah sebuah informasi yang direkayasa. Informasi
tersebut dibuat untuk menutup-nutupi informasi yang sebenarnya. Selain itu,
hoaks juga merupakan upaya untuk memutar balikan fakta. Fakta tersebut akan
diganti dengan informasi-informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi
kebenarannya.
Lebih lanjut, Septiaji mengartikan bahwa hoaks adalah tindakan mengaburkan
sebuah informasi yang benar. Caranya yaitu dengan membanjiri suatu media,
melalui pesan-pesan yang salah. Hal tersebut mengakibatkan pesan yang benar
akan tertutupi.
Ahli komunikasi dari Universitas Indonesia, Profesor Muhammad Alwi Dahlan
yang juga merupakan mantan Menteri Penerangan mengungkapkan pendapatnya
mengenai hoaks dan berita bohong biasa. Letak perbedaan diantara keduanya
yaitu hoaks adalah sebuah sesuatu yang disengaja atau sudah direncanakan.
Menurutnya hoaks adalah manipulasi berita yang sengaja dilakukan dan bertujuan
untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah. Di dalam berita
hoaks terdapat penyelewengan fakta yang membuatnya menjadi menarik
perhatian. Sesuai dengan tujuannya, untuk mendapat perhatian.
Hoax dibuat seseorang atau kelompok dengan beragam tujuan, mulai dari
sekedar main-main, hingga tujuan ekonomi (penipuan), dan politik
(propaganda/pembentukan opini publik) atau agitasi (hasutan). Hoax biasanya
muncul ketika sebuah isu mencuat ke permukaan, namun banyak hal yang belum
terungkap atau menjadi tanda tanya.
Menurut Dewan Pers, maraknya hoax di Indonesia juga karena adanya krisis
kepercayaan terhadap media mainstream. Menurut Yosep Adi Prasetyo selaku
Ketua Dewan Pers, hoax merupakakan dampak berubahnya fungsi media sosial
dari media pertemanan dan berbagi sarana menyampaikan pendapat politik dan
mengomentari pendirian orang lain.

✓ Pengertian hate speech


Hate speech menurut Anne Webber merupakan persoalan kompleks hampir
di semua negara, juga Indonesia. Karena kompleksitas ini, para ahli saling
berbeda dalam mendefinisikan dan merumuskan konsep hate speech. Saat ini,
tidak ada definisi hate speech yang bisa diterima secara universal. Lebih lanjut
dalam bukunya “Manual on Hate Speech”, disebutkan, bahwa hate speech adalah
semua bentuk ekspresi yang menyebarkan, menghasut, mempromosikan,
menjastifikasi kebencian rasial, xenophobia, anti-Semitism, atau semua bentuk
kebencian yang didasarkan intoleransi, mencakup: intoleransi yang ekspresikan
oleh nasionalisme dan etnosentrisme agresif, diskriminasi dan permusuhan
terhadap minoritas, migran, dan orang keturunan imigran.
Pengertian hate speech menurut Kent Geenawalt adalah penghinaan dan
julukan (ephitets) personal yang sangat kasar yang ditujukan terhadap ras, agama,
etnis, gender atau preferensi seksual yang dapat menimbulkan masalah serius
bagi teori dan praktik demokrasi. Hate speech, penghinaan dan julukan terhadap
individu atau pok memiliki kaitan erat. Hate speech biasanya dilakukan dengan
menggunakan julukan dan hinaan. Hate speech diarahkan untuk menindas yang
dilakukan oleh penindas.
Salah satu ciri penghinaan dan julukan kecenderungan untuk mengejutkan
individu yang dituju menggunakan bahasa yang kasar dan merendahkan atau
dengan satu kata yang mengejutkan. Penggunaan julukan dapat diartikan luas,
julukan biasanya dianggap sebagai hal negatif, beberapa julukan mencemarkan
nama baik ras, agama, etnis gender, atau preferensi seksual. Kuatnya penghinaan
dan julukan sangat bervariasi, bergantung pada nada suara, konteks, dan
hubungan yang dibangun.
Greenawalt berpendapat bahwa kata-kata sangat mudah untuk memprovokasi
sehingga menimbulkan giat kriminal. Kata-kata yang menimbulkan tindakan
kriminal biasanya diucapkan oleh orang yang lebih siap untuk berkelahi.
Perempuan, anak-anak, dan orang-orang tua lebih berpotensi mendapat kata-kata
pelecehan yang berasal dari remaja.
Margaret Brown-Sica dan Jeffrey Beall menyebutkan bahwa hate speech
mewujud dalam banyak tindakan, seperti menghina, menyakiti, atau merendahkan
kelompok minoritas tertentu, dengan berbagai macam sebab, baik berdasarkan
ras, gender, etnis, kecacatan, kebangsaan, agama, orientasi seksual, atau
karakteristik lain. Di pihak lain, Kathlen Mahoney membagi hate speech ke dalam
beberapa jenis, yaitu: religious hate speech, pencemaran budaya, pencemaran
ekonomi dan ekstensial atau genosida. Pidato kebencian agama memiliki ciri yaitu
menyatakan bahwa suatu agama berbahaya bagi agama lain, sehingga
mempromosikan penghancuran, contohnya penyerangan atau penghancuran
rumah ibadah. Pencemaran budaya merupakan bentuk lain dari hate speech, yang
mencakup promosi stereotipe negatif di media dan bentuk sindiran ataupun seni
yang mengandung unsur budaya.
Berdasarkan definisi dari para pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada intinya, Hate Speech adalah “Suatu ekspresi (secara verbal, tertulis,
gambar, symbol, audio visual, atau medium mayaseperti internet) yang
merupakan advokasi kebencian yang membentuk suatu hasutan untuk melakukan
diskriminasi, permusuhan atau kekerasan.

✓ Pengertian cyber bullying


Willard (2005, menjelaskan bahwa cyber bullying merupakan perlakuan kejam
yang dilakukan dengan sengaja kepada orang lain dengan mengirimkan atau
mengedarkan bahan yang berbahya atau terlibat dalam bentuk-bentuk agresi
sosial menggunakan internet atau teknologi digital lainya. Definisi cyberbullying
menurut Williams dan Guerra (Steffgen, 2013) adalah suatu tindakan yang
ditujukan kepada seseorang melalui pesan teks, e-mail, pesangambar atau video
yang bertujuan untuk mengolok-olok, memaki, dan mengancam.
Menurut Hinduja dan Patchin (2013) menjelaskan bahwa cyber bullying adalah
perilaku yang disengaja dan membahayakan yang terus menerus diulang
ditimbulkan melalui penggunaan komputer, ponsel, atau perangkat elektronik
lainya. Definisi lain menururt Kowalski, dkk (2014) menjelaskan cyberbullying ini
didefinsikan sebagai agresi yang dilakukan dengan sengaja dan berulang kali
dilakukan dalam konteks elektronik (seperti, email, blogs, instant message, dan
pesan teks) terhadap seseorang yang tidak dapat dengan mudah membela
dirinya.
Dari beberapa definsi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa cyber bullying
adalah perlakuan kejam kepada orang lain yang dilakukan seorang individu atau
kelompok yang dilakukan dengan sengaja. Bertujuan untuk menindas, menyakiti,
mengancam dengan menggunakan media sosial atau media elektronik lainya,
seperti pesan teks, video, email, dan blog.

2. Contoh dan Argumen dari Hoax, Hate Speech, Cyber Bullying


➢ Berita Bohong (Hoax)
Beredar sebuah informasi pada pesan berantai WhatsApp yang
menyebutkan, Paracetamol 500 mg bisa dijadikan sebagai obat Covid-19
varian Omicron.
Faktanya, penggunaan tersebut hanya digunakan untuk menghilangkan
gejala saja, bukan untuk menghentikan infeksi dalam tubuh. Dikutip dari
prfmnews.id, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kota Bandung dr. Rosye Arosdiani menjelaskan, pasien Covid-19 tak
bisa sembarangan mengkonsumsi obat. Menurutnya, obat yang dikonsumsi
pasien Covid-19 harus berdasarkan resep atau anjuran dokter. Resep obat
Omicron yang menyebar di WhatsApp tak bisa dipertanggungjawabkan
kebenarannya karena obat untuk pasien Covid-19 harus sesuai dengan gejala dan
tingkat keparahan penyakitnya, sehingga tidak bisa disamaratakan.
➢ Ujaran Kebencian (hate speech)
Salah satu contoh hate speech yang terjadi baru-baru ini yaitu Edy Mulyadi
ditetapkan jadi tersangka dan ditahan setelah menjalani pemeriksaan di
Bareskrim Polri terkait kasus 'Jin Buang Anak'. Ucapan Edy menjadi polemik
lantaran dianggap menghina Kalimantan Timur tempat berdirinya Ibu Kota
Negara baru. Diambil dari portal berita detik.com
Edy awalnya dilaporkan Forum Pemuda Lintas Agama Kalimantan Timur
karena pernyataan yang diduga menghina Kalimantan ke polisi. Edy sebelumnya
juga sudah dilaporkan gara-gara ucapan terhadap Menhan Prabowo Subianto soal
'macan mengeong'.
Kelompok tersebut mendatangi Polresta Samarinda, Minggu (23/1/2022).
"Kami melaporkan Edy Mulyadi terkait ujaran kebencian yang menyakiti hati
masyarakat PPU dan Kalimantan yang diucapkannya di kanal YouTubenya," kata
perwakilan Pemuda Lintas Agama Kaltim, Daniel A Sihotang.
Daniel yang didampingi GP Ansor, GAMKI, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda
Katolik, Pemuda Hindu, Pemuda Konghucu di Provinsi Kalimantan Timur,
mengaku telah di-BAP pihak kepolisian."Sudah di-BAP untuk dimintai keterangan
oleh penyidik terkait laporan yang kami sampaikan", ujarnya.
Mereka mempersoalkan pernyataan Edy Mulyadi soal 'tempat jin buang anak,
'genderuwo', kuntilanak', hingga kata 'monyet' yang terdengar dalam video yang
dipermasalahkan. Itu diduga mereka sebagai berita bohong dan dugaan
penghinaan yang dapat menyulut kemarahan masyarakat Kalimantan.
"Kata-kata Edy ini yang bilang Kaltim tempat jin buang anak sangat
meresahkan masyarakat di sini, itu sebabnya kami mengadukan ke pihak
berwajib," ujar Daniel.
Edy Mulyadi dinilai telah melanggar Pasal 14 ayat 1 dan 2 atau Pasal 15 UU
No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan atau Pasal 28 ayat 2
Pasal 45a UU ITE serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Pihaknya berharap laporan tersebut
dapat ditindak pihak berwajib Edy Mulyadi didesak meminta maaf secara terbuka
kepada masyarakat Kalimantan Timur.

➢ Perilaku Kejam Terhadap Orang Lain (Cyber Bullying)


Salah satu contoh Cyber Bullying yang terjadi baru-baru ini yaitu kejadian
perundungan online yang dirasakan petenis Indonesia, Aldila Sutjiadi. Hal
tersebut terjadi ketika pertandigan yang dia mainkan berakhir dengan
kekalahan.
Namun, kekecewaannya makin menumpuk dengan tambahan perundungan
online. Mereka yang tak terima dengan kekalahan Aldila mengirimkan pesan berisi
ujaran kebencian dari orang-orang yang tak suka dengan hasil pertandingan
tersebut. Jumlah pesan yang dikirimkan via media sosial pribadinya itu bahkan
mencapai ratusan
"Saya masih ingat pertama kali mendapatkan pesan negatif seperti menghina,
melecehkan, dan mengancam saat tanding di Singapura. Itu saya kalah tipis
dengan unggulan dan sudah sangat lelah setelah tanding sekitar 2-3 jam. Begitu
lihat pesan-pesan negatif yang masuk ke gadget saya, mental langsung drop," ujar
Aldila Sutjiadi saat konferensi pers virtual, Selasa, 8 Februari 2022.
Bully yang ia dapatkan di dunia maya berpengaruh pada kinerjanya di
lapangan. Kata-kata yang menyakitkan itu berdampak pada kesehatan mentalnya.
Ia mengaku kehilangan fokus dan kepercayaan diri saat bertanding. "Awalnya
belum ada yang tegas dan jadi solusi untuk mengatasi masalah ini," kata dia.
Perlahan-lahan, ia mencari cara agar bisa keluar dari tekanan mental tersebut.
Salah satunya dengan berbicara dengan sesama rekan dan pelatihnya. Dari
obrolan itu, ia mendapati bahwa ia tak sendirian. "Dari itu kami saling support dan
tidak pernah merasa sendiri sehingga kami bisa keluar bersama-sama," imbuhnya.
Ia mengaku kini bisa lebih mengabaikan pesan negatif yang datang
kepadanya dan tetap fokus pada permainan. Meski begitu, petenis putri nomor 1
Indonesia yang akan bertanding di Mandiri Tennis Open pada Februari 2022 dan
di AS pada Maret 2022 itu juga tak ingin mengabaikan sepenuhnya masalah online
abuse tersebut.
"Berbicara dengan atlet lain, saya menyadari bahwa isu ini lebih luas daripada
yang saya perkirakan, jadi saya memutuskan sudah waktunya untuk melakukan
sesuatu tentang kekerasan online ini," kata dia.
Sumber: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4883099/pernah-jadi-korban-
petenis-aldila-sutjiadi-kampanyekan-tolak-perundungan-dan-kekerasan-online

3. Hasil Diskusi Kelompok terkait dengan Perilaku Hoax, Hate Speech, Cyber
Bullying Jika Dikaitkan Dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) Yang Berlaku.
➢ Berita Bohong (Hoax)
Berdasarkan UU ITE menuturkan orang yang menebarkan informasi palsu atau
hoax di dunia maya akan dikenakan hukum positif. Hukum positif yang dimaksud
adalah hukum yang berlaku. Maka, Penebar hoax akan dikenakan KUHP, Undang-
Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis, serta tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan terjadinya konflik
sosial..
Berita hoax itu ada dua hal. Pertama, berita bohong harus punya nilai subyek
obyek yang dirugikan. Kedua, melanggar Pasal 28 ayat 2 Undang-Undang No.11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pada pasal 45A ayat (1) UU ITE disebutkan, setiap orang yang sengaja
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik bisa dikenakan pidana penjara paling lama
enam tahun dan/atau denda maksimal Rp 1 miliar.
➢ Ujaran Kebencian (hate speech)
Berikut ini isi pasal-pasal yang menjerat Edy Mulyadi karena Ujaran Kebencian
yang telah dilakukan:
Pasal 28 UU ITE: (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama,
ras, dan antargolongan (SARA).
Pasal 45a UU ITE: Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/ atau
denda paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).

➢ Perilaku Kejam Terhadap Orang Lain (Cyber Bullying)


Pengaitan dengan UU ITE dengan Cyber Bullying terhadap Aldila Sutjiadi diatas
adalah Cyber Bullying merupakan salah satu cyber crime yang cukup meresahkan
dan sedang berkembang saat ini merupakan kejahatan yang terkait kebebasan
privasi seseorang. Cyber bullying ini terdiri dari tindakan flamming, harassment
(gangguan), impersonation (peniruan), outing (menyebarkan rahasia orang lain),
trickery (tipu daya), exclusion (pengeluaran), cyberstalking.
Kasus di atas masuk dalam kategori gangguan serta penghinaan terhadap
seseorang , hal ini telah diatur UU No. 11 Tahun 2008 (UU ITE) pasal 27 ayat 3
yang berbumyi “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/membuat dapat diaksesnya informasi elektronik
yang bermuatan penghinaan dan/atau penemaran nama baik”. Masih ada pasal lain
dalam UU ITE yang terkait dengan pencemaran nama baik dan memiliki sanksi
pidana dan denda yang lebih berat lagi.
Perhatikan pasal 36 UU ITE.Pasal 36 UU ITE "Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 27 sampai Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi
orang lain "Misalnya, seseorang yang menyebarluaskan informasi elektronik yang
bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik dan mengakibatkan
kerugian bagi orang lain akan dikenakan sanksi pidana penjara maksimum 12 tahun
dan/atau denda maksimum 12 milyar rupiah (dinyatakan dalam Pasal 51 ayat 2)
Pasal 51 ayat (2) UU ITE Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua
belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar
rupiah).

Anda mungkin juga menyukai