A42 TEMPO - Solidaritas Melawan Corona, 18 - 24 Mei 2020
A42 TEMPO - Solidaritas Melawan Corona, 18 - 24 Mei 2020
CDVID-19, KHALAYAK
BAHU-MEMBAHU
MENDLONG SESAMA.
DARI DAPUR UMUM
HINGGA PENGGALANGAN
DANA, INISIATIF RAKYAT
MENYEBAR OPTIMISME
KE SELURUH NEGERI.
Kabar Gedung Sarinah Miring
Sarinah mulai dibangun pada 1963 dan diresmikan Presiden Sukarno pada 1967.
Gedung 15 lantai setinggi 74 meter ini lantas menjadi pusat belanja modern
pertama di Jakarta. Meski begitu, struktur bangunan gedung ini bermasalah.
Majalah Tempo edisi 30 Mei 1981 menulis artikel berjudul "Bangunan Tinggi
yang Sakit" yang mengulas sebagian bangunan Sarinah yang turun dan miring.
Menurut Roosseno, kelemahan ini diketahui ketika pembuatan Ratu Plaza sudah
mencapai tingkat 4. "Melalui pengetesan," katanya. Tapi pemborongnya, Kajima
Corporation dari Jepang, tetap meneruskan bangunan bertingkat banyak itu.
"Untuk menjamin keamanannya, pemborong modem itu mendatangkan dukun
Jawa," Roosseno menambahkan, terkekeh.
Roosseno memang selalu menyebut dirinya "dukun beton". Julukan itu melekat
karena banyak orang merasa memerlukan tenaganya bila menghadapi hal yang
gawat. Dalam wawancara dengan Tempo, Roosseno mengungkapkan bahwa
pengelasan besi konstruksi Ratu Plaza dilakukan secara sembrono. Sekalipun
pengelasannya sembrono, gedung masih aman. "Tapi tingkat keamanannya pas-
pasan," ujamya. Ia mengibaratkan Ratu Plaza seperti orang yang uangnya pas-
pasan tapi memilih makan di restoran mahal. Ia bisa makan, tapi hatinya waswas.
SATU dari sedikit kabar baik di tengah pagebluk corona adalah tumbuh subumya
gerakan solidaritas di mana-mana. Saling bantu antarwarga ini menutup banyak
kelembaman birokrasi dari otoritas di berbagai tingkat yang tergagap disergap
Covid-19. Menyambut antusiasnya berbagai pihak untuk membantu, Menteri
Keuangan Sri Mulyani bahkan membuka rekening khusus buat menerima donasi
publik demi meringankan anggaran negara.
Sejak virus corona "resmi" menyerang Indonesia pada 2 Maret 2020, ditandai
dengan pengumuman adanya pasien positif pertama oleh Presiden Joko Widodo
dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, berbagai pembatasan memang
sudah diterapkan. Kegiatan ekonomi praktis terhenti. Jutaan orang di berbagai
daerah kehilangan pendapatan. Sebagian bahkan tak lagi punya cukup tabungan
untuk menyambung hidup. Di tengah kondisi yang teramat sulit, bantuan pertama
buat mereka yang kesusahan kerap datang dari uluran tangan sesama warga.
Beberapa inisiatif juga digalang secara online. Di platform donasi Kita Bisa
dengan tanda pagar #IndonesiaLawanCorona, sampai awal bulan ini, lebih dari
760 ribu donatur mengumpulkan dana hingga Rp 129 miliar. Artis dan selebritas
sambung-menyambung mengadakan konser amal dari rumah. Pendek kata,
berbagai kelompok di Indonesia terns bahu-membahu mengatasi kesulitan akibat
serangan Covid-19 ini.
Semua inisiatif itu terasa melegakan karena virus mematikan ini tak hanya
menyerang aspek kesehatan, tapi juga menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kepanikan, kebingungan, juga melebamya kesenjangan sosial bisa berimplikasi
pada meningkatnya ancaman keamanan. Namun, bukannya mencerai-beraikan,
berbagai kesulitan tersebut malah menyatukan masyarakat. Memang, ada
sebagian kelompok yang berlaku jahat-misalnya menolak pemakaman perawat
yang wafat karena corona. Tapi jumlah mereka boleh dikatakan tidak signifikan.
Nilai kemanusiaan telah mengerdilkan eksklusivisme berlebihan itu.
Pandemi ini belum akan berakhir dalam waktu dekat. Masyarakat seyogianya
terns memperkuat solidaritas. Perlu daya tahan panjang agar tak berlaku hukum
alam "hanya kelompok terkuat bisa bertahan"-surviva/ o f the fittest. Apalagi
kecakapan pemerintah menghadapi pandemi ini sungguh mencemaskan.
Kita kehilangan banyak waktu krusial ketika para pejabat pemerintahan Joko
Widodo cenderung meremehkan bahaya wabah di awal masa penularannya di
Indonesia. Banyak yang mempertanyakan sejauh mana pertimbangan sains dan
medis menjadi dasar pengambilan kebijakan. Setelah virus menjangkiti banyak
orang dengan cepat, pemerintah tampak gamang.
Tak sigapnya pemerintah juga disebabkan oleh kurangnya pelaksanaan uji usap
secara masif. Ini membuat data penularan virus corona di Indonesia tak pemah
benar-benar mencerminkan realitas. Data kependudukan yang tak pemahjelas
juga membuat pembagian bantuan sosial dua pekan terakhir malah kisruh.
ABAD boleh berganti, tapi perilaku kita dalam menghadapi pandemi bisa jadi tak
banyak beranjak. Seabad setelah wabah pes dan flu Spanyol melanda Nusantara,
sikap anti-sains tetap saja ada. Seperti seratus tahun lalu, penanganan pemerintah
yang terlambat dan sikap ingar pejabat publik pada pandemi telah merenggut
banyak nyawa.
Sejarah mencatat pagebluk pes dan flu Spanyol melanda Hindia Belanda pada
awal 1900-an. Wabah pes yang melanda Malang, yang kemudian menyebar ke
sejumlah daerah di Jawa, diperkirakan terjadi sejak 1910. Pemerintah awalnya tak
percaya penyakit yang dulunya menjangkiti tikus itu dapat menginfeksi manusia.
Penyakit itu barn teridentifikasi setahun kemudian setelah menyebar dan
menewaskan ribuan orang.
Pengalaman menangani wabah pes tak membuat pemerintah lebih sigap ketika flu
Spanyol merebak delapan tahun kemudian. Pada April 1918, Konsul Belanda di
Singapura telah memperingatkan pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar
melarang kapal-kapal Hong Kong bersandar di dermaga dan menurunkan
penumpang karena koloni Inggris itu telah terjangkit wabah.
Sikap menolak ilmu pengetahuan hari-hari ini muncul dalam wujud tak jauh
berbeda. Ketika wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 merebak di
Wuhan, Cina, dan menyebar ke sejumlah negara, banyak pejabat menganggap
Indonesia sebagai pengecualian. Ada yang percaya gen kita berbeda sehingga
tidak mudah terserang virus corona. Kita juga dipercaya tidak akan tertular karena
rajin mengonsumsi empon-empon. Ada pula yang percaya rakyat Indonesia
terjaga dari corona karena rajin membaca doa qunut. Ketika wabah benar-benar
melanda Indonesia, pemerintah kedodoran menanganinya.
Situasi itu diperparah oleh sikap sekelompok orang mabuk agama yang
menganggap pandemi Covid-19 sebagai azab Tuhan atau "malaikat maut" yang
diutus membersihkan bumi dari pendosa. Orang-orang yang anti-sains tersebut
mengabaikan upaya pemerintah mencegah penyebaran virus, seperti pembatasan
jarak fisik dan ibadah di rumah saja. Mereka menganggap peniadaan kegiatan
ibadah sebagai bentuk represi terhadap penganut agama.
Dalam sidang yang digelar pada Rabu, 6 Mei lalu, misalnya, jaksa penuntut
umum tak memanggil sejumlah saksi kunci yang bisa menunjukkan dengan
terang-benderang kronologi penyerangan terhadap Novel. Dua orang yangjelas-
jelas melihat para pelaku penyerangan mengintai Novel beberapa hari sebelum
kejadian bahkan tak masuk daftar saksi. Padahal mereka berulang kali dimintai
keterangan oleh polisi dan membantu pembuatan sketsa pelaku. Keterangan
mereka bisa menunjukkan serangan terhadap Novel dilakukan secara terencana,
dengan sistematis dan terkoordinasi.
Skenario mengaburkan fakta sudah terlihat sejak sidang perdana, 19 Maret lalu.
Dalam dakwaannya, jaksa menyebut tindakan dua terdakwa sebagai penganiayaan
berat saja dan tak menyinggung kemungkinan serangan itu terkait dengan kasus-
kasus korupsi besar yang ditangani Novel. Jaksa juga mengabaikan penelusuran
tim pencari fakta kasus Novel yang telah bekerja selama enam bulan sejak Januari
2019. Tim yang dibentuk Kepala Kepolisian RI saat itu, Jenderal Tito Kamavian,
menyebutkan ada enam kasus high profile, seperti korupsi kartu tanda penduduk
elektronik dan suap Wisma Atlet, yang diduga terkait dengan penyerangan
terhadap Novel.
Tak hanya itu. Jaksa malah melemahkan posisi Novel dengan menyebut cairan
yang disiramkan terdakwa sebagai air aki, bukan air keras. Padahal dampak cairan
itu bisa dicek semua orang: mata Novel kini hanya berfungsi separuh. Dakwaan
jaksa yang setengah hati dimanfaatkan pengacara terdakwa untuk menyerang
balik Novel dengan mengulang narasi lawas yang kerap didengungkan di media
sosial: Novel menggunakan lensa kontak alias berpura-pura matanya rusak.
Jika serius ingin mengungkap dalang penyerangan, majelis hakim bisa menelusuri
keterangan Novel yang menyitir pernyataan bekas Kepala Kepolisian Daerah
Metro Jaya, Mochamad Iriawan, ihwal keterlibatan seorangjenderal dalam
insiden ini. Kesaksian Iriawan bisa jadi awal untuk menelusuri siapa sosok dalang
yang kini menjadi misteri.
Pengadilan Negeri Jakarta Utara seharusnya tak larut dalam skenario pihak
tertentu yang tak mau dalang penyerangan Novel terungkap. Sebab, perkara ini
bukan semata soal Novel seorang. Putusan yang adil akan mengembalikan
sebagian marwah gerakan pemberantasan korupsi yang sedang koyak di negeri
llll.
Kini berbeda. Hingga 10 Mei lalu, menurut catatan OJK, perbankan telah
merestrukturisasi utang 3,9 juta debitor dengan total kredit Rp 336,97 triliun,
separuhnya usaha mikro, kecil, dan menengah dengan nilai kredit Rp 167, 1
triliun. Lembaga pembiayaan nonbank sudah memberikan keringanan kredit bagi
1,3 juta debitor dengan nilai kredit Rp 43, 18 triliun. Sebagian dari mereka juga
usaha kecil-menengah.
Agar program restrukturisasi ini berhasil, bank dan lembaga pembiayaan perlu
menyeleksi dengan ketat debitor yang mengajukan restrukturisasi utang. Jangan
sampai kemudahan ini malah menjadi kendaraan bagi pengusaha yang sebetulnya
tidak terimbas pandemi tapi sejak awal bemiat menghindari kewajiban pelunasan
utang.
Maka, sebelum terlambat, tak ada salahnya pemerintah membentuk lembaga
verifikasi. Lembaga ini yang menilai dan mengklasifikasi kondisi tiap debitor.
Salah satu yang dinilai adalah sikap kooperatif para pengusaha dalam
menyelesaikan pinjaman, termasukjaminan aset yang akan diberikan dan prospek
bisnis debitor di masa depan. Mereka boleh mengajukan restrukturisasijika
terbukti tidak pemah menunggak pokok dan bunga pinjaman.
Evaluasi kasus per kasus perlu dilakukan secara mendalam mengingat skema
restrukturisasi untuk tiap debitor pasti berbeda, sesuai dengan kondisi yang
mereka hadapi. Namun perbankan ataupun lembaga pembiayaan tidak boleh ragu
menolak permohonan bila debitor tidak memenuhi syarat. Ini untuk mencegah
agar semua kemudahan yang diberikan tidak menjadi bumerang bagi perbankan.
Mereka bisa ikut terseret kolaps, sementara sang debitor makin berjaya.
Banknya kolaps dan Lembaga Penjamin Simpanan harus turun tangan. Bukan
tidak mungkin, seperti pada 1998, pemerintahjuga ikut menanggung praktik
moral hazard tersebut. Karena itulah OJK harus membuat pagar betis agar para
calon pencoleng tak bisa ikut program restrukturisasi ini. Otoritas juga harus
ekstraketat mengawasi manajemen bank agar tetap mengedepankan prinsip
Covid-19 Virus Corona Utang j Piutang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Solidaritas Publik Melawan
Corona tanpa Menunggu
Negara
Relawan memberikan paket sembako kepada warga yang terdamapk Covid-19, di kawasan
Jimbaran, Badung, Bali, 18, April 2020. ANTARA/Fikri Yusuf
• Corona membuat dampak luar biasa bagi berbagai kalangan di seluruh negeri.
dampak.
GENAP dua bulan Rhamdani, 33 tahun, menunggak sewa rumah petak dan
cicilan sepeda motor pada awal Mei lalu. Penghasilan pengemudi ojek online itu
terjerembap setelah wabah corona menghantam negeri ini pada awal Maret lalu.
Dari semula mendapatkan Rp 200 ribu per hari, kini mendapat Rp 50 ribu saja dia
sudah bersyukur.
Hatinya bertambah pilu setiap kali melihat paket bahan kebutuhan pokok tiba di
rumah tetangganya di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Tak sekali jua
bantuan itu mampir ke kontrakan Rhamdani. Ketua rukun tetangga yang
mendengar keluhannya menyatakan dia tak mendapat bantuan sosial karena tak
memiliki kartu identitas sebagai warga Depok.
Dua relawan merapikan kamar yang akan di g u n akan oleh tenaga kesehatan di Kota Gorontalo,
Gorontalo, 15 April 2020. ANTARA/Adiwinata Solihin
•••
BENCANA acap membuat manusia berpikir bahwa kematian itu dekat. Seperti
dituliskan Martin Heidegger dalam Being and Time (1962), kematian itu memicu
kegelisahan. Merninjam teori itu, Idaman Alwi cs (2017) menyebutkan
kegelisahan ini akan menggerakkan solidaritas secara masif dan spontan dalam
situasi bencana.
Sejarah tak henti berkisah, solidaritas selalu hadir ketika bencana datang. Kala
tsunami meluluhlantakkan Aceh pada pengujung 2004, masyarakat bergerak.
Ribuan sukarelawan datang ke Tarrah Serambi Mekah untuk menguburkan jasad,
membagikan bantuan, atau menghibur anak-anak yang kehilangan keluarga.
Mereka tak menunggu gerakan pemerintah, yang kerap tersandung oleh
birokrasinya sendiri.
Di wilayah yang kerap dilanda bencana seperti Indonesia, solidaritas tak akan
pemah hilang, betapapun dahsyatnya bencana itu. Termasuk wabah corona, yang
hingga Selasa, 12 Mei lalu, telah menginfeksi hampir 15 ribu orang dan
merenggut lebih dari seribu nyawa manusia negeri ini.
Kali ini, pandemi corona juga melahirkan banyak cerita solidaritas. Di Bandung,
seorang bocah bemama Mochamad Hafidh, 9 tahun, menyumbangkan
tabungannya sebesar Rp 435 ribu untuk dibelikan alat pelindung bagi tenaga
medis. Di Semarang, Setyabudi Susanto, 72 tahun, dan istrinya, Sumiati Sastro
Kaelan, 69 tahun, menyumbangkan uang tunai Rp 500 ribu dan 100 masker
kepada Gubemur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pada edisi ini, Tempo memilih aksi solidaritas sebagai tema laporan utama. Kami
memilih gerakan yang benar-benar diinisiasi publik untuk mereka yang terkena
dampak pagebluk ini. Kami, misalnya, mengambil contoh penyediaan dapur
umum Solidaritas Pangan di Yogyakarta. Sejak akhir Maret lalu, gerakan ini tak
henti mengumpulkan bahan pangan, meracik bumbu, memasak, lalu
membagikannya kepada pemulung, tukang becak, dan penghuni kawasan
prostitusi.
Dari semula hanya satu, kini ada belasan dapur lain mengepul untuk membantu
mereka yang terkena dampak wabah. Gerakan itu tak berhenti di Yogyakarta, tapi
menyebar ke sejumlah daerah di Jawa Tengah. Ada juga Pergerakan Difabel
Indonesia untuk Kesetaraan. Mereka menginisiasi penggalangan dana untuk
penyandang disabilitas yang rentan terkena dampak corona.
Tak hanya di kota, solidaritas juga menerabas jauh kepada mereka yang tinggal di
kampung-kampung. Sejumlah komunitas membantu para petani bawang di
Temanggung, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang kesulitan menjual hasil kebun
karena keterbatasan ruang gerak. Komunitas ini berupaya mencarikan petani
pembeli yang bisa menyambung napas mereka dan keluarga.
Sejumlah relawan menyelesaikan pembuatan masker berbahan kain di kompleks kantor BPBD
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 14 April 2020. ANTARA /Anis Efizudin
Manakala ramai kabar tenaga medis tersungkur terkena corona, publik pun bahu-
membahu merakit dan menjahit alat pelindung diri. Semua diberikan secara gratis,
bahkan tanpa ongkos kirim. Ada pula pemilik penginapan dan kos-kosan yang
meminjamkan kamar mereka untuk perawat dan dokter yang justru diusir karena
menangani pasien Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19.
Tentu saja, ada ribuan gerakan solidaritas lain, di luar yang kami tulis. Tanpa
mengecilkan gerakan lain, semua sama berharganya. Mereka menembus berbagai
sekat, seperti suku, agama, profesi, dan status sosial, untuk bersama-sama
memikul beban dengan segala hal yang mereka miliki dan kerjakan. Pada
akhimya, gerakan-gerakan ini menunjukkan kita memiliki modal sosial untuk
hidup bemegara-bahwa di setiap ruang kosong akan hadir mereka yang
meng1smya.
Belum terang, kapan Indonesia dan dunia bakal terbebas dari pandemi corona.
Namun, saat pandemi hari ini menjadi sejarah, barangkali kita bisa mengatakan
kita selamat bukan terutama karena kerja pemerintah. Melainkan karena daya
tahan dan solidaritas menghadapi nasib yang sama.
Itu seperti yang dialami Rhamdani, pengemudi ojek online di Sawangan, Depok,
Jawa Barat. Di tengah kesulitan pun, teman-temannya terkadang memberi dia
bantuan. Beberapa kali dia juga bertemu di jalan dengan mereka yang
membagikan bahan kebutuhan pokok. Ada pula komunitas yang memberinya duit
Rp 200 ribu. Dengan bantuan mereka, Rhamdani, istri, dan anaknya, yang berusia
tujuh tahun, bisa bertahan menghadapi krisis.
Dapur umum Solidaritas Pangan]ogja di kawasan Bong Suwung, Yogyakarta, 8 Mei 2020.
TEMPO/Shinta Maharani
• Jejaring aktivis mendirikan dapur umum untuk membantu kaum miskin kota
seluruh Indonesia.
Bahan baku dapur umum di kawasan Bong Suwung diperoleh dari Solidaritas
Pangan Jogja, gerakan bersama untuk membantu kelompok miskin perkotaan.
Gerakan ini mengumpulkan donasi uang tunai serta menampung sumbangan hasil
bumi dari berbagai komunitas di sekitar Yogyakarta. "Jika enggak ada bantuan,
saya tidak bisa makan," kata Linda pada Senin, 11 Mei lalu.
Solidaritas Pangan Jogja diinisiasi antara lain oleh aktivis perempuan, Ita Fatia
Nadia, dua bulan lalu. Penggagasnya sebagian besar adalah aktivis yang aktif
dalam gerakan Gejayan Memanggil. Mereka menolak sejumlah rancangan
undang-undang bermasalah, seperti revisi Undang-Undang Komisi
Pemberantasan Korupsi, RUU Omnibus Law, serta RUU Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Di masa pandemi, pegiat Gejayan Memanggil banting setir
membantu kelompok marginal yang terkena dampak virus mematikan. "Ini
gerakan kolektifwarga," ujar Ita Fatia.
Ita menyebut dapur umum sebagai gerakan sosial dan politik yang
menghubungkan mahasiswa, orang yang kehilangan mata pencarian, dan kelas
menengah. Pada 1998, Ita Fatia menyiapkan dapur serupa untuk menyokong
gerakan mahasiswa. Dia mengaku gerakan ini terinspirasi dari novel sastrawan
Rusia, Maxim Gorky, yang berjudul Ibunda. Buku ini berkisah tentang Pelagia
Nilovna yang tergerak membantu gerakan revolusioner melawan kekuasaan Tsar.
Pelagia menyediakan makanan dan minuman serta membagikan selebaran-
selebaran yang mendukung perjuangan buruh.
Di Yogyakarta, Ita beruntung karena donatur datang dari segala penjuru. Ada
organisasi nonprofit, kampus, seniman, hingga petani. Tidak hanya menggalang
donasi, upaya mereka juga menguatkan jejaring antarkomunitas. Mereka
menerima sumbangan bahan pangan dari komunitas petani di Pegunungan Dieng,
Wonosobo, dan Sekolah Gajah Wong, lembaga pendidikan yang berfokus pada
pemulung. Mereka juga mendapat sumbangan dari Paguyuban Petani Lahan
Pantai Kulon Progo, yang terancam tergusur tambang pasir besi. "Ini bentuk
solidaritas petani," kata Widodo, ketua paguyuban kelompok itu.
Salah satu kelompok masyarakat yang kerap mendapat bantuan adalah komunitas
pekerja seks di Bong Suwung, tempat Linda biasa mencari natkah. Sejak kasus
positif Covid-19 merangkak naik, polisi menutup lokalisasi ini. Linda pun
menganggur tanpa penghasilan. Mereka juga tak tersentuh bantuan pangan
pemerintah karena tak memiliki kartu tanda penduduk Yogyakarta. Sebagian besar
pekerja seks ini datang dari Solo, Magelang, dan Semarang.
"Sembilan tahun bekerja, saya tak punya tabungan," ujar Linda pelan. Perempuan
36 tahun ini juga menunggak sewa kamar kos beberapa bulan. Induk semangnya
sudah mengirim ultimatum: dia harus angkat kakijika uang kos takjuga dibayar
akhir bulan ini. "Untuk makan saja, saya harus menumpang ke teman-teman,"
kata perempuan asal Semarang ini.
Nia, Ketua Arum Dalu Sehat, paguyuban pekerja seks di Bong Suwung, lalu
menghubungi Solidaritas Pangan melalui media sosial. Tak lama kemudian,
bantuan berupa bahan pangan pun tiba. Linda dan teman-temannya bisa bemapas
lega.
Ketika barn dimulai pada awal Maret lalu, gerakan dapur umum Solidaritas
Pangan hanya berlokasi di Kampung Ngadiwinatan, Yogyakarta. Kini, dapur
umum ini bertempat di sebelas lokasi di seantero kota tua itu: di Prawirotaman,
Balirejo, Gamping, sampai di sebuah kampung pemulung di Bantul. Gerakan ini
juga menyebar ke berbagai kota, seperti Banyuwangi, Madura, Klaten, Bandung,
Tangerang, Serang, dan Jakarta. Mereka memasak dan mendistribusikan nasi
bungkus untuk pengayuh becak, buruh gendong, pedagang pasar tradisional,
pekerja rum.ah tangga, pekerja seks, pemulung, buruh pabrik, buruh tani, hingga
eks tahanan politik 1965.
Relawan Solidaritas Pangan Jogja membagikan makanan kepada pedagang tradisional pasar
Gamping, Bantul, Yogyakarta, 8 Mei 2020. TEMPO/Shinta Maharani
Bongkar muat bantuan dari dompet dhuafa dan Polda Sulsel ke Rumah Perdik Sulawesi Selatan, 22
April 2020. Facebook Perdik Sulses/Ishak Salim besama Rahman Gusdur
menyebar.
penghasilan tetap.
SEJAK wabah corona dinyatakan menyebar pada Maret lalu, Agus Wala
kehilangan dua sumber penghasilan sekaligus. Penyandang tunadaksa itu
diberhentikan sebagai kurir penyuplai jeruk untuk sebuah restoran di Makassar.
Warung kopi di teras rumahnya di kota itu pun tutup karena sering disatroni polisi
pamong praja yang menegakkan kebijakanjagajarak.
Dua pekan setelah berhenti bekerja, Supono ditelepon Fuad Jamil, pegawai Kota
Kita, organisasi nirlaba di bidang pemberdayaan masyarakat urban. Supono
ditanyai soal kondisi penyandang disabilitas saat corona mewabah. Kepada Fuad,
Supono mengungkapkan bahwa kaum difabel kesulitan mengakses informasi
tentang protokol kesehatan serta terhambat dalam memperoleh bahan kebutuhan
pokok. Pada 27 April lalu, Supono menerima bantuan dari Kota Kita dalam
bentuk uang tunai. "Saya akan memakai duit itu untuk menopang kebutuhan
pangan keluarga," tutumya.
RAYMUNDUS RIKANG
Solidaritas untuk Menyalurkan
Hasil Panen Pak Tani
Persoalan yang dihadapi petani makin pelik karena musim pan en justru
bersamaan dengan dibukanya keran impor bawang putih. Selama ini, harga
bawang putih impor memang lebih murah dan ukurannya lebih besar. Walhasil,
kata Fransisca, "Petani makin sulit menjual hasil bumi mereka."
Lahir di Ciamis, Jawa Barat, Fransisca akrab dengan usaha tani perdesaan di
Temanggung. Dia dikenal sebagai otak berdirinya Pasar Papringan, pasar
tradisional berkonsep wisata desa di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu,
Temanggung. Dengan Panji, dia terhubung di Kebon Jiwan, komunitas pertanian
berkelanjutan di Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo. Sisca-panggilan akrabnya
- a d a l a h pendamping di komunitas tersebut. Sedangkan Panji menjadi petani
binaan.
Tiga hari setelah rantai pasok dadakan itu dibuka, pesanan datang dari penjuru
daerah, terutama di wilayah Jabodetabek. Sedikitnya 300 kilogram bawang putih
terjual. Agar bawang lebih mudah diterima pasar, Sisca mengedukasi petani
supaya lebih memperhatikan kualitas. Bawang putih yang siap dijual, misalnya,
mesti bebas dari tanah. Kemasannya pun harus menarik. Hingga Senin, 11 Mei
lalu, Sariyadin dan kelompoknya sudah menjual hingga 1 ton bawang putih ke
berbagai daerah. "Semoga menjelang Lebaran kembali ada permintaan," kata
Sariyadin.
Pasar bahan pangan seperti tak ada habisnya. Tapi pandemi Covid-19 telah
membalikkan segalanya. Pertanian, yang disebut oleh Sukarno sebagai "soal mati-
hidupnya bangsa kita" dalam peletakan batu pertama gedung Fakultas Pertanian
Universitas Indonesia-kini Institut Pertanian Bogor-pada 27 April 1952, kini
terancam limbung. Pembatasan aktivitas di sejumlah daerah telah membuat
permintaan berkurang. Saluran distribusi pun terganggu. Seperti disebutkan
Sariyadin, pukulan wabah makin kencang menghantam petani karena hasil panen
sedang banyak-banyaknya.
Harga komoditas pangan pun melorot. Pusat lnformasi Harga Pangan Strategis
Nasional mencatat, hingga Selasa, 12 Mei lalu, harga bawang putih di pasar
tradisional turun rata-rata 16 persen dalam sebulan terakhir. Begitu pula bawang
merah anjlok 21 persen. Adapun harga cabai merah dan cabai rawit masing-
masing juga rontok 16 persen dan 24 persen.
Bagi konsumen, turunnya harga menjadi angin segar. Namun, bagi petani, ini
adalah pukulan. Harga yang mereka terima tak sebanding dengan harga yang
dikeluarkan. Kondisi tersebut tampak dari data Badan Pusat Statistik yang
mencatat indeks nilai tukar petani-indikator daya beli petani di perdesaan-
merosot makin tajam dalam dua bulan terakhir. Penurunan terjadi di semua
kelompok petani, dari yang bergerak di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
rakyat, petemakan, hingga perikanan.
Itu sebabnya, Serikat Petani Indonesia kini bergerak membuka akses distribusi
produk pangan. Mereka mencari konsumen secara langsung untuk kemudian
dipertemukan dengan petani. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual hasil
ladang mereka. Awalnya mereka menggunakan ojek aplikasi untuk mengantarkan
pesanan. Belakangan, agar lebih efisien, Qomarudin meminta calon konsumen
membeli secara kolektif. "Nanti akan kami antar langsung ke konsumen,"
katanya.
Bahan pangan untuk bantuan ini merupakan donasi dari sejumlah serikat tani.
Selain itu, KPA menggulirkan skema pembelian dengan harga normal untuk
kemudian dijual kembali dengan harga miring. Beras dari petani Rp 10 ribu per
kilogram, misalnya, disubsidi Rp 3.000 per kilogram. "Sekalipun harga ekonomis,
kualitasnya tetap premium," ujamya. "Ini penting untuk memutus mata rantai
tengkulak."
yangbenar.
• Penulis buku anak, Watiek Ideo, dan ilustrator Luluk Nailufar membuat cerita
TANGKI air berkelir biru berukuran 60 liter terpasang di pinggir Jalan Masjid
Nurul Hidayah, Ciracas, Jakarta Timur, pada Selasa, 7 April lalu. Di bagian
bawah tangki, ada wadah penampung air yang turun dari keran. Di sampingnya,
sabun cair dan lembaran tisu terikat di tembok rumah penduduk. Selebaran berisi
petunjuk 12 langkah cara mencuci tangan terpasang di toren air tersebut.
Sejak tangki itu diletakkan di dekat rumahnya, Muhammad Firman Saputra jadi
lebih sering membersihkan tangan. Saban kali pulang ke rumah, pelayan restoran
itu kerap mampir dan berhenti sejenak untuk mencuci tangan sebagai langkah
mencegah penularan virus corona. "Kalau mau pulang ke rumah, kan, lewatin
toren ini,jadi bisa sekalian cuci tangan," kata lelaki 19 tahun itu kepada Tempo,
Senin, 11 Mei lalu. Jarak antara rumah Firman dan tangki air tersebut hanya
beberapa meter.
Toren air juga dimanfaatkan pasukan oranye atau Pekerja Penanganan Sarana dan
Prasarana Umum (PPSU). Deni Maulana, 41 tahun, anggota pasukan oranye,
mengatakan fasilitas itu membantu dia dan teman-temannya membersihkan
tangan. Biasanya dia mencuci tangan dengan menumpang di rumah penduduk.
"Toren ini sangat membantu lingkungan di sini," ujar Agustini, pemilik rumah di
belakang toren air itu.
Penyebaran tangki air di berbagai wilayah digagas Gerakan Indonesia Kita atau
Gita, komunitas yang berfokus pada isu kebudayaan dan kesetaraan hak. Alif
Imam Nurlambang, Ketua Umum Gita, menyebutkan inisiatif itu bermula ketika
dia dan kawan-kawannya menilai ada ruang kosong yang belum diisi pemerintah
dalam menanggulangi wabah corona. Kampanye cuci tangan yang benar, kata
Alif, belum sampai ke akar rumput. Ditambah lagi, sarana cuci tangan sangat
minim. "Padahal cuci tangan cara yang paling mudah untuk menghindari
penularan corona," ujar Alif.
Gita menyasar permukiman padat penduduk, yang dianggap lebih rentan menjadi
tempat penularan corona. Alif dan kawan-kawannya membuka wadah donasi
yang disebar melalui grup WhatsApp. Duit sekitar Rp 290 juta yang terkumpul
di g u n akan untuk membeli toren air berukuran 120 liter dan 60 liter serta sabun
cair. Hingga awal Mei lalu, 228 tangki telah didistribusikan di berbagai daerah,
seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Cirebon, Garut, Sukabumi, dan
Tasikmalaya. Gerakan ini, kata Alif, sebetulnya hanya untuk merangsang
masyarakat agar membuat hal serupa buat menekan penularan corona.
Dicetuskan akhir April lalu, gerakan ini mendapat respons positif dari berbagai
kalangan. Setidaknya ada 38 lagu yang dibuat musikus yang berasal dari Jakarta,
Bandung, Malang, Situbondo, Surabaya, Sulawesi Tengah, Bali, dan Ambon. Di
antaranya Jason Ranti, Robi Navicula, Dedy Lisan, Kamga, Changcuters, dan /rif.
"Sejak kami sebar melalui grup WhatsApp, antusias dari kawan-kawan luar
biasa," ujar Dzulfikri Putra Malawi, 31 tahun, salah satu penggagas gerakan.
Di Pacitan, Jawa Timur, lagu-lagu itu menjadi pengiring sosialisasi tentang wabah
corona dan diputar di sejumlah pasar tradisional. Ketua Majelis Ulama Indonesia
Kecamatan Nawangan, Pacitan, Nurus Son'ani, menggunakan karya itu untuk
membantunya menjelaskan pentingnya cuci tangan kepada penduduk sekitar.
Nurus menilai tema dan lirik lagu sangat mendukung untuk mengajak penduduk
hidup lebih bersih.
Tak hanya soal cuci tangan, para musikus mencoba memberikan informasi lain
untuk mencegah penularan corona. Nova Ruth Setyaningtyas, musikus asal
Malang, yang tergabung dalam gerakan itu, menciptakan lagu berjudul Meneng
Hening Renung. Menurut dia, ide membuat lagu itu muncul karena masyarakat
diminta berdiam di rumah selama pandemi. "Biasanya kita bebas pergi melakukan
apa saja, tapi sekarang kita disuruh merenung dan diam," tutur Nova.
Edukasi untuk mencegah penyebaran corona juga dilakukan penulis buku anak,
Watiek Ideo, dan ilustrator Luluk Nailufar. Mereka membuat cerita bergambar
bertema seluk-beluk corona dengan target anak-anak. Misalnya mengenalkan
virus corona dan cara menghindarinya. Materi edukasi itu diberikan secara gratis
melalui media sosial. "Dengan ilustrasi yang menarik, anak-anak bisa lebih
mudah memahami virus corona," ujamya.
Cara Pemilik Hotel Membantu
Tenaga Medis yang Tak Bisa
Pulang
Sejumlah tenaga kesehatan RSUD Margono Soekarjo, berjemur di depan Aksara Homestay pada
April 2020. Dokumentasi Brilli Agung
RASA panik menyelimuti Sulistya Puspa Nugraha pada Kamis, 26 Maret lalu.
Saat itu, ia mendengar koleganya menjadi bahan pergunjingan penduduk di
sekitar tempat kosnya. Perawat di Ru.mah Sakit Umum Daerah Margono
Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, itu mendengar temannya dituding sebagai
pembawa virus corona dari tempat kerjanya.
Tak berapa lama, atasan Sulistya memberi kabar bahwa pemilik Aksara Homestay
mau memberikan kamar untuk dia. Malam itu juga Sulistya mengemas barang-
barangnya dan pindah ke penginapan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari
RSUD Margono Soekarjo tersebut. Hari itu pula Sulistya bermalam bersama
rekannya sesama perawat yang telah diusir dari kosnya di kamar masing-masing.
"Saya tinggal selama satu bulan," ucap Sulistya.
Direktur Utama PT Aksara Investama Propertindo, Brili Agung, yang dihubungi
oleh atasan Sulistya, mengaku tak menyangka ada tenaga kesehatan di
Purwokerto diusir karena mengurus pasien Covid-19. "Saya pikir hanya terjadi di
kota besar," katanya. Sebelumnya, dia mengetahui kehebohan di Thu Kota akibat
perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso mendapat penolakan
dari penduduk di sekitar tempat tinggalnya.
Tak mau para penjaga benteng terakhir dari serangan Covid itu luntang-lantung di
jalan, Brili langsung membuka percakapan di grup WhatsApp yang
beranggotakan pemilik modal. Ia melemparkan usul supaya Aksara Homestay
memberikan kamar gratis untuk para tenaga kesehatan. Usul itu langsung
diterima. Esoknya, dia memberikan informasi kepada pejabat di Kabupaten
Banyumas dan Direktur Utama RSUD Margono Soekarjo, Tri Kuncoro, bahwa
ada 24 kamar tersedia untuk tenaga kesehatan.
Rumah sakit lalu membuat perjanjian dengan Brili. Isinya, menurut Tri Kuncoro,
Aksara Homestay menyediakan kamar gratis bagi tenaga kesehatan selama satu
bulan, sesuai dengan masa tugas di bangsal khusus penanganan pasien Covid-19.
Hingga Senin, 11 Mei lalu, rumah sakit itu menangani 17 orang positif corona
dan 111 pasien dalam pengawasan.
Awalnya Brili hanya memberikan fasilitas kamar, cuci pakaian, dan sarapan
gratis. Belakangan, fasilitas itu bertambah setelah banyak donatur membantu.
Para perawat mendapat makan siang dan malam lengkap dengan buah-buahan,
kudapan, serta vitamin. Menurut Brili, sokongan itu muncul setelah dia mencuit
soal penginapannya yang dihibahkan untuk para perawat di akun Twitter miliknya
pada 27 Maret lalu. Cuitan itu viral dan disukai oleh lebih dari 51 ribu akun.
Namun program gratis itu sudah ditiadakan. Menurut Brili, biaya operasional
untuk gaji karyawan dan fasilitas lain buat para perawat selama sebulan mencapai
sekitar Rp 65 juta. Biaya itu berasal dari kantong pribadinya, investor, dan para
donatur. Sekarang ia mengubah kamar menjadi berbayar, yaitu Rp 50 ribu per
hari, dari harga normal Rp 200 ribu. "Ingin bantu penuh, tapi sudah tidak ada dana
lagi," tutumya. Dia berharap bakal ada pemasukan supaya bisa menyiapkan
kamar gratis untuk tenaga kesehatan lagi.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo, Tri Kuncoro,
mengatakan perjanjian tidak diperpanjang karena rumah sakit membuka asrama
bagi para tenaga kesehatan. Meski begitu, masih ada beberapa perawat dari rumah
sakitnya yang menyewa kamar di Aksara Homestay. "Termasuk murah, sudah
dapat makan tiga kali," ujamya.
Menurut Martya, sejak program itu diluncurkan pada 22 April lalu, ada 200
tenaga kesehatan yang sudah mendapat kamar gratis. HHI menargetkan bisa
menyediakan kamar bagi 600 tenaga kesehatan. Elvi, perawat Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gator Soebroto yang tinggal di OYO Hotel Salemba, bersyukur
bisa mendapat kamar yang bersih dan nyaman. Menurut dia, fasilitas itu
membantunya dalam mengurangi stres setelah menangani pasien Covid-19.
Perusahaan rintisan penyedia kamar hotel kapsul, Bobobox, juga memberikan 100
kamar kapsul yang tersebar di Jakarta dan Jawa Barat untuk tempat istirahat bagi
tenaga medis. Di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung, kapsul
tersebut dikhususkan bagi para dokter. "Kami menyediakan kamar kapsul sampai
pandemi berakhir," ujar Manajer Pemasaran PT Bobobox Mitra Indonesia Ahmad
Qois. Adapun rumah sakit mengurus listrik, seprai, dan higienitas kamar.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, ANWAR SISWADI (BANDUNG), AYU CIPTA (TANGERANG), MADE
ARGAWA (BALI)
Pembuatanface shield yang dipelopooriBagas Pratondo Aji, dan dilanjutan untuk diberikan secara
gratis kepada tenaga medis di Klaten, Yogyakarta,Maret 2020. DokumentasiBagas Pratondo A j i
• Seorang pembuat aksesori sepeda merakit tameng wajah untuk paramedis saat
• Gerakan Majelis Mau Jahitin di Yogyakarta membuat lebih dari 5.000 baju
hazmat.
• Seniman juga turun tangan menghimpun donasi melalui karya seni yang
dibuatnya.
Selepas obrolan itu, istri Bagas, yang juga suster, memberitahukan hal serupa.
Bagas langsung mencari panduan dan gambar pola tameng wajah di Internet.
Diraihnya plastik mika bening dan karet ban sepeda yang telah dicuci bersih.
Menggunting bahan-bahan itu mengikuti pola cetakan, Bagas lalu menyatukannya
dengan klem. Voila. "Sampel pertama tameng wajah itu selesai dalam waktu 20
menit saja," kata Bagas ketika dihubungi pada 31 Maret lalu.
Menguji keandalan tamengnya, pria 28 tahun itu meminta ibunya, yang bekerja
sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro, membawa
satu sampel untuk dikenakan petugas di bangsal gawat darurat. Kala itu, rumah
sakit rujukan Covid-19 di Klaten tersebut telah merawat sejumlah orang dalam
pemantauan serta pasien dalam pengawasan. Setelah dipakai beberapa jam,
pelindung wajah buatan Bagas dinilai layak, meski perlu disterilisasi lebih dulu.
Order pertama sebanyak sepuluh unit datang dari bagian radiologi RSUP dr
Soeradji Tirtonegoro.
Informasi mengenai produk Bagas menyebar dengan cepat melalui media sosial
dan grup-grup percakapan. Menurut dia, pesanan yang masuk setiap hari berasal
dari sedikitnya 30 fasilitas kesehatan. Bagas biasanya akan mengirim langsung
tameng wajah itu ke fasilitas kesehatan walau permintaan alat datang dari
individu. "Kami menjaga agar tak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi dan
dikirim maksimal sepuluh unit saja supaya pembagiannya merata," ujarnya.
Di Yogyakarta, gerakan membuat alat pelindung diri bagi paramedis antara lain
dipelopori Budhi Hermanto. Inisiatif itu bermula saat Direktur Klinik Adhiwarga
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia itu menjalani uji cepat corona di
rumah sakit pemerintah di Yogyakarta. Ketika berada di ruang kontrol, dia
menyaksikan beberapa perawat tak mengenakan baju hazmat dan pelindung
muka.
Sepulang dari rumah sakit, Budhi berembuk dengan istrinya untuk menyediakan
alat pelindung bagi tenaga medis. Mereka menghubungi sejumlah penjahit
kenalan untuk diajak bergabung membuat baju hazmat. Menghimpun sedikitnya
60 penjahit dari delapan kelompok, Budhi menamai gerakan tersebut
"Mamajahit", akronim dari "Majelis Mau Jahitin". "Semua penjahit yang terlibat
tak mau dibayar sepeser pun," ujarnya.
Budhi hanya perlu menyediakan bahan dan pola baju medis. Begitu ada penjahit
yang mau bergabung, dia akan langsung mengirim barang-barang, seperti kain
dan ritsleting, ke sukarelawan tersebut. Di komunitas Mamajahit, tak ada patokan
jumlah pakaian hazmat yang wajib digarap.
Pemilikjahit rumahan Paksi Raras Alit menunjukkan prototipe hazmat yang dijahit gratis unruk
dokter dan perawat di rumah sakit Yogyakarta, 2 April 2020. TEMPO/Shinta Maharani
Krisis alat pelindung diri juga mendorong seniman turun tangan. Berkolaborasi
dengan grup olahraga Idselap, seniman sketsa Ariardian Pramunindyo
menggalang derma untuk pembelian alat pelindung bagi dokter dan perawat.
Nindyo-panggilannya-lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, bergabung
menghimpun donasi setelah diajak anggota Idselap, Dewi Satriyani. Menurut
Nindyo, Dewi memintanya menggambar sketsa wajah para calon donatur.
Ivan pernando di kawasan kontrakannya di Wisma Ciliwung, Bukit Duri Tanjakan, Tebet, 9 Mei
2020. Dokumen wartawan lintas media
• Di sejumlah daerah, para penghuni kos dan kontrakan tak bisa membayar
kewajibannya.
wabah berakhir.
Endang Yuliastuti, pemilik dua unit kontrakan di Kampung Gaga, Ciledug, Kota
Tangerang, Banten, juga membantu dua penghuni yang bekerja sebagai pedagang
keliling dan buruh harian. Setelah berdiskusi dengan suaminya, guru sekolah
menengah pertama di kawasan Mayestik, Jakarta Selatan, ini membebaskan
mereka dari kewajiban membayar sewa. Menurut Endang, para penghuni
kontrakannya termasuk orang yang paling terkena dampak wabah corona.
Salah satu pelapor, Ivan Pemando, berkisah, kontrakan yang ia huni di Wisma
Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, disegel pemiliknya pada 19 April lalu.
Pengojek online 30 tahun ini tak bisa membayar biaya sewa Rp 500 ribu per bulan
karena penghasilannya merosot drastis. Bersama istri dan dua anaknya, ia
terpaksa mengungsi ke rumah orang tuanya. "Barang-barang di kontrakan tak bisa
saya ambil," ucap Ivan, yang penghasilannya tinggal Rp 70 ribu per hari.
Ivan mengatakan sudah ada donatur yang memberinya duit Rp 200 ribu dan paket
kebutuhan bahan pokok. Menurut dia, bantuan ini bakal memperpanjang
napasnya dan keluarga hingga pertengahan Mei.
Tipu-tipu Koperasi lndosurya
Menghimpun Dana Nasabah
hingga Rp 10 Triliun
Suasana Kantor Indosurya di gedung Grha Surya, Setiabudi, Jakarta, 11 April 2020./TEMPO/M
Taufan Rengganis
• Polisi menetapkan petinggi Indosurya, Henry Surya dan Suwito Ayub, sebagai
Kepada seorang kerabat Karmila, koperasi menawarkan aset berupa rumah toko
di Ciledug, Kota Tangerang, yang nilainya Rp 3-4 miliar. Padahal saldo simpanan
kerabat Karmila di koperasi senilai Rp 11 miliar. Jika menerima tawaran tersebut,
nasabah hams meneken surat kesepakatan bahwa sertifikat bilyet Rp 11 miliar
yang diterbitkan koperasi tak berlaku lagi. Jika mereka menolak, koperasi akan
mencicil pembayaran selama 15 tahun.
Nasabah mulai kalut. Koperasi yang berdiri pada September 2012 ini mulanya
menyiasati dengan membolehkan penarikan dengan batas Rp 1 juta per nasabah
mulai 9 Maret. Tiap hari Indosurya membatasi hanya 50 orang di seluruh
Indonesia yang boleh menarik uang. Padahal jumlah nasabah Indosurya sekitar
8.000 orang dengan total simpanan mencapai Rp 10 triliun.
Koperasi Indosurya menawarkan bunga mulai 6,25 hingga 10,5 persen per tahun,
tergantung nominal simpanan. lmbal hasil ini jauh di atas bunga deposito bank
konvensional yang berkisar 4-6 persen. "Waktu itu saya ketemu Pak Henry
langsung. Dia bilang jangan khawatir. Dia memiliki perusahaan-perusahaan besar
yang tergabung dalam Indosurya Group," ujar Tien.
Bilyet Tien senilai Rp 30 miliar diteken langsung oleh Henry. Padahal nama
Henry sudah tak tercatat lagi di akta kepengurusan koperasi sejak Februari 2018.
Menurut Tien, setelah Indosurya gagal bayar, Henry menawarinya opsi cicilan
selama sepuluh tahun atau mengganti simpanan dengan tanah di Sentul, Bogor,
Jawa Barat, yang per meter perseginya diklaim seharga Rp 2,5 juta. Temyata,
setelah dicek, harga pasaran tanah di sana sekitar Rp 1 juta per meter persegi.
Waktu itu Tien belum mengambil keputusan. Dua bulan berlalu seusai pertemuan
dengan Henry, tak ada kabar lagi dari Indosurya. Tien belakangan tahu, Badan
Reserse Kriminal Kepolisian RI menetapkan Henry dan Direktur Operasional
Koperasi Indosurya Suwito Ay u b sebagai tersangka.
Menurut Ahmad Ramadhan, modus Henry dan Suwito adalah menghimpun dana
nasabah koperasi dengan memberikan bunga tinggi melampaui bunga bank.
"Mereka tidak mempunyai izin menghimpun dana masyarakat dari Bank
Indonesia," ujar Ramadhan.
Masyarakat yang menyimpan dana di sana selama dua tahun atau lebih juga tetap
berstatus sebagai calon anggota. Padahal, ketentuannya, status calon anggota
paling lama hanya tiga bulan. Tapi Kementerian Koperasi tak punya taring untuk
menghentikan penyimpangan Indosurya. Menteri Koperasi Teten Masduki
mengakui kewenangan lembaganya dalam membina koperasi selama ini kurang
bergigi. Berdasarkan Undang-Undang Koperasi, kewenangan Kementerian
Koperasi lebih diarahkan pada pembinaan, pelatihan, dan konsultasi.
--- O:OUclWm-t
oe,r,
C- "':..,-:::;::
":o:.
·-"!! •
-::.=,_=Q;i! ,_
ICAC.0.i;.,t,J, • S...-,iKo\C.M•
·-
1.,
·-
Mo , . - ..... - - _ . . . . . - ..
.,_ , - ....
........ ,,_
.,.,. . ·-
....
'·""''
L.._ =-m.
... ,
'°'11-...,.•JDl..l.llM L -
L7''l
,... ,..,
JA,1"..,.JOlllt.MUll•
,,_
if"laJW.,Aiu,Qtf.-,
•US1'
''"
�PafAk lt)'K
• ��,111"1 � n nQffl4"1.i IDR:2:$,QJf •Ofl-49't11'Ntrfl�bokhbnoli.buws
uinE� HtwOf.�lti'� bot'f.ilu.i lltptt N'£W CU:, � \ � � • 1 . t "'°"Wk:1t>PCP
Besaran bunga simpanan di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya Cipta yang ditawarkan oleh
Indosurya Inti Finance./Istimewa
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, dalam rapat itu Indosurya Group tak mengakui
hubungan hukum dengan Koperasi Simpan Pinjam Indosurya. Plang Koperasi
Simpan Pinjam Indosurya Cipta belakangan juga dicopot dan diganti dengan
lndosurya Finance. "Koperasi lndosurya dan grup keuangan lndosurya entitas
yang berbeda dari sisi kepemilikan," kata juru bicara OJK, Sekar Putih Djarot.
Licinnya Koperasi Indosurya dalam menghapus kaitan dengan grup usaha tempat
bemaung mendorong nasabah mencari pegangan. Pada 7 Mei lalu, sejumlah
nasabah menggelar rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat yang membidangi koperasi. Karmila dan sejumlah nasabah juga
beranjangsana secara khusus dengan anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan di Komisi VI, Darmadi Durianto, dan Hendrawan Supratikno di
Komisi XI, yang membidangi keuangan dan perbankan. Menurut Darmadi, dalam
pertemuan itu ia menanyakan faktor sebenamya yang membuat nasabah mau
menyimpan uangnya di Koperasi Indosurya. "Bunga tinggi belum tentu menarik
untuk menyimpan uang di koperasi," ucap Darmadi.
Kini Karmila Susanto tak lagi memikirkan memetik bunga tinggi dari lndosurya.
"Kami ingin mendapat kepastian bahwa kasus ini benar-benar diusut dan uang
kami kembali," ujamya.
Hilangnya Kesaksian Para Saksi
Kunci di Sidang Penyerang
Novel Baswedan
Tangkapan layar dari siaran langsung saat Saksi Nursalim mengecek bukti baju gamis milik Novel
Baswedan yang dibawa]aksa di Pengadilan Negeri]akarta Utara, 6 Mei 2020./Antara/Livia
Kristianti
• Jalcsa talc menghadirkan salcsi kunci kasus penyiraman air keras terhadap
Novel Baswedan.
• Keterangan para salcsi penting itu berbeda dengan penjelasan jalcsa dalam
dalcwaan.
• Bagian baju gamis Novel Baswedan yang terkena siraman air keras talc ada lagi.
SEPULUH hari berturut-turut, dua orang datang sebelum subuh dan pergi
menjelang terang tanah ke warung Nono di Jalan Deposito, Pegangsaan Dua,
Kelapa Gatling, Jakarta Utara. Minuman yang dipesan kedua tamu tak dikenal itu
selalu sama. Pria gempal memesan susu, sedangkan rekannya yang bertubuh agak
kurus memesan segelas kopi.
Penjelasan pria 41 tahun itu tak selaras dengan isi dakwaan terhadap Rahmat
Kadir Mahulette dan Ronny Bugis, dua anggota Brigade Mobil terdakwa
penyerang Novel. Menurut jaksa, Rahmat mengintai rumah kediaman Novel
menjelang tengah malam seorang diri. Pengintaiannya tersebut terjadi pada 8
April 2017 atau tiga hari menjelang peristiwa penyiraman.
Ronny Bugis/TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Dalam dakwaan disebutkan, Rahmat baru mengajak Ronny pergi ke sekitar rumah
Novel pada hari penyerangan. Ia tak menjelaskan maksud ajakannya, termasuk air
aki yang ia siapkan. Skenario penyerangan dirancang Rahmat selepas Novel
menunaikan salat subuh di Masjid Al-Ihsan yang berjarak puluhan meter dari
rumah sang penyidik. Rahmat meminta Ronny memboncengkannya mendekati
Novel yang sedang berjalan pulang, lalu menyiramkan air keras.
Akibat penyerangan itu, penglihatan Novel rusak. Mata kiri Novel tak tertolong
meski sudah diobati di Singapura. Sedangkan mata kanannya memburuk.
Menurut dakwaan, Rahmat menggunakan air aki untuk menyiram wajah Novel.
Cairan tersebut ia peroleh dari pul kendaraan satuan Brigade Mobil di Kelapa
Dua, Depok, Jawa Barat.
Setiyono ragu jika keduanya adalah Rahmat dan Ronny Bugis. Ia condong setuju
dengan sketsa wajah yang pemah dibuat Tempo dan polisi saat penyidikan.
Rekonstruksi wajah itu mengarah pada dugaan keterlibatan dua pria berinisial HH
dan MO. Belakangan, polisi membantah dugaan keterlibatan mereka. Menurut
polisi, keduanya berada di Malang, Jawa Timur; dan Bogor saat kejadian.
Keterangan Abdul Rahim Hasan, 41 tahun, imam Masjid Al-Ihsan, juga ragu
terhadap isi dakwaan. Ia menduga pengintaian terhadap Noveljuga dilakukan
sehari menjelang penyerangan. Seorang pria mirip Ronny ia temui saat akan
menunaikan salat subuh di Al-Ihsan. Pria tersebut datang bersama pria lain yang
berbalut jaket hitam dan mengendarai sepeda motor.
Hasan tak mengenali pria berjaket hitam karena wajahnya tertutup helmfullface
yang membekap seluruh wajah. Ketika berpapasan, pria itu duduk di atas sepeda
motor. Mesinnya masih menyala. Menurut dia, motor yang mereka gunakan
adalah Yamaha Byson, bukan jenis matic seperti yang diakui para terdakwa dalam
berkas tuntutan. "Mereka tidak salat, hanya menunggu di luar masjid," katanya.
Nono, Setiyono, dan Hasan mengaku sudah menyampaikan kesaksian itu kepada
polisi. Tapi berkas pemeriksaan mereka tak digunakan polisi ataupun jaksa untuk
keperluan pembuktian. Ketiganya tak mengerti mengapa belum menerima surat
panggilan untuk bersaksi dalam persidangan. "Ada banyak saksi lain di sekitar
perumahan ini yang juga tidak dipanggil," ucap Hasan.
Menurut Arif, peristiwa itu tak memiliki kaitan dengan persidangan Ronny dan
Rahmat. Menjadikannya sebagai motif yang melatari perbuatan pelaku dinilai tak
berdasar. Pemeriksaan Ombudsman RI pun menyimpulkan bahwa kasus sarang
burung walet merupakan upaya kriminalisasi terhadap Novel. "Isu ini sengaja
diangkat kembali untuk mengalihkan perhatian publik," ujar Arif.
Respons Kepala Seksi Penerangan Hukurn Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Nirwan
Nawawi juga tak berbeda. Ia mengaku tak mengetahui jumlah saksi yang
diperiksa polisi dan alasan di balik pemilihan para saksi untuk keperluan sidang.
"Saya lengkapi data <lulu," ujamya.
RIKY FERDIANTO
• Kasus pelarungan jenazah tiga ABK asal Indonesia oleh kapal berbendera Cina,
bertanggung jawab.
dalam negeri dan meminta pemerintah Cina membantu pengusutan kasus ABK
asal Indonesia.
alat pelindung diri dan obat dari Korea Selatan dan Jepang serta pemulangan
DARI Korea Selatan, kabar pelarunganjenazah tiga warga negara Indonesia yang
bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Cina menyulut kehebohan di Tanah
Air. Peristiwa yang pertama kali dilaporkan stasiun televisi MBC pada Rabu, 6
Mei lalu, itu seketika viral di berbagai pemberitaan dan media sosial di Indonesia.
Kasus ini tak luput membuat sibuk Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari
Marsudi. Ia mengerahkan para diplomat di Jakarta, Beijing, hingga Seoul untuk
menelusuri persoalan yang melibatkan perusahaan asal Cina itu. "Kami juga
meminta pemerintah Tiongkok membantu kami mendalami isu ini karena ini kan
pihak swastanya," kata Retno dalam wawancara khusus dengan Tempo, Jumat, 8
Mei lalu.
Saya ingin membaginya begini, cerita pertama tentang 46 ABK yang bekerja di
empat kapal berbendera Tiongkok. Ada kapal Long Xing 629, Long Xing 605,
Tian Yu 8, dan Long Xing 606. Di kapal Long Xing 629, misalnya, ada 15 ABK
kita yang bekerja di sana. Satu orang di antaranya, EP, meninggal saat kapal
merapat di Busan, Korea Selatan. Jadi saat mereka sudah di darat, satu orang
sakit, lalu dirawat dan akhimya meninggal karena memiliki penyakit bawaan
pneumonia. Nah, 15 ABK itu, baik yang sehat maupun yang meninggal, sekarang
sedang dipulangkan. Jadi soal penanganan ABK di kapal pertama ini bisa
dikatakan done.
(Retno telah bertemu dengan 14 anak buah kapal di Balai Karantina Bambu
Apus, Jakarta Timur, Ahad pagi, 10 Mei lalu. Mereka tiba dua hari sebelumnya
pada pukul 15.15. Jenazah EP juga tiba pada hari yang sama. Dari pertemuan
itu, Retno mendapat informasi tentang persoalan pembayaran gaji dan jam kerja
mereka yang rata-rata lebih dari 18 jam per hari.)
Kapal kedua ada delapan WNI, kapal ketiga ada tiga WNI. Semuanya sudah
kembali pada 24 April lalu. Jadi bisa dikatakan dua kapal ini done. Kapal terakhir
isinya 20 ABK. Sebanyak 18 orang sudah kembali pada 3 Mei lalu. Dua orang
lainnya masih di kapal dan dalam proses pemulangan. Ini cerita pertama
mengenai penanganan 46 ABK Indonesia yang bekerja di empat kapal berbendera
Tiongkok. Relatif hampir selesai semuanya. Cerita kedua yang banyak keluar di
media sosial adalah mengenai pelarungan tiga jenazah WNI. Jadi intinya begini,
yang meninggal itu ada empat orang. Satu yang tadi di Busan. Dua orang lainnya,
SP dan AL, dari Long Xing 629 meninggal pada Desember 2019. Kapal berlayar
di Samudra Pasifik dekat Samoa. Duta Besar Indonesia di Wellington, Selandia
Baru, yang melaporkan. Saat itu, kami sudah bergerak.
Dari keterangan kapten kapal, dan ini perlu diinvestigasi lagi, WNI yang
meninggal itu karena penyakit menular. Untuk memproteksi awak kapal yang lain
dan sudah dengan persetujuan awak kapal yang lain, jenazah dilarung atau
dikubur di laut. Menurut Organisasi Perburuhan Intemasional (ILO) memang ada
istilah burial at sea. Ini bukan hal yang pertama kali terjadi. Tapi di ILO diatur
dalam kasus apa jenazah awak kapal bisa dikuburkan di laut.
Apa ketentuannya?
Ada beberapa ketentuannya, antara lain kalau penyakitnya menular, kapal tidak
memiliki sistem pendingin, kapal berada jauh dari pelabuhan. Kapal-kapal ini
adalah kapal longline yang biasanya mengambil ikan di laut lepas. Jadi jauh dari
sana-sini. Karena itu, dalam investigasi nantinya keterangan yang kami inginkan
dari perusahaan adalah apakah semua ketentuan ILO sudah dipenuhi.
Satu ABK itu, AR, sakit pada 26 Maret lalu. Ini dari kapal yang sama (Long Xing
629). Saat itu, dia akan ditransfer ke kapal Tian Yu 8 agar mendapat pengobatan
karena mencari pelabuhan yang terdekat. Tapi, belum sampai berobat, dia
meninggal pada 30 Maret. Lalu dikuburkan di laut esoknya. Menurut informasi
dari pihak perusahaan, sudah ada persetujuan dari keluarga. Ini sekali lagi
informasi dari perusahaan. Semua informasi yang masuk akan diverifikasi lebih
lanjut oleh pemerintah.
Kami menjalin komunikasi dengan Duta Besar Tiongkok di Jakarta. Intinya kami
meminta pemerintah Tiongkok membantu kami mendalami isu ini karena kan ini
swastanya. Tapi akan lebih gampang bagi kami kalau antar-pemerintah bekerja
sama mendalami isu ini. Kami minta pemenuhan tanggung jawab dari perusahaan
Dalian Ocean Fishing Co Ltd terhadap para awak kapal. Duta Besar Tiongkok
menyampaikan pemerintah Tiongkok akan memastikan
perusahaan Dalian memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukum yang
berlaku dan kontrak yang disepakati.
Itu yang akan kami dalami. Prinsipnya begini, kalau human trafficking berarti
harus ada unsur bahwa apa yang mereka alami itu tidak sama dengan apa yang
dijanjikan. Misalnya yang dijanjikan adalah mereka digaji seribu, tapi temyata
mereka hanya digaji berapa ratus. Lalu dijanjikan bekerja selama delapanjam
setiap kali shift, temyata dipekerjakan selama 20 jam, atau bekerja hanya pada
satu kapal tapi temyata ditransfer. Ada yang misalnya boleh cuti pulang setiap
berapa bulan tapi temyata tidak terjadi. Ini yang harus kami dalami.
Perlindungan warga negara Indonesia merupakan salah satu prioritas politik luar
negeri. Dari waktu ke waktu, perlindungan ini tidak makin mudah karena
mobilitas orang makin tinggi, lalu wilayah-wilayah konflik makin lebar. Soal
tenaga kerja Indonesia itu, banyak sekali yang di hulunya harus diperkukuh.
Kalau hulunya tidak kukuh, tidak jelas rekrutmennya, akan berimbas pada
hilimya. Misalnya untuk rekrutmen yang tidakjelas, apalagijika tanpa kontrak
atau kontraknya lemah, maka otomatis hak-hak untuk perlindungan mereka juga
lemah. Terkadang para tenaga kerja kita saat menandatangani kontrak tidak
membacanya dengan detail. Kalau disodori kertas bayangannya mendapatkan
pekerjaan. Maka dengan serta-merta kontrak tersebut ditandatangani.
Kalau di hulu tidak dirapikan, warga negara kita akan selalu menjadi korban. Ada
pihak-pihak yang banyak mengantongi uang dengan praktik-praktik seperti ini di
atas penderitaan orang banyak dan tidak berkemampuan. Saya bersemangat dan
agak emosi juga kalau berbicara tentang perlindungan. Mereka ini sebenamya
justru harus lebih banyak dilindungi karena tidak mampu. Tapi masih ada orang
yang terns memanfaatkan ketidakberdayaan mereka untuk
kepentingan kantongnya. Ini harus diputus .
•••
Mengenai obat dan vaksin selalu saya bawa dalam berbagai forum intemasional
dan pembicaraan dengan berbagai menteri luar negeri. Yang kita alami saat
berbicara mengenai obat dan vaksin adalah soal ketersediaannya. Katakanlah obat
dan vaksinnya ada, apakah negara-negara miskin dapat memiliki akses dan bisa
membeli dengan harga terjangkau. Saat berbicara pandemi, kita berbicara soal
kemanusiaan. Kalau di satu bagian dunia pandemi ini tidak bisa dikelola dengan
baik, walaupun di bagian lain sudah selesai, bukan tidak mungkin bagian itu akan
terinfeksi lagi karena kita hidup di dalam desa besar bemama dunia. Ini yang
harus dipahami negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan besar farmasi.
Pertemuan Menlu RI dengan ABK WNI yang baru kembali dari Seoul setelah bekerja di Kapal
berbendera Cina. Jakarta 10 Mei lalu./Dok. Kementerian Luar Negeri
So far mereka menunjukkan keterbukaan. Tapi harus terns kita suarakan karena
vaksinnya sedang dikembangkan dan obatnya dalam uji
klinis. Once they are there, vaksin ditemukan dan diujicobakan pada manusia
dan obatnya berhasil, saya berharap sikap negara-negara maju dan industri
farmasi besar dunia tetap memperhatikan isu kemanusiaan.
Kita tahu peristiwa ini unprecedented dan extraordinary. Kalau <lulu negara lain
sedang kesusahan, misalnya kena angin topan, ada bagian dunia lain yang tidak
kena dan bisa membantu. Kalau sekarang sak ndonya iku keno kabeh (seluruh
dunia terkena). Kita bisa lihat negara-negara maju dengan teknologi tinggi,
memiliki sistem kesehatan relatifbaik, temyata harus berjibaku
mengatasi pandemi. Dalam kondisi seperti ini, tiap negara tidak bisa berharap
akan ada bantuan besar dari negara lain. Tapi, dalam konteks kemitraan, kita
masih bisa menjalin kerja sama dengan 101 pihak intemasional, 9 di antaranya
negara dan 10 organisasi intemasional. Paling banyak adalah 82 dari lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan swasta asing. Sejauh ini,
bentuk kerja samanya untuk pemenuhan keperluan medis dan obat.
Kasusnya kita sama-sama butuh. Tapi hubungan personal yang baik itu akan
sangat membantu hubungan resmi yang baik. Saya dekat dengan Menteri Luar
Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha. Maka, setiap kali ingin bicara, saya
hanya cukup kirim teks, "Kyung-wha, can I call?" Kalau tidak sedang rapat, dia
biasanya langsung balas. Jadi saya bisa langsung telepon dia. Saat itu isunya
ketersediaan APD. Korea Selatan sudah lama sebenamya memiliki investasi di
sini. Mereka kirim bahan baku untuk pembuatan APD, dijahit dan dikemas di
Indonesia. Dalam kondisi biasa, pesanan ini dikembalikan ke Korea Selatan. Tapi
kan tidak elok dalam kondisi seperti ini kalau semua yang sudah dipesan
dikembalikan begitu saja. Kita juga sudah mengeluarkan aturan untuk membatasi
ekspor (perlengkapan medis dan APD).
Lalu saya bicara bahwa ini sudah beyond contract. Korea Selatan berhak bilang
itu barang mereka, tapi please consider elemen lain. Akhimya kami bisa sepakat.
Kesepakatannya menu.rut saya is one o f the best results. Kita tidak hanya
mendapat 50-50, tapi juga ke depan bisa memperoleh bahan baku yang melebihi
kebutuhan mereka. Mereka setuju. Awalnya sekitar 110 ribu APD, waktu itu
kondisi kita kritis banget. Jadi negosiasinya membahas urusan nyawa.
Begitu deal done, kita bisa menyelamatkan banyak pekerja medis. Hal yang sama
terjadi untuk surgical gown dan obat Avigan dari Jepang.
Soal isu WNI, saya bicara soal repatriasi, bukan evakuasi. Jadi pulang secara
mandiri. Ini terkait dengan isu Malaysia dan ABK karena jumlahnya cukup besar.
Per 7 Mei lalu, sebanyak 71.659 WNI sudah pulang dari Malaysia. Sebagian besar
pekerja migran.
Di seluruh dunia sudah ada 723 orang yang terpapar Covid-19 per 7 Mei lalu.
S e b a r a n n y a di berapa negara?
Kasus meninggal di m a n a s a j a ?
Amerika Serikat, Arab Saudi, Belanda, Inggris, Jerman, Singapura, Malaysia, dan
Turki. Ada juga ABK di kapal Oasis of the Seas, Viking Star,
dan Costa Fascinosa.
Vaksin Covid-19 Covid-19 Virus Corona Kapal Asing dan Pencurian Ikan
Nelayan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi
Pola Korporasi di Kala
Pandemi: Beramai-ramai
Meminta Restrukturisasi
Utang
Deretan pesawat Garuda Indonesia di bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, 2 Maret lalu.
TEMPO/Tony Hartawan
di masa pandemi.
napas perusahaan.
IKAN lagi di laut, lada garam sudah di sengkalan. Kadung berpikir langkahnya
bakal menolong bisnis keluarganya yang sedang kusut, Kurnia Lesani Adnan
malah menerima "surat cinta" dari lembaga pembiayaan.
Lesani, generasi kedua pemilik perusahaan otobus PT SAN Putra Sejahtera (SAN
Group), adalah satu dari 3,8 juta debitor yang kepincut oleh program keringanan
utang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11 Tahun 2020.
Berlaku pada 16 Maret lalu, kebijakan stimulus restrukturisasi kredit dan
pembiayaan ini merupakan bagian dari langkah penyelamatan ekonomi nasional
yang terpukul pandemi Covid-19.
Merasa usahanya terkena dampak langsung wabah karena armada SAN Group tak
beroperasi sejak 24 April lalu, Lesani nekat mogok membayar cicilan leasing bus.
Dia mengira keringanan itu turun otomatis. Walhasil, pemberi utang melayangkan
surat peringatan kepada perusahaannya. "Surat itu dibarengi dengan status
kolektabilitas utang perusahaan yang naik," kata Lesani, Ahad, 10 Mei lalu.
Tak mau riwayat kredit perusahaannya cacat, Lesani buru-buru mengontak dua
perusahaan sewa guna usaha. Di dua lembaga pembiayaan nonbank milik swasta
tersebut, SAN Group punya tanggungan sebesar Rp 18 miliar. Dari dua pilihan,
membayar pokok atau bunga pinjaman, Lesani memilih yang terakhir. "Semua
pembiayaan swasta seperti itu. Ya sudah, jalani dulu sekuatnya," tutur Ketua
Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia tersebut.
Awalnya, oleh Presiden Joko Widodo, stimulus penundaan utang dibingkai buat
usaha mikro, kecil, dan menengah. Tercakup dalam kelompok ini antara lain sopir
ojek yang mengangsur sepeda motor hingga nelayan yang mencicil perahu.
Pokoknya, rakyat kecil yang tersapu wabah.
Barn dalam POJK Nomor 11 Tahun 2020 penerima keringanan utang meluas dan
lebih jelas, yakni semua lapis warga dan usaha. Yang berhak menerimanya adalah
debitor yang mengalami kesulitan keuangan karena terkena dampak langsung
ataupun tak langsung Covid-19. Mereka terutama pelaku usaha di sektor
pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan
pertambangan.
Keringanan juga dapat diberikan kepada pengusaha di luar sektor bisnis tersebut
asalkan bisa membuktikan telah menjadi korban pandemi, seperti adanya
kesulitan keuangan. Selain itu, kredit yang macet adalah yang pertama kali
dialami debitor, bukan pinjaman yang sedari dulu bobrok.
Program keringanan utang yang berlaku mulai 31 Maret 2020 hingga 31 Maret
2021 ini menjadi oasis bagi debitor konsumsi dan produktif untuk
memperpanjang napas mereka. OJK mencatat, sampai 10 Mei lalu, perbankan
sudah merestrukturisasi utang 3,88 juta debitor dengan total kredit Rp 336,97
triliun. Separuh dari jumlah debitor itu adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah dengan nilai kredit Rp 167, 1 triliun.
Melihat sudah banyak debitor yang mendapat keringanan kredit, Wimboh makin
yakin program ini baik buat nasabah dan pemberi utang. Nasabah mendapat
keringanan pembayaran cicilan. Sedangkan kreditor, baik bank maupun lembaga
pembiayaan, tidak perlu mencadangkan sejumlah dana bila ada kredit yang mulai
macet. Dengan begitu, likuiditas lembaga keuangan tetap terjaga. "Jadi saya heran
kalau disebut ada bank dan lembaga keuangan tidak ikut program ini," kata
Wimboh. "Semua ikut karena ini insentifbagi mereka."
Pendek kata, Sahid mendapat penangguhan pembayaran pokok dan bunga bank
yang akan dihitung ulang setelah periode keringanan berakhir. Haryadi merasa
beruntung karena berutang kepada bank yang masuk kategori bank umum
kelompok usaha (BUKU) 3 dan 4, yang punya pundi-pundi tebal. Lain cerita bila
kreditomya berstatus BUKU 1 atau 2, apalagi lembaga pembiayaan yang
kantongnya mulai tipis. "Cadangan likuiditas mereka enggak banyak," ucap
Haryadi. "Akhirnyajadi debat kusir saja kalau minta keringanan."
Nasib sedikit mujur juga menghampiri PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pada
30 April lalu, maskapai milik negara yang sudah ngos-ngosan itu mendapat
pinjamanjangka pendek senilai US$ 50 juta-sekitar Rp 775 miliar-dan Rp 2
triliun dari sesama perusahaan pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. BRI juga menyiapkan fasilitas bank garansi senilai US$ 200 juta kepada
GIAA-kode emiten Garuda.
Di tengah gembosnya arus kas perusahaan, perpanjangan fasilitas kredit dari BRI
itu menjadi penyambung napas perseroan. "Lender sudah tahu ini urusan
memperpanjang napas," tutur Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra,
Senin, 11 Mei lalu.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, seusai menjalani
pemeriksaan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa, 13 November
2018. Wimboh Santoso diperiksa sebagai saksi untuk pengembangan penyelidikan kasus tindak
pidana korupsi aliran dana bailout Bank Century. TEMPO/Imam Sukamto
Irfan menjelaskan, pinjaman dari BRI itu adalah perpanjangan fasilitas kredit
tahun lalu. Hingga 31 Desember 2019, perseroan belum menggunakan fasilitas
kredit senilai US$ 375,6 juta yang disediakan BRI dan bank lain milik negara.
Irfan mengakui negosiasi keringanan utang, baik penundaan pembayaran maupun
perpanjangan periode fasilitas kredit, sekarang memang lebih gampang dengan
bank-bank besar, terutama bank milik negara.
Behan Garuda memang berat. Ada ratusan juta dolar Amerika Serikat tunggakan
Garuda yang harus dilunasi dalam dua bulan ke depan. Salah satu sangkutan
tersebut adalah surat utang global senilai US$ 500 juta-sekitar Rp 7,75 triliun-
yang jatuh tempo pada 30 Juni 2020.
Menurut Irfan, Grup Garuda tengah intens bernegosiasi dengan beberapa bank
untuk membicarakan restrukturisasi tersebut. "Kami juga memahami isu likuiditas
bank saat ini," ujar lrfan. "Sesama BUMN juga saling tahu. Yangjelas, jangan
sampai ada pihak yang merasa terkorbankan."
KHAIRUL ANAM
Menteri Keuangan Sri Mulyani membacakan pandangan pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi
Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN TA 2021 dan pengambilan
keputusan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 atau Perppu Corona menjadi UU, di Gedung DPR, Jakarta,
12 Mei lalu. ANTARA/Muhammad Adimaja
surat utang.
• Silang pendapat antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia soal acuan
bunga.
RAPAT virtual antara Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dan Komite Stabilitas
Sistem Keuangan yang sudah di ujung itu panjang lagi gara-gara satu perkara.
Dalam setengah jam waktu tambahan, Rabu, 6 Mei lalu, anggota parlemen
terbelah antara mendukung Menteri Keuangan Sri Mulyani atau Gubemur Bank
Indonesia Perry Warjiyo. Mereka berbantah mengenai perlu-tidaknya
menuangkan ketentuan imbal hasil khusus surat utang negara buat modal
penanganan Covid-19.
Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Ecky Awal Mucharam,
menentang usul Misbakhun, yang dianggapnya mengganggu independensi bank
sentral. Kesepakatan bunga surat utang, menurut Ecky, sebaiknya diserahkan
kepada Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. "Tinggal bagaimana
pemerintah meyakinkan BI biar dapat bunga khusus itu," tuturnya.
Pada 14 April lalu, misalnya, Kementerian Keuangan melelang surat utang negara
dengan nilai penawaran yang masuk mencapai Rp 27,65 triliun. Dalam lelang itu,
imbal hasil rata-ratanya 7,96 persen; 7,54 persen; dan 8,21 persen. Adapun dalam
lelang 5 Mei, dengan nilai yang didapat sebesar Rp 18, 1 triliun, imbal hasil rata-
rata tertimbang mencapai 6,19 persen; 7,4 persen; dan 8,44 persen. Angka ini
dianggap kelewat mahal.
Masalahnya, BI membeli surat utang itu tetap dengan acuan imbal hasil pasar
yang diterbitkan Penilai Harga Efek Indonesia. "Itu mekanismenya," ujar Perry
Warjiyo dalam konferensi virtual, Rabu, 29 April lalu.
Sejumlah anggota DPR, seperti Dolfie O.F.P dari Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dan Suprianto dari Fraksi Gerindra, menengahi silang
pendapat ini. Keduanya sepakat surat utang negara yang diterbitkan Kementerian
Keuangan yang akan dibeli BI harus menggunakan bunga khusus. Perkara
penentuannya dipasrahkan pada kesepakatan kedua belah pihak. Itulah yang
menjadi kesimpulan rapat, sementara kini sedang dicari kesepakatan antara
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
KHAIRUL ANAM
Sinyal Pasar
Indeks S&P 500, yang sempat terjun dari level 3.400 pada akhir Febrnari menjadi
2.209 pada 23 Maret lalu, sudah melompat 30 persen dari titik terendah itu
menjadi 2.912 pada Senin, 11 Mei lalu. Indeks juga cenderung terns menanjak.
Suntikan The Fed kali ini memang sungguh dahsyat. Dalam tempo tak sampai dua
bulan, The Fed menyiramkan triliunan dolar ke ekonomi dan pasar. Aset The Fed
menggelembung dari sekitar US$ 4,3 triliun sebelum serangan pandemi menjadi
US$ 6,62 triliun pada akhir April lalu. Ini rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Itu pun belum akan berhenti. Banyak analis memperkirakan The Fed bakal terns
mengguyur pasar hingga neracanya menggelembung sampai US$ 9 triliun. Yang
membedakan gerakan agresifThe Fed kali ini dengan langkah sernpa pada krisis
2008-2009 bukan hanya soal jumlahnya yang sangat luar biasa, tapi juga jenis
aset yang menjadi sasaran pembelian. Sementara pada 2008 The Fed hanya
membeli obligasi terbitan pemerintah Amerika, kali ini surat utang korporasi
dengan peringkat tidak layak investasi pun jadi sasaran.
Singkat kata, The Fed sedang melakukan bailout besar-besaran, membandari
ekonomi Amerika supaya tidak kolaps. Agar tingkat pengangguran tidak kian
meledak-data terakhir sudah menunjukkan 33 juta orang-The Fed
menyuntikkan dana langsung ke korporasi, suatu hal yang selama ini merupakan
tabu. The Fed seolah-olahjuga sedang berperan sebagai Tuhan, menentukan mana
perusahaan yang pantas bangkrut dan mana yang boleh tetap hidup.
Efek kebijakan itu tentu merambat ke seluruh dunia. Suntikan dana sebesar itu
pasti merembes juga ke pasar lain, termasuk negara berkembang. Setidaknya ada
optimisme bahwa ekonomi dan pasar keuangan tidak akan kolaps karena The Fed
mempertaruhkan segalanya. Salah satunya di Jakarta. Indeks harga saham
gabungan yang pada akhir Maret lalu terperosok di bawah angka 4.000 kini
membal kembali ke atas 4.500. Demikian pula rupiah, yang sempat terbang ke
level 16.500 per dolar Amerika, kini relatiftenang dengan nilai tukar di bawah 15
ribu per dolar.
Salah satu indikator yang menunjukkan pasar mulai berjaga-jaga melihat langkah
agresif The Fed adalah melonjaknya harga emas. Pergerakan harga logam mulia
ini menarik lantaran sempat jatuh juga ketika wabah Covid-19 mulai menghantam
dunia, dari US$ 1.680 per troy ounce pada 9 Maret menjadi US$ 1.450 seminggu
kemudian. Kala itu, investor lebih suka memegang dolar Amerika sebagai wahana
berlindung di masa yang tidak pasti. Tapi, setelah The Fed sangat agresif
mencetak dolar, harga emas langsung melonjak tajam. Terakhir, Senin, 11 Mei
lalu, harga emas sudah mencapai US$ 1.700.
Apakah ini awal gejala kehidupan barn yang muncul setelah pagebluk Covid-19?
Bisa jadi bukan hanya kehidupan sosial yang akan berubah drastis. Pasar finansial
dan tatanan ekonomi global pun mungkin terpaksa bermutasi dengan sangat cepat.
Jika benar neraca The Fed di akhir tahun ini menggelembung menjadi US$ 9
triliun, terpaksa atau tidak karena tiadanya altematif, apakah pasar global masih
bisa menerima dan mempercayai dolar sebagai mata uang cadangan devisa?
Kalau kepercayaan itu benar runtuh, sungguh ironis. Ekonomi sedigdaya Amerika
dan dolamya terpaksa lengser dari takhta hanya karena SARS-CoV-2 yang tak
kasatmata.
Bagaimana Negara-negara
Menjadi Represif Saat Pandemi
Covid-19
Warga kota Shangai beraktivitas ditengah pandemi corona, dengan latar belakang poster
pemerintha Cina dalam menangai Covid-19, di Shangai, Cina, 23 MAret 2020. REUTERS/Aly Song
kebebasan berekspresi.
ELANEL Egot Ordidor, pekerja asal Filipina, barn tiga tahun menjadi pengasuh
di Yunlin County, Taiwan. Di sela tugasnya hariannya, dia mengikuti
perkembangan situasi negaranya. Dalam video yang dibuat pertengahan April
lalu, ia seolah-olah bertanya kepada Presiden Rodrigo Duterte apakah tidak
pemah memikirkan bahwa penutupan Luzon dan wilayah lainnya untuk
mencegah penyebaran wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) akan
membuat orang Filipina mati kelaparan sebelum terbunuh oleh virus corona.
Duterte menutup Luzon pada 16 Maret lalu. Video Ordidor yang sempat viral di
media sosial itu mendapat perhatian atase tenaga kerja Filipina di Taichung, Fidel
Macauyag. Ia menilai Ordidor mendiskreditkan Duterte dan bisa dijerat pasal
pencemaran nama dalam Undang-Undang Nomor 10175. Dalam sebuah surat
bertanggal 25 April 2020, ia meminta Ordidor dideportasi.
___
Pvns)11t
t- . . . . . . . . . . .. Lilllll-lalr,
lanpal,(111 . . . . . ....
_.............
....
.........
. . . . . . . . . . 11 . . . ,
_ . . . . . .o n
Mrella . . . . . . - BE\AN.DA
.••. ..
-•Tlr18'"""AWP-usli
Ptrsttlkat•l'l81ngH·B4n&H
. . . . . . , . . . . . . . _ 10Aprll202.0
• ••
. ••
_ T.AJtl<l'iTAt.i
•• .. •• •• •
••
•• ..
OSNIA JUAKI eCIN-A
.-
,RAN
■
K05'11/0
.. •• •
GHANA
• ••
•
l�DON�
■-
BOLIVIA • • ■■
tc.>.t8.0J.i!!
■
•
'
J11i.,EIABW(
™41U• 0
AH'Ui<A SUMIDI/I
Sn!lJAtt i i R U _ 0
l!Mlla- """"91,_tlmllfl>d.od
Berbagai tekanan oleh negara sebenamya sudah muncul saat corona baru
ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, pada Desember 2019. Li Wenliang,
dokter 34 tahun yang memperingatkan soal adanya virus ini, malah ditangkap
polisi dan dipaksa menandatangani pemyataan yang mengecam peringatannya
sendiri sebagai rumor tidak berdasar dan ilegal. Li kemudian meninggal pada 7
Februari lalu karena terinfeksi virus yang diperanginya.
Pengacara hak asasi manusia Cina, Chen Qiushi, dibawa pergi pada 7 Februari
lalu dan "dikarantina" selama 24 hari. Ia terkenal karena liputannya tentang protes
di Hong Kong dan wabah corona. Jurnalis warga Fang Bin, yang juga pengusaha
dari Wuhan, tidak terdengar kabamya sejak menghilang pada Februari lalu. Li
Zihua, mantanjurnalis CCTV7, dikabarkan menghilang pada 26 Februari lalu
ketika sekelompok pria tak dikenal datang ke rumahnya dan membawanya pergi.
Sebuah laporan baru-baru ini dari kelompok riset siber yang berbasis di Toronto,
Kanada, Citizen Lab, menemukan aplikasi pertukaran pesan Cina, WeChat, juga
layanan streaming video YY, memblokir kombinasi kata kunci yang memuat
kritik terhadap Presiden Xi Jinping dan kebijakan yang terkait dengan corona.
Platform itu juga diwajibkan memberikan informasi kepada pemerintah Cina
untuk memfasilitasi penindakan keras terhadap mereka yang punya pendapat
berbeda atau melakukan gerakan sosial.
Cina membela diri dalam soal ketatnya pengawasan dan sikap keras terhadap
warganya. "Setiap langkah yang kami ambil adalah menghindarkan orang dari
terpapar virus dan menyelamatkan hidup orang sebaik mungkin .... Pencegahan
dan kontrol menjadi prioritas utama di semua tingkat pemerintahan," kata Zhou
Jian, Duta Besar Republik Rakyat Cina untuk Qatar.
Sejumlah negara lain membuat regulasi baru sebagai bagian dari upaya
memerangi wabah Covid-19. Niat awalnya mungkin mengendalikan penyebaran
informasi palsu, tapi kenyataannya aturan itu kerap dijadikan pintu masuk untuk
menekan aspirasi dan kritik dari warganya.
Parlemen Rusia, pada 31 Maret 2020, meloloskan amendemen terhadap Pasal 207
Undang-Undang Hukum Pidana. Di bawah undang-undang baru, mereka yang
ditemukan dengan sengaja menyebarkan "informasi palsu" tentang masalah serius
bagi keselamatan publik, seperti Covid-19, akan dihukum denda hingga 23 ribu
euro dan penjara maksimal lima tahun. Badan hukum, seperti media, juga bisa
didenda hingga 117 ribu euro jika menerbitkan apa yang oleh pihak berwenang
dianggap sebagai informasi yang keliru tentang wabah tersebut.
Pada Maret lalu, Rusia juga memperkenalkan denda bagi orang-orang yang
menyebarkan informasi yang salah atau menghina negara di media konvensional
dan media sosial. Dalam aturan sebelumnya, pelanggaran terhadap aturan
penerbitan berita palsu bisa dihukum dengan sanksi administratif atau denda dan
pemblokiran situs web. Dalam ketentuan baru ini, pelakunyajuga bisa dihukum
penJara.
Galina Arapova, direktur dan pengacara media senior di Mass Media Defence
Center, mengatakan penguatan regulasi ini akan berdampak buruk pada jurnalis
yang menulis tentang pandemi. "Ini cara untuk mengendalikan media dan ruang
Internet serta narasi dari respons pemerintah terhadap krisis," ucapnya kepada
International Press Institute.
"Secara efektif, jika pemerintah tidak menyukai apa yang ditulis jumalis tertentu
terkait dengan wabah-tentang tingkat kematian, pengujian, atau kurangnya
peralatan pelindung-jika informasi tersebut terlalu kritis atau berasal dari
sumber "tidak resmi", itu dapat dipandang sebagai tindakan kriminal dan bisa
dihukum," ujar Arapova.
Anggota Pengamanan Nasional Rusia, mengenakan masker selama perayaan Victory Day, di
Kalningrad, Rusia, 16 April 2020. REUTERSNitaly Nevar
India juga kembali menutup Kashmir dan memblokir jaringan Internet di daerah
yang mayoritas penduduknya muslim ini setelah ada kasus pertama Covid-19 di
sana. Dengan penutupan ini dan penerapan aturan baru, masjid, yang biasanya
penuh lima kali sehari untuk salat, menjadi kosong dan pasar pun tutup. Pada 4
Mei lalu, wilayah berpenduduk 12,5 juta ini hanya mencatat 701 kasus dan 8
kematian.
India memiliki reputasi terkenal dalam mematikan Internet. Tidak ada negara
bagian yang aksesnya dibatasi lebih dari Jammu dan Kashmir, yang mengalami
55 kali pemadaman Internet pada 2019-termasuk yang terpanjang dalam sejarah,
213 hari, ketika Modi menutup daerah ini sejak Agustus tahun lalu.
ABDUL MANAN (RAPPLER, NEW YORK TIMES, TIME, VICE, SUNWEBHK.COM, VOA)
Penukaran mata uang asing, yang memperlihatkan Rial Iran dan Dollar Amerika di Basra, Irak,
November 2018./REUTER/FILE/ESSAM AL SUDANI
• Iran mengganti mata uangnya dari rial ke toman untuk menekan inflasi yang
tinggi.
• Mata uang toman dipakai masyarakat Iran pada zaman dahulu, tapi masih
menyelamatkan ekonomi.
"Saat ini, kesenjangan mata uang kita dengan dolar dan euro begitu mengerikan.
Satu rial setara dengan 0,000006 euro, yang dianggap sangat lemah di dunia,"
kata Hemmati. "Nilai mata uang nasional telah turun karena inflasi kronis selama
lima dekade."
Menurut Brodsky, wabah corona tampaknya akan memukul sektor jasa, yang
menjadi andalan utama ekonomi Iran sekarang. Penutupan perbatasan negara
akibat pandemi juga berpotensi menghalangi perdagangan Iran dengan negara
jiran. "Rezim harus mengambil keputusan sulit dalam kondisi demikian dan,
sayangnya, utang dari kesalahan manajemen selama berpuluh-puluh tahun yang
telahjatuh tempo."
Iran mengubah mata uangnya dari dinar ke rial pada 1932 sebagai bagian dari
modernisasi ekonomi pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Toman
sebelumnya merupakan mata uang nasional pada zaman Dinasti Qajar (1785-
1925). Tapi sebenarnya masyarakat Iran hingga kini masih menggunakan toman
dalam jual-beli sehari-hari. Meski sering membingungkan orang asing,
penggunaan toman memudahkan penduduk dalam bertransaksi dengan nilai
jutaan dan miliaran rial.
Menurut surat kabar Tehran Times, rencana perubahan mata uang ini sudah
dibahas dan disepakati oleh kabinet Presiden Hassan Rouhani pada Juli tahun lalu.
Kebijakan ini dibuat untuk mempertahankan nilai mata uang nasional serta
memfasilitasi dan memulihkan peran uang tunai dalam transaksi dalam negeri,
selain untuk menekan biaya penerbitan uang kertas dan koin. Langkah ini pun
untuk memudahkan masyarakat dalam transaksi sehari-hari, seperti menghitung
harga telur dan ayam yang bisa mencapai puluhan ribu rial. "Praktis, rial
digantikan toman dalam transaksi sehari-hari akibat akumulasi inflasi yang terjadi
dalam beberapa tahun belakangan ini," tulis koran tersebut.
Inflasi yang tinggi telah menggerogoti nilai rial. Di pasar, US$ 1 kini setara
dengan 150 ribu rial, meski secara resmi pemerintah mematoknya 42 ribu rial.
Pada Kamis, 7 Mei lalu, Pusat Statistik Iran (SCI) mengumumkan bahwa tingkat
inflasi dalam setahun ini menembus 42 persen untuk makanan, minuman, dan
rokok. Rata-rata tingkat inflasi secara keseluruhan naik antara 34 dan 37 persen
dibanding tahun lalu. Sejak Maret 2019, Bank Sentral Iran dan lembaga
pemerintah lain tak lagi mengumumkan laporan ekonomi sehingga SCI menjadi
satu-satunya lembaga yang menerbitkan laporan ekonomi meski tidak berkala.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa tingkat inflasi Iran pada
2019 mencapai 41,1 persen dan pada 2020 diprediksi berada di level 34,2 persen.
Penyebab utama angka inflasi tinggi itu adalah jatuhnya nilai mata uang Iran,
terutama karena sanksi ekonomi Amerika, khususnya sanksi di sektor
perminyakan yang memangkas ekspor minyak mentah Iran sebesar 90 persen
dibanding sebelum sanksi dij atuhkan pada 2017.
Sejak Revolusi Islam pada 1979 yang menggulingkan Shah Reza Pahlevi, Iran
terns mengalami inflasi. Menurut data CBI, hanya ada empat tahun fiskal dengan
inflasi satu digit. Pemerintah sebenarnya sudah menimbang untuk mengubah mata
uang sejak 1994, ketika inflasi berada di angka 48 persen. Pada 2010, Presiden
Mahmud Ahmadinejad mengumumkan akan menghapus tiga angka nol pada mata
uang untuk menghadapi sanksi berbagai negara terhadap program nuklimya.
Kedua rencana itu gagal karena para pejabat tak bersepakat soal penerapannya.
Ketika Hassan Rouhani berjanji menurunkan inflasi pada 2016, untuk pertama
kalinya inflasi turun menjadi satu digit dalam 26 tahun terakhir.
Kini bank sentral benar-benar akan mengeluarkan mata uang baru dengan
memangkas angka nol pada mata uang lama. Tapi orang-orang sangsi dampaknya
akan menekan inflasi. "Kebijakan itu lebih banyak berdampak secara psik:ologis
karena, ketimbang membayar 250 ribu rial untuk sekotak telur, Anda cukup
membayamya seharga 25 toman," tutur seorang jumalis yang berbasis di Iran
kepada TRT World.
Lebih buruk lagi, Zimbabwe menghapus 12 angka nol di dolar Zimbabwe pada
puncak krisis ekonomi 2009, yang tingkat inflasinya diperkirakan mencapai 89, 7
miliar triliun persen. Uang kertas dengan nilai terbesar saat itu adalah 100 triliun
dolar Zimbabwe, yang tak cukup untuk membeli setangkup roti. Negeri itu
dipaksa menyingkirkan sama sekali mata uangnya dan beralih ke dolar Amerika,
rand Afrika Selatan, dan sejumlah mata uang lain.
REUTERS)
Orang tua dari A r i (24), salah satu Anak Buah Kapal (ABK) Long Xing 629 di Desa Serdang
Menang, Ogan KomeringIlir, SumateraSelatan, 9 Mei 2020. ANTARA/Triyan
Wahyudi
Menurut Retno, para anak buah kapal menyampaikan kerap bekerja lebih dari 18
jam per hari. Bahkan mereka pemah tak menerima gaji. Retno menilai perlakuan
tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
BERNIAT mencari duit, anak buah kapal asal Indonesia di Long Xing 629 malah
mengalami perlakuan buruk. Kapten kapal diduga menganiaya fisik dan mental
mereka.
- Jam kerja lebih dari 18 jam per hari. Mereka bahkan hams bekerja 48 jam tanpa
istirahat jika ikan sedang melimpah.
- Pekerja asal Indonesia mengalami diskriminasi. Mereka minum air hasil
penyulingan, sedangkan awak lain menikmati air mineral dalam kemasan.
- Pemotongan gaji pada tiga bulan pertama bekerja.
- Hanya menerima gaji US$ 120, padahal kontrak mencantumkan upah US$ 300
perbulan.
- Kontrak menyebutkan mereka bekerja di kapal Korea Selatan, nyatanya milik
pemsahaan asal Cina.
- Mengalami berbagai penyakit akibat mengkonsumsi ikan yang di g u n akan untuk
umpan.
- Awak kapal lain memakan sayuran segar, sedangkan pekerja asal Indonesia
makan sayur dan ayam yang dibekukan 13 bulan sebelumnya.
- Kontrak kerja melemahkan posisi pekerja Indonesia, seperti hams mematuhi
perintah kapten, jam kerja tak terbatas, tak boleh mengeluh, dan hams menerima
makanan yang disajikan.
Kemungkinan lain, tak ada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini jika pemerintah
Saudi menutup pintu bagi jemaah haji Indonesia dan negara lain. Pemerintah
menetapkan 20 Mei 2020 sebagai batas waktu menunggu keputusan Saudi soal
pelaksanaan ibadah haji.
Terdakwa mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar,di Pegadilan Tindak
Pidana Korupsi, Jakarta, 2 April 2020. TEMPO/Imam Sukamto
Emir juga diminta mengembalikan uang sebesar Sin$ 2, 1 juta dan denda Rp 1
miliar subsider tiga bulan bui. Ia disebut menerima suap Rp 46 miliar dari pendiri
PT Mukri Rekso Abadi, Soetikno Soedarjo, dan menerima fasilitas berupa
penginapan di Bali senilai Rp 69 juta serta penyewaan jet pribadi senilai US$
4.200. Adapun Soetikno divonis enam tahun bui dan denda Rp 1 miliar.
Vonis tersebut lebih rendah dari tuntutanjaksa, yaitu 12 tahun penjara. Jaksa
ataupun Emir belum menyatakan sikap untuk mengajukan permohonan banding.
Menurut Husein, aturan itu memberikan mandat luas kepada TNI untuk mencegah
terorisme, tapi tak merinci peran tersebut. Direktur Lembaga Bantuan Hukum
Pers Ade Wahy u din menilai ketidakjelasan itu bisa mengaburkan peran lembaga
lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan kepolisian.
Koalisi menilai pelibatan TNI hanya ideal untuk penanganan terorisme di luar
negeri, seperti pembebasan warga negara Indonesia. Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. dan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor
Jenderal Sisriadi tak menjawab saat dimintai tanggapan soal penolakan tersebut.
Tim medis mengambil sampel darah saat Rapid Test Drive Thro di Kemenhub, Jakarta, 20 April
2020. TEMPO/Tony Hartawan
Pemerintah menggunakan alat ini secara masif setelah corona mewabah. Kimia
Farma mengimpor 300 ribu alat bermerek Biozek dari Inzek Intemasional Trading
BV di Belanda. Belakangan, diketahui, alat tersebut diduga diproduksi di Cina
oleh Hangzhou AllTest Biotech Co Ltd. Hasil penelitian sejumlah lembaga
menemukan akurasi alat tersebut rendah.
Menurut Doni, petunjuk yang paling akurat memang menggunakan alat swab test.
Inzek dalam rilisnya pada 10 Mei lalu membantah jika alat tesnya disebut tak
akurat. Mereka mengklaim akurasi Biozek lebih dari 95 persen.
Anak Buah Kapal (ABK) Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Emirsyah Satar
Doni Monardo PT Garuda Indonesia Ibadah Haji Retno LP Marsudi
Kisah Dokter Zaman Belanda:
Melawan Wabah tanpa APD
Vaksin anak di salah satu desa dekat Bondowoso oleh seorang dokter jawa, 1910./KITLV
• Dokter pribumi dan mantri menjadi pahlawan bumiputra dalam wabah pes di
• Tenaga medis di tengah wabah pes turun tanpa alat pelindung diri.
• Para dokter lulusan STOVIA juga aktif dalam pergerakan dan aktif sebagai
jurnalis.
Cipto tak hanya menjadi pahlawan bagi Pesjati. Ia juga ada di garda depan dalam
penanggulangan wabah pes di Malang. Sejarawan dari University of Sydney,
Australia, Hans Pols, dalam buku Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para
Dokter Indonesia, menyebutkan Cipto-lah yang pada 1912 mengajukan diri untuk
dipindahtugaskan ke dekat Malang agar bisa turun tangan membantu korban
wabah pes. Sebelumnya, ia membuka tempat praktik pribadi di Solo, Jawa
Tengah. Cipto kemudian mendapat bintang Order of Orange Nassau dari Kerajaan
Belanda atas jerih payahnya dalam mengatasi wabah. "Kejemihan pandangan
politik dan pengabdiannya memerangi wabah penyakit membuat namanya harum
di kalangan pribumi," kata Pols dalam bukunya.
Namun, karena Cipto adalah orang yang eksentrik, penghargaan bergengsi itu
ditolaknya. Sejarawan dari Universitas Indonesia, Syefri Luwis, mengatakan,
setelah kelar berbakti di Malang pada 1912, Cipto sibuk dengan urusan politik
bersama sejawatnya, seperti Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat. Pada
1920, Cipto kembali ke Solo dan bemiat membantu penanganan wabah di sana.
Namun ketidakharmonisan hubungan Cipto dengan pemerintah, juga
perlawanannya yang kerap menjengkelkan pejabat Hindia Belanda, membuat
upaya itu dilarang. "Cipto lalu menaruh medali penghargaan di bokongnya. Ia
melawan dan meledek pemerintah," ujar Syefri saat dihubungi pada Senin, 6
April lalu.
Bukan sekali itu saja Cipto berisik melawan sikap tidak adil pemerintah kolonial.
Putra sulung keluarga aristokrat di Semarang itu adalah lulusan School tot
Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yang <lulu adalah Sekolah Dokter
Djawa. Sementara kebanyakan lulusan STOVIA mengenakan pakaian ala dokter
Belanda yang menyimbolkan kelas sosial lebih tinggi, tidak demikian dengan
Cipto. Dia mengidentifikasi diri sebagai orang biasa dengan mengenakan pakaian
Jawa sederhana dan merokok kretek.
Cipto juga kerap membuat kontroversi karena karaktemya yang tak kompromistis.
Bahkan ia memilih putus hubungan dengan Boedi Oetomo seusai kongres
pertama karena organisasi itu dianggapnya terlalu elitis dan konservatif. Ketika di
Malang, turunnya Cipto juga menjadi sikap perlawanannya terhadap Belanda.
Menurut dosen sejarah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Martina Safitry,
yang meneliti peran mantri dan dokter pribumi saat pagebluk pes di Malang,
kebanyakan dokter Belanda tak mau berjibaku di lapangan. Selain karena sikap
diskriminatif-hanya mau membantu sesama Eropa-mereka takut tertular
penyakit dari pasien yang kebanyakan adalah petani.
Inisiatif Cipto menjadi penting karena pada masa itu penyebaran wabah makin tak
karuan. Dia pun turun tanpa alat pelindung diri yang memadai, yang pada saat itu
memang belum banyak diproduksi. Saban hari bergelut dengan kondisi rakyat
jelata yang dihabisi wabah pes, Cipto lantang berteriak kepada pemerintah. Ia tak
bisa menerima perlakuan pemerintah kolonial kepada bangsanya di tengah wabah,
yang membuat korban jatuh bertambah banyak. Gaji dokter Jawa sendiri, kata
Martina, juga jauh lebih rendah daripada penghasilan dokter Eropa. "Perlakuan-
perlakuan tidak adil itulah yang membuat dokter Cipto vokal di koran dan
mengobarkan semangat nasionalisme," ucap Martina, yang tesisnya membahas
dokter dan mantri pes di Hindia Belanda.
Pengalaman keseharian di lapangan membuat mereka peka terhadap isu sosial dan
ekonomi warga. Terlebih secara konsisten para dokter, termasuk Cipto,
berhadapan langsung dengan penderitaan manusia dari beragam kelas sosial dan
etnis. Hal ini kemudian membuat mereka menyadari pasiennya tak hanya
menderita penyakit, tapijuga kemiskinan, kekejaman, dan kondisi kerja yang
buruk. Cipto menuliskan kritik tajamnya kepada sejumlah media. Salah satunya
De Express. Ia juga menggratiskan biaya berobat bagi masyarakat miskin, sama
dengan yang dilakukan dokter Soetomo.
Hans Pols dalam bukunya menyebutkan bahwa sekolah dokter-dalam hal ini
STOVIA-pada masa itu menjadi tempat munculnya kesadaran baru tentang
politik, bahkan mengilhami lulusannya berpartisipasi dalam gerakan nasionalis.
Organisasi Boedi Oetomo, yang mengadvokasi akses pendidikan modem, pun
diprakarsai para pelajar kedokteran seperti Wahidin dan Soetomo. Komitmen
terhadap ilmu kedokteran adalah hal yang membuat sejumlah pemuda
membayangkan negara baru yang merdeka dan sehat. Itu yang kemudian
memotivasi mereka untuk, pertama-tama, mengkritik penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di era kolonial.
Para dokter itu juga menjadi kelompok pribumi pertama yang dapat menembus
lingkungan sosial kaum Eropa. Di sisi lain, dokter Eropa memendam permusuhan
yang kuat dan terbuka terhadap sejawatnya yang pribumi akibat frustrasi akan
status sosial mereka. Pada awal abad ke-20, muncul dokter-dokter pribumi yang
aktif di Perkumpulan Dokter Hindia Belanda (Vereeniging van Indische Artsen),
seperti W.K. Tehupeiory, Jeremias Kaijadoe, dan Abdul Rasjid. Ada juga dokter
yang aktif sebagai jumalis dan penulis, yakni Abdul Rivai, lulusan pertama
Sekolah Dokter Djawa yang mendirikan majalah dua mingguan Bintang Hindia
Belanda
•••
Rumah yang tadinya berbahan bambu juga dianjurkan diganti dengan tembok.
Namun, karena tak semua warga mampu merenovasi, pemerintah melakukan
pemaksaan lewat pembakaran rumah-rumah penduduk sehingga membuat situasi
makin mencekam.
Abdul Rivai, dokter dan editor Bintang Hindia dan majalah lainnya, 1902./KITLV
Pada 1935, lahir sekolah khusus mantri di Purworejo. Sekolah ini mendapat
bantuan operasional dari Rockefeller Foundation, yang berbasis di Amerika
Serikat. Belakangan, spesialisasinya makin variatif. Bukan hanya mantri pes, ada
juga ahli di bidang cacar dan kakus. "Sebelum ada sekolah mantri, semua tugas
itu diemban dokter STOVIA. Namun kemudian mantri pes membantu tugasnya,"
tutur Martina.
ISMA SAVITRI
Penulis Buku Sejarah Dokter
Indonesia: Wabah
Mengajarkan Politik
Hans Pols./sydney.edu.au
SAAT wabah pes terdeteksi di Malang, Jawa Timur, pada 1911, para dokter muda
lulusan STOVIA turun ke lapangan, termasuk dr Cipto Mangunkusumo. Mereka
mengobati pasien di kampung-kampung tanpa alat pelindung diri, karena pada
masa itu perlengkapan medis tersebut belum ditemukan. Aksi mereka heroik
lantaran, pada saat yang sama, banyak dokter Hindia Belanda menolak berdekatan
dengan penyakit mematikan tersebut.
Penulis buku Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia, Hans
Pols, mengatakan para dokter STOVIA tak hanya menjadi pahlawan di tengah
wabah, tapi juga bergelut dengan politik praktis. Sebagian dari mereka aktif di
organisasi dan lantang menyuarakan nasionalisme lewat tulisan di surat kabar.
Daya kritis mereka salah satunya disulut sikap pemerintah kolonial terhadap kaum
pribumi yang diskriminatifkala wabah terjadi. Berikut ini petikan wawancara
dengan pengajar di Jurusan Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan University of
Sydney, Australia, itu.
Ada dokumen resmi seperti laporan tahunan STOVIA, artikel surat kabar tentang
kesehatan dan pengobatan, juga surat antardokter. Saya memfokuskan pada
banyak publikasi medis, termasuk dari Asosiasi Dokter Hindia, untuk menggali
gagasan mereka. Pada 1970-an, banyak dokter menulis otobiografi. Saya juga
mencari sumber pendukung lain karena mengetahui ingatan mereka bisa saja tidak
sempurna. Sayajuga mewawancarai dokter senior, seperti (almarhum) Profesor
Koestedjo dari Bandung. Dia pergi ke Batavia Medical pada circa 1940 dan
kisahnya sangat menarik. Penelitian saya berlangsung sekitar sepuluh tahun, tapi
tidak penuh waktu.
Ini benar-benar kebetulan. Ibu saya lahir di Menteng pada 1938, sementara nenek
dan nenek buyut saya lahir di Yogyakarta. Jadi saya punya sejarah keluarga di
Indonesia. Namun saya barn berkesempatan datang ke Indonesia setelah pindah
ke Sydney, Australia, pada 2002. Di Indonesia, saya disarankan bertemu dengan
orang-orang yang punya ketertarikan juga pada sejarah kedokteran, yakni
Profesor Firman Lubis dan Rushdy Hoesein. Mereka mengajak saya berkunjung
ke Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta, yang dulu gedung STOVIA. Dari
situ saya makin tertarik pada bahasan soal STOVIA.
Masker medis ketika itu adalah hal barn, termasuk di Barat. Di daerah tropis,
sangat sulit menjaga semuanya steril. Bahkan pakaian pelindung tidak membuat
perbedaan selama wabah. Cara penularan utama adalah melalui gigitan n y a m u k -
sama seperti demam berdarah saat ini. Jadi peralatan pelindung pribadi
sebenamya tidak ada bedanya. Yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan
kelambu dan pengusir nyamuk atau membunuh semua tikus. Sebab, nyamuk
dapat menginfeksi manusia setelah menggigit tikus yang terinfeksi. Namun tetap
saja menjadi dokter pada saat itu sangat berisiko. Bahkan banyak dokter yang
tertular tuberkulosis dari pasiennya.
Ada beberapa dokter seperti itu, misalnya Abdul Rivai, yang menerbitkan Bintang
Hindia dan banyak menulis di surat kabar. Juga Soetomo, Radjiman
Wediodiningrat, dan beberapa lainnya. Mereka serius berpolitik dan menjadi
anggota parlemen kolonial. Sebagian dokter juga mengetahui metafora fisiologis
yang penting dalam situasi politik ketika itu. Misalnya istilah "tubuh sosial" atau
juga pengibaratan kolonialisme sebagai kanker.
Di Jawa ketika itu ada juga mantri pes. Secara spesifik, apa
bedanya dengan dokter biasa?
Mereka adalah asisten dokter. Mereka tidak mendapat pelatihan medis penuh, tapi
tahu cara menangani penyakit pes.
Dokter zaman itu merasakan tanggung jawab sosial yang kuat. Banyak yang
merasakannya hari inijuga. Namun, sayangnya, mereka tidak benar-benar
didukung pemerintah. Ada kekurangan peralatan medis, alat pelindung diri, dan
ini sangat menyedihkan. Dan, ya, para tenaga medis pada akhirnya
mempertaruhkan nyawa mereka. Padahal semestinya kondisi itu bisa dihindari.
ISMA SAVITRI
Virus Corona
Yang Berubah di Hindia
Belanda setelah Flu
Spanyol Berlalu
,.n
K,,,..,.rt...,,? ... u c m 7
HI .f.<l-Hht'
.T 0,;/1 AA41 1 M
b
°1"1..a..,.:- '?1:J''
; <
r
-'itr
ln '7\llh1 HYI0...-1Ml'f
am
'111.t'liM M ) ) 1M 11M,it,_,
"1""'f""'f;;'ci.,,.R,, :il'..s;""'
.......
M.Ja..n.t.t1A 5; 4.:, \ • .J, 9,
'°7..
am"Yl-fJ,."Aww"'J'l >
¥ ; t j ' f U
ffl.-'fif . 1""1,.'14:J>.....,,-;.._m
Potongan cerita ini ada dalam buku berbahasa Melayu terbitan Balai Pustaka pada
1920. Steve Ferzacca menceritakan ulang kisah dalam buku berjudul Awas!
Penjakit Influenza tersebut pada esai "Governing Bodies in New Order Indonesia"
di buku New Horizons in Medical Anthropology. Ferzacca menyoroti upaya
pemerintah Hindia Belanda mengkampanyekan pengobatan berlandaskan sains
lewat pendekatan cerita rakyat agar lebih mudah diterima. Alur ceritanya meniru
epos Ramayana, saat Rama berusaha mengambil hati Dewi Sinta lewat sayembara
unjuk kebolehan. Cara ini dipakai setelah banyak masyarakat memilih percaya
pada pengobatan tradisional di tengah pandemi influenza 1918 yang memakan
jutaan korban jiwa.
Dalam lanjutan kisah itu, Pandjang meneruskan orasinya dengan menjelaskan
bahwa virus influenza menular lewat air liur orang yang sakit. Jika virus itu
masuk ke tubuh, sel darah putih akan memeranginya. Untuk membantu
pemulihan, Pandjang menyarankan si sakit menyelimuti diri, menurunkan demam
dengan kompres dingin, makan makanan bergizi, dan minum obat bemama tablet
Bandoeng. Berkat ilmu pengetahuannya, Pandjang berhasil memenangi
sayembara itu.
Informasi dalam buku itu dikemas tim kesehatan pemerintah kolonial dan
disebarluaskan oleh Direktur Pendidikan dan Agama (Onderwijs en Eeredients).
Selain berbahasa Melayu, sejarawan epidemi Tubagus Arie Rukmana
menyebutkan, buku pedoman diterbitkan dalam bahasa Jawa dan ditulis
menggunakan huruf Jawa pula. "Buku disusun dalam bentuk percakapan di antara
tokoh-tokoh punakawan yang populer di tengah masyarakat," kata Arie lewat
wawancara tertulis.
Dikutip dari Yang Terlupakan, buku Lelara Influenza antara lain berisi informasi:
Influenza bisa mengakibatkan sakit panas dan batuk, mudah menular, asalnya
dari abu atau debu, berhati-hatilah jangan sampai bertindak ceroboh yang bisa
mengakibatkan munculnya debu ....
... orang yang terkena panas dan batuk tidak boleh ke luar rumah, harus tidur
atau istirahat saja. Badannya diselimuti sampai rapat, kepalanya dikompres,
tidak boleh mandi....
Lelara Influenza menjadi buku berbahasa Jawa yang populer hingga lama setelah
pandemi influenza, yang juga disebut flu Spanyol, berlalu. Data peminjaman
Taman Pustaka yang dikutip dari makalah berjudul "Balai Pustaka dan Kesehatan
Umum" oleh W. B. Horton menunjukkan buku tersebut dipinjam lebih dari 3.000
kali setiap tahun sepanjang 1926-1930. "Ilmu kedokteran disampaikan melalui
percakapan antara Semar, Gareng, Petruk, dan Prabu Kresna sehingga buku ini
sangat menarik untuk dibaca," tulis Horton.
Sampul Buku "Awas Penyakit Influenza"./Dok. Syefri Luwis
Wabah flu Spanyol, yang diperkirakan memakan korban 20-50 juta jiwa,
merevolusi banyak hal di dunia. Hindia Belanda, yang kehilangan 1,5-4 juta
penduduk, berbenah diri agar tak tersapu pandemi lagi. Perkembangan kedokteran
berbasis masyarakat lebih diperhatikan. "Di Hindia Belanda, pengerahan
mahasiswa STOVIA terjadi karena jumlah penderita penyakit meningkat tajam di
luar Batavia. Komitmen memperkuat STOVIA makin besar," ujar Arie Rukmana.
Pada skala global, pandemi flu Spanyol memaksa perang segera dituntaskan.
Pandemi ini disebut berperan dalam Perjanjian Perdamaian Paris yang
menyepakati penghentian Perang Dunia I. Karena banyak anggota delegasi
terjangkit flu, negosiasi perdamaian menjadi lebih lunak. Peneliti sejarah Alfred
W. Crosby dalam tulisan "Flu and The Paris Peace Conference" berargumen
bahwa kelemasan dan kelelahan akibat flu-lah yang berhasil mewujudkan Liga
Bangsa-Bangsa. "The new normal setelah pandemi flu adalah menuntaskan
perang dan memperkuat kerja sama intemasional," tutur Arie.
Kewajaran lain yang muncul akibat pandemi adalah makin terbukanya data.
Menurut Arie, wabah pada 1918-1919 nyaris hilang dari buku sejarah dan budaya
populer karena tak ada transparansi informasi. Jika dibiarkan, hal ini dapat
menurunkan tingkat kewaspadaan generasi selanjutnya saat wabah melanda
kembali. "Kebebasan pers menjadi kenormalan baru," ujamya.
Covid-19
Kiai Tunggul Wulung, Pusaka
untuk Menghalau Flu Spanyol
PUSAKA keramat berupa kain sutra bertulisan "la ilaha illallah" dan "nashrun
minallah wa fathun Qarib" diarak keliling kota saat wabah flu Spanyol
menyerang Yogyakarta pada 1918. Kain berwama ungu itu dihiasi gambar pedang
yang ujungnya terbelah dua. Dalam sejarah Islam, pedang itu di g u n akan Ali bin
Abi Thalib--sahabat, menantu, dan sepupu N abi Muhammad-untuk Perang
Badar.
Seperti dalam tradisi kirab Keraton Yogyakarta, kirab pusaka Kiai Tunggul
Wulung diarak prajurit keraton yang mengenakan peci mirip prajurit Turki saat
wabah flu Spanyol menyerbu. Mereka membawa panji Kiai Tunggul Wulung
yang diikatkan pada tombak.
Bendera mirip Kiai Tunggul Wulung, menurut Kasori, ada sejak era Kesultanan
Demak pada 1479-1554. Saat menyerbu Portugis, Demak menggunakan panji
Fatahillah karena dibawa panglima perang Fatahillah bersama prajurit Cirebon
dan Banten pada 1526-1527. Saat itu hubungan antara Turki, Demak, dan Jawa
sangat dekat. Panji yang mirip dengan Tunggul Wulungjuga tersebar di
Kesultanan Aceh dan Kesultanan Luwu.
Panji Kiai Tunggul Wulung itu digunakan secara turun-temurun oleh sultan dan
panglima kesultanan Islam di Jawa dan Nusantara. Pangeran Sambemyawa di
Mangkunegaran menggunakan panji tersebut sewaktu berperang melawan
Belanda. "Orang Islam di Jawa menganggap Tunggul Wulung sangat sakti," ucap
Kasori.
Kiai Panji Tunggul Wulung Yogyakarta diwariskan oleh Sultan Agung (1613-
1646), yang mendapat gelar sultan dari Turki Utsmani pada 1641. Pada 1638,
Sultan Agung mengirim utusannya kepada SyarifMekah dengan membawa
hadiah supaya mendapat gelar sultan. Utusan itu lalu pulang membawa oleh-oleh
berupa panji dengan tulisan kalimat-kalimat Al-Quran dan pedang Ali dari Syarif
Mekah yang berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani.
Dalam Babad Diponegoro tertulis Sultan Agung mengirim utusan ke Mekah, lalu
ke Turki. Kemudian utusan itu membawa oleh-oleh berupa panji atau bendera.
Panji itu merupakan kiswah atau kain penutup Ka'bah. Kesultanan Yogyakarta
menyebutnya sebagai Kiai Tunggul Wulung.
Sultan Agung menggunakan panji Kiai Tunggul Wulung itu sebagai tolak bala
wabah yang menimpa Kerajaan Mataram. Kiai Tunggul Wulung diarak di sekitar
Kotagede, Yogyakarta, pada 1622. Sultan Agung lalu mewariskan panji itu
kepada Amangkurat hingga sampai ke Sultan Hamengku Buwono X.
Pada 9 Februari 2015, saat membuka Kongres Umat Islam Ke-6 di pendapa
keraton, Sultan Hamengku Buwono X menyebutkan soal bendera Kiai Tunggul
Wulung dan Kiai Pare Anom yang bertulisan syahadatain. Kiai Tunggul Wulung,
menurut Sultan Hamengku Buwono X, terakhir kali diarak pada 1946. Dalam
pidatonya di Turki saat menerima gelar doctor honoris causa bidang kebudayaan
pada 2013, Sultan mengatakan duplikat Kiai Tunggul Wulung disimpan di
keraton.
Sejarawan asal Australia, Merle Calvin Ricklefs, dalam bab "Masyarakat Jawa
dan Islam pada 1930-an" buku berjudul Mengislamkan Jawa, menulis bahwa
masyarakat Jawa meyakini keluarga kerajaan Jawa mempunyai kekuatan magis-
mistis. Kepercayaan itu ditunjukkan dengan cara Yogyakarta menangkal wabah
yang menyerang Kotagede pada 1931.
Di Kotagede terdapat makam pendiri Dinasti Mataram, Senopati ing Alaga
(meninggal sekitar 1601) dan Panembahan Seda ing Krapyak (meninggal pada
1613)-ayah Sultan Agung. Pada 1931, wabah pes menyerbu sehingga warga
kota yang lebih kaya memilih meninggalkan rumah-rumah mereka untuk pindah
ke tempat lain.
Warga yang kurang beruntung tetap tinggal sembari berjaga setiap malam karena
takut penyakit akan datang dan mengambil nyawa mereka kala tertidur pulas.
Dia juga menyebutkan Kiai Tunggul Wulung dan Kiai Slamet diarak pada 187 6
dan 1892. Ketika itu, wabah menyerbu Kota Yogyakarta. Saat flu Spanyol
menyerang pada 1918, Kiai Tunggul Wulungjuga diarak pada 1918. "Keyakinan
umum adalah wabah berhenti setelah pusaka diarak," tulis Ricklefs.
SHINTA MAHARANI
Flu Spanyol dalam Memori
Hindia Belanda
Suasana Auditorium Oakland, California, Amerika Serikat, yang menjadi rumah sakit sementara
saat pandemi Flu Spanyol, 1918./wikimedia
Peristiwa pada 1918 itu mendorong Basiang menjadi dokter. Dia kemudian
menjadi orang Toraja pertama yang menempuh pendidikan medis hingga ke
Eropa. Adapun penyakit yang merenggut nyawa orang-orang di desanya itu
adalah wabah influenza yang secara turun-temurun diceritakan orang Toraja
dengan nama ra 'ba biang, yaitu ketika kematian datang ibarat ilalang yang
berjatuhan karena tebasan angin.
Dalam catatan pemerintah kolonial Hindia Belanda kala itu, sekitar 300 dari 3.000
penduduk Toraja tewas ditebas flu. Saat ini, kita masih dapat menemukan sebuah
kuburan massal di Toraja tempat rangka manusia dibiarkan terserak alih-alih
dimakamkan satu per satu dalam liang terpisah layaknya tradisi setempat.
"Mereka yang meninggal tidak sempat dimakamkan dengan proses yang sesuai
karena pengantar jenazah pun banyak yang meninggal," kata sejarawan pandemi,
Tubagus Arie Rukmana, lewat wawancara tertulis.
Fritz Basiang./A Toraja Pilgrimage: The Life of Fritz Basiang
Sempat ada pendapat yang menyatakan influenza lebih mudah menular di dataran
rendah dibanding di dataran tinggi. ''Namun tidak terbukti karena Magelang dan
Tana Toraja yang rata-rata wilayahnya berada di atas 3.000 meter di atas
permukaan laut juga mencatat kasus influenza mematikan," ujar Arie, yang turut
menulis buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda.
Surat kabar juga tampak kebingungan dalam memberitakan penyakit ini. Salah
satu berita paling awal yang menyinggung adanya wabah influenza dimuat De
Sumatra Post edisi 4 Juli 1918. Berita singkat itu mengabarkan sebuah epidemi
yang sedang merebak di Singapura menimpa hampir setengah populasi dengan
gejala nyeri sendi, sakit kepala, dan sakit pinggang. Nama penyakit itu masih
disebut bergantian antara "penyakit Singapura", "flu Rusia", dan "penyakit
rakyat". Sepuluh orang dikabarkan meninggal. Tapi, dalam edisi 16 Juli 1918,
koran itu meyakinkan bahwa, "Penyakit ini tak berbahaya dan mirip flu biasa
dengan gejala sakit kepala, demam, dan nyeri sendi. Aspirin cukup untuk
mengobati. Tak ada alasan untu1c khawatir."
Istilah "flu Spanyol" mulai digunakan dalam artikel "De Epidemie" yang dimuat
Bataviaasch Nieuwsblad pada 18 Juli 1918. Artikel ini melaporkan flu Spanyol
sudah menyebar di antara ratusan anggota batalion Belanda di Batavia. Dinas
Kesehatan Sipil juga telah menerima laporan tentang merebaknya penyakit serupa
di pantai timur Sumatera dan di Surabaya. Penyakit ini disebut berkaitan dengan
pandemi yang sedang menyerang seluruh dunia dan belum ditemu1can obatnya.
Artikel disertai imbauan mencegah penyebaran penyakit dengan cara segera
meninggalkan pekerjaan dan mengisolasi diri jika terkena demam yang disertai
keluamya lendir. "Jika batuk atau bersin, jauhi orang-orang dan jangan meludah
di tanah!"
Seperti rumput kering tersulut api, laporan penyebaran virus ke seluruh wilayah
Hindia Belanda datang beruntun hanya dalam hitungan pekan. De Sumatra Post
melaporkan influenza menyerang perkebunan di Sumatera Utara pada Juli 1918.
Rumah sakit perusahaan perkebunan kewalahan karena menerima lebih dari
seratus pasien setiap hari dengan gejala demam. Perkebunan harus ditutup dan
produksi terhambat. Di Batavia, banyak perusahaan juga mengalami krisis karena
kekurangan staf akibat terjangkit virus flu. Rumah sakit di Semarang penuh, di
antaranya karena sepertiga pekerja perusahaan kereta jatuh sakit. Sebagian besar
pegawai jasa transportasi di Probolinggo dan Mojokerto, Jawa Timur, juga
terkena.
Pesan pendek di koran Batavia pada akhir Juli memastikan influenza juga
menyebar di Jepara, Jawa Tengah, dengan tingkat kematian sangat tinggi. Dokter
meminta bantuan didatangkan. Dari Tanjungpandan dilaporkan bahwa seluruh
pulau telah terkontaminasi. Influenza menyerang pasu1can bersenjata, polisi, serta
warga lokal, Cina, dan Eropa.
Namun Gubemur Jenderal Hindia Belanda Johan Paul van Limburg Stirum
menganggap laporan ini melebih-lebihkan. Seperti dikutip surat kabar Singapura,
The Straits Times, dalam berita bertarikh 17 April 1919, Gubemur Jenderal
menyatakan tak ada perubahan angka kematian yang signifikan di Jawa, Madura,
Bali, dan Lombok antara Juli dan Oktober 1918 dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya. Namun pada November 1918 tercatat ada 359.600 kematian
yang dikaitkan dengan flu Spanyol. "Ada 188 kematian dari 1.000 penduduk,
bandingkan dengan 20 kematian dari 1. 000 penduduk pada November 1917,"
begitu bunyi berita tersebut.
Studi demografi setelah wabah mereda menemukan angka korban wabah flu
Spanyol di Hindia Belanda sangat tinggi. Penelitian Colin Brown pada 1987
dalam The Influenza Pandemic o f 1918 in Indonesia menemukan angka kematian
di Hindia Belanda sepanjang 1918-1919 akibat pandemi influenza melampaui 1,5
juta. Sementara itu, dalam penelitian bertema sama pada 2013, Siddharth Chandra
dari Michigan State University, Amerika Serikat, memperkirakan angka kematian
lebih besar dua kali lipat dari hitungan Brown. "Dari penghitungan kami, di Jawa
dan Madura saja terjadi kehilangan populasi sebanyak 4,26-4,37 juta orang," tulis
Chandra .
•••
Lantaran rentang waktu dua tahun yang dibutuhkan buat membukukan strategi
nasional, telanjur muncul inisiatif masyarakat untuk mengobati diri yang sebagian
besar malah berakibat memperparah keadaan. Misalnya, saat influenza merebak,
para dokter kolonial beranggapan penyakit ini dapat disembuhkan dengan pil kina
yang umum digunakan untuk mengatasi malaria. Resep diberikan tanpa penelitian
lebih dulu. Dalam buku Yang Terlupakan disinggung juga penggunaan candu
sebagai obat sementara untuk mengurangi rasa sakit akibat lumpuhnya ketahanan
tubuh setelah terserang virus influenza.
Selain itu, pelayanan kesehatan tak merata. Banyak dokter yang tak mau
menangani pasien pribumi yang miskin. Sebagian dokter mengutamakan pasien
Eropa atau Cina, yang lebih mampu membayar. Ada juga yang mencari
keuntungan di tengah pandemi dengan menaikkan tarif. Arie menyebut nama
dokter Hoefer dan dokter Rademaker di Surabaya yang mengerek biaya berobat
dari 1,5 menjadi 3 gulden. "Mereka berdalih tindakan tersebut diambil supaya
tidak harus melayani banyak pasien," ucap Arie.
Selain itu, berbagai ritual tolak bala digelar di banyak kota di Jawa. Dalam "De
spaansche griep te Modjowarno" yang dimuat Maandblad der Samenwerkende
Zending-Corporaties, (1919), C. W. Nortier menulis tentang warga Mojowarno di
Jawa Timur yang mempersembahkan sesajen bunga dan kerbau ke makam Kiai
Abisai dan Kiai Emos yang merupakan tokoh bumiputra perintis penyebaran
agama Kristen di wilayah itu. Ritual ini diharapkan dapat mengusir roh jahat
pembawa virus influenza dar Mojowarno. Padahal, sesuai dengan temuan Arie
Rukmana berdasarkan dokumentasi Nortier, saat itu Mojowarno telah memiliki
fasilitas rumah sakit dengan dokter dan petugas kesehatan, bahkan pendeta.
Solusi tanpa landasan sains itu diyakini Arie menjadi salah satu penyebab angka
kematian yang tinggi di Hindia Belanda. Ditambah dengan buruknya koordinasi
pejabat pemerintah, flu Spanyol baru benar-benar hilang dari Hindia Belanda pada
1921. Itu pun tanpa diketahui penyebab pastinya .
•••
SERATUS tahun setelah wabah yang dijuluki "lbu Segala Pandemi" itu berlalu,
ahli di seluruh dunia masih belum sepakat tentang bagaimana flu Spanyol datang
dan menghilang. Ingatan tentang wabah ini pun buram karena pagebluk terjadi
bertepatan dengan peristiwa yang lebih besar dan lebih mendominasi buku
sejarah: Perang Dunia I. Padahal, dalam catatan peneliti epidemi John Barry,
wabah ini merenggut 21-50 jutajiwa manusia,jauh lebih besar dari korban
Perang Dunia I yang sebanyak 9,2-15,9 jutajiwa.
Dalam The Geography and Mortality o f The 1918 Influenza Pandemic, David
Patterson dan Gerald Pyle menjelaskan tiga fase penyebaran flu ini. Fase pertama
adalah fase musim semi yang terjadi pada Maret 1918, saat gelombang flu
menerpa bagian tengah Amerika Serikat dan Eropa serta tiba di Afrika Utara,
India, Cina, dan Australia pada Juli tahun yang sama. Fase musim gugur pada
akhir Agustus merebak di Prancis sebelum wabah menyebar ke seluruh sudut
dunia dan menjadi gelombang paling mematikan. Gelombang terakhir pada 1919
menunjukkan gejala yang mirip dengan pandemi yang terjadi dua dekade
sebelumnya.
Lukisan karya Edvard Munch berjudul Self-Portrait with the Spanish Flu, 1919./wikimedia
Dalam catatan Patterson dan Pyle, kasus flu Spanyol paling awal yang
terdokumentasikan dalam sejarah terjadi di lokasi latihan militer di Camp
Funston, Kansas, Amerika Serikat, pada 5 Maret 1918. Virus menyebar seiring
dengan pergerakan para tentara ke Prancis, lalu ke Portugal dan Spanyol. Situasi
perang membuat wabah yang mulai menyebar ini disensor dari media massa.
Hanya Spanyol, negara netral dengan pers terbuka, yang memberitakan pandemi
influenza dengan besar-besaran. Karena itulah nama flu Spanyol menempel pada
penyakit ini, meski orang Spanyol sendiri lebih suka menyebutnya flu Prancis.
Virus H l N l pemicu penyakit ini dapat menyebar lewat udara, yang menjadi
penyebab tingginya tingkat penularan. Diperkirakan sepertiga populasi dunia atau
sekitar 500 juta orang terinfeksi virus tersebut. Adapun tingkat kematian paling
tinggi ditemukan pada kelompok penderita usia balita, 20-40 tahun, dan di atas 65
tahun. "Tingginya angka kematian pada penderita usia produktif menjadi
karakteristik unik yang tak terjelaskan dari flu Spanyol," tulis Departemen
Kesehatan Amerika Serikat.
Pada gelombang pertama, gejala flu ini cenderung ringan dengan ciri-ciri demam
dan kelelahan yang dapat sembuh dalam beberapa hari. Namun virus bermutasi
pada gelombang kedua yang bisa menyebabkan korban meninggal hanya dalam
rentang beberapa jam setelah menunjukkan gejala.
Di antara pasien yang direnggut nyawanya oleh wabah ini, ada ekonom dan
sosiolog Jerman, Max Weber, yang meninggal akibat pneumonia akut setelah
tertular flu Spanyol pada 1920 saat berusia 56 tahun. Sementara itu, seniman
Norwegia pembuat The Scream, Edvard Munch, tertular tapi berhasil sembuh.
Munch bahkan sempat melukis dirinya saat terserang flu dalam dua lukisan, Self-
Portrait with the Spanish Flu (1919) dan Self-Portrait after the Spanish Flu
(1919-1920), yang kini menjadi koleksi Museum Nasional Norwegia.
Vaksin Covid-19 Buatan Mana
yang Paling Cepat Diproduksi?
Vaksin Corona
• Ada empat kandidat vaksin yang tengah menjalani uji klinis terhadap manusia
vaksin lain karena siap diproduksi massal oleh Serum Institute of India
Kandidat vaksin yang akan diproduksi Serum Institute dinamai ChAdOx 1 nCov-
19. Setelah sukses dalam uji laboratorium terhadap monyet rhesus pada 23 April
lalu, kandidat vaksin itu mulai menjalani uji klinis. Elisa Granato, seorang dokter
di Oxford, menjadi relawan pertama dari 1.100 relawan yang terlibat uji klinis
fase pertama ini. Separuh relawan akan disuntik kandidat vaksin dan lainnya
disuntik vaksin meningitis yang sudah tersedia.
PENCEMBANCAN
VAKSIN
lebih dari 70 vaksin Covid-19 dikembangkan di seluruh dunia.
Em pat kandidat vaksin tengah menjalani ujl klinis.
lnfeksi:
Virus bergantung pada protein spike atau
paku mahkota untuk menempel di reseptor
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).
BAGAIIIANA Selmanusia
VIRUS SAAS•COV•Z
MENGINF'DlSI
Protein spike
merupakan
kandidat
potensial untuk
vaksin
TIP£
VAKSIN
Adenovfrus
1 Vllklllln Vllktor Vhul
Dikembangkan
oleh CanSino
Biologics (Cina)
dan University of
Oxford (lnggris
2 Vaksln h a m N u l d u t
Asam ribonukleat (RNA) kurir alias
mRNA mengandung resep genetik
( untuk menghasilkan antigen
protein spike di da.lam sel-sel
manusia
Antigen
menstimulasi
antibodi
► Oikembangkan oleh Moderna Inc-
National Institute of Allergy
and Infectious Diseases !Amerika
Serikat)
3 V a b l n Pla11111d-DNA \
Plasmid direkayasa
Plasmid adalah molekul secara genetika
asam deoksiribonukleat agar mengandung
(ONA) yang berbentuk gen protein spike
lingkaran sebagai vektor
Dikembangkan oleh
lnovio Pharmaceuticals
Inc (Amerika Serikatl
SUIIIBER:
GRAPHICNEWS, EUROPEAN VACCINE INITIATIVE,
MEDICALN EWSTODAY
Johns Hopkins Center for Health Security, Amerika Serikat, menyebutkan ada 63
vaksin yang dikembangkan untuk virus SARS-CoV-2 ini. Dari jumlah itu, ada
empat yang sedang diuji klinis, yakni kandidat vaksin Oxford,
CanSino Biologics Inc dan Beijing Institute of Biotechnology,
Moderna Inc dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases,
serta Inovio Pharmaceuticals Inc. Adapun lima bakal vaksin yang menjalani uji
laboratorium berasal dari
CureVac AG, Novavax Inc, University of Queensland dan
GlaxoSmithKline, University of Hong Kong, serta Institut Pasteur.
Pada Kamis, 7 Mei lalu, Moderna mengumumkan pihaknya telah mendapat izin
melakukan uji klinis fase kedua yang akan melibatkan 600 relawan. Stephane
Bance!, Chief Executive Officer Moderna, mengatakan uji klinis fase kedua
adalah langkah krusial bagi perusahaannya untuk menaikkan kandidat vaksin ke
tahap akhir uji klinis, yakni fase ketiga. Ia berharap fase ketiga dapat dimulai pada
awal musim panas nanti.
Adapun kandidat vaksin buatan CanSino, Ad5-nCov, kini sedang memasuki uji
klinis fase kedua terhadap 500 relawan. Pada fase pertama yang berlangsung pada
16 Maret-2 April lalu,108 relawan dibagi ke tiga kelompok, yaitu dosis rendah,
sedang, dan tinggi, untuk menguji efektivitas dan keamanan vaksin.
Kepada Science and Technology Daily, peneliti CanSino mengakui ada efek
berlawanan berupa demam 38,5 derajat Celsius pada beberapa relawan kelompok
dosis tinggi.
Ada kelebihan dan kelemahan tipe vaksin. Vaksin asam nukleat, misalnya, mudah
dirancang tapi vaksin DNA bisa tidak immunogenic atau vaksin mRNA bisa tidak
stabil. Vaksin vektor virus dan vaksin subunit protein umumnya memiliki tingkat
keamanan tinggi dan lebih immunogenic, tapi vaksin vektor virus bisa menurun
efektivitasnya. Sedangkan vaksin subunit protein terlalu mahal.
Pada uji klinis fase kedua, 250 relawan akan diberi dosis sedang, 125 relawan
mendapat dosis rendah, dan 125 lainnya disuntik plasebo. Bakal vaksin Ad5-
nCov menggunakan adenovirus manusia tipe 5-kelompok virus yang menyerang
saluran pernapasan-sebagai vektor vaksin. Gen protein paku mahkota (spike)
virus SARS CoV-2 lalu disisipkan ke asam deoksiribonukleat (DNA) adenovirus.
Menurut Amin, pihaknya memiliki tujuh isolat virus SARS-Co V-2 yang telah
diurutkan keseluruhan genomnya. Dalam pengembangan vaksin Covid-19 itu,
kata dia, para peneliti bakal menggunakan teknologi rekayasa protein. "Kami
akan merancang proteinnya berdasarkan informasi genetik yang kami miliki.
Setelah itu menggunakan protein rekombinan yang akan menjadi kandidat
vaksin," Amin menjelaskan.
Jika bekerja baik pada hewan laboratorium, kandidat vaksin itu akan diserahkan
ke industri untuk diformulasi agar bisa disuntikkan ke manusia. "Mudah-mudahan
sebelum setahun sudah kami serahkan ke industri," ujar Amin.
DODY HIDAYAT, GABRIEL WAHYU TITIYOGA (OX.AC.UK, JOHNS HOPKINS CENTER FOR
HEALTH SECURITY, REUTERS, THE NEW YORK TIMES, BUSINESSINSIDER, SOUTH CHINA
SPOT, robot berkaki empat buatan Boston Dynamics, mulai menunjukkan aneka
kemampuannya di masa pandemi Covid-19. Di Brigham and Women's Hospital,
Boston, Amerika Serikat, Spot yang dilengkapi komputer tablet dan radio dua
arah menjadi media konferensijarakjauh antara dokter dan pasien.
Rencananya, Spot juga ditambahi sistem pendeteksi suhu tubuh, kecepatan napas,
detak: jantung, dan saturasi oksigen. Di Bishan-Ang Mo Kio Park,
Singapura, Spot berpatroli untuk mengingatkan para pengunjung taman agar
menjaga jarak fisik. Ia juga memiliki kamera untuk mengestimasi jumlah
pengunJung.
Anjing Boston
RP 350 JUTA
Robot berkaki empat, Spot, buatan Boston Dynamics ini pertama kali menarik
perhatian melalui promosi di YouTube pada 2018. Robot anjing ini mampu
membawa muatan 14 kilogram dengan kecepatan 1,6 meter per detik dan tenaga
baterai swap yang bisa bertahan 90 menit. Spot tidak dijual bebas. Hanya industri
terpilih, seperti konstruksi, minyak dan gas, listrik, pertambangan, keamanan
publik, serta kesehatan, yang bisa menggunakan dengan skema sewa. H a r g a
s e w a p e r unit: Rp 350 juta
Perawat Tommy
RP 80,85 JUTA
Robot humanoid yang dijuluki Tommy ini melayani pasien di unit perawatan
intensif Rumah Sakit Circolo di Varese, sebelah utara Milan,
Italia. Tommy sebetulnya robot Sanbot Elfbuatan Qihan Technology Co,
Shenzhen, Cina. Elfberdimensi 902 x 421 x 331 milimeter dan berbobot 19
kilogram. Memiliki kecepatan gerak 0,8 meter per detik, Tommy bisa mengukur
tekanan darah dan saturasi oksigen pasien. Pasien dapat berkomunikasi dengan
dokter via Tommy.
Anjing Cina
RP 150 JUTA
Robot anjing A l buatan Unitree ini berbentuk sangat mirip dengan Spot milik
Boston Dynamics. Bedanya, Al menyasar konsumen pribadi untuk dijadikan
anjing piaraan. A l memiliki panjang 620 milimeter dan lebar 300
milimeter. Bobotnya 11,8 kilogram dan mampu membawa beban 5 kilogram.
Kecepatan larinya 3,3 meter per detik dan ia bisa bersalto. Robot ini
menggunakan baterai ion litium yang dapat bertahan selama dua jam.
.' \
RP 82,55 JUTA
Robot pembantu tenaga medis Ginger buatan perusahaan Cina, CloudMinds, ini
sudah bertugas di rumah sakit darurat Wuhan Wuchang Smart Field Hospital.
Ginger, yang aslinya bemama XR-1, memiliki sistem penghindar rintangan dan
navigasi otomatis. Ia bisa mengantarkan obat serta makanan dan minuman kepada
pasien. Robot yang bekerja dengan kecerdasan buatan ini dapat berbicara dan
mengenal suara. Ginger disewakan harian, bulanan, atau tahunan.
BILIK -- -=------=--
-
AMAN
-
-::-::::... - -
PENGUII
COVID-1 i:o
IJJ
• Tim mahasiswa 1TB membuat bilik khusus bagi tenaga medis yang mengambil
• Mereka membuat selusin bilik untuk rumah sakit rujukan penanganan Covid-19
di Bandung.
Tim pembuat swab chamber ini beranggotakan mahasiswa angkatan 2016, 2017,
dan 2018, yang bekerja di bawah bimbingan dosen Fakultas Teknik Mesin dan
Dirgantara ITB, Indria Herman. Menurut Arya, mereka juga bekerja sama dengan
tim dokter dan para alumnus ITB untuk mengetahui kebutuhan di lapangan.
HAAGA TAMPAKIBELAKANG
APla.21UTA
PEA UNIT.
Meski awalnya lebih banyak bekerja di rumah, anggota tim secara berkala
memeriksa perkembangan perakitan bilik di bengkel produksi mereka. Tim
Himpunan Mahasiswa Mesin ITB menargetkan membuat 12 unit bilik. Produk
tersebut akan dibagikan ke fasilitas rujukan penanganan Covid-19, yaitu Rumah
Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat, Rumah
Sakit Paru Rotinsulu, dan Rumah Sakit Al-Ihsan. Tiap rumah sakit mendapat tiga
unit swab chamber.