Anda di halaman 1dari 107

DI TENGAH PANDEMI

CDVID-19, KHALAYAK
BAHU-MEMBAHU
MENDLONG SESAMA.
DARI DAPUR UMUM
HINGGA PENGGALANGAN
DANA, INISIATIF RAKYAT
MENYEBAR OPTIMISME
KE SELURUH NEGERI.
Kabar Gedung Sarinah Miring

Penyakit Gedung Pencakar Langit/TEMPO

• Pemerintah berencana merenovasi gedung Sarinah

• Konstruksi bangunan yang buruk dan penurunan tanah menyebabkan sebagian

bangunan Sarinah ambles

• Gedung Ratu Plaza, Jakarta, juga memiliki masalah konstruksi

PEMERINTAH berencana merombak Gedung Sarinah di Jalan M.H. Thamrin,


Jakarta. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan pemerintah
mengalokasikan anggaran Rp 700 miliar untuk renovasi gedung tinggi pertama di
Indonesia itu.

Sarinah mulai dibangun pada 1963 dan diresmikan Presiden Sukarno pada 1967.
Gedung 15 lantai setinggi 74 meter ini lantas menjadi pusat belanja modern
pertama di Jakarta. Meski begitu, struktur bangunan gedung ini bermasalah.
Majalah Tempo edisi 30 Mei 1981 menulis artikel berjudul "Bangunan Tinggi
yang Sakit" yang mengulas sebagian bangunan Sarinah yang turun dan miring.

Kabar mengenai miringnya sebagian bangunan Sarinah membuat sejumlah


pengunjung toko serba ada itu waswas. Tapi direksi PT Sarinah justru pindah ke
lantai 12 dari tingkat 8 untuk menepis kekhawatiran masyarakat. "Bukti kami
tidak ragu-ragu," kata Amsar Sudirman, Direktur PT Sarinah.

Meski begitu, pengelola gedung mempersiapkan rencana pembongkaran dan


pembangunan kembali sebagian gedung annex Toserba Sarinah itu. Annex yang
dimaksud adalah bangunan rendah yang mengelilingi hampir seluruh gedung
induknya. Bagian bawah yang melingkupi supermarket di Sarinah itu
diperkirakan turun sampai 60 sentimeter. Tapi, menurut Mahmud Ali, direktur
utama perusahaan konsultan PT Yodya Karya, gedung induk Sarinah tidak
mengalami perubahan berarti, baik horizontal maupun vertikal.

Setelah 15 tahun berdiri, sebagian bangunan Sarinah diketahui turun 6 sentimeter


dan miring 5 sentimeter. Diduga hal itu terjadi karena adanya penyimpangan
pengukuran dalam pelaksanaan konstruksinya. Temuan itu membuat geger
banyak kalangan, dari pengkonstruksi, pelaksana, pengawas, serta pejabat yang
berhubungan dengan perizinan dan pengawasan masalah bangunan. Banyak pihak
angkat bicara, tentu saja, saling menuding. Manajer Sarina tentu ikut repot.
Maklum, citra buruk bangunan yang mereka huni langsung berpengaruh dalam
bidang komersial.

Tampaknya bukan hanya Sarinah yang bermasalah dalam konstruksi gedung.


Gedung Ratu Plaza yang barn saja berdiri megah di sisi Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta, sama. "Las-lasan besi yang menyangga beton gedung itu tidak kuat," ujar
sesepuh konstruksi beton di Indonesia, Prof Dr Ir Roosseno. "Bangunan itu
kelihatannya manis, tapi banyak boroknya yang ditutupi."

Menurut Roosseno, kelemahan ini diketahui ketika pembuatan Ratu Plaza sudah
mencapai tingkat 4. "Melalui pengetesan," katanya. Tapi pemborongnya, Kajima
Corporation dari Jepang, tetap meneruskan bangunan bertingkat banyak itu.
"Untuk menjamin keamanannya, pemborong modem itu mendatangkan dukun
Jawa," Roosseno menambahkan, terkekeh.

PT Waskita Karya, yang bekerja sama dengan Kajima Corporation dalam


pembangunan Ratu Plaza, mengakui kelemahan gedung tersebut. Harianto
Hardjasaputra dari PT Waskita Karya tak segan mengungkapkan nama dukun
yang dipanggil itu. "Pak Roosseno," ucapnya, tersenyum. "Masak, sebagai orang
teknik kami percaya pada dukun mistik."

Roosseno memang selalu menyebut dirinya "dukun beton". Julukan itu melekat
karena banyak orang merasa memerlukan tenaganya bila menghadapi hal yang
gawat. Dalam wawancara dengan Tempo, Roosseno mengungkapkan bahwa
pengelasan besi konstruksi Ratu Plaza dilakukan secara sembrono. Sekalipun
pengelasannya sembrono, gedung masih aman. "Tapi tingkat keamanannya pas-
pasan," ujamya. Ia mengibaratkan Ratu Plaza seperti orang yang uangnya pas-
pasan tapi memilih makan di restoran mahal. Ia bisa makan, tapi hatinya waswas.

Konstruksi fondasi bangunan juga merupakan faktor penting keamanan gedung


pencakar langit karena tanah bersifat menjadi padat. Beban gedung di atas
memaksa air tanah keluar, sementara rongga yang tadinya ditempati air akan diisi
tanah. Bebannya berjuta ton pada tanah.

Interaksi gaya beragam bangunan di sekitamya diperkirakan juga menjadi


penyebab berbagai perubahan pada gedung Sarinah. Sarinah dibangun atas
sejumlah tiang pancang yang berusaha mencapai lapisan tanah keras di bawahnya.
Rupanya, tiang pancang itu, yang menyangga beberapa tiang luar gedung annex
Sarinah, ambles.

Renovasi Gedung Gedung Miring


Editorial: Solidaritas Publik
Melawan Corona

0pini Tempo, 18-24 Mei 2020

SATU dari sedikit kabar baik di tengah pagebluk corona adalah tumbuh subumya
gerakan solidaritas di mana-mana. Saling bantu antarwarga ini menutup banyak
kelembaman birokrasi dari otoritas di berbagai tingkat yang tergagap disergap
Covid-19. Menyambut antusiasnya berbagai pihak untuk membantu, Menteri
Keuangan Sri Mulyani bahkan membuka rekening khusus buat menerima donasi
publik demi meringankan anggaran negara.

Sejak virus corona "resmi" menyerang Indonesia pada 2 Maret 2020, ditandai
dengan pengumuman adanya pasien positif pertama oleh Presiden Joko Widodo
dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, berbagai pembatasan memang
sudah diterapkan. Kegiatan ekonomi praktis terhenti. Jutaan orang di berbagai
daerah kehilangan pendapatan. Sebagian bahkan tak lagi punya cukup tabungan
untuk menyambung hidup. Di tengah kondisi yang teramat sulit, bantuan pertama
buat mereka yang kesusahan kerap datang dari uluran tangan sesama warga.

Setiap hari kita menyaksikan bagaimana kesetiakawanan terns tumbuh dan


mengalir deras dari segala penjuru. Berbagai kelompok masyarakat
mengumpulkan dana yang langsung dibagikan ke komunitas yang membutuhkan,
baik berupa uang tunai, bahan kebutuhan pokok, makanan jadi, maupun peranti
kesehatan semacam masker dan pakaian hazmat. Ada juga yang menyumbangkan
alat pelindung diri ke berbagai rumah sakit dan fasilitas medis lain. Sebagian
lainnya menyerahkan bantuan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Beberapa inisiatif juga digalang secara online. Di platform donasi Kita Bisa
dengan tanda pagar #IndonesiaLawanCorona, sampai awal bulan ini, lebih dari
760 ribu donatur mengumpulkan dana hingga Rp 129 miliar. Artis dan selebritas
sambung-menyambung mengadakan konser amal dari rumah. Pendek kata,
berbagai kelompok di Indonesia terns bahu-membahu mengatasi kesulitan akibat
serangan Covid-19 ini.

Semua inisiatif itu terasa melegakan karena virus mematikan ini tak hanya
menyerang aspek kesehatan, tapi juga menimbulkan berbagai masalah sosial.
Kepanikan, kebingungan, juga melebamya kesenjangan sosial bisa berimplikasi
pada meningkatnya ancaman keamanan. Namun, bukannya mencerai-beraikan,
berbagai kesulitan tersebut malah menyatukan masyarakat. Memang, ada
sebagian kelompok yang berlaku jahat-misalnya menolak pemakaman perawat
yang wafat karena corona. Tapi jumlah mereka boleh dikatakan tidak signifikan.
Nilai kemanusiaan telah mengerdilkan eksklusivisme berlebihan itu.

Kesadaran tinggi dalam hidup komunal semacam ini sangat menggembirakan.


Tentu saja ini bukan hal baru. Dalam sejumlah bencana besar di negeri ini, dari
tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada akhir 2004 hingga gempa di Palu pada
2018, solidaritas masyarakat pun tumbuh subur. Namun skala dan bentuk bencana
akibat virus corona ini betul-betul berbeda. Hampir semua wilayah di Indonesia
terkena dampak, dengan kelompok masyarakat terbawah menjadi korban terparah.
Kesetiakawanan sosial yang tinggi menjadi teramat penting.

Pandemi ini belum akan berakhir dalam waktu dekat. Masyarakat seyogianya
terns memperkuat solidaritas. Perlu daya tahan panjang agar tak berlaku hukum
alam "hanya kelompok terkuat bisa bertahan"-surviva/ o f the fittest. Apalagi
kecakapan pemerintah menghadapi pandemi ini sungguh mencemaskan.

Kita kehilangan banyak waktu krusial ketika para pejabat pemerintahan Joko
Widodo cenderung meremehkan bahaya wabah di awal masa penularannya di
Indonesia. Banyak yang mempertanyakan sejauh mana pertimbangan sains dan
medis menjadi dasar pengambilan kebijakan. Setelah virus menjangkiti banyak
orang dengan cepat, pemerintah tampak gamang.

Tak sigapnya pemerintah juga disebabkan oleh kurangnya pelaksanaan uji usap
secara masif. Ini membuat data penularan virus corona di Indonesia tak pemah
benar-benar mencerminkan realitas. Data kependudukan yang tak pemahjelas
juga membuat pembagian bantuan sosial dua pekan terakhir malah kisruh.

Pemerintah sudah seharusnya memudahkan gerakan kemanusiaan dari rakyat


untuk rakyat di hari-hari sulit ini. Sungguh keterlaluan jika aparat negara justru
menjerat para aktivis dengan tindakan represif. Kejadian di Yogyakarta pada awal
Maret lalu, ketika aparat keamanan membubarkan rapat pembagian bantuan di
sana, tak boleh terjadi lagi.

Semestinya pemerintah merekatkan berbagai inisiatif yang berserak di masyarakat


ini. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya: pemerintah cenderung abai dan
melakukan hal yang kontraproduktif, seperti menyetujui perubahan undang-
undang yang kontroversial. Aksi semacam itu menunjukkan rendahnya solidaritas
pemerintah terhadap rakyatnya sendiri.

Covid-19 Virus Corona


Editorial: Belajar dari Berbagai
Wabah yang Pernah Melanda
Nusantara

0pini Tempo, 18-24 Mei 2020

ABAD boleh berganti, tapi perilaku kita dalam menghadapi pandemi bisa jadi tak
banyak beranjak. Seabad setelah wabah pes dan flu Spanyol melanda Nusantara,
sikap anti-sains tetap saja ada. Seperti seratus tahun lalu, penanganan pemerintah
yang terlambat dan sikap ingar pejabat publik pada pandemi telah merenggut
banyak nyawa.

Sejarah mencatat pagebluk pes dan flu Spanyol melanda Hindia Belanda pada
awal 1900-an. Wabah pes yang melanda Malang, yang kemudian menyebar ke
sejumlah daerah di Jawa, diperkirakan terjadi sejak 1910. Pemerintah awalnya tak
percaya penyakit yang dulunya menjangkiti tikus itu dapat menginfeksi manusia.
Penyakit itu barn teridentifikasi setahun kemudian setelah menyebar dan
menewaskan ribuan orang.

Pengalaman menangani wabah pes tak membuat pemerintah lebih sigap ketika flu
Spanyol merebak delapan tahun kemudian. Pada April 1918, Konsul Belanda di
Singapura telah memperingatkan pemerintah Hindia Belanda di Batavia agar
melarang kapal-kapal Hong Kong bersandar di dermaga dan menurunkan
penumpang karena koloni Inggris itu telah terjangkit wabah.

Larangan sernpa disernkan pemerintah Inggris di Singapura. Tapi pemerintah


Hindia Belanda barn membentuk tim darurat penanganan wabah tujuh bulan
kemudian, ketika gelombang pertama wabah telah melanda kota-kota pelabuhan
di Jawa, Sumatera, dan sebagian Kalimantan.

Upaya mencegah penularan penyakit bernpa karantina wilayah untuk membatasi


pergerakan penduduk dijalankan pada masa itu. Namun ikhtiar tersebut tak cukup
ampuh mencegah penyebaran penyakit. Minimnya pengetahuan tentang kesehatan
dan keselamatan publik membuat penduduk melawan pagebluk dengan berobat ke
dukun. Tak sedikit pula yang menjalankan ritual-ritual tolak bala untuk mengusir
roh jahat yang mereka yakini sebagai pembawa penyakit. Korban berjatuhan.
Selama dua tahun wabah flu Spanyol, tak kurang dari satu setengah juta orang
meninggal di Hindia Belanda.

Sikap menolak ilmu pengetahuan hari-hari ini muncul dalam wujud tak jauh
berbeda. Ketika wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 merebak di
Wuhan, Cina, dan menyebar ke sejumlah negara, banyak pejabat menganggap
Indonesia sebagai pengecualian. Ada yang percaya gen kita berbeda sehingga
tidak mudah terserang virus corona. Kita juga dipercaya tidak akan tertular karena
rajin mengonsumsi empon-empon. Ada pula yang percaya rakyat Indonesia
terjaga dari corona karena rajin membaca doa qunut. Ketika wabah benar-benar
melanda Indonesia, pemerintah kedodoran menanganinya.

Situasi itu diperparah oleh sikap sekelompok orang mabuk agama yang
menganggap pandemi Covid-19 sebagai azab Tuhan atau "malaikat maut" yang
diutus membersihkan bumi dari pendosa. Orang-orang yang anti-sains tersebut
mengabaikan upaya pemerintah mencegah penyebaran virus, seperti pembatasan
jarak fisik dan ibadah di rumah saja. Mereka menganggap peniadaan kegiatan
ibadah sebagai bentuk represi terhadap penganut agama.

Penanganan wabah di masa lalu seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah


dan masyarakat dalam menangani Covid-19. Pemerintah mesti mengutamakan
alasan kesehatan dan keselamatan publik dalam mengambil keputusan
menyangkut pandemi. Menghadapi pagebluk ini, kita harus lebih baik daripada
nenek moyang kita seabad silam.

Covid-19 Virus Corona


Editorial: Kenapa Pengadilan
Enggan Ungkap Dalang
Kasus Novel

0pini Tempo, 18-24 Mei 2020

SULIT berharap Pengadilan Negeri Jakarta Utara mampu menyingkap kabut


penyerangan terhadap Novel Baswedan. Alih-alih bekerja keras mengungkap
dalang penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi
itu, jaksa dan hakim tampak ogah-ogahan menggali fakta penting dalam peristiwa
yang terjadi pada 11 April 2017 tersebut. Pengadilan justru seperti menjadi
panggung untuk meringankan hukuman dua terdakwa, Brigadir Rahmat Kadir
Mahulette dan Brigadir Ronny Bugis.

Dalam sidang yang digelar pada Rabu, 6 Mei lalu, misalnya, jaksa penuntut
umum tak memanggil sejumlah saksi kunci yang bisa menunjukkan dengan
terang-benderang kronologi penyerangan terhadap Novel. Dua orang yangjelas-
jelas melihat para pelaku penyerangan mengintai Novel beberapa hari sebelum
kejadian bahkan tak masuk daftar saksi. Padahal mereka berulang kali dimintai
keterangan oleh polisi dan membantu pembuatan sketsa pelaku. Keterangan
mereka bisa menunjukkan serangan terhadap Novel dilakukan secara terencana,
dengan sistematis dan terkoordinasi.

Skenario mengaburkan fakta sudah terlihat sejak sidang perdana, 19 Maret lalu.
Dalam dakwaannya, jaksa menyebut tindakan dua terdakwa sebagai penganiayaan
berat saja dan tak menyinggung kemungkinan serangan itu terkait dengan kasus-
kasus korupsi besar yang ditangani Novel. Jaksa juga mengabaikan penelusuran
tim pencari fakta kasus Novel yang telah bekerja selama enam bulan sejak Januari
2019. Tim yang dibentuk Kepala Kepolisian RI saat itu, Jenderal Tito Kamavian,
menyebutkan ada enam kasus high profile, seperti korupsi kartu tanda penduduk
elektronik dan suap Wisma Atlet, yang diduga terkait dengan penyerangan
terhadap Novel.

Tak hanya itu. Jaksa malah melemahkan posisi Novel dengan menyebut cairan
yang disiramkan terdakwa sebagai air aki, bukan air keras. Padahal dampak cairan
itu bisa dicek semua orang: mata Novel kini hanya berfungsi separuh. Dakwaan
jaksa yang setengah hati dimanfaatkan pengacara terdakwa untuk menyerang
balik Novel dengan mengulang narasi lawas yang kerap didengungkan di media
sosial: Novel menggunakan lensa kontak alias berpura-pura matanya rusak.

Majelis hakim sesungguhnya bisa mengoreksi sikap jaksa dan pengacara


terdakwa. Hakim dapat memerintahkan pemanggilan saksi-saksi kunci dan
menggali rangkaian peristiwa secara utuh. Sangat mungkin ada keterangan baru
dari saksi kunci yang tak disebutkan dalam berita acara pemeriksaan ataupun
dakwaan. Pemanggilan ini tentu perlu untuk menjawab keraguan publik terhadap
penuntasan kasus Novel sampai pada auktor intelektualisnya.

Jika serius ingin mengungkap dalang penyerangan, majelis hakim bisa menelusuri
keterangan Novel yang menyitir pernyataan bekas Kepala Kepolisian Daerah
Metro Jaya, Mochamad Iriawan, ihwal keterlibatan seorangjenderal dalam
insiden ini. Kesaksian Iriawan bisa jadi awal untuk menelusuri siapa sosok dalang
yang kini menjadi misteri.

Hakim juga sebaiknya tak perlu buru-buru menyelesaikan perkara dengan


memutuskan sidang digelar dua kali dalam sepekan. Memaksakan sidang dengan
cepat, apalagi di tengah pandemi virus corona, sangatlah tak bijak. Tak hanya
membuat kualitas persidangan menurun, kebijakan itu juga bisa membuat peluang
mengungkap pelaku utama menjadi menguap.

Pengadilan Negeri Jakarta Utara seharusnya tak larut dalam skenario pihak
tertentu yang tak mau dalang penyerangan Novel terungkap. Sebab, perkara ini
bukan semata soal Novel seorang. Putusan yang adil akan mengembalikan
sebagian marwah gerakan pemberantasan korupsi yang sedang koyak di negeri
llll.

Penyerangan Novel Baswedan Novel Baswedan KPK


Editorial: Waspada
Restrukturisasi Utang
Debitur Korban Covid-19

0pini Tempo, 18-24 Mei 2020

RESTRUKTURISASI utang debitor korban Covid-19 mesti dijaga dari para


penumpang gelap. Otoritas Jasa Keuangan hams belajar dari restrukturisasi
perbankan pasca-krisis 1998. Krisis tersebut telah memangkas hampir seratus
bank hanya dalam tempo dua tahun. Ratusan debitor kakap bertahan hingga kini,
hanya satu-dua yang tumbang. Nyaris tak ada debitor kecil yang terkena krisis.

Kini berbeda. Hingga 10 Mei lalu, menurut catatan OJK, perbankan telah
merestrukturisasi utang 3,9 juta debitor dengan total kredit Rp 336,97 triliun,
separuhnya usaha mikro, kecil, dan menengah dengan nilai kredit Rp 167, 1
triliun. Lembaga pembiayaan nonbank sudah memberikan keringanan kredit bagi
1,3 juta debitor dengan nilai kredit Rp 43, 18 triliun. Sebagian dari mereka juga
usaha kecil-menengah.

Upaya restrukturisasi ini memang hams dilakukan. Pandemi Covid-19 menimpa


hampir semua sektor usaha, dari kelas kakap sampai kelas mikro. Pariwisata,
perhotelan, transportasi, dan perdagangan mempakan sektor yang paling parah
dihantam pagebluk ini. Keringanan pembayaran pinjaman pasti memberikan
napas bagi pengusaha yang bisnisnya sempoyongan ini. Pengusaha yang ambruk
akan memicu krisis yang lain, yakni perburuhan.

Agar program restrukturisasi ini berhasil, bank dan lembaga pembiayaan perlu
menyeleksi dengan ketat debitor yang mengajukan restrukturisasi utang. Jangan
sampai kemudahan ini malah menjadi kendaraan bagi pengusaha yang sebetulnya
tidak terimbas pandemi tapi sejak awal bemiat menghindari kewajiban pelunasan
utang.
Maka, sebelum terlambat, tak ada salahnya pemerintah membentuk lembaga
verifikasi. Lembaga ini yang menilai dan mengklasifikasi kondisi tiap debitor.
Salah satu yang dinilai adalah sikap kooperatif para pengusaha dalam
menyelesaikan pinjaman, termasukjaminan aset yang akan diberikan dan prospek
bisnis debitor di masa depan. Mereka boleh mengajukan restrukturisasijika
terbukti tidak pemah menunggak pokok dan bunga pinjaman.

Evaluasi kasus per kasus perlu dilakukan secara mendalam mengingat skema
restrukturisasi untuk tiap debitor pasti berbeda, sesuai dengan kondisi yang
mereka hadapi. Namun perbankan ataupun lembaga pembiayaan tidak boleh ragu
menolak permohonan bila debitor tidak memenuhi syarat. Ini untuk mencegah
agar semua kemudahan yang diberikan tidak menjadi bumerang bagi perbankan.
Mereka bisa ikut terseret kolaps, sementara sang debitor makin berjaya.

Kemudahan dalam restrukturisasi utang berpotensi menciptakan moral hazard.


OJK harus belajar dari pengalaman Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada
1998-2004. Banyak pengemplang utang tak tersentuh hukum meski mereka
memanipulasi nilai aset dan melanggar aturan perbankan. Tak sedikit dari mereka
yang ujung-ujungnya membeli kembali aset yang sudah direstrukturisasi dengan
harga murah. Behan krisis perbankan pada masa itu, berupa obligasi rekap senilai
Rp 600 triliun, masih harus ditanggung rakyat sampai sekarang.

Bukan tidak mungkin sejarah kelam kembali terulang. Gara-gara likuiditas


terbatas, sejumlah bank tak mempunyai kecukupan pencadangan untuk menutup
kredit bermasalahnya. Agar pinjaman debitor yang gagal bayar tidak menjadi
kredit macet, mereka menyetujui permohonan restrukturisasi meski debitor tidak
memenuhi persyaratan untuk menerima keringanan. Pada akhirnya, kredit itu
tetap macet.

Banknya kolaps dan Lembaga Penjamin Simpanan harus turun tangan. Bukan
tidak mungkin, seperti pada 1998, pemerintahjuga ikut menanggung praktik
moral hazard tersebut. Karena itulah OJK harus membuat pagar betis agar para
calon pencoleng tak bisa ikut program restrukturisasi ini. Otoritas juga harus
ekstraketat mengawasi manajemen bank agar tetap mengedepankan prinsip

Covid-19 Virus Corona Utang j Piutang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Solidaritas Publik Melawan
Corona tanpa Menunggu
Negara

Relawan memberikan paket sembako kepada warga yang terdamapk Covid-19, di kawasan
Jimbaran, Badung, Bali, 18, April 2020. ANTARA/Fikri Yusuf

• Corona membuat dampak luar biasa bagi berbagai kalangan di seluruh negeri.

• Sejumlah individu dan komunitas bergerak membantu mereka yang terkena

dampak.

• Mereka juga membantu tenaga medis yang bertumbangan.

GENAP dua bulan Rhamdani, 33 tahun, menunggak sewa rumah petak dan
cicilan sepeda motor pada awal Mei lalu. Penghasilan pengemudi ojek online itu
terjerembap setelah wabah corona menghantam negeri ini pada awal Maret lalu.
Dari semula mendapatkan Rp 200 ribu per hari, kini mendapat Rp 50 ribu saja dia
sudah bersyukur.

Apalagi setelah Ibu Kota dan sekitamya memberlakukan pembatasan sosial


berskala besar. Tak ada penumpang bisa dia angkut. Rhamdani hanya bisa
mengandalkan pelayanan lain, seperti mengantar barang dan makanan. Tetap saja
jumlahnya tak cukup. Rhamdani tahu, sewaktu-waktu, dia bisa ditendang dari
rumah petak dan sepeda motomya ditarik pihak leasing. "Untuk makan saja sudah
sulit," katanya pada Selasa, 12 Mei lalu.

Hatinya bertambah pilu setiap kali melihat paket bahan kebutuhan pokok tiba di
rumah tetangganya di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Tak sekali jua
bantuan itu mampir ke kontrakan Rhamdani. Ketua rukun tetangga yang
mendengar keluhannya menyatakan dia tak mendapat bantuan sosial karena tak
memiliki kartu identitas sebagai warga Depok.
Dua relawan merapikan kamar yang akan di g u n akan oleh tenaga kesehatan di Kota Gorontalo,
Gorontalo, 15 April 2020. ANTARA/Adiwinata Solihin

Gubemur Jawa Barat Ridwan Kamil mengakui kekacauan distribusi bantuan


sosial ini. Persoalan data penduduk miskin menjadi penyebabnya. Menurut
Ridwan, tiap lembaga memiliki data kemiskinan sendiri. Sejak pertengahan April
lalu, pemerintah Jawa Barat mendistribusikan bantuan untuk 9,4 juta penduduk.
Padahal jumlah penduduk yang terkena dampak wabah corona mencapai 38 juta
jiwa. Ridwan pun menyerahkan data warga yang tak mendapat bantuan ke
pemerintah pusat.

Kekacauan distribusi bantuan sosialjuga terjadi di lbu Kota. Pemerintah pusat


dan Gubemur Jakarta Anies Rasyid Baswedan bersitegang soal penyaluran
bantuan itu. Di luar panggung politik para elite tersebut, lebih dari 3,5 juta
penduduk DKI yang bemasib seperti Rhamdani membutuhkan bantuan dengan
cepat dan konkret.

•••

BENCANA acap membuat manusia berpikir bahwa kematian itu dekat. Seperti
dituliskan Martin Heidegger dalam Being and Time (1962), kematian itu memicu
kegelisahan. Merninjam teori itu, Idaman Alwi cs (2017) menyebutkan
kegelisahan ini akan menggerakkan solidaritas secara masif dan spontan dalam
situasi bencana.

Sejarah tak henti berkisah, solidaritas selalu hadir ketika bencana datang. Kala
tsunami meluluhlantakkan Aceh pada pengujung 2004, masyarakat bergerak.
Ribuan sukarelawan datang ke Tarrah Serambi Mekah untuk menguburkan jasad,
membagikan bantuan, atau menghibur anak-anak yang kehilangan keluarga.
Mereka tak menunggu gerakan pemerintah, yang kerap tersandung oleh
birokrasinya sendiri.

Di wilayah yang kerap dilanda bencana seperti Indonesia, solidaritas tak akan
pemah hilang, betapapun dahsyatnya bencana itu. Termasuk wabah corona, yang
hingga Selasa, 12 Mei lalu, telah menginfeksi hampir 15 ribu orang dan
merenggut lebih dari seribu nyawa manusia negeri ini.

Kali ini, pandemi corona juga melahirkan banyak cerita solidaritas. Di Bandung,
seorang bocah bemama Mochamad Hafidh, 9 tahun, menyumbangkan
tabungannya sebesar Rp 435 ribu untuk dibelikan alat pelindung bagi tenaga
medis. Di Semarang, Setyabudi Susanto, 72 tahun, dan istrinya, Sumiati Sastro
Kaelan, 69 tahun, menyumbangkan uang tunai Rp 500 ribu dan 100 masker
kepada Gubemur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Pada edisi ini, Tempo memilih aksi solidaritas sebagai tema laporan utama. Kami
memilih gerakan yang benar-benar diinisiasi publik untuk mereka yang terkena
dampak pagebluk ini. Kami, misalnya, mengambil contoh penyediaan dapur
umum Solidaritas Pangan di Yogyakarta. Sejak akhir Maret lalu, gerakan ini tak
henti mengumpulkan bahan pangan, meracik bumbu, memasak, lalu
membagikannya kepada pemulung, tukang becak, dan penghuni kawasan
prostitusi.

Dari semula hanya satu, kini ada belasan dapur lain mengepul untuk membantu
mereka yang terkena dampak wabah. Gerakan itu tak berhenti di Yogyakarta, tapi
menyebar ke sejumlah daerah di Jawa Tengah. Ada juga Pergerakan Difabel
Indonesia untuk Kesetaraan. Mereka menginisiasi penggalangan dana untuk
penyandang disabilitas yang rentan terkena dampak corona.

Sejumlah kelompok juga bergerak mengedukasi masyarakat melalui gerakan


mengkampanyekan cuci tangan. Inilah cara paling murah dan mudah untuk
menghindari penyebaran virus. Berbagai kelompok ini menyadari, membantu
masyarakat bisa dilakukan dengan cara sederhana, tanpa perlu menggunakan
bahasa yang belum tentu dipahami semua lapisan masyarakat, misalnya social
distancing. Aktivitas mereka mampu menutupi ruang kosong yang belum digarap
pemerintah.

Tak hanya di kota, solidaritas juga menerabas jauh kepada mereka yang tinggal di
kampung-kampung. Sejumlah komunitas membantu para petani bawang di
Temanggung, Jawa Tengah, dan Yogyakarta yang kesulitan menjual hasil kebun
karena keterbatasan ruang gerak. Komunitas ini berupaya mencarikan petani
pembeli yang bisa menyambung napas mereka dan keluarga.
Sejumlah relawan menyelesaikan pembuatan masker berbahan kain di kompleks kantor BPBD
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 14 April 2020. ANTARA /Anis Efizudin

Manakala ramai kabar tenaga medis tersungkur terkena corona, publik pun bahu-
membahu merakit dan menjahit alat pelindung diri. Semua diberikan secara gratis,
bahkan tanpa ongkos kirim. Ada pula pemilik penginapan dan kos-kosan yang
meminjamkan kamar mereka untuk perawat dan dokter yang justru diusir karena
menangani pasien Coronavirus Disease 2019 alias Covid-19.

Tentu saja, ada ribuan gerakan solidaritas lain, di luar yang kami tulis. Tanpa
mengecilkan gerakan lain, semua sama berharganya. Mereka menembus berbagai
sekat, seperti suku, agama, profesi, dan status sosial, untuk bersama-sama
memikul beban dengan segala hal yang mereka miliki dan kerjakan. Pada
akhimya, gerakan-gerakan ini menunjukkan kita memiliki modal sosial untuk
hidup bemegara-bahwa di setiap ruang kosong akan hadir mereka yang
meng1smya.

Belum terang, kapan Indonesia dan dunia bakal terbebas dari pandemi corona.
Namun, saat pandemi hari ini menjadi sejarah, barangkali kita bisa mengatakan
kita selamat bukan terutama karena kerja pemerintah. Melainkan karena daya
tahan dan solidaritas menghadapi nasib yang sama.

Itu seperti yang dialami Rhamdani, pengemudi ojek online di Sawangan, Depok,
Jawa Barat. Di tengah kesulitan pun, teman-temannya terkadang memberi dia
bantuan. Beberapa kali dia juga bertemu di jalan dengan mereka yang
membagikan bahan kebutuhan pokok. Ada pula komunitas yang memberinya duit
Rp 200 ribu. Dengan bantuan mereka, Rhamdani, istri, dan anaknya, yang berusia
tujuh tahun, bisa bertahan menghadapi krisis.

WAYAN AGUS PURNOMO, BUDIARTI UTAMI PUTRI

Solidaritas Melawan Covid-19 Solidaritas Publik Covid-19 Virus Corona


Gerakan Dapur Umum
Menyasar Kaum Miskin
Perkotaan

Dapur umum Solidaritas Pangan]ogja di kawasan Bong Suwung, Yogyakarta, 8 Mei 2020.
TEMPO/Shinta Maharani

• Jejaring aktivis mendirikan dapur umum untuk membantu kaum miskin kota

yang terkena dampak Covid-19.

• Mereka menerima sumbangan bahan pangan dari berbagai komunitas.

• Gerakan dapur umum ini sekarang sudah tersebar ke berbagai daerah di

seluruh Indonesia.

DI dapur berukuran setengah lapangan bulu tangkis, Linda duduk meriung


bersama empat rekannya sembari ditemani musik dangdut. Para pekerja seks di
kawasan Bong Suwung, Yogyakarta, itu sedang meracik bumbu, menanak nasi,
serta mengolah sayur, tempe, dan ikan sarden. Setelah semua matang, mereka
membungkus makanan itu, lalu membagikannya kepada kaum lanjut usia, janda,
dan tunawisma yang tinggal di pinggiran rel di dekat lokalisasi. Saban hari,
mereka menyiapkan 200-an nasi bungkus.

Bahan baku dapur umum di kawasan Bong Suwung diperoleh dari Solidaritas
Pangan Jogja, gerakan bersama untuk membantu kelompok miskin perkotaan.
Gerakan ini mengumpulkan donasi uang tunai serta menampung sumbangan hasil
bumi dari berbagai komunitas di sekitar Yogyakarta. "Jika enggak ada bantuan,
saya tidak bisa makan," kata Linda pada Senin, 11 Mei lalu.

Solidaritas Pangan Jogja diinisiasi antara lain oleh aktivis perempuan, Ita Fatia
Nadia, dua bulan lalu. Penggagasnya sebagian besar adalah aktivis yang aktif
dalam gerakan Gejayan Memanggil. Mereka menolak sejumlah rancangan
undang-undang bermasalah, seperti revisi Undang-Undang Komisi
Pemberantasan Korupsi, RUU Omnibus Law, serta RUU Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Di masa pandemi, pegiat Gejayan Memanggil banting setir
membantu kelompok marginal yang terkena dampak virus mematikan. "Ini
gerakan kolektifwarga," ujar Ita Fatia.

Ita menyebut dapur umum sebagai gerakan sosial dan politik yang
menghubungkan mahasiswa, orang yang kehilangan mata pencarian, dan kelas
menengah. Pada 1998, Ita Fatia menyiapkan dapur serupa untuk menyokong
gerakan mahasiswa. Dia mengaku gerakan ini terinspirasi dari novel sastrawan
Rusia, Maxim Gorky, yang berjudul Ibunda. Buku ini berkisah tentang Pelagia
Nilovna yang tergerak membantu gerakan revolusioner melawan kekuasaan Tsar.
Pelagia menyediakan makanan dan minuman serta membagikan selebaran-
selebaran yang mendukung perjuangan buruh.

Di Yogyakarta, Ita beruntung karena donatur datang dari segala penjuru. Ada
organisasi nonprofit, kampus, seniman, hingga petani. Tidak hanya menggalang
donasi, upaya mereka juga menguatkan jejaring antarkomunitas. Mereka
menerima sumbangan bahan pangan dari komunitas petani di Pegunungan Dieng,
Wonosobo, dan Sekolah Gajah Wong, lembaga pendidikan yang berfokus pada
pemulung. Mereka juga mendapat sumbangan dari Paguyuban Petani Lahan
Pantai Kulon Progo, yang terancam tergusur tambang pasir besi. "Ini bentuk
solidaritas petani," kata Widodo, ketua paguyuban kelompok itu.

Salah satu kelompok masyarakat yang kerap mendapat bantuan adalah komunitas
pekerja seks di Bong Suwung, tempat Linda biasa mencari natkah. Sejak kasus
positif Covid-19 merangkak naik, polisi menutup lokalisasi ini. Linda pun
menganggur tanpa penghasilan. Mereka juga tak tersentuh bantuan pangan
pemerintah karena tak memiliki kartu tanda penduduk Yogyakarta. Sebagian besar
pekerja seks ini datang dari Solo, Magelang, dan Semarang.

"Sembilan tahun bekerja, saya tak punya tabungan," ujar Linda pelan. Perempuan
36 tahun ini juga menunggak sewa kamar kos beberapa bulan. Induk semangnya
sudah mengirim ultimatum: dia harus angkat kakijika uang kos takjuga dibayar
akhir bulan ini. "Untuk makan saja, saya harus menumpang ke teman-teman,"
kata perempuan asal Semarang ini.

Nia, Ketua Arum Dalu Sehat, paguyuban pekerja seks di Bong Suwung, lalu
menghubungi Solidaritas Pangan melalui media sosial. Tak lama kemudian,
bantuan berupa bahan pangan pun tiba. Linda dan teman-temannya bisa bemapas
lega.

Ketika barn dimulai pada awal Maret lalu, gerakan dapur umum Solidaritas
Pangan hanya berlokasi di Kampung Ngadiwinatan, Yogyakarta. Kini, dapur
umum ini bertempat di sebelas lokasi di seantero kota tua itu: di Prawirotaman,
Balirejo, Gamping, sampai di sebuah kampung pemulung di Bantul. Gerakan ini
juga menyebar ke berbagai kota, seperti Banyuwangi, Madura, Klaten, Bandung,
Tangerang, Serang, dan Jakarta. Mereka memasak dan mendistribusikan nasi
bungkus untuk pengayuh becak, buruh gendong, pedagang pasar tradisional,
pekerja rum.ah tangga, pekerja seks, pemulung, buruh pabrik, buruh tani, hingga
eks tahanan politik 1965.

Relawan Solidaritas Pangan Jogja membagikan makanan kepada pedagang tradisional pasar
Gamping, Bantul, Yogyakarta, 8 Mei 2020. TEMPO/Shinta Maharani

Mereka yang bemasib seperti Linda ada di mana-mana. Di Desa Wonocatur,


Banguntapan, Bantul, virus corona membuat warga kehilangan penghasilan
harian. Di kampung ini ada 50 orang gelandangan tanpa tempat tinggal yang
layak. Mereka tinggal berjejalan di dalam bilik-bilik berukuran 3 x 4 meter
berdinding kardus dan terpal. Di sepanjang gang sempit menuju kampung
tersebut, sampah berserakan bercampur dengan genangan air.

Dalam kondisi normal, mereka bisa memperoleh pendapatan Rp 50 ribu sehari


dari memulung saja. Selama pandemi, warga Wonocatur tak bisa mengais sampah
dan rongsokan di emperan toko, kampung, dan perumahan. "Sampai-sampai ada
yang mau mencuri agar bisa bertahan hidup," kata koordinator pemulung, Kartika
Damar.

Damar sempat mendatangi Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta


untuk meminta bantuan bahan kebutuhan pokok. Usahanya tak membuahkan hasil
karena mesti melewati birokrasi yang berbelit-belit.

Belakangan, mereka terhubung dengan Solidaritas Pangan lewat perantara


sejumlah aktivis lokal. Setelah itu, bantuan mengalir. Setiap hari, tujuh warga
sibuk mengolah makanan di dapur dengan dinding gedek berukuran 3 x 6 meter.
Dua kali sehari, siang dan sore, mereka membagikan sekitar 70 nasi bungkus
kepada pemulung dan kaum tunawisma di kampung Wonocatur.

Di Bali, Solidaritas Pangan menyasar pekerja di sektor pariwisata yang tinggal di


kos-kosan. Sebagian besar dirumahkan oleh perusahaan yang kolaps setelah
wabah melanda. Yohana Masamah, relawan gerakan ini, menuturkan bahwa pada
awalnya dia memasak sendiri dan membagikannya kepada warga di lingkungan
tempatnya tinggal. Treza, putranya, kemudian mengajak Yohana bergabung ke
gerakan Solidaritas Pangan Denpasar.
Yohana mendedikasikan dapur rumahnya di kawasan Sesetan, Denpasar, menjadi
pos komando pembagian pangan. Dalam sehari, Yohana dan sejumlah relawan
menyiapkan 30-120 nasi bungkus. Diajuga menyi a p kan kudapan berupa donat.

Sebisanya Yohana berupaya tetap memperhatikan kandungan gizi yang seimbang


antara karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Dia mengingat beberapa
makanan yang pemah dia masak untuk ratusan orang yang tak pemah dia kenal
sebelumnya. "Tahu bumbu merah, telur rebus bumbu Bali, kadang sambal goreng
hati, oseng-oseng buncis, pindang," katanya ringan. "Lauk dan sayumya harus
kering agar lebih awet," ujar Yohana lagi.

SHINTA MAHARANI (YOGYAKARTA), EKA WAHYU (JAKARTA)

Solidaritas Melawan Covid-19 Solidaritas Publik Virus Corona


Orang-orang yang Membantu
Difabel Menghadapi Covid-19

Bongkar muat bantuan dari dompet dhuafa dan Polda Sulsel ke Rumah Perdik Sulawesi Selatan, 22
April 2020. Facebook Perdik Sulses/Ishak Salim besama Rahman Gusdur

• Penyandang disabilitas kehilangan pendapatan setelah wabah corona

menyebar.

• Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena tak punya

penghasilan tetap.

• Sejumlah komunitas tergerak memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok

dan uang tunai.

SEJAK wabah corona dinyatakan menyebar pada Maret lalu, Agus Wala
kehilangan dua sumber penghasilan sekaligus. Penyandang tunadaksa itu
diberhentikan sebagai kurir penyuplai jeruk untuk sebuah restoran di Makassar.
Warung kopi di teras rumahnya di kota itu pun tutup karena sering disatroni polisi
pamong praja yang menegakkan kebijakanjagajarak.

Agus, 53 tahun, mengatakan dua pekerjaan itu biasanya menghasilkan natkah


sekitar Rp 3 juta setiap bulan. Kini, dia hanya mengandalkan pemasukan dari
lapak kelontong di rumahnya. "Saya hampir tak ada pendapatan karena toko itu
juga sepi," ujar Agus ketika dihubungi melalui telepon pada Serrin, 11 Mei lalu.

Karena pendapatannya kempis, Agus kesulitan memenuhi kebutuhan pokok


keluarganya. Di tengah kesulitan itu, Pergerakan Difabel Indonesia untuk
Kesetaraan (Perdik) datang dan memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok
kepada Agus. Paket itu berisi beras, gula, telur, susu, madu, mi instan, dan uang
senilai Rp 100 ribu.
Direktur Perdik Abdul Rahman mengatakan paket bahan kebutuhan pokok dari
lembaganya mempakan hasil donasi yang dibuka sejak awal Maret lalu. Rahman
dan tim membuat poster penggalangan dana untuk kaum difabel, lalu
mempublikasikannya di media sosial. Kelompok tersebut dipilih sebagai target
yang hams dibantu karena, berdasarkan survei internal tim Perdik, banyak
penyandang disabilitas yang kehilangan pekerjaan akibat wabah Covid-19.
"Sumbangan yang terkumpul beragam jenisnya. Ada uang tunai dan bahan
pangan pokok," tutur Rahman.

Awalnya, tak mudah meyakinkan donatur untuk berpartisipasi dalam kegiatan


tersebut. Rahman akhimya menjanjikan bahwa timnya akan merilis penggunaan
dana secara berkala. Hingga 11 Mei lalu, donasi yang terkumpul mencapai Rp 26
juta. Perdik telah menyalurkan 160 paket bahan kebutuhan pokok kepada keluarga
difabel di Makassar, Gowa, dan Maros, Sulawesi Selatan.

Pagebluk corona juga mengubah nasib Supono, 41 tahun. Penderita paraplegia-


kelumpuhan pada bagian bawah tubuh karena cedera-itu diberhentikan dari
pemsahaan mebel di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada awal April lalu. Penjualan
perabot di bengkel kerjanya merosot karena pesanan furnitur dari Amerika Serikat
berkurang akibat wabah. Walhasil, pendapatan menurun sehingga pemsahaan
hams memangkas 600 pegawai, termasuk Supono.

Menerima kompensasi sebesar dua kali gaji, Supono memutuskan mudik ke


Klaten. Di kampung halamannya itu, keadaan tak lebih baik. Dia menganggur dan
hanya bergantung pada pesangon yang diperolehnya. "Kehidupan kami serba
terbatas," ujar Supono. "Kami tak punya penghasilan menjelang Lebaran."

Dua pekan setelah berhenti bekerja, Supono ditelepon Fuad Jamil, pegawai Kota
Kita, organisasi nirlaba di bidang pemberdayaan masyarakat urban. Supono
ditanyai soal kondisi penyandang disabilitas saat corona mewabah. Kepada Fuad,
Supono mengungkapkan bahwa kaum difabel kesulitan mengakses informasi
tentang protokol kesehatan serta terhambat dalam memperoleh bahan kebutuhan
pokok. Pada 27 April lalu, Supono menerima bantuan dari Kota Kita dalam
bentuk uang tunai. "Saya akan memakai duit itu untuk menopang kebutuhan
pangan keluarga," tutumya.

Sebelum menyasar penyandang disabilitas sebagai penerima bantuan, Kota Kita


mengadakan riset. Fuad menyebutkan tim survei Kota Kita bertemu dengan
sejumlah difabel di Surakarta dan sekitamya untuk bertanya tentang kesulitan
selama menghadapi wabah. Berdasarkan penjajakan awal itu, kata Fuad, seorang
tunanetra mengaku kehilangan pelanggan pijat karena kebijakan jaga jarak. Ada
pula penyandang tunamngu yang penghasilannya sebagai juru parkir melorot
karena hampir semua toko tutup.

Mengumpulkan donasi melalui situs penggalangan dana Kitabisa.com, Fuad dan


kawan-kawannya telah menghimpun sekitar Rp 5,2 juta sejak 15 April lalu.
Jumlah itu belum ditambah dengan duit yang disisihkan dari anggaran sejumlah
program kegiatan Kota Kita. Hingga 10 Mei lalu, Fuad dan para koleganya telah
menyalurkan donasi kepada 37 keluarga penyandang disabilitas. "Jumlahnya
mungkin tak besar, tapi cukup untuk meringankan beban keluarga," kata Fuad.

RAYMUNDUS RIKANG
Solidaritas untuk Menyalurkan
Hasil Panen Pak Tani

Bawang putih petani di Kebon]iwan, Temanggung, Jawa Timur. Dokumentasi Pribadi

• Para petani kesulitan menjual basil bumi selama masa pandemi.

• Harga jeblok bikin daya beli petani rontok.

• Sejumlah komunitas berinisiatif membuka akses distribusi.

PESAN berantai via aplikasi WhatsApp mampir ke telepon Fransisca Callista


pada Sabtu, 27 April lalu. Mengatasnamakan Bupati Temanggung, Jawa Tengah,
Muhammad Al Khadziq, memo itu mengabarkan bahwa harga bawang putih
petani Temanggung anjlok karena tak ada pembeli. Membaca pesan tersebut,
perempuan 29 tahun itu menghubungi Pratama Panji Prasetya, seorang petani di
Desa Ketitang, Kecamatan Jumo, Temanggung. Fransisca meminta Panji
mengecek kabar tersebut. "Sayang betul ada bawang putih melimpah enggak
terserap pasar," kata Fransisca pada Ahad, 10 Mei lalu.

Keesokan harinya, Panji pergi mengendarai sepeda motomya, sekitar 45 menit


perjalanan ke arah barat daya, menuju Desa Kwadungan Jurang, Kecamatan
Kledung. Terletak di antara lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing,
wilayah ini merupakan sentra pertanian bawang putih di Temanggung.

Di sana, Panji bertemu dengan Sariyadin, koordinator Kelompok Tani Sudi


Makaryo. Benar saja, petani bawang putih di desa tersebut tengah kesulitan
memasarkan hasil ladang mereka. Panen datang ketik:a permintaan pasar merosot
akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). "Akibatnya, bawang putih
melimpah dan harganya anjlok," ujar Sariyadin.

Di Temanggung, terdapat 3.000 hektare kebun bawang putih. Kelompok Tani


Sudi Makaryo mengelola sekitar 15 hektare lahan. Setiap hektare, kata Sariyadin,
bisa menghasilkan 1 ton bawang putih kering. Sebenamya Menteri Pertanian
Syahrul Yasin Limpo sempat memanen bawang putih di Desa Petarangan,
Kecamatan Kledung, pada 15 April lalu. Dua pekan seusai seremoni ini, ribuan
ton bawang putih Temanggung justru banyak yang tak terbeli. "Katanya penjualan
akan dibantu pemerintah. Tapi sekarang belum ada," ucapnya.

Persoalan yang dihadapi petani makin pelik karena musim pan en justru
bersamaan dengan dibukanya keran impor bawang putih. Selama ini, harga
bawang putih impor memang lebih murah dan ukurannya lebih besar. Walhasil,
kata Fransisca, "Petani makin sulit menjual hasil bumi mereka."

Lahir di Ciamis, Jawa Barat, Fransisca akrab dengan usaha tani perdesaan di
Temanggung. Dia dikenal sebagai otak berdirinya Pasar Papringan, pasar
tradisional berkonsep wisata desa di Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu,
Temanggung. Dengan Panji, dia terhubung di Kebon Jiwan, komunitas pertanian
berkelanjutan di Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo. Sisca-panggilan akrabnya
- a d a l a h pendamping di komunitas tersebut. Sedangkan Panji menjadi petani
binaan.

Begitu memastikan kabar petani bawang putih tengah kesusahan, keduanya


berbagi tugas. Sisca menghubungi kenalannya melalui grup WhatsApp dan
Instagram. Panji yang mengumpulk:an bawang putih dari petani. Sariyadin
kemudian bisa mengajak 10 orang lain.

Sisca secara terbuka menjelaskan kepada konsumennya bahwa bawang putih


petani lokal ini masih menggunakan pestisida dan belum sepenuhnya bebas dari
tanah. Namun, dia berpromosi, aromanya lebih kuat ketimbang bawang putih
impor. "Meskipun lebih susah dikupas karena ukurannya lebih kecil," ujar lulusan
program master desain budaya Chiba University, Jepang, itu.

Tiga hari setelah rantai pasok dadakan itu dibuka, pesanan datang dari penjuru
daerah, terutama di wilayah Jabodetabek. Sedikitnya 300 kilogram bawang putih
terjual. Agar bawang lebih mudah diterima pasar, Sisca mengedukasi petani
supaya lebih memperhatikan kualitas. Bawang putih yang siap dijual, misalnya,
mesti bebas dari tanah. Kemasannya pun harus menarik. Hingga Senin, 11 Mei
lalu, Sariyadin dan kelompoknya sudah menjual hingga 1 ton bawang putih ke
berbagai daerah. "Semoga menjelang Lebaran kembali ada permintaan," kata
Sariyadin.

Pasar bahan pangan seperti tak ada habisnya. Tapi pandemi Covid-19 telah
membalikkan segalanya. Pertanian, yang disebut oleh Sukarno sebagai "soal mati-
hidupnya bangsa kita" dalam peletakan batu pertama gedung Fakultas Pertanian
Universitas Indonesia-kini Institut Pertanian Bogor-pada 27 April 1952, kini
terancam limbung. Pembatasan aktivitas di sejumlah daerah telah membuat
permintaan berkurang. Saluran distribusi pun terganggu. Seperti disebutkan
Sariyadin, pukulan wabah makin kencang menghantam petani karena hasil panen
sedang banyak-banyaknya.

Harga komoditas pangan pun melorot. Pusat lnformasi Harga Pangan Strategis
Nasional mencatat, hingga Selasa, 12 Mei lalu, harga bawang putih di pasar
tradisional turun rata-rata 16 persen dalam sebulan terakhir. Begitu pula bawang
merah anjlok 21 persen. Adapun harga cabai merah dan cabai rawit masing-
masing juga rontok 16 persen dan 24 persen.

Bagi konsumen, turunnya harga menjadi angin segar. Namun, bagi petani, ini
adalah pukulan. Harga yang mereka terima tak sebanding dengan harga yang
dikeluarkan. Kondisi tersebut tampak dari data Badan Pusat Statistik yang
mencatat indeks nilai tukar petani-indikator daya beli petani di perdesaan-
merosot makin tajam dalam dua bulan terakhir. Penurunan terjadi di semua
kelompok petani, dari yang bergerak di tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
rakyat, petemakan, hingga perikanan.

Di Yogyakarta, Qomarudin Najmi dari Serikat Petani Indonesia tak henti


menerima keluhan dari jejaring organisasinya soal sulitnya menjual sayuran, ikan,
hingga hasil temak. Ambruknya bisnis hotel dan restoran di masa pandemi telah
menghapus pasar terbesar mereka selama ini. Karantina mandiri di berbagai
komunitas masyarakat turut menyusahkan penyaluran hasil bumi dari petani.
"Konsumenjuga kesulitan mengakses petani langsung," ucapnya.

Itu sebabnya, Serikat Petani Indonesia kini bergerak membuka akses distribusi
produk pangan. Mereka mencari konsumen secara langsung untuk kemudian
dipertemukan dengan petani. Dengan begitu, petani bisa langsung menjual hasil
ladang mereka. Awalnya mereka menggunakan ojek aplikasi untuk mengantarkan
pesanan. Belakangan, agar lebih efisien, Qomarudin meminta calon konsumen
membeli secara kolektif. "Nanti akan kami antar langsung ke konsumen,"
katanya.

Aksi sosialjuga dilakoni oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Organisasi


non-pemerintah yang beranggotakan serikat tani, kelompok masyarakat adat, dan
perkumpulan nelayan ini menginisiasi Gerakan Solidaritas Lumbung Agraria.
Selain penting untuk memastikan hasil bumi dari anggotanya tak membusuk di
gudang penyimpanan, kegiatan yang dimulai pada Maret lalu itu bertujuan
memastikan ketersediaan bahan pangan bagi masyarakat rentan, seperti buruh dan
pekerja informal, di perkotaan.

Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria Dewi Kartika mengatakan


sejauh ini sudah 10 ton bahan pangan, dari beras, buah, hingga sayuran, telah
didistribusikan lewat Solidaritas Lumbung. KPA bekerja sama dengan serikat
pekerja menyalurkan bantuan pangan yang bersumber dari ladang-ladang surplus
milik petani.

Bahan pangan untuk bantuan ini merupakan donasi dari sejumlah serikat tani.
Selain itu, KPA menggulirkan skema pembelian dengan harga normal untuk
kemudian dijual kembali dengan harga miring. Beras dari petani Rp 10 ribu per
kilogram, misalnya, disubsidi Rp 3.000 per kilogram. "Sekalipun harga ekonomis,
kualitasnya tetap premium," ujamya. "Ini penting untuk memutus mata rantai
tengkulak."

WAYAN AGUS PURNOMO, DEVY ERNIS

Covid-19 Pertanian Krisis Pangan


Hal-hal yang Belum Dijamah
Pemerintah dalam Melawan
Corona tapi Dilakukan Publik

Warga KampungKamalaka menyediakanfasilitas


cuci tangan sekaligusmemberikanpemahaman
tentangkebersihanguna menangkalcorona, di Serang, Banten, 15 April2020. ANTARA/Asep
Fathulrahman

• Gerakan Indonesia Kita (Gita) berinisiatif mengadakan toren air untuk

memudahkan cuci tangan.

• Sekelompok pekerja kreatif menghimpun lagu untuk mengedukasi cuci tangan

yangbenar.

• Penulis buku anak, Watiek Ideo, dan ilustrator Luluk Nailufar membuat cerita

tentang corona untuk anak.

TANGKI air berkelir biru berukuran 60 liter terpasang di pinggir Jalan Masjid
Nurul Hidayah, Ciracas, Jakarta Timur, pada Selasa, 7 April lalu. Di bagian
bawah tangki, ada wadah penampung air yang turun dari keran. Di sampingnya,
sabun cair dan lembaran tisu terikat di tembok rumah penduduk. Selebaran berisi
petunjuk 12 langkah cara mencuci tangan terpasang di toren air tersebut.

Sejak tangki itu diletakkan di dekat rumahnya, Muhammad Firman Saputra jadi
lebih sering membersihkan tangan. Saban kali pulang ke rumah, pelayan restoran
itu kerap mampir dan berhenti sejenak untuk mencuci tangan sebagai langkah
mencegah penularan virus corona. "Kalau mau pulang ke rumah, kan, lewatin
toren ini,jadi bisa sekalian cuci tangan," kata lelaki 19 tahun itu kepada Tempo,
Senin, 11 Mei lalu. Jarak antara rumah Firman dan tangki air tersebut hanya
beberapa meter.
Toren air juga dimanfaatkan pasukan oranye atau Pekerja Penanganan Sarana dan
Prasarana Umum (PPSU). Deni Maulana, 41 tahun, anggota pasukan oranye,
mengatakan fasilitas itu membantu dia dan teman-temannya membersihkan
tangan. Biasanya dia mencuci tangan dengan menumpang di rumah penduduk.
"Toren ini sangat membantu lingkungan di sini," ujar Agustini, pemilik rumah di
belakang toren air itu.

Penyebaran tangki air di berbagai wilayah digagas Gerakan Indonesia Kita atau
Gita, komunitas yang berfokus pada isu kebudayaan dan kesetaraan hak. Alif
Imam Nurlambang, Ketua Umum Gita, menyebutkan inisiatif itu bermula ketika
dia dan kawan-kawannya menilai ada ruang kosong yang belum diisi pemerintah
dalam menanggulangi wabah corona. Kampanye cuci tangan yang benar, kata
Alif, belum sampai ke akar rumput. Ditambah lagi, sarana cuci tangan sangat
minim. "Padahal cuci tangan cara yang paling mudah untuk menghindari
penularan corona," ujar Alif.

Gita menyasar permukiman padat penduduk, yang dianggap lebih rentan menjadi
tempat penularan corona. Alif dan kawan-kawannya membuka wadah donasi
yang disebar melalui grup WhatsApp. Duit sekitar Rp 290 juta yang terkumpul
di g u n akan untuk membeli toren air berukuran 120 liter dan 60 liter serta sabun
cair. Hingga awal Mei lalu, 228 tangki telah didistribusikan di berbagai daerah,
seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Cirebon, Garut, Sukabumi, dan
Tasikmalaya. Gerakan ini, kata Alif, sebetulnya hanya untuk merangsang
masyarakat agar membuat hal serupa buat menekan penularan corona.

Harapan Alifbersambut. Maryadi, Ketua RT 08 RW 12, Kelapa Dua Wetan,


Ciracas, ikut membuat tempat cuci tangan setelah muncul ide tangki air dari Gita.
Di wilayahnya kini ada enam titik lokasi tempat cuci tangan yang dibuat dari
berbagai macam wadah. Warga pun bergantian mengisikan air dan menyediakan
sabun cuci tangan.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau


Centers for Disease Control and Prevention, cuci tangan yang baik dilakukan
selama 20 detik. Dhani Hargo, pekerja kreatif, menilai masih banyak orang tak
mengetahui cara cuci tangan yang benar. Hargo dan kawan-kawannya mencoba
memasyarakatkan cara tersebut dengan membuat lagu pengiring selama 20 detik.
Mereka menggandeng berbagai musikus untuk menyumbangkan lagu yang dapat
didengarkan selagi cuci tangan. Proyek itu dituangkan dalam tanda pagar
#20detikcucicorona.

Ide itu muncul setelah Hargo dan kawan-kawannya menilai komunikasi


pemerintah dalam menghadapi wabah corona membingungkan masyarakat.
Pemerintah, kata dia, memilih meng g u n akan istilah rumit yang tak dipahami
semua orang. "Contohnya physical distancing, padahal yang utama menjaga
kebersihan diri sendiri dengan cuci tangan," ujar pria 36 tahun itu. Hargo dan
teman-temannya mencoba menyampaikan pesan menjaga kebersihan dengan cuci
tangan melalui musik supaya lebih mudah dipahami.

Dicetuskan akhir April lalu, gerakan ini mendapat respons positif dari berbagai
kalangan. Setidaknya ada 38 lagu yang dibuat musikus yang berasal dari Jakarta,
Bandung, Malang, Situbondo, Surabaya, Sulawesi Tengah, Bali, dan Ambon. Di
antaranya Jason Ranti, Robi Navicula, Dedy Lisan, Kamga, Changcuters, dan /rif.
"Sejak kami sebar melalui grup WhatsApp, antusias dari kawan-kawan luar
biasa," ujar Dzulfikri Putra Malawi, 31 tahun, salah satu penggagas gerakan.

Karya-karya itu dirangkai ke dalam daftar putar yang dapat didengarkan di


platform pemutar lagu seperti SoundCloud, Bandcamp,juga YouTube dan
Instagram. Semua karya juga telah didaftarkan hak ciptanya melalui lisensi
Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Intemasional-Creative Commons. Tujuannya, kata
Dzulfikri, agar para musikus dan pendengar bebas menggunakan karya mereka
untuk kampanye melawan corona. Misalnya diputar di fasilitas umum tanpa perlu
memikirkan masalah hak cipta.

Handika Oktavian Harisen, 24 tahun, seorang warganet, mengaku pertama kali


mengetahui berbagai lagu itu dari akun Instagram @20detikcucicorona. Di situ,
dia mendengarkan musik karya Cliffton Jesse Rompies, personel band
Clubeighties. "Lagunya asyik, bikin pingin cuci tangan terus," katanya.

Di Pacitan, Jawa Timur, lagu-lagu itu menjadi pengiring sosialisasi tentang wabah
corona dan diputar di sejumlah pasar tradisional. Ketua Majelis Ulama Indonesia
Kecamatan Nawangan, Pacitan, Nurus Son'ani, menggunakan karya itu untuk
membantunya menjelaskan pentingnya cuci tangan kepada penduduk sekitar.
Nurus menilai tema dan lirik lagu sangat mendukung untuk mengajak penduduk
hidup lebih bersih.

Tak hanya soal cuci tangan, para musikus mencoba memberikan informasi lain
untuk mencegah penularan corona. Nova Ruth Setyaningtyas, musikus asal
Malang, yang tergabung dalam gerakan itu, menciptakan lagu berjudul Meneng
Hening Renung. Menurut dia, ide membuat lagu itu muncul karena masyarakat
diminta berdiam di rumah selama pandemi. "Biasanya kita bebas pergi melakukan
apa saja, tapi sekarang kita disuruh merenung dan diam," tutur Nova.

Edukasi untuk mencegah penyebaran corona juga dilakukan penulis buku anak,
Watiek Ideo, dan ilustrator Luluk Nailufar. Mereka membuat cerita bergambar
bertema seluk-beluk corona dengan target anak-anak. Misalnya mengenalkan
virus corona dan cara menghindarinya. Materi edukasi itu diberikan secara gratis
melalui media sosial. "Dengan ilustrasi yang menarik, anak-anak bisa lebih
mudah memahami virus corona," ujamya.
Cara Pemilik Hotel Membantu
Tenaga Medis yang Tak Bisa
Pulang

Sejumlah tenaga kesehatan RSUD Margono Soekarjo, berjemur di depan Aksara Homestay pada
April 2020. Dokumentasi Brilli Agung

• Penginapan di Purwokerto menampung para perawat yang terancam diusir.

• Sejumlah hotel di Jakarta juga memfasilitasi tenaga kesehatan.

• Seorang dokter di Bali meminjamkan sepuluh kamar kos untuk paramedis.

RASA panik menyelimuti Sulistya Puspa Nugraha pada Kamis, 26 Maret lalu.
Saat itu, ia mendengar koleganya menjadi bahan pergunjingan penduduk di
sekitar tempat kosnya. Perawat di Ru.mah Sakit Umum Daerah Margono
Soekarjo, Purwokerto, Jawa Tengah, itu mendengar temannya dituding sebagai
pembawa virus corona dari tempat kerjanya.

Sulistya langsung teringat seorang petugas di bangsal khusus pasien Coronavirus


Disease 2019 atau Covid-19 yang diusir pemilik kosnya. Enggan mau bernasib
sama dengan temannya, Sulistya lalu menghubungi atasannya. Apalagi para
tetangga kos sudah tahu bahwa dia bertugas di ruang isolasi bagi pasien terjangkit
virus corona. Sebagian tetangganya memilih tak berdekatan dengan Sulistya.
"Saya mengadu untuk mengantisipasi penolakan dari penduduk sekitar," ujar
Sulistya menceritakan kembali pengalamannya pada Ahad, 10 Mei lalu.

Tak berapa lama, atasan Sulistya memberi kabar bahwa pemilik Aksara Homestay
mau memberikan kamar untuk dia. Malam itu juga Sulistya mengemas barang-
barangnya dan pindah ke penginapan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari
RSUD Margono Soekarjo tersebut. Hari itu pula Sulistya bermalam bersama
rekannya sesama perawat yang telah diusir dari kosnya di kamar masing-masing.
"Saya tinggal selama satu bulan," ucap Sulistya.
Direktur Utama PT Aksara Investama Propertindo, Brili Agung, yang dihubungi
oleh atasan Sulistya, mengaku tak menyangka ada tenaga kesehatan di
Purwokerto diusir karena mengurus pasien Covid-19. "Saya pikir hanya terjadi di
kota besar," katanya. Sebelumnya, dia mengetahui kehebohan di Thu Kota akibat
perawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso mendapat penolakan
dari penduduk di sekitar tempat tinggalnya.

Tak mau para penjaga benteng terakhir dari serangan Covid itu luntang-lantung di
jalan, Brili langsung membuka percakapan di grup WhatsApp yang
beranggotakan pemilik modal. Ia melemparkan usul supaya Aksara Homestay
memberikan kamar gratis untuk para tenaga kesehatan. Usul itu langsung
diterima. Esoknya, dia memberikan informasi kepada pejabat di Kabupaten
Banyumas dan Direktur Utama RSUD Margono Soekarjo, Tri Kuncoro, bahwa
ada 24 kamar tersedia untuk tenaga kesehatan.

Rumah sakit lalu membuat perjanjian dengan Brili. Isinya, menurut Tri Kuncoro,
Aksara Homestay menyediakan kamar gratis bagi tenaga kesehatan selama satu
bulan, sesuai dengan masa tugas di bangsal khusus penanganan pasien Covid-19.
Hingga Senin, 11 Mei lalu, rumah sakit itu menangani 17 orang positif corona
dan 111 pasien dalam pengawasan.

Awalnya Brili hanya memberikan fasilitas kamar, cuci pakaian, dan sarapan
gratis. Belakangan, fasilitas itu bertambah setelah banyak donatur membantu.
Para perawat mendapat makan siang dan malam lengkap dengan buah-buahan,
kudapan, serta vitamin. Menurut Brili, sokongan itu muncul setelah dia mencuit
soal penginapannya yang dihibahkan untuk para perawat di akun Twitter miliknya
pada 27 Maret lalu. Cuitan itu viral dan disukai oleh lebih dari 51 ribu akun.

Namun program gratis itu sudah ditiadakan. Menurut Brili, biaya operasional
untuk gaji karyawan dan fasilitas lain buat para perawat selama sebulan mencapai
sekitar Rp 65 juta. Biaya itu berasal dari kantong pribadinya, investor, dan para
donatur. Sekarang ia mengubah kamar menjadi berbayar, yaitu Rp 50 ribu per
hari, dari harga normal Rp 200 ribu. "Ingin bantu penuh, tapi sudah tidak ada dana
lagi," tutumya. Dia berharap bakal ada pemasukan supaya bisa menyiapkan
kamar gratis untuk tenaga kesehatan lagi.

Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo, Tri Kuncoro,
mengatakan perjanjian tidak diperpanjang karena rumah sakit membuka asrama
bagi para tenaga kesehatan. Meski begitu, masih ada beberapa perawat dari rumah
sakitnya yang menyewa kamar di Aksara Homestay. "Termasuk murah, sudah
dapat makan tiga kali," ujamya.

Lembaga nonprofit yang mengupayakan rumah sederhana untuk orang tak


mampu, Habitat for Humanity Indonesia (HHI), juga membuat program serupa
bemama "Tempat Singgah Pejuang Medis". Manajer Komunikasi HHI Martya
Litna menuturkan, ide itu muncul karena melihat tenaga medis tak bisa tinggal di
rumah setelah corona mewabah. "Mereka bekerja melawan corona pada saat
orang lain diminta diam di rumah," kata Martya.

HHI menggandeng PT OYO Rooms Indonesia, perusahaan rintisan yang bergerak


di bidang perhotelan, untuk menyediakan kamar bagi tenaga kesehatan. Menurut
Martya, HHI membayar Rp 385 ribu per hari kepada OYO untuk satu kamar
disertai makan bagi tenaga kesehatan. HHI mendapat bantuan dari para donatur
sekitar Rp 200 juta, lebih dari separuhnya berasal dari situs patungan
Kitabisa.com. Juru bicara OYO Indonesia, Meta Rostiawati, mengatakan ada
delapan hotel disiapkan bagi tenaga medis, di antaranya berada di kawasan
Salemba, Gunung Sahari, dan Petamburan, Jakarta.

Menurut Martya, sejak program itu diluncurkan pada 22 April lalu, ada 200
tenaga kesehatan yang sudah mendapat kamar gratis. HHI menargetkan bisa
menyediakan kamar bagi 600 tenaga kesehatan. Elvi, perawat Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gator Soebroto yang tinggal di OYO Hotel Salemba, bersyukur
bisa mendapat kamar yang bersih dan nyaman. Menurut dia, fasilitas itu
membantunya dalam mengurangi stres setelah menangani pasien Covid-19.

Perusahaan rintisan penyedia kamar hotel kapsul, Bobobox, juga memberikan 100
kamar kapsul yang tersebar di Jakarta dan Jawa Barat untuk tempat istirahat bagi
tenaga medis. Di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung, kapsul
tersebut dikhususkan bagi para dokter. "Kami menyediakan kamar kapsul sampai
pandemi berakhir," ujar Manajer Pemasaran PT Bobobox Mitra Indonesia Ahmad
Qois. Adapun rumah sakit mengurus listrik, seprai, dan higienitas kamar.

Solidaritas memberikan kamar juga berasal dari kalangan tenaga medis. Di


Denpasar, Bali, dokter Gede Eka Rusdi Antara menyiapkan sepuluh kamar kos
untuk tenaga medis di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Rusdi, yang juga
dokter bedah di rumah sakit itu, mengatakan kamar yang dilengkapi televisi, air
panas, dan dapur mini tersebut diberikan secara gratis. Biasanya penyewa harus
membayar Rp 2,5 juta per bulan. "Sampai kapan pun dibutuhkan, bisa digunakan
secara gratis," ucapnya.

Ihwal tenaga kesehatan yang menginap di situ, Rusdi menyerahkan kepada


manajemen RSUP Sanglah. Juru bicara RSUP Sanglah, I Dewa Ketut Kresna,
membenarkan kabar hibah kamar tersebut. "Sejak pertengahan Maret," kata
Kresna.

HUSSEIN ABRI DONGORAN, ANWAR SISWADI (BANDUNG), AYU CIPTA (TANGERANG), MADE

ARGAWA (BALI)

Solidaritas Melawan Covid-19 Solidaritas Publik Bantuan Sosial Covid 19 Covid-


19 Virus Corona
lnisiatif Perakit Tameng Wajah
dan Mamajahit untuk
Melindungi Tenaga Medis

Pembuatanface shield yang dipelopooriBagas Pratondo Aji, dan dilanjutan untuk diberikan secara
gratis kepada tenaga medis di Klaten, Yogyakarta,Maret 2020. DokumentasiBagas Pratondo A j i

• Seorang pembuat aksesori sepeda merakit tameng wajah untuk paramedis saat

terjadi krisis APD.

• Gerakan Majelis Mau Jahitin di Yogyakarta membuat lebih dari 5.000 baju

hazmat.

• Seniman juga turun tangan menghimpun donasi melalui karya seni yang

dibuatnya.

BAGAS Pratondho Aji sedang berselancar di Facebook ketika kawannya, seorang


perawat, mengirimkan pesan pada 23 Maret lalu. Paramedis itu mengabarkan
bahwa ada tim dokter di Kebumen, Jawa Tengah, yang tak punya tameng wajah
(face shield) saat menangani seorang pasien dalam pengawasan Coronavirus
Disease 2019 atau Covid-19. Mengetahui Bagas punya bisnis pembuatan aksesori
sepeda, tenaga medis di Rumah Sakit Umum Palang Biru, Gombong, tersebut
mengusulkan Bagas mencoba membuat alat pelindung itu.

Selepas obrolan itu, istri Bagas, yang juga suster, memberitahukan hal serupa.
Bagas langsung mencari panduan dan gambar pola tameng wajah di Internet.
Diraihnya plastik mika bening dan karet ban sepeda yang telah dicuci bersih.
Menggunting bahan-bahan itu mengikuti pola cetakan, Bagas lalu menyatukannya
dengan klem. Voila. "Sampel pertama tameng wajah itu selesai dalam waktu 20
menit saja," kata Bagas ketika dihubungi pada 31 Maret lalu.
Menguji keandalan tamengnya, pria 28 tahun itu meminta ibunya, yang bekerja
sebagai perawat di Rumah Sakit Umum Pusat dr Soeradji Tirtonegoro, membawa
satu sampel untuk dikenakan petugas di bangsal gawat darurat. Kala itu, rumah
sakit rujukan Covid-19 di Klaten tersebut telah merawat sejumlah orang dalam
pemantauan serta pasien dalam pengawasan. Setelah dipakai beberapa jam,
pelindung wajah buatan Bagas dinilai layak, meski perlu disterilisasi lebih dulu.
Order pertama sebanyak sepuluh unit datang dari bagian radiologi RSUP dr
Soeradji Tirtonegoro.

Informasi mengenai produk Bagas menyebar dengan cepat melalui media sosial
dan grup-grup percakapan. Menurut dia, pesanan yang masuk setiap hari berasal
dari sedikitnya 30 fasilitas kesehatan. Bagas biasanya akan mengirim langsung
tameng wajah itu ke fasilitas kesehatan walau permintaan alat datang dari
individu. "Kami menjaga agar tak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi dan
dikirim maksimal sepuluh unit saja supaya pembagiannya merata," ujarnya.

Dia mengajak 15 volunter membantu proses produksi di rumahnya di Desa


Pandes, Kecamatan Wedi, Klaten. Bagas sempat ditegur pengurus kampung dan
tetangga karena dianggap menciptakan kerumunan yang melanggar protokol jaga
jarak. Dia akhirnya bekerja dengan delapan orang dan sanggup membuat 120
tameng per hari.

Untuk membiayai produksi, Bagas merogoh kocek sendiri dan menghimpun


donasi dari beberapa kolega. Hingga akhir April lalu, sumbangan yang terkumpul
mencapai Rp 20 juta. Sebagian besar dana itu digunakan untuk membeli material,
sebagian lagi untuk membiayai pembuatan 800 masker. Bagas telah
mendistribusikan hampir 3.000 pelindung wajah ke 397 fasilitas kesehatan, dari
pusat kesehatan masyarakat di Aceh sampai rumah sakit di Wamena, Kabupaten
Jayawijaya, Papua. Semuanya diberikan secara gratis, berikut ongkos kirimnya.

Tiga rumah sakit jaringan Hermina di Kemayoran, Jatinegara, dan Depok


termasuk yang menerima bantuan tameng muka dari Bagas. Widjanarko Hastario,
dokter anestesi yang berpraktik di sana, memesan alat itu karena stok masker dan
kacamata pelindung atau goggle di rumah sakit terbatas. "Saya memberikan
tameng buatan Mas Bagas ke unit gawat darurat untuk mencegah paramedis
terkena percikan air liur dari pasien," katanya.

Di Yogyakarta, gerakan membuat alat pelindung diri bagi paramedis antara lain
dipelopori Budhi Hermanto. Inisiatif itu bermula saat Direktur Klinik Adhiwarga
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia itu menjalani uji cepat corona di
rumah sakit pemerintah di Yogyakarta. Ketika berada di ruang kontrol, dia
menyaksikan beberapa perawat tak mengenakan baju hazmat dan pelindung
muka.

Sepulang dari rumah sakit, Budhi berembuk dengan istrinya untuk menyediakan
alat pelindung bagi tenaga medis. Mereka menghubungi sejumlah penjahit
kenalan untuk diajak bergabung membuat baju hazmat. Menghimpun sedikitnya
60 penjahit dari delapan kelompok, Budhi menamai gerakan tersebut
"Mamajahit", akronim dari "Majelis Mau Jahitin". "Semua penjahit yang terlibat
tak mau dibayar sepeser pun," ujarnya.
Budhi hanya perlu menyediakan bahan dan pola baju medis. Begitu ada penjahit
yang mau bergabung, dia akan langsung mengirim barang-barang, seperti kain
dan ritsleting, ke sukarelawan tersebut. Di komunitas Mamajahit, tak ada patokan
jumlah pakaian hazmat yang wajib digarap.

Pemilikjahit rumahan Paksi Raras Alit menunjukkan prototipe hazmat yang dijahit gratis unruk
dokter dan perawat di rumah sakit Yogyakarta, 2 April 2020. TEMPO/Shinta Maharani

Paksi Raras Alit, pemilik butik kebaya di Yogyakarta, turut bergabung di


Mamajahit. Dia ikut membuat baju hazmat sekali pakai bagi paramedis setelah
menyimak kabar bahwa banyak perawat dan dokter terpapar virus corona karena
kekurangan alat pelindung diri. Dia mengerahkan setidaknya tiga penjahit yang
khusus mengerjakan pakaian hazmat. "Kami targetkan bisa membuat seratus helai
hazmat dalam seminggu," tutur Paksi.

Penjahit asal Gamping, Sleman, Retnoningrum, yang ikut berpartisipasi di


Mamajahit, menugasi dua pegawainya menjelujur baju hazmat. Tetap
mengerjakan pesanan baju lain, Retno cuma menargetkan sekitar 50 setel pakaian
pelindung setiap pekan. "Hal terpenting adalah paramedis di lapangan terbantu,"
katanya.

Sampai pengujung April lalu, kelompok Mamajahit memproduksi 5.400 baju


hazmat. Pakaian itu dibagikan gratis kepada rumah sakit dan tenaga medis di
Yogyakarta dan Surakarta. Menurut Budhi Hermanto, ongkos jahit dan bahan
pembuatan alat pelindung diri sepenuhnya dibiayai lewat penggalangan dana.

Krisis alat pelindung diri juga mendorong seniman turun tangan. Berkolaborasi
dengan grup olahraga Idselap, seniman sketsa Ariardian Pramunindyo
menggalang derma untuk pembelian alat pelindung bagi dokter dan perawat.
Nindyo-panggilannya-lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, bergabung
menghimpun donasi setelah diajak anggota Idselap, Dewi Satriyani. Menurut
Nindyo, Dewi memintanya menggambar sketsa wajah para calon donatur.

Setelah gambar selesai, mereka diharapkan menyumbangkan dana untuk


dibelikan alat pelindung diri, seperti masker dan baju hazmat. Komunitas Idselap
dan Nindyo tak mematok jumlah sumbangan. Ada yang memberikan Rp 50 ribu,
tapi ada juga yang menyumbangkan Rp 15 juta untuk sketsa wajahnya. Tak
mengutip serupiah pun, Nindyo telah menggambar rupa sejumlah pesohor, seperti
aktris Lulu Dewayanti dan pebisnis Natali Djody, untuk aksi penggalangan dana
llll.

Dewi Satriyani mengatakan pembuatan sketsa dipilih sebagai salah satu


kampanye penggalangan dana karena aktivitas itu dianggap menyenangkan untuk
seniman dan calon donatur. Komunitas itu telah menghimpun sedikitnya Rp 900
juta. Sebagian besar sumbangan itu dipakai untuk membeli alat pelindung diri,
yang telah diserahkan ke tujuh rumah sakit di Jakarta dan sekitamya. "Kami
memberi yang terbaik untuk para tenaga medis," kata Dewi.

RAYMUNDUS RIKANG, SHINTA MAHARANI (YOGYAKARTA), NURHADI (SURABAYA)

Solidaritas Melawan Covid-19 Solidaritas Publik Bantuan Sosial Covid 19 Alat


pelindung diri (APD) Virus Corona
Melawan Dampak Corona
dengan Mendiskon Biaya
Sewa Kontrakan

Ivan pernando di kawasan kontrakannya di Wisma Ciliwung, Bukit Duri Tanjakan, Tebet, 9 Mei
2020. Dokumen wartawan lintas media

• Di sejumlah daerah, para penghuni kos dan kontrakan tak bisa membayar

kewajibannya.

• Ada pemilik kontrakan memotong biaya sewa.

• Pemilik kontrakan lain membebaskan penghuninya tak membayar sewa hingga

wabah berakhir.

DESYINTA girang mendapat surat dari induk semang rumah kontrakannya di


Jalan Dukuh V, Kramat Jati, Jakarta Timur, pada 20 April lalu. Isinya:
pemberitahuan potongan biaya sewa kontrakan sementara sebesar 50 persen dari
harga normal. Diskon yang diberikan untuk menghadapi pandemi Covid-19 itu
mulai berlaku pada awal Mei. "Saya bayar jadi setengahnya, Rp 450 ribu," ujar
Desyinta, Selasa, 12 Mei lalu.

Pekerja swasta itu mengatakan potongan harga tersebut sangat membantunya.


Sebab, perusahaan tempat dia bekerja sudah memotong sebagian gaji karyawan.
Mau tak mau Desyinta harus menghemat pengeluarannya agar bisa bertahan di
Ibu Kota.

Pemilik rumah, Dian Sofiyanti, memberikan diskon kepada 80 penghuni dua


kontrakannya di kawasan Kramat Jati dan Cilangkap karena tak tega melihat
kondisi masyarakat akibat wabah virus corona. Menurut Dian, berita televisi yang
ditontonnya kerap berisi kabar tentang banyaknya pekerja yang dipecat ataupun
pedagang yang penjualannya menurun drastis. Hendak pulang kampung, mereka
tak bisa karena ada larangan dari pemerintah.
Perempuan 44 tahun itu lalu teringat para penghuni kontrakan yang isinya
merupakan pedagang di Pasar Induk Kramat Jati, pengemudi ojek aplikasi, serta
karyawan swasta. Dian memotong biaya kontrakan hingga pagebluk berakhir. "Ini
saja yang bisa saya lakukan. Semoga bisa meringankan beban," ucapnya.

Endang Yuliastuti, pemilik dua unit kontrakan di Kampung Gaga, Ciledug, Kota
Tangerang, Banten, juga membantu dua penghuni yang bekerja sebagai pedagang
keliling dan buruh harian. Setelah berdiskusi dengan suaminya, guru sekolah
menengah pertama di kawasan Mayestik, Jakarta Selatan, ini membebaskan
mereka dari kewajiban membayar sewa. Menurut Endang, para penghuni
kontrakannya termasuk orang yang paling terkena dampak wabah corona.

Biasanya, setiap bulan Endang menerima Rp 1 juta dari tiap kontrakannya. Ia


sudah memberi tahu penghuni bahwa biaya sewa tak perlu dibayar hingga Juni
mendatang. Namun, melihat pandemi takjelas kapan akan berakhir, Endang dan
suaminya bersepakat membebaskan penghuni dari kewajiban itu hingga wabah
selesai. "Kami sudah biasa mendapatkan uang kontrakan dari mereka, apa
salahnya membantu dalam keadaan sulit seperti ini," tuturnya.

Pos pengaduan hak penduduk melalui WhatsApp yang dibuka sejumlah


organisasi kemasyarakatan sipil mencatat sebagian warga di Jakarta dan Jawa
Barat kesulitan membayar sewa rumah kontrakan ataupun kos. Ketua Bidang
Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Muhammad Isnur
mengatakan ada hampir seratus laporan mengenai tunggakan tersebut.

Direktur EksekutifRujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja mengatakan


laporan itu diteruskan kepada pemerintah DKI Jakarta. "Kami ingin pemerintah
yang memberikan hunian sementara," ujamya. Muhammad Isnur menyatakan
koalisi ingin ada solusi secara struktural dari pemerintah. "Tapi kami
mempersilakan jika ada yang mau membantu langsung," katanya.

Salah satu pelapor, Ivan Pemando, berkisah, kontrakan yang ia huni di Wisma
Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Selatan, disegel pemiliknya pada 19 April lalu.
Pengojek online 30 tahun ini tak bisa membayar biaya sewa Rp 500 ribu per bulan
karena penghasilannya merosot drastis. Bersama istri dan dua anaknya, ia
terpaksa mengungsi ke rumah orang tuanya. "Barang-barang di kontrakan tak bisa
saya ambil," ucap Ivan, yang penghasilannya tinggal Rp 70 ribu per hari.

Ivan mengatakan sudah ada donatur yang memberinya duit Rp 200 ribu dan paket
kebutuhan bahan pokok. Menurut dia, bantuan ini bakal memperpanjang
napasnya dan keluarga hingga pertengahan Mei.
Tipu-tipu Koperasi lndosurya
Menghimpun Dana Nasabah
hingga Rp 10 Triliun

Suasana Kantor Indosurya di gedung Grha Surya, Setiabudi, Jakarta, 11 April 2020./TEMPO/M
Taufan Rengganis

• Polisi menetapkan petinggi Indosurya, Henry Surya dan Suwito Ayub, sebagai

tersangka kasus penipuan, penggelapan, bank ilegal, dan pencucian uang.

• Total simpanan nasabah mencapai Rp 10 triliun.

• Koperasi menawarkan dua opsi penggantian dana nasabah.

BERSAMA dua kerabatnya, Karmila Susanto bertandang ke Gedung Plaza


Indosurya, Jakarta Pusat, pada Senin, 11 Mei lalu, untuk memenuhi undangan
Koperasi Simpan Pinjam Indosurya Cipta. Pertemuan di lantai 7 gedung itu
mengagendakan penandatanganan surat kesepakatan penyelesaian simpanan
mereka yang tertahan di koperasi. "Mereka menawarkan aset. Kalau dihitung-
hitung, kami seperti ngasih diskon 70 persen ke mereka," ujar Karmila, Senin, 11
Mei lalu.

Kepada seorang kerabat Karmila, koperasi menawarkan aset berupa rumah toko
di Ciledug, Kota Tangerang, yang nilainya Rp 3-4 miliar. Padahal saldo simpanan
kerabat Karmila di koperasi senilai Rp 11 miliar. Jika menerima tawaran tersebut,
nasabah hams meneken surat kesepakatan bahwa sertifikat bilyet Rp 11 miliar
yang diterbitkan koperasi tak berlaku lagi. Jika mereka menolak, koperasi akan
mencicil pembayaran selama 15 tahun.

Kerabat Karmila lainnya yang mempunyai simpanan Rp 2 miliar ditawari rumah


toko di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang harganya sekitar Rp 400 juta. "Tentu
saja kami menolak," kata pengusaha tas impor di kawasan Mangga Dua, Jakarta,
ini. Pilihan lain, koperasi akan melunasi pembayaran dalam kurun 15 tahun juga.
Adapun Karmila, yang mempunyai simpanan Rp 6 miliar atas nama ibunya di
koperasi itu, belum disodori opsi penyelesaian.

Koperasi Indosurya menawarkan dua opsi penyelesaian tersebut setelah gagal


membayar bilyet yang jatuh tempo ataupun bagi hasil kepada sebagian nasabah
sejak 10 Februari lalu. Dua pekan kemudian, sejumlah nasabah mulai menerima
surat dari Indosurya bahwa uang simpanan mereka tidak bisa dicairkan dan baru
bisa diambil enam bulan hingga empat tahun mendatang, tergantung nominalnya.

Nasabah mulai kalut. Koperasi yang berdiri pada September 2012 ini mulanya
menyiasati dengan membolehkan penarikan dengan batas Rp 1 juta per nasabah
mulai 9 Maret. Tiap hari Indosurya membatasi hanya 50 orang di seluruh
Indonesia yang boleh menarik uang. Padahal jumlah nasabah Indosurya sekitar
8.000 orang dengan total simpanan mencapai Rp 10 triliun.

Pimpinan Grup Indosurya, Henry Surya./Indosuryalife.co.id

Kebanyakan nasabah Indosurya bukan anggota koperasi, melainkan berstatus


calon anggota. Para nasabah juga tak pemah diajak rapat tahunan sebagaimana
koperasi pada umumnya.

Untuk meredam kepanikan, hos Indosurya Group, Henry Surya, mengundang


nasabah platinum atau mereka yang mempunyai simpanan di atas Rp 10 miliar ke
sebuah hotel di Jakarta Selatan. Salah satu nasabah platinum, Tien, yang meminta
namanya disebut begitu, menaruh simpanan berjangka di Indosurya senilai Rp 30
miliar sejak tahun lalu. Pengusaha kuliner Jawa ini tergiur menyimpan uang di
Indosurya karena iming-iming bunga tinggi, sebesar 10,5 persen.

Koperasi Indosurya menawarkan bunga mulai 6,25 hingga 10,5 persen per tahun,
tergantung nominal simpanan. lmbal hasil ini jauh di atas bunga deposito bank
konvensional yang berkisar 4-6 persen. "Waktu itu saya ketemu Pak Henry
langsung. Dia bilang jangan khawatir. Dia memiliki perusahaan-perusahaan besar
yang tergabung dalam Indosurya Group," ujar Tien.

Bilyet Tien senilai Rp 30 miliar diteken langsung oleh Henry. Padahal nama
Henry sudah tak tercatat lagi di akta kepengurusan koperasi sejak Februari 2018.

Menurut Tien, setelah Indosurya gagal bayar, Henry menawarinya opsi cicilan
selama sepuluh tahun atau mengganti simpanan dengan tanah di Sentul, Bogor,
Jawa Barat, yang per meter perseginya diklaim seharga Rp 2,5 juta. Temyata,
setelah dicek, harga pasaran tanah di sana sekitar Rp 1 juta per meter persegi.
Waktu itu Tien belum mengambil keputusan. Dua bulan berlalu seusai pertemuan
dengan Henry, tak ada kabar lagi dari Indosurya. Tien belakangan tahu, Badan
Reserse Kriminal Kepolisian RI menetapkan Henry dan Direktur Operasional
Koperasi Indosurya Suwito Ay u b sebagai tersangka.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Komisaris


Besar Ahmad Ramadhan, mengatakan Henry dan Suwito dijadikan tersangka
berdasarkan laporan dua nasabah Indosurya yang masing-masing dirugikan Rp
28,2 miliar dan Rp 3,3 miliar. Henry selaku penanggungjawab koperasi dan
Suwito sebagai direktur operasional dijerat dengan pasal penipuan, penggelapan,
tindak pidana perbankan, dan pencucian uang.

Menurut Ahmad Ramadhan, modus Henry dan Suwito adalah menghimpun dana
nasabah koperasi dengan memberikan bunga tinggi melampaui bunga bank.
"Mereka tidak mempunyai izin menghimpun dana masyarakat dari Bank
Indonesia," ujar Ramadhan.

Kuasa hukum Henry, Juniver Girsang, mengatakan gagal bayar lndosurya


merupakan imbas dari kasus gagal bayar asuransi Jiwasraya. Sebab, kata dia,
sejak beroperasi pada 2012, koperasi tak pemah bermasalah. Menurut Juniver,
nasabah panik melihat situasi di Jiwasraya sehingga mulai menarik simpanan di
Indosurya dalam waktu bersamaan dan dalam jumlah besar. "Kalau terjadi
pengambilan dana besar-besaran, bagaimana koperasi bisa beroperasi secara
normal? Bisnis akan terganggu," ucapnya.

Juniver mengklaim Henry akan menyelesaikan seluruh kewajibannya terhadap


nasabah. "Klien kami tidak akan kabur. Sedari awal ada di sini untuk
mempertanggungjawabkan," ujamya. Dalam waktu dekat, menurut Juniver,
Henry akan meminta audit ekstemal terhadap koperasi untuk mengetahui kondisi
sebenamya. Yang terpenting, kata dia, uang nasabah tak akan hilang. "Tinggal
bagaimana pembayarannya berkelanjutan."

Sebagai koperasi, kiprah Indosurya diawasi Kementerian Koperasi dan U saha


Kecil dan Menengah. Berbeda dengan keterangan Juniver yang mengklaim
masalah di Indosurya baru terjadi Februari lalu, Kementerian Koperasi mendapat
fakta sebaliknya. Pada 2018, Kementerian Koperasi melakukan evaluasi, lalu
memberikan imbauan kepada Indosurya. Kementerian menemukan dana yang
dihimpun dari anggota dan calon anggota dialirkan dalam bentuk cessie ke grup
perusahaan Indosurya. Ini menyalahi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Koperasi bahwa pinjaman hanya untuk anggota, bukan ke grup
perusahaan sendiri.

Masyarakat yang menyimpan dana di sana selama dua tahun atau lebih juga tetap
berstatus sebagai calon anggota. Padahal, ketentuannya, status calon anggota
paling lama hanya tiga bulan. Tapi Kementerian Koperasi tak punya taring untuk
menghentikan penyimpangan Indosurya. Menteri Koperasi Teten Masduki
mengakui kewenangan lembaganya dalam membina koperasi selama ini kurang
bergigi. Berdasarkan Undang-Undang Koperasi, kewenangan Kementerian
Koperasi lebih diarahkan pada pembinaan, pelatihan, dan konsultasi.
--- O:OUclWm-t

oe,r,
C- "':..,-:::;::
":o:.
·-"!! •
-::.=,_=Q;i! ,_
ICAC.0.i;.,t,J, • S...-,iKo\C.M•

·-
1.,
·-
Mo , . - ..... - - _ . . . . . - ..

.,_ , - ....
........ ,,_

.,.,. . ·-
....
'·""''
L.._ =-m.

... ,
'°'11-...,.•JDl..l.llM L -
L7''l
,... ,..,
JA,1"..,.JOlllt.MUll•

,,_
if"laJW.,Aiu,Qtf.-,
•US1'
''"
�PafAk lt)'K
• ��,111"1 � n nQffl4"1.i IDR:2:$,QJf •Ofl-49't11'Ntrfl�bokhbnoli.buws
uinE� HtwOf.�lti'� bot'f.ilu.i lltptt N'£W CU:, � \ � � • 1 . t "'°"Wk:1t>PCP

Besaran bunga simpanan di Koperasi Simpan Pinjam Indosurya Cipta yang ditawarkan oleh
Indosurya Inti Finance./Istimewa

Waiau demikian, Teten mengatakan timnya sedang membujuk anggota Indosurya


agar mendesak pengurus menggelar rapat tahunan sebagai kekuasaan tertinggi
koperasi. Lewat mekanisme ini, seharusnya anggota berhak mendapat keterangan
soal perkembangan koperasi. Pengurus koperasi memang hams bertanggung
jawab kepada anggota. Menurut Teten, berdasarkan Pasal 34 ayat 1 Undang-
Undang Koperasi, bila ada kesengajaan atau kelalaian yang menyebabkan
koperasi merugi, hal tersebut ditanggung oleh pengurus dan bisa diganti dengan
harta pribadi mereka. "Bahkan bisa dituntut pidana," ujar Teten.

Ihwal kebanyakan nasabah Indosurya tak berstatus anggota koperasi, Teten


memahami. Menurut dia, penempatan dana di koperasi oleh non-anggota
sebenamya tidak boleh. "Ini disiasati untuk mencari pembiayaan dari luar
anggota. Ini praktik shadow bank," ucapnya. Karena itu, Kementerian Koperasi
berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan serta Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia untuk mencari jalan keluamya.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan, dalam rapat itu Indosurya Group tak mengakui
hubungan hukum dengan Koperasi Simpan Pinjam Indosurya. Plang Koperasi
Simpan Pinjam Indosurya Cipta belakangan juga dicopot dan diganti dengan
lndosurya Finance. "Koperasi lndosurya dan grup keuangan lndosurya entitas
yang berbeda dari sisi kepemilikan," kata juru bicara OJK, Sekar Putih Djarot.

Licinnya Koperasi Indosurya dalam menghapus kaitan dengan grup usaha tempat
bemaung mendorong nasabah mencari pegangan. Pada 7 Mei lalu, sejumlah
nasabah menggelar rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat yang membidangi koperasi. Karmila dan sejumlah nasabah juga
beranjangsana secara khusus dengan anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan di Komisi VI, Darmadi Durianto, dan Hendrawan Supratikno di
Komisi XI, yang membidangi keuangan dan perbankan. Menurut Darmadi, dalam
pertemuan itu ia menanyakan faktor sebenamya yang membuat nasabah mau
menyimpan uangnya di Koperasi Indosurya. "Bunga tinggi belum tentu menarik
untuk menyimpan uang di koperasi," ucap Darmadi.

Kini Karmila Susanto tak lagi memikirkan memetik bunga tinggi dari lndosurya.
"Kami ingin mendapat kepastian bahwa kasus ini benar-benar diusut dan uang
kami kembali," ujamya.
Hilangnya Kesaksian Para Saksi
Kunci di Sidang Penyerang
Novel Baswedan

Tangkapan layar dari siaran langsung saat Saksi Nursalim mengecek bukti baju gamis milik Novel
Baswedan yang dibawa]aksa di Pengadilan Negeri]akarta Utara, 6 Mei 2020./Antara/Livia
Kristianti

• Jalcsa talc menghadirkan salcsi kunci kasus penyiraman air keras terhadap

Novel Baswedan.

• Keterangan para salcsi penting itu berbeda dengan penjelasan jalcsa dalam

dalcwaan.

• Bagian baju gamis Novel Baswedan yang terkena siraman air keras talc ada lagi.

SEPULUH hari berturut-turut, dua orang datang sebelum subuh dan pergi
menjelang terang tanah ke warung Nono di Jalan Deposito, Pegangsaan Dua,
Kelapa Gatling, Jakarta Utara. Minuman yang dipesan kedua tamu tak dikenal itu
selalu sama. Pria gempal memesan susu, sedangkan rekannya yang bertubuh agak
kurus memesan segelas kopi.

Kedatangan mereka terjadi tiga pekan sebelum penyidik Komisi Pemberantasan


Korupsi, Novel Baswedan, disiram dengan air keras, pada 11 April 2017. Lewat
tiga tahun, Nono masih mengingat tampang mereka. "Wajah mereka mirip dengan
pelaku penyerangan yang sekarang disidang," ujar Nono pada Ahad, 10 Mei lalu.

Penjelasan pria 41 tahun itu tak selaras dengan isi dakwaan terhadap Rahmat
Kadir Mahulette dan Ronny Bugis, dua anggota Brigade Mobil terdakwa
penyerang Novel. Menurut jaksa, Rahmat mengintai rumah kediaman Novel
menjelang tengah malam seorang diri. Pengintaiannya tersebut terjadi pada 8
April 2017 atau tiga hari menjelang peristiwa penyiraman.
Ronny Bugis/TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Dalam dakwaan disebutkan, Rahmat baru mengajak Ronny pergi ke sekitar rumah
Novel pada hari penyerangan. Ia tak menjelaskan maksud ajakannya, termasuk air
aki yang ia siapkan. Skenario penyerangan dirancang Rahmat selepas Novel
menunaikan salat subuh di Masjid Al-Ihsan yang berjarak puluhan meter dari
rumah sang penyidik. Rahmat meminta Ronny memboncengkannya mendekati
Novel yang sedang berjalan pulang, lalu menyiramkan air keras.

Akibat penyerangan itu, penglihatan Novel rusak. Mata kiri Novel tak tertolong
meski sudah diobati di Singapura. Sedangkan mata kanannya memburuk.
Menurut dakwaan, Rahmat menggunakan air aki untuk menyiram wajah Novel.
Cairan tersebut ia peroleh dari pul kendaraan satuan Brigade Mobil di Kelapa
Dua, Depok, Jawa Barat.

Kronologi versi Nono diperkuat keterangan Setiyono, 61 tahun, tetangga Novel.


Ia mengaku pemah melihat orang asing dengan gerak-gerik mencurigakan tiga
pekan sebelum penyerangan. Orang tersebut duduk cukup lama di pinggir selokan
menghadap rumah Novel. Tubuhnya agak kurus. Seorang pria lain berperawakan
rada gempal barn ia lihat keesokan harinya tak jauh dari masjid.

Setiyono ragu jika keduanya adalah Rahmat dan Ronny Bugis. Ia condong setuju
dengan sketsa wajah yang pemah dibuat Tempo dan polisi saat penyidikan.
Rekonstruksi wajah itu mengarah pada dugaan keterlibatan dua pria berinisial HH
dan MO. Belakangan, polisi membantah dugaan keterlibatan mereka. Menurut
polisi, keduanya berada di Malang, Jawa Timur; dan Bogor saat kejadian.

Keterangan Abdul Rahim Hasan, 41 tahun, imam Masjid Al-Ihsan, juga ragu
terhadap isi dakwaan. Ia menduga pengintaian terhadap Noveljuga dilakukan
sehari menjelang penyerangan. Seorang pria mirip Ronny ia temui saat akan
menunaikan salat subuh di Al-Ihsan. Pria tersebut datang bersama pria lain yang
berbalut jaket hitam dan mengendarai sepeda motor.

Hasan tak mengenali pria berjaket hitam karena wajahnya tertutup helmfullface
yang membekap seluruh wajah. Ketika berpapasan, pria itu duduk di atas sepeda
motor. Mesinnya masih menyala. Menurut dia, motor yang mereka gunakan
adalah Yamaha Byson, bukan jenis matic seperti yang diakui para terdakwa dalam
berkas tuntutan. "Mereka tidak salat, hanya menunggu di luar masjid," katanya.
Nono, Setiyono, dan Hasan mengaku sudah menyampaikan kesaksian itu kepada
polisi. Tapi berkas pemeriksaan mereka tak digunakan polisi ataupun jaksa untuk
keperluan pembuktian. Ketiganya tak mengerti mengapa belum menerima surat
panggilan untuk bersaksi dalam persidangan. "Ada banyak saksi lain di sekitar
perumahan ini yang juga tidak dipanggil," ucap Hasan.

Berkas persidangan menyebutkan jaksa hanya akan mendatangkan 22 saksi.


Mereka yang dipanggil adalah orang-orang yang mengetahui peristiwa saat dan
setelah kejadian. "Skenario pembuktian seperti ini tidak akan merangkai peristiwa
secara utuh," ujar pengacara Novel yang juga Koordinator Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Yati Andriyani.

Menurut Yati, keterangan para saksi yang mengetahui peristiwa sebelum


penyerangan penting digali untuk membuktikan bahwa penyerangan itu dilakukan
secara sistematis dan terencana. Juga untuk mengejar keterlibatan orang lain atau
dalang penyerangan. "Hakim harus berani mengejar fakta di tengah keraguan
publik ataupun korban," katanya.

Rahmat Kadir Mahulette/TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Koordinator Tim Advokasi Novel Baswedan, ArifMaulana, tak menangkap kesan


serius para jaksa untuk mengejar fakta. Saat bersaksi di sidang, Novel seolah-olah
ditempatkan sebagai terdakwa. Jaksa berulang kali memojokkan Novel ihwal
penganiayaan pelaku pencurian sarang burung walet ketika ia masih bertugas
sebagai polisi di Bengkulu pada 2004.

Menurut Arif, peristiwa itu tak memiliki kaitan dengan persidangan Ronny dan
Rahmat. Menjadikannya sebagai motif yang melatari perbuatan pelaku dinilai tak
berdasar. Pemeriksaan Ombudsman RI pun menyimpulkan bahwa kasus sarang
burung walet merupakan upaya kriminalisasi terhadap Novel. "Isu ini sengaja
diangkat kembali untuk mengalihkan perhatian publik," ujar Arif.

Kejanggalan lain yang mengejutkan adalah pengakuan Nursalim, 41 tahun. Ia


adalah saksi yang memindahkan baju gamis Novel dari tempat wudu ke teras
rumah Novel. Saat memberi kesaksian dalam sidang pada Selasa, 5 Mei lalu, ia
melihat perubahan pada baju tersebut. Bagian yang terkena siraman air keras
hilang terpotong. "Sepertinya sudah tergunting," katanya.

Nursalim mengaku kulit tangannya sempat merasakan panas ketika memindahkan


baju tersebut. Menurut dia, efek air keras semestinya jelas terlihat pada benda
yang terkena siraman. Hingga saat ini, misalnya, cairan tersebut masih
meninggalkan noda di pagar rumah dan lantai beton. Ia mengaku tak lagi melihat
noda tersebut di baju gamis yang kini menjadi barang bukti untuk menjerat kedua
terdakwa.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Inspektur Jenderal Raden


Prabowo Argo Yuwono enggan menanggapi kejanggalan seputar persidangan
kedua terdakwa. Begitupun saat ditanyai soal pemeriksaan saksi penting yang tak
dipanggil ke persidangan. Ia menyerahkan proses pembuktian kepada pengadilan.
"Biar nanti hakim yang rnenentukan," tuturnya.

Respons Kepala Seksi Penerangan Hukurn Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Nirwan
Nawawi juga tak berbeda. Ia mengaku tak mengetahui jumlah saksi yang
diperiksa polisi dan alasan di balik pemilihan para saksi untuk keperluan sidang.
"Saya lengkapi data <lulu," ujamya.

Agar persidangan tak rnenjadi panggung sandiwara, tim pengacara Novel


menyurati Badan Pengawas Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial untuk
memantau persidangan. Surat juga dikirimkan kepada Kornisi Kejaksaan. "Jangan
sarnpai rnenjadi peradilan sesat," kata Andi Muhammad Rezaldy, anggota tirn
pengacara Novel.

RIKY FERDIANTO

Penyerangan Novel Baswedan Novel Baswedan


Saat Pandemi, Kita Bicara
Kemanusiaan
1

Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari MarsudijABI_RA

• Kasus pelarungan jenazah tiga ABK asal Indonesia oleh kapal berbendera Cina,

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendesak perusahaan pemilik kapal

bertanggung jawab.

• Menteri Retno menyoroti perlunya evaluasi proses rekrutmen calon ABK di

dalam negeri dan meminta pemerintah Cina membantu pengusutan kasus ABK

asal Indonesia.

• Selama penanganan pandemi Covid-19, Menteri Retno menegosiasikan pasokan

alat pelindung diri dan obat dari Korea Selatan dan Jepang serta pemulangan

WNI yang terkena dampak.

DARI Korea Selatan, kabar pelarunganjenazah tiga warga negara Indonesia yang
bekerja di kapal penangkap ikan berbendera Cina menyulut kehebohan di Tanah
Air. Peristiwa yang pertama kali dilaporkan stasiun televisi MBC pada Rabu, 6
Mei lalu, itu seketika viral di berbagai pemberitaan dan media sosial di Indonesia.

Kasus ini tak luput membuat sibuk Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari
Marsudi. Ia mengerahkan para diplomat di Jakarta, Beijing, hingga Seoul untuk
menelusuri persoalan yang melibatkan perusahaan asal Cina itu. "Kami juga
meminta pemerintah Tiongkok membantu kami mendalami isu ini karena ini kan
pihak swastanya," kata Retno dalam wawancara khusus dengan Tempo, Jumat, 8
Mei lalu.

Meski sedang berfokus menangani pandemi Covid-19, Retno menjamin


pemerintah tidak akan menomorduakan kasus yang merugikan anak buah kapal
(ABK) asal Indonesia itu. Ia menyoroti pentingnya proses rekrutmen di dalam
negeri untuk mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ABK Indonesia di kapal-
kapal asing. "Kalau hulunya tidak kukuh, tidak jelas rekrutmennya, akan
berimbas pada hilirnya," ucap Retno, 57 tahun.
Dari kantomya di Pejambon, Jakarta Pusat, Retno berbincang dengan wartawan
Tempo, Sapto Yunus, Mahardika Satria Hadi, dan Gabriel Wahyu
Titiyoga, melalui konferensi video. Selama lebih dari satu jam, ia menceritakan
penanganan kasus ABK, kerja sama negara-negara anggota Gerakan Non-Blok
dalam mengatasi pandemi Covid-19, hingga pemulangan ribuan warga Indonesia
dari beberapa negara yang terkena dampak pandemi. Retno memberikan
keterangan tambahan pada Ahad, 10 Mei lalu.

Apa yang sebenarnya terjadi di balik pelarungan tiga jenazah ABK


asaZ Indonesia itu?

Saya ingin membaginya begini, cerita pertama tentang 46 ABK yang bekerja di
empat kapal berbendera Tiongkok. Ada kapal Long Xing 629, Long Xing 605,
Tian Yu 8, dan Long Xing 606. Di kapal Long Xing 629, misalnya, ada 15 ABK
kita yang bekerja di sana. Satu orang di antaranya, EP, meninggal saat kapal
merapat di Busan, Korea Selatan. Jadi saat mereka sudah di darat, satu orang
sakit, lalu dirawat dan akhimya meninggal karena memiliki penyakit bawaan
pneumonia. Nah, 15 ABK itu, baik yang sehat maupun yang meninggal, sekarang
sedang dipulangkan. Jadi soal penanganan ABK di kapal pertama ini bisa
dikatakan done.

(Retno telah bertemu dengan 14 anak buah kapal di Balai Karantina Bambu
Apus, Jakarta Timur, Ahad pagi, 10 Mei lalu. Mereka tiba dua hari sebelumnya
pada pukul 15.15. Jenazah EP juga tiba pada hari yang sama. Dari pertemuan
itu, Retno mendapat informasi tentang persoalan pembayaran gaji dan jam kerja
mereka yang rata-rata lebih dari 18 jam per hari.)

Bagaimana dengan ABK lain?

Kapal kedua ada delapan WNI, kapal ketiga ada tiga WNI. Semuanya sudah
kembali pada 24 April lalu. Jadi bisa dikatakan dua kapal ini done. Kapal terakhir
isinya 20 ABK. Sebanyak 18 orang sudah kembali pada 3 Mei lalu. Dua orang
lainnya masih di kapal dan dalam proses pemulangan. Ini cerita pertama
mengenai penanganan 46 ABK Indonesia yang bekerja di empat kapal berbendera
Tiongkok. Relatif hampir selesai semuanya. Cerita kedua yang banyak keluar di
media sosial adalah mengenai pelarungan tiga jenazah WNI. Jadi intinya begini,
yang meninggal itu ada empat orang. Satu yang tadi di Busan. Dua orang lainnya,
SP dan AL, dari Long Xing 629 meninggal pada Desember 2019. Kapal berlayar
di Samudra Pasifik dekat Samoa. Duta Besar Indonesia di Wellington, Selandia
Baru, yang melaporkan. Saat itu, kami sudah bergerak.

Bagaimana penjelasannya ketika itu?

Dari keterangan kapten kapal, dan ini perlu diinvestigasi lagi, WNI yang
meninggal itu karena penyakit menular. Untuk memproteksi awak kapal yang lain
dan sudah dengan persetujuan awak kapal yang lain, jenazah dilarung atau
dikubur di laut. Menurut Organisasi Perburuhan Intemasional (ILO) memang ada
istilah burial at sea. Ini bukan hal yang pertama kali terjadi. Tapi di ILO diatur
dalam kasus apa jenazah awak kapal bisa dikuburkan di laut.

Apa ketentuannya?
Ada beberapa ketentuannya, antara lain kalau penyakitnya menular, kapal tidak
memiliki sistem pendingin, kapal berada jauh dari pelabuhan. Kapal-kapal ini
adalah kapal longline yang biasanya mengambil ikan di laut lepas. Jadi jauh dari
sana-sini. Karena itu, dalam investigasi nantinya keterangan yang kami inginkan
dari perusahaan adalah apakah semua ketentuan ILO sudah dipenuhi.

Bagaimana dengan satu ABK lain yang meninggal?

Satu ABK itu, AR, sakit pada 26 Maret lalu. Ini dari kapal yang sama (Long Xing
629). Saat itu, dia akan ditransfer ke kapal Tian Yu 8 agar mendapat pengobatan
karena mencari pelabuhan yang terdekat. Tapi, belum sampai berobat, dia
meninggal pada 30 Maret. Lalu dikuburkan di laut esoknya. Menurut informasi
dari pihak perusahaan, sudah ada persetujuan dari keluarga. Ini sekali lagi
informasi dari perusahaan. Semua informasi yang masuk akan diverifikasi lebih
lanjut oleh pemerintah.

Bagaimana dukungan dari pemerintah Cina dalam penanganan


kasus ini?

Kami menjalin komunikasi dengan Duta Besar Tiongkok di Jakarta. Intinya kami
meminta pemerintah Tiongkok membantu kami mendalami isu ini karena kan ini
swastanya. Tapi akan lebih gampang bagi kami kalau antar-pemerintah bekerja
sama mendalami isu ini. Kami minta pemenuhan tanggung jawab dari perusahaan
Dalian Ocean Fishing Co Ltd terhadap para awak kapal. Duta Besar Tiongkok
menyampaikan pemerintah Tiongkok akan memastikan
perusahaan Dalian memiliki tanggungjawab untuk mematuhi hukum yang
berlaku dan kontrak yang disepakati.

Apakah semua ABK asal Indonesia itu, termasuk yang sudah


meninggal, diduga menjadi korban perdagangan manusia?

Itu yang akan kami dalami. Prinsipnya begini, kalau human trafficking berarti
harus ada unsur bahwa apa yang mereka alami itu tidak sama dengan apa yang
dijanjikan. Misalnya yang dijanjikan adalah mereka digaji seribu, tapi temyata
mereka hanya digaji berapa ratus. Lalu dijanjikan bekerja selama delapanjam
setiap kali shift, temyata dipekerjakan selama 20 jam, atau bekerja hanya pada
satu kapal tapi temyata ditransfer. Ada yang misalnya boleh cuti pulang setiap
berapa bulan tapi temyata tidak terjadi. Ini yang harus kami dalami.

Apa pangkal persoalan yang menimpa para ABK Indonesia di


kapal-kapal penangkap ikan berbendera Cina itu?

Perlindungan warga negara Indonesia merupakan salah satu prioritas politik luar
negeri. Dari waktu ke waktu, perlindungan ini tidak makin mudah karena
mobilitas orang makin tinggi, lalu wilayah-wilayah konflik makin lebar. Soal
tenaga kerja Indonesia itu, banyak sekali yang di hulunya harus diperkukuh.
Kalau hulunya tidak kukuh, tidak jelas rekrutmennya, akan berimbas pada
hilimya. Misalnya untuk rekrutmen yang tidakjelas, apalagijika tanpa kontrak
atau kontraknya lemah, maka otomatis hak-hak untuk perlindungan mereka juga
lemah. Terkadang para tenaga kerja kita saat menandatangani kontrak tidak
membacanya dengan detail. Kalau disodori kertas bayangannya mendapatkan
pekerjaan. Maka dengan serta-merta kontrak tersebut ditandatangani.

Apa yang seharusnya mereka lakukan?


Salah satu yang kami sarankan adalah, saat pelaksanaan kontrak, tolong ada
pendampingan dari pemerintah. Sehingga warga negara kita tahu pasti apa yang
ditandatangani, termasuk hak dan kewajibannya.

Bagaimana pemerintah mencegah hal seperti ini tidak terjadi lagi?

Kalau di hulu tidak dirapikan, warga negara kita akan selalu menjadi korban. Ada
pihak-pihak yang banyak mengantongi uang dengan praktik-praktik seperti ini di
atas penderitaan orang banyak dan tidak berkemampuan. Saya bersemangat dan
agak emosi juga kalau berbicara tentang perlindungan. Mereka ini sebenamya
justru harus lebih banyak dilindungi karena tidak mampu. Tapi masih ada orang
yang terns memanfaatkan ketidakberdayaan mereka untuk
kepentingan kantongnya. Ini harus diputus .

•••

Sebanyak 39 negara anggota Gerakan Non-Blok, termasuk Indonesia,


membentuk gugus tugas penanganan Covid-19. Apa saja bentuk konkret
kerja samanya?

Intinya akan membuat database mengenai keperluan yang dibutuhkan negara


anggota Gerakan Non-Blok, terutama pemenuhan alat-alat kesehatan. Kebutuhan
ini akan dikumpulkan dan dikomunikasikan dengan negara-negara donor,
organisasi intemasional, dan lain-lain. Database ini sangat penting karena per
kemarin menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah ada 214 negara dan
teritori yang terkena dampak. Jumlah kasusnya lebih dari 3,6 juta. Penambahan
setiap hari berada pada kisaran 80 ribu kasus baru. Yang kita khawatirkan adalah
negara-negara berkembang, terutama di Afrika yang belum memiliki kapasitas
pengetesan secara masif. Saat pengetesan dilakukan secara masif, saya khawatir
angkanya akan cukup besar. Negara berkembang,
terutama least developed countries, akan mengalami tantangan yang lebih besar
dibanding negara maju dan negara middle income seperti kita.

Apakah dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok pada 4


Mei lalujuga dibahas soalpenyediaan vaksin?

Mengenai obat dan vaksin selalu saya bawa dalam berbagai forum intemasional
dan pembicaraan dengan berbagai menteri luar negeri. Yang kita alami saat
berbicara mengenai obat dan vaksin adalah soal ketersediaannya. Katakanlah obat
dan vaksinnya ada, apakah negara-negara miskin dapat memiliki akses dan bisa
membeli dengan harga terjangkau. Saat berbicara pandemi, kita berbicara soal
kemanusiaan. Kalau di satu bagian dunia pandemi ini tidak bisa dikelola dengan
baik, walaupun di bagian lain sudah selesai, bukan tidak mungkin bagian itu akan
terinfeksi lagi karena kita hidup di dalam desa besar bemama dunia. Ini yang
harus dipahami negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan besar farmasi.
Pertemuan Menlu RI dengan ABK WNI yang baru kembali dari Seoul setelah bekerja di Kapal
berbendera Cina. Jakarta 10 Mei lalu./Dok. Kementerian Luar Negeri

Kesediaan negara-negara maju seperti apa?

So far mereka menunjukkan keterbukaan. Tapi harus terns kita suarakan karena
vaksinnya sedang dikembangkan dan obatnya dalam uji
klinis. Once they are there, vaksin ditemukan dan diujicobakan pada manusia
dan obatnya berhasil, saya berharap sikap negara-negara maju dan industri
farmasi besar dunia tetap memperhatikan isu kemanusiaan.

Kalau dilihat dari kebutuhan Indonesia, kerja sama dengan negara


mana yang dinilai paling krusial untuk menangani wabah Covid-
19?

Kita tahu peristiwa ini unprecedented dan extraordinary. Kalau <lulu negara lain
sedang kesusahan, misalnya kena angin topan, ada bagian dunia lain yang tidak
kena dan bisa membantu. Kalau sekarang sak ndonya iku keno kabeh (seluruh
dunia terkena). Kita bisa lihat negara-negara maju dengan teknologi tinggi,
memiliki sistem kesehatan relatifbaik, temyata harus berjibaku
mengatasi pandemi. Dalam kondisi seperti ini, tiap negara tidak bisa berharap
akan ada bantuan besar dari negara lain. Tapi, dalam konteks kemitraan, kita
masih bisa menjalin kerja sama dengan 101 pihak intemasional, 9 di antaranya
negara dan 10 organisasi intemasional. Paling banyak adalah 82 dari lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dan swasta asing. Sejauh ini,
bentuk kerja samanya untuk pemenuhan keperluan medis dan obat.

Anda pernah sukses melobi pemerintah Korea Selatan dalam


penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis. Seperti
apa negosiasinya?

Kasusnya kita sama-sama butuh. Tapi hubungan personal yang baik itu akan
sangat membantu hubungan resmi yang baik. Saya dekat dengan Menteri Luar
Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha. Maka, setiap kali ingin bicara, saya
hanya cukup kirim teks, "Kyung-wha, can I call?" Kalau tidak sedang rapat, dia
biasanya langsung balas. Jadi saya bisa langsung telepon dia. Saat itu isunya
ketersediaan APD. Korea Selatan sudah lama sebenamya memiliki investasi di
sini. Mereka kirim bahan baku untuk pembuatan APD, dijahit dan dikemas di
Indonesia. Dalam kondisi biasa, pesanan ini dikembalikan ke Korea Selatan. Tapi
kan tidak elok dalam kondisi seperti ini kalau semua yang sudah dipesan
dikembalikan begitu saja. Kita juga sudah mengeluarkan aturan untuk membatasi
ekspor (perlengkapan medis dan APD).

Apa yang Anda katakan kepada Menteri Luar Negeri Korea


Selatan?

Lalu saya bicara bahwa ini sudah beyond contract. Korea Selatan berhak bilang
itu barang mereka, tapi please consider elemen lain. Akhimya kami bisa sepakat.
Kesepakatannya menu.rut saya is one o f the best results. Kita tidak hanya
mendapat 50-50, tapi juga ke depan bisa memperoleh bahan baku yang melebihi
kebutuhan mereka. Mereka setuju. Awalnya sekitar 110 ribu APD, waktu itu
kondisi kita kritis banget. Jadi negosiasinya membahas urusan nyawa.
Begitu deal done, kita bisa menyelamatkan banyak pekerja medis. Hal yang sama
terjadi untuk surgical gown dan obat Avigan dari Jepang.

Bagaimana penanganan terhadap WNI yang terkurung oleh


kebijakan lockdown di beberapa negara sementara mereka
kehabisan logistik?

Ini seperti kalau ada warga negara asing di Indonesia terus


kita berlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Warga negara asing itu
harus menghormati PSBB, seperti halnya kita berharap WNI menghormati
keputusan di negara tempat mereka tinggal. Kalau
negaranya completely lockdown, kami enggak bisa apa-apa. Gerakan para
diplomat dibatasi. Jadi akan kami bantu semaksimal mungkin selama masih bisa.
Perlindungan WNI masih sangat relevan dalam konteks pandemi. Kami harus
menangani WNI yang terdampar, ingin pulang, dan harus dievakuasi. Juga kasus-
kasus lain, seperti ABK, yang penanganannya harus sesuai dengan protokol
kesehatan.

RETNO LESTARI PRIANSARI MARSUDI

• Tempat dan tanggal lahir: Semarang, 27 November 1962 • Pendidikan: • S-1


Hubungan Intemasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1985) • S-2
Hukum Uni Eropa di Haagse Hogeschool, Belanda • Human Rights
Studies di University of Oslo, Norwegia • Karier: • Deputi Direktur Kerja Sama
Ekonomi Multilateral (2001) • Direktur Kerja Samaintra-Kawasan Amerika dan
Eropa (2002-2003) • Direktur Eropa Barat (2003-2005) • Duta Besar Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Republik
Islandia (2005-2008) • Direktur Jenderal Amerika dan Eropa (2008-2012) • Duta
Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012-2014) • Menteri Luar
Negeri (sejak 2014) • Penghargaan: Order ofMerit dari Raja Norwegia
(Desember 2011)
Sudah berapa banyak w a r g a I n d o n e s i a yang dipulangkan s e l a m a
m a s a pandemi?

Soal isu WNI, saya bicara soal repatriasi, bukan evakuasi. Jadi pulang secara
mandiri. Ini terkait dengan isu Malaysia dan ABK karena jumlahnya cukup besar.
Per 7 Mei lalu, sebanyak 71.659 WNI sudah pulang dari Malaysia. Sebagian besar
pekerja migran.

Berapa WNI di luar negeri yang terinfeksi Covid-19?

Di seluruh dunia sudah ada 723 orang yang terpapar Covid-19 per 7 Mei lalu.

S e b a r a n n y a di berapa negara?

Akeh banget (banyak sekali). Alm enggak mau menghitung negaranya. Di


Malaysia ada 79 orang; India juga banyak, hampir semuanya anggota Jamaah
Tabligh Indonesia; di Amerika Serikat ada 27 orang; Arab Saudi 72 orang. Dari
723 WNI yang terinfeksi, ada 347 orang yang masih dalam perawatan, 338 orang
sembuh, dan yang meninggal 38 orang.

Kasus meninggal di m a n a s a j a ?

Amerika Serikat, Arab Saudi, Belanda, Inggris, Jerman, Singapura, Malaysia, dan
Turki. Ada juga ABK di kapal Oasis of the Seas, Viking Star,
dan Costa Fascinosa.

Vaksin Covid-19 Covid-19 Virus Corona Kapal Asing dan Pencurian Ikan
Nelayan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi
Pola Korporasi di Kala
Pandemi: Beramai-ramai
Meminta Restrukturisasi
Utang

Deretan pesawat Garuda Indonesia di bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, 2 Maret lalu.
TEMPO/Tony Hartawan

• Korporasi menyiapkan restrukturisasi pembayaran utang akibat lesunya bisnis

di masa pandemi.

• Keringanan kredit hingga fasilitas pinjaman baru hanya untuk menyambung

napas perusahaan.

• Bahaya baru mengintai: likuiditas bank mengkeret.

IKAN lagi di laut, lada garam sudah di sengkalan. Kadung berpikir langkahnya
bakal menolong bisnis keluarganya yang sedang kusut, Kurnia Lesani Adnan
malah menerima "surat cinta" dari lembaga pembiayaan.

Lesani, generasi kedua pemilik perusahaan otobus PT SAN Putra Sejahtera (SAN
Group), adalah satu dari 3,8 juta debitor yang kepincut oleh program keringanan
utang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11 Tahun 2020.
Berlaku pada 16 Maret lalu, kebijakan stimulus restrukturisasi kredit dan
pembiayaan ini merupakan bagian dari langkah penyelamatan ekonomi nasional
yang terpukul pandemi Covid-19.

Merasa usahanya terkena dampak langsung wabah karena armada SAN Group tak
beroperasi sejak 24 April lalu, Lesani nekat mogok membayar cicilan leasing bus.
Dia mengira keringanan itu turun otomatis. Walhasil, pemberi utang melayangkan
surat peringatan kepada perusahaannya. "Surat itu dibarengi dengan status
kolektabilitas utang perusahaan yang naik," kata Lesani, Ahad, 10 Mei lalu.
Tak mau riwayat kredit perusahaannya cacat, Lesani buru-buru mengontak dua
perusahaan sewa guna usaha. Di dua lembaga pembiayaan nonbank milik swasta
tersebut, SAN Group punya tanggungan sebesar Rp 18 miliar. Dari dua pilihan,
membayar pokok atau bunga pinjaman, Lesani memilih yang terakhir. "Semua
pembiayaan swasta seperti itu. Ya sudah, jalani dulu sekuatnya," tutur Ketua
Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia tersebut.

Perlakuan berbeda Lesani peroleh dari PT Mandiri Tunas Finance (MTF),


perusahaan pembiayaan anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tok, yang
mengantongi piutang kepada SAN Group sebesar Rp 14 miliar. Pada awal April
lalu, Lesani mendapat surat dari MTF yang menawarkan penundaan pembayaran
pokok dan bunga utang. Tak perlu waktu lama bagi pria kelahiran Bengkulu 43
tahun lalu tersebut untuk mengambil kesempatan ini. "Kalau BUMN, bisa
langsung penundaan," ucap Lesani.

Awalnya, oleh Presiden Joko Widodo, stimulus penundaan utang dibingkai buat
usaha mikro, kecil, dan menengah. Tercakup dalam kelompok ini antara lain sopir
ojek yang mengangsur sepeda motor hingga nelayan yang mencicil perahu.
Pokoknya, rakyat kecil yang tersapu wabah.

Barn dalam POJK Nomor 11 Tahun 2020 penerima keringanan utang meluas dan
lebih jelas, yakni semua lapis warga dan usaha. Yang berhak menerimanya adalah
debitor yang mengalami kesulitan keuangan karena terkena dampak langsung
ataupun tak langsung Covid-19. Mereka terutama pelaku usaha di sektor
pariwisata, transportasi, perhotelan, perdagangan, pengolahan, pertanian, dan
pertambangan.

Keringanan juga dapat diberikan kepada pengusaha di luar sektor bisnis tersebut
asalkan bisa membuktikan telah menjadi korban pandemi, seperti adanya
kesulitan keuangan. Selain itu, kredit yang macet adalah yang pertama kali
dialami debitor, bukan pinjaman yang sedari dulu bobrok.

Program keringanan utang yang berlaku mulai 31 Maret 2020 hingga 31 Maret
2021 ini menjadi oasis bagi debitor konsumsi dan produktif untuk
memperpanjang napas mereka. OJK mencatat, sampai 10 Mei lalu, perbankan
sudah merestrukturisasi utang 3,88 juta debitor dengan total kredit Rp 336,97
triliun. Separuh dari jumlah debitor itu adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan
menengah dengan nilai kredit Rp 167, 1 triliun.

Adapun lembaga pembiayaan nonbank sudah meringankan pinjaman 1,32 juta


debitor dengan nilai kredit Rp 43,18 triliun. Masih ada 743 ribu kontrak
pembiayaan yang sedang diproses keringanannya. "Dengan restrukturisasi ini,
kalau ada nasabah yang menunggak pokok atau bunga, dia tetap masuk kategori
lancar," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam konferensi
virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Senin, 11 Mei lalu.

Melihat sudah banyak debitor yang mendapat keringanan kredit, Wimboh makin
yakin program ini baik buat nasabah dan pemberi utang. Nasabah mendapat
keringanan pembayaran cicilan. Sedangkan kreditor, baik bank maupun lembaga
pembiayaan, tidak perlu mencadangkan sejumlah dana bila ada kredit yang mulai
macet. Dengan begitu, likuiditas lembaga keuangan tetap terjaga. "Jadi saya heran
kalau disebut ada bank dan lembaga keuangan tidak ikut program ini," kata
Wimboh. "Semua ikut karena ini insentifbagi mereka."

Direktur Utama PT Hotel Sahid Jaya International Tbk Haryadi B. Sukamdani


salah satu yang bergerak cepat memanfaatkan kebijakan stimulus kredit tersebut.
Sejak awal Maret lalu, Haryadi, yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha
Indonesia, mendekati sejumlah bank untuk meminta keringanan.

Bersamajasa transportasi, perhotelan menjadi industri yang paling awal terpukul


dampak pandemi. Situasi makin tak menguntungkan bagi Grup Sahid, yang
selama ini merugi. Perseroan dan anak usaha banyak berutang kepada bank
swasta dan bank pembangunan daerah serta sedikit kepada bank pemerintah.
Hingga triwulan ketiga 2019, utang SHID-kode emiten Sahid-kepada
perbankan mencapai Rp 474,49 miliar. Sebanyak Rp 58,73 miliar di antaranya
jatuh tempo dalam setahun, atau setidaknya pada akhir September 2020.

Haryadi bemiat menggunakan program keringanan restrukturisasi kredit di masa


pandemi ini untuk mengulur-ulur cicilan utang perusahaan. Namun, menurut dia,
sejumlah bank masih ragu memberikan keringanan di masa awal wabah.
Keringanan baru diperoleh akhir Maret lalu, bertepatan dengan pemberlakuan
POJK Nomor 11 Tahun 2020. "Sudah dapat standstill 12 bulan dari beberapa
bank," kata Haryadi, Sabtu, 9 Mei lalu.

Pendek kata, Sahid mendapat penangguhan pembayaran pokok dan bunga bank
yang akan dihitung ulang setelah periode keringanan berakhir. Haryadi merasa
beruntung karena berutang kepada bank yang masuk kategori bank umum
kelompok usaha (BUKU) 3 dan 4, yang punya pundi-pundi tebal. Lain cerita bila
kreditomya berstatus BUKU 1 atau 2, apalagi lembaga pembiayaan yang
kantongnya mulai tipis. "Cadangan likuiditas mereka enggak banyak," ucap
Haryadi. "Akhirnyajadi debat kusir saja kalau minta keringanan."

Nasib sedikit mujur juga menghampiri PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pada
30 April lalu, maskapai milik negara yang sudah ngos-ngosan itu mendapat
pinjamanjangka pendek senilai US$ 50 juta-sekitar Rp 775 miliar-dan Rp 2
triliun dari sesama perusahaan pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. BRI juga menyiapkan fasilitas bank garansi senilai US$ 200 juta kepada
GIAA-kode emiten Garuda.

Di tengah gembosnya arus kas perusahaan, perpanjangan fasilitas kredit dari BRI
itu menjadi penyambung napas perseroan. "Lender sudah tahu ini urusan
memperpanjang napas," tutur Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra,
Senin, 11 Mei lalu.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, seusai menjalani
pemeriksaan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa, 13 November
2018. Wimboh Santoso diperiksa sebagai saksi untuk pengembangan penyelidikan kasus tindak
pidana korupsi aliran dana bailout Bank Century. TEMPO/Imam Sukamto

Irfan menjelaskan, pinjaman dari BRI itu adalah perpanjangan fasilitas kredit
tahun lalu. Hingga 31 Desember 2019, perseroan belum menggunakan fasilitas
kredit senilai US$ 375,6 juta yang disediakan BRI dan bank lain milik negara.
Irfan mengakui negosiasi keringanan utang, baik penundaan pembayaran maupun
perpanjangan periode fasilitas kredit, sekarang memang lebih gampang dengan
bank-bank besar, terutama bank milik negara.

Behan Garuda memang berat. Ada ratusan juta dolar Amerika Serikat tunggakan
Garuda yang harus dilunasi dalam dua bulan ke depan. Salah satu sangkutan
tersebut adalah surat utang global senilai US$ 500 juta-sekitar Rp 7,75 triliun-
yang jatuh tempo pada 30 Juni 2020.

Menurut Irfan, Grup Garuda tengah intens bernegosiasi dengan beberapa bank
untuk membicarakan restrukturisasi tersebut. "Kami juga memahami isu likuiditas
bank saat ini," ujar lrfan. "Sesama BUMN juga saling tahu. Yangjelas, jangan
sampai ada pihak yang merasa terkorbankan."

Restrukturisasi kredit banyak korporasi memang menjadi buah simalakama bagi


lembaga keuangan. Memberikan keringanan pembayaran pokok pinjaman dan
bunga sama saja mengurangi laju arus kas perbankan. Gelombang hantaman
dampak Covid-19 berpotensi membuat pundi-pundi bank dan lembaga
pembiayaan ikut mengkeret.

OJK memastikan akan terus memantau situasi ini. Wimboh Santoso


mengungkapkan, tidak semua bank memiliki tabungan berupa surat utang yang
dapat diuangkan bila dana pihak ketiga mereka menipis. "Meskipun punya
simpanan surat utang, tidak mungkin dihabiskan juga," kata Wimboh dalam rapat
kerja virtual KSSK dengan Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan
Rakyat, Rabu, 6 Mei lalu. "Tetap harus ada buffer kalau-kalau ada penarikan
mendadak dari nasabah."
Dia memastikan KSSK telah menyiapkan skema gelontoran likuiditas ke
perbankan. Kementerian Keuangan akan menerbitkan surat utang. Bank Indonesia
berjaga sebagai pembelinya-bisa juga investor umum. Duit hasil penjualan surat
utang itu akan ditempatkan ke deposito bank jangkar-beberapa bank besar yang
terdiri atas semua bank milik negara dan sebagian bank swasta. Bankjangkar
itulah yang selanjutnya akan memberikan pinjaman kepada bank yang lebih kecil.
Kredit-kredit yang telah diberikan keringanan akan menjadi jaminannya.

Menurut Wimboh, pemerintah dan OJK harus menyiapkan langkah untuk


menjaga likuiditas. Sebab, program keringanan pembayaran utang diperkirakan
melibatkan nilai kredit sampai Rp 759 triliun. Industri keuangan bisa terguncang
bila pemerintah dan otoritas tidak turun gelanggang.

KHAIRUL ANAM

Gubemur Bank Indonesia Restrukturisasi dan Merger Perbankan Utang Swasta


Otoritas Jasa Keuangan I OJK Surat Utang Negara I SUN PT Garuda Indonesia
Kementerian Keuangan
Silang Pendapat Bl dan
Pemerintah Soal Bunga
Surat Utang

Menteri Keuangan Sri Mulyani membacakan pandangan pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi
Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM dan PPKF) RAPBN TA 2021 dan pengambilan
keputusan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 atau Perppu Corona menjadi UU, di Gedung DPR, Jakarta,
12 Mei lalu. ANTARA/Muhammad Adimaja

• Pemerintah menyiapkan dana pemulihan ekonomi nasional lewat penerbitan

surat utang.

• Silang pendapat antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia soal acuan

bunga.

RAPAT virtual antara Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat dan Komite Stabilitas
Sistem Keuangan yang sudah di ujung itu panjang lagi gara-gara satu perkara.
Dalam setengah jam waktu tambahan, Rabu, 6 Mei lalu, anggota parlemen
terbelah antara mendukung Menteri Keuangan Sri Mulyani atau Gubemur Bank
Indonesia Perry Warjiyo. Mereka berbantah mengenai perlu-tidaknya
menuangkan ketentuan imbal hasil khusus surat utang negara buat modal
penanganan Covid-19.

Sawala dipicu Mukhamad Misbakhun. Anggota Komisi XI, yang membidangi


keuangan dan perbankan, dari Fraksi Partai Golkar itu meminta Bank Indonesia
menyerap surat utang negara dengan imbal hasil rendah. Misbakhun meminta
bank sentral berkorban. Dalam situasi pandemi, kata dia, BI semestinya obligasi
tidak lagi dibeli dengan perhitungan komersial. "Langsung putuskan, bunganya 2
persen atau 0,5 persen, misalnya," ucapnya.

Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Ecky Awal Mucharam,
menentang usul Misbakhun, yang dianggapnya mengganggu independensi bank
sentral. Kesepakatan bunga surat utang, menurut Ecky, sebaiknya diserahkan
kepada Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan. "Tinggal bagaimana
pemerintah meyakinkan BI biar dapat bunga khusus itu," tuturnya.

Seorang anggota Komisi XI mengungkapkan, kisruh itu bermula dari


ketidakpuasan Kementerian Keuangan terhadap Bank Indonesia jauh hari sebelum
rapat. Ketika pemerintah melepas Pandemic/Recovery Bond untuk membiayai
penanganan wabah, bank sentral awalnya hanya bermain di pasar sekunder.
Walhasil, surat utang yang bisa dilelang pemerintah kena bunga atau imbal hasil
sesuai dengan pasar, alias mahal, lantaran pembelinya adalah investor umum.

Pada 14 April lalu, misalnya, Kementerian Keuangan melelang surat utang negara
dengan nilai penawaran yang masuk mencapai Rp 27,65 triliun. Dalam lelang itu,
imbal hasil rata-ratanya 7,96 persen; 7,54 persen; dan 8,21 persen. Adapun dalam
lelang 5 Mei, dengan nilai yang didapat sebesar Rp 18, 1 triliun, imbal hasil rata-
rata tertimbang mencapai 6,19 persen; 7,4 persen; dan 8,44 persen. Angka ini
dianggap kelewat mahal.

Pemerintah telah mencanangkan anggaran sebesar Rp 150 triliun buat pemulihan


ekonomi nasional, yang di antaranya ditujukan untuk menjaga dunia usaha agar
tetap hidup di tengah pagebluk. Salah satu strategi yang disiapkan adalah
menyuntik likuiditas perbankan melalui skema bank jangkar yang telah
disediakan Otoritas Jasa Keuangan. Dengan suntikan itu, pemerintah berharap
likuiditas perbankan tidak goyah gara-gara jorjoran memberikan keringanan
pembayaran utang. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menghitung,
dibutuhkan tambahan likuiditas sampai Rp 115,2 triliun untuk mengamankan
bank-bank dari potensi kekeringan duit segar.

Sebetulnya, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun


2020-pada Selasa, 12 Mei lalu, telah disahkan menjadi undang-undang-
membolehkan BI terjun ke pasar primer untuk membeli surat utang negara.
Namun BI baru nyebur dalam lelang surat utang 21 April dengan membeli Rp 1,7
triliun dan dalam lelang berikutnya Rp 2,3 triliun.

Masalahnya, BI membeli surat utang itu tetap dengan acuan imbal hasil pasar
yang diterbitkan Penilai Harga Efek Indonesia. "Itu mekanismenya," ujar Perry
Warjiyo dalam konferensi virtual, Rabu, 29 April lalu.

Seorang pejabat di Kementerian Keuangan mengungkapkan, Menteri Sri Mulyani


Indrawati sengit terhadap sikap bank sentral. Dalam rapat dengar pendapat, Rabu,
6 Mei lalu, Sri mengatakan, meski ada kesepakatan BI buat menyerap surat utang,
imbal hasilnya tetap mengikuti pasar. "Kalau ada pasal kesepakatan, harus
ditetapkan. Sekarang kita dengan suku bunga pasar," kata Sri.

Perry langsung membantah. Menurut dia, bank sentral dan Kementerian


Keuangan belum membahas below the line alias pembiayaan anggaran sebesar Rp
150 triliun itu. "N amanya above the line, below the line, wis mbuh aku ora
ngerti (pokoknya aku tidak tahu). Kami hanya ingin tahu dari Rp 150 triliun itu
jadinya berapa?" Perry menimpali. "Kami tunggu angka-angkanya. Terus
bungane piro, yo ayo (bunganya berapa, ya ayo) rembukan bersama."
Menu.rut Perry, BI harus mengetahui besaran kebutuhan surat utang dan lainnya
untuk menghitung dampak terhadap inflasi. Sebab, ketika BI turun ke pasar
primer, langkah itu otomatis akan memicu naiknya peredaran uang.

Sejumlah anggota DPR, seperti Dolfie O.F.P dari Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan dan Suprianto dari Fraksi Gerindra, menengahi silang
pendapat ini. Keduanya sepakat surat utang negara yang diterbitkan Kementerian
Keuangan yang akan dibeli BI harus menggunakan bunga khusus. Perkara
penentuannya dipasrahkan pada kesepakatan kedua belah pihak. Itulah yang
menjadi kesimpulan rapat, sementara kini sedang dicari kesepakatan antara
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

KHAIRUL ANAM

Perry Warjiyo Covid-19 Sri Mulyani Indrawati


Efektifkah Cara The Fed
Mengguyurkan Dolar
untuk Menyelamatkan
Ekonomi?

Sinyal Pasar

DI tengah pandemi Covid-19, pertarnhan besar sedang berlangsung di bursa


saham New York. Ibarat pejudi di meja bakarat yang sangat yakin menang, The
Federal Reserve mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan ekonomi dan
pasar keuangan. Bank sentral Amerika Serikat itu menggelontor pasar, mencetak
dolar untuk membeli segala macam aset, seolah-olah tanpa batas. Harga saham
pun beterbangan membentuk kurva V. Rabis jatuh sejenak, langsung melonjak
tinggi.

Indeks S&P 500, yang sempat terjun dari level 3.400 pada akhir Febrnari menjadi
2.209 pada 23 Maret lalu, sudah melompat 30 persen dari titik terendah itu
menjadi 2.912 pada Senin, 11 Mei lalu. Indeks juga cenderung terns menanjak.
Suntikan The Fed kali ini memang sungguh dahsyat. Dalam tempo tak sampai dua
bulan, The Fed menyiramkan triliunan dolar ke ekonomi dan pasar. Aset The Fed
menggelembung dari sekitar US$ 4,3 triliun sebelum serangan pandemi menjadi
US$ 6,62 triliun pada akhir April lalu. Ini rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Itu pun belum akan berhenti. Banyak analis memperkirakan The Fed bakal terns
mengguyur pasar hingga neracanya menggelembung sampai US$ 9 triliun. Yang
membedakan gerakan agresifThe Fed kali ini dengan langkah sernpa pada krisis
2008-2009 bukan hanya soal jumlahnya yang sangat luar biasa, tapi juga jenis
aset yang menjadi sasaran pembelian. Sementara pada 2008 The Fed hanya
membeli obligasi terbitan pemerintah Amerika, kali ini surat utang korporasi
dengan peringkat tidak layak investasi pun jadi sasaran.
Singkat kata, The Fed sedang melakukan bailout besar-besaran, membandari
ekonomi Amerika supaya tidak kolaps. Agar tingkat pengangguran tidak kian
meledak-data terakhir sudah menunjukkan 33 juta orang-The Fed
menyuntikkan dana langsung ke korporasi, suatu hal yang selama ini merupakan
tabu. The Fed seolah-olahjuga sedang berperan sebagai Tuhan, menentukan mana
perusahaan yang pantas bangkrut dan mana yang boleh tetap hidup.

Efek kebijakan itu tentu merambat ke seluruh dunia. Suntikan dana sebesar itu
pasti merembes juga ke pasar lain, termasuk negara berkembang. Setidaknya ada
optimisme bahwa ekonomi dan pasar keuangan tidak akan kolaps karena The Fed
mempertaruhkan segalanya. Salah satunya di Jakarta. Indeks harga saham
gabungan yang pada akhir Maret lalu terperosok di bawah angka 4.000 kini
membal kembali ke atas 4.500. Demikian pula rupiah, yang sempat terbang ke
level 16.500 per dolar Amerika, kini relatiftenang dengan nilai tukar di bawah 15
ribu per dolar.

Persoalannya, kini mulai muncul pertanyaan terhadap kredibilitas dolar Amerika.


Jika The Fed begitu agresif menggelembungkan asetnya dengan mencetak dolar,
apakah dunia masih layak mempercayainya sebagai mata uang transaksi
intemasional yang juga wahana penyimpan cadangan devisa di seluruh dunia?
Dunia memang belum mempunyai altematif. Belum ada ekonomi dan mata uang
lain yang mendapat kepercayaan dunia sekuat Amerika dan dolamya. Tapi
keraguan sudah mulai muncul.

Salah satu indikator yang menunjukkan pasar mulai berjaga-jaga melihat langkah
agresif The Fed adalah melonjaknya harga emas. Pergerakan harga logam mulia
ini menarik lantaran sempat jatuh juga ketika wabah Covid-19 mulai menghantam
dunia, dari US$ 1.680 per troy ounce pada 9 Maret menjadi US$ 1.450 seminggu
kemudian. Kala itu, investor lebih suka memegang dolar Amerika sebagai wahana
berlindung di masa yang tidak pasti. Tapi, setelah The Fed sangat agresif
mencetak dolar, harga emas langsung melonjak tajam. Terakhir, Senin, 11 Mei
lalu, harga emas sudah mencapai US$ 1.700.

Apakah ini awal gejala kehidupan barn yang muncul setelah pagebluk Covid-19?
Bisa jadi bukan hanya kehidupan sosial yang akan berubah drastis. Pasar finansial
dan tatanan ekonomi global pun mungkin terpaksa bermutasi dengan sangat cepat.
Jika benar neraca The Fed di akhir tahun ini menggelembung menjadi US$ 9
triliun, terpaksa atau tidak karena tiadanya altematif, apakah pasar global masih
bisa menerima dan mempercayai dolar sebagai mata uang cadangan devisa?

Kalau kepercayaan itu benar runtuh, sungguh ironis. Ekonomi sedigdaya Amerika
dan dolamya terpaksa lengser dari takhta hanya karena SARS-CoV-2 yang tak
kasatmata.
Bagaimana Negara-negara
Menjadi Represif Saat Pandemi
Covid-19

Warga kota Shangai beraktivitas ditengah pandemi corona, dengan latar belakang poster
pemerintha Cina dalam menangai Covid-19, di Shangai, Cina, 23 MAret 2020. REUTERS/Aly Song

• Komisi HAM PBB khawatir pandemi menjadi alasan bagi pembatasan

kebebasan berekspresi.

• Rusia mengamendemen hukum pidananya sehingga bisa memenjarakan

penyebar informasi palsu.

• India kembali mengisolasi Kashmir dan mematikan jaringan Internet-nya.

ELANEL Egot Ordidor, pekerja asal Filipina, barn tiga tahun menjadi pengasuh
di Yunlin County, Taiwan. Di sela tugasnya hariannya, dia mengikuti
perkembangan situasi negaranya. Dalam video yang dibuat pertengahan April
lalu, ia seolah-olah bertanya kepada Presiden Rodrigo Duterte apakah tidak
pemah memikirkan bahwa penutupan Luzon dan wilayah lainnya untuk
mencegah penyebaran wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) akan
membuat orang Filipina mati kelaparan sebelum terbunuh oleh virus corona.

Duterte menutup Luzon pada 16 Maret lalu. Video Ordidor yang sempat viral di
media sosial itu mendapat perhatian atase tenaga kerja Filipina di Taichung, Fidel
Macauyag. Ia menilai Ordidor mendiskreditkan Duterte dan bisa dijerat pasal
pencemaran nama dalam Undang-Undang Nomor 10175. Dalam sebuah surat
bertanggal 25 April 2020, ia meminta Ordidor dideportasi.

Merasa tak ada pelanggaran oleh Ordidor, pemerintah Taiwan menolak


permintaan deportasi itu. Organisasi buruh migran intemasional menyebut
langkah Macauyag sebagai intimidasi. "Berhentilah menggunakan migran yang
kritis sebagai sasaran tinju hanya untuk mengalihkan perhatian dari
ketidakmampuan rezim Duterte dalam periode krisis ini," kata Ketua Migrante
International Joanna Concepcion.

Kepala pemerintahan di berbagai belahan dunia berusaha mengendalikan


penyebaran Covid-19 dengan menerapkan pembatasan gerak dan menganjurkan
jaga jarak fisik yang aman kepada masyarakat. Ada juga yang membuat atau
memperkuat undang-undang untuk melawan informasi palsu. Namun Komisioner
Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Michelle Bachelet
menilai langkah-langkah pengendalian wabah itu juga berpotensi disalahgunakan.
"Saya juga khawatir terhadap langkah-langkah yang diambil untuk memaksakan
pembatasan kebebasan media dan kebebasan berekspresi," ujar perempuan
politikus dari Cile itu.

Allie Funk, analis lembaga pemeringkat kebebasan dan demokrasi Freedom


House, memberi sinyal kekhawatiran yang lebih jelas mengenai bahaya dari
upaya berbagai negara dalam mengatasi pandemi ini. "Pemerintah di seluruh
dunia, apakah yang otoriter, seperti Cina dan Rusia, atau negara-negara yang
berada di ujung untuk menjadi kurang bebas, misalnya Hungaria dan Filipina,
mengeksploitasi krisis untuk memperluas kekuasaan mereka dan melemahkan hak
asasi manusia," tutumya.

REPRESI DI MANA-MANA t.selld•


Serang,,iin terha[japitJrnali5
REPRESl terjadl di maflO-mana • • • t negara mengatasl Memeral'lgl Ira bra, bohong
Penahln.a:n M.tu P«IM!gliP,iU\
pand.emi Dari penerb1tan u:ndang-undang baru ya11g
Perutt,,ail,:,aft.SibpSOr.JI
membatasj, penangkap;an, hin:gga pemidanaan.. kfJblbn:m dl.:11
• Jumall:.; t-,1k balirl, hpVl
Plf'\IIN n11nd¥11•undan,i
"illll""'!mbat.n.imedla
Ul<AAIN�, PembaWan medl.a sosla
• s a . , . J u p llhawatlr IMemet

___
Pvns)11t
t- . . . . . . . . . . .. Lilllll-lalr,
lanpal,(111 . . . . . ....

_.............
....
.........
. . . . . . . . . . 11 . . . ,
_ . . . . . .o n

Mrella . . . . . . - BE\AN.DA

.••. ..
-•Tlr18'"""AWP-usli
Ptrsttlkat•l'l81ngH·B4n&H
. . . . . . , . . . . . . . _ 10Aprll202.0

• ••
. ••
_ T.AJtl<l'iTAt.i

•• .. •• •• •
••
•• ..
OSNIA JUAKI eCIN-A

.-
,RAN


K05'11/0

.. •• •
GHANA
• ••

l�DON�

■-
BOLIVIA • • ■■
tc.>.t8.0J.i!!



'
J11i.,EIABW(
™41U• 0

AH'Ui<A SUMIDI/I
Sn!lJAtt i i R U _ 0

l!Mlla- """"91,_tlmllfl>d.od

Berbagai tekanan oleh negara sebenamya sudah muncul saat corona baru
ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, pada Desember 2019. Li Wenliang,
dokter 34 tahun yang memperingatkan soal adanya virus ini, malah ditangkap
polisi dan dipaksa menandatangani pemyataan yang mengecam peringatannya
sendiri sebagai rumor tidak berdasar dan ilegal. Li kemudian meninggal pada 7
Februari lalu karena terinfeksi virus yang diperanginya.

Dengan dalih melacak penyebaran virus, Cina pun memperkenalkan sistem


pengenalan wajah yang mengidentifikasi apakah orang-orang mengenakan
masker. Sistem ini juga bisa menjadi pertimbangan untuk memutuskan apakah ia
berisiko menulari dan diizinkan masuk ke mal, kereta bawah tanah, dan ruang
publik lain. Praktik ini memperluas sistem pengawasan dan pelacakan pemerintah
yang sebelum adanya wabah ini sudah sangat luas.

Sharon Hom, direktur eksekutif organisasi Hak Asasi Manusia di Cina,


mengatakan akses ke informasi, pembatasan konten, dan penyebaran informasi
tetap menjadi alat utama kontrol sosial di negara itu. Sejak wabah bermula,
organisasinya telah melacak sejumlah kasus orang-orang yang "menghilang"
setelah mengunggah laporan kritis tentang tanggapan pihak berwenang yang tidak
memadai di media sosial.

Pengacara hak asasi manusia Cina, Chen Qiushi, dibawa pergi pada 7 Februari
lalu dan "dikarantina" selama 24 hari. Ia terkenal karena liputannya tentang protes
di Hong Kong dan wabah corona. Jurnalis warga Fang Bin, yang juga pengusaha
dari Wuhan, tidak terdengar kabamya sejak menghilang pada Februari lalu. Li
Zihua, mantanjurnalis CCTV7, dikabarkan menghilang pada 26 Februari lalu
ketika sekelompok pria tak dikenal datang ke rumahnya dan membawanya pergi.

Sebuah laporan baru-baru ini dari kelompok riset siber yang berbasis di Toronto,
Kanada, Citizen Lab, menemukan aplikasi pertukaran pesan Cina, WeChat, juga
layanan streaming video YY, memblokir kombinasi kata kunci yang memuat
kritik terhadap Presiden Xi Jinping dan kebijakan yang terkait dengan corona.
Platform itu juga diwajibkan memberikan informasi kepada pemerintah Cina
untuk memfasilitasi penindakan keras terhadap mereka yang punya pendapat
berbeda atau melakukan gerakan sosial.

Cina membela diri dalam soal ketatnya pengawasan dan sikap keras terhadap
warganya. "Setiap langkah yang kami ambil adalah menghindarkan orang dari
terpapar virus dan menyelamatkan hidup orang sebaik mungkin .... Pencegahan
dan kontrol menjadi prioritas utama di semua tingkat pemerintahan," kata Zhou
Jian, Duta Besar Republik Rakyat Cina untuk Qatar.

Sejumlah negara lain membuat regulasi baru sebagai bagian dari upaya
memerangi wabah Covid-19. Niat awalnya mungkin mengendalikan penyebaran
informasi palsu, tapi kenyataannya aturan itu kerap dijadikan pintu masuk untuk
menekan aspirasi dan kritik dari warganya.

Parlemen Rusia, pada 31 Maret 2020, meloloskan amendemen terhadap Pasal 207
Undang-Undang Hukum Pidana. Di bawah undang-undang baru, mereka yang
ditemukan dengan sengaja menyebarkan "informasi palsu" tentang masalah serius
bagi keselamatan publik, seperti Covid-19, akan dihukum denda hingga 23 ribu
euro dan penjara maksimal lima tahun. Badan hukum, seperti media, juga bisa
didenda hingga 117 ribu euro jika menerbitkan apa yang oleh pihak berwenang
dianggap sebagai informasi yang keliru tentang wabah tersebut.

Pada Maret lalu, Rusia juga memperkenalkan denda bagi orang-orang yang
menyebarkan informasi yang salah atau menghina negara di media konvensional
dan media sosial. Dalam aturan sebelumnya, pelanggaran terhadap aturan
penerbitan berita palsu bisa dihukum dengan sanksi administratif atau denda dan
pemblokiran situs web. Dalam ketentuan baru ini, pelakunyajuga bisa dihukum
penJara.

Galina Arapova, direktur dan pengacara media senior di Mass Media Defence
Center, mengatakan penguatan regulasi ini akan berdampak buruk pada jurnalis
yang menulis tentang pandemi. "Ini cara untuk mengendalikan media dan ruang
Internet serta narasi dari respons pemerintah terhadap krisis," ucapnya kepada
International Press Institute.

"Secara efektif, jika pemerintah tidak menyukai apa yang ditulis jumalis tertentu
terkait dengan wabah-tentang tingkat kematian, pengujian, atau kurangnya
peralatan pelindung-jika informasi tersebut terlalu kritis atau berasal dari
sumber "tidak resmi", itu dapat dipandang sebagai tindakan kriminal dan bisa
dihukum," ujar Arapova.

Thailand memiliki Pusat Anti-Berita Palsu yang diluncurkan pada November


2019 untuk memantau konten online yang diduga menyesatkan orang. Regulasi
itulah yang kini dipakai untuk menyensor informasi "salah" mengenai Covid-19.
Pada 24 Maret lalu, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha memperingatkan soal
kemungkinan penuntutan atas penyalahgunaan media sosial, yang memperdalam
kekhawatiran bahwa pihak berwenang dapat mengajukan tuntutan hukum
terhadap individu yang mengkritik pemerintah dalam penanganan wabah corona.

Ancaman represi baru bertambah dengan dipakainya lagi Keputusan Darurat


Administrasi Publik: dalam Situasi Darurat 2005. Dalam keputusan itu, para
pejabat diberi wewenang menyensor atau menyunting informasi yang mereka
anggap salah atau menyimpang yang berpotensi menciptakan ketakutan publik
atau kesalahpahaman. Ancaman hukum atas pelanggaran ini hingga dua tahun
penjara.

Anggota Pengamanan Nasional Rusia, mengenakan masker selama perayaan Victory Day, di
Kalningrad, Rusia, 16 April 2020. REUTERSNitaly Nevar

Adapun pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi menutup


negaranya selama 21 hari sebagai langkah pencegahan pandemi sejak 24 Maret
lalu. Saat itu, jumlah kasus Covid-19 di negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa itu
sebanyak 536 dengan 10 pasien meninggal. Penutupan wilayah diperpanjang
berkali-kali dan akan berakhir pada 17 Mei. Pada Selasa, 12 Mei lalu, tercatat ada
70.768 kasus dengan 2.294 pasien meninggal.
India juga banyak menangkap orang yang melanggar ketentuan karantina wilayah.
Kepolisian Benggala Barat, misalnya, sampai pekan lalu telah menangkap lebih
dari 40 ribu orang dan menyita 3.614 kendaraan dari berbagai daerah karena
mereka menentang penutupan wilayah.

India juga kembali menutup Kashmir dan memblokir jaringan Internet di daerah
yang mayoritas penduduknya muslim ini setelah ada kasus pertama Covid-19 di
sana. Dengan penutupan ini dan penerapan aturan baru, masjid, yang biasanya
penuh lima kali sehari untuk salat, menjadi kosong dan pasar pun tutup. Pada 4
Mei lalu, wilayah berpenduduk 12,5 juta ini hanya mencatat 701 kasus dan 8
kematian.

Meskipun langkah-langkah itu tampaknya berhasil menghentikan penyebaran


virus secara eksponensial, biayanya sangat besar bagi Jammu dan Kashmir.
Ketika orang-orang di seluruh dunia memindahkan kehidupan mereka secara
online karena penutupan wilayah, hal itu tak mungkin dilakukan di sana karena
Internet tetap terputus. Pemerintahan di New Delhi beralasan kebijakan ini
bertujuan mencegah kelompok militan merencanakan serangan.

India memiliki reputasi terkenal dalam mematikan Internet. Tidak ada negara
bagian yang aksesnya dibatasi lebih dari Jammu dan Kashmir, yang mengalami
55 kali pemadaman Internet pada 2019-termasuk yang terpanjang dalam sejarah,
213 hari, ketika Modi menutup daerah ini sejak Agustus tahun lalu.

Saad Hammadi, juru kampanye Asia Selatan Amnesty International, menyatakan


pemerintah di banyak negara mencari pembenaran bahwa pandemi telah
dieksploitasi oleh beberapa orang untuk menyebarkan informasi berbahaya dan
itu berpotensi merusak upaya memerangi wabah yang vaksinnya belum
ditemukan ini. Namun, pada saat yang sama, sejumlah pemerintah
mengeksploitasi momen ini untuk menekan informasi yang relevan tapi membuat
pemerintah tidak senang atau menggunakan situasi sekarang sebagai alasan
membungkam suara-suara kritis.

ABDUL MANAN (RAPPLER, NEW YORK TIMES, TIME, VICE, SUNWEBHK.COM, VOA)

Cina Filipina India Covid-19 Virus Corona Rodrigo Duterte HAM


Dari Rial ke Toman: Cara
Menurunkan lnflasi ala Iran

Penukaran mata uang asing, yang memperlihatkan Rial Iran dan Dollar Amerika di Basra, Irak,
November 2018./REUTER/FILE/ESSAM AL SUDANI

• Iran mengganti mata uangnya dari rial ke toman untuk menekan inflasi yang

tinggi.

• Mata uang toman dipakai masyarakat Iran pada zaman dahulu, tapi masih

digunakan dalam jual-beli sehari-hari.

• Pengalaman berbagai negara menunjukkan redenominasi tak banyak

menyelamatkan ekonomi.

PARLEMEN Iran akhimya menyetujui rancangan undang-undang yang diajukan


Bank Sentral Iran (CBI) untuk menghapus empat angka nol dalam mata uang
nasional pada Senin, 4 Mei lalu. Di depan parlemen, Gubemur Bank Sentral Iran
Abdolnaser Hemmati menyatakan bahwa mata uang Iran akan berganti dari rial ke
toman, yang setara dengan 10 ribu rial. Pecahan qeran, yang setara dengan satu
perseratus toman, juga akan digunakan dalam sistem moneter barn ini.

"Saat ini, kesenjangan mata uang kita dengan dolar dan euro begitu mengerikan.
Satu rial setara dengan 0,000006 euro, yang dianggap sangat lemah di dunia,"
kata Hemmati. "Nilai mata uang nasional telah turun karena inflasi kronis selama
lima dekade."

Hemmati berjanji menerapkan redenominasi atau penyederhanaan nilai mata uang


sesegera mungkin. Sebelum bisa dijalankan, undang-undang itu harus lolos dari
penilaian Dewan Wali, lembaga yang bertugas menjaga keselarasan semua aturan
dengan syariat Islam dan konstitusi. Proses pergantian mata uang diperkirakan
rampung dalam dua tahun.
Jason Brodsky, direktur kebijakan di United Against Nuclear Iran, berpendapat
ekonomi Negeri Para Mullah itu terpuruk akibat sanksi ekonomi, jatuhnya harga
minyak, dan wabah Covid-19. "Sebelum wabah, rezim berusaha mendorong
sektor nonminyak, seperti pertanian dan manufaktur, untuk menambal kerugian
ekonomi yang diakibatkan oleh tekanan Amerika Serikat," ujarnya seperti dikutip
Algemeiner, Kamis, 7 Mei lalu.

Menurut Brodsky, wabah corona tampaknya akan memukul sektor jasa, yang
menjadi andalan utama ekonomi Iran sekarang. Penutupan perbatasan negara
akibat pandemi juga berpotensi menghalangi perdagangan Iran dengan negara
jiran. "Rezim harus mengambil keputusan sulit dalam kondisi demikian dan,
sayangnya, utang dari kesalahan manajemen selama berpuluh-puluh tahun yang
telahjatuh tempo."

Iran mengubah mata uangnya dari dinar ke rial pada 1932 sebagai bagian dari
modernisasi ekonomi pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Toman
sebelumnya merupakan mata uang nasional pada zaman Dinasti Qajar (1785-
1925). Tapi sebenarnya masyarakat Iran hingga kini masih menggunakan toman
dalam jual-beli sehari-hari. Meski sering membingungkan orang asing,
penggunaan toman memudahkan penduduk dalam bertransaksi dengan nilai
jutaan dan miliaran rial.

Menurut surat kabar Tehran Times, rencana perubahan mata uang ini sudah
dibahas dan disepakati oleh kabinet Presiden Hassan Rouhani pada Juli tahun lalu.
Kebijakan ini dibuat untuk mempertahankan nilai mata uang nasional serta
memfasilitasi dan memulihkan peran uang tunai dalam transaksi dalam negeri,
selain untuk menekan biaya penerbitan uang kertas dan koin. Langkah ini pun
untuk memudahkan masyarakat dalam transaksi sehari-hari, seperti menghitung
harga telur dan ayam yang bisa mencapai puluhan ribu rial. "Praktis, rial
digantikan toman dalam transaksi sehari-hari akibat akumulasi inflasi yang terjadi
dalam beberapa tahun belakangan ini," tulis koran tersebut.

Inflasi yang tinggi telah menggerogoti nilai rial. Di pasar, US$ 1 kini setara
dengan 150 ribu rial, meski secara resmi pemerintah mematoknya 42 ribu rial.
Pada Kamis, 7 Mei lalu, Pusat Statistik Iran (SCI) mengumumkan bahwa tingkat
inflasi dalam setahun ini menembus 42 persen untuk makanan, minuman, dan
rokok. Rata-rata tingkat inflasi secara keseluruhan naik antara 34 dan 37 persen
dibanding tahun lalu. Sejak Maret 2019, Bank Sentral Iran dan lembaga
pemerintah lain tak lagi mengumumkan laporan ekonomi sehingga SCI menjadi
satu-satunya lembaga yang menerbitkan laporan ekonomi meski tidak berkala.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa tingkat inflasi Iran pada
2019 mencapai 41,1 persen dan pada 2020 diprediksi berada di level 34,2 persen.
Penyebab utama angka inflasi tinggi itu adalah jatuhnya nilai mata uang Iran,
terutama karena sanksi ekonomi Amerika, khususnya sanksi di sektor
perminyakan yang memangkas ekspor minyak mentah Iran sebesar 90 persen
dibanding sebelum sanksi dij atuhkan pada 2017.

Sejak Revolusi Islam pada 1979 yang menggulingkan Shah Reza Pahlevi, Iran
terns mengalami inflasi. Menurut data CBI, hanya ada empat tahun fiskal dengan
inflasi satu digit. Pemerintah sebenarnya sudah menimbang untuk mengubah mata
uang sejak 1994, ketika inflasi berada di angka 48 persen. Pada 2010, Presiden
Mahmud Ahmadinejad mengumumkan akan menghapus tiga angka nol pada mata
uang untuk menghadapi sanksi berbagai negara terhadap program nuklimya.
Kedua rencana itu gagal karena para pejabat tak bersepakat soal penerapannya.
Ketika Hassan Rouhani berjanji menurunkan inflasi pada 2016, untuk pertama
kalinya inflasi turun menjadi satu digit dalam 26 tahun terakhir.

Masalah utama dalam menurunkan inflasi tersebut, menurut Foreign Policy,


adalah tidak independennya bank sentral, yang lebih banyak menjadi pelaksana
dari kebijakan moneter pemerintah. Yang paling mencuat adalah ketika
Ahmadinejad menggunakan bank sentral dan anggaran pemerintah untuk
menggelontorkan bantuan tunai ke masyarakat dan megaproyek rumah murah
yang kontroversial. Kedua kebijakan itu tak kunjung selesai hingga kini dan
menjadi duri dalam pemerintahan Rouhani.

Kini bank sentral benar-benar akan mengeluarkan mata uang baru dengan
memangkas angka nol pada mata uang lama. Tapi orang-orang sangsi dampaknya
akan menekan inflasi. "Kebijakan itu lebih banyak berdampak secara psik:ologis
karena, ketimbang membayar 250 ribu rial untuk sekotak telur, Anda cukup
membayamya seharga 25 toman," tutur seorang jumalis yang berbasis di Iran
kepada TRT World.

Sejarah menunjukkan bahwa kebijakan redenominasi bukan obat mujarab bagi


inflasi yang tinggi. Venezuela mengurangi lima angka nol dalam mata uangnya
pada Agustus tahun lalu, yang diklaim Presiden Nicolas Maduro akan
menstabilkan ekonomi. Nyatanya, langkah itu tak berpengaruh dalam
menurunkan hiperinflasi di negara tersebut, yang disebut IMF mencapai 10 juta
persen pada 2019.

Lebih buruk lagi, Zimbabwe menghapus 12 angka nol di dolar Zimbabwe pada
puncak krisis ekonomi 2009, yang tingkat inflasinya diperkirakan mencapai 89, 7
miliar triliun persen. Uang kertas dengan nilai terbesar saat itu adalah 100 triliun
dolar Zimbabwe, yang tak cukup untuk membeli setangkup roti. Negeri itu
dipaksa menyingkirkan sama sekali mata uangnya dan beralih ke dolar Amerika,
rand Afrika Selatan, dan sejumlah mata uang lain.

Meysam Radpour, ekonom dan kepala sebuah perusahaan investasi di Iran,


menilai bahwa menghapus angka nol tidak akan mengubah nilai tukar mata uang.
Toman, kata dia, akan memudahkan menghitung nilai uang dan mungkin
membuat masyarakat lebih bangga terhadap mata uangnya. Tapi, "Kebijakan itu
akan lebih efektif dengan tingkat inflasi satu digit," ujamya kepada stasiun radio
Weis. "Jika situasi keuangan yang membawa kita ke posisi sekarang berlanjut,
dalam beberapa tahun mata uang baru itu juga akan berakhir seperti rial
sekarang."

IWAN KURNIAWAN (TEHRAN TIMES, ALGEMEINER, TRT WORLD, FINANCIAL TIMES,

REUTERS)

Iran Covid-19 Virus Corona Dana Moneter Intemasional/Intemational Monetary


Fund (IMF) Kurs mata uang
Ringkasan: Dugaan Eksploitasi
ABK di Kapal Cina dan Dua
Skenario Penyelenggaraan Haji

Orang tua dari A r i (24), salah satu Anak Buah Kapal (ABK) Long Xing 629 di Desa Serdang
Menang, Ogan KomeringIlir, SumateraSelatan, 9 Mei 2020. ANTARA/Triyan
Wahyudi

MENTERI Luar Negeri Retno Marsudi berjanji menuntaskan penelusuran


eksploitasi warga negara Indonesia yang menjadi anak buah kapal ikan Long Xing
629. Kapal berbendera Cina itu diduga memperlakukan pekerja Indonesia dengan
tak manusiawi. "Pemerintah berkomitmen sangat tinggi untuk menyelesaikan
kasus ini," kata Retno lewat telekonferensi pada Ahad, 10 Mei lalu, setelah
mengunjungi 14 awak kapal Long Xing di Rumah Perlindungan Trauma Center,
Bambu Apus, Jakarta Timur.

Menurut Retno, para anak buah kapal menyampaikan kerap bekerja lebih dari 18
jam per hari. Bahkan mereka pemah tak menerima gaji. Retno menilai perlakuan
tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Eksploitasi ini terungkap setelah media di Korea Selatan menayangkan video


pelarungan jenazah awal kapal asal Indonesia dari atas kapal ikan. Ada tiga
jenazah pekerja Indonesia yang dilarung pada Desember 2019 dan Maret 2020.
Para pekerja di Long Xing sempat memprotes pelarungan itu, tapi diabaikan oleh
kapten kapal. Pekerja lain, Effendi Pasaribu, meninggal di salah satu rumah sakit
di Busan, Korea Selatan, karena pneumonia.

Tak hanya bekerja di Long Xing, 18 pekerja Indonesia sempat dipindahkan ke


tiga kapal lain milik Dalian Ocean Fishing Co Ltd. Mereka yang selamat tiba di
Tanah Air pada Jumat, 8 Mei lalu. Setelah mewawancarai mereka, Badan Reserse
Kriminal Kepolisian RI menemukan dugaan perdagangan manusia di kapal
tersebut. "Keterangan mereka digunakan sebagai bukti awal mengembangkan
kasus ini," kata Kepala Sub-Direktorat Tindak Pidana Umum Polri Komisaris
Besar John W. Hutagalung.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo menganggap


pemerintah lambat merespons kematian pekerja Indonesia. Indikasinya, kabar itu
bam diketahui pada Mei 2020. "Ini tentu saja mengecewakan karena bisa
menumbuhkan citra yang negatifbagi pemerintah," ujamya.

Diskriminasi di Atas Laut

BERNIAT mencari duit, anak buah kapal asal Indonesia di Long Xing 629 malah
mengalami perlakuan buruk. Kapten kapal diduga menganiaya fisik dan mental
mereka.

- Jam kerja lebih dari 18 jam per hari. Mereka bahkan hams bekerja 48 jam tanpa
istirahat jika ikan sedang melimpah.
- Pekerja asal Indonesia mengalami diskriminasi. Mereka minum air hasil
penyulingan, sedangkan awak lain menikmati air mineral dalam kemasan.
- Pemotongan gaji pada tiga bulan pertama bekerja.
- Hanya menerima gaji US$ 120, padahal kontrak mencantumkan upah US$ 300
perbulan.
- Kontrak menyebutkan mereka bekerja di kapal Korea Selatan, nyatanya milik
pemsahaan asal Cina.
- Mengalami berbagai penyakit akibat mengkonsumsi ikan yang di g u n akan untuk
umpan.
- Awak kapal lain memakan sayuran segar, sedangkan pekerja asal Indonesia
makan sayur dan ayam yang dibekukan 13 bulan sebelumnya.
- Kontrak kerja melemahkan posisi pekerja Indonesia, seperti hams mematuhi
perintah kapten, jam kerja tak terbatas, tak boleh mengeluh, dan hams menerima
makanan yang disajikan.

Dua Skenario Ibadah Haji


KEMENTERIAN Agama menyiapkan dua skenario mengantisipasi ibadah haji
2020 pada Juli mendatang. "Skenario ini disusun sebagai langkah antisipasi di
masa pandemi corona," kata Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid dalam rapat
kerja bersama Komisi Agama Dewan Perwakilan Rakyat, Senin, 11 Mei lalu.

Skenario pertama, pemerintah akan membatasi kuota hingga 50 persen calon


jemaah haji. Langkah ini disiapkan jika pemerintah Arab Saudi
menyelenggarakan ibadah haji dengan protokol kesehatan yang ketat. Dengan
skenario ini, pemerintah akan menyeleksi ketat para calon anggota jemaah.

Kemungkinan lain, tak ada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini jika pemerintah
Saudi menutup pintu bagi jemaah haji Indonesia dan negara lain. Pemerintah
menetapkan 20 Mei 2020 sebagai batas waktu menunggu keputusan Saudi soal
pelaksanaan ibadah haji.

Terdakwa mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar,di Pegadilan Tindak
Pidana Korupsi, Jakarta, 2 April 2020. TEMPO/Imam Sukamto

Eks Bos Garuda Divonis 8 Tahun


PENGADILAN Tindak Pidana Korupsi DKI Jakarta memvonis bekas Direktur
Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, delapan tahun penjara, Jumat, 8
Mei lalu. Ia terbukti menerima suap pengadaan pesawat Airbus SAS dan mesin
pesawat Rolls-Royce. "Terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana korupsi sebagaimana dakwaan pertama," ujar ketua majelis hakim,
Rosmina.

Emir juga diminta mengembalikan uang sebesar Sin$ 2, 1 juta dan denda Rp 1
miliar subsider tiga bulan bui. Ia disebut menerima suap Rp 46 miliar dari pendiri
PT Mukri Rekso Abadi, Soetikno Soedarjo, dan menerima fasilitas berupa
penginapan di Bali senilai Rp 69 juta serta penyewaan jet pribadi senilai US$
4.200. Adapun Soetikno divonis enam tahun bui dan denda Rp 1 miliar.

Vonis tersebut lebih rendah dari tuntutanjaksa, yaitu 12 tahun penjara. Jaksa
ataupun Emir belum menyatakan sikap untuk mengajukan permohonan banding.

Aturan TNI Berantas Terorisme Ditolak


KOALISI Masyarakat Sipil mendesak Dewan Perwakilan Rakyat menolak
rancangan peraturan presiden tentang pelibatan Tentara Nasional Indonesia dalam
isu terorisme di dalam dan luar negeri. Peneliti Imparsial, Husein Ahmad, menilai
aturan tersebut membahayakan penegakan hukum dan bertentangan dengan fungsi
utama TNI. "Mekanisme pertanggungjawabannya tak jelas," ujamya pada Ahad,
10 Mei lalu.

Menurut Husein, aturan itu memberikan mandat luas kepada TNI untuk mencegah
terorisme, tapi tak merinci peran tersebut. Direktur Lembaga Bantuan Hukum
Pers Ade Wahy u din menilai ketidakjelasan itu bisa mengaburkan peran lembaga
lain, seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan kepolisian.

Koalisi menilai pelibatan TNI hanya ideal untuk penanganan terorisme di luar
negeri, seperti pembebasan warga negara Indonesia. Menteri Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. dan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor
Jenderal Sisriadi tak menjawab saat dimintai tanggapan soal penolakan tersebut.

Tim medis mengambil sampel darah saat Rapid Test Drive Thro di Kemenhub, Jakarta, 20 April
2020. TEMPO/Tony Hartawan

Doni Monardo Akui Kelemahan Rapid


Test
KETUA Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo
mengakui kelemahan alat rapid test yang selama ini dipakai untuk mendeteksi
infeksi virus corona. Penjelasan Doni memperkuat liputan investigasi Tempo
bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project. "Akurasi rapid test
memang masih rendah," ujar Doni, Senin, 11 Mei lalu.

Pemerintah menggunakan alat ini secara masif setelah corona mewabah. Kimia
Farma mengimpor 300 ribu alat bermerek Biozek dari Inzek Intemasional Trading
BV di Belanda. Belakangan, diketahui, alat tersebut diduga diproduksi di Cina
oleh Hangzhou AllTest Biotech Co Ltd. Hasil penelitian sejumlah lembaga
menemukan akurasi alat tersebut rendah.
Menurut Doni, petunjuk yang paling akurat memang menggunakan alat swab test.
Inzek dalam rilisnya pada 10 Mei lalu membantah jika alat tesnya disebut tak
akurat. Mereka mengklaim akurasi Biozek lebih dari 95 persen.

Anak Buah Kapal (ABK) Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Emirsyah Satar
Doni Monardo PT Garuda Indonesia Ibadah Haji Retno LP Marsudi
Kisah Dokter Zaman Belanda:
Melawan Wabah tanpa APD

Vaksin anak di salah satu desa dekat Bondowoso oleh seorang dokter jawa, 1910./KITLV

• Dokter pribumi dan mantri menjadi pahlawan bumiputra dalam wabah pes di

Malang sejak 1911.

• Tenaga medis di tengah wabah pes turun tanpa alat pelindung diri.

• Para dokter lulusan STOVIA juga aktif dalam pergerakan dan aktif sebagai

jurnalis.

BAYI perempuan itu ditemukan sebatang kara di sebuah gubuk di Kepanjen,


Malang, Jawa Timur, pada 1912. Kedua orang tuanya meninggal, terserang wabah
penyakit pes yang juga membunuh sebagian besar warga kabupaten itu.
Beruntung, dokter Cipto Mangunkusumo melihatnya ketika ia sedang blusukan ke
kampung-kampung untuk mengobati warga. Hatinya tergerak. Bayi itu kemudian
digendongnya, bahkan kemudian diangkat anak oleh Cipto, dan diberi nama
Pesjati. Nama ini seolah-olah mengekalkan riwayat pagebluk akibat bakteri
Yersinia pestis yang menelan jutaan jiwa penduduk Hindia Belanda pada 1911-
1934.

Cipto tak hanya menjadi pahlawan bagi Pesjati. Ia juga ada di garda depan dalam
penanggulangan wabah pes di Malang. Sejarawan dari University of Sydney,
Australia, Hans Pols, dalam buku Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para
Dokter Indonesia, menyebutkan Cipto-lah yang pada 1912 mengajukan diri untuk
dipindahtugaskan ke dekat Malang agar bisa turun tangan membantu korban
wabah pes. Sebelumnya, ia membuka tempat praktik pribadi di Solo, Jawa
Tengah. Cipto kemudian mendapat bintang Order of Orange Nassau dari Kerajaan
Belanda atas jerih payahnya dalam mengatasi wabah. "Kejemihan pandangan
politik dan pengabdiannya memerangi wabah penyakit membuat namanya harum
di kalangan pribumi," kata Pols dalam bukunya.
Namun, karena Cipto adalah orang yang eksentrik, penghargaan bergengsi itu
ditolaknya. Sejarawan dari Universitas Indonesia, Syefri Luwis, mengatakan,
setelah kelar berbakti di Malang pada 1912, Cipto sibuk dengan urusan politik
bersama sejawatnya, seperti Douwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat. Pada
1920, Cipto kembali ke Solo dan bemiat membantu penanganan wabah di sana.
Namun ketidakharmonisan hubungan Cipto dengan pemerintah, juga
perlawanannya yang kerap menjengkelkan pejabat Hindia Belanda, membuat
upaya itu dilarang. "Cipto lalu menaruh medali penghargaan di bokongnya. Ia
melawan dan meledek pemerintah," ujar Syefri saat dihubungi pada Senin, 6
April lalu.

Bukan sekali itu saja Cipto berisik melawan sikap tidak adil pemerintah kolonial.
Putra sulung keluarga aristokrat di Semarang itu adalah lulusan School tot
Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), yang <lulu adalah Sekolah Dokter
Djawa. Sementara kebanyakan lulusan STOVIA mengenakan pakaian ala dokter
Belanda yang menyimbolkan kelas sosial lebih tinggi, tidak demikian dengan
Cipto. Dia mengidentifikasi diri sebagai orang biasa dengan mengenakan pakaian
Jawa sederhana dan merokok kretek.

Cipto juga kerap membuat kontroversi karena karaktemya yang tak kompromistis.
Bahkan ia memilih putus hubungan dengan Boedi Oetomo seusai kongres
pertama karena organisasi itu dianggapnya terlalu elitis dan konservatif. Ketika di
Malang, turunnya Cipto juga menjadi sikap perlawanannya terhadap Belanda.
Menurut dosen sejarah Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Martina Safitry,
yang meneliti peran mantri dan dokter pribumi saat pagebluk pes di Malang,
kebanyakan dokter Belanda tak mau berjibaku di lapangan. Selain karena sikap
diskriminatif-hanya mau membantu sesama Eropa-mereka takut tertular
penyakit dari pasien yang kebanyakan adalah petani.

Dr. Cipto Mangunkusumo, 1913./KITLV

Inisiatif Cipto menjadi penting karena pada masa itu penyebaran wabah makin tak
karuan. Dia pun turun tanpa alat pelindung diri yang memadai, yang pada saat itu
memang belum banyak diproduksi. Saban hari bergelut dengan kondisi rakyat
jelata yang dihabisi wabah pes, Cipto lantang berteriak kepada pemerintah. Ia tak
bisa menerima perlakuan pemerintah kolonial kepada bangsanya di tengah wabah,
yang membuat korban jatuh bertambah banyak. Gaji dokter Jawa sendiri, kata
Martina, juga jauh lebih rendah daripada penghasilan dokter Eropa. "Perlakuan-
perlakuan tidak adil itulah yang membuat dokter Cipto vokal di koran dan
mengobarkan semangat nasionalisme," ucap Martina, yang tesisnya membahas
dokter dan mantri pes di Hindia Belanda.

Pengalaman keseharian di lapangan membuat mereka peka terhadap isu sosial dan
ekonomi warga. Terlebih secara konsisten para dokter, termasuk Cipto,
berhadapan langsung dengan penderitaan manusia dari beragam kelas sosial dan
etnis. Hal ini kemudian membuat mereka menyadari pasiennya tak hanya
menderita penyakit, tapijuga kemiskinan, kekejaman, dan kondisi kerja yang
buruk. Cipto menuliskan kritik tajamnya kepada sejumlah media. Salah satunya
De Express. Ia juga menggratiskan biaya berobat bagi masyarakat miskin, sama
dengan yang dilakukan dokter Soetomo.

Hans Pols dalam bukunya menyebutkan bahwa sekolah dokter-dalam hal ini
STOVIA-pada masa itu menjadi tempat munculnya kesadaran baru tentang
politik, bahkan mengilhami lulusannya berpartisipasi dalam gerakan nasionalis.
Organisasi Boedi Oetomo, yang mengadvokasi akses pendidikan modem, pun
diprakarsai para pelajar kedokteran seperti Wahidin dan Soetomo. Komitmen
terhadap ilmu kedokteran adalah hal yang membuat sejumlah pemuda
membayangkan negara baru yang merdeka dan sehat. Itu yang kemudian
memotivasi mereka untuk, pertama-tama, mengkritik penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di era kolonial.

Para dokter itu juga menjadi kelompok pribumi pertama yang dapat menembus
lingkungan sosial kaum Eropa. Di sisi lain, dokter Eropa memendam permusuhan
yang kuat dan terbuka terhadap sejawatnya yang pribumi akibat frustrasi akan
status sosial mereka. Pada awal abad ke-20, muncul dokter-dokter pribumi yang
aktif di Perkumpulan Dokter Hindia Belanda (Vereeniging van Indische Artsen),
seperti W.K. Tehupeiory, Jeremias Kaijadoe, dan Abdul Rasjid. Ada juga dokter
yang aktif sebagai jumalis dan penulis, yakni Abdul Rivai, lulusan pertama
Sekolah Dokter Djawa yang mendirikan majalah dua mingguan Bintang Hindia
Belanda

•••

MARTINA Safitry menyebutkan total ada 14 dokter Jawa, termasuk Cipto


Mangunkusumo, yang bertugas di Malang saat wabah terjadi. Mereka terlibat
karena sebelumnya ada kekurangan tenaga medis. Kondisi itu membuat
pemerintah kolonial meminta mahasiswa semester akhir di STOVIA untuk
melanjutkan kuliahnya secara praktik langsung di tengah wabah. Imbalannya,
mereka tak perlu lagi mengerjakan tugas akhir untuk syarat kelulusan. Dokter dari
Benua Eropa semula sempat menawarkan bantuan, tapi ditepis pemerintah Hindia
Belanda.

Wabah pes sebenamya sempat mereda setelah pemerintah menerapkan karantina


wilayah di Malang selama setahun pada 1912. Martina menjelaskan, warga yang
tinggal di gubuk-gubuk ketika itu dipindahkan ke barak untuk meminimalkan
penularan pes dari tikus.

Rumah yang tadinya berbahan bambu juga dianjurkan diganti dengan tembok.
Namun, karena tak semua warga mampu merenovasi, pemerintah melakukan
pemaksaan lewat pembakaran rumah-rumah penduduk sehingga membuat situasi
makin mencekam.

Sayangnya, pemerintah memutuskan lockdown Malang hanya berlangsung


setahun. Bakteri pes yang belum lenyap benar akhimya mewabah kembali
menggerogoti warga. "Bahkan kondisinya makin parah," kata Martina. Walhasil,
pada 1914, lahir wacana untuk memperbanyak tenaga medis yang bertugas
menanggulangi pes. Karena kuliah dokter STOVIA terlalu lama-hingga sepuluh
tahun-dibuatlah sekolah mantri untuk penduduk pribumi dengan kurikulum
lebih singkat. Sekolah mantri ini, menurut Martina, bersifat insidental dan
materinya diberikan sesuai dengan kebutuhan. "Lulusannya disebut sesuai dengan
bidang keahliannya, misalnya mantri pes."

Abdul Rivai, dokter dan editor Bintang Hindia dan majalah lainnya, 1902./KITLV

Keberadaan mantri ini kemudian turut mengubah tatanan kesehatan di Jawa.


Sebelum ada dokter dan mantri pes, kebanyakan warga memilih berobat ke
dukun. Namun, belakangan, pemerintah melarang kebiasaan tersebut hingga
muncul stigmatisasi yang menganggap dukun tak becus mengobati penyakit.
Bahkan pemerintah pada 1930 membuat kampanye lewat film dokumenter arahan
Willy Mullens. Film itu menunjukkan bagaimana dukun bekerja dengan cara yang
tidak logis, dilihat dari kacamata orang Eropa. Sebagian besar pengobatan pun
mulai dialihkan ke produksi kimia, hasil pabrikan. Teknologi pengobatan itu
kemudian dibawa dokter dan mantri pes ke desa-desa.

Pada 1935, lahir sekolah khusus mantri di Purworejo. Sekolah ini mendapat
bantuan operasional dari Rockefeller Foundation, yang berbasis di Amerika
Serikat. Belakangan, spesialisasinya makin variatif. Bukan hanya mantri pes, ada
juga ahli di bidang cacar dan kakus. "Sebelum ada sekolah mantri, semua tugas
itu diemban dokter STOVIA. Namun kemudian mantri pes membantu tugasnya,"
tutur Martina.

Menurut Martina, keberadaan tenaga medis ketika itu tak mempercepat


penanganan wabah karena teknologi kedokteran dan komunikasi belum canggih.
Lamanya proses komunikasi pemerintah pusat ke daerah menjadi faktor yang
memperlama penyelesaian wabah. "Jika penanganan wabah Covid-19 juga
lambat, berarti kita mengalami kemunduran," ujamya.

ISMA SAVITRI
Penulis Buku Sejarah Dokter
Indonesia: Wabah
Mengajarkan Politik

Hans Pols./sydney.edu.au

SAAT wabah pes terdeteksi di Malang, Jawa Timur, pada 1911, para dokter muda
lulusan STOVIA turun ke lapangan, termasuk dr Cipto Mangunkusumo. Mereka
mengobati pasien di kampung-kampung tanpa alat pelindung diri, karena pada
masa itu perlengkapan medis tersebut belum ditemukan. Aksi mereka heroik
lantaran, pada saat yang sama, banyak dokter Hindia Belanda menolak berdekatan
dengan penyakit mematikan tersebut.

Penulis buku Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter Indonesia, Hans
Pols, mengatakan para dokter STOVIA tak hanya menjadi pahlawan di tengah
wabah, tapi juga bergelut dengan politik praktis. Sebagian dari mereka aktif di
organisasi dan lantang menyuarakan nasionalisme lewat tulisan di surat kabar.
Daya kritis mereka salah satunya disulut sikap pemerintah kolonial terhadap kaum
pribumi yang diskriminatifkala wabah terjadi. Berikut ini petikan wawancara
dengan pengajar di Jurusan Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan University of
Sydney, Australia, itu.

Apa saja dokumen yang menjadi referensi Anda dalam


menulis Merawat Bangsa: Sejarah Pergerakan Para Dokter
Indonesia?

Ada dokumen resmi seperti laporan tahunan STOVIA, artikel surat kabar tentang
kesehatan dan pengobatan, juga surat antardokter. Saya memfokuskan pada
banyak publikasi medis, termasuk dari Asosiasi Dokter Hindia, untuk menggali
gagasan mereka. Pada 1970-an, banyak dokter menulis otobiografi. Saya juga
mencari sumber pendukung lain karena mengetahui ingatan mereka bisa saja tidak
sempurna. Sayajuga mewawancarai dokter senior, seperti (almarhum) Profesor
Koestedjo dari Bandung. Dia pergi ke Batavia Medical pada circa 1940 dan
kisahnya sangat menarik. Penelitian saya berlangsung sekitar sepuluh tahun, tapi
tidak penuh waktu.

M e n g a p a A n d a tertarik meneliti ini?

Ini benar-benar kebetulan. Ibu saya lahir di Menteng pada 1938, sementara nenek
dan nenek buyut saya lahir di Yogyakarta. Jadi saya punya sejarah keluarga di
Indonesia. Namun saya barn berkesempatan datang ke Indonesia setelah pindah
ke Sydney, Australia, pada 2002. Di Indonesia, saya disarankan bertemu dengan
orang-orang yang punya ketertarikan juga pada sejarah kedokteran, yakni
Profesor Firman Lubis dan Rushdy Hoesein. Mereka mengajak saya berkunjung
ke Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta, yang dulu gedung STOVIA. Dari
situ saya makin tertarik pada bahasan soal STOVIA.

Kemampuan dokter lulusan STOVIA mulai diuji s e j a k muncul


w a b a h pes di M a l a n g p a d a 1911. Seperti a p a perannya?

Pada 1903, STOVIA adalah sekolah yang mengesankan dengan stafberdedikasi.


Para siswa tidak memainkan peran penting, tapi beberapa doktemya, seperti Cipto
Mangunkusumo, menjadi sukarelawan selama wabah. Dia menjadi sangat sadar
bahwa orang Indonesia tidak diperlakukan sama. Sementara orang Belanda bisa
bebas bepergian, orang Indonesia tidak. Seperti semua epidemi, wabah
mengajarkan kepada kita banyak hal tentang politik, stigma, dan organisasi sosial.

P a r a dokter itu bahkan rela ke l a p a n g a n t a n p a a l a t pelindung diri,


ya ....

Masker medis ketika itu adalah hal barn, termasuk di Barat. Di daerah tropis,
sangat sulit menjaga semuanya steril. Bahkan pakaian pelindung tidak membuat
perbedaan selama wabah. Cara penularan utama adalah melalui gigitan n y a m u k -
sama seperti demam berdarah saat ini. Jadi peralatan pelindung pribadi
sebenamya tidak ada bedanya. Yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan
kelambu dan pengusir nyamuk atau membunuh semua tikus. Sebab, nyamuk
dapat menginfeksi manusia setelah menggigit tikus yang terinfeksi. Namun tetap
saja menjadi dokter pada saat itu sangat berisiko. Bahkan banyak dokter yang
tertular tuberkulosis dari pasiennya.

Apakah ketika w a b a h pes terjadi pemerintah B e l a n d a memberikan


b a n t u a n k e p a d a dokter pribumi?

Mereka dihargai, tapi tidak sebanyak penghargaan untuk dokter Belanda.

S e l ain Cipto, a d a k a h dokter lain yang aktif menulis s o a l


nasionalisme?

Ada beberapa dokter seperti itu, misalnya Abdul Rivai, yang menerbitkan Bintang
Hindia dan banyak menulis di surat kabar. Juga Soetomo, Radjiman
Wediodiningrat, dan beberapa lainnya. Mereka serius berpolitik dan menjadi
anggota parlemen kolonial. Sebagian dokter juga mengetahui metafora fisiologis
yang penting dalam situasi politik ketika itu. Misalnya istilah "tubuh sosial" atau
juga pengibaratan kolonialisme sebagai kanker.
Di Jawa ketika itu ada juga mantri pes. Secara spesifik, apa
bedanya dengan dokter biasa?

Mereka adalah asisten dokter. Mereka tidak mendapat pelatihan medis penuh, tapi
tahu cara menangani penyakit pes.

Menengok perjuangan dokter di masa lalu, apa pelajaran yang bisa


diambil untukpandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) saat
ini?

Dokter zaman itu merasakan tanggung jawab sosial yang kuat. Banyak yang
merasakannya hari inijuga. Namun, sayangnya, mereka tidak benar-benar
didukung pemerintah. Ada kekurangan peralatan medis, alat pelindung diri, dan
ini sangat menyedihkan. Dan, ya, para tenaga medis pada akhirnya
mempertaruhkan nyawa mereka. Padahal semestinya kondisi itu bisa dihindari.

ISMA SAVITRI

Virus Corona
Yang Berubah di Hindia
Belanda setelah Flu
Spanyol Berlalu

!1 "- ' ? ""s "" -c *\AIJ/'J:::1 , .,, 4W


, ""' U C'J .,_,,
'zj-::1
"'"'.,,.') ,,.
° .,.. '7 .,,. •
m "1.:. .,'1«::. A ..,4.11')1..,,
"'1
1u

,.n
K,,,..,.rt...,,? ... u c m 7
HI .f.<l-Hht'
.T 0,;/1 AA41 1 M
b

.,...,, • . . , . , s Q.J't..m i ' ? IN'J 'II,

°1"1..a..,.:- '?1:J''
; <
r
-'itr
ln '7\llh1 HYI0...-1Ml'f
am

'U>$.AW 9'\.1.,.,,, \ "/;2i.:11

'111.t'liM M ) ) 1M 11M,it,_,

"1""'f""'f;;'ci.,,.R,, :il'..s;""'

.......
M.Ja..n.t.t1A 5; 4.:, \ • .J, 9,
'°7..

am"Yl-fJ,."Aww"'J'l >
¥ ; t j ' f U

ffl.-'fif . 1""1,.'14:J>.....,,-;.._m

•'"""tt1 -'l-1rvt,....,_;•:,. •;t""ffl/:' U


M ·

.,.,i "::A' i,s.,.,,., .,;,_,'7_.,,.,,..,,, ""C:."'.'"'::1- ........ .Jl,., ....


.,..,...,,,,,.s '2!."1" "1,,.-,"-'J:','.. /;S.!I, 'j.,,f'7""'7""'
u 4'/o..n-m,...,,, t)/r, ¥JIS'fl' 9 [ : J '
"::A "1··r"1.,.,. ., ... ., .,

Buku Lelara Influenza./Dok. Syefri Luwis

BUKAN ketampanan wajah, bukan kekekaran otot. Satu syarat untuk


mendapatkan hati Seriati adalah keahlian mengobati penyakit flu. Sayembara
yang diumumkan ayah Seriati itu berbunyi: "Siapa pun yang dapat memulihkan
marabahaya flu ini, dapat menikahi putriku Seriati. Bukankah dia manis, Abang
Gendoet?"

Si Abang Gendoet mengakui kecantikan Seriati. Dia lalu memamerkan


kemampuan menyembuhkan penyakit demam-batuk yang dalam cerita ini disebut
sakit kromo dengan ilmu tabibnya. Sebuahjimat menjadi andalannya. Tiba-tiba
datang Si Pandjang yang dengan gagah berbicara di depan kerumunan, "Apa
kalian terkena sakit kromo? Jika ada gejala demam dan batuk, itu namanya
penyakit influenza. Hindari angin. Makan bubur, minum air hangat. Istirahatlah di
rumah. Jika tubuh terasa kuat setelah satu pekan, baru boleh keluar."

Potongan cerita ini ada dalam buku berbahasa Melayu terbitan Balai Pustaka pada
1920. Steve Ferzacca menceritakan ulang kisah dalam buku berjudul Awas!
Penjakit Influenza tersebut pada esai "Governing Bodies in New Order Indonesia"
di buku New Horizons in Medical Anthropology. Ferzacca menyoroti upaya
pemerintah Hindia Belanda mengkampanyekan pengobatan berlandaskan sains
lewat pendekatan cerita rakyat agar lebih mudah diterima. Alur ceritanya meniru
epos Ramayana, saat Rama berusaha mengambil hati Dewi Sinta lewat sayembara
unjuk kebolehan. Cara ini dipakai setelah banyak masyarakat memilih percaya
pada pengobatan tradisional di tengah pandemi influenza 1918 yang memakan
jutaan korban jiwa.
Dalam lanjutan kisah itu, Pandjang meneruskan orasinya dengan menjelaskan
bahwa virus influenza menular lewat air liur orang yang sakit. Jika virus itu
masuk ke tubuh, sel darah putih akan memeranginya. Untuk membantu
pemulihan, Pandjang menyarankan si sakit menyelimuti diri, menurunkan demam
dengan kompres dingin, makan makanan bergizi, dan minum obat bemama tablet
Bandoeng. Berkat ilmu pengetahuannya, Pandjang berhasil memenangi
sayembara itu.

Informasi dalam buku itu dikemas tim kesehatan pemerintah kolonial dan
disebarluaskan oleh Direktur Pendidikan dan Agama (Onderwijs en Eeredients).
Selain berbahasa Melayu, sejarawan epidemi Tubagus Arie Rukmana
menyebutkan, buku pedoman diterbitkan dalam bahasa Jawa dan ditulis
menggunakan huruf Jawa pula. "Buku disusun dalam bentuk percakapan di antara
tokoh-tokoh punakawan yang populer di tengah masyarakat," kata Arie lewat
wawancara tertulis.

Dalam Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda disebutkan,


melihat bentuk dan isinya, buku pedoman berjudul Lelara Influenza itu diduga
ditujukan kepada para dalang agar mereka dapat menyampaikan kembali
informasi kesehatan di dalamnya lewat pertunjukan wayang. Pemerintah kolonial
saat itu berharap kampanye kesehatan dapat lebih mudah tersalurkan dengan
bahasa yang lebih bebas dan informal.

Dikutip dari Yang Terlupakan, buku Lelara Influenza antara lain berisi informasi:

Influenza bisa mengakibatkan sakit panas dan batuk, mudah menular, asalnya
dari abu atau debu, berhati-hatilah jangan sampai bertindak ceroboh yang bisa
mengakibatkan munculnya debu ....

... orang yang terkena panas dan batuk tidak boleh ke luar rumah, harus tidur
atau istirahat saja. Badannya diselimuti sampai rapat, kepalanya dikompres,
tidak boleh mandi....

Lelara Influenza menjadi buku berbahasa Jawa yang populer hingga lama setelah
pandemi influenza, yang juga disebut flu Spanyol, berlalu. Data peminjaman
Taman Pustaka yang dikutip dari makalah berjudul "Balai Pustaka dan Kesehatan
Umum" oleh W. B. Horton menunjukkan buku tersebut dipinjam lebih dari 3.000
kali setiap tahun sepanjang 1926-1930. "Ilmu kedokteran disampaikan melalui
percakapan antara Semar, Gareng, Petruk, dan Prabu Kresna sehingga buku ini
sangat menarik untuk dibaca," tulis Horton.
Sampul Buku "Awas Penyakit Influenza"./Dok. Syefri Luwis

Wabah flu Spanyol, yang diperkirakan memakan korban 20-50 juta jiwa,
merevolusi banyak hal di dunia. Hindia Belanda, yang kehilangan 1,5-4 juta
penduduk, berbenah diri agar tak tersapu pandemi lagi. Perkembangan kedokteran
berbasis masyarakat lebih diperhatikan. "Di Hindia Belanda, pengerahan
mahasiswa STOVIA terjadi karena jumlah penderita penyakit meningkat tajam di
luar Batavia. Komitmen memperkuat STOVIA makin besar," ujar Arie Rukmana.

Terlebih, dalam penanganan pandemi, terbukti dokter Jawa yang merupakan


alumnus STOVIA berperan lebih besar dibanding dokter Eropa lulusan
Geneeskundige School. Dikutip dari buku Yang Terlupakan, dokter Jawa adalah
rekan fungsional bagi pemerintah kolonial untuk memberikan pelayanan
kesehatan hingga tingkat paling bawah. Dokter-dokter STOVIA punya
keunggulan karena memahami bahasa Jawa, juga budaya dan model pengobatan
tradisional masyarakat pribumi. Sebuah foto dalam lampiran buku tersebut
memperlihatkan seorang dokter bemama Ismael mengenakan blangkon dan
beskap saat berinteraksi dengan pasien. Ismael lulus dari STOVIA,
lalu mengabdikan diri di Rumah Sakit Kristen Mojowamo di Jawa Timur.

Pada skala global, pandemi flu Spanyol memaksa perang segera dituntaskan.
Pandemi ini disebut berperan dalam Perjanjian Perdamaian Paris yang
menyepakati penghentian Perang Dunia I. Karena banyak anggota delegasi
terjangkit flu, negosiasi perdamaian menjadi lebih lunak. Peneliti sejarah Alfred
W. Crosby dalam tulisan "Flu and The Paris Peace Conference" berargumen
bahwa kelemasan dan kelelahan akibat flu-lah yang berhasil mewujudkan Liga
Bangsa-Bangsa. "The new normal setelah pandemi flu adalah menuntaskan
perang dan memperkuat kerja sama intemasional," tutur Arie.

Berkaca dari lintang-pukang negara-negara dalam mengatasi flu, Liga Bangsa-


Bangsa meluncurkan Health Organization pada 1923. Menurut Arie, badan teknis
ini menciptakan sistem pengawasan baru epidemi yang tidak berisi diplomat,
melainkan ahli kesehatan. "Badan tersebut menjadi cikal-bakal World Health
Organization, yang lahir pada 1948," ucapnya.

Jennifer Cole, antropolog Royal Holloway, University of London, menyebutkan


perang dan wabah turut berperan dalam lahimya konsep negara kesejahteraan
yang kemudian diadopsi banyak negara di Eropa. Konsep ini dikembangkan
setelah berkaca dari wabah yang meninggalkan banyak janda, anak yatim-piatu,
dan penyandang disabilitas.

Kewajaran lain yang muncul akibat pandemi adalah makin terbukanya data.
Menurut Arie, wabah pada 1918-1919 nyaris hilang dari buku sejarah dan budaya
populer karena tak ada transparansi informasi. Jika dibiarkan, hal ini dapat
menurunkan tingkat kewaspadaan generasi selanjutnya saat wabah melanda
kembali. "Kebebasan pers menjadi kenormalan baru," ujamya.

MOYANG KASIH DEWIMERDEKA

Covid-19
Kiai Tunggul Wulung, Pusaka
untuk Menghalau Flu Spanyol

Bendera replika Kiai Tunggul Wulung./Dok. KH Moh]azir

PUSAKA keramat berupa kain sutra bertulisan "la ilaha illallah" dan "nashrun
minallah wa fathun Qarib" diarak keliling kota saat wabah flu Spanyol
menyerang Yogyakarta pada 1918. Kain berwama ungu itu dihiasi gambar pedang
yang ujungnya terbelah dua. Dalam sejarah Islam, pedang itu di g u n akan Ali bin
Abi Thalib--sahabat, menantu, dan sepupu N abi Muhammad-untuk Perang
Badar.

Masyarakat Yogyakarta mengenal pusaka keramat itu sebagai Kiai Tunggul


Wulung. Tunggul Wulung diwariskan pada masa kekuasaan Sultan Agung (1613-
1646). Tunggul sama artinya dengan "unggul" dan wulung berarti "ungu". Pada
masa kekuasaan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII,
Kiai Tunggul Wulung digunakan untuk menghentikan wabah flu Spanyol.

Seperti dalam tradisi kirab Keraton Yogyakarta, kirab pusaka Kiai Tunggul
Wulung diarak prajurit keraton yang mengenakan peci mirip prajurit Turki saat
wabah flu Spanyol menyerbu. Mereka membawa panji Kiai Tunggul Wulung
yang diikatkan pada tombak.

Para ulama membacakan kalimat thayyibah sepanjang prosesi mengarak bendera.


"Kiai Tunggul Wulung seperti panji Fatahillah milik Demak dan Estergon milik
Turki Utsmani," kata Kasori Mujahid, kandidat doktor Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Serrin, 11 Mei lalu.

Kasori menulis disertasi berjudul "Di Bawah Panji Estergon: Hubungan


Kekhalifahan Turki Utsmani dengan Kesultanan Demak pada Abad XV-XVI
Masehi". Dia melakukan riset di museum-museum dan perpustakaan Istanbul,
Turki, pada November 2017 selama sebulan.
Panji Kiai Tunggul Wulung mirip dengan bendera dari abad ke-17 berupa kain
sutra tebal berwama merah yang ada di Istanbul. Panji ini menjadi simbol
peperangan. Wama merah menyala menggambarkan keyakinan dan keberanian.

Bendera mirip Kiai Tunggul Wulung, menurut Kasori, ada sejak era Kesultanan
Demak pada 1479-1554. Saat menyerbu Portugis, Demak menggunakan panji
Fatahillah karena dibawa panglima perang Fatahillah bersama prajurit Cirebon
dan Banten pada 1526-1527. Saat itu hubungan antara Turki, Demak, dan Jawa
sangat dekat. Panji yang mirip dengan Tunggul Wulungjuga tersebar di
Kesultanan Aceh dan Kesultanan Luwu.

Bendera itu bertulisan ayat-ayat Allah yang mengobarkan semangat berperang


melawan penjajah. Ada juga doa-doa meminta pertolongan dari Allah agar
memenangi pertempuran untuk mengusir penjajah asal Eropa.

Panji Kiai Tunggul Wulung itu digunakan secara turun-temurun oleh sultan dan
panglima kesultanan Islam di Jawa dan Nusantara. Pangeran Sambemyawa di
Mangkunegaran menggunakan panji tersebut sewaktu berperang melawan
Belanda. "Orang Islam di Jawa menganggap Tunggul Wulung sangat sakti," ucap
Kasori.

Kiai Panji Tunggul Wulung Yogyakarta diwariskan oleh Sultan Agung (1613-
1646), yang mendapat gelar sultan dari Turki Utsmani pada 1641. Pada 1638,
Sultan Agung mengirim utusannya kepada SyarifMekah dengan membawa
hadiah supaya mendapat gelar sultan. Utusan itu lalu pulang membawa oleh-oleh
berupa panji dengan tulisan kalimat-kalimat Al-Quran dan pedang Ali dari Syarif
Mekah yang berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani.

Dalam Babad Diponegoro tertulis Sultan Agung mengirim utusan ke Mekah, lalu
ke Turki. Kemudian utusan itu membawa oleh-oleh berupa panji atau bendera.
Panji itu merupakan kiswah atau kain penutup Ka'bah. Kesultanan Yogyakarta
menyebutnya sebagai Kiai Tunggul Wulung.

Sultan Agung menggunakan panji Kiai Tunggul Wulung itu sebagai tolak bala
wabah yang menimpa Kerajaan Mataram. Kiai Tunggul Wulung diarak di sekitar
Kotagede, Yogyakarta, pada 1622. Sultan Agung lalu mewariskan panji itu
kepada Amangkurat hingga sampai ke Sultan Hamengku Buwono X.

Pada 9 Februari 2015, saat membuka Kongres Umat Islam Ke-6 di pendapa
keraton, Sultan Hamengku Buwono X menyebutkan soal bendera Kiai Tunggul
Wulung dan Kiai Pare Anom yang bertulisan syahadatain. Kiai Tunggul Wulung,
menurut Sultan Hamengku Buwono X, terakhir kali diarak pada 1946. Dalam
pidatonya di Turki saat menerima gelar doctor honoris causa bidang kebudayaan
pada 2013, Sultan mengatakan duplikat Kiai Tunggul Wulung disimpan di
keraton.

Sejarawan asal Australia, Merle Calvin Ricklefs, dalam bab "Masyarakat Jawa
dan Islam pada 1930-an" buku berjudul Mengislamkan Jawa, menulis bahwa
masyarakat Jawa meyakini keluarga kerajaan Jawa mempunyai kekuatan magis-
mistis. Kepercayaan itu ditunjukkan dengan cara Yogyakarta menangkal wabah
yang menyerang Kotagede pada 1931.
Di Kotagede terdapat makam pendiri Dinasti Mataram, Senopati ing Alaga
(meninggal sekitar 1601) dan Panembahan Seda ing Krapyak (meninggal pada
1613)-ayah Sultan Agung. Pada 1931, wabah pes menyerbu sehingga warga
kota yang lebih kaya memilih meninggalkan rumah-rumah mereka untuk pindah
ke tempat lain.

Warga yang kurang beruntung tetap tinggal sembari berjaga setiap malam karena
takut penyakit akan datang dan mengambil nyawa mereka kala tertidur pulas.

Untuk menghadapi wabah itu, Sultan diminta bersedia meminjamkan pusaka


kerajaan yang paling keramat, yakni panji Kiai Tunggul Wulung, untuk diarak.
"Bendera itu diyakini dibuat dari kain yang digantung di seputar makam Nabi
Muhammad. Di ujungnya terdapat tombak pusaka bernama Kanjeng Kiai
Slamet," tulis Ricklefs.

Dia juga menyebutkan Kiai Tunggul Wulung dan Kiai Slamet diarak pada 187 6
dan 1892. Ketika itu, wabah menyerbu Kota Yogyakarta. Saat flu Spanyol
menyerang pada 1918, Kiai Tunggul Wulungjuga diarak pada 1918. "Keyakinan
umum adalah wabah berhenti setelah pusaka diarak," tulis Ricklefs.

SHINTA MAHARANI
Flu Spanyol dalam Memori
Hindia Belanda

Suasana Auditorium Oakland, California, Amerika Serikat, yang menjadi rumah sakit sementara
saat pandemi Flu Spanyol, 1918./wikimedia

FRITZ Basiang bernsia 13 tahun ketika banyak sekali orang di desanya di


Saluputti, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, meninggal mendadak dalam waktu
berdekatan. Penyakit merebak di dataran tinggi itu, tapi tak ada satu pun dokter
untuk mengobati. "Kami barn menguburkan seseorang di pagi hari, tapi siang
harinya sudah ada lagi yang mati. Setelah pemakaman siang hari, sorenya ada
pula kematian barn," ucap Basiang dalam A Toraja Pilgrimage: The Life o f Fritz
Basiang yang ditulis antropolog sosial National University of Singapore, Roxana
Waterson.

Peristiwa pada 1918 itu mendorong Basiang menjadi dokter. Dia kemudian
menjadi orang Toraja pertama yang menempuh pendidikan medis hingga ke
Eropa. Adapun penyakit yang merenggut nyawa orang-orang di desanya itu
adalah wabah influenza yang secara turun-temurun diceritakan orang Toraja
dengan nama ra 'ba biang, yaitu ketika kematian datang ibarat ilalang yang
berjatuhan karena tebasan angin.

Dalam catatan pemerintah kolonial Hindia Belanda kala itu, sekitar 300 dari 3.000
penduduk Toraja tewas ditebas flu. Saat ini, kita masih dapat menemukan sebuah
kuburan massal di Toraja tempat rangka manusia dibiarkan terserak alih-alih
dimakamkan satu per satu dalam liang terpisah layaknya tradisi setempat.
"Mereka yang meninggal tidak sempat dimakamkan dengan proses yang sesuai
karena pengantar jenazah pun banyak yang meninggal," kata sejarawan pandemi,
Tubagus Arie Rukmana, lewat wawancara tertulis.
Fritz Basiang./A Toraja Pilgrimage: The Life of Fritz Basiang

Kematian cepat dan serentak ditemukan hampir di seluruh wilayah Hindia


Belanda kala itu. Arie Rukmana mengutip laporan Burgerlijken Geneeskundigen
Dienst (BGD) atau Dinas Kesehatan Sipil pada 1920 yang menyebutkan, "Semua
desa di Hindia Belanda hampir tidak ada yang tidak terinfeksi oleh penyakit flu."

Sempat ada pendapat yang menyatakan influenza lebih mudah menular di dataran
rendah dibanding di dataran tinggi. ''Namun tidak terbukti karena Magelang dan
Tana Toraja yang rata-rata wilayahnya berada di atas 3.000 meter di atas
permukaan laut juga mencatat kasus influenza mematikan," ujar Arie, yang turut
menulis buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda.

Di Makassar, dalam berita Indonesische Pers bureau (Kantor Berita Indonesia)


bertanggal 11 Februari 1919, permakaman terlihat seperti pasar karena selalu
ramai oleh orang-orang yang menguburkan sanak-saudara. Di beberapa wilayah
di Jawa, menurut penulis The Influenza Pandemic o f 1918 in Southeast Asia,
Kirsty Walker, sebuah ungkapan menjadi akrab di telinga warga, yaitu "pagi sakit,
sore meninggal; sore sakit, pagi meninggal".

Peringatan akan kedatangan penyakit yang menyebar dalam kecepatan


mengerikan ini ke Hindia Belanda sebenarnya sudah muncul pada April 1918.
Saat itu, konsul Belanda di Singapura bersurat kepada pemerintah Hindia Belanda
di Batavia agar melarang kapal-kapal asal Hong Kong merapat di dermaga dan
menurunkan penumpang karena wilayah itu telah terjangkit wabah. Larangan
serupa dikeluarkan pemerintah Inggris di Singapura. N amun, dalam buku Yang
Terlupakan, tak ada langkah berarti yang diambil pemerintah Batavia setelah
mendapat peringatan itu.

Surat kabar juga tampak kebingungan dalam memberitakan penyakit ini. Salah
satu berita paling awal yang menyinggung adanya wabah influenza dimuat De
Sumatra Post edisi 4 Juli 1918. Berita singkat itu mengabarkan sebuah epidemi
yang sedang merebak di Singapura menimpa hampir setengah populasi dengan
gejala nyeri sendi, sakit kepala, dan sakit pinggang. Nama penyakit itu masih
disebut bergantian antara "penyakit Singapura", "flu Rusia", dan "penyakit
rakyat". Sepuluh orang dikabarkan meninggal. Tapi, dalam edisi 16 Juli 1918,
koran itu meyakinkan bahwa, "Penyakit ini tak berbahaya dan mirip flu biasa
dengan gejala sakit kepala, demam, dan nyeri sendi. Aspirin cukup untuk
mengobati. Tak ada alasan untu1c khawatir."

Hanya berselang sehari setelah berita menenangkan tersebut, De Sumatra Post


mengabarkan influenza telah tiba di Surabaya. Flu menyebar di antara warga
kampung dan personel angkatan laut, bahkan 200 dari 1.500 narapidana di penjara
Surabaya dikabarkan telah terinfeksi virus influenza.

Istilah "flu Spanyol" mulai digunakan dalam artikel "De Epidemie" yang dimuat
Bataviaasch Nieuwsblad pada 18 Juli 1918. Artikel ini melaporkan flu Spanyol
sudah menyebar di antara ratusan anggota batalion Belanda di Batavia. Dinas
Kesehatan Sipil juga telah menerima laporan tentang merebaknya penyakit serupa
di pantai timur Sumatera dan di Surabaya. Penyakit ini disebut berkaitan dengan
pandemi yang sedang menyerang seluruh dunia dan belum ditemu1can obatnya.
Artikel disertai imbauan mencegah penyebaran penyakit dengan cara segera
meninggalkan pekerjaan dan mengisolasi diri jika terkena demam yang disertai
keluamya lendir. "Jika batuk atau bersin, jauhi orang-orang dan jangan meludah
di tanah!"

Seperti rumput kering tersulut api, laporan penyebaran virus ke seluruh wilayah
Hindia Belanda datang beruntun hanya dalam hitungan pekan. De Sumatra Post
melaporkan influenza menyerang perkebunan di Sumatera Utara pada Juli 1918.
Rumah sakit perusahaan perkebunan kewalahan karena menerima lebih dari
seratus pasien setiap hari dengan gejala demam. Perkebunan harus ditutup dan
produksi terhambat. Di Batavia, banyak perusahaan juga mengalami krisis karena
kekurangan staf akibat terjangkit virus flu. Rumah sakit di Semarang penuh, di
antaranya karena sepertiga pekerja perusahaan kereta jatuh sakit. Sebagian besar
pegawai jasa transportasi di Probolinggo dan Mojokerto, Jawa Timur, juga
terkena.

Pesan pendek di koran Batavia pada akhir Juli memastikan influenza juga
menyebar di Jepara, Jawa Tengah, dengan tingkat kematian sangat tinggi. Dokter
meminta bantuan didatangkan. Dari Tanjungpandan dilaporkan bahwa seluruh
pulau telah terkontaminasi. Influenza menyerang pasu1can bersenjata, polisi, serta
warga lokal, Cina, dan Eropa.

Pada Agustus diberitakan sebanyak 600 pekerja tambang di Sawahlunto,


Sumatera Barat, jatuh sakit tapi rumah sakit sudah penuh dan sebagian tenaga
kesehatan turut tertular. Selain itu, sebanyak 20-30 anggota pasu1can patroli harian
kembali ke benteng Fort de Kock dalam kondisi terinfeksi flu. "Bagaimana
penyakit ini menular belum diketahui, tapi menghentikan kegiatan pasu1can
sebelumjatuh korban adalah langkah bijak yang dapat dilaku1can," tulis De
Sumatra Post.

Pada 13 Desember 1918, koran Malaysia Tribune mewartakan telah sampainya


sebuah telegram dari Jawa di Amsterdam yang berisi perkiraan bahwa jumlah
korban meninggal karena wabah influenza di Hindia Belanda telah mencapai 1
juta orang.
Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda. /TEMPO

Namun Gubemur Jenderal Hindia Belanda Johan Paul van Limburg Stirum
menganggap laporan ini melebih-lebihkan. Seperti dikutip surat kabar Singapura,
The Straits Times, dalam berita bertarikh 17 April 1919, Gubemur Jenderal
menyatakan tak ada perubahan angka kematian yang signifikan di Jawa, Madura,
Bali, dan Lombok antara Juli dan Oktober 1918 dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya. Namun pada November 1918 tercatat ada 359.600 kematian
yang dikaitkan dengan flu Spanyol. "Ada 188 kematian dari 1.000 penduduk,
bandingkan dengan 20 kematian dari 1. 000 penduduk pada November 1917,"
begitu bunyi berita tersebut.

Studi demografi setelah wabah mereda menemukan angka korban wabah flu
Spanyol di Hindia Belanda sangat tinggi. Penelitian Colin Brown pada 1987
dalam The Influenza Pandemic o f 1918 in Indonesia menemukan angka kematian
di Hindia Belanda sepanjang 1918-1919 akibat pandemi influenza melampaui 1,5
juta. Sementara itu, dalam penelitian bertema sama pada 2013, Siddharth Chandra
dari Michigan State University, Amerika Serikat, memperkirakan angka kematian
lebih besar dua kali lipat dari hitungan Brown. "Dari penghitungan kami, di Jawa
dan Madura saja terjadi kehilangan populasi sebanyak 4,26-4,37 juta orang," tulis
Chandra .

•••

TINGGINYA tingkat persebaran flu Spanyol di Hindia Belanda berpangkal dari


rendahnya perhatian pada wabah yang telah diketahui membunuh jutaan manusia
di Amerika Serikat dan Eropa itu. Buku yang ditulis Tubagus Arie Rukmana dan
kawan-kawan menyoroti banyaknya pejabat Belanda di Hindia yang abai terhadap
informasi tentang perkembangan wabah. Peringatan dini agar menghadang kapal
masuk dari Hong Kong yang menjadi pusat penyebaran flu tak diindahkan karena
benturan kepentingan. "Konflik kepentingan ini berdampak pada keterlambatan
dalam mengambil langkah penanganan," kata Arie, yang saat ini menjadi anggota
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Pemerintah barn membentuk tim darurat pemberantasan pandemi pada November


1918. Saat itu, merujuk pada penelitian Siddharth Chandra, gelombang pertama
pandemi telah memukul kota-kota pelabuhan di Jawa, Sumatera, dan sebagian
Kalimantan. Gelombang pertama pada Juni-Juli 1918 diikuti hantaman yang lebih
keras dan kilat pada Oktober hingga pengujung tahun. Jawa Timur menjadi
episentrum wabah yang dengan cepat menyebar hingga Makassar, Pulau Seram di
Maluku, dan Fakfak di Papua.

Upaya mengurangi penyebaran penyakit diusulkan Kepala Dinas Kesehatan Sipil,


dokter W. T. de Vogel, setelah ia berkeliling untuk melihat kondisi korban
influenza di seluruh Jawa pada Desember 1918. Se lain menemukan data jumlah
korban yang mencengangkan, De Vogel menyimpulkan bahwa wabah sulit
dikendalikan karena tak ada dasar hukum yang jelas sehingga pejabat daerah
mengambil tindakan sendiri-sendiri saat menghadapi kondisi darurat. Dia
mengusulkan rancangan peraturan khusus untuk menanggulangi influenza yang
dapat berlaku secara nasional. Aturan itu dikenal dengan nama Influenza
Ordonnantie, yang selesai disusun pada awal 1919.

Suasana rumah sakit di Sumuran, Sumatra Utara, 1919./Tropenmuseum

Influenza Ordonnantie dibuat dengan merujuk pada Peraturan Karantina yang


termuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie Nomor 277. Dengan aturan itu,
pejabat pemerintah dapat memberlakukan karantina wilayah untuk menahan laju
penyakit. Ada hukuman pidana bagi mereka yang keluar-masuk daerah terjangkit.
Se lain itu, aturan ini membatasi berkumpulnya manusia dalam jumlah besar.

Sejarawan Universitas Indonesia, Achmad Sunjayadi, menceritakan, ketika


Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum membagikan rancangan undang-undang
itu kepada institusi pemerintah dan swasta, protes keras disuarakan Koninklijk
Paketvaart-Maatschappij, perusahaan yang melayanijalur pelayaran di Hindia
Belanda dari Sabang sampai Papua, karena ordonnantie itu akan menghambat
kinerja mereka. Apalagi ada ancaman denda hingga 2.000 gulden terhadap
nakhoda kapal yang tak mematuhi aturan. "Akan mengakibatkan kerugian besar
bagi perusahaan," kata Achmad saat dihubungi pada awal Mei lalu.

Direktur Kehakiman D. Rutgers juga menganggap aturan tersebut merenggut hak


berkumpul dan berserikat. Instansi lain turut terpancing menyatakan keberatan
jika aturan itu diterapkan. "Hampir tidak ada dukungan terhadap rancangan
ordonnantie tersebut dari pihak pemerintah," ujar Achmad. "Influenza
Ordonnantie baru disahkan pada 1920, setelah pemerintah menyadari bahwa
wabah sudah tersebar hingga Papua."

Lantaran rentang waktu dua tahun yang dibutuhkan buat membukukan strategi
nasional, telanjur muncul inisiatif masyarakat untuk mengobati diri yang sebagian
besar malah berakibat memperparah keadaan. Misalnya, saat influenza merebak,
para dokter kolonial beranggapan penyakit ini dapat disembuhkan dengan pil kina
yang umum digunakan untuk mengatasi malaria. Resep diberikan tanpa penelitian
lebih dulu. Dalam buku Yang Terlupakan disinggung juga penggunaan candu
sebagai obat sementara untuk mengurangi rasa sakit akibat lumpuhnya ketahanan
tubuh setelah terserang virus influenza.

Selain itu, pelayanan kesehatan tak merata. Banyak dokter yang tak mau
menangani pasien pribumi yang miskin. Sebagian dokter mengutamakan pasien
Eropa atau Cina, yang lebih mampu membayar. Ada juga yang mencari
keuntungan di tengah pandemi dengan menaikkan tarif. Arie menyebut nama
dokter Hoefer dan dokter Rademaker di Surabaya yang mengerek biaya berobat
dari 1,5 menjadi 3 gulden. "Mereka berdalih tindakan tersebut diambil supaya
tidak harus melayani banyak pasien," ucap Arie.

Gelombang pasien memang tak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan.


Kolonia/ Weekblad pada 1919 mencatat, selama pandemi, satu dokter dapat
menangani 800 pasien. Sejarawan Peter Carey menambahkan, mahasiswa
kedokteran STOVIA yang belum lulus tapi sudah menempuh tahun terakhir
diminta turut menangani pasien. "Tidak ada kewajiban skripsi," tuturnya dalam
wawancara, awal April lalu.

Obat penyembuh yang belum jelas kebenarannya dipublikasikan di surat kabar.


The Straits Times pada 20 Februari 1919 mengutip dua surat kabar Jawa yang
memberitakan dokter J. Samuel di Magelang, Jawa Tengah, telah menemukan
metode paling mempan yang berhasil memulihkan 800 pasien tanpa satu pun
kematian. Metodenya antara lain tak boleh mandi sebelum demam menghilang
dan meminum ramuan obat yang rinciannya tercantum dalam berita itu sebanyak
lima kali sehari. Artikel itu meyakinkan bahwa demam akan sembuh dalam dua
hari setelah mengikuti resep tersebut.

Di tengah layanan medis yang tak menentu, pengobatan tradisional akhirnya


menjadi pilihan. Literatur Jawa kuno, seperti Serat Centhini (1814) dan Kawruh
Bab Jampi-jampi Jawi (1858), memuat macam-macam ramuanjamu yang biasa
dikonsumsi masyarakat Jawa untuk menjaga dan memulihkan kesehatan. Ini
menjadi rujukan warga Rembang dan Blora di Jawa Tengah yang menenggak
ramuan temu lawak dan jamu cabai lempuyang untuk menangkal influenza.
Kurva angka kematian di Jawa-Madura, 1919./Buku Yang Terlupakan: Pandemi Influenza 1918 di
Hindia Belanda

Selain itu, berbagai ritual tolak bala digelar di banyak kota di Jawa. Dalam "De
spaansche griep te Modjowarno" yang dimuat Maandblad der Samenwerkende
Zending-Corporaties, (1919), C. W. Nortier menulis tentang warga Mojowarno di
Jawa Timur yang mempersembahkan sesajen bunga dan kerbau ke makam Kiai
Abisai dan Kiai Emos yang merupakan tokoh bumiputra perintis penyebaran
agama Kristen di wilayah itu. Ritual ini diharapkan dapat mengusir roh jahat
pembawa virus influenza dar Mojowarno. Padahal, sesuai dengan temuan Arie
Rukmana berdasarkan dokumentasi Nortier, saat itu Mojowarno telah memiliki
fasilitas rumah sakit dengan dokter dan petugas kesehatan, bahkan pendeta.

Di Kudus, Jawa Tengah, arak-arakan toapekong dibawa berkeliling kota empat


kali pada Oktober 1918. Pawai itu dilengkapi barongsai, bendera, iringan tabuhan,
bunyi-bunyian, dan doa. Warga percaya "setan" influenza takut pada arak-arakan
itu. "Dengan membikin slamatan, djika permintaan ini dikaboelken oleh Toehan,
penjakit itoe sigra berlaloe dan saantero penduduk di Koedoes, lelaki dan
prampoean, Selam, Tjina atawa Olanda, nanti beroleh berkat selamat, " tulis Tan
Boen Kim dalam Peroesoehan Koedoes yang terbit pada 1920.

Solusi tanpa landasan sains itu diyakini Arie menjadi salah satu penyebab angka
kematian yang tinggi di Hindia Belanda. Ditambah dengan buruknya koordinasi
pejabat pemerintah, flu Spanyol baru benar-benar hilang dari Hindia Belanda pada
1921. Itu pun tanpa diketahui penyebab pastinya .

•••

SERATUS tahun setelah wabah yang dijuluki "lbu Segala Pandemi" itu berlalu,
ahli di seluruh dunia masih belum sepakat tentang bagaimana flu Spanyol datang
dan menghilang. Ingatan tentang wabah ini pun buram karena pagebluk terjadi
bertepatan dengan peristiwa yang lebih besar dan lebih mendominasi buku
sejarah: Perang Dunia I. Padahal, dalam catatan peneliti epidemi John Barry,
wabah ini merenggut 21-50 jutajiwa manusia,jauh lebih besar dari korban
Perang Dunia I yang sebanyak 9,2-15,9 jutajiwa.

Dalam The Geography and Mortality o f The 1918 Influenza Pandemic, David
Patterson dan Gerald Pyle menjelaskan tiga fase penyebaran flu ini. Fase pertama
adalah fase musim semi yang terjadi pada Maret 1918, saat gelombang flu
menerpa bagian tengah Amerika Serikat dan Eropa serta tiba di Afrika Utara,
India, Cina, dan Australia pada Juli tahun yang sama. Fase musim gugur pada
akhir Agustus merebak di Prancis sebelum wabah menyebar ke seluruh sudut
dunia dan menjadi gelombang paling mematikan. Gelombang terakhir pada 1919
menunjukkan gejala yang mirip dengan pandemi yang terjadi dua dekade
sebelumnya.
Lukisan karya Edvard Munch berjudul Self-Portrait with the Spanish Flu, 1919./wikimedia

Dalam catatan Patterson dan Pyle, kasus flu Spanyol paling awal yang
terdokumentasikan dalam sejarah terjadi di lokasi latihan militer di Camp
Funston, Kansas, Amerika Serikat, pada 5 Maret 1918. Virus menyebar seiring
dengan pergerakan para tentara ke Prancis, lalu ke Portugal dan Spanyol. Situasi
perang membuat wabah yang mulai menyebar ini disensor dari media massa.
Hanya Spanyol, negara netral dengan pers terbuka, yang memberitakan pandemi
influenza dengan besar-besaran. Karena itulah nama flu Spanyol menempel pada
penyakit ini, meski orang Spanyol sendiri lebih suka menyebutnya flu Prancis.

Virus H l N l pemicu penyakit ini dapat menyebar lewat udara, yang menjadi
penyebab tingginya tingkat penularan. Diperkirakan sepertiga populasi dunia atau
sekitar 500 juta orang terinfeksi virus tersebut. Adapun tingkat kematian paling
tinggi ditemukan pada kelompok penderita usia balita, 20-40 tahun, dan di atas 65
tahun. "Tingginya angka kematian pada penderita usia produktif menjadi
karakteristik unik yang tak terjelaskan dari flu Spanyol," tulis Departemen
Kesehatan Amerika Serikat.

Pada gelombang pertama, gejala flu ini cenderung ringan dengan ciri-ciri demam
dan kelelahan yang dapat sembuh dalam beberapa hari. Namun virus bermutasi
pada gelombang kedua yang bisa menyebabkan korban meninggal hanya dalam
rentang beberapa jam setelah menunjukkan gejala.

Di antara pasien yang direnggut nyawanya oleh wabah ini, ada ekonom dan
sosiolog Jerman, Max Weber, yang meninggal akibat pneumonia akut setelah
tertular flu Spanyol pada 1920 saat berusia 56 tahun. Sementara itu, seniman
Norwegia pembuat The Scream, Edvard Munch, tertular tapi berhasil sembuh.
Munch bahkan sempat melukis dirinya saat terserang flu dalam dua lukisan, Self-
Portrait with the Spanish Flu (1919) dan Self-Portrait after the Spanish Flu
(1919-1920), yang kini menjadi koleksi Museum Nasional Norwegia.
Vaksin Covid-19 Buatan Mana
yang Paling Cepat Diproduksi?

Vaksin Corona

• Sebanyak 70 perusahaan bioteknologi mengembangkan vaksin untuk melawan

virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

• Ada empat kandidat vaksin yang tengah menjalani uji klinis terhadap manusia

untuk menguji efektivitas dan keamanannya.

• Bak.al vaksin buatan University of Oxford, Inggris, mengungguli tiga kandidat

vaksin lain karena siap diproduksi massal oleh Serum Institute of India

sebanyak 60 juta dosis meski belum selesai uji klinisnya.

ADAR Poonawalla, 39 tahun, yakin betul dengan keampuhan kandidat


vaksin Covid-19 buatan Jenner Institute, University of Oxford, Inggris. Miliarder
India dan Chief Executive Officer Serum Institute of India itu tak ragu menyuruh
pabriknya memproduksi 60 juta dosis meskipun vaksin tersebut belum selesai
diuji klinis. "Para ilmuwan hebat (di Oxford) adalah sekumpulan orang yang
sangat memenuhi syarat. Itulah yang membuat kami percaya diri,"
kata Poonawalla kepada Reuters, Rabu, 29 April lalu.

Poonawalla mengungkapkan alasannya mengambil keputusan itu-dengan biaya


dan risiko ditanggung sendiri-adalah mencuri start produksi massal vaksin
dalam dosis yang cukup bila kelak uji klinis terhadap manusia tersebut terbukti
sukses. Menurut dia, dua pabrik miliknya di Pune, Negara Bagian Maharashtra,
India barat, mampu memproduksi masing-masing 5 juta dosis per bulan. Dengan
demikian, target 60 juta dosis itu dapat diselesaikan dalam enam bulan.

Kandidat vaksin yang akan diproduksi Serum Institute dinamai ChAdOx 1 nCov-
19. Setelah sukses dalam uji laboratorium terhadap monyet rhesus pada 23 April
lalu, kandidat vaksin itu mulai menjalani uji klinis. Elisa Granato, seorang dokter
di Oxford, menjadi relawan pertama dari 1.100 relawan yang terlibat uji klinis
fase pertama ini. Separuh relawan akan disuntik kandidat vaksin dan lainnya
disuntik vaksin meningitis yang sudah tersedia.

Sarah Gilbert, pemimpin Grup Vaksin Oxford, saat menyelesaikan uji


laboratorium menyatakan yakin 80 persen kandidat vaksinnya bekerja pada
manusia. Tim peneliti menargetkan hasil uji klinis diperoleh pada September
mendatang. Namun profesor kedokteran University of Oxford, John Bellm, yakin
indikasi keberhasilan kandidat vaksin bisa diketahui lebih cepat. "Kami berharap
mendapat sinyal apakah kandidat vaksin ini bekerja atau tidak pada pertengahan
Juni," ucapnya.
TAHAP
TEMPO.CO

PENCEMBANCAN
VAKSIN
lebih dari 70 vaksin Covid-19 dikembangkan di seluruh dunia.
Em pat kandidat vaksin tengah menjalani ujl klinis.

lnfeksi:
Virus bergantung pada protein spike atau
paku mahkota untuk menempel di reseptor
angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).

BAGAIIIANA Selmanusia
VIRUS SAAS•COV•Z
MENGINF'DlSI

Protein spike
merupakan
kandidat
potensial untuk
vaksin

TIP£
VAKSIN

Adenovfrus
1 Vllklllln Vllktor Vhul

Gen ltu disisipkan


keasam
deoksiribonukleat
(ONA! adenoviru.s
yang menjadi
vektor

Dikembangkan
oleh CanSino
Biologics (Cina)
dan University of
Oxford (lnggris

2 Vaksln h a m N u l d u t
Asam ribonukleat (RNA) kurir alias
mRNA mengandung resep genetik
( untuk menghasilkan antigen
protein spike di da.lam sel-sel
manusia

Antigen
menstimulasi
antibodi
► Oikembangkan oleh Moderna Inc-
National Institute of Allergy
and Infectious Diseases !Amerika
Serikat)

3 V a b l n Pla11111d-DNA \

Plasmid direkayasa
Plasmid adalah molekul secara genetika
asam deoksiribonukleat agar mengandung
(ONA) yang berbentuk gen protein spike
lingkaran sebagai vektor
Dikembangkan oleh
lnovio Pharmaceuticals
Inc (Amerika Serikatl

Uli . . Inf• t u a I: Mengevaluasi keamaoan vaksin


dan kemampuannya menghasilkan respons sistem
lmun pada kelompok kecil relawan.

Uli ldlnl f u a lb Dijalankan pada beberapa ratus


relawan, termasuk kelompok berisiko tinggi.
Menguji kemanjuran vaksin.

r. . .IH: Uji skala besar untuk mengevaluasi


kemanjuran di bawah kondisi penyakit alami. Jika
sukses, pembuat vaksin mengajukan permohonan
izin memasarkan vaksin ke pemerintah.

r. . .IV: Produksi skala besar. Kendall mut:JJ dan


pengawasan pasca-pemasaran untuk mendeteksi
efek berlawanan yang langka.

SUIIIBER:
GRAPHICNEWS, EUROPEAN VACCINE INITIATIVE,
MEDICALN EWSTODAY

Johns Hopkins Center for Health Security, Amerika Serikat, menyebutkan ada 63
vaksin yang dikembangkan untuk virus SARS-CoV-2 ini. Dari jumlah itu, ada
empat yang sedang diuji klinis, yakni kandidat vaksin Oxford,
CanSino Biologics Inc dan Beijing Institute of Biotechnology,
Moderna Inc dan National Institute of Allergy and Infectious Diseases,
serta Inovio Pharmaceuticals Inc. Adapun lima bakal vaksin yang menjalani uji
laboratorium berasal dari
CureVac AG, Novavax Inc, University of Queensland dan
GlaxoSmithKline, University of Hong Kong, serta Institut Pasteur.

Kandidat vaksin Oxford tampaknya memimpin sementara balapan ini. Dua


kandidat vaksin asal Amerika Serik:at, yakni mRNA-1273 buatan Moderna dan
INO-4800 buatan Inovio Pharmaceuticals, memang memulai uji klinis lebih dulu,
tapi jumlah relawan yang terlibat lebih sedikit. Uji klinis kandidat vaksin mRNA-
1273 dimulai pada 16 Maret lalu terhadap 45 relawan, sementara INO-4800 pada
6 April lalu dengan 40 relawan. Faktor siapnya Serum Institute untuk melakukan
produksi juga menjadi keunggulan vaksin Oxford.

Pada Kamis, 7 Mei lalu, Moderna mengumumkan pihaknya telah mendapat izin
melakukan uji klinis fase kedua yang akan melibatkan 600 relawan. Stephane
Bance!, Chief Executive Officer Moderna, mengatakan uji klinis fase kedua
adalah langkah krusial bagi perusahaannya untuk menaikkan kandidat vaksin ke
tahap akhir uji klinis, yakni fase ketiga. Ia berharap fase ketiga dapat dimulai pada
awal musim panas nanti.
Adapun kandidat vaksin buatan CanSino, Ad5-nCov, kini sedang memasuki uji
klinis fase kedua terhadap 500 relawan. Pada fase pertama yang berlangsung pada
16 Maret-2 April lalu,108 relawan dibagi ke tiga kelompok, yaitu dosis rendah,
sedang, dan tinggi, untuk menguji efektivitas dan keamanan vaksin.
Kepada Science and Technology Daily, peneliti CanSino mengakui ada efek
berlawanan berupa demam 38,5 derajat Celsius pada beberapa relawan kelompok
dosis tinggi.

Vaksin yang Dikembangkan

Ada kelebihan dan kelemahan tipe vaksin. Vaksin asam nukleat, misalnya, mudah
dirancang tapi vaksin DNA bisa tidak immunogenic atau vaksin mRNA bisa tidak
stabil. Vaksin vektor virus dan vaksin subunit protein umumnya memiliki tingkat
keamanan tinggi dan lebih immunogenic, tapi vaksin vektor virus bisa menurun
efektivitasnya. Sedangkan vaksin subunit protein terlalu mahal.

Tipe Jumlah Kandidat Vaksin *

Asam deoksiribonukleat (DNA) 5


Asam ribonukleat (RNA) 9
Virus hidup yang dinonaktifkan 3
Virus hidup yang dilemahkan 2
Vektor virus nonreplikasi 8
Subunit protein 23
Vektor virus replikasi 5
Partikel mirip virus 2
Lainnya atau tak diketahui 6

*Teridentifikasi oleh WHO per 4 April 2020

SUMBER: JOHNS HOPKINS CENTER FOR HEALTH SECURITY

Pada uji klinis fase kedua, 250 relawan akan diberi dosis sedang, 125 relawan
mendapat dosis rendah, dan 125 lainnya disuntik plasebo. Bakal vaksin Ad5-
nCov menggunakan adenovirus manusia tipe 5-kelompok virus yang menyerang
saluran pernapasan-sebagai vektor vaksin. Gen protein paku mahkota (spike)
virus SARS CoV-2 lalu disisipkan ke asam deoksiribonukleat (DNA) adenovirus.

Platform serupa juga di g u n akan dalam kandidat vaksin Oxford. Perbedaannya


hanya pada virus yang dipakai sebagai vektor. Bakal vaksin ChAdOx 1
menggunakan adenovirus simpanse. Sedangkan kandidat vaksin yang
dikembangkan Moderna berbasis molekul asam ribonukleat (RNA) virus yang
direkayasa secara genetik. Tipe RNA yang disasar adalah RNA kurir (mRNA)
yang mengandung kode genetik untuk memproduksi antigen protein spike.

Bakal vaksin Covid-19 juga tengah dikembangkan konsorsium lembaga penelitian


yang dipimpin Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Direktur
Lembaga Eijkman Amin Soebandrio menyatakan telah mendapatkan isolat virus
SARS-Co V-2 lokal dari pasien Indonesia. "Dengan isolat itu, kita bisa
mengidentifikasi bagian-bagian dari virus yang paling cepat menghasilkan
antigen," tutur Amin melalui sambungan telepon, Sabtu, 9 Mei lalu.

Menurut Amin, pihaknya memiliki tujuh isolat virus SARS-Co V-2 yang telah
diurutkan keseluruhan genomnya. Dalam pengembangan vaksin Covid-19 itu,
kata dia, para peneliti bakal menggunakan teknologi rekayasa protein. "Kami
akan merancang proteinnya berdasarkan informasi genetik yang kami miliki.
Setelah itu menggunakan protein rekombinan yang akan menjadi kandidat
vaksin," Amin menjelaskan.

Amin mengatakan rekayasa protein paling dipilih pengembang vaksin di dunia.


Yang membedakan adalah bagian virus yang disasar. "Vaksin rekayasa protein
yang paling cocok dengan teknologi dan fasilitas yang kita miliki," ucapnya.

Jika bekerja baik pada hewan laboratorium, kandidat vaksin itu akan diserahkan
ke industri untuk diformulasi agar bisa disuntikkan ke manusia. "Mudah-mudahan
sebelum setahun sudah kami serahkan ke industri," ujar Amin.

DODY HIDAYAT, GABRIEL WAHYU TITIYOGA (OX.AC.UK, JOHNS HOPKINS CENTER FOR

HEALTH SECURITY, REUTERS, THE NEW YORK TIMES, BUSINESSINSIDER, SOUTH CHINA

MORNING POST, BIOSPACE, FDANEWS)

Vaksin Covid-19 Covid-19 Virus Corona


Robot-robot yang
Dikembangkan untuk
Melawan Covid-19

Robot Zaman Corona/TEMPO

SPOT, robot berkaki empat buatan Boston Dynamics, mulai menunjukkan aneka
kemampuannya di masa pandemi Covid-19. Di Brigham and Women's Hospital,
Boston, Amerika Serikat, Spot yang dilengkapi komputer tablet dan radio dua
arah menjadi media konferensijarakjauh antara dokter dan pasien.
Rencananya, Spot juga ditambahi sistem pendeteksi suhu tubuh, kecepatan napas,
detak: jantung, dan saturasi oksigen. Di Bishan-Ang Mo Kio Park,
Singapura, Spot berpatroli untuk mengingatkan para pengunjung taman agar
menjaga jarak fisik. Ia juga memiliki kamera untuk mengestimasi jumlah
pengunJung.

Robot serupa dengan Spot pun bermunculan, seperti A 1 dari perusahaan


Cina, Unitree, yang dipamerkan dalam Consumer Electronics Show di Las Vegas,
Amerika Serikat, Januari lalu. Selain itu, banyak perusahaan pembuat robot
merancang robot humanoid untuk menggantikan manusia dalam melayani pasien
Covid-19.

Anjing Boston
RP 350 JUTA

Robot berkaki empat, Spot, buatan Boston Dynamics ini pertama kali menarik
perhatian melalui promosi di YouTube pada 2018. Robot anjing ini mampu
membawa muatan 14 kilogram dengan kecepatan 1,6 meter per detik dan tenaga
baterai swap yang bisa bertahan 90 menit. Spot tidak dijual bebas. Hanya industri
terpilih, seperti konstruksi, minyak dan gas, listrik, pertambangan, keamanan
publik, serta kesehatan, yang bisa menggunakan dengan skema sewa. H a r g a
s e w a p e r unit: Rp 350 juta

Perawat Tommy

RP 80,85 JUTA

Robot humanoid yang dijuluki Tommy ini melayani pasien di unit perawatan
intensif Rumah Sakit Circolo di Varese, sebelah utara Milan,
Italia. Tommy sebetulnya robot Sanbot Elfbuatan Qihan Technology Co,
Shenzhen, Cina. Elfberdimensi 902 x 421 x 331 milimeter dan berbobot 19
kilogram. Memiliki kecepatan gerak 0,8 meter per detik, Tommy bisa mengukur
tekanan darah dan saturasi oksigen pasien. Pasien dapat berkomunikasi dengan
dokter via Tommy.
Anjing Cina

RP 150 JUTA

Robot anjing A l buatan Unitree ini berbentuk sangat mirip dengan Spot milik
Boston Dynamics. Bedanya, Al menyasar konsumen pribadi untuk dijadikan
anjing piaraan. A l memiliki panjang 620 milimeter dan lebar 300
milimeter. Bobotnya 11,8 kilogram dan mampu membawa beban 5 kilogram.
Kecepatan larinya 3,3 meter per detik dan ia bisa bersalto. Robot ini
menggunakan baterai ion litium yang dapat bertahan selama dua jam.

Asisten Medis Ginger

.' \

RP 82,55 JUTA

Robot pembantu tenaga medis Ginger buatan perusahaan Cina, CloudMinds, ini
sudah bertugas di rumah sakit darurat Wuhan Wuchang Smart Field Hospital.
Ginger, yang aslinya bemama XR-1, memiliki sistem penghindar rintangan dan
navigasi otomatis. Ia bisa mengantarkan obat serta makanan dan minuman kepada
pasien. Robot yang bekerja dengan kecerdasan buatan ini dapat berbicara dan
mengenal suara. Ginger disewakan harian, bulanan, atau tahunan.

Covid-19 Virus Corona ITS


Bilik Khusus untuk Menguji
Swab Covid-19 Buatan
Mahasiswa 1TB

BILIK -- -=------=--
-

AMAN
-

-::-::::... - -

PENGUII
COVID-1 i:o
IJJ

Bilik Aman Penguji Covid-19/TEMPO

• Tim mahasiswa 1TB membuat bilik khusus bagi tenaga medis yang mengambil

sampel pasien (swab test) Covid-19.

• Karena aturan pembatasan sosial selama pandemi, sebagian proses

perancangan bilik dilakukan para mahasiswa dari rumah masing-masing.

• Mereka membuat selusin bilik untuk rumah sakit rujukan penanganan Covid-19

di Bandung.

HIMPUNAN Mahasiswa Mesin Institut Teknologi Bandung membuat swab


chamber alias bilik khusus yang digunakan tenaga medis dalam proses
pemeriksaan Covid-19. Dengan menggunakan bilik ini, tenaga medis berada di
ruangan yang terpisah dari pasien yang diperiksa dalam rangkaian pengambilan
sampel dari saluran pemapasan pasien (swab test). Dengan demikian, risiko
penularan penyakit akibat virus corona tersebut bisa dikurangi.

Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin 1TB Arya Dipajaya mengatakan swab


chamber dibuat kedap udara. Bilik itu menggunakan sistem tekanan positif
sehingga udara dari luar tidak dapat masuk kecuali dari saluran cadangan (intake).
Tenaga medis bekerja dari dalam bilik mengambil sampel pasien yang berada di
luar ruangan menggunakan sarung tangan lateks. "Bilik ini dilengkapi alat
komunikasi, loudspeaker dan mikrofon dua arah," kata Arya, seperti dilaporkan
situs 1TB pada Jumat, 1 Mei lalu.

Tim pembuat swab chamber ini beranggotakan mahasiswa angkatan 2016, 2017,
dan 2018, yang bekerja di bawah bimbingan dosen Fakultas Teknik Mesin dan
Dirgantara ITB, Indria Herman. Menurut Arya, mereka juga bekerja sama dengan
tim dokter dan para alumnus ITB untuk mengetahui kebutuhan di lapangan.

Blower mesin yang digunakan untuk


meningkatkan tekanan udara di dalam bilik.
Ruangan dengan tekanan udara positif melindungi Dinding bilik menggunakan material
petugas medis dari risiko paparan partikel atau tripleks setebal 3 milimeter.
droplet dari luar.
Pelindung depan menggunakan
Pintu akses masuk material akrilik setebal 3 milimeter.
petugas medis dari sisi
Lu bang sarung tangan lateks
belakang bilik.
digunakan petugas medis
untuk bekerja mengambil
sampel dari pasien.

HAAGA TAMPAKIBELAKANG
APla.21UTA
PEA UNIT.

Roda memudahkan bilik _J


dipindahkan ke berbagai lokasi.
TAM PAK DEPAN

Pelantang dan mikrofon digunakan


sebagai alat komunikasi dua arah antara
petugas medis dan pasien. - - - -

Penyaring udara menggunakan


komponen high-efficiency particulate air
(HEPA). Berfungsi menyaring udara dan
menangkap partikel berbahaya.

Arya mengatakan pembuatan bilik ini berawal dari keinginan mahasiswa


menolong tenaga medis di lapangan. Mereka membuat produk itu berdasarkan
wawancara terhadap tenaga medis mengenai kebutuhan mereka terkait dengan
pelaksanaan swab test. Temyata para tenaga medis mengajukan opsi swab
chamber.

Kondisi pembatasan sosial akibat pandemi membuat pekerjaan tim menjadi


terbatas. Pembuatan desain dan komponen swab chamber pun dilakukan di rumah
masing-masing. Purwarupa yang sudah dibuat kemudian diserahkan kepada tim
dokter untuk ditinjau ulang. Tim juga banyak mendapat bantuan dari para donatur.
"Saat ini sedang dalam tahap persiapan produksi massal," ujar Arya.

Meski awalnya lebih banyak bekerja di rumah, anggota tim secara berkala
memeriksa perkembangan perakitan bilik di bengkel produksi mereka. Tim
Himpunan Mahasiswa Mesin ITB menargetkan membuat 12 unit bilik. Produk
tersebut akan dibagikan ke fasilitas rujukan penanganan Covid-19, yaitu Rumah
Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat, Rumah
Sakit Paru Rotinsulu, dan Rumah Sakit Al-Ihsan. Tiap rumah sakit mendapat tiga
unit swab chamber.

Covid-19 Virus Corona ITB Inovasi

Anda mungkin juga menyukai