Anda di halaman 1dari 3

A.

LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian dari kesehatan tubuh
yang ikut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Menjaga kesehatan
gigi dan mulut berarti turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas hidup dan
produktifitas sumber daya manusia, namun kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
sampai saat ini masih memprihatinkan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional tahun 2018 menyebutkan bahwa sebanyak 57,6% Penduduk Indonesia
mengalami permasalahan kesehatan gigi dan mulut hanya 10,2% diantaranya yang
menerima perawatan dan  pengobatan dari tenaga medis.
Karies merupakan penyakit yang paling umum dan menyerang lebih dari 80%
anak-anak di negara maju dan berkembang (Sriyono, 2009). Anak usia sekolah
khususnya anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
penyakit gigi dan mulut, karena pada umumnya anak-anak tersebut masih mempunyai
perilaku atau kebiasaan diri yang kurang menunjang kesehatan gigi dan mulut.
Usaha peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah dilaksanakan
melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang diselenggarakan
secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk program Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) (Kemenkes RI, 2012). Hal tersebut sejalan dengan dasar
pemikiran  pencapaian Indonesia Bebas Karies Tahun 2030, yakni memperkuat
program UKGS dan UKGM.
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan suatu upaya kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang nantinya ditunjang dengan adanya
upaya kuratif bagi murid yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2007, Provinsi Jawa Tengah perilaku menggosok gigi yang benar hanya
dilakukan oleh 5,5%. Dilihat dari seluruh komponen kerusakan gigi (DMF-T),
kabupaten dengan rata-rata jumlah kerusakan gigi tertinggi ada di kabupaten
Semarang dengan rata-rata 10 gigi/orang. Prevalensi karies aktif di provinsi Jawa
Tengah sebesar 43,1% dan pengalaman karies sebesar 67,8%. Prevalensi karies aktif
tertinggi di Semarang kota (74,0%) Sedangkan proporsi pengalaman karies tertinggi
di Kabupaten Semarang (86,6%).
Atas hasil dari data di atas, kami mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang yang juga berperan sebagai
tenaga kesehatan ingin melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan
mulut melaui kegiatan  pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut pada guru di SDN
Ngesrep 03, Jatingaleh, Semarang. Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan ini
dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat sekolah dasar
terutama di SDN Ngesrep 03, Jatingaleh, Semarang.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelatihan kader UKGS di SDN Ngesrep 03, Jatingaleh,
Semarang yaitu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran guru di bidang
kesehatan gigi dan mulut.  
b. Tujuan Khusus
1. Guru dapat memahami bagian-bagian dari gigi dan mulut.
2. Meningkatkan pengetahuan guru dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
3. Guru dapat memahami kebiasaan memelihara diri dalam bidang kesehatan gigi
dan mulut.
4. Guru dapat melakukan pemantauan kesehatan gigi dan mulut siswa-siswinya.
5. Guru dapat melakukan demonstrasi menggosok gigi yang baik dan benar.

C.    MANFAAT
1.   Bagi Guru
a. Meningkatkan kemampuan guru mengenai kesehatan gigi dan mulut.
b. Meningkatkan kemampuan guru untuk menghadapi berbagai masalah
kesehatan gigi dan mulut.
c. Meningkatkan motivasi guru dalam meningkatkan kemampuan
mengajarnya bagi siswa dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
d. Mendapatkan informasi yang berkaitan dengan program UKGS yang
bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut.
2.   Bagi Siswa
a. Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut siswa.
b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa.
c. Meningkatkan sikap/kebiasaan memelihara diri terhadap kesehatan gigi
dan mulut siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Mewujudkan terjaminnya ketersediaan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut bagi siswa-siswinya.
b. Meningkatkan daya tarik sekolah bagi calon siswa/orang tua siswa
karena adanya tambahan fasilitas kesehatan gigi yang terjamin.
c. Meningkatkan produktivitas kerja di sekolah secara keseluruhan.
d. Mewujudkan hubungan yang serasi dan kompak antar tenaga pendidik,
atasan, dan bawahan di sekolah.

D. DASAR PEMIKIRAN
Pelayanan Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGS) diselenggarakan
dalam  rangka kegiatan pelatihan kader guru di SDN Ngesrep 03 dan
dilaksanakan secara terpadu dalam rangka program UKGS. Salah satu
pelayanan kesehatan tersebut adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut
(Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan bahwa
prevalensi nasional indeks DMF-T adalah 4,6%. Selain itu perilaku
masyarakat dalam bidang pencegahan karies gigi juga masih rendah,
prevalensi nasional menyikat gigi setiap hari adalah 94,2% namun dari jumlah
tersebut yang menyikat gigi pada waktu yang belum tepat pada saat mandi
pagi maupun mandi sore masih tinggi yaitu 76,6%, sedangkan yang menyikat
gigi saat yang tepat hanya 2,3 %.
Berdasarkan data diatas, perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut masih sangat rendah sehingga diharapkan dapat menjadi gerakan yang
dapat diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan
pembentukan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) pada guru di sekolah
untuk membantu upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut yang
optimal.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mendukung pelaksanaan menurunkan
masalah kesehatan gigi di Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan
pelatihan kader. Untuk maksud tersebut, maka perlu disusun sehingga dapat
digunakan sebagai acuan berbagai pihak yang akan menyelenggarakan
kegiatan di bidang kesehatan gigi dan mulut di SDN Ngesrep 03, Jatingaleh,
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai