Pangeran Diponogoro
Pangeran Diponogoro
Akhir hayat
Aksi yang dijalankan Pangeran Diponegoro bersama para pengikutnya di Jawa
membuat Belanda kewalahan. Pada 28 Maret 1830, Belanda mengajak
Diponegoro melakukan gencatan senjata lalu mengadakan perundingan. Belanda
ternyata hanya memberi janji manis kepada Diponegoro ketika itu. Penjajah
tersebut bukan mengadakan perundingan, namun malah menangkap pangeran
yang datang tanpa membawa senjata. Saat itu, Perang Diponegoro pun dikatakan
sudah sampai pada akhir perjuangannya karena pemimpinnya berhasil ditahan di
Batavia hingga 3 Mei 1830. Berdasarkan catatan Toby Alice dalam Sulawesi:
Islan Crossroads of Indonesia (1990), Pangeran Diponegoro setelah itu diasingkan
ke Manado, lalu dipindahkan ke Makassar. Melengkapi itu, tahun 1833 di
Makassar, benteng Rotterdam, Diponegoro hidup bersama istri, dua anaknya, dan
23 pengikutnya. Pada 8 Januari 1855, Pangeran Diponegoro meninggal dunia.
Berdasarkan Surat Keterangan (SK) yang tertulis dalam Pahlawan Dipanegara
Berjuang (1965) karya Sagimun, usia lanjut adalah penyebab wafatnya
Diponegoro.