Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DEMAM THYPOID

Oleh:

NI KADEK AYU CANTIKA PUSPITA SARI


NIM. P07120219025
SEMESTER VI / 3A S.TR KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI S.TR JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. (Smeltzer&Bare, 2012)
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi
B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran
klinis sama. (Insan, 2012)
Faktor yang mempengaruhi demam tifoid adalah :
1 Usia , pada usia 3- 19 tahun peluang terkena demam tifoid lebih
besar, orang pada usia tersebut cenderung memiliki aktivitas fisik
yang banyak , kurang memperhatikan hygiene dan sanitasi
makanan.
2 Status gizi, status gizi yang kurang akan menurunkan daya tahan
tubuh, sehingga anak mudah terserang penyakit , bahkan status
gizi yang buruk akan menyebabkan tingginya angka mortalitas
terhadap demam tifoid.
3 Riwayat demam tifoid , riwayat demam tifoid dapat terjadi dan
berlangsung dalam waktu yang pendek pada mereka yang
mendapat infeksi ringan dengan demikian kekebalan mereka juga
lemah. Riwayat demam tifoid akan terjadi bila pengobatan
sebelumnya tidak adekuat, sepuluh persen dari demam tifoid
yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya riwayat
demam tifoid. Riwayat demam tifoid dipengaruhi oleh imunitas,
kebersihan, konsumsi makanan, dan lingkungan.
2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab dari demam thypoid adalah salmonella thypi , termasuk genus.
Salmonella yang tergolong dalam faimili Enterobacteriaceae. Salmonella
bersifat
bergerak, berbentuk spora, tidak berkapsul, gram(-). Tahan terhadap berbagai
bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan
makanan kering, bahan farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4 0 C
dalam 1 jam 600C dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik)
adalah komponen dinding sel dari lipoposakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagellum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada salmonella
thypi , juga pada salmonella Dublin dan salmonella hirschfeldii terdapat antigen
Vi yaitu polosakirida. (Widagdo, 2011)
Menurut Rampengen,(2008) Salmonella typhosa mempunyai 3 macam
antigen, yaitu :
a. Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak menyebar)
b. Antigen H = Hauch (menyebar) , terdapat pada flagella dan
bersifat termolabil
c. Antigen VI = Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh
kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.
Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut agglutinin. Salmonella
typhi juga memperoleh plasmid factor R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multiple antibiotic.
Ada 3 spesies utama, yaitu :
1) Salmonella typhosa (satu serotipe)
2) Salmonella choleraesius (satu serotipe)
3) Salmonella enteretidis (lebih dari 1500 serotipe)
3. PATHAWAY

Salmonella Thypi

Makanan dan
Minuman

Saluran Pencernaan

Usus Halus

Aliran Darah

Organ RES
(Hato & Limfa)

Inflamasi

Mengaktifkan meditor
Lambung
kimia (Histamin dan Bakteri mengeluarkan
bradykinin) endotoksin

Mual, nafsu, makan


Menstimulasi pelepasan menurun
Hipotalamus
prostaglandin di
hipotalamus
Nutrisi kurang dari
Hipertermi kebutuhan
Nyeri dipresepsikan
(Nyeri Kolik)

Nyeri Akut
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman
masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan
kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
4. GEJALA KLINIS
Gambaran klinik demam thypoid biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2009)
adalah:
1) Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam
minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga,
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan
pecah- pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati
dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering
terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai
samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis
pada anak dewasa.
4) Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada
minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam
organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi
basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada demam menurut Widodo (2007) :
1) Pemeriksaan leukosit
Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataaanya leukopenia
tidak;ah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas batas normal bahkan
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typoid sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typoid, tetapi bila
biakan darah negative menutup kemungkinan akan terjadi demam
typoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
factor :
a. Teknik pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan Teknik dan mediabiakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, biarkan darah
terhadap salmonella typi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biarkan darah dapat positif kembali
c. Vaksinasi di masa lampau , vaksinasi terhadap demam thypoid
dimasa lampau dapat menimbulkan antibody dalam darah klien,
antibody ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba, bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biarkan terhambat dan hasil
biarkan mungkin negatif.
e. Uji widal, uji widal adalah suatu reaksi aglunitasi antara antigen
dan antibody (agglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dan uji widal ini
adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita thypoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya terhadap
kuman salmonella thypi. Uji widal dikatakan bernilai bila
terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang
5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall Kultur dengan media carr empedu merupakan
diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun
demikian, bila hasil kultur negative belum menyingkirkan
kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan , yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai
dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit
demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid
diklasifikasikan atas :
I. Possible case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna,
gangguan pola buang air besar, dan hepato/splenomegaly.
II. Probable case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau
hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran
laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal
O
> 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan )
III. Defisite Case Diagnosis pasti, ditemukan Salmonella
thypi pada pemeriksaan biakan atau positif salmonella
thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan
titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7hari)
atau titer widal O> 1/320, H> 1/640 (pada pemeriksaan
sekali)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan demam thypoid menurut (Kemenkes RI, 2006) :
1 Perawatan
Perawatan thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan, penderita harus tirah baring sampai minimal 7 hari,
batas panas atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan secara sesuai
dengan
pulihnya kekuatan pasien, penderita yang kesadarannya menurun posisi
tubuh harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi decubitus defeksi dan miksi perlu diperhatikan karena kadang
kadang terjadi konstipasi dan retensi urine.
2 Tirah baring , penderita yang dirawat harus tirah baring dengan
sempurna untuk mencegah komplikasi , terutama perdarahan dan
perforasi.
3 Nutrisi
o Cairan , penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara
oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada
penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta
yang sulit makan.
o Diet , diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah selulose (rendah serat) untuk mencegah
perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid , biasanya
diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Bila keadaan penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat
atau tim (diet padat dini).
4 Obat obatan
 Klorampenikol 4500 mg selama 14hari
 Limfenikol 3300 mg
 Kotrimazol 12.480 mg selama 4 hari
 Ampicillin dan amoxilin 341 gr selama 14 hari
 Paracetamol
Obat-obatan anti pirentik tidak perlu diberikan secara rutin pada
penderita thypoid. Pada penderita toksik dapat diberikan
kortikosteroid oral atau parenteral dosis yang menurun secara
bertahap selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan. Kesadaran
penderita menjadi baik dan suhu tubuh cepat turun sampai
normal, akan tetapi kostiroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi
karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi demam thypoid menurut Smeltzer&Bare (2010) :
 Komplikasi Interestinal
1) Pendarahan Interestinal
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan
mengenai pembuluh darah maka akan terjadi pendarahan. Selanjutnya
jika luka menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain
karena luka, pendarahan juga dapat terjadi karena koagulasi darah.
2) Perforasi usus
Perforasi usus biasanya terjadi pada minggu ketiga, namun juga dapat
timbul pada minggu pertama. Gejala yang terjadi adalah nyeri perut hebat
di kuadran kanan bawah kemudian menyebar ke seluruh perut. Tanda-
tanda lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan dapat
terjadi syok leukositosis dengan pergeseran ke kiri dengan menyokong
adanya perforasi.
 Komplikasi Ekstra-Intestinal
1) Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati dari ringan sampe sedang. Hepatitis tifosa
dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan system imun yang
kurang. Hepatitis tifosa ditandai dengan peningkatan kadar triaminase
dan ikterus disertai atau tanpa kenaikan kadar triaminasi.
2) Komplikasi paru
Seperti pneumonia, empyema dan pleuritas
3) Komplikasi darah
Seperti anemia hematolik, trombositopenia, koaguolasi,
intravascular diseminata, dan sindrom uremia hemotolik
4) Komplikasi tulang
Seperti osteomilitis. Periostisis, spondylitis, ddan artritis
5) Komplikasi ginjal
Seperti glomerulonephritis, pieloefritis, dan perinefritis
6) Pakreasitis tifosa
Pankreasitis dapat disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus,
bakteri, cacing, maupun farmakologik. Penatalaksanaan pakreasitis sama
seperti pankreasitis pada umumnya, antibiotic yang diberikan adalah
antibiotic intravena, antibiotic yang diberikan adalah seftriaxon
dankuinolon
7) Miokarditis
Pada pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala
kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung
kohesif, aritma, syok kardiogenik dan perubahan elektrokardiograf.
Komplikasi ini disebabkan kerusakan mikrokardium oleh kuman
Salmonella thypi
8) Neuropsikiatrik
Manifestasi neuropsikiatrik dapat berupa gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
a. Identitas Klien
Kaji nama, umur,tanggal masuk Rs,umur, status pernikahan jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku, pendidikan, no register,
diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang menyebabkan ia datang ke pelayanan kesehatan.
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan
utama ( Riwayat alergi, Kebiasaan, Obat- obatan, Pola nutrisi, eliminasi,
istirahat tidur, aktivitas fisik, pola kerja
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses
perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja yang
memperberat dan meringankan keluhan.
2) Riwayat Penyakit Dahulu.
Tanyakan masalah kesehatan yang lalu yang relavan baik yang
berkaitan langsung dengan penyakit sekarang maupun yang tidak ada
kaitannya. Kaji apakah pada klien pernah mengalami kejadian tertusuk
paku tidak sebelumnya dan ada / tidak sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga (genogram)
Kaji apakah pada keluarga klien ada / tidak yang menderita penyakit
lain yang sifatnya menurun dan menular.Pengkajian keperawatan
merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
4) Riwayat Lingkungan (kebersihan lingkunga, bahaya, polusi)
5) Aspek Psikososial (Pola piker dasn persepsi, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/ komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, system
nilai kepercayaan)
6) Pengkajian / Pemeriksaan Fisik ( Vital sign, kesadaran, keadaan umum
serta pemeriksaan head to toe )
B. Diagnosa Keperawatan
1 Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
proses penyakit, ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan,
peningkatan laju metabolism, respon trauma, aktivitas
berlebihan,penggunaan incubator dibuktikan dengansuhu tubuh diatas
nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
2 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menenelan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, factor
ekonomi (misalnya finansial tidak mencukupi), factor psfikologis
(misalnya stress, keenggangan untuk makan) dibuktikan dengan berat
badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal, cepat kenyang
setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane
mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,
diare.
3 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (misalnya
inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (misalnya
terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (misalnya abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan) dibuktikan dengan mengeluh nyeri,
tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Hipertermi SLKI SIKI SIKI
Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:
intervensi (manajemen (manajemen hipertermia)
keperawatan selama hipertermia)
…x….. jam - Observasi
diharapkan suhu - Observasi
tubuh membaik 1. Identifikasi 1. Mengetahui
dengan penyebab penyebab hipertermia
Kriteria hasil : hipertermia (mis.
1. kemeraha Dehidrasi, terpapar
n pada lingkungan panas,
kulit penggunaan
pasien inkubator)
menurun 2. Monitor suhu tubuh 2. Memantau
2. takikardia perkembangan suhu
pada tubuh pasien
pasien 3. Monitor Kadar 3. Memantau kadar
menurun elektrolit elektrolit pasien
3. takipnea
menurun 4. Monitor haluaran 4. Memantau haluaran
4. suhu tubuh urine urine pasien
pasien
membaik 5. Monitor komplikasi 5. Mengetahuikomplika
5. suhu kulit akibat hipertermia si yang diakibatkan
pasien dari hipertermia
membaik - Terapeutik - Terapeutik
6. Sediakan 6. Membantu merasa
lingkungan yang nyaman dan suhu
dingin tubuh pasien bisa
menurun
7. Longgarkan atau 7. Membantu pasien
lepaskan pakaian merasa nyaman
8. Basahi dan kipasi 8. agar suhu tubuh
permukaan tubuh pasien bisa menurun
atau kembali normal
9. Berikan cairan oral 9. agar kebutuhan
cairan pasien
10. Ganti linen setiap terpenuhi
hari atau lebih 10. agar pasien merasa
sering jika nyaman dan terjaga
mengalami kebersihannya
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
11. Lakukan
pendinginan 11. agar suhu tubuh
eksternal (mis. pasien kembali
Selimut hipotermia normal
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
12. Hindari pemberian
antipiretik atau 12. karena aspirin dapat
aspirin menyebabkan nyeri
pada lambung,
13. Berikan oksigen, perdarahan lambung
jika perlu 13. agar kebutuhan
oksigen pasien
- Edukasi terpenuhi
- Edukasi
14. Anjurkan tirah
baring 14. untuk
memaksimalkan
- Kolaborasi kesembuhan
Kolaborasi pemberian - Kolaborasi
cairan dan elektrolit 15. untuk mempercepat
intravena, jika perlu penyembuhan pasien

2 Defisit Nutrisi Setelah diberikan 1. Identifikasi status 1. Untuk mengetahui status


berhubungan asuhan keperawatan nutrisi nutrisi klien.
..x... jam maka status
nutrisi dapat
membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan 2. Untuk mengetahui
kriteria hasil : intoleransi makanan. apakah klien memiliki
 Perasaan cepat alergi terhadap
kenyang makanan.
menurun. 3. Identifikasi makanan
 Nyeri abdomen yang disukai.
menurun
 Nafsu makan 4. Identifikasi kebutuhan 3. Untuk mengetahui
membaik kalori dan jenis nutrien. makanan yang disukai
 Bising usus klien.
membaik
 Kekuatan otot 4. Untuk mengetahui
pengunyah berapa kebutuhan kalori
meningkat 5. Monitor asupan makan dan apa jenis nutrien
 Kekuatan otot yang dibutuhkan.
menelan
meningkat 6. Monitor berat badan
 Membran
mukosa membaik 5. Untuk mengetahui
 Sariawan 7. Monitor hasil asupan nutrisi yang
menurun pemeriksaan masuk.
 Serum albumin laboratorium
meningkat 6. Untuk memantau berat
 Rambut rontok 8. Sajikan makanan badan klien.
menurun secara menarik dan
 Diare menurun suhu yang sesuai.
9. Berikan makanan 7. Untuk memantau status
tinggi serat. nutrisi klien.

10. Berikan makanan


tinggi kalori dan 8. Meningkatkan
tinggi protein. keinginan pasien untuk
11. Berikan suplemen makan.
makanan, jika perlu.
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan. 9. Untuk mencegah
terjadinya
konstipasi
13. Kolaborasi dengan ahli 10. Untuk menambah
gizi untuk menentukan energi.
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan. 11. Untuk memaksimalkan
asupan nutrisi klien.

12. Agar klien dapat


mengetahui makanan
apa saja yang boleh
dikonsumsi.

13. Untuk menentukan


jumlah dan jenis
makanan yang sesuai
dengan kebutuhan klien.

3. Nyeri Akut Tujuan Intervensi Manajemen  Observasi


berhubungan Tingkat nyeri yang Nyeri: 1. Agar mengetahui
dengan agen menurun dalam  Observasi lokasi, karakteristik,
pencederaan ….x24 jam dengan 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi,
fisik : prosedur kriteria hasil: karakteristik, kualitas, intensitas
operasi. 1. Keluhan nyeri durasi, frekuensi, nyeri.
menurun. kualitas, intensitas 2. Agar mengetahui
2. Meringis nyeri. skala nyeri.
menurun, 2. Identifikasi skala 3. Agar mengetahui
3. Sikap protektif nyeri. respons nyeri non
menurun. 3. Identifikasi respons verbal.
4. Gelisah menurun. nyeri non verbal. 4. Agar mengetahui
5. Kesulitan tidur 4. Identifikasi factor factor yang
menurun. yang memperberat memperberat dan
memperingan nyeri.
6. Frekuensi nadi dan memperingan 5. Agar mengetahui
membaik. nyeri. pengaruh nyeri pada
5. Identifikasi kualitas hidup.
pengaruh nyeri 6. Agar mengetahui
pada kualitas keberhasilan terapi
hidup. komplementer yang
6. Monitor sudah diberikan.
keberhasilan terapi 7. Agar mengetahui
komplementer efek samping
yang sudah penggunaan
diberikan. analgetik.
7. Monitor efek  Terapeutik
samping 1. Agar
penggunaan mengurangi rasa
analgetik. nyeri.
 Terapeutik 2. Mengontrol rasa
1. Berikan Teknik nyeri.
nonfarmakologis 3. Membuat rasa
untuk mengurangi nyaman saat
rasa nyeri. istirahat.
2. Control lingkungan 4. Merencanakan untuk
yang memperberat meredakan rasa
rasa nyeri. nyeri.
3. Fasillitasi istirahat  Edukasi
dan tidur. 1. Agar mengetahui
4. Pertimbangan jenis penyebab, periode,
dan sumber nyeri dan pemicu nyeri.
dalam pemilihan 2. Agar mengetahui
strategi meredakan strategi meredakan
nyeri. nyeri.
 Edukasi 3. Agar bisa mandiri
memonitor nyeri
secara mandiri.
1. Jelaskan penyebab, 4. Agar bisa mandiri
periode, dan menggunakan
pemicu nyeri. analgetik secara
2. Jelaskan strategi tepat.
meredakan nyeri. 5. Agar bisa mandiri
3. Anjurkan Teknik
memonitor nyeri nonfarmakologis
secara mandiri. untuk mengurangi
4. Anjurkan rasa nyeri.
menggunakan  Kolaborasi
analgetik secara 1. Agar dapat memberi
tepat. analgetik.
5. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
 Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Insan, L. (2012). Demam Typhoid Di Bangsal Sofa Program Studi Keperawatan.


Kemenkes RI. (2006). KMK No. 364 ttg Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. In
KMK
No. 364 ttg Pedoman Pengendalian Demam Tifoid_2 (p. 41).
Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Rampengen, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Trofik Pada Anak: Edisi 2.Jakarta : EGC
Smeltzer&Bare. 2012. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT. Percetakan
Penebar Swadaya,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : definisi
dan kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Widodo,D. 2007. Buku Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta : EGC
Widagdo, 2011. Masalah & Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta : CV
Sagung Seto
Denpasar, 8 Maret 2022

Nama Pembimbing / CT Nama Mahasiswa

( Ners.I Made Sukarja, S.Kep.,M.Kep ) ( Ni Kadek Ayu Cantika Puspita Sari )


NIP : NIM : P07120219025

Anda mungkin juga menyukai