Oleh:
Salmonella Thypi
Makanan dan
Minuman
Saluran Pencernaan
Usus Halus
Aliran Darah
Organ RES
(Hato & Limfa)
Inflamasi
Mengaktifkan meditor
Lambung
kimia (Histamin dan Bakteri mengeluarkan
bradykinin) endotoksin
Nyeri Akut
Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian kuman
masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikulo
endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan
akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam
peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya
kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh terutama limpa, usus, dan
kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat
menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh
kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).
4. GEJALA KLINIS
Gambaran klinik demam thypoid biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Penyakit ini masa tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi
terjadi melalui makanan. Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2009)
adalah:
1) Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam
minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada
minggu ketiga,
suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan
pecah- pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati
dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering
terjadi konstipasi tetapi juga dapat terjadi diare atau normal
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai
samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli
basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama
yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis
pada anak dewasa.
4) Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada
minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar
diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam
organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi
basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik pada demam menurut Widodo (2007) :
1) Pemeriksaan leukosit
Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataaanya leukopenia
tidak;ah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas batas normal bahkan
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typoid sering kali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typoid, tetapi bila
biakan darah negative menutup kemungkinan akan terjadi demam
typoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
factor :
a. Teknik pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan satu
laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan Teknik dan mediabiakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat
demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, biarkan darah
terhadap salmonella typi terutama positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biarkan darah dapat positif kembali
c. Vaksinasi di masa lampau , vaksinasi terhadap demam thypoid
dimasa lampau dapat menimbulkan antibody dalam darah klien,
antibody ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba, bila klien sebelum
pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biarkan terhambat dan hasil
biarkan mungkin negatif.
e. Uji widal, uji widal adalah suatu reaksi aglunitasi antara antigen
dan antibody (agglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dan uji widal ini
adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita thypoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya terhadap
kuman salmonella thypi. Uji widal dikatakan bernilai bila
terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang
5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali
pemeriksaan) Gall Kultur dengan media carr empedu merupakan
diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun
demikian, bila hasil kultur negative belum menyingkirkan
kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan , yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai
dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit
demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid
diklasifikasikan atas :
I. Possible case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna,
gangguan pola buang air besar, dan hepato/splenomegaly.
II. Probable case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau
hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran
laboratorium yang menyokong demam tifoid (titer widal
O
> 1/160 atau H > 1/160 satu kali pemeriksaan )
III. Defisite Case Diagnosis pasti, ditemukan Salmonella
thypi pada pemeriksaan biakan atau positif salmonella
thypi pada pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan
titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7hari)
atau titer widal O> 1/320, H> 1/640 (pada pemeriksaan
sekali)
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan demam thypoid menurut (Kemenkes RI, 2006) :
1 Perawatan
Perawatan thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi
dan pengobatan, penderita harus tirah baring sampai minimal 7 hari,
batas panas atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi dilakukan secara sesuai
dengan
pulihnya kekuatan pasien, penderita yang kesadarannya menurun posisi
tubuh harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi decubitus defeksi dan miksi perlu diperhatikan karena kadang
kadang terjadi konstipasi dan retensi urine.
2 Tirah baring , penderita yang dirawat harus tirah baring dengan
sempurna untuk mencegah komplikasi , terutama perdarahan dan
perforasi.
3 Nutrisi
o Cairan , penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara
oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada
penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta
yang sulit makan.
o Diet , diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah selulose (rendah serat) untuk mencegah
perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid , biasanya
diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Bila keadaan penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat
atau tim (diet padat dini).
4 Obat obatan
Klorampenikol 4500 mg selama 14hari
Limfenikol 3300 mg
Kotrimazol 12.480 mg selama 4 hari
Ampicillin dan amoxilin 341 gr selama 14 hari
Paracetamol
Obat-obatan anti pirentik tidak perlu diberikan secara rutin pada
penderita thypoid. Pada penderita toksik dapat diberikan
kortikosteroid oral atau parenteral dosis yang menurun secara
bertahap selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan. Kesadaran
penderita menjadi baik dan suhu tubuh cepat turun sampai
normal, akan tetapi kostiroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi
karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.
7. KOMPLIKASI
Komplikasi demam thypoid menurut Smeltzer&Bare (2010) :
Komplikasi Interestinal
1) Pendarahan Interestinal
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan
mengenai pembuluh darah maka akan terjadi pendarahan. Selanjutnya
jika luka menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain
karena luka, pendarahan juga dapat terjadi karena koagulasi darah.
2) Perforasi usus
Perforasi usus biasanya terjadi pada minggu ketiga, namun juga dapat
timbul pada minggu pertama. Gejala yang terjadi adalah nyeri perut hebat
di kuadran kanan bawah kemudian menyebar ke seluruh perut. Tanda-
tanda lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan dapat
terjadi syok leukositosis dengan pergeseran ke kiri dengan menyokong
adanya perforasi.
Komplikasi Ekstra-Intestinal
1) Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati dari ringan sampe sedang. Hepatitis tifosa
dapat terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan system imun yang
kurang. Hepatitis tifosa ditandai dengan peningkatan kadar triaminase
dan ikterus disertai atau tanpa kenaikan kadar triaminasi.
2) Komplikasi paru
Seperti pneumonia, empyema dan pleuritas
3) Komplikasi darah
Seperti anemia hematolik, trombositopenia, koaguolasi,
intravascular diseminata, dan sindrom uremia hemotolik
4) Komplikasi tulang
Seperti osteomilitis. Periostisis, spondylitis, ddan artritis
5) Komplikasi ginjal
Seperti glomerulonephritis, pieloefritis, dan perinefritis
6) Pakreasitis tifosa
Pankreasitis dapat disebabkan oleh mediator pro inflamasi, virus,
bakteri, cacing, maupun farmakologik. Penatalaksanaan pakreasitis sama
seperti pankreasitis pada umumnya, antibiotic yang diberikan adalah
antibiotic intravena, antibiotic yang diberikan adalah seftriaxon
dankuinolon
7) Miokarditis
Pada pasien dengan miokarditis biasanya tanpa gejala
kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung
kohesif, aritma, syok kardiogenik dan perubahan elektrokardiograf.
Komplikasi ini disebabkan kerusakan mikrokardium oleh kuman
Salmonella thypi
8) Neuropsikiatrik
Manifestasi neuropsikiatrik dapat berupa gangguan kesadaran,
disorientasi, delirium, obtundasi, stupor bahkan koma.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Hipertermi SLKI SIKI SIKI
Setelah dilakukan Intervensi utama: Intervensi utama:
intervensi (manajemen (manajemen hipertermia)
keperawatan selama hipertermia)
…x….. jam - Observasi
diharapkan suhu - Observasi
tubuh membaik 1. Identifikasi 1. Mengetahui
dengan penyebab penyebab hipertermia
Kriteria hasil : hipertermia (mis.
1. kemeraha Dehidrasi, terpapar
n pada lingkungan panas,
kulit penggunaan
pasien inkubator)
menurun 2. Monitor suhu tubuh 2. Memantau
2. takikardia perkembangan suhu
pada tubuh pasien
pasien 3. Monitor Kadar 3. Memantau kadar
menurun elektrolit elektrolit pasien
3. takipnea
menurun 4. Monitor haluaran 4. Memantau haluaran
4. suhu tubuh urine urine pasien
pasien
membaik 5. Monitor komplikasi 5. Mengetahuikomplika
5. suhu kulit akibat hipertermia si yang diakibatkan
pasien dari hipertermia
membaik - Terapeutik - Terapeutik
6. Sediakan 6. Membantu merasa
lingkungan yang nyaman dan suhu
dingin tubuh pasien bisa
menurun
7. Longgarkan atau 7. Membantu pasien
lepaskan pakaian merasa nyaman
8. Basahi dan kipasi 8. agar suhu tubuh
permukaan tubuh pasien bisa menurun
atau kembali normal
9. Berikan cairan oral 9. agar kebutuhan
cairan pasien
10. Ganti linen setiap terpenuhi
hari atau lebih 10. agar pasien merasa
sering jika nyaman dan terjaga
mengalami kebersihannya
hyperhidrosis
(keringat berlebih)
11. Lakukan
pendinginan 11. agar suhu tubuh
eksternal (mis. pasien kembali
Selimut hipotermia normal
atau kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
12. Hindari pemberian
antipiretik atau 12. karena aspirin dapat
aspirin menyebabkan nyeri
pada lambung,
13. Berikan oksigen, perdarahan lambung
jika perlu 13. agar kebutuhan
oksigen pasien
- Edukasi terpenuhi
- Edukasi
14. Anjurkan tirah
baring 14. untuk
memaksimalkan
- Kolaborasi kesembuhan
Kolaborasi pemberian - Kolaborasi
cairan dan elektrolit 15. untuk mempercepat
intravena, jika perlu penyembuhan pasien