Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Tujuan hukum Perdagangan Internasional

DOSEN PEMBIMBING:

Darji Safutra, SH, M.Kn

Disusun oleh:

Ari Putra Utama (198400215)


Doni somarnata manullang (198400175)
Berkat jaya Zebua (198400355)
Bepry anju tarigan (198400371)

JURUSAN HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022
KATA PENGANTAR

 Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat nikmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Tujuan Hukum Perdagangan

Internasional”.

 Kami menulis makalah ini untuk memenuhi tugas Etika Hukum perdagangan internasional.

Adapun isi dari makalah ini yaitu menjelaskan tentang Pengertian hukum perdagangan

internasional dan tujuan hukum perdagangan internasional,

Kami berterima kasih kepada bapak DARJI SAFUTRA, SH, M.Kn selaku dosen mata kuliah

Hukum perdagangan internasional yang telah memberikan bimbingan kepada kami, dan

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam penulisan makalah ini. kami menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun dari semua  pihak

agar makalah ini menjadi lebih baik dan bermanfaat


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan ...................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum perdagangan internasional menurut para ahli ....


…………………………………………………………………………… 7
B. Tujuan hukum perdagangan internasional ………………………….. 12
C. Tujuan perdagangan internasional …………………………………… 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu cara yang diperlukan bagi

suatu negara untukmencapai tujuan pembangunan nasionalnya.Dengan didukung kemajuan

teknologidan aksesbilitas transportasi yang semakin maju dewasa ini, membuat perpindahan

barang atau jasa oleh setiap negara di duniamenjadi lebih cepat dan efisen.Arus informasi

telah memungkinkan setiap negara lebih mengenal dan memahami negara lain.Dalam bidang

ekonomi, setiap bangsa akan lebih mudah mengetahui dari mana barang-barang dapat

diperoleh untuk memenuhi berbagai kebutuhannyadan sebaliknya kemana memasarkan

produk-produk unggulannya (Astutidan Fatmawati, 2013).

Perkembangan hukum dagang internasional dimulai sejak tahun 1000-1500. Pada

tahun-tahun ini beberapa kota perdagangan mulai terbentuk di kawasan Eropa Barat, kota-

kota tersebut di antaranya adalah Italia dan Perancis Selatan yang kemudian disusul dengan

kota-kota lainnya seperti Genoa, Florence, Venesia, Marseille, Barcelona dan masih banyak

yang lainnya. Pada masa ini telah terdapat hukum Romawi yang digunakan untuk

menyelesaikan sengketa dagang yang terjadi di antara beberapa aktor, namun seiring dengan

semakin kompleksnya permasalahan yang ada, hukum Romawi tidak memiliki posisi yang

cukup kuat untuk menyelesaikan kasus sengketa yang ada. Oleh karena itu, pada abad ke 16

dan abad ke 17, Perancis merupakan sebuah negara pertama pelopor diadakannya pengadilan

istimewa yang berfungsi untuk menyelesaikan berbagai macam perkara di bidang

perdagangan. Sejak saat itulah maka setiap negara mulai memiliki hukum dagang masing-

masing untuk mengatur masalah doestik perdagangan yang ada. Meskipun sudah terdapat

hukum-hukum dagang di masing-masing negara, namun hukum dagang yang ada belum

terintegrasi, sehingga seringkali masih terdapat beberapa sengketa sebagai akibat dari
perbedaan hukum yang ada di masing-masing negara.Seiring dengan berjalannya waktu,

kebutuhan masyarakat di berbagai negara mulai bertambah variasinya, ditambah lagi

terbatasnya kemampuan negara dalam memproduksi barang yang dibutuhkan, maka

perdagangan antar negara pun mulai dilakukan. Ketika hubungan perdagangan antar negara

mulai erat, maka dibutuhkan adanya integrasihukum untuk memuat aturan-aturan dagang dan

hukum-hukum yang mampu menyelesaikan sengketa dagang lintas batas negara. sehingga

pada abad ke 17, Perancis melakukan kodifikasi hukum perdagangan yang kemudian

dilanjutkan oleh Menteri Keuangan Perancis dari Raja Louis XIV (1643-1751) dengan

membuat suatu peraturan yang dinamakan Ordonance du Commerce berisi tentang hukum

golongan tertentu kemudian disusul dengan peraturan lainnya yakni Ordonnance de la Marine

yakni hukum yang mengatur perdagangan laut (Anon t,t). Pada tahun 1807, kedua peraturan

ini kemudian disatukan sebagai satu hukum perdagangan yang utuh yang dinamakan Code de

Commerce.Di era modern, hukum perdagangan internasional semakin berkembang dan

semakin terstuktur.

Hal ini dikarenakan pentingnya perdagangan bagi negara-negara di dunia, seperti

yang diungkapkan oleh Richard Rosecrance bahwa negara dapat memiliki kekuatan yang

besar jika memiliki pengaruh dalam perdagangan, kegiatan perdagangan mampu

menggantikan ekspansi wilayah dan perang militer sebagai kunci pokok menuju

kesejahteraan dan pencapaian kekuasaan internasional. Pada masa modern ini, kemajuan

hukum perdagangan ditandai dengan dibentuknya berbagai macam organisasi yang

perjanjian-perjanjian di dalamnya sedikit banyak telah mempengaruhihukum perdagangan

internasional.

Indonesia merupakan salah satu negara yang turut menggunakan hukum perdagangan

internasional sebagai acuan dalam melakukan perdagangan lintas batas negara. Hukum

dagang yang ada di Indonesia bersumber dari: (1) hukum tertulis yang dikodifikasikan (2)
hukum tertulis yang belum dikodifikasikan. Dalam hukum tertulis yang dikodifikasikan,

menyatakan bahwa hukum dagang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD) atau Wetboek van Koophandel Indonesia (W.v.K) yang di dalamnya terbagi atas

dua kitab dan 23 bab: Kitab I terdiri dari 10 bab dan Kitab II terdiri dari 13 bab.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat di simpulkan bahwa yang menjadi rumusan masalah

adalah :

1. Apa itu yang di maksud dengan hukum perdagangan internasional ?

2. Apa yang menjadi tujuan hukum perdagangan internasional ?

C.Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas,maka penulisan ini bertujuan:

1.Untuk mengetahui tentang pengertian hukum perdagangan internasional.

2.Untuk mengetahui apa tujuan dari hukum perdagangan internasional.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum Perdagangan Internasional Menurut Para Ahli

Perdagangan internasional merupakan suatu aktivitas berdagang yang dilakukan oleh

dua negara yang berbeda. Perdagangan internasional dapat disebut pula sebagai international

trade dan telah ada sejak pertengahan abad lho Grameds! Lebih jelasnya, perdagangan

internasional ini dapat terjadi ketika ada kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh dua

negara berbeda dan tentu saja kegiatan tersebut telah disetujui oleh keduanya. Contohnya

seperti ketika Grameds berbelanja barang impor-impor dari marketplace tertentu.

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antarnegara atau

pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani suatu hubungan perdagangan yang

sesuai kesepakatan antarkedua belah pihak yang melakukan perdagangan internasional

tersebut. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang

dimaksud dapat berupa antarperseorangan (individu dengan individu), antara individu dengan

pemerintah suatu negara, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain

chmitthoff mendefinisikan hukum perdagangan internasional sebagai: “The body of

rules governing commercial relationship of a private law nature involving different nations”.

Dari definisi tersebut dapat tampak unsur-unsur berikut:

1. Hukum perdagangan internasional adalah sekumpulan aturan yang mengatur

hubunganhubungan komersial yang sifatnya hukum perdata,


2. Aturan-aturan hukum tersebut mengatur transaksi-transaksi yang berbeda negara.

Definisi di atas menunjukkan dengan jelas bahwa aturan-aturan tersebut bersifat

komersial. Artinya, Schmitthoff dengan tegas membedakan antara hukum perdata (“private

law nature”) dan hukum publik Dalam definisinya itu, Schmitthoff menegaskan bahwa ruang

lingkup bidang hukum ini tidak termasuk hubungan-hubungan komersial internasional

dengan ciri hukum publik. Termasuk dalam bidang hukum publik ini yakni aturan-aturan

yang mengatur tingkah laku atau perilaku negara-negara dalam mengatur perilaku

perdagangan yang mempengaruhi wilayahnya.

Dengan kata lain, Schmitthoff menegaskan wilayah hukum perdagangan internasional

tidak termasuk atau terlepas dari aturan-aturan hukum internasional publik yang mengatur

hubungan-hubungan komersial. Misalnya, aturan-aturan hukum internasional yang mengatur

hubungan dagang dalam kerangka GATT atau aturan-aturan yang mengatur blok-blok

perdagangan regional, aturan-aturan yang mengatur komoditi, dan sebagainya.

Dari latar belakang definisi tersebut pun berdampak pada ruang lingkup cakupan

hukum dagang internasional. Schmitthoff menguraikan bidang-bidang berikut sebagai bidang

cakupan bidang hukum ini:

1) Jual beli dagang internasional:

i. pembentukan kontrak;

ii. Perwakilan-perwakilan dagang (agency);

iii. Pengaturan penjualan eksklusif

2) Surat-surat berharga.
3) Hukum mengenai kegiatan-kegiatan tentang tingkah laku mengenai perdagangan

internasional.

4) Asuransi.

5) Pengangkutan melalui darat dan kereta api, laut, udara, perairan pedalaman

6) Hak milik industry

7) Arbitrase komersial. 

Definisi Menurut M. Rafiqul Islam

Dalam upayanya memberi batasan atau definisi hukum perdagangan internasional, Rafiqul

Islam menekankan keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan hubungan keuangan

(financial relations). Dalam hal ini Rafiqul Islam memberi batasan perdagangan internasional

sebagai "a wide ranging, transnational, commercial exchange of goods and services between

individual business persons, trading bodies and States". Hubungan finansial terkait erat

dengan perdagangan internasional.

Keterkaitan erat ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini mendampingi transaksi

perdagangan antara para pedagang (dengan pengecualian transaksi barter atau counter-trade).

Dengan adanya keterkaitan erat antara perdagangan internasional dan keuangan, Rafiqul

Islam mendefinisikan "hukum perdagangan dan keuangan ("international trade and finance

law") sebagai suatu kumpulan aturan, prinsip, norma dan praktek yang menciptakan suatu

pengaturan (regulatory regime) untuk transaksi-transaksi perdagangan transnasional dan

sistem pembayarannya, yang memiliki dampak terhadap perilaku komersial lembaga-

lembaga perdagangan.
Kegiatan-kegiatan komersial tersebut dapat dibagi ke dalam kegiatan "komersial" yang

berada dalam ruang lingkup hukum perdata internasional atau Conflict of Laws; perdagangan

antar pemerintah atau antar negara, yang diatur oleh hukum internasional publik. Dari batasan

tersebut tampak bahwa ruang lingkup hukum perdagangan internasional sangat luas. Karena

ruang lingkup kajian bidang hukum ini sifatnya adalah lintas batas atau transnasional,

konsekuensinya adalah terkaitnya lebih dari satu sistem hukum yang berbeda.

Definisi Menurut Michelle Sanson

Hukum perdagangan internasional menurut definisi Sanson ‘can be defined as the regulation

of the conduct of parties involved in the exchange of goods, services and technology between

nations.” Definisi di atas sederhana. Ia tidak menyebut secara jelas bidang hukum ini jatuh ke

bidang hukum yang mana: hukum privat, publik, atau hukum internasional. Sanson hanya

menyebut bidang hukum ini adalah the regulation of the conduct of parties. Para pihaknya

pun dibuat samar, hanya disebut parties. Sedangkan obyek kajiannya, Sanson agak jelas yaitu

jual beli barang, jasa dan teknologi.

Meskipun memberi definisi yang mengambang tersebut, Sanson membagi hukum

perdagangan internasional ini ke dalam dua bagian utama, yaitu hukum perdagangan

internasional publik (public interntional trade law) dan hukum perdagangan internasional

privat (private international trade law).

Public international trade law adalah hukum yang mengatur perilaku dagang antar negara.

Sedangkan yang kedua, private international trade law adalah hukum yang mengatur

perilaku dagang secara orang perorangan (private traders) di negara-negara yang berbeda.

Meskipun ada pembedaan ini, namun para sarjana mengakui bahwa batas-batas kedua istilah

ini pun sangat sulit untuk dibuat garis batasnya. 


Definisi Menurut Hercules Booysen

Menurut Booysen ada tiga unsur, yakni:

1. Hukum perdagangan internasional dapat dipandang sebagai suatu cabang khusus dari

hukum internasional (international trade law may also be regarded as a specialised branch

of international law).

2. Hukum perdagangan internasional adalah aturan-aturan hukum internasional yang berlaku

terhadap perdagangan barang, jasa dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

(International trade law can be described as those rules of international law which are

applicable to trade in goods, services and the protection of intellectual property). Bentuk-

bentuk hukum perdagangan internasional seperti ini misalnya saja adalah aturan-aturan

WTO, perjanjian multilateral mengenai perdagangan mengenai barang seperti GATT,

perjanjian mengenai perdagangan di bidang jasa (GATS/WTO, dan perjanjian mengenai

aspek-aspek yang terkait dengan HAKI (TRIPS)).

3. Dalam lingkup definisi ini diakui bahwa negara bukanlah semata-mata pelaku utama dalam

bidang perdagangan internasional. Negara lebih berperan sebagai regulator (pengatur).

Karena itu hukum perdagangan internasional juga mencakup aturan-aturan internasional

mengenai transaksi-transaksi nyata yang bersifat internasional dari para pedagang

(international law merchants). Karenanya, international law merchants ini adalah bagian dari

hukum perdagangan internasional. Hukum perdagangan internasional terdiri dari aturan-

aturan hukum nasional yang memiliki atau pengaruh langsung terhadap perdagangan

internasional secara umum. Karena sifat aturan-aturan hukum nasional tersebut, maka atura-

aturan tersebut merupakan bagian dari hukum perdagangan internasional. Contoh dari aturan
hukum nasional seperti itu adalah perundang-undangan yang ekstrateritorial (the

extraterritorial legislation).

B. Tujuan Hukum Perdagangan Internasional

Tujuan hukum perdagangan internasional sebenarnya tidak berbeda dengan tujuan GATT

(General Agreement on Tariffs and Trade, 1947) yang termuat dalam Preambule-nya. Tujuan

tersebut adalah:

•Mencapai perdagangan internasional yang stabil dan menghindari kebijakan-kebijakan

dan praktik-praktik perdagangan nasional yang merugikan negara lainnya.

•Meningkatkan volume perdagangan dunia•Meningkatkan standar hidup manusia;

•Meningkatkan lapangan tenaga kerja;•Mengembangkan sistem perdagangan multilateral;

•Meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia, meningkatkan produk dan

transaksi jual beli barang.

C. Tujuan perdagangan internasional

Dan tujuan perdagangan internasional juga memiliki lima tujuan lain sebagai berikut.

1. Menaikan Devisa Negara

Tujuan yang pertama dari kebijakan perdagangan internasional adalah guna menaikan

devisa negara, bagaimana caranya?

Melalui pertukaran perdagangan dengan cara mengimpor maupun mengekspor barang yang

ada di dalam ke luar negeri dan begitu pula sebaliknya. Apabila devisa negara meningkat,

maka akan menyebabkan beberapa hal ini.


2. Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi atau kenaikan produk nasional bruto (GDP) ini dihasilkan

melalui faktor produksi milik warga negaranya yang tinggal di dalam maupun luar negeri dan

warga negara yang tinggal di dalamnya maupun yang tinggal di luar negeri tidak termasuk

dalam GDP, jadi hanya faktor produksinya saja.

3. Mempengaruhi stabilitas harga barang ekspor

Stabilitas harga yang dimaksud merupakan cara pemerintah mempertahankan harga

ketika terjadi fenomena inflasi yang mulai meninggi. Inflasi sendiri merupakan peningkatan

ketersediaan uang, sehingga dapat menyebabkan kenaikan harga barang.

4. Eksistensi tenaga kerja

Eksistensi tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

kelancaran dari segala tindakan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun jasa.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat membuat perusahaan pengekspor

akan menerima banyak pesanan, sehingga perusahaan akan membutuhkan tenaga kerja

tambahan agar dapat menyelesaikan pesanan permintaan konsumen. Dengan menambah

tenaga kerja, maka perusahaan tersebut juga membuka lapangan kerja baru yang dapat

menyebabkan berkurangnya angka pengangguran di negara tersebut, sehingga dapat

menguntungkan kedua belah pihak.

5. Memenuhi Kebutuhan di Negara Lain


Kerjasama perdagangan internasional dapat membuat negara lain yang tidak memiliki

barang maupun jasa yang diinginkan menjadi terpenuhi. Contohnya, Indonesia merupakan

salah satu negara di Asia yang mengolah kedelai menjadi tempe, berbeda dengan negara di

Eropa maupun Amerika. Oleh karena itu dengan menjalin kerja sama dengan negara-negara

di Eropa maupun Amerika, negara tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan nabatinya,

yaitu kedelai yang diolah menjadi tempe. Begitu pula sebaliknya.

Perdagangan internasional dilakukan dan disetujui oleh kedua negara yang bekerja

sama untuk memenuhi kebutuhan yang ada di negara lain, ketika negara tersebut tidak dapat

memproduksi kebutuhan yang dimaksud. Alasan tak dapat memproduksi kebutuhan tersebut

bisa bermacam-macam salah satunya adalah iklim negara yang berbeda.

6. Memperoleh Keuntungan Internal serta Eksternal

Kebijakan perdagangan internasional ini tentu memiliki tujuan untuk mendapatkan

keuntungan secara internal maupun eksternal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

negara tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduknya apabila negara tersebut

tidak melakukan kerja sama dengan negara lain dan hanya mengandalkan dana atau anggaran

dari pungutan pajak saja.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan penduduk, negara akan berusaha meraih

keuntungan yang dapat diperoleh melalui persetujuan kerja sama perdagangan internasional

antar negara.

Keuntungan internal yang dimaksud merupakan keuntungan yang dapat dimiliki oleh

sebuah perusahaan, contohnya seperti keuntungan yang didapatkan melalui banyaknya

pesanan permintaan barang atau jasa dari luar negeri. Sedangkan keuntungan eksternal
merupakan keuntungan spesialisasi yang diperoleh melalui fungsi dalam yang digunakan

untuk mempertinggi keefektifan penggunaan faktor produksi.

7. Memperluas Pasar

Tujuan dari perdagangan internasional selanjutnya adalah untuk memperluas pasar.

Perdagangan internasional memiliki tujuan agar sebuah perusahaan yang ada dalam negara

tersebut dapat menjalankan mesin produksinya secara maksimal dan dapat menjual stock

produknya tanpa perlu mengkhawatirkan kelebihan produksi yang dapat mengakibatkan

turunnya harga produk maupun jasa yang dijual.

8. Transfer Teknologi Modern

Perdagangan internasional juga dilakukan demi memperoleh keuntungan dalam hal

teknologi modern yang tidak bisa atau belum diproduksi atau diperoleh dari dalam negeri,

sehingga membutuhkan kerja sama dengan pihak luar. Transfer teknologi modern yang

dimaksud dapat berupa mesin maupun vaksin seperti saat ini, Indonesia belum bisa

memproduksi dan menguji keefektifan dari vaksin untuk virus Covid-19, sehingga negara

lain memberikan vaksin hal produksinya untuk Indonesia dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antarnegara atau

pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani suatu hubungan perdagangan

yang sesuai kesepakatan antarkedua belah pihak yang melakukan perdagangan

internasional tersebut. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan

oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperseorangan (individu dengan

individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara, atau pemerintah suatu

negara dengan pemerintah negara lain.

2. Tujuan hukum perdagangan internasional:Mencapai perdagangan internasional yang

stabil dan menghindari kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik perdagangan nasional

yang merugikan negara lainnya,Meningkatkan volume perdagangan

dunia•Meningkatkan standar hidup manusia,Meningkatkan lapangan tenaga

kerja;•Mengembangkan sistem perdagangan multilateral,Meningkatkan pemanfaatan

sumber-sumber kekayaan dunia, meningkatkan produk dan transaksi jual beli barang.
DAFTAR PUSTAKA

- https://bantuanhukum-sbm.com

- http://repository.um-palembang.ac.id

- https://www.baktinusa.id

Anda mungkin juga menyukai