Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan


Seni rupa merupakan seni yang diciptakan melalui proses keseniannya
dalam membuat atau membentuk objek. Seni diciptakan untuk memberikan daya
apresiasi pada masyarakat agar bisa meningkatkan proses pengalaman batin
melalui rasa. Seni selalu berkaitan dengan penciptaan yang berupa ekspresi yang
kreatif (baru, kreasi, dan menjadikan sesuatu yang belum ada manjadi ada).
Menurut Sumarwahyudi (2012: 48) dalam pandangan masyarakat umum, bahwa
seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan manusia. Menurut
Immanuel Kant, mengungkapkan bahwa seni merupakan bentuk yang
penampilkan dan pengungkapannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan
seni itu ialah meniru alam.
Seni Rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk karya seni
dengan media yang bisa ditangkap secara kasat mata dan juga dapat dirasakan
dengan rabaan maupun dengan imajinasi yang indah. Kesan ini diciptakan dengan
mengolah konsep titik, garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur dan
pencahayaan dengan acuan estetika. Kata Seni sendiri bisa diartikan sebagai
sebuah ciptaan atau hasil karya dari tangan seseorang yang memilki nilai
keindahan sehingga apa yang telah diwujudkan dari goresan tangan pencipta yang
berwujud lukisan akan menimbulkan perasaan emosional yang positif bagi para
penikmatnya yaitu dengan cara melihat/ memandangnya.
Seni bukanlah sekedar perwujudan yang berasal dari sesuatu gagasan
tertentu saja akan tetapi seni adalah segala macam ide yang bisa diwujudkan oleh
seniman dalam bentuk-bentuk yang konkrit. Istilah seni dan karya seni
mengandung dua hal yang berbeda, tetapi orang sering kali mengartikan sama.
Seni mengandung pengertian proses, yaitu proses kreasi, sedangkan karya seni
adalah hasil dari proses itu sendiri. Salah satu sifat seni yang menonjol adalah
kebaharuannya.

1
2

Suzane K. Langer dalam bukunya mengatakan “seni merupakan simbol


dari perasaan”. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia,
dimana bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang universal dan
pengalaman tertentu dalam karya seninya, pengalaman emosional yang bukan
pikiran semata” (Dharsono, 2004: 2)

Seni, merupakan gejala yang hadir dihadapan kita. Seni akan tetap dibahas
selama pemikiran manusia masih berlangsung. Seni merupakan sisi lain
kehidupan yang tidak tertangkap melalui kehidupan sehari-hari maupun ilmu
pengetahuan. Diantara berbagai teori seni yang ada, teori simbol Susanne Langer
hadir dengan latar belakang untuk menengahi teori-teori yang saling bertentangan
dan bersifat berat sebelah. Teori Simbol mencoba menghadirkan seni sebagai
sebagai simbol.yang merupakan sesuatu yang obyektif ada pada karya seni.Seni
adalah kreasi bentuk-bentuk simbolik dari perasaan manusia. Sebagai bentuk
simbolik, ia bersifat presentasional, yaitu hadir langsung secara utuh dan tunggal,
dan dipahami secara langsung, tanpa melalui penjelasan secara nalar. Sebagai
simbol seni menunjuk pada kemampuan mengabstraksi pada manusia. Seni
sebagai simbol presentasional memiliki ciri virtualitas dan ilusi. Baik virtualitas
maupun ilusi mengacu pada kegiatan persepsi, tetapi tidak hanya melalui indera
melainkan juga melalui imajinasi. Keberadaan teori simbol Susanne Langer dapat
ditopang oleh teori Psikologi Gestalt. Sama dengan prinsip-prinsip Gestalt, simbol
presentasional dipahami dengan melihatnya sebagai suatu totalitas, dalam
mempersepsi kita langsung mendapat arti, sedang struktur simbol merupakan
cerminan struktur perasaan manusia, yang disebut dengan isomorphi. Penulisan
skripsi ini berdasarkan penelitian kepustakaan terhadap buku-buku estetika,
terutama terhadap buku-buku Susanne Langer, yang berjudul Philosophy in a
New Key dan Feeling and Form.

Seni terbagi menjadi dua yaitu seni murni dan seni terapan. Karya seni
murni berfungsi untuk bentuk ekspresi, sedangkan karya seni terapan berfungsi
sebagai barang fungsional yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Penciptaan karya ini termasuk karya seni murni yang diwujudkan dalam bentuk
seni lukis.
3

Melukis sebagai salah satu sarana berekspresi, penuangan ide atau


gagasan, penyaluran energi batin yang terpendam dan menumpuk dalam diri yang
dituangkan kedalam media rupa dengan berbagai teknik tertentu dan
menggunakan elemen-elemen seni rupa, serta tidak lupa memperhatikan prinsip-
prinsip seni rupa.

Menurut Herbert Read dalam Fenny Rochbeind (2014: 7) bahwa seni lukis
adalah penggunaan garis, warna, ruang, dan bentuk (shape) pada suatu permukaan
yang bertujuan menciptakan image-image. Image-image tersebut merupakan
pengekspresian dari ide-ide, emosi-emosi pengalaman yang dibentuk sedemikian
rupa, sehingga mencapai harmoni. Menurut Widodo, T (1992: 14) seni lukis,
dimana di dalam proses menghasilkan karyanya ditekankan pada kebebasan
berekspresi, sehingga perwujudan karya, yang berupa lukisan, semata-mata
diakibatkan karena adanya ekspresi.

Proses penciptaan karya seni lukis, setiap perupa memiliki pandangan


dalam mengambil suatu tema atau pokok permasalahan dan ciri khas lukisannya.
Menurut Jakob Sumardjo bahwa :
Dalam mewujudkan benda seninya, seorang seniman memang akan menampilkan ciri-ciri
kepribadiannya yang mandiri dan khas, yakni seberapa besar dan asli bakatnya, seberapa jauh
keterampilan teknik seninya, dan bagaimana ia memperlakukan unsur-unsur bentuk seni tadi
dalam caranya yang unik dan asli. Inilah gaya kesenimannya dalam hal bentuk. Selain gaya
bentuk, seorang seniman juga dikenal lewat gaya isi, yakni pilihan objek seninya, caranya
memandang objek, kedalaman pandangannya tentang objek, sikapnya terhadap objek, dan lain-
lain.

Menurut Widodo, T (1991 : 8), seni lukis terdiri dari dua faktor/ aspek
pokok yaitu : (1) faktor/ aspek idioplastik yaitu ide atau pendapat, pengalaman,
emosi, fantasi, yang bersifat rokhaniah yang mendasari penciptaan seni lukis, (2)
faktor/ aspek fisikoplastik yaitu menyangkut masalah teknis, termasuk
pengorganisasian elemen-elemen visual seperti garis, warna, tekstur, ruang, dan
bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Kedua aspek tersebut saling terkait
dalam menciptakan karya seni lukis.
Terdapat 7 tahapan yang dilakukan oleh pencipta dalam berkarya seni lukis
yaitu (1) melalui pengamatan, (2) mengingat, (3) merasakan, (4) berfikir, (5)
menemukan ide/gagasan berkarya yang akan dijadikan tema, (6) berkreativitas
4

yaitu mewujudkan ide tersebut menjadi konsep yang lebih detail, (7) berekspresi
yaitu menuangkan segala konsep dan ide gagasan yang sudah disusun untuk
menjadi sebuah karya lukis.

Ide/ gagasan pencipta untuk berkarya lukis, tentang tokoh pahlawan wanita
R.A Kartini adalah rancangan yang tersusun di pikiran. Artinya sama
dengan keinginan untuk tercapainya suatu penyampaian melalui lukisan karya
penciptaan. Tokoh R.A Kartini sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni
lukis adalah tokoh wanita pertama yang mengemukakan tentang emansipasi
wanita disemasa hidupnya. R.A Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April
1879. Beliau merupakan keturunan ningrat atau bangsawan, ayahnya bernama
R.M. Ario Sosroningrat putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang
bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Jepara. Ayahnya sosok orang yang
terpandang sebab posisinya kala itu sebagai Bupati Jepara. R.A Kartini dilahirkan
dari seorang ibu bernama M.A Ngasirah, beliau ini merupakan anakseorang kiai
atau guru agama di Telukawur, Kota Jepara. Menurut sejarah Kartini keturunan
dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan garis
keturunan ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit. Pemikiran-pemikiran R.A
Kartini aktif dalam meresponsdensi atau surat menyurat dengan temannya di
Belanda yang bernama JH. Abendanon. Kartini yang fasih berbahasa Belanda
mulai tertarik terhadap pola pikir perempuan di Eropa yang ia baca dari surat
kabar dan majalah dari majalah serta buku-buku terbitan bangsa Eropa kala itu.
R.A Kartini mulai berpikir untuk memajukan perempuan pribumiyang masih
tertinggal jauh atau memiliki status social yangcukup rendah pada masanya.
Ketertarikan R.A Kartini dalam membaca buku-buku berbahasa Belanda membuat
beliau memiliki pengetahuan yang cukup luas soal ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Setelah melihat perbandingan wanita eropa dan pribumi yang begitu
jauh akhirnya R.A Kartini tergerak untuk memberikan perhatian khusus pada
masalah emansipasi wanita yang akan dimulai dengan membaca dan menulis.

Kemudian di tahun 1903 R.A Kartini mendirikan sekolah untuk kaum


rakyat jelata yang ada disekitar tempat tinggalnya.
5

Surat-surat R.A Kartini berupa keluhan tentang kondisi para perempuan


yang melihat contoh adat Jawa yang pada masa itu banyak kendala yang dihadapi
perempuan pribumi khususnya Jawa agar lebih maju. R.A Kartini menceritakan
penderitaan itu berupa tidak adanya kesetaraan dalam pendidikan yang setara
dengan kaum laki-laki dan tidak bebas atau perempuan tidak boleh menuntut ilmu
serta adanya adat istiadat mengekang kebebasan perempuan.

Menurut Georg Wilhem Friendrich Hegel (1770-1871) yang menandai


zaman modern dengan subjektivinitas yang menjamin kemerdekaan sebagai roh,
yang membawa pesan membebaskan diri dari struktur ( yang dibuat manusia
sendiri dan atas pilihannya juga). Lukisan bertema Tokoh Pahlawan Wanita R.A
Kartini Sebagai Sumber Inspirasi Seni Lukis Representasional, memberikan
sumber inspirasi tentang perjuangan dan kebebasan.

Hubungan seni dengan kebudayaan satu sama lain saling bersangkutan/


berhubungan. Menurut Sudira (2010: 5) makna seni di bidang kebudayaan adalah
seni yang erat hubungannya dengan nilai-nilai budaya yakni: adat-istiadat dan
kepercayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perwujudan karya lukis terkait tema, konsep, dan latar belakang
pemilihan objek Tokoh Pahlawan Wanita R.A Kartini Sebagai Sumber
Inspirasi Representasional seni lukis modern Indonesia ?
2. Bagaimana proses penciptaan karya seni lukis terkait alat, bahan, teknik, dan
gaya pribadi ?

C. Tujuan Penciptaan
1. Menjelaskan perwujudan karya lukis terkait tema, konsep, dan latar belakang
pemilihan objek dengan tema Tokoh Pahlawan Wanita R.A Kartini Sebagai
Sumber Inspirasi Representasional.
2. Menerapkan alat, bahan, teknik, serta gaya pribadi
6

D. Manfaat Penciptaan
1. Bagi Pencipta

Memberikan pengalaman menghayati tentang objek lukisan yang akan


dibuat, selain itu mampu menvisualisasikan melalui karya cipta berupa visual.
Keenam karya ini merupakan proses bereksperimen dan bereksplorasi untuk
menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman.

2. Bagi Mahasiswa

Menambah inspirasi baru untuk melakukan penciptaan karya lukis


yang bermakna, bagus, original, dan berkualitas serta karya lukis yang
memiki kualitas tentang tokoh budaya yang sampai terdengar diluar negeri
sebagai tokoh wanita Indonesia yang berani berjuang demi cita-cita kaum
pribumi, maka tokoh budaya inilah diangkat dari kisah dan sejarahnya.
Kartini tidak menghapus jati dirinya dan tradisi Jawa tetapi tetap menjadi
bagian tokoh yang memiliki sikap, pemikiran yang hebat.

3. Bagi Masyarakat

Melalui karya lukis ini ada penyampaian pesan bahwa R.A Kartini
adalah tokoh pahlawan emansipasi wanita, R.A Kartini adalah sosok wanita
Indonesia di jaman penjajahan colonial Belanda yang bernai menyuarakan
semua pemikirannya melalui tulisan-tulisan tentang kegelisahan seorang
Kartini karena hampir semuan perempuan Indonesia waktu itu tidak ada yang
bisa membaca dan menulis, sehingga R.A Kartini bertekad menghapus buta
huruf bagi masyarakat terutama bagi perempuan dengan cara mendirikan
sekolah.

4. Bagi Jurusan Seni dan Desain

Menambah sumber referensi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa


seni dan desain, serta menambah inspirasi baru untuk melakukan penciptaan
karya serta menambah karya berkreatifitas yang memiliki nilai makna.
7

5. Bagi Pendidikan

Mengajak kepada generasi muda agar tidak melupakan sejarah yang


ada seperti budaya, kebudayaan, dan kepercayaan yang sudah dipertahankan
selama ini. Karena manusia erat kaitannya dengan hubungan manusia dengan
alam serta hubungan manusia dengan sesamanya. Mengingat sejarah
Indonesia yang diselamatkan oleh pahlawan dan memiliki kesetaraan
dibidang pendidikan bagi perempuan tentang adanya feminisme.

Anda mungkin juga menyukai