Anda di halaman 1dari 6

1.

penyakit organ bilier


Hati merupakan organ yang berperan dalam metabolisme bilirubin.
Sebanyak 75% dari total bilirubin yang ada di dalam tubuh diperoleh dari
destruksi sel darah, dan sisanya dihasilkan dari katabolisme protein heme,
serta inaktivasi eritopoesis pada sumsum tulang. Dilihat dari pentingnya peran
hati dalam pembentukan bilirubin, jika terjadi kerusakan pada sel hati secara
terus-menerus, maka semakin terganggu pula fungsi hati dalam pembentukan
bilirubin dan akan berpengaruh pada kadar bilirubin yang ada di dalam tubuh
sehingga bilirubin tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yang
kemudian dapat menyebabkan icterus. Di dunia, angka kejadian pada AB
(Atresia Bilier) paling tinggi yaitu di Asia, dengan perbandingan bayi di
China lebih banyak dibandingkan dengan bayi di Jepang (Fajrian, 2020).
Atresia bilier merupakan penyakit hati yang ditandai dengan obstruksi
dan fibro-obliterasi progresif saluran bilier ekstrahepatik. Sampai saat ini
penyebab atresia bilier belum diketahui. Atresia bilier merupakan penyebab
penyakit hati terminal yang merupakan indikasi utama transplantasi hati pada
anak. Gejala awal atresia bilier seringkali sulit dibedakan dengan ikterus
neonatorum fisiologis, sehingga diagnosis dan tata laksana menjadi terlambat.
Penyebab lain keterlambatan diagnosis adalah adanya beberapa diagnosis
banding sebagai penyebab hiperbilirubinemia direk yang memerlukan waktu
untuk penegakan diagnosis.
Kelainan ini merupakan salah satu penyebab utama kolestasis yang
harus segera mendapat terapi bedah bahkan transplantasi hati pada
kebanyakan bayi baru lahir. Jika tidak segera dibedah, maka sirosis bilier
sekunder dapat terjadi. Pasien dengan Atresia Bilier dapat dibagi menjadi 2
kelompok yakni, Atresia Bilier terisolasi (Tipe perinatal) dan pasien yang
mengalami situs inversus atau polysplenia/asplenia dengan atau tanpa
kelainan kongenital lainnya (Tipe Janin).
Kelainan patologi sistem bilier ekstrahepatik berbeda-beda pada setiap
pasien. Namun jika disederhanakan, maka kelainan patologis itu dapat
diklasifikasikan berdasarkan lokasi atresia yang sering ditemukan:(1) - Tipe
1 : terjadi atresia pada ductus choledocus - Tipe II : terjadi atresia pada ductus
hepaticus communis, dengan stuktur kistik ditemukan pada porta hepatis -
Type III : (ditemukan pada >90% pasien): terjadi atresia pada ductus
hepaticus dextra dan sinistra hingga setinggi porta hepatis. Varian-varian di
atas tidak boleh disamakan dengan hipoplasia bilier intrahepatis yang tidak
dapat dikoreksi meskipun dengan pembedahan sekali pun, (Jeanette, 2019).
Atresia Bilier belum diketahui secara pasti, cukup banyak spekulasi mengenai
hal tersebut. Teori dasar yang berkembang adalah kesalahan embryogenik
yang menetap pada oklusi bilier cabang ekstrahepatik, namun terbantahkan
dengan tidak adanya penyakit kuning pada kelahiran, dan bukti histologis
saluran bilier paten yang semakin menghilang selama bulan-bulan pertama
kehidupan. Ada 2 tipe Atresia Bilier yakni bentuk "janin", yang muncul
segera setelah lahir dan biasanya memiliki kongenital anomali pada organ
lainnya seperti pada hati, limpa, dan usus, dan bentuk "perinatal", terlihat
ikterik beberapa minggu setelah kelahiran yang lebih khas dan akan jelas
terlihat pada minggu kedua sampai keempat pasca kelahiran. Atresia bilier
bukanlah penyakit keturunan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus bayi
lahir kembar identik dengan hanya satu anak yang memiliki penyakit ini.
Atresia bilier paling mungkin disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi
selama hidup janin atau sekitar waktu kelahiran. Kemungkinan untuk
"memicu" hal tersebut bisa saja salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor
berikut:
- infeksi virus atau bakteri, implikasi reovirus - masalah dengan sistem
kekebalan tubuh - komponen abnormal empedu - kesalahan dalam
perkembangan hati dan saluran empedu (Jeanette, 2019).
2. penyakit hepar non infeksi
Sehat yang optimal merupakan kondisi yang diinginkan setiap orang.
Dimana saat ini makin berkembangnya penyakit tidak hanya pada penyakit
menular tetapi juga penyakit tidak menular. Dimana masih beberapa kasus
penyakit-penyakit daerah tropis yang tinggi dinegara berkembang. Beberapa
penyakit tropis masih ada yang menjadi penyakit endemis dibeberapa
wilayah. Salah satunya adalah Penyakit Hepatitis. Penyakit ini hingga saat ini
masih merupakan salah satu dari masalah kesehatan di seluruh dunia termasuk
di negara Indonesia.
Penyakit Hepatitis merupakan suatu penyakit yang mengalami proses
inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus,
obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan sistem antibodi.
Hepatitis non infeksi terjadi adanya radang pada hati yang diakibatkan oleh
penyebab yang bukan sumber infeksi, seperti bahan kimia, minuman alkohol,
dan penyalahgunaan obat obatan. Hepatitis jenis non infeksi termasuk drug
induced Hepatitis, tidak tergolong dalam penyakit menular, karena penyebab
terjadi Hepatitis karena radang bukan oleh agen infeksi seperti jamur, bakteri,
mikoorganisme dan virus. Penyakit ini yang banyak ditemukan hampir
seluruh negara di dunia. Penyakit Hepatitis bukan penyebab kematian
langsung, namun penyakit Hepatitis menimbulkan masalah pada usia
produktif. Penyakit Hepatitis yang berlangsung selama kurang lebih dari 6
bulan disebut "hepatitis akut", Penyakit Hepatitis yang berlangsung selama
lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis". Penyebab penyakit hepatitis ada
2 yaitu virus dan non-virus. Penyebab non virus yang utama seperti alkohol
dan obat-obatan (Siswanto, 2020).
3. infeksi hepar
Penyakit Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya peradangan pada hati. Infeksi Hepatitis yang disebabkan oleh
virus merupakan penyebab paling banyak dari penyakit Hepatitis. Ada
beberapa jenis Penyakit Hepatitis seperti Hepatitis A, B, C, D dan E bahkan
kemungkinan dalam perkembangan kedepan akan bertambah. Penyakit
Hepatitis A dan E sering muncul sebagai penyakit yang menyebabkan
Kejadian Luar Biasa. penyakit ini ditularkan secara fecal oral dan biasanya
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan hidup sehat. Penyakit
Hepatitis A bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik bila kondisi daya
tahan tubuh dan stamina baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D (jarang terjadi)
ditularkan secara parenteral dan dapat menjadi kronis serta dapat
menimbulkan penyakit Cirrhosis Hepatis dan lalu meningkat menjadi
penyakit Kanker Hati (Siswanto, 2020).
Penyakit Hepatitis A kerap muncul menjadi penyakit yang
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti yang terjadi di beberapa
tempat di Indonesia. Dalam satu kejadian, Virus Hepatitis B telah menginfeksi
sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya
mengidap penyakit Hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita Hepatitis C
di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta penduduk
dunia meninggal setiap tahunnya karena penyakit Hepatitis. Indonesia yang
merupakan negara daerah tropis dengan jumlah penduduk terbanyak keempat
di dunia, dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar setelah Myanmar, dan
diantara negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region) Berdasarkan
hasil dari riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji darah donor di
Palang Merah Indonesia (PMI) maka diperkirakan di antara 100 orang
penduduk Indonesia, 10 di antaranya telah terinfeksi Hepatitis B atau C.
Sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk indonesia yang
Epidemiologi Penyakit Hepatitis 3 terinfeksi hapatitis B dan C, 14 juta di
antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan dari yang kronis 1,4 juta
orang berpotensi untuk menderita Kanker hati. Masalah tersebut tentunya
akan berdampak pada kesehatan masyarakat secara umum, yang berdampak
pada produktifitas, umur harapan hidup dan dampak sosial ekonomi lainnya.
(Siswanto, 2020).
Secara epidemiologis, penyakit Hepatitis virus merupakan sebuah
fenomena gunung es, dimana penderita yang tercatat di fasilitas kesehatan
lebih sedikit dari jumlah penderita sesungguhnya. Penyakit ini merupakan
penyakit kronis yang menahun. Saat seseorang terinfeksi, kondisi masih sehat
dan belum menunjukkan tanda dan gejala yang khas serta munculnya keluhan,
tetapi proses penularan atau masa inkubasi terus berjalan hingga sampai pada
tahap dini dan lanjut (Siswanto, 2020).
Daftar Pustaka

Fatima Maulidina Fajrian, (2020). Transferase enzymes with total bilirubin in


patients with obstructive jaundice patients, jiksh Vol.11 No.1

Jeanette I. Ch. Manoppo, (2019). Gangguan Sistem Gastrointestinal. Universitas Sam


Ratulangi Manado. Manado

Siswanto, (2020). Epidemiologi Penyakit Hepatitis. Mulawarman University Press.


Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai