PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sering disebut sebagai Nusantara yang terdiri dari ribuan pulau dan disebut
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Dari Sabang sampai Merauke Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa, ras, agama dan budaya. Meski Indonesia terdiri dari berbagai
macam etnis suku dan budaya tetapi Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Keberagaman inilah yang menjadikan Indonesia kaya akan adat istiadat. Melalui etnis budaya
dan suku tersebut maka terbentuklah suatu masyarakat adat yang menduduki suatu wilayah yang
masyarakat adat dengan berbagai karakteristik dan jenis yang sangat beragam. Masyarakat adat
di Indonesia telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Ada beragam istilah yang digunakan yang
menunjukkan sesuatu yang sama atau yang hampir sama seperti masyarakat adat, masyarakat
hukum adat, kesatuan masyarakat hukum adat, masyarakat tradisional, komunitas adat terpencil,
masyarakat adat yang terpencil, sampai pada istilah desa atau nama lainnya.1
masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang secara turun-temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena adanya ikatan pada
asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah, wilayah, sumber daya alam yang memiliki
pranata pemerintahan adat dan tatanan hukum adat di wilayah adatnya. Kemudian, definisi
tersebut hampir sama pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 31 mendefinisikan masyarakat hukum adat adalah
1
sekelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu
karena adanya ikatan pada asal -usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.2
Eksistensi masyarakat adat adalah suatu kenyataan sejarah yang tidak dapat dihindari
atau disangkal oleh pemerintah. Masyarakat adat merupakan suatu segmen riil di dalam
masyarakat adat di dalam struktur ketatanegaraan baru diatur di dalam pasal 18 Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam konteks kewarganegaraan, Sistem pendidikan di dunia, terutama di Indonesia
sekarang ini menghadapi tugas yang rumit dalam mempersiapkan warga negara, terutama
masyarakat adat yang terus berkembang menjadi komunitas global di mana barang, jasa, modal,
ide, teknologi, dan orang mengalir bebas melintasi batas-batas nasional. Kekuatan utama
globalisasi, yang meliputi saling ketergantungan ekonomi, semakin pentingnya organisasi politik
dan ekonomi internasional, dan peningkatan imigrasi dan migrasi yang cepat, adalah kenyataan
Globalisasi pada umumnya orang memahaminya adalah adanya proses pada kehidupan
umat manusia menuju masyarakat yang meliputi seluruh bola dunia. Proses ini dimungkinkan
dan dipermudah oleh adanya kemajuan dalam teknologi khususnya teknologi komunikasi dan
transportasi.3
Tantangan global terhadap kewarganegaraan ini memunculkan ide dan gagasan teori
negaranya bertarung dalam tatanan global namun tetap dengan ciri khas lokal. Walaupun
2
3
demikian, ketika tantangan yang dihadapi hampir sama, namun dalam kenyataannya, pemaknaan
mengenai kajian kewarganegaraan tiap negara berbeda. Perbedaan ini dapat dilihat dalam
perspektif sosial, politik dan hukum. Misalnya, konsep kewarganegaraan di negara liberal akan
Di era globalisasi ini rentan sekali masuknya nilai-nilai, norma, bahkan ideologi baru
yang secara mudah masuk ke dalam masyarakat ataupun komunitas-komunitas adat, masuknya
hal tersebut melalui media massa seperti acara televisi, internet yang sekarang ini sudah ada di
seluruh pelosok negeri tanpa kecuali. Maka di era globalisasi ini banyak berpengaruh pada
Pengaruh dari globalisasi ini seringkali menimbulkan konflik antar masyarakat yang
memegang teguh prinsip, norma, dan adat. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat
tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka,
dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah
satu pengaruh dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-
batas budaya setiap bangsa. Dampak pengaruh yang buruk adalah dengan hilangnya keberadaan
2. Bagaimana Peranan 4Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Nasional Di Era Globalisasi?
C. PEMBAHASAN
Globalisasi merupakan proses mendunianya suatu hal sehingga batas antara negara
menjadi hilang. Globalisasi didukung oelh berbagai faktor, seperti perkembangan teknologi,
Proses globalisasi itu pada perjalanan berikutnya ditandai dengan pesatnya perkembangan
kapitalisme, yakni kian terbuka dan mengglobalnya peran pasar, investasi, dan proses produksi
dari perusahaan-perusahaan transnasiona, yang kemudian dikuatkan oleh ideologi dan tata dunia
perdagangan baru di bawah suatu aturan yang ditetapkan oleh organisasi perdagangan bebas
secara global. Paham globalisasi dengan paham kapitalisme itu, kemudian menemukan sebuah
“teori” yang terpenting dari perjalanan kapitalisme, yaitu “modernisasi” dan “pembangunan”.
Teori modernisasi dan pembangunan pada dasarnya merupakan sebuah gagasan tentang
perubahan sosial.5
Modernisasi sebagai gerakan sosial ini bersifat revolusioner (perubahan cepat dari tradisi
ke modern). Selain itu, modernisasi juga berwatak kompleks (melalui banyak cara dan disiplin
ilmu), sistematik menjadi gerakan global yang akan mempengaruhi semua manusia, melalui
proses yang bertahap untuk menuju suatu homogenisasi (convergensi) dan bersifat progresif.
4
Riezka Eka Mayasari, Tantangan Hukum Adat Dalam Era Globalisasi Sebagi Living Law Dalam Sistem Hukum
Nasional, Jurnal Ilmiah: Jurisprudence Approach, Vol 2 No. 1 2017, 96-97.
5
Mansoer Fakih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi (Yogyakarta: INSIST Press bekerja sama dengan
Pustaka Pelajar, 2001), 29.
Maka konsep modernisasi meliputi bidang-bidang yang majemuk, ada yang disebut modernisasi
dan sebagainya. Namun bidang-bidang yang majemuk itu sebenarnya dalam rangka menuju
baik, dimana ilmu pengetahuan modern memainkan peranan penting. Dengan demikian
globalisasi ini bukanlah semata-mata suatu fenomena ekonomi, tetapi merupakan gejala yang
dibentuk ole pengaruh bersama faktor-faktor politik, sosial, kultural dan ekonomi.6
menguasa dan mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang telekomunikai dan
transportasi. Menghadapi yang demikian, maka yang menjadi pertanyaan adaah bagaimana
pengaruh gobalisasi dalam pembangunan hukum nasional, dan hal-hal apa saja yang harus
Sunaryati Hartono7 mengatakan bahwa formal bgai pembangunan sistem hukum nasional
harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, sehingga setiap bidang hukum nasional, yang
wajib bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Apabila pluralisme hukum tidak ingin
dipertahankan lagi, maka unsur-unsur hukum adat dan hukum agama ditransformaikan atau
menjadi bagian dari bidang-bidang hukum dlaam sistem hukum nasional, yang akan berkembang
dalam masing-masing.
Apabila kini Indonesia sudah timbul semacam sopan santun untuk bertanya lebih dahulu seperti
contoh apakah kita boleh merokok, maka hal itu dilandasi oleh suatu kesadaran bahwa asap
6
M. Arief Amrullah, Ketentuan dan Mekanisme Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (Yogyakarta: Workshop
Pertanggungjawaban Perusahaan, 6-8 Mei 2008), 1.
7
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional (Bandung: 1991), 64.
rokok itu mencemari lingkungan dan karena itu membahayakan seluruh lingkungan sekitarnya.
Di sinilah kita melihat pengaruh globalisasi terhadap kebiasaan-kebiasaan, yang tumbuh menjadi
perilaku, dan melalui sopan santun, dan kebiasaan, akhirnya akan menjadi norma hukum. Di
masa mendatang dapat diperkirakan, masih banyak norma hukum yang didasarkan pada
penelitian ilmiah yang kemudian diakui secara inetrnasional, sebagai suatu kaidah hukum
internasional atau memilik nilai universal, akan juga diterima dan diresepsi ke dalam hukum
nasional kita.
Peruahan nilai dan kesadaran sebagai akibat globalisasi di bidang teknologi dan informasi,
secara langsung maupun tidak langsung juga akan mempengaruhi isi dan corak dari sistem
hukum nasional kita. Dengan demikian maka hukum adat yang bersumber dari kesadaran dan
budaya bangsa, yakni hukum yang merupakan pernyataan langsung dari kesadaran dan perasaan
hukum bangsa Indonesia atas dasar tata budaya nasional. Dengan globalisasi, hukum adat yang
demikian itu tidak akan bergeser sebagai salah satu sumber yang penting dalam pembangunan
hukum nasional. Hanya saja hukum adat perlu disesuaikan dengan keadaan yang jauh berbeda
dengan sebelumnya, namun asas-asasnya tetap akan mewarnai setiap pembentukan hukum
nasional.8
Pembangunan hukum sebagai suatu perubahan yang merupakan yang suatu perkembangan
yang lebih bersifat kualitatif. Perkembangan tersebut meliputi baik sistem nilainya, pranata-
8
Sri Sudaryatmi, Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Globalisasi, Jurnal Masalah-
Maslah Hukum, Jilid 41 No. 4 Oktober 2012, 566-577.
perkembangan yang bersifat kualitatif tidak bisa terlepas dari perkembangan masyarakatnya
dalam GBHN Tap MPR RI No. IV/MPR/1999 adalah suatu usaha untuk emningkatkan kualitas
manusia dan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan. Di dalam GBHN 1999 dijelaskan pula
bahwa pembangunan nasional termasuk juga pembangunan hukum yang harus memperhatikan
perkembangan global dapatlah diartikan sebagai perkembangan yang ada di seluruh dunia.
Berawal dari istilah global ini selanjutnya melahirkan pengertian globalisasi sebagai suatu
sehingga diperlukan perlindungan atau proteksi dari tiap-tiap negara atas kepentingan negaranya.
Tipisnya garis batas wilayah negara dalam era globalisasi dimulai dengan diketemukannya alat-
alat transportasi, komunikasi dan informatika modern. Proses globalisasi dalam tahun ke tahun
bergerak cepat menuju suatu integras semua sistem-sistem lokal yang menjadi sistem global
yakni dunia.9
Globalisasi disamping menipiskan garis batas wilayah negara juga berdampak pula pada
sistem hukum suatu negara, yaitu mengharuskan sistem hukum untuk melakukan harmonisasi
terhadap standart-standart baku internasional. Standart baku di bidang hukum tidak hanya
berkaitan dengan kemampuan negara untuk menyempurnakan struktur, substansi dan kultur
9
Soemitro P, Globalisasi adalah Mitos: Sebuah Kesangsian terhadap Konsep Globalisasi Ekonomi Dunia dan
Kemungkinan Aturan Mainnya (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), vii.
hukum, tetapi juga meningkatkan kualitas kepemimpinan dan pemegang peran (stakeholders)
GBHN 1999 memperhatikan tantangan perkembangan global namun untuk pembangunan hukum
haruslah tetap berlandaskan arah kebijakan yang telah ditentukan. Adapun arah kebijakan
pembangunan hukum dalam GBHN 1999 salah satunya adalah untuk menata sistem hukum
nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan tetap mengakui dan menghormati hukum agama
Tujuan pokok dalam pembentukan hukum adalah untuk menciptakan tatanan masyarakat
yang tertib dan seimbang.11 Tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan
manusia sebagai subyek hukum akan terlindungi. Hukum sendiri dapat terbentuk dari dua jalur,
yaitu hukum yang terbentuk dari ata yang disebut sebagai hukum yang datangnya dari penguasa.
Sedangkan hukum yang terbentuk dari masyarakat itu sendiri, hukum disini tumbuh dan hidup
Hukum adat yang dikenal di Indonesia sebagai suatu model hukum, baru mendapat
perhatian dari kalangan ilmu pengetahuan hukum modern pada permulaan abad XX. Seorang
ahli hukum Islam berkebangsaan Belanda yaitu Sbouck Hurgronje yang pertama menggunakan
istilah hukum adat dalam bukunya De Arjeher’s, selanjutnya istilah itu oleh van vollenhoven
diapai sebagai istilah teknik yuridis. Istilah hukum adat sendiri sebenarnya merupakan
terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu Adatrecht. Sedangkan kata adat apabila diteliti berasal dari
Bahasa Arab yang dapat diartikan sebagai kebiasaan. Namun tidak semua kebiasaan dapat
10
Muladi, Globalisasi Profesional Fringe Violator Dalam Kerangka Profesi Notaris (2000), 1.
11
Sudikno Martokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar) (Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2002), 71.
menjadi hukum yang selanjutnya disebut sebagau hukum adat.12 Proses kebiasaan menjadi
hukum adat dimulai dengan perilaku manusia selaku individu yang secara terus-menerus
dilakukannya. Kebiasaan yang semula hanya merupakan kebiasaan manusia selaku individu
selanjutnya diikuti oleh individu lain (masyarakat). Kebiasaan yang suda dijalankan oleh
artinya di tengah-tengah masyarakat pendukung hukum adat tersebut. Oleh karena itu sebagai
hukum yang hidup ia menjelmakan perasaan hukum nyata dari rakyatnya, hukum adat akan terus
Hukum adat dipersandingkan dengan hukum nasional akan melahirkan adanya istilah
hukum positif dan hukum yang hidup. Hukum positif disini dapat diartikan sebagai hukum yang
diberlakukan oleh penguasa, artinya bahwa berlakunya hukum tersebut berasal dari atas
(penguasa) dan diberlakukan kepada rakyatnya. Sedangkan hukum yang hidup adalah hukum
yang benar-benar hidup ditengah-tengah masyarakat, hukum tersebut benar-benar diraskaan ada
dan dibutuhkan oleh masyarakat meskipun tidak berasal dari penguasa melainkan masyarakat itu
sendiri pembentuknya. Dipersandingkan hukum positif dengan hukum yang hidup, maka ada
kemungkinan bahwa sebagai suatu hukum positif tetapi ia tidak bisa hidup di tengah-tengah
masyarakatnya. Hal ini bisa terjadi karena hukum positif tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya, sehingga menjadikan hukum positif tersebut menjadi hukum yang mati tidak
Hukum adat mendapat perhatian khusus dalam rangka pembanguanan hukum yaitu menata
sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu. Pernyataan tersebut jelas mengisyaratkan
12
Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia (Bandung: Bandar Maju, 1992), 14.
13
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat (Jakarta: Pradnya Paramita, 2003), 3.
bahwa pengendal roda pemerintahan harus memahami apabila hukum adat adalah suatu konsep
hukum yang sesuai dengan kebutuhan dan jiwa anggota masyarakatnya. Hal tersebut sesuai
dnegan misi penyelenggara negara yang tertuang dalam GBHN 1999, yaitu mewujudkan
kehidupan soial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap
pengaruh globalisasi.14
Hukum adat dalam pembangunan hukum tidak hanya ada pada GBHN 1999 saja, tetapi
jauh sebelumnya sudah ada keharusan memperhatikan hukum adat sebagai hukum yang benar-
benar hidup di masyarakat yaitu dalam Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 Lampiran A
Paragraf 402. Ketetapan MPRS tersebut dapat dikatakan sebagai garis besar politik dibidang
hukum adat, di dalam Ketetapan MPRS tersebut ditetapkan bahwa hukum adat sebagai Asa-asas
Pembinaan Hukum Nasional. Secara tegas hal tersebut ditentukan dalam Ketetapan MPRS,
yaitu:
a. Asas-asas pembinaan hukum nasional supaya sesuai dengan haluan negara dan berlandaskan
pada hukum adat yang tidak menghambat perkembangan masyarakat adil dan makmur.
b. Di dalam usaha ke arah homogenitas dalam bidang hukum supaya diperhatikan kenyataan-
Berdasarkan hal tersebut di atas maka terlihat bahwa Tap MPRS No. II/MRS/1960
memberi kedudukan dan peranan hukum adat yang jelas dan tegas dalam pembinaan hukum
nasional. Kedudukan dan peranan tersebut diberikan kepada hukum adat dengan suatu
14
Sugangga, Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia (Semarang: Badan Penerbit Unversitas
Diponegoro, 1999), 55.
Demikian pula dalam kaitannya dengan era globalisasi, hukum adat tidak akan mengalami
permasalahn utama adalah kurangnya kepastian hukum yang dapat diberikan oleh hukum adat,
sehingga hukum adat disini hanya berfungsi sebagai pengisi kekosongan saja. Globalisasi juga
Terbentuknya masyarakat global tetu saja akan terbentuk pula hukum adat global, yaitu hukum
adat yang lahir dari masyarakat global tersebut. Keadaan ini menunjukkan pula bahwa hukum
adat tidak hanya ada pada masyarakat tradisional saja, tetapi pada masyarakat modern bahkan
D. PENUTUP
Berdasarkan dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hukum adat yang diperlukan
dalam era globalisasi adalah hukum adat yang menunjukkan sifat yang dinamis sehingga mudah
dapat berkembang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman karena mempunyai nilai-
nilai yang universal maupun lembaga-lembaga hukum yang dalam bentuk pernyataan modern.
Karena penyesuaian ini maka dapat menimbulkan kesadaran masyarakat sehingga akan
berkembang menjadi nilai dan norma sopan santun yang lebih baik sampai di masa yang akan
mendatang.
konstribusi berupa asas-asas hukum yang benar-benar sesuai dengan jiwa kepribadian
masyarakatnya. Disamping itu hukum adat baik hukum adat bagi masyarakat tradisional maupun
15
Djoko Sukisno, Kedudukan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Menghadapi Era Globalisasi, Jurnal
Mimbar Hukum, 108.
masyarakat modern akan berfungsi sebagai pengiri kekosongan hukum, yaitu apabila belum ada