Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah kode etik profesi,
Dikesempatan ini kami memilih judul dosen di indonesia, Kami memilih judul ini karena
sesuai dengan apa yang dipelajari dalam perkuliahan dan sesuai dengan permasalahan
yang ada disaat sekarang, tentang bagaimanakah dosen dosen di indonesia, agar kita
bisa mengerti bagaimanakah seharusnya seorang dosen.

Makalah ini berisikan penjelasan tentang kemampuan dasar apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadi dosen. Dalam pengambilan data, kami menggunakan metode
observasi dengan menggali informasi dari berbagai sumber baik itu berdasarkan tulisan
yang dikaji ulang (referensi) maupun melalui internet.

Dalam penulisan makalah kali ini, kami dihadapkan pada beberapa kesulitan
diantaranya adalah pencarian sumber informasi dari internet yang kurang efisien
sehingga diperlukan untuk mencari sumber informasi lainnya dari berbagai referensi
yang ada.

Dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, oleh
sebab itu kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, terutama kepada Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami kesempatan dan waktu untuk bisa
menyelesaikan makalah ini, dan juga kepada teman-teman yang turut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Semoga dengan penulisan makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca


sekalian serta sedikit pengetahuan baru. Kami mengharapkan kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian, agar dikemudian hari tidak terjadi kesalahan yang
sama.

BOJONEGORO, 8 MARET 2020

PENULiS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………

BABI. Pendahuluan

A. Latar Belakang………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..
C.Tujuan Penulisan……………………………………………………………….

BABII.Pembahasan
2.1 Dosen di indonesia.....................................................

2.2 Memahami bagaimana dosen di indonesia.........................

BAB III. Penutup

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk menjadi seorang pengajar tentunya harus memiliki beberapa
kemampuan dasar yang dibutuhkan agar bisa menjalani tugas sebagai
seorang dosen, Oleh sebab itu dengan adanya makalah ini diharapkan bisa
memberikan gambaran secara utuh kemampuan dasar apa saja yang harus dI
miliki seorang dosen, agar lebih memudahkan untuk memilih bidang sesuai
dengan kemampuan yang di miliki.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja kemampuan yang harus di miliki untuk menjadi dosen yang
berkualitas ?
2. Bagaimanakah dosen dosen di indonesia ?
3. Mengetahiu syarat syarat menjadi dosen di Indonesia.
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai
kemampuan dasar apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dosen
khususnya di indonesia, dan memberikan gambaran tentang dosen di
indonesia.

BAB II

PBAHASAN

2.1 DOSEN DI INDONESIA

SUATU diskusi kependidikan yang melibatkan langsung para praktisi dan pakar pendidikan
di Yogyakarta baru-baru ini berkesimpulan, kita harus menyadari dan mengakui jeleknya kinerja
pendidikan nasional. Dengan mengacu pada berbagai publikasi internasional seperti UNDP,
WEF, IMD, PERC, ADB, AsiaWeek, dan lainnya. Jeleknya kinerja pendidikan nasional tidak
mungkin dapat disembunyikan.

Kesimpulan kedua yang lebih bersifat analitis adalah tentang faktor yang menjadi penyebab
jeleknya kinerja pendidikan nasional kita. Dari sederetan faktor yang teridentifikasi ternyata
yang paling utama adalah faktor tenaga kependidikan, dalam hal ini guru di jenjang pendidikan
dasar dan menengah, serta dosen di jenjang pendidikan tinggi.

kualitas tenaga kependidikan kita amat memprihatinkan. Banyak guru yang tidak menguasai
subject matter atau bahan yang harus disampaikan kepada anak didik. Di sisi lain banyak dosen
yang tidak memahami metodologi atau cara mendidik yang baik, bahkan banyak guru dan dosen
yang tidak menguasai kedua aspek penting dalam pengajaran dan pendidikan itu. Ada
sinyalemen, yang banyak ditemukan di sekolah dan perguruan tinggi sekarang hanyalah
pengajar, bukan pendidikan.
Penelitian di Indonesia sangat sedikit dibanding New Zealand, Singapura,
dan Malaysia," ungkap Rektor Paramadina Firmanzah dalam diskusi
pendidikan di Jakarta, Senin (5/12). penetlitian dosen di Indonesia
tertinggal jauh.Namun, dosen di Indonesia terkenal lebih senang dengan
pengabdian masyarakat1
kualitas guru dan dosen di Indonesia umumnya belum memadai kiranya tidak salah; utamanya
bila kita menggunakan benchmarking tenaga kependidikan di negara-negara maju umumnya.
Studi yang dilakukan AsiaWeek dalam Asia's Best Universities 2000 menunjukkan rendahnya
mutu dosen perguruan tinggi di Indonesia umumnya. 2

Konkretnya, dari 77 perguruan tinggi terbaik di kawasan Asia dan Australia, ternyata dosen
Universitas Indonesia (UI) Jakarta hanya menempati ranking ke-62 dalam hal mutu; dosen
Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di peringkat ke-76, dan dosen Universitas Gadjah
Mada (UGM) Yogyakarta bahkan berada di ranking paling bontot, ke-77. Sebagai catatan,
ranking ke-1 ditempati dosen-dosen University of Hong Kong (UHK) di Hongkong, ranking ke-2
dari Tohoku University di Jepang, dan ranking ke-3 dari Cheng Kung University di Taiwan.

Kualitas dosen yang rendah itu kiranya berpengaruh terhadap produktivitas penelitiannya
karena dalam hal produktivitas penelitian ternyata dosen-dosen kita juga lebih rendah
dibanding dosen-dosen dari perguruan tinggi mancanegara umumnya. Masih dari sumber yang
sama, ternyata produktivitas dosen Undip, UGM, Unair, dan UI masing-masing ada di urutan ke-
59, ke-69, ke-75, dan ke-77.

Di negara kita, dosen datang dan membaca di perpustakaan kampus belum menjadi kebiasaan,
apalagi budaya. Berbeda dengan para dosen di negara-negara maju sebagian di antaranya justru
suka belajar bersama-sama mahasiswa di perpustakaan kampus.

Para dosen di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat (AS), dan Australia bahkan
biasanya memiliki perpustakaan pribadi di rumah. Dengan perpustakaan pribadinya itu ia bisa
hidup, survive, dan berprestasi. Ditambah dengan kepemilikan media bantu seperti komputer
dan Internet, maka kadar profesionalisme yang menjadi kebanggaannya bisa tetap dijaga. Di
Indonesia, dosen yang memiliki perpustakaan pribadi dan media bantu seperti komputer dan
Internet masih amat terbatas jumlahnya.

1 https://m.jpnn.com/news/kualitas-dosen-indonesia-lebih-rendah-dibanding-malaysia(diakses Pada 15
Maret 2020)
2 http://edition.cnn.com/ASIANOW/asiaweek/features/universities2000/index.html(di akses pada 15
Maret 2020)
Kondisi dosen di Indonesia saat ini sendiri masih di dominasi oleh generasi babi boomers dan
generasi X yang merupakan digital imigrant sementara mahasiswa yang di hadapi merupakan
generasi milenial atau digital native. Kedepannya pemerintah dan lembaga layanan Dikti
berupaya menambah dosen dari generasi millenial salah satunya melalui Program Pendidikan
Megister menuju Doktor untuk Sarjana Unggulan.

Rendahnya kualitas guru dan dosen di negara kita lebih disebabkan belum tumbuhnya
kebiasaan membaca di kalangan guru dan dosen itu sendiri. Apabila kebiasaan membaca ini
tidak segera ditumbuhkan, tentu sulit mengangkat tenaga kependidikan kita. Persoalannya kini,
bagaimana cara menumbuhkan kebiasaan membaca di kalangan para guru dan dosen kita itu.

Salah satu alternatif yang banyak dibicarakan orang adalah menaikkan gaji guru atau dosen.
Pilihan ini mungkin dapat menumbuhkan kebiasaan membaca di kalangan guru dan dosen,
tetapi mungkin juga tidak. Masalahnya kecukupan gaji tidak otomatis dapat menumbuhkan
kebiasaan membaca, karena bagi kebanyakan orang, pembelian buku dan media bantu
pendidikan belum menjadi kebutuhan primer. Artinya, naiknya gaji belum tentu sebagian akan
dibelanjakan untuk pengadaan buku, majalah ilmiah, jurnal penelitian, dan bacaan-bacaan
bermutu lainnya. Keadaan ini tidak akan mengubah kebiasaan membaca yang rendah.

Alternatif lain yang lebih potensial ialah dengan menerapkan sistem reward, yaitu pemberian
hadiah atau penghargaan kepada para guru dan dosen yang berprestasi dalam hal menulis.
Misalnya, bagi guru dan dosen yang dapat menulis di media massa diberi penghargaan yang
layak, mereka yang mampu menulis buku diberi hadiah memadai, mereka yang tulisannya
dimuat di majalah ilmiah diberi finansial benefit yang cukup, bagi mereka yang dapat
memenangkan lomba penulisan esai di tingkat kabupaten atau kota dianugerahi academical
reward yang pantas, dan sebagainya.

Barangkali pertanyaan yang muncul ialah, mengapa reward diberikan bagi mereka yang
berprestasi dalam hal menulis, padahal tujuannya untuk menumbuhkan kebiasaan membaca.
Jawabnya tidak sulit. Untuk dapat menulis dengan baik seseorang harus rajin membaca. Tidak
mungkin orang dapat menulis dengan baik bila tidak memiliki kebiasaan membaca yang baik.

Apakah masyarakat kita umumnya, guru dan dosen khususnya, siap dengan pemberlakuan
alternatif atau metoda penumbuhan kebiasaan membaca seperti itu? Siap tidak siap, hal itu
harus segera diwujudkan bila menginginkan kualitas guru dan dosen kita meningkat.

2.2. SYARAT DOSEN DI INDONESIA

Di indonesia, syarat menjadi dosen hanya bergelar master saja, sedikit yang rekrutmen
awalnya doktor. Bahkan beberapa tahun lalu, orang bergelar sarjana bisa menjadi
dosen tetap. Salah satu hal baik menjadi dosen di Indonesia adalah kemudahannya
menjadi dosen tetap/ tenure. Di beberapa negara lain, tak mudah menjadi dosen tetap.3

Untuk saat ini kebanyakan untuk menjadi dosen syarat pendidikan nya harus S2. Di perguruan
tinggi tertentu sedah ada yang syarat menjadi dosennya harus bergelar S3. Sedangkan jika masih
ada yang S1 akan di jadikan sebagai asiaten dosen. Selain itu dosen seharusnya memiliki
kemampuan berbahasa Inggris aktif . Ini akan menunjukan kualitas dosen tersebut. 4

2.3. MEMAHAMI BAGAIMANA DOSEN DI INDONESIA

Untuk memahami bagaimana dosen di indonesia secara khusus baik dari segi kualitas atau
profesionalitasnya, kita harus mengetahui bagaimanakah dosen yang berkualitas dan
prosfesional. Di bawah ini sedikit gambaran tentang bagaimanakah seharusnya dosen itu:

1. DOSEN ITU HARUS BERKUALITAS

Kondisi dosen di Indonesia saat ini sendiri masih di dominasi oleh generasi babi boomers dan
generasi X yang merupakan digital imigrant sementara mahasiswa yang di hadapi merupakan
generasi milenial atau digital native. Kedepannya pemerintah dan lembaga layanan Dikti
berupaya menambah dosen dari generasi millenial salah satunya melalui Program Pendidikan
Megister menuju Doktor untuk Sarjana Unggulan. 5

Jika kita berbicara soal sistem maka di dalamnya terdapat individu-individu yang menjalankan
dan terikat sistem tersebut. Begitupun dengan sistem pendidikan apapun yang digunakan, tentu
akan berimbas pada pendidik dan peserta didik, yang dalam hal ini dosen dan mahasiswa.

Sampai saat ini kita masih mendapati, dosen perguruan tinggi yang tidak menguasai ilmu
pendidikan. terkecuali dosen-dosen FKIP mereka lebih mengerti soal itu. Tetapi umumnya
dosen-dosen fakultas lain yang tak ada sangkut pautnya dengan ilmu pendidikan

Aspek penguasaan terhadap ilmu pendidikan ini acap kali dilupakan. Padahal seorang dosen
memiliki tugas untuk mendidik mahasiswanya. Orang yang mendidik tentu harus memahami
bagaimana ilmu pendidikan tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009. Dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat. (Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen)

3 https://abdul-hamid.com/2018/01/31/menjadi-dosen-di-indonesia( di akses pada 15 Maret 2020)


4 Fahmi Gunawan,Relegion Sociaty dan social media (deepublis 7 Agustus, 2018) hlm.100
5 Prof. Dr. Khairil Ansari M.Pd., Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Era Revolusi Industri
( pustaka Diksi, 30 Januari 2020) hlm.160
Jika di Pendidikan dasar dan menengah, pendidik sering disebut sebagai guru. Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 74 )

Dosen yang tak mampu mengontrol kondisi ruangan dan mahasiswanya adalah dosen yang tak
cakap dalam hal pendidikan. Masih jauh lebih baik para trainer-trainer kewirausahaan, daripada
dosen-dosen yang seperti itu.

Padahal, amanah yang disebutkan dalam peraturan pemerintah diatas mengharuskan seorang
dosen, selain memiliki kualifikasi akademik, juga harus memiliki kualifikasi sebagai seorang
pendidik. (Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen)

Dosen yang baik adalah dosen yang tidak hanya menganggap proses perkuliahan itu sebagai
sebuah rutinitas yang harus dijalani, tetapi juga perjuangan moral untuk mendidik generasi
muda bangsa ini.

2. DOSEN ITU HARUS PROFESIONAL

Profesional berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional,
berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam
melaksanakan pekerjaannya.

Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan
hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti.

Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu
kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau
keahliannya.

Dosen profesional bekerja berdasarkan nilai kultural, senantiasa menyuguhkan karya terbaik
secara terus menerus tanpa batas sesuai dengan profesinya 6

B.CIRI CIRI DOSEN YANG IDEAL


6 Kartomo Wiro Suharjo, Pts Sayang Pts Perlu Ditimang (Elex Media Komputindo 15 Juni 2015),hlm.84
Berikut ini adalah sepuluh ciri yang telah digambarkan melalui karya Milton Hildebrand dan
Kenneth Feldman. Dosen yang memiliki semua ciri tersebut dianggap sebagai dosen yang
“hebat” oleh mahasiswa dan teman sejawat mereka serta para staf administrasi. Dosen yang
memiliki kekuatan di sebagian bidang ini (dan lemah di sebagian yang lain) dianggap sebagai
dosen yang baik oleh sebagian pengamat dan sebagai dosen yang jelek oleh pengamat yang lain.

1. Gaya Mengajar Yang Merangsang Belajar yang meliputi:

a) Menyajikan kuliah dengan cara yang menarik dan melibatkan mahasiswa.

b) Menggunakan humor untuk membantu mempertahankan perhatian mahasiswa

c) Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan rujukan, contoh, dan ilustrasi yang
bermakna

d) Mengaitkan materi kuliah dengan dunia mahasiswa

e) Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi bagian permanen dari kehidupan
seseorang dan akan digunakan berulang kali di luar kampus

g) Menyediakan waktu untuk membuat mahasiswa secara psikologis siap untuk belajar.

2. Kemampuan Untuk Berkomunikasi Secara Jelas

Menyampaikan informasi dengan cara yang jelas dan dapat difahami

Mampu mereduksi pengetahuan sampai pada komponen-komponennya yang paling sederhana

Mengaitkan teori, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep pada penerapan praktis

Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas

Menjelaskan kritik yang diberikan kepada mahasiswa

3. Menguasai Materi Kuliah Yang Dipegangnya

Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di bidang ilmu yang dikuliahkan

Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang dikuliahkan

Memiliki komitmen terhadap bidang yang menjadi spesialisasinya (selalu membaca literatur,
menghadiri pertemuan profesional, dsb.)

Mengetahui materi kuliahnya dengan cukup baik sehingga dapat menekankan aspek-aspeknya
yang paling penting
Menunjukkan dan perbedaan dan implikasi berbagai teori dan prinsip di bidang ilmu itu

Menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konep yang lebih penting kepada bidang studi yang
berkaitan

4. Siap dan Terorganisir

Merencanakan dengan baik kegiatan kuliah untuk satu semester, unit, minggu, sehari

Memberikan silbaus yang berisi tujuan mata kuliah, bibliografi, tugas, laporan laboratorium,
pekerjaan rumah, jadwal tes, tugas khusus, penilaian, dan pedoam

Datang ke ruang kuliah siap untuk mengajarkan topik tersebut

Menggunakan waktu kuliah secara ektif dan efisien

Memubat rangkuman untuk membantu mahasiswa mempelajari dan mengingat materi kuliah

5. Memiliki Antusiasme Yang Dinamis

Merasa tertarik dan senang mengajar, dan menunjukkan hal itu

Membuat belajar itu menjadi suatu pengalaman yang menyenangkan

Memancarkan sikap yang positif ke arah kehidupan secara umum

Mau berusaha lebih keras untuk membuat mahasiswa melakukan apapun yang diperulukan
untuk belajar

6. Memiliki Kepedulian Pribadi Terhadap Mahasiswa

Secara tulus menghormati mahasiswa dan menunjukkan sikap peduli dan siap membantu ini

Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal mahasiswa dan kebutuhan mereka

Membantu mahasiswa menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri

Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain masalah kuliah, serta dalam kegiatan di
dalam kelas

7. Ketrampilan Berinteraksi

Melihat kebutuhan mahasiswa dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan setiap mahasiswa
Menggunakan reaksi dan umpan balik dari mahasiswa untuk meningkatkan danmemandu
tindakannya

Secara akurat membaca dan mengomunikasikan sinyal-sinyal non-verbal

Mengetahui ketika para mahasiswa tidak mengerti

Memandang mahasiswa ketika berbicara kepada mereka, di dalam atau di luar ruang kuliah—
kontak mata menunjukkan adanya kesadaran sebenarnya

Berusaha agar mahasiswa saling mengenal

Memuji prestasi mahasiswa yang berhasil untuk memotivasi belajar mereka di masa mendatang

8. Fleksibilitas, Kreativitas, Keterbukaan

Menggunakan berbagai ragam gaya dan metode penyajian

Bekerja dengan berbagai mahasiswa secara bebeda

Mengubah pendekatan mengajar untuk menyesuaikan dengan situasi baru

Terus meneus mencari ide-ide, pendekatan dan metode mengajar yang baru

Terbuka terhadap saran mahasiswa mengenai isi, metode perkuliahan, dan tugas-tugas yang
diberikan kepada mahasiswa

Menggunakan individualitas dan originalitas dalam mengatur kegiatan belajar mengajar

9. Memiliki Kepribadian Yang Kuat

Memiliki integritas dan krjujuran dalam semua hubungannya dengan mahasiswa

Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyaratan khusus tanpa ada harapan yang
disembunyikan

Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan mahasiswa

Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam memberikan nilai dan ujian

Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan kemudian memperbaiki kesalahan yang
telah dibuatnya

Memiliki kesabaran dan pengertian bagi mahasiswa baru

10. Komitmen

Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu


Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan menjalankan tugas secara benar

Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu memberi tahu mahasiswa tentang
kemajuan, keberhasilan, dan kebutuhannya

Meminta masukan dari mahasiswa, teman sejawat, dan pegawai administrasi untuk tujuan
perbaikan

Menerima kritik dan saran sebagai tanda perubahan yang positif

Berbagi ide-ide terbaik dengan teman sejawat demi peningkatan profesional mereka

Mahasiswa tidak hanya termotivasi oleh antusiasme, tetapi juga termotivasi oleh organisasi,
kejelasan, keilmuan, dan teknik mengajar yang baik. Hal ini difahami oleh setiap dosen yang
benar-benar peduli dan benar-benar ingin mengajar dengan baik.

Kita harus percaya pada diri kita sendiri dan bekeja keras untuk menjadi dosen sebaik mungkin,
sesuai dengan ciri-ciri kita masing-masing.

3. DOSEN ITU HARUS MENGAJAR DENGAN BAIK

“Tidak banyak dosen yang hebat; mungkin tidak ada dosen yang selalu baik. Tetapi, banyak
dosen yang kadang-kadang hebat.” (Milton Hildebrand, 1973).

Kita perlu berusaha keras untuk membuat kehebatan yang kadang-kadang ini terjadi lebih
sering. Untuk dapat menjadi seorang pengajar dan pendidik yang baik paling tidak diperlukan
persyaratan sebagai berikut :

Pertama : Mengajar yang baik merupakan gabungan dari kesenangan (passion) dan penalaran
(reason). Mengajar yang baik bukan hanya tentang bagaimana memotivasi mahasiswa agar mau
belajar tetapi mengajar mereka bagaimana belajar dengan baik sehingga apa yang dipelajari
menjadi relevan, memiliki arti, dan dikenang dengan baik.

Kedua: Mengajar yang baik harus menjadikan mahasiswa sebagai konsumen atau klien dari ilmu
pengetahuan yang kita jual (artinya kita menganggap bahwa mahasisiwa adalah konseumen
yang harus kita treat agar mereka mau membeli apa yang kita tawarkan).
Seorang dosen haruslah mengerjakan yang terbaik dalam bidangnya, membaca dari berbagai
sumber, bukan hanya dalam bidangnya tetapi juga di luar bidang keahlian sendiri. Mengapa?
Pertama: Karena mengajar yang baik bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan yang
menjadi bidang garapan kita (karena itu informasinya bukan hanya dari buku teks dan jurnal
ilmiah bidang kita) saja, tetapi juga tentang bagaimana keterkaitan bidang ilmu kita dalam
khasanah ilmu lainnya dan bagaimana penerapannya di dunia nyata. Kedua: Adalah benar jika
ada yang berpendapat bahwa semakin tinggi gelar kesarjanaan seseorang semakin fokus dan
semakin dalam pengetahuannya dalam bidang keahliannya.

Ketiga: Mengajar yang baik adalah kesediaan mendengarkan, mempertanyakan, menyikapi


dengan responsif, dan memahami bahwa setiap individu mahasiswa dari setiap kelas adalah
suatu pribadi yang unik dan berbeda. Yang sama dari setiap individu mahasiswa hanyalah dalam
tujuan akhirnya, yaitu mendapatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang berkualitas
sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka setelah lulus dari pendidikannya.

Keempat: Menjadi pengajar yang baik bukan hanya dibuktikan dengan memiliki program kerja
(agenda) yang tersusun rapih dan secara ketat mengikuti agenda tersebut (rigid). Sebaliknya,
dosen haruslah bersikap fleksibel, fluid (tidak kaku), selalu bersedia untuk mencoba hal-hal baru
(experimenting), dan memiliki kepercayaan diri untuk merespons dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.

Kelima: Mengajar yang baik juga berkaitan dengan cara atau gaya (style). Mengajar di kelas
harus juga merupakan suatu ‘pertunjukkan’ yang menarik, bukan hanya berdiri di podium
dengan tangan yang seolah melekat ke meja podium atau pandangan yang hanya tertuju ke
layar (jika itu pun sudah menggunakan alat bantu OHP atau LCD).

Mengajar di depan kelas bagi seorang dosen adalah bekerja, dan mahasiswa merupakan
lingkungan konsumen yang berada di sekitarnya. Seorang dosen di kelas adalah seorang dirijen
(conductor) sebuah orkestra dan mahasiswa bagaikan pemain orkestra yang memainkan alat
musik yang berlainan dengan kemampuan bermain yang berbeda-beda.

Keenam: Prof. Leblanc menekankan bahwa prinsip keenam ini merupakan prinsip yang sangat
penting, yaitu bahwa mengajar yang baik harus mengandung unsur humor (jenaka). Artinya,
dalam mengajar, seorang dosen harus menyisipkan humor-humor, yang akan sangat berguna
untuk mencairkan (ice-breaking) suasana kelas yang kaku. Harus disadari bahwa mahasiswa
adalah manusia yang datang ke kelas dengan kondisi yang berbeda-beda, dengan
permasalahannya masing-masing, baik yang muncul hari itu maupun yang sudah dimilikinya
berhari-hari atau berbulan-bulan yang lalu. Kelas yang kaku dan terlalu serius akan sangat
membosankan.

Ketujuh: Mengajar yang baik adalah memberikan perhatian, membimbing, dan


mengembangkan daya pikir serta bakat para mahasiswa. Mengajar yang baik berarti
mengabdikan atau menyediakan waktu kita bagi setiap mahasiswa. Juga berarti mengabdikan
diri untuk menghabiskan waktu kita untuk memeriksa hasil ujian, mendesain atau meredisain
perkuliahan, menyiapkan bahan-bahan ajar untuk lebih memperbaiki perkuliahan.

Kedelapan: Mengajar yang baik harus didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan visioner serta
oleh institusi yang juga mendukung, baik dalam sumberdayanya, personalianya, maupun
dananya. Mengajar yang baik harus merupakan penggambaran dari pelaksanaan visi dan misi
institusi yang selalu harus diperbaiki dan diperbaharui, bukan hanya dalam perkataan tetapi juga
dalam perbuatan.

Kesembilan : Mengajar yang baik adalah tentang pembimbingan (mentoring) yang dilakukan
oleh dosen senior kepada dosen yunior, tentang kerjasama, dan kemudian kinerjanya dapat
dikenali dan dihargai oleh seorang penilai (penyelia). Jika seorang dosen telah mengajar dengan
baik, sudah sepatutnya ia mendapat imbalan penghargaan, sementara mereka yang
mengajarnya masih kurang baik, sudah sepatutnya mereka mendapatkan berbagai progam
pelatihan dan pengembangan.

Kesepuluh : Akhirnya, mengajar yang baik adalah memiliki kesenangan, dan kenikmatan batin,
yaitu ketika mata kita menyaksikan bagaimana mahasiswa kita menyerap ilmu yang kita berikan,
bagaimana pemikiran mahasiswa menjadi terbentuk, sehingga mahasiswa kemudian menjadi
orang yang lebih baik.

Sepuluh kriteria/persyaratan mengajar yang baik dapat menjadi refernsi civitas academika
(mahasiswa, dosen, karyawan dan Pimpinan) dapat mengambil pelajaran. Bahwa untuk menjadi
seorang dosen yang baik itu bukan hanya sisi intelektualitasnya saja (dibuktikan dengan IP 3,00
atau lebih atau dengan prediket Cumlaude) tapi yang tidak kalah pentingya juga adalah dari
sudut Emosional dan Spiritual (commitment moral dan akhlaknya) yang perlu untuk di uji.
DOSEN ITU HARUS DI CARI CARI MAHASISWA

Pada kenyataannya tidak semua dosen selalu dicari mahasiswanya. Ada saja dosen yang diikuti
oleh mahasiswanya oleh karena sekedar namanya terpampang pada jadwal kuliah yang harus
diikuti. Mungkin saja mata kuliah yang dimaksudkan itu sebenarnya menarik dan dibutuhkan,
tetapi oleh karena dosen yang bersangkutan dianggap tidak mampu menunaikan tugasnya
dengan baik, maka mahasiswa mengikuti kuliah hanya dalam keadaan terpaksa.

Memang tidak semua perguruan tinggi berhasil menyediakan dosen yang berkualitas. Ukuran
kualitas itu biasanya hanya dilihat dari latar belakang pendidikan, misalnya bergelar Doktor (S3),
banyaknya pengalaman memberi kuliah, dan sejenisnya. Namun di dalam ruang kuliah, ternyata
dosen yang bergelar Doktor tidak selalu menggambarkan kualitas yang diharapkan itu. Ada saja
dosen yang belum Doktor dan masih baru tetapi justru diminati oleh mahasiswa oleh karena
mampu menjelaskan materi kuliah dengan baik, menginspirasi, dan lainnya.

DOSEN ITU HARUS ASYIK BAGI MAHASISWA

Profesi dosen merupakan profesi yang menyenangkan. Salah satunya karena terus menghadapi
mahasiswa ataupun mahasiswi yang karakternya beraneka ragam. Plus, profesi ini
memungkinkan untuk mengetahui banyak hal. Dosen harus mengajar sekaligus berdebat,
beradu argumen dan referensi.Situs hypno-teaching memberikan tips menjadi dosen yang asyik
bagi mahasiswanya.

1. Gunakan gadget

Lain dulu, lain sekarang. Mahasiswa saat ini bukan mahasiswa yang tenggelam dalam buku-buku
tebal dan rela berjam-jam menghabiskan waktu mencari referensi buku di perpustakaan.
Sebagian waktu mahasiswa saat ini disibukkan dengan mencari informasi melalui gadget yang
terkadang cenderung kurang relevan bahkan seringkali menyalin dengan sesama mahasiswa.

Mengutip laman, para pengajar dalam hal ini dosen disarankan untuk mengajar sesuai dengan
perkembangan zaman. Bila saat ini para mahasiswa sudah mengerjakan tugas dengan didukung
internet dan aplikasi komputer, maka dianjurkan untuk melatih diri sendiri agar menyesuaikan
keadaan tersebut. Menjadi dosen bukan berarti berhenti belajar, namun justru terus belajar
agar dapat memberikan pengajaran serta bimbingan yang baik bagi mahasiswanya.
2. Berbicara sebagai kawan dan berbahasa “gaul”

Namun tentunya hal ini tergantung dari pribadi masing-masing. Apabila berkenan untuk
mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat, maka dosen lebih diperhatikan para
mahasiswa sebab memiliki bahasa yang ‘nyambung’ atau mudah dipahami. Bahkan mahasiswa
cenderung menaruh hormat kepadanya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Lakukan persamaan pemikiran, dan bahasa dengan mahasiswa. Sehingga akan memunculkan
perasaan nyaman terhadap dosen tersebut. Manfaatnya kemudian, ia akan mudah berinteraksi
dan berkomunikasi dengan mahasiswa. Mahasiswa pun mudah menerima materi yang
disampaikan.

3. Jangan menekan atau mengintimidasi

Menekan atau mengintimidasi saat memberi pengarahan kepada mahasiswa, justru


mengakibatkan mahasiswa tidak menikmati kuliah Anda. Mereka hanya terpaksa mengerjakan
tugas, dan selebihnya sulit menyerap mata kuliah.

4. Gunakan kalimat yang positif dan memuji

Selanjutnya, dosen lebih banyak menggunakan kata-kata positif. Dengan kata-kata yang lebih
positif, mahasiswa akan lebih memperhatikan dan cepat merespon. Tidak berlebihan juga jika
sesekali memuji mahasiswa. Sebab, pujian adalah salah satu cara membentuk diri seseorang. Ini
akan membuat seseorang lebih dihargai atas usahanya seberapapun usaha yang telah dilakukan.

5. Jadilah teladan

Terakhir, berikan keteladanan tidak hanya dari ucapan namun juga perbuatan yang konsisten.
Dengan demikian, kepercayaan antara dosen dan mahasiswa akan terbangun dengan baik.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa kualitas dan profesionalitas dosen di
indonesia perlu di tingkatkan, agar kualitas pendidikan di indonesia selalu meningkat dan bisa
memunculkan generasi generasi yang siap bersaing di dunia.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://yusrintosepu.wixsite.com/yoes/single-post/2017/01/13/Dosen-IdealHarapan-
Pendidikan-Tinggi-Indonesia

2. http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F6847/Kualitas
%20Guru%20dan%20Dosen%20di%20Indonesia.htm

3. Kartomo Wiro Suharjo, Pts Sayang Pts Perlu Ditimang (Elex Media Komputindo 15 Juni
2015)

4. Prof. Dr. Khairil Ansari M.Pd., Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Era
Revolusi Industri ( pustaka Diksi, 30 Januari 2020)

5. Fahmi Gunawan,Relegion Sociaty dan social media (deepublis 7 Agustus, 2018)

Anda mungkin juga menyukai