Kes
Mata kuliah : Berpikir SIstem
OLEH
PROGRAM PASCASARJANA
MEGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah Neuralgia Trigeminal ini dapat tersusun hingga
selesai.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Berpikir
Sistem. Diharapkan makalah ini dapat diterima oleh dosen mata kuliah,
dapat bermanfaat bagi penulis dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Tak lupa pula saya ucapan terimakasih kepada Dr. Muh. Ikhtiar,
SKM., M.Kes selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis,
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................i
A. Latar Belakang..............................................................................1
A. Definisi ..........................................................................................3
B. Epidemiologi .................................................................................3
C. Etiologi...........................................................................................4
D. Patofisiologi ..................................................................................6
E. Klasifikasi ......................................................................................8
F. Diagnosis ......................................................................................9
G. Pengobatan.................................................................................11
H. Prognosis.....................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Trigeminal Neuralgia paling sering terjadi pada pasien yang
berusia 50 tahun keatas dengan insidensi 8:100.000 dengan
perbandingan wanita banding pria adalah 1.6:1.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Neuralgia Trigeminal banyak diderita pada usia diatas sekitar 40
tahun dengan rata – rata antara 50 sampai 58 tahun, walaupun kadang
– kadang ditemukan pada usia muda terutama jenis atipikal atau
sekunder, dan ada yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada
anak laki – laki usia 9 tahun. Umunya N.V2 dan V3 dan < 5% N.V1.
Pada wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki
dengan perbandingan 1,6: 1. Faktor ras dan etnik tampaknya tidak
terpengaruh terhadap kejadian Neuralgia Trigeminal. Prevalensi lebih
kurang 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per
1.000.000.Angka prevalensi maupun insidensi untuk Indonesia belum
pernah dilaporkan. Bila insidensi dianggap sama dengan Negara lain
maka terdapat ± 8000 penderita baru pertahun. Akan tetapi mengingat
harapan hidup orang Indonesia makin tinggi maka diperkirakan
prevalensi penderita Neuralgia Trigeminal akan meningkat.2,3
3
C. Etiologi
Saat ini, terdapat tiga teori etiologi neuralgia trigeminal yang
dikenal. Pertama berdasarkan hubungan dengan penyakit, kedua,
trauma langsung ke nervus dan teori ketiga menyatakan asal
polietiologi dari penyakit. Pada umumnya sebagian besar pasien
5
dengan neuralgia trigeminal tidak memiliki penyebab yang pasti.
Karena pasien dengan neuralgia trigeminal cenderung memiliki
penyakit vaskuler seperti atherosclerosis, arterial hypertonia, beberapa
peneliti mengajukan teori vaskular sebagai salah satu etiologi. Dari
hasil penelitian ditemukan gangguan morfologikal dan fungsional pada
pembuluh darah yang memasok bagian perifer dan bagian sentral dari
Nervus Trigeminal. Namun belum ada bukti yang mendukung
hubungan langsung antara gangguan pembuluh darah terhadap
Neuralgia trigeminal. Meskipun, secara nyata ditemukan gangguan
morfologikal namun neuralgia trigeminal tidak terdiagnosis. Itulah
mengapa peneliti mendukung konsep perubahan organik atau
fungsional dari pembuluh darah yang memasok nervus trigemius tidak
dapat menjadi penyebab utama dari neuralgia trigeminal, namun hal
tersebut dapat mempengaruhipathogenesis penyakit.5
Beberapa peneliti juga mengusulkan pentingnya multiple
sklerosis dalam etiologi neuralgia trigeminal, namun peneliti lain juga
meperdebatkan hal tersebut karena neuralgia trigeminal terjadi hanya
0.9% sampai 4.5% pada pasien dengan multiple sklerosis. 5
Pada studi elektrofisiologi mengindikasikan Diabetes mellitus
dapat mempengaruhi nervus trigeminal. Finestone melaporkan
diantara 40 pasien dengan neuralgia trigeminal, 19 pasien (48%)
mengidap DM, sehingga DM dapat menjadi factor penyebab neuralgia
trigeminal.5
Beberapa peneliti mengajukan penyebab dari neuralgia
trigeminal dapat dihubungkan dengan sindrom kompresi dan yang
4
paling populer adalah kompresi neurovaskular pada jalur masuk
nervus yang dapat terjadi akibat malformasi arteriovenous. Ada banyak
lesi kompresi lain yang dapat menyebabkan lesi kompresi seperti
vestibular schwannoma, meningioma, kista epidermoid, tuberculomas
dan tumor. Neuralgia trigeminal dapat terjadi akibat adanya aneurisma,
5
agregasi pembuluh darah danpenyumbatan akibat arachnoiditis.
Peneliti juga mengajukan hipotesis alergi sebagai salah satu
etiologi dari neuralgia trigeminal. Namun hanya bukti tidak langsung
yang mendukung alergi sebagai salah satu penyebab neuralgia
trigeminal. Hal ini sering disebabkan karena peningkatan tak terduga
dan irregular dari gejala klinis, remisi dan rekuren sensitif terhadap
faktor profokatif endogen dan eksogen dan akhirnya peningkatan
serum histamin. Peneliti memperhatikan dibawah pengaruh beragam
faktor perusak seperti dingin, tonsilitis, tonsilitis, rinitis kronik, sinusitis
maxilla dan infalmasi kronik yang terjadi pada regio maxillofaical dapat
memicu timbulnya respons imun lokal, sehingga terjadi peningkatan
sekresi IgE, mast cell yang mengalami degranulasi akan melepaskan
substansi biologi aktif seperti histamin, serotonin dan lainnya ke ruang
intercellular. Histamin yang terlepas dan berkumpul pada nervus
trigeminal selama terjadi reaksi alergi lokal memegang peranan
penting dalam patogenesis neuralgia trigeminal. 5
Hipotesa lain yang menjelaskan timbulnya neuralgia trigeminal
adalah demyelinisasi pada serabut – serabut nervus trigemius, karena
demielinasi mungkin terjadi Short circuit, sehingga impuls – impuls
perasaan apapun, baik proprioseptif maupun propatik terpaksa
menghantarkan listrik melalui serabut – serabut halus saja, yang sudah
dikenal sebagai penghantar impuls yang mewujudkan perasaan nyeri.
4,5
5
N.V
Penyakit “Hipotesis “Hipotesis kompresi Semua faktor etiologi yang
vaskular, Allergi” akibat neurovascular” yang dapat mempengaruhi
multiple penyakit dapat terjadi akibat nervus trigeminal dan
sklerosis, inflamasi malformasi menyebabkan demyelinasi
Diabetes odontogenic, arteriovenous. vestibular dan dystrofi
schwannomas,
Mellitus, dan otolaryngological
meningiomas,
lainnya. patologi dingin,
epidermoid cysts,
dan lainnya.
tuberculomas, tumor,
“Hipotesis
aneurisma, agregasi
sindrom pembuluh darah,
kompresi” akibat danpenyumbatan akibat
penyempitan arachnoiditis.
kanal osseous,
trauma.
D. Patofisiologi
Patofisiologi kondisi ini masih belum dipahami dan ada dua
pendapat yang pertama mengatakan gangguan mekanisme perifer
sebagai penyebab Neuralgia trigeminal dan pendapat kedua
mengatakan gangguan mekanisme sentral. Peneliti mengungkapkan
neuralgia trigeminalis sebagai akibat kompresi radiks trigeminalis oleh
pembuluh darah, biasanya arteri superior serebelli, yang melingkar dan
mengelilingi bagian proksimal radiks yang tidak bermyelin segera
setelah keluar dari pons. Hipotesis ini di dukung oleh observasi bahwa
keadaan bebas nyeri dapat dicapai hingga 80% pada pasien dengan
tindakan pembedahan saraf yang dikenal dengan dekompresi
mikrovaskular.6
6
Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh data-data
klinis berupa:
E. Klasifikasi
7
Menurut klasifikasi IHS (International Headache Society)
membedakan neuralgia trigeminal klasik dan neuralgia trigeminal
simptomatik. Termasuk neuralgia trigeminalklasik adalah semua kasus
yang etiologinya belum diketahui ( idiopatik ) Sedangkan neuralgia
trigeminal simptomatik dapat akibatkan oleh tumor, multipel sklerosis
atau kelainan di basis kranii. Sebagai indikator neuralgia trigeminal
simptomatik adalah defisit sensorik N. Trigeminus, terlibatnya nervus
trigeminus bilateral atau kelainan refleks trigeminus. Tidak dijumpai
hubungan antara neuralgia trigeminal simptomatik dengan terlibatnya
nervus trigeminus cabang pertama, usia muda atau kegagalan terapi
farmakologik.2
8
F. Diagnosis
Kriteria diagnostik pada neuralgia trigeminal idiopatik, antara lain :
1. Bersifat paroxysmal, beberapa detik sampai 2 menit melibatkan 1
atau lebih cabang N. Trigeminus dan memenuhi kriteria 2 dan 3.
2. Nyeri paling sedikit 1 memenuhi kriteria berikut :
a. Kuat, tajam, superfisial atau rasa menikam.
b. Dipresipitasi dari trigger area atau oleh faktor pencetus.
3. Jenis serangan Stereotyped pada masing – masing individu.
4. Tidak ada defisit neurologik.
5. Tidak berkaitan dengan gangguan lain. 3
9
Tidak ada tes spesifik terhadap neuralgia trigeminal. Studi
pencitraan seperti computed tomography(CT) scans atau magnetic
resonance imaging (MRI) dapat membantu menegakkan diagnosis
dengan mengeliminasi penyebab lain timbulnya nyeri. High-definition
MRI angiography dari nervus trigeminal dan batang otak dapat
menyemukan kompresi nervus trigeminal oleh arteri atau vena. 1
G. Pengobatan
1. Farmakologi
2. Operasi
10
dengan 3 obat termasuk di dalammnya carbamazepine. Status
medis dan usia pasien harus menjadi bahan pertimbangan sebelum
dilakukan operasi. Efek samping dan kontra indikasi dapat menjadi
alasan pertimbangan tindakan operasi. Studi menunjukkan hasil
yang baik pada pasien yang diberikan tindakan operasi dan
menganjurkan operasi dilakukan cepat pada pasien dengan
neuralgia trigeminal. Saat ini tidak ada standar protokol untuk
menentukan waktu optimal untuk melakukan tindakan operasi.
8
Beberapa jenis tindakan operasi antara lain :
a. Ablative procedures
1) Radiofrequency ablation.
Radiofrequency ablation adalah prosedur yang dilakukan
dengan menggunakan stimulasi listrik (gelombang panas) untuk
merusak beberapa dari nervus trigeminal yang memproduksi nyeri.
Dilakuka pada suhu 60oc ala 60 detik dibawah pengaruh anastesis
dan analgesik intravena kerja cepat. Berdasarkan studi lanjutan
pada 1600 pasien, ditemukan 97,6% pasien bebas dari nyeri, rata-
rata pasien mengalam nyeri rekurren dalam 36-40 bulan.
Komplikasi yang dilaporkan terjadi antara lain gangguan refleks
kornea, kelemahan M. Masster, paralisis, disesthesiadan
anesthesia dolorosa.8
2) Balloon Compression.
11
Gambar 4
Radiofrequency ablation.
Percutaneous balloon compression adalah teknik
operasi dengan cara merusak nervus
menggunakan kompresi dari balon kateter yang
dimasukkan melalui jarum. Tindakan ini baik
digunakan pada pasien lansia.8
Gambar 5
Balloon Compression.
3) Glycerol Injection
Glycerol Inspection adalah prosedur operasi
dengan cara merusak nervus pada ganglion
Gasseri dengan menyuntikkan glycerol pada
sisterna trigeminal. Pada studi lanjutan jangka
panjang, persentasi keberhasilan operasi
mencapai 97.1% dan persentasi keberhasilan
jangka panjang mencapai 81.18%. tidak
dilaporkan efek samping yang serius selain
gangguan sensorik ringan dan disestesia.8
12
4) Radio surgery-Gamma knife surgery
Gamma knife surgery (GKS) telah digunakan
untuk pengobatan nyeri selama bertahun-tahun.
operasi gamma knife melibatkan iradiasi target
volume kecil dalam tengkorak dengan radiasi
dosis tinggi dalam satu sesi, dosis yang optimal
digunakan untuk neuralgia trigeminal adalah 70-80
gy, gangguan sensorik wajah ringan adalah efek
samping yang umum dilaporkan. rendahnya
tingkat komplikasi, tingkat keberhasilan tinggi dan
kepuasan pasien memungkinkan GKS untuk
semakin digunakan sebagai intervensi utama
untuk neuralgia trigeminal. Kelemahan terapi ini
adalah, onset nyeri yang lambat dan mahalnya
biaya terapi.8
Gambar 7
Radio surgery-Gamma knife surgery.
b. Prosedur terbuka.
13
1) Microvascular Decompression
Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi
sampai nervus trigeminus difossa posterior
kemudian menempatkan sponge atau padding di
antara nervus dan pebuluh darah yang menekan
dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang
menekan nervus trigeminus.8
Gambar 8
Microvascular Decompression
2) Trigeminal root section.
Trigeminal robot Election adalah pemotongan
ireversible dari cabang nervus trigemius yang
8
memberikan koneksi pada batang otak.
H. Prognosis
Gambar 9
Trigeminal root
section
14
Neuralgia Trigeminal tidak mengancam nyawa, 1 : 3 pasien
akan mengalami gejala ringan dan beberapa hanya akan mengalami
satu episode serangan. Banyak pasien mengalami periode remisi
tanpa nyeri selama beberapa bulan hingga tahun. namun gangguan ini
cenderung untuk memburukseiring dengan berjalannya waktu. 1,9
BAB III
PARADIGMA PENULIS
15
faktor kebingungannya pasien dalam hal pengobatan menjadi salah satu
faktor yang membuat diagnosa Neuralgia Trigeminal ini sulit untuk
dideteksi.
Neuralgia Trigeminal sampai saat ini masih diteliti lebih lanjut tentang
penyebab pasti yang mengakibatkan terjadinya proses nyeri, namun yang
paling diyakini sampai saat ini yakni terdapatnya gangguan morfokologikal
dan fungsional pada pembuluh darah yang memasok bagian ujung dan
bagian tengah saraf trigeminal. Beberapa faktor resiko pemberat seperti
terdapatnya penyakit penyerta seperti Diabetes Mellitus juga diyakini
memili peran penting dalam perubahan structural pada kondisi pembuluh
darah sehingga memperngaruhi fungsi dari saraf trigeminal itu sendiri, hal
tersebut pernah dilaporkan oleh peneliti bahwa terdapat 48% dari seluruh
jumlah pasien Neuralgia Trigeminal yang diteliti, bahwa memiliki kondisi
penyakit penyerta Diabetes Mellitus, sehingga para ilmuwan sekarang
meyakini bahwa Diabetes Mellitus bias saja menjadi faktor penyebab dari
Neuralgia Trigeminal.
16
untuk onset terjadinya terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang
timbul kembali.
17
tersebut diyakini karena mulainya terjadi perubahan struktur dari pembulu
darah di dekat saraf cranial trigeminal yang mulai mengendur dan
menekan saraf tersebut, namun tidak menutup kemungkinan bahwa
penyakit ini dapat menyerang pasien di usia jauh lebih muda, walaupun
hanya sedikit angka kejadiannya namun untuk kasus-kasus yang terjadi
pada usia muda lebih ke jenis yang atipikal atau sekunder yakni ada
penyebab lain yang mengakibatkan penekanan saraf, bukan dari
perubahan structural seperti halnya yang terjadi pada usia lanjut maupun
dengan faktor komorbid.
18
penekanan akibat dari perubahan struktur pembuluh darah yang turun dan
menekan cabang utama saraf kranial di otak sehingga terjadi penajalaran
nyeri yang mengarah sesuatu cabang saraf kranial trigeminal.
Saat ini, para ahli Neurologi atau ahli penyakit saraf meyakini bahwa
terobosan operatif dalam menangani penyebab nyeri pada Neuralgia
Trigeminal ini dapat meringankan bahkan menghilangkan keluhan nyeri
pada penderita. Prosedur operatif tersebut bekerja sama dengan ahli
bedah saraf untuk mengatasi penyebab nyeri tersebut dimana hal ini yang
dimaksud yaitu saraf cranial Trigeminal. Tindakan operatif yang popular
dianjurkan saat ini yakni ballon compression dimana dibuat jarak antara
saraf cranial trigeminal dengan pembuluh darah diatasnya dengan
menggunakan kompresi balon khusus sehingga pembuluh darah yang
tadinya menekan saraf cranial tersebut akhirnya terpisah dan tidak
menimbulkan manifestasi klinis berupa penjalaran nyeri pada daerah
wajah kembali.
19
lesi yang pada Neuralgia Trigeminal tidak ada, dan untuk nyeri post
herpetic proses penjalaran nyerinya mengikuti dermatom saraf sama
dengan halnya yang terjadi pada nyeri di Neuralgia Trigeminal.
20
dan salah dalam memilih pengobatan yang tepat sehingga para penderita
yang dating umumnya sudah mempunyai pengalaman ‘shopping dokter’
karena ketidaktahuan akan penyakit yang diderita.
21
selanjutnya dan seberapa berat dan hebat dari rasa nyeri yang diderita
nantinya, hal inilah yang membuat beberapa penderita penyakit Neuralgia
Trigeminal ini mengalam penyakit mental seperti anxietas dan depresi.
DAFTAR PUSTAKA
22
7. Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat.
Jakarta:2014, hal:90-91.
8. Sreenivasan P, Raj SV, Ovallath S. Treatment Options in Trigeminal
Neuralgia an Update. Eur J Gen Med. 2014;11:210-213.
9. Rull G, Tidy C. Trigeminal Neuralgia. Patient. 2014;23:2-4.
10. Torpy, Janet M dkk. Neuralgia Trigeminal. The Journal of the American
Medical Association (JAMA) volume 309 no. 10. 2013, March 12.
11. Singh, Manish K dkk. Trigeminal Neuralgia. Medscape Reference.
2015
12. Obermann, Mark. Treatment Options in Trigeminal Neuralgia article in
Therapeutic Advances in Neurological Disease. Sage Publications.
2010
23