Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG


PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pemberantasan Budaya Anti Korupsi

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Kelompok 8

Afifah Fadjriati (P27901119053)

Anzani Dhela A.S (P27901119058)

Cahya Oktaviani (P27901119061)

Lilis Nuralisah (P27901119078)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

PRODI DIII KEPERAWATAN TANGERANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Pemberantasan
Budaya Anti Korupsi dengan judul KEBIJAKAN NASIONAL DAN
INTERNASIONAL TENTANG PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN
KORUPSI.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan ada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang, 15 September 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan Nasional............................................................................5
2.2 Visi dan Misi Staranas PPK..................................................................................6
2.3 Strategi dalam Kebijakan Nasional......................................................................7
2.4 Landasan Hukum Kebijakan Nasional.................................................................8

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan universal, dimana


diperlukan upaya pemerintah untuk memberantasnya, baik korupsi lingkup
besar maupun kecil. Apapun alasannya korupsi tidak dibenarkan karena
akan berdampak buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan
bangsa. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberantas
korupsi, namun sampai saat ini tindak pidana korupsi masih terus saja
dilakukan oleh oknumoknum yang tidak bertanggung jawab demi untuk
mencapai kepentingan dirinya maupun golongannya. Menurut Benveniste,
korupsi hanya dapat dihilangkan bila para pengawas benar-benar
melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan tidak bersedia menerima
suap. Situasi seperti ini hanya bias terwujud jika terdapat komitmen
ideology dan profesi yang sangat memadai.1 Berdasarkan indeks Indonesia
dalam Corruption Perception Index dijadikan salah satu indikator untuk
membaca kondisi korupsi di Indonesia, tercatat dari tahun 2001 sampai
2003, indeks Indonesia stagnan di angka 1,9, kemudian meningkat di tahun
2004 terjadi kenaikan 0,8 poin dari tahun 2004 hingga 2010.2 Ini menjadi
bukti bagaimana peran pemerintah dalam pemerantasan korupsi di
Indonesia tidak dilaksanakan dengan maksimal, dan sesungguhnya hal 1
Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm:
176 2 Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan
Penelitian, Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi
dan Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia
Corruption Watch 2 ini mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini.
Sehingga ada indikasi ya 3 Dengan demikian dukungan dan kerjasama KPK
dengan berbagai pihak akan banyak membantu dalam menyelesaikan dan
memberantas korupsi. Seperti halnya KPK menjalin kerjasama dengan
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) adalah salah satu
departemen dari dewan ekonomi dan sosial Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) yang menangani masalah internasional mengenai kejahatan
terorganisir, terorisme, perdagangan manusia dan obat-obatan terlarang. 4
Adanya kerjasama tersebut, menjadi langkah awal dalam upaya
meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan UNODC untuk
memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia yang sangat
membahayakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi
tidak hanya berakibat hilangnya begitu banyak uang Negara melainkan juga
rusaknya moralitas bangsa. Bangsa yang korup tidak bisa membedakan
mana yang dilarang.5 Dalam rangka meningkatkan efektifitas
pemberantasan korupsi di Indonesia, maka diperlukan suatu kerjasama
antara KPK dan UNODC. Bagaimanapun juga memiliki hubungan kerja
secara internasional berimplementasi pada satu hal yaitu bagaimana
membuat usaha penanggulangan masalah itu efektif, cepat dan tepat sasaran.
Pengalaman telah membuktikan bahwa untuk melaksanakan tujuan ini
tidaklah mudah dan sering terjadi adalah 4KPK Jalin Kerja Sama dengan
PBB Berantas Korupsi Musuh Bersama. Jakarta. Lembaga Pencegah
Korupsi, hlm:77 4 kelambatan, ketidakefisienan, birokrasi yang berbelit-
belit dan pemborosan anggaran.6 Kerjasama KPK dengan UNODC adalah
kerjasama dalam hal pemberantasan korupsi untuk meningkatkan kualitas
dalam penanganan tindak pidana korupsi, seperti halnya mengembangkan
strategi anti korupsi nasional dalam melakukan pencegahan melalui
serangkaian forum internasional dan mengembangkan kapasitas
kelembagaan untuk dapat melakukan sosialisasi melalui seminar, talkshow,
serta kampanye anti korupsi. Karena pada dasarnya upaya kerjasama
UNODC dengan KPK yaitu mensosialisasikan perang terhadap korupsi
yang sesuai dengan konvensi anti korupsi, dimana Indonesia dari dahulu
hingga kini berjuang memberantas korupsi, baik secara prefentif, edukatif,
maupun represif. Bahkan tidak sedikit perangkat hukum yang telah dibuat
untuk menjerat para koruptor di Indonesia yang semakin meningkat. Tindak
korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah
kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi
kualitas tindak pidana yang dilakukan yang semakin sistematis oleh pejabat
Negara. Korupsi bisa dikatakan sebagai hal yang tidak terlepaskan dari
kehidupan bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari “prestasi” bangsa
Indonesia dengan 6 IAN McWALTER, SC, 2006. Memerangi Korupsi
Sebagai Peta Jalan Indonesia. Surabaya. PT. Temprina Media Grafika, hlm
250 5 menduduki peringkat-peringkat atas negara terkorup di dunia dalam
beberapa tahun belakangan ini.7 Selain itu, KPK terus memperbaiki kinerja
dan kelembagaan dalam rangka pemberantasan korupsi. KPK mencoba
menggali pengalaman dari lembaga antikorupsi Internasional dalam untuk
performa yang lebih baik di masa mendatang. Seperti yang dinyatakan oleh
Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja saat menerima kedatangan United
Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) di Gedung KPK, bahwa
"Pada prinsipnya UNODC yang selama ini membantu kinerja KPK akan
tetap mendukung ke depannya. Ada rencana perwakilan di Indonesia lebih
besar lagi, perjalanan KPK cukup panjang dan butuh dukungan yang lebih
besar juga,". UNODC memberikan sejumlah rekomendasi terhadap
sejumlah hal untuk diperbaiki agar ke depan KPK menjadi lebih baik.
Seperti dalam hal peraturan, gratifikasi dan pemanfaatan teknologi.8
Peneliti kemudian tertarik meneliti hal ini, ketertarikan peneliti terletak pada
implementasi MoU KPK dengan UNODC. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana implementasi dari MoU ini dapat menjadi strategi tepat dalam
memberantas korupsi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa yang dimaksud dengan kebijakan Nasional?


2 Apa yang dimaksud dengan kebijakan internasional?
3 Apa saja visi misi dalam kebijakan nasional?
4 Strategi apa saja yang termasuk ke dalam kebijakan Nasional?

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui sejauh mana pengaturan hukum


internasional dalam hal ini Konvensi UNCAC 2003 serta
hukum nasional tentang tindak pidana korupsi, khususnya
dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi.
b) Untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana kebijakan
hukum pidana di Indonesia dalam mengupayakan
pencegahan tindak pidana korupsi
c) Untuk mengetahui dan menganalisis Kebijakan dalam
UNCAC 2003 yang dapat di adopsi kedalam Kebijakan
Hukum Pidana Indonesia dalam kaitan Pencegahan terhadap
Tindak Pidana Korupsi.

1.4 Manfaat

Makalah ini ditujukan kepada para mahasiswa keperawatan


agar mengetahui kebijakan Nasional dan internasional dalam
pencegahan dan pemberantasan korupsi yang ada di indonesia
maupun luar negeri.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kebijakan Nasional

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi yang disebut Stranas PK


adalah arah kebijakan nasional yang memuat fokus dan
sasaran pencegahan korupsi yang sebagai acuan kementerian, lembaga,
pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
melaksanakan aksi korupsi di Indonesia. Berdasar Perpres No. 55-2012:
Stranas PPK Untuk Wujudkan Pemerintahan Bebas Korupsi, disusnlah
Strategi Nasional Pencegahan dan pemerantasan Korupsi.

Strategis Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


(Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah
Tahun 2014, yang diluncurkan oleh Wakil Presiden (Wapres) Boediono
di Istana Wapres, merupakan acuan langkah-langkah strategis
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk memastikan
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari
praktik korupsi, sesuai Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012.
Perpres tersebut dimaksudkan untuk mempercepat upaya pencegahan dan
pemberantasan korupsi, dan sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk
meratifikasi Konvensi PBB Anti Korupsi Tahun 2003, yang sudah
disahkan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006, dengan
menyusunnya dalam 2 (dua) strategi, yaitu Strategi Nasional Jangka
Panjang 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014. Stranas PPK
memuat visi, misi, sasaran, strategi, dan focus kegiatan prioritas
pencegahan dan pemberantasan korupsi jangka panjang tahun 2012-
2025, dan jangka menengah tahun 2012-2014, serta peranti anti korupsi.

Dalam melaksanakan Stranas PPK itu, Presiden meminta


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melibatkan peran
serta masyarakat. Pelibatan itu dapat dimulai dari tahap penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Hasil pelaksanaan
Stranas PPK menjadi bahan pelapran pada forum Konferensi Negara-
Negara Peserta (Conference of the State Parties) Konvensi PBB Anti
Korupsi Tahun 2003, sesuai Pasal 10 Ayat 1 Perpres Nomor 55 Tahun
2012 .

2.2 Visi dan Misi Staranas PPK

 Visi Stranas PPK dalamdua jangka waktu adalah sebagai berikut


a) Visi Jangka Panjang (2012-2025): “Terwujudnya kehidupan
bangsa yang bersih dari korupsi dengan didukung nilai
budaya yang berintegritas.”
b) Visi Jangka Menengah (2012-2014): “Terwujudnya tata
kepemerintahan yang bersih dari korupsi dengan didukung
kapasitas pencegahan dan penindakan serta nilai budaya yang
berintegritas.”

Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan di


segenap tiga pilar PPK, yakni di pemerintahan dalam arti luas,
masyarakat madani, dan dunia usaha.

 Misi Stranas PPK


Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, dirumuskan
serangkaian Misi Stranas PPK berikut:
a. Membangun dan memantapkan sistem, mekanisme, kapasitas
pencegahan, dan penindakan korupsi yang terpadu secara
nasional.
b. Melakukan reformasi peraturan perundang-undangan
nasional yang mendukung pencegahan dan penindakan
korupsi secara konsisten, terkonsolidasi, dan tersistematis.
c. Membangun dan mengonsolidasikan sistem dan mekanisme
penyelamatan aset hasil korupsi melalui kerja sama nasional
dan internasional secara efektif.
d. Membangun dan menginternalisasi budaya anti korupsi pada
tata kepemerintahan dan masyarakat.
e. Mengembangkan dan mempublikasikan sistem pelaporan
kinerja implementasi Stranas PPK secara terintegrasi.
2.3 Strategi dalam Kebijakan Nasional
A. Strategi 1 Melaksanakan upaya-upaya pencegahan.
1) Peningkatan efektivitas kebijakan dan kelembagaan dalam
rangka Pencegahan Korupsi, antara lain dengan kebijakan
Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan database
kependudukan yang terintegrasi, melakukan penuntasan
Reformasi Birokrasi, penyempurnaan sistem pelayanan
publik dan peningkatan kinerja layanan kepemerintahan, juga
melalui upaya peningkatan mekanism pelaporan atas hasil
pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas internal
pemerintah (APIP);
2) Pelaksanaan transparansi administrasi publik, efektivitas
kewajiban pelaporan kepada publik, dan meningkatkan akses
publik untuk mendapatkan informasi tentang
3) penyelenggaraan administrasi publik melalui Peningkatan
Pengawasan atas Pelayanan Kepemerintahan, Peningkatan
Akses Informasi Masyarakat, Penyempurnaan Sistem
Pelaporan Kekayaan Penyelenggara Negara (termasuk
Laporan mengenai Konflik Kepentingan);
4) Peningkatan efektivitas reformasi birokrasi di sektor publik
di pusat dan daerah, melalui Penuntasan Agenda Reformasi
Birokrasi, yang terdiri dari Reformasi kelembagaan, bisnis
proses dan Manajemen SDM, Perbaikan Peraturan Disiplin
PNS;
B. Strategi 2 Melaksanakan langkah-langkah strategis di bidang
penindakan.
1) Mempercepat Penanganan Kasus Korupsi dan Penguatan
Koordinasi diantara lembaga penegak hukum melalui strategi
Percepatan Penanganan dan Eksekusi Tipikor;
2) Penguatan Kelembagaan Penegakan Hukum, melalui strategi
Pengembangan sistem pengawasan lembaga penegak hukum,
Transparansi dan Akuntabilitas kinerja institusi-institusi yang
terkait dengan fungsi dan tugas penuntutan dan peradilan,
Memberantas mafia penegakan hukum, Melakukan pemetaan
terhadap permasalahan dalam proses penegakan hukum
terkait pengaturan dalam peraturan perundang-undangan
untuk proses revisi peraturan perundang-undangan
selanjutnya, Menyusun mekanisme pelaporan dan pengaduan
kasus korupsi serta perlindungan hukum bagi masyarakat
3) Memperkuat kerangka regulasi penegakkan hukum, melalui
pengkajian kembali berbagai peraturan perundang-undangan
yang menghambat atau menjadi masalah dalam proses
penegakan hukum terkait kasus korupsi;
4) Menyusun mekanisme pelaporan dan pengaduan kasus
korupsi serta perlindungan hukum bagi masyarakat, termasuk
p
5) erumusan aturan yang jelas mengenai perlindungan terhadap
saksi pelapor di dalam RUU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan UU Perlindungan Saksi dan Korban
C. Strategi 3 Melaksanakan Harmonisasi dan Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan di bidang Pemberantasan
Korupsi dan sektor lainnya yang terkait.
Adalah dengan harmonisasi peraturan perundang-undangan
dan penyusunan peraturan perundang-undangan dalam rangka
implementasi UNCAC. Hal ini dapat dilakukan dengan menyusun
peraturan perundang-undangan sebagai langkah akomodatif upaya
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang dianggap baru di Indonesia
dalam rangka implementasi ketentuan Konvensi PBB Anti Korupsi
2003 dan mensinkronkan peraturan perundang-undangan nasional
lainnya yang terkait dengan upaya pemberantasan korupsi.
Langkah yang paling strategis adalah menyelesaikan pembahasan
dan menerbitkan Undang-undang Pemberantasan Korupsi yang pada
saat ini telah siap untuk dibahas dengan DPR. Pasal-pasal dalam
RUU Pemberantasan Tipikor inisiatif Pemerintah telah memuat
berbagai ketentuan yang dipersyaratkan oleh Konvensi PBB Anti
Korupsi 2003.
D. Strategi 4 Melaksanakan Penyelamatan Aset Hasil Tindak
Pidana Korupsi.
1) Melaksanakan upaya-upaya penyelamatan aset hasil korupsi
dan kerjasama internasional melalui strategi pencegahan
pengalihan aset hasil tipikor, Hal ini dapat dilakukukan
melalui sinkronisasi peraturan perundang-undangan
mengenai pengawasan terhadap kinerja pejabat-pejabat
publik dan Membuat suatu mekanisme yang jelas mengenai
alur pengawasan terhadap kewajiban pejabat-pejabat publik
yang menguasai rekening Pemerintah (terutama di luar
negeri) untuk melapor kepada otoritas tertentu, yang dapat
dipantau secara komprehensif baik oleh aparat pemerintah
maupun masyarakat;
2) Pengembalian Aset Secara Langsung, terutama dari segi
pengaturan mengenai masalah pengembalian aset dalam
kondisi tergugat sudah meninggal atau kondisi yang lainnya,
perlu pengaturan lebih lanjut khususnya mengenai non
conviction based on forfeiture dan aturan mengenai
perlindungan pihak ketiga yang beritikad baik;
3) Melakukan Pelatihan-pelatihan dan Bantuan Teknik dalam
rangka penyelamatan aset hasil korupsi, berupa pertukaran
informasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah
teknis pemberantasan korupsi seperti: asset tracing, asset
freezing, asset seizuring, asset forfeituring, forensic
accounting, dan legal audit.
E. Strategi 5 Meningkatkan Kerjasama Internasional dalam
rangka Pemberantasan Korupsi
Langkah/Strategi yang perlu dilakukan adalah melalui
peningkatan upaya kerjasama internasional dalam rangka
pencegahan, pengembalian aset dan penyelesaian tindak pidana
lainnya melalui penyusunan instrumen hukum dan mekanisme
kerjasama internasional, bilateral maupun regional, khususnya dalam
pengajuan bantuan timbal balik dalam masalah pidana, kordinasi
intensif antar lembaga penegak hukum, peningkatan upaya dan
kemampuan diplomasi serta amandemen Undang-undang Ekstradisi
dan Undang-undang Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah
Pidana (MLA).

F. Strategi 6 Meningkatkan Koordinasi dalam rangka Pelaporan


Pelaksanaan
Membentuk mekanisme pengkajian dan pelaporan
nasional/internal yang memberikan informasi pelaksanaan ketentuan
UNCAC di Indonesia berdasarkan sistem monitoring dan evaluasi
berbasis hasil dan pencapaian yang terukur dalam upaya pencegahan
dan penindakan korupsi. Stakeholders dalam mekanisme ini meliputi
aparat penegak hukum dan lembaga terkait lainnya serta LSM.

2.4 Landasan Hukum Kebijakan Nasional

 UU No.17 Tahun 2005, Stranas PPK untuk jangka panjang


(2011-2025), Jangka Menengah (2011-2014), dan Tahunan.
 Inpres No.9 dan No.17 Tahun 2011, No 9 tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2011. Sedangkan
No.17 tentang Pencegahan dan pemberantasan Korupsi Tahun
2012.
 UU No. 31 Tahun 1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
 UNCAC (United Nation Convention Againts Corruption) Tahun
2003

2.Kerjasama Internasional
Gerakan internasional pencegahan korupsi adalah Korupsi
merupakan perubahan yang bertentangan dengan kaidah umum
yang berlaku dimasyarakat. Telah banyak usaha yang dilakukan
utuk membrantas korupsi namun hasilnya masih belum sesuai
harapan. Pertumbuhan dan perkembangan sikap korupsi tidak
terlepas dari muncul dan berkembangnya sikap korupsi ditanah
air.
-Menurut undang-undang No 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana koupsi disebutkan bahwa karakter
korupsi segala upaya memperkaya diri sendiri atau golongan
yang menimbulkan kerugian keuanagan negara dan
perekonomian negara.
Menurut undang-undang no 31 tahun 1999, sanksi tersebut
berupa pindana penjara atau bahkan pidana tindakan mati untuk
keadaan tertentu. Secara sosial upaya pecegahan atau
pemberatasan korupsi dengan melibatkan partisipasi masyarakat
secara luas. Beberapa karakter yang diharapkan yang dapat
mendorong gerakan internasional pencegahan korupsi melalui
presfektif hukum antara lain :
Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggai isu-isu korupsi secara objektif dan ilmiah.
Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab dan bertindak
secara cerdas dalam gerakan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta anti korupsi.
Berkembang secara demokratis dan positif untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat untuk hidup agar dapat hidup
dengan bangsa-bangsa lain.
Mampu memahami batasan-batasan perbuatan sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku.
Semua karakter yang dikembangkan diatas perlu diharmoniskan
dan diintegrasikan secara baik sehingga dapat diterapkan didalam
gerakan interansional untuk pencegahan korupsi.
-Menurut undang-undang No 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana koupsi disebutkan bahwa karakter
korupsi segala upaya memperkaya diri sendiri atau golongan
yang menimbulkan kerugian keuanagan negara dan
perekonomian negara.
-Korupsi merupakan sebuah masalah besar yang dihadapi bangsa
Indonesia dan masyarakat internasional.korupsi pula
menggunakan kekuasaan public untk kepentingam
pribadi.kekuasaan public adalah kekuasaan yang diberikan oleh
publik bisa berarti masyarakat
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh korupsi begitu
besarmmaka sebagai suatu Negara Indonesia memiliki kewajiban
untuk menjalin kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat
baik itu ditingkat nasional maupun ditingkat internasional.wujud
kerjasama ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara
Negara,kerjasama antara lembaga internasional dan kerjasama
dengan lembaga swadaya internasional.
KESIMPULAN

Masyarakat nasional dan internasional telah bersepakat bahwa korupsi


adalah tindak pidana yang berdampak sangat buruk bagi kelangsungan
hidup umat manusia,gerakan atau movement untuk memberantas korupsi
telah banyak dilakukan oleh masyarakat nasional dan
internasional,demikian pula kerjasama yang dilakukan untuk memberantas
korupsi dengan menggunakan asas hubungan baik dan bantuan hukum
timbal balik (mutual legal asistance).

SARAN

Adapun saran yang dapat disampaikan didalam makalah ini adalah


hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-
lembaga yang ada dan lebih menekankan sifat yang independen, kemudian
ikut sertakan masyarakat untuk mengontrol jalannya pemerintahan, bisa
diwakilkan dengan pembuatan kelompok atau organisasi yang sifatnya
independen yang anggotanya berasal dari masyarakat, para aktivis dan
mahasiswa. Hendaknya juga agar pemerintah melakukan penegakan hukum
secara konsisten dan sesuai dengan tingkat pidana yang dilakukan oleh
pelaku serta pemerintah juga harus berlaku secara independen tidak
memihak siapapun dan tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, pemerintah
juga harus melihat kedepannya agar sifat-sifat korup ini tidak menurun ke
anak cucu, maka bentuklah watak bangsa mulai dari sekarang menjadi
mental yang baik dan bertanggung jawab dalam segala hal baik secara moral
maupun kelakuan. Tentunya melalui pendidikan dan sikap keteladanan dari
pada pemimpin yang menjadi tombak utama sebagai cerminan dari
pemerintah terhadap generasi penerus.
DAFTAR PUSTAKA

https://bungbens.wordpress.com/2010/04/23/strategi-nasional-
pemberantasan-korupsi-2010-2025/amp/

https://www.google.com/search?
q=kebijakan+internasional+tentang+pencegahan+dan+pemberantasan+koru
psi&oq=&aqs=chrome.0.35i39l8.1816293j0j15&sourceid=chrome&ie=UT
F-8

Anda mungkin juga menyukai