Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA BIOMEKANIKA

DISUSUN OLEH:

LUSI RAHMAWATI (P07120121023)

WAWAN PUTRA DINATA (P07120121038)

KELAS A TINGKAT-1

D-III KEPERAWATAN MATARAM

UNIVERSITAS POLTEKKES KEMENKES MATARAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya
sehingga laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan praktikum ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat untuk kelompok kami khususnya.

Mataram, 22 November 2021

(Penyusun)
I. Tujuan Praktikum

1. Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukut Panjang (penggaris)


2. Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur tekanan darah (tensimeter)
3. Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur waktu
4. Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur stetoskop
5. Mengenal dan memahami prinsip kerja alat ukur massa
6. Memahami dasar pengukuran dan kesalahan pengukuran

II. Landasan Teori

Menurut Frankel dan Nordin pada tahun 1980 biomekanika merupakan ilmu mekanika
teknik untuk analisa sistem kerangka otot manusia. (Chaffin, 1991). Mekanika adalah suatau
subdisiplin ilmu yang berhubungan dengan aplikasi dari prrinsip-prinsip ilmu fisika yang
mempelajari gerak pada setiap baguian pada tubuh manusia (Pate dkk, 1984:2), secara umum
mendefinisikan biomekanika, yaitu: Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari mengenai gaya-
gaya internal dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan akibat- akibat dari gaya-gaya
yang dihasilkan (Hay ,1985:2), adapun menrut Herbert, Hatze alam M.Mc Ginnis Peter (2005:3)
Biomekanika adalah bidang ilmu mengenai struktur dan system biologi dalam pengartian metode
fisika (Herbert, Hatze, 2005:3).

Kajian biomekanik dapat dilihat dalam dua perspektif, yaitu kinematika yang lebih
menjurus pada karakteristik gerakan yaitu meneliti gerakan dari segi ruangan yang digunakan
dalam waktu yang bersifat sementara tanpa melihat gaya yang menyebabkan gerakan. Studi
kinematika menjelaskan gerakan yang menyebabkan berapa cepat obyek bergerak, berapa
ketinggiannya atau berapa  jauh obyek menjangkau menjangkau jarak. Posisi, Posisi, kecepatan
kecepatan dan percepatan percepatan tersebut tersebut merupakan studi kinematika. Kajian
kinetika menjelaskan tentang gaya yang bekerja pada satu sistem, misalnya tubuh manusia.
Kajian gerakan kinetika menjelaskan gaya yang menyebabkan gerakan. Dibandingkan dengan
kajian kinematika, kajian kinetika lebih sulit untuk diamati, pada kajian kinetik yang pada kajian
kinetik yang terlihat adalah akibat dari gaya.
Biomekanika adalah suatu ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep
keteknikan untuk mempelajari gerakan yang dialami oleh beberapa segmen tubuh dan gaya-gaya
yang terjadi pada bagian tubuh tersebut selama aktivitas normal.(ESA166-FISIKA)

Dalam biomekanika memakai hukum dasar yang dirumuskan oleh Isaac Newton (1643-
1727) untuk mempelajari gerakan mekanik pada manusia dan hewan. Newton mula-mula
mengembangkan hokum gerakan dan menjelaskan gaya tarik gravitasi antara dua benda.

Hukum Newton sangat memadai dan banyak penggunaannya di dalam bidang astronomi,
geologi, biomekanik dan teknik

Hukum Newton Tentang Gerak

Hukum gerak Newton menghubungkan konsep gaya dan konsep gerak. Gaya
didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan pada suatu benda sehingga menyebabkan benda
mengalami perubahan gerak atau perubahan bentuk.

Gaya adalah besaran yang memiliki arah (Isaac Newton), misalnya gaya berat yang arahnya ke
bawah. Gaya untuk menggeserkan meja arahnya mendatar. Jadi gaya termasuk besaran vektor
(mempunyai nilai dan arah). Untuk menjumlahkan dan mengurangkan suatu gaya dengan gaya
lain, berlaku aturan-aturan berhitung vektor. Demikian pula halnya dengan penguraian gaya
menjadi komponen-komponennya. Jumlah gaya disebut resultan gaya-gaya yang dijumlahkan.

1. Hukum I Newton

Hukum I Newton menyatakan: “Sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak
dengan kecepatan konstan, akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan,
kecuali ada gaya-gaya eksternal yang bekerja pada benda itu”. Kecenderungan ini digambarkan
dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, Hukum I
Newton disebut juga hukum kelembaman. Secara matematis Hukum I Newton dapat dirumuskan
sebagai berikut:

∑ F= 0

Berdasarkan Hukum I Newton tersebut, berarti untuk benda yang semula diam maka benda
tersebut selamanya akan tetap diam. Sedangkan untuk benda yang bererak, akan bergerak terus,
kecuali ada gaya yang menghentikannya. Contohnya pada waktu berada di atas kendaraan yang
bergerak, kemudian tiba-tiba kendaraan direm, maka penumpang akan terdorong ke depan. Hal
ini menunjukkan bahwa penumpang yang sedang bergerak bersama kendaraan cenderung ingin
bergerak.

2. Hukum II Newton

Hukum II Newton menyatakan:

“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya, dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang
bekerja padanya”:

Hukum II Newton menghubungkan antara deskripsi gerak dengan penyebabnya, yaitu gaya.
Hukum ini merupakan hubungan yang paling dasar pada fisika.
3. Hukum III Newton

Hukum III Newton menyatakan: “Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda
kedua, benda kedua akan memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap
benda yang pertama”. Hukum ini terkadang dinyatakan juga dengan kalimat :”Untuk setiap
reaksi aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Maka hukum III Newton sering
dinamakan hukum interaksi atau hukum aksi reaksi. Hukum ini menggambarkan sifat penting
dari gaya yaitu bahwa gaya-gaya selalu terjadi berpasangan. Untuk menghindari kesalahpahaman
perlu diketahui bahwa gaya aksi reaksi yang berpasangan bekerja pada benda yang berbeda.
Sebagai contoh, seseorang yang mendorong mobil yang terpasang rem tangannya, selama itu
pula ia merasakan adanya dorongan ke belakang. Hal ini terjadi karena orang tersebut mendapat
gaya reaksi dari mobil yang menurut hukum III Newton, sama besar namun berlawanan arah
dengan gaya yang diberikan pada mobil tersebut.

Gaya Gravitasi

Benda-benda yang dijatuhkan di dekat permukaan bumi akan jatuh dengan percepatan
yang sama, (g) jika hambatan udara dapat diabaikan (Galileo). Gaya yang dapat menyebabkan
percepatan g disebut gaya gravitasi. Jika diterapkan hukum II Newton untuk gaya gravitasi,
maka untuk percepatan a digunakan percepatan ke bawah atau g yang disebabkan oleh gravitasi.
Berat badan kita merupakan gaya gravitasi bumi terhadap tubuh kita; terjadinya varises pada
vena merupakan gaya

Biomekanika Kerja

Biomekanika kerja adalah suatu bidang yang fokus pada proses mekanika (gaya, momen,
ke- cepatan, percepatan sera tekanan) yang terjadi pada tubuh manusia, terkait dengan aktifitas
fisik yang dilakukan pekerja. Semua aplikasi biomekanika kerja memiliki tujuan utama, yaitu
memperbaiki performansi manusia dalam bekerja serta mengurangi risiko cedera pada sistem
otot rangka (Iridiastadi & Yassierli, 2014).

Dalam biomekanika terdapat dua metode analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kuantitatif melibatkan pengukuran variable biomekanika dan biasanya
membutuhkan komputer untuk melakukan perhitungan numerik.Sebaliknya analisis kualitatif
telah didefinisikan sebagai “pengamatan sistematis dan penilaian introspektif kualitas gerakan
manusia untuk tujuan memberikan intervensi yang paling tepat untuk meningkatkan kinerja”
(Knudson, 2007).

Menurut Iridiastadi & Yassierli (2014), terdapat dua model yang digunakan yaitu:

a. Model tangan-siku

Model ini biasanya digunakan untuk menganalisis pekerjaan membawa suatu beban.
Untuk mengetahui apakah pekerjaan tersebut aman atau tidak, pemodelan biomekanika dapat
dilakukan tanpa perlu melakukan uji coba secara nyata, untuk menghindari risiko cedera.

Syarat pertama yang harus dipenuhi agar sistem berada dalam keadaan setimbang adalah
jika besar keseluruhan momen yang bekerja pada sistem adalah nol. Terdapat dua jenis momen,
yaitu momen eksternal yang dihasilkan oleh gaya-gaya eksternal, yaitu gaya pada titik beban dan
gaya pada titik pusat masa tangan. Jenis momen yang selanjutnya adalah momen internal, yaitu
gaya pada titik siku serta gaya pada bisep. Untuk menentukan momen pada titik siku adalah
menggunakan formulasi sebagai berikut:
B. Model punggung bawah

Dalam kasus pengangkatan benda atau material, dibutuhkan suatu model yang lebih
menggambarkan keseluruhan tubuh. Model yang dapat digunakan dalam kasus seperti tersebut
adalah model punggung bawah. Sikap dan kerja seseorang yang sedang melakukan
pengangkatan, memiliki beberapa parameter dan gaya yang harus dipertimbangkan, yaitu:

1. Beban bagian tubuh diatas pinggang.


2. Beban pada tangan disesuaikan dengan benda yang diangkat.
3. Gaya otot punggung
4. Momen pada titik tulang belakang.
5. Gaya pada titik tulang nelakang terdiri dari atas gaya tekan dan gaya geser.

Berbeda dari yang lain pada model punggung bawah ini gaya otot yang dilakukan
mengakibatkan gaya kompresi pada perut dan gaya geser pada ruas L5/S1 dengan :
Pengukuran

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering melakukan pengukuran. Pembuatan rumah,


gedung, jembatan, jalan raya, furnitur, pakaian, sepatu, dan produk lainnya menggunakan
pengukuran dalam proses desain produknya. Namun apakah sebenarnya pengukuran itu? Untuk
mengatahui jawabannya, berikut adalah pengertian pengukuran menurut para ahli:

 pengukuran adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.Calongesi
(J.S. Calongesi dalam buku Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa, 1995)
 pengukuran adalah penilaian numerik pada fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur
menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu. (W. Wiersma dan S. Jurs dalam buku
Educational Measurement and Testing,1990)
 pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi data secara kuantitatif.
(J. Umar dalam Pengantar Penilaian Pendidikan ,1991)
 pengukuran adalah penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang
mencerminkan sifat atau karakteristik dari individu tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa definisi pengukuran adalah membandingkan besaran yang diukur dengan besaran
yang sesuai. (M.J. Allendan W.M. Yen dalam buku Introduction to Measurement Theory,
1997)

Pengukuran Langsung dan Tidak Langsung

1. Pengukuran Langsung

Pengukuran langsung adalah pengukuran suatu besaran yang tidak bergantung pada
pengukuran besaran-besaran lain. (Dilansir dari Study). Contoh:

- Mengukur panjang tongkat dengan mistar,

- Mengukur waktu dengan stopwatch/ stopclock.

Jadi pengukuran suatu besaran secara langsung adalah membandingkan besaran tersebut
secara langsung dengan besaran acuan.
2. Pengukuran Tak langsung

Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran besaran fisika dengan cara tidak langsung
membandingkannya dengan besaran acuan, akan tetapi dengan besaran-besaran lain.

Contoh:

- Mengukur suhu dengan cara mengukur perubahan volume air raksa,

- Mengukur berat benda dengan cara mengukur pertambahan panjangpegas,

- Mengukur kecepatan, kalor, dll.

Semuanya merupakan pengukuran tidak langsung.

Untuk menyatakan seseorang sakit atau tidak, perlu dilakukan pengukuran terhadap
besaran-besaran fisis tubuh seperti suhu badan, tekanan darah, frekuensi detak jantung dan
sebagainya. Dari hasil pengukuran, belum dapat memberikan informasi apapun tanpa
membandingkan dengan suatu nilai yang ada. Nilai yang diperoleh selanjutnya dibandingkan
dengan suatu nilai yang dianggap sebagai standar normal untuk menyatakan keadaan tubuh yang
sehat. Nilai standar yang digunakan merupakan hasil pendekatan secara empiris dari hasil
pengukuran terhadap banyak sampel yang kemudian nilai terbaik/rata-rata nya dianggap sebagai
nilai standar normal atau sehat, sehingga sedikit batas penyimpangan atau variasi baik di atas
maupun di bawah dari nilai standar tersebut masih dianggap sehat.

Kesalahan dari proses pengukuran baik disebabkan karena factor alat, metode maupun
pelaku pengukuran, tentunya akan mengakibatkankesalahan informasi yang diperoleh sehingga
menimbulkan kesalahan kesimpulan dan ahirnya kesalahan tindakan yang akan merugikan
pasien. Dalam hal penentuan ini dapat terjadi false positif atau false negative.

False positif adalah merupakan suatu error (penyimpangan) yang terjadi di mana
penderita dinyatakan menderita suatu penyakit, padahal sama sekali tidak menderita penyakit
tersebut (Wikipedia,2021). Sedangkan false negative merupakan suatu error yang terjadi di mana
penderita dinyatakan tidak sakit, pada hal menderita suatu penyakit.(Wikipedia, 2021). Hal ini
tentunya akan sangat merugikan pasien. Untuk memperkecil kesalahan-kesalahan dalam
pengukuran, maka perlu memahami faktor-faktor penyebab timbulnya kesalahan/ralat dan cara
memperkecil kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.

1. Jenis & Faktor Penyebab Timbulnya Kesalahan atau Ralat

a. Ralat sistematik, ralat kelompok ini bersifat tetap adanya,penyebabnya :

1) Alat, kalibrasi, harga skala, kondisi alat yg berubah, pengaruh alat terhadap besaran yang
diukur, dan sebagainya.
2) Pengamat, misal karena ketidak cermatan pengamat dalam membaca.
3) Kondisi fisis pengamatan, misal karena kondisi pada saat pengamatan tidak sama dengan
kondisi fisis pada saat peneraan alat.
4) Metode pengamatan, ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan berpengaruh terhadap
hasil pengamatan. Misalnya sering terjadi kebocoran pada besaran fisis seperti panas,
cahaya, dan sebagainya.

b. Ralat Kebetulan, kesalahan yang terjadi pada pengamatan yang dilakukan secara berulang-
ulang terhadap besaran fisis yang dianggap tetap. Penyebabnya adalah:

1) Salah menaksir, misal kesalahan penaksiran terhadap nilai skala terkecil.


2) Kondisi fisis yangg berubah (berfluktuasi); misal karena perubahan temperatur atau
perubahan listrik ruang yang tidak stabil.
3) Gangguan, misal adanya medan magnet yang kuat, dapat mempengaruhi penunjukkan
jarum penunjuk alat ukur listrik. Definisi; misal karena penampang pipa tidak bulat betul
maka penentuan diameternya pun akan menimbulkan kesalahan.

c. Ralat kekeliruan tindakan, bagi pengamat dapat terjadi dalam 2 bentuk:

1) salah berbuat, misalnya salah membaca, pengaturan situasi/kondisi.


2) Salah anggapan; misal terjadi pada pembulatan angka perhitungan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dapat diperkecil dengan cara lebih banyak


berlatih, pemilihan metode yang tepat serta menggunakan alat ukur yang terkalibrasi dan
memiliki tingkat ketepatan (akurasi) dan kebenaran (presisi) yang tinggi.
2. Perhitungan Ralat

Kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari sehingga nilai sebenarnya tidak akan pernah
dapat ditentukan. Usaha yang dapat dilakukan hanyalah dengan memperkecil kesalahan tersebut
sampais sekecil-kecilnya. Ralat berdasarkan bagaimana data diperoleh, dibedakan menjadi 2,
yaitu:

a. Ralat dari hasil pengamatan (pengukuran secara langsung)

1) Untuk satu kali pengukuran, nilai ralatnya adalah 0,5 skala terkecil dari alat ukur yang
digunakan.
2) Untuk pengukuran berulang, nilai terbaik besaran terukur adalah nilai rata- ratanya.
Misalnya suatu besaran x diukur sebanyak n kali dengan nilai terukur: x1, x2, x3,…,xn
Nilai terbaik untuk besaran tersebut adalah: Selisih atau penyimpangan dari nilai terukur
terhadap nilaiterbaiknya disebut deviasi, dilambangkan dengan δx. Jadi Informasi selisih
kumulatif seluruh data harus ditampilkan secara efisien & ringkas dalam bentuk standar
deviasi (ukuran penyimpangan nilai pendekatan terbaik terhadap nilai sebenarnya yang
tetap misterius), yaitu:

Contoh:
Suatu panjang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai berikut:

b. Ralat dari hasil perhitungan (pengukuran tidak langsung atau ralat rambatan) Adalah ralat
yang timbul sebagai hasil perhitungan, berlaku pada besaran-besaran yang tidak dapat diukur
secara langsung. Misal pada penentuan luas suatu meja melalui pengukuran panjang dan lebar
(tak ditentukan pengukuran masing-masing satu kali atau lebih). Pengukuran panjang akan
menghasilkan ketidak pastian yang sebanding dengan kesalahan pengukuran, demikan pula pada
penentuan lebar meja. Ketidakpastian pengukuran panjang dan lebar meja pasti akan memberi
kontribusi pada penentuan luas meja.
3. Accuracy, Precision, Error dan Uncertainty

Penting sekali untuk membedakan beberapa istilah yang sering dijumpai dari hasil pengukuran.

 Accuracy (akurasi – ketepatan), adalah suatu ukuran seberapa dekat hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya. Jadi nilai ini sebanding dengan ketepatan hasil.
 Precision (presisi – ketelitian), adalah ukuran seberapa baik hasil pengukuran telah
ditentukan tanpa mengacu pada nilai sebenarnya. Ketelitian lebih mengarah pada
pengertian seperti kekonsistenan hasil. Alat yang menghasilkan data seperti angka
sebelumnya dikatakan alat yang teliti, tidak peduli apakah hasil tersebut tepat atau tidak
dengan nilai sebenarnya.
 Error (ralat – kesalahan), adalah perbedaan antara hasil observasi atau pengukuran
dengan nilai sebenarnya.
 Uncertainty (ketidakpastian), berkaitan dengan fluktuasi simpangan data xi terhadap nilai
pendekatan terbaik x, sebagai gambaran kualitas hasil pengukuran atau perhitungan.

Alat Ukur
Amik Rusdianto dkk, dalam tulisannya mengenai Instrumentasi dan Alat Ukur
mengatakan bahwa alat ukur merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan proses
inspeksi terhadap suatu benda. Juga mengatakan bahwa alat ukur adalah perangkat yang dapat
digunakan untuk mengukur dimensi atau sudut.

1. Alat Ukur Panjang

a. Mistar

Mistar adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda. Mujadi
(2010:1.21) menyatakan bahwa Mistar atau penggaris adalah alat ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur panjang/lebar suatu benda juga dapat digunakan untuk menggambar suatu garis

Sedangkan menurut A. Arkundato (2008:1.3) juga menyatakan bahwa Penggaris


adalah alat ukur yang digunakan untuk dimensi yang lebih besar dan panjang suatu benda dapat
diukur.Jangka sorong adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda
yang baik daripada mistar seperti untuk mengukur diameter pipa.

b. Jangka Sorong

Mujadi (2010:1.23) menyatakan bahwa Jangka sorong adalah alat yang dapat mengukur
diameter sebuah pipa, baik diameter bagian dalam ataupun bagian luar. Sedangkan menurut Tri
Kuntoro Priyambodo (2009:18)Jangka sorong adalah alat yang lebih baik digunakan untuk
mengukur pada kawasan nilai ukur 1 cm.
c. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang paling teliti untuk mengukur panjang seperti
untuk mengukur tebel kertas ataupun diameter kawat.Mujadi (2010:1.24)menyatakan bahwa
Mikrometer adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur suatu benda yang
berukuran kecil.Massa adalah kuantitas yang terkandung dalam suatu benda.Massa merupakan
konsep utama dalam mekanika klasik dan objek lain yang berhubungan.

2. Alat Ukur Massa

Mujadi (2010:1.26) menyatakan bahwa Massa adalah salah satu sifat fisis dari suatu benda,
yang secara umum dapat digunakan untuk menggambarkan banyaknya materi yang terdapat
dalam suatu benda. Dalam Sistem Internasional, massa diukur dalam satuan kg.T imbangan atau
neraca adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa yang biasa digunakan.

3. Alat Ukur Waktu

Alat ukur waktu merupakan instrumen pengukur waktu yang hampir di seluruh negara
menggunakannya. A. Arkundato (2008:1.42) menyatakan bahwa Besaran waktu t biasanya dapat
diukur dengan teliti menggunakan stopwatch. waktu dapat diukur dengan menggunakan
bermacam-macam alat ukur waktu, di antaranya arloji dan stopwatch. Alat ini juga ada yang
model analog dan ada juga yang model digital.

a. Stopwath Analog

Stopwatch analog berfungsi sebagai alat untukmengukur lamanya


waktu yang diperlukan dalam suatukegiatan. Misalnya, stopwatch dapat
digunakan untukmengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
seorangpelari untuk dapat mencapai jarak 50 km. Selainitu,dalam ilmu
kimia stopwatch juga dapat digunakanuntuk mengukur lamanya waktu
yang dibutuhkan olehsuatu larutan agar dapat mengalami perubahan
suhu.
b. Stopwatch Digital

Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai


penunjuk hasil pengukuran. Waktu hasil pengukuran dapat kita baca hingga satuan detik

III. Alat dan Bahan

1. Penggaris
2. Tensi meter
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Roll meter tinggi badan
6. Neraca (Timbangan)

IV. Prosedur Percobaan

1. Pengukuran Tinggi Tubuh


a. Ukurlah tinggi badan temanmu sebanyak 5 kali dan catat hasil pengukurannya!
b. Hitung nilai rata-rata tinggi badan temanmu!
c. Hitung nilai ralat (ketidakpastian pengukuran) tinggi badan temanmu!
d. Tuliskan hasil pengukuran. Hasil pengukuran = rata-rata ± ketidakpastian
2. Pengukuran Massa Tubuh
a. Ukurlah massa badan temanmu sebanyak 5 kali dan catat hasil pengukurannya!
b. Hitung nilai rata-rata massa badan temanmu!
c. c. Hitung nilai ralat (ketidakpastian pengukuran) massa badan temanmu!
d. Tuliskan hasil pengukuran. Hasil pengukuran = rata-rata ± ketidakpastian
3. Pengukuran waktu
a. Letakkan sebuah stetoskop di area jantung (dada) teman Anda. Hitung waktu
yang dibutuhkan jantung berdenyut sebanyak 60 kali menggunakan stopwatch.
b. Hitung nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk berdenyut sebanyak 60 kali.
c. Hitung nilai ralat (ketidakpastian pengukuran) waktu untuk berdenyut sebanyak
60 kali.
4. Pengukuran tensi (tekanan darah)
a. Ukurlah tensi temanmu sebanyak 5 kali dan catat hasil pengukurannya!
b. Hitung nilai rata-rata tensi temanmu!
c. Hitung nilai ralat (ketidakpastian pengukuran) tinggi badan temanmu!
d. Mintalah temanmu untuk berlari selama beberapa saat. Ulangi langkah 1 sampai
3!
e. Tuliskan hasil pengukuran! Hasil pengukuran = rata-rata ± ketidakpastian.

V. Data Hasil Percobaaan dan Pengolahan Data

I. Data hasil percobaan dan pengolahan data


1. Pengukuran Tinggi Tubuh

No Tinggi (cm) h-hi (h-hi)2


1 161
2 161
3 161
4 161
5 161
∑ 805

2. Pengukuran Massa Tubuh

No Massa (kg) h -hi (h-hi)2


1 54,8
2 54,8
3 54,8
4 54,8
5 54,8
∑ 274

3. Pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk jantung berdenyut selama 60 kali

No Waktu (s) t-ti (t-ti)2


1 43,36
2 45,34
3 42,88
4 43,74
5 46,36
∑ 182,68

4. Pengukuran Tensi

No Tensi sebelum aktivitas Tensi setelah aktivitas


1 110/80 120/80
2 110/80 120/80
3 110/80 120/80
4 110/80 120/80
5 110/80 120/80
∑ 6.85 7,5

5. Perhitungan indeks massa tubuh (IMT)


m 54.8
IMT = =
h2 1.612
54.8
= 2.59
= 21.15 (massa badan ideal)

Anda mungkin juga menyukai