Anda di halaman 1dari 11

Available online at: https://journal.uny.ac.id/index.

php/jurnaldiklus

DIKLUS: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Nomor: 2 (volume: 4), September 2020 - 147

“Mirror of Effect” dalam Perkembangan Perilaku Anak pada


Masa Pandemi Covid 19

Ismaniar1*, Setiyo Utoyo2


Universitas Negeri Padang1*, Universitas Negeri Gorontalo2
ismaniar.js.pls@fip.unp.ac.id1* , setyo.utoyo@gmail.com2

Abstrak
Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid 19 memberikan dampak yang cukup
beragam bagi setiap orang. Terjadinya perubahan secara tiba-tiba dalam habitual keseharian
senantiasa menyebabkan ketidaksiapan secara emosional pada setiap anggota keluarga, baik
orang tua maupun anak. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kesadaran orang tua akan
pengaruh negatif yang dapat terjadi akibat interaksi yang terjadi antara anggota keluarga, pada
perkembangan perilaku anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Mirror of effect merupakan suatu fenomena
yang terjadi dimana perilaku anak mencerminkan perilaku lingkungan sosial di sekitarnya.
Karakteristik anak yang cenderung mudah berimitasi, belum memiliki konsep yang kuat
tentang moral serta menyukai aktivitas bermain menyebabkan kemungkinan Mirror of effect
terhadap hal negatif dalam perkembangan perilakunya akan terjadi jika orang tua kurang
mampu mengendalikan emosi selama Work From Home pada masa pandemi covid 19. Oleh
sebab itu maka diharapkan orang tua mampu mengendalikan emosi dan selalu berusaha
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif untuk perkembangan perilaku anak.

Kata kunci: Mirror of effect, Perilaku Anak, Work From Home, Covid 19

“Mirror of Effect” in the Development of Child Behavior During Work From Home
(WFH) during the Covid Pandemic 19
Abstract
Work From Home (WFH) during the Covid 19 pandemic had quite a variety of impacts for
everyone. The sudden change in daily habituals always causes emotional unpreparedness in each
family member, both parents and children. The purpose of this study is to increase parental
awareness of the negative effects that can occur due to interactions that occur between family
members and on the development of early childhood behavior. The research method used is
literature study. The results showed that; Mirror of effect is a phenomenon that occurs in which
children's behavior reflects the behavior of the social environment around them. The
characteristics of children who tend to easily imitate, do not have a strong concept of morality
and like playing activities, causing the possibility of a Mirror of effect on negative things in the
development of their behavior if parents are less able to control emotions during Work From Home
during the Covid 19 pandemic. Therefore, it is hoped that parents will be able to control emotions
and always try to create a family environment that is conducive to the development of children's
behavior.

Keyword: Mirror of effect, Child Behavior, Work From Home, Covid 19


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 148
Ismaniar, Setiyo Utoyo
PENDAHULUAN Hampir semua anak usia dini, sebagian
Golden age yaitu masa keemasan waktu keseharian mereka mulai
dalam pertumbuhan anak. Golden dihabiskannya di lembaga PAUD
age berada di rentang 0–5 tahun yang (Erzad, 2017). Ada orang tua yang
dianggap sebagai masa krusial dalam memanfaatkan layanan reguler (biasa)
pertumbuhan anak. Pada masa ini, anak untuk stimulasi anak usia dini, yaitu
akan mengalami pertumbuhan paling berkisar antara 2.5 jam sampai 3 jam
pesat dalam hidupnya, mulai dari setiap hari, ada yang memanfaatkan
pertumbuhan fisik hingga kognitif. layanan PAUD setengah hari (half day)
beberapa hal yang terjadi pada usia ini dan ada juga yang memanfaatkan
akan menentukan kepribadian dan layanan PAUD seharian penuh (full day)
kecerdasannya di masa mendatang (Astuti, 2004). Semua itu sangat
Pentingnya memanfaatkan golden age tergantung pada pertimbangan orang
membuat orang tua harus aware dan tua sesuai dengan situasi dan kondisi
mau ambil langkah nyata dalam anak dan keluarga mereka masing-
menstimulasi anak di usia 0–5 tahun. masing. Sehingga sebagian orang tua
Semenjak terjadi fenomena maraknya lebih leluasa menggunakan waktu yang
perkembangan lembaga PAUD dan mereka miliki, untuk bekerja atau
mulai tingginya antusias masyarakat mencari kesibukan lain dalam rangka
dalam memberikan layanan pendidikan memenuhi kebutuhan keluarga yang
kepada anaknya sejak dini, senantiasa meningkat seiring
menyebabkan terjadinya beberapa perkembangan tuntutan zaman.
perubahan dalam tatanan kehidupan Pendidikan Anak Usia Dini
masyarakat, terutama dalam kehidupan (PAUD) merupakan tahap penting bagi
keluarga (Sari, 2019; Tempo.co, 2018). perkembangan anak. Pendidikan yang
Badan Pendidikan, Keilmuan dan diberikan untuk anak berusia dini ini
Kebudayaan (UNESCO) menjelaskan, di tidak hanya mengenalkan anak pada
usia emas tersebut pendidikan anak usia aktivitas fisik dan berkenalan dengan
dini punya pengaruh penting untuk teman sebaya, tetapi juga beberapa
menunjang tumbuh kembangnya. manfaat lain. Dikutip dari Ruang Guru
“Pendidikan anak usia dini (PAUD) PAUD, Anak usia dini merupakan masa
lebih dari sekadar persiapan untuk anak yang sangat penting dan perlu
sekolah dasar. Tujuan PAUD adalah untuk dioptimalkan. Masa ini
perkembangan menyeluruh dari merupakan masa dimana anak mampu
kebutuhan sosial, emosional, kognitif, mengembangkan kecerdasannya sampi
dan fisik seorang anak guna 80 persen serta sisanya akan dilanjutkan
membangun fondasi yang kuat dan luas pada masa selanjutnya. Selain itu,
untuk pembelajaran dan kesejahteraan identitas diri anak juga terbentuk saat
seumur hidup. usia dini, sehingga stimulasi atau
Salah satunya dalam hal rangsangan yang baik akan memberikan
pelaksanaan fungsi pendidikan dalam dasar atau fondasi yang baik untuk
keluarga. Terlihat adanya anak. Realita yang terjadi adalah masih
kecenderungan proses pendelegasian banyak orang tua yang kurang
sebagian tugas stimulasi pendidikan menyadari akan pentingnya pemberian
untuk anak sejak dini dari orang stimulasi yang tepat pada masa anak
tua/keluarga kepada lembaga usia dini. Ketidaktahuan ini
penyelenggara PAUD (Jailani, 2014). menyebabkan masih banyak orang tua

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 149
Ismaniar, Setiyo Utoyo
yang urung untuk menyekolahkan mempertahankan suasana
anak-anak mereka di berbagai lembaga menyenangkan pada saat stay at home
PAUD, baik lembaga Kelompok sebagaimana di awal-awal
Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak diberlakukannya program tersebut
(TK), TPA dan Satuan PAUD Sejenis (Syaifudin, 2020). Sebahagian keluarga
(SPS). menunjukkan kekurangsiapan
Perubahan yang luar biasa dalam menghadapi Pogram Stay At Home
kehidupan masyarakat terjadi kembali sehingga berdampak buruk pada
sejak masa pandemi virus berbahaya hubungan atau interaksi antara anggota
covid 19. Adanya Covid-19 yang keluarga (Husna, 2020; Kelana, 2020;
memindahkan urusan pendidikan ke Tim Kompas, 2020). Hal ini tidak hanya
rumah membuat keluarga tergagap- terjadi di dalam negeri, bahkan juga di
gagap beradaptasi. Fenomena ini juga luar negeri. Kekurangsiapan orang tua
berimbas pada kehidupan keseharian tersebut menyebabkan banyaknya
setiap keluarga. Kekhawatiran akan muncul keluhan-keluhan baik dari
berkembangnya virus dan penularan orang tua maupun anak, hal ini dapat
antar pribadi menyebabkan dilihat dari berbagai media sosial yang
dicanangkannya program social ada, seperti facebook, wa, instagram dan
distance secara nasional (Davina, 2020; sebagainya.
Romi, 2020; Taher, 2020; Yahya, 2020). Pelaksanaan belajar dari rumah
Dunia kerja mulai merumahkan saat ini tak jarang menyisakan masalah.
karyawannya dengan memberlakukan Banyak orangtua yang kerepotan karena
kerja dari rumah (work from home), banyaknya tugas yang diberikan oleh
begitu juga dengan sekolah juga sekolah. Ada salah penafsiran orangtua
diliburkan, dan kegiatan belajar peserta didik dan bahkan guru
pembelajaran dirumahkan, sehingga mengenai “belajar di rumah selama
seluruh anggota keluarga berkumpul masa pandemi corona. Pihak sekolah
lagi di rumah secara fulltime (Presiden terkesan hanya memindahkan proses
Republik Indonesia, 2019). pembelajaran dari kelas ke rumah.
Pada dasarnya tidak ada yang salah Materi dan tugas diberikan melalui
dengan work from home (WFH) dan daring atau secara online, melalui
education from home (EFH), dan bahkan berbagai platform yang disediakan
dapat dikatakan momen ini sangat pemerintah maupun swasta.
langka dan harus disyukuri dan Permasalahan kuota internet juga
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin menjadi momok bagi guru dan siswa.
sehingga dapat dijalani se enjoy Akhirnya, Kementerian Pendidikan dan
mungkin oleh setiap keluarga. Selama Kebudayaan (Kemendikbud)
ini cukup banyak keluarga yang meluncurkan program Belajar dari
kesulitan mencari waktu bersama Rumah lewat TVRI untuk menjangkau
antara orang tua dan anak, orang tua daerah-daerah yang terbatas internet.
sibuk bekerja sementara anak sejak kecil Tidak hanya orangtua, anak-anak
sudah terbiasa kesehariannya dengan pun juga merasa tak senang dengan
layanan lembaga pendidikan anak usia belajar dari rumah. Hal ini berdasarkan
dini. survei dari Forum Anak Nasional pada
Namun kenyataan di lapangan akhir Maret 2020 yang melibatkan
menunjukkan tidak banyak keluarga ratusan anak di seluruh Indonesia.
yang mampu menciptakan dan Survei tersebut menemukan bahwa

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 150
Ismaniar, Setiyo Utoyo
sebagian besar anak sepakat bahwa rumah. Namun, ia mengakui hal ini bisa
gerakan di rumah saja sangat penting menjadi peluang bagi guru untuk
dilakukan di tengah pandemi Covid-19. mengembangkan diri. "Ini suatu hal
Akan tetapi, hampir 60 persen anak yang mendadak, di mana guru dipaksa
merasa tidak terlalu senang saat harus melakukan pembelajaran online yang
menjalani proses belajar dari rumah. sebelumnya tidak pernah dipersiapkan
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal oleh guru. Ini menjadi peluang bahwa
PAUD dan Dikdasmen Kemendikbud, masa pandemik Covid-19 menjadi
Harris Iskandar, mengatakan, dalam momen bagi guru untuk melakukan
proses pembelajaran di rumah, pembelajaran yang selama ini
seharusnya guru dan orang tua diharapkan," tutur Praptono.
diharapkan dapat mewujudkan Terkait pandemi corona itu,
pendidikan yang bermakna, tidak hanya pemerintah memang telah menerbitkan
berfokus pada capaian akademik atau Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020
kognitif. "Harus disampaikan ke anak Tentang Pelaksanaan Kebijakan
sehingga dia paham. Jangan hanya tugas Pendidikan Dalam Masa Darurat
melulu. Berikan pendidikan yang Penyebaran Covid-19. Dalam Surat
bermakna, termasuk kecakapan hidup Edaran itu disebutkan, Ujian Nasional
dan pemahaman mengenai pandemik (UN) tahun 2020 ditiadakan. Hal itu
Covid-19" ujar Harris seperti dikutip dari berarti, bahwa keikutsertaan UN tidak
laman Sahabat Keluarga Kemendikbud. menjadi syarat kelulusan dan seleksi
Harris menjelaskan konsep masuk jenjang pendidikan yang Iebih
pembelajaran yang tak berfokus pada tinggi. Terkait pembelajaran dari
akademik atau kognitif itu sesuai rumah, SE itu menegaskan, bahwa tugas
dengan model penilaian yang akan dan aktivitas anak dapat bervariasi
menggantikan ujian nasional (UN), antarsiswa, sesuai minat dan kondisi
yaitu Asesmen Kompetensi dan Survei masing-masing, termasuk
Karakter. Harris menuturkan, Asesmen mempertimbangkan kesenjangan
Kompetensi dan Survei Karakter lebih akses/ fasilitas belajar di rumah. Untuk
menitikberatkan pada penalaran dan hasil dari aktivitas belajar dari rumah itu
bukan capaian pemahaman materi mata guru memberi umpan balik yang
pelajaran. Agar terdapat kesamaan bersifat kualitatif dan berguna, tanpa
pemahaman mengenai itu, Direktur diharuskan memberi skor/ nilai
Guru dan Tenaga Kependidikan kuantitatif.
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Salah satu laporan penelitian
Khusus, Praptono, telah menghimbau University of Michigan (2020) yang
dinas pendidikan di seluruh Indonesia dipublikasi di hari Selasa 31 Maret 2020,
membuat surat edaran mengenai stres dan ketidakpastian yang
pembelajaran daring di rumah. "Jangan disebabkan pandemi
terlalu berfokus pada aspek akademik, Virus Corona COVID-19 menyebabkan
tapi ada penekanan pada life skill, terjadinya pengaruh negatif pada
karakter, dan sebagainya," tuturnya. perilaku orang tua dalam menghadapi
Di sisi lain, menurut Praptono, anak-anaknya di dalam keluarga.
kurangnya persiapan guru dalam Diperkirakan satu dari enam orang tua
menghadapi sistem pembelajaran mengakui bahwa mereka pernah
daring (online) menjadi salah satu faktor memukul bahkan menampar anaknya
hambatan dalam pembelajaran di minimal itu terjadi selama dua minggu

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 151
Ismaniar, Setiyo Utoyo
terakhir. Sementara itu lebih dari 10 METODE
persen orang tua menyebutkan bahwa Penelitian ini merupakan jenis
mereka melakukannya lebih sering lagi. penelitian studi literatur. Menurut
Penelitian yang sama juga mengungkap Sugiyono (2012), studi kepustakaan atau
frekuensi membentak, berteriak dan studi literatur, atau kajian keustakaan,
menjerit kepada anak-anak cukup sering digunakan dalam kajian tentang
tinggi, bahkan empat dari 10 orang tua budaya, nilai, moral serta kajian tentang
mengakui bahwa mereka telah suatu situasi atau kondisi sosial. Lebih
melakukan dengan frekuensi yang lebih jauh Zed (2014), menegaskan jika kita
sering. Jadi cukup banyak pengaruh menggunakan metode studi
negatif yang terjadi selama masa kepustakaan maka langkah yang harus
pandemi covid 19 ini. kita lakukan diantaranya
Kondisi di indonesia juga tidak mempersiapkan peralatan yang
jauh berbeda, hal ini seperti dibutuhkan, menyusun bibliografi kerja,
diungkapkan Pakar Psikolog Anak dan menyediakan waktu yang cukup,
Keluarga Anna Surti Ariani, membaca berbagai referensi yang
theAsianparent Indonesia (2020), relevan serta membuat catatan
muncul berbagai bentuk masalah penelitian. Adapun yang peneliti
keluarga semenjak diberlakukannya jadikan sebagai literatur utama adalah
masyarakat mengurangi aktivitas di luar buku-buku tentang perkembangan anak
rumah. Di antaranya, banyak kepala usia dini. Data pendukung dalam kajian
keluarga yang menurun jumlah ini juga peneliti dapatkan melalui media
penghasilannya, dan tidak sedikit juga massa, koran, jurnal online dan
yang sampai kehilangan pekerjaan. Di sebagainya.
sisi lain ada masalah muncul karena
meningkatnya kesibukan akibat dari HASIL DAN PEMBAHASAN
bekerja, sekola dan beribadah di rumah. Karakteristik Perkembangan Anak
Semua kondisi tersebut menyebabkan Usia Dini
munculnya masalah-masalah baru di Setiap anak adalah pribadi yang
tengah kehidupan keluarga. istmewa, karena setiap anak memiliki
Dari berbagai masalah yang keunikan tersendiri yang berbeda satu
muncul akibat fenomena pandemi covid sama lainnya. Masing-masing mereka
19 sebagaimana yang sudah diulas di mempunyai kelebihan dan sekaligus
atas, salah satu masalah yang tak kalah kekurangan. Oleh sebab itu untuk
penting dan perlu mendapat perhatian mengembangkan potensi yang dimiliki
khusus bagi setiap orang tua adalah setiap anak, maka mereka perlu
dampak negatif yang dapat terjadi diberikan layanan dan perlakukan
akibat kekurangsiapan para orang tua sesuai keunikan mereka masing-
terhadap perkembangan perilaku anak masing.
usia dini. Hal ini dikatan sangat penting Di balik segala keunikan setiap
dikarenakan situasi psikologis anggota anak, namun terdapat karakteristik
keluarga yang kurang kondusif dan perkembangan anak yang berlaku
perilaku interaksi antara anggota umum yang dapat ditemui pada masa
keluarga yang kurang baik dapat usia dini. Adapun tiga di antara
berakibat buruk pada perkembangan karakteristik perkembangan anak pada
keperibadian dan perilaku anak untuk masa usia dini tersebut sebagai berikut;
jangka panjang.

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 152
Ismaniar, Setiyo Utoyo
1. Anak usia dini mudah meniru dengan cepat mengimitasi (meniru)
(Usia Dini fase imitasi) semua yang menyentuh panca
Masa usia dini anak-anak inderanya.
sangat peka dengan segala sesuatu 2. Anak usia dini belum memiliki
yang ada di lingkungannya. Begitu konsep yang kuat tentang moral
luar biasa dan perkembangan pada Karakteristik anak pada masa
anak di masa usia dini sehingga usia dini kedua yang juga berlaku
Freud dalam Siswanta (2017), umum yaitu mereka belum
menggunakan istilah bahwa usia memiliki konsep yang kuat moral
dini merupakan periode usia emas. atau dengan kata lain anak belum
Mereka sangat mudah tertarik memiliki keteguhan secara internal
dengan semua hal yang menyentuh tentang sesuatu yang dianggap
panca inderanya, baik melalui baik/buruk atau benar/salah.
penglihatan, pendengaran, Menurut Kohlberg dalam Kosasih &
penciuman, perabaan maupun Rahmaniah (2013), anak usia dini
pengecapan. Melalui panca sedang proses belajar tentang hal
inderanya anak usia dini akan tersebut (nilai dan moral), dari tiga
belajar dan mendapatkan berbagai tingkatan level perkembangan
pengetahuan dan pengalaman. moral yang dirumuskannya maka
Tingginya tingkat kepekaan Kohlberg dalam Kosasih &
dan sensitifitas anak pada usia dini, Rahmaniah (2013), mengatakan
menyebabkan seorang pakar anak usia dini baru berada pada
perkembangan anak, Montessori tingkatan pertama, yaitu pada level
dalam Elytasari (2017), penalaran Moral Prakonvensional.
mengibaratkan anak sebagai spon Lebih jauh Kohlberg menjelaskan
(busa) kering. Montessori bahwa penalaran level
mengatakan bahwa anak usia dini prakonvensional adalah penerapan
diibaratkan seperti spon kering. moral dengan ciri-ciri masih
Istilah ini dia gunakan untuk berorientasi pada hukuman dan
menjelaskan bahwa jika sebuah kepatuhan, orientasi individualisme
spon kering dijatuhkan di suatu serta orientasi instrumental. Hal ini
tempat maka dia akan langsung Sangat bertolak belakang dengan
menyerap semua air yang ada di orang dewasa, usia dan pengalaman
sekitar tempatnya jatuh, tanpa hidup anak usia dini yang masih
dapat membedakan mana air yang terbatas, menyebabkan mereka
bersih dan mana air kotor. belum memiliki konsep diri yang
Kemampuan daya serap anak usia kuat. Anak belum memahami
dini sangat kuat, mereka peka tentang apa yang terbaik ataupun
terhadap segala sesuatu yang terjadi sebaiknya mereka lakukan maupun
di sekitarnya. Apalagi jika sesuatu ucapkan. Perilaku, tindakan dan
itu mendatangkan kesenangan ucapan mereka senantiasa mudah
baginya, tanpa mereka mampu berubah ubah dan mudah di
memilah mana yang baik atau pengaruhi oleh situasi dan kondisi
buruk, mana yang benar atau salah, serta suasana hati. Karakteristik
mana yang pantas atau tidak serta anak usia dini yang kedua ini juga
mana yang bermanfaat bagi dirinya sangat terkait dengan karakteristik
atau tidak. Anak akan cenderung yang pertama di atas, jika tidak

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 153
Ismaniar, Setiyo Utoyo
diwaspadai dapat berakibat buruk usia dini yang sangat mudah
pada perkembangan perilaku dan berimitasi ditambah dengan mereka
kepribadian anak. Kepekaan belum memiliki konsep diri yang
pancaindera yang tinggi diikuti kuat ditambah, maka aktivitas
dengan kecenderungan berimitasi bermain anak jika tidak diawasi
yang tinggi serta masih lemahnya oleh orang tua akan sangat
kemampuan untuk membedakan membahayakan perkembangan.
maka yang baik dan buruk serta Peran Keluarga Dalam
benar dan salah akan menggiring Perkembangan Anak Usia Dini
anak ke perilaku negatif. Jadi Keluarga merupakan penanggung
bimbingan dan pengarahan dari jawab utama pertumbuhan dan
orang dewasa di sekitar mereka, perkembangan setia anak. Pemberian
akan sangat membantu anak stimulasi dan pemenuhan berbagai
memahami konsep moral yang kebutuhan bagi setiap anak, terutama
kuat. bagi anak-anak dalam rentang usia dini
3. Anak usia dini merupakan usia adalah tugas dan kewajiban orang tua.
bermain Terjadinya perkembangan anak secara
Karakteristik anak pada masa optimal, baik secara fisik maupun psikis
usia dini ketiga dan juga berlaku sangat tergantung sekali pada perhatian
umum yaitu anak sangat menyukai dan dukungan dari keluarga dalam hal
aktivitas bermain sehingga sering ini terutama orang tua. Masih
dikatakan juga usia dini merupakan terbatasnya kemampuan dan
masa usia bermain. Docket dan keterampilan yang dimiliki anak usia
Fleer dalam Oktavian, Hartono, & dini dalam memenuhi kebutuhannya,
Marwoto (2017), menjelaskan menyebabkan tingkat ketergantungan
bahwa bermain tidak sekedar anak sangat tinggi pada orang tua dan
aktivitas yang disukai, tapi orang dewasa yang ada di sekitarnya.
merupakan kebutuhan bagi anak Salah satu kebutuhan anak sejak
usia dini. Anak usia dini tanpa usia dini yang harus dipenuhi oleh
terkecuali sangat menyukai orang tuanya di samping kebutuhan
kegiatan bermain, mereka belum dasar (pangan, sandang dan papan)
bisa diajak untuk aktivitas yang adalah kebutuhan akan stimulasi
membutuhkan keseriusan. Mereka pendidikan (Ismaniar, 2019). Orang tua
banyak belajar tentang banyak hal yang baik seharusnya memiliki
melalui bermain. Bahkan tidak pengetahuan dan pemahaman yang
jarang setiap waktu, setiap aktivitas benar tentang karakteristik anak
akan mereka habiskan dan warnai mereka yang asih usia dini. Penciptaan
dengan kegiatan bermain. situasi dan kondisi yang kondusif
Karakteristik anak usia dini yang merupakan suatu keharusan dalam
menyukai aktivitas bermain ini, proses stimulasi anak, karena itu dapat
secara tidak langsung akan mendukung perkembangan anak secara
berdampak pada ruang gerak optimal.
ekplorasi lingkungan anak yang Teori Mirror of Effect dalam
sangat luas di tempat mereka Perkembangan Perilaku AUD
berada. Kalau dikaitkan dengan Hubungan yang terjalin antara
kedua karakteristik anak usia dini di orang tua dengan anak dapat
atas, maka jika karakteristik anak diibaratkan seperti kaca. Setiap anak

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 154
Ismaniar, Setiyo Utoyo
merupakan pantulan dari cara orang Sudah dijelaskan sebelumnya
tuanya, baik dalam berucap, bertindak bahwa setidaknya ada tiga di antara
maupun dalam berperilaku. Jadi adanya karakteristik anak usia dini yang berlaku
peribahasa yang mengatakan bahwa umum, dan mesti dicermati dengan
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, itu penciptaan lingkungan kondusif oleh
sebenarnya menjelaskan tentang teori orang tua , yaitu 1) anak sangat peka dan
Mirror of Effect ini. Semua orang tua cenderung mudah berimitasi, 2) anak
harus memahami teori ini dan belum memiliki pemahaman yang kuat
memperhatikannya dalam kehidupan tentang konsep moral, serta 3) anak usia
sehari saat berinteraksi dengan anak. dini adalah usia bermain. Apabila anak
Teori Mirror of Effect ini pada dalam kesehariannya dihadapkan
awalnya dikemukaan oleh Wilhelm dengan perilaku-perilaku negatif oleh
Dilthey, filsuf dan sosiolog Jerman. orang tua dalam keseharianya maka
Wilhelm Dilthey dalam Sholikah (2017), mereka akan menerima hal tersebut
mengatakan bahwa dalam sebagai cermin dalam berperilaku,
perkembangannya setiap orang sangat misalnya jika anak dipertontonkan
dipengaruhi oleh orang-orang ada di dengan marah yang identik dengan
lingkungan kesehariannya. Setiap kekerasan, maka mereka akan
individu merupakan cerminan dari menerapkan dalam kehidupannya dan
lingkungan di mana dia berada, demikian juga sebaliknya.
sehingga tidak salah banyak orang bijak Apabila anak menerima bahwa
bahkan ajaran agama sekalipun marah tidak identik dengan tindakan
mengajarkan kepada kita untuk mencari pembimbingan, maka mereka juga akan
tempat tinggal di lingkungan yang menerapkan dikehidupan mereka. Anak
dihuni oleh orang-orang atau akan cenderung menjadi pendukung
masyarakat yang baik. perdamainan dan membawa
Terkait dengan pengaruh teori pencerahan. Sebaliknya jangan kita
Mirror of Effect ini dengan menyalahkan sepenuhnya remaja yang
perkembangan perilaku anak usia dini sering terlibat dengan aktivitas arogansi
selama Work from Home pada masa dan tawuran, bahkan ada juga yang
pandemi covid 19 . Hal ini merupakan sampai terjerumus kepergaulan bebas,
suatu hal yang harus mendapat mungkin dia tidak memperoleh
perhatian serius bagi setiap orang tua. cerminan yang baik dari tindakan dan
Sebagaimana telah di jelaskan pada perilaku orang tua.
bagian pendahuluan bahwa banyak Masa pandemi memang cukup
sekali orang tua yang tidak siap berat dan mengkhawatirkan bagi semua
menghadapi program Work from Home orang, namun harus dihadapi dengan
ini, ketidaksiapan itu menyebabkan kondisi emosional yang stabil. Sehingga
kondisi emosional yang tidak stabil. sebagai orang tua kita masih tetap bisa
Fenomena sering marah, strees dan bertindak, bersikap dan berucap secara
interaksi yang kurang baik terjadi saat di bijaksana. Semoga di tengah kondisi
saat bersama anggota keluarga. Jika hal pandemi ini kita masih dapat
ini tidak diwaspadai dengan segera, menyajikan cermin yang positif bagi
maka anak-anak akan terpapar dengan anak-anak kita yang sedang belajar
kondisi interaksi sosial yang tidak sehat. menjadi pribadi dengan perilaku yang
Apalagi kalau di dalam keluarga ada baik dan terpuji.
anak usia dini.

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 155
Ismaniar, Setiyo Utoyo
SIMPULAN ka.vol9.iss18.art3
Berdasarkan hasil dan pembahasan Davina, D. 2020. Tak Terapkan
yang telah dijelaskan maka dapat Lockdown Pemerintah
disimpulkan; Kampanyekan Social Distancing,
1. Program Work from Home Apa Bedanya? Kompas TV.
karena terjadinya kasus pandemi Retrieved from
covid 19 telah menimbulkan https://www.kompas.tv/article/718
dampak yang beragam bagi 30/tak-terapkan-lockdown-
setiap orang di tengah pemerintah-kampanyekan-social-
masyarakat, namun harus distancing-apa-bedanya
disikapi secara bijaksana untuk
mencegah penularan yang masif. Elytasari, S. 2017. Esensi Metode
2. Ketidaksiapan orang tua dalam Montessori dalam Pembelajaran
menghadapi Program Work from Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Home dapat berakibat negatif Anak, III(1).
bagi perkembangan perilaku Erzad, A. M. 2017. Peran Orang Tua
anak terutama bagi anak usia dalam Mendidik Anak Sejak Dini di
dini. Lingkungan Keluarga. ThufuLA:
3. Karakteristik anak yang sangat Jurnal Inovasi Pendidikan Guru
mudah berimitasi, belum Raudhatul Athfal, 5(2), 414–431.
memiliki konsep yang kuat https://doi.org/10.21043/thufula.v5i
tentang moral, dan senantiasa 2.3483
menyukai aktivitas bermain
sangat memungkinkan Husna, M. A. 2020. Membangun
terjadinya Mirror of Effect dalam Ketahanan Keluarga di Tengah
perkembangan perilaku anak. Pandemi Covid-19.
4. Orang tua hendaknya segera TribunJogja.Com.
menyadari dan mewaspadai Ismaniar. 2019. Pengenalan Mambaca
terjadinya Mirror of Effect Sejak Dini Langkah Awal bagi
perilaku-perilaku negatif akibat Orang Tua Menyiapkan Generasi
ketidaksiapan menghadapi Masa Depan. Padang: PLS Press.
Program Work from Home
Jailani, M. S. 2014. Teori Pendidikan
sehingga tetap dapat
Keluarga dan Tanggung Jawab
menciptakan situasi dan kondisi
Orang Tua dalam Pendidikan Anak
yang kondusif di lingkungan
Usia Dini. Nadwa: Jurnal
keluarga selama pandemi covid
Pendidikan Islam, 8(2), 245–260.
19.
https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.
2.580
DAFTAR PUSTAKA Kelana, I. 2020. Tips Menguatkan
Astuti, Y. D. 2004. Pendidikan Anak Ketahanan Keluarga Saat Pandemi
Usia Dini di Indonesia: Covid-19. Republika.Co.Id.
Permasalahan Kurikulum Taman Retrieved from
Kanak Kanak. Psikologika: Jurnal https://republika.co.id/berita/q8xf
Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 5d374/tips-menguatkan-
9(18), 24–33. ketahanan-keluarga-saat-pandemi-
https://doi.org/10.20885/psikologi covid19

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 156
Ismaniar, Setiyo Utoyo
Kosasih, M., & Rahmaniah, F. 2013. kesejahteraan-guru-paud-masih-
Perilaku Moral Anak Usia 4-5 minim
Tahun di Taman Kanak-kanak Sholikah. 2017. Pemikiran
(Survey di Kelurahan Pengasinan Hermeneutika Wilhelm Dilthey
Kecamatan Rawa Lumbu Bekasi). (1833–1911 M). Al-Hikmah Jurnal
JISI UMJ, 1(1). Studi Keislaman, 7(2).
Oktaviani, P., Hartono, H., & Marwoto, Siswanta, J. 2017. Pengembangan
P. 2016. Pengembangan Multimedia Karakter Kepribadian Anak Usia
Interaktif Bervisi SETS sebagai Alat Dini (Studi Pada PAUD Islam
Bantu Model Problem Based Terpadu di Kabupaten Magelang
Learning (PBL) dalam Tahun 2015). INFERENSI, Jurnal
Pembelajaran IPA di SMP untuk Penelitian Sosial Keagamaan, 11(1).
Meningkatkan Kemampuan https://doi.org/10.18326/infsl3.v11i1.
Berpikir Kritis dan Keterampilan 97-118
Sosial Peserta Didik. PSEJ
(Pancasakti Science Education Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian
Journal), 2(2), 125. Kualitatif. Bandung: Alfabeta
https://doi.org/10.24905/psej.v2i2. Syaifudin, S. 2020. Covid-19, Kerentanan
746 Sosial, dan Gagalnya Physical
Presiden Republik Indonesia. Peraturan Distancing. Tempo.Co. Retrieved
Pemerintah tentang Pembatasan from
Sosial Berskala Besar dalam Rangka https://kolom.tempo.co/read/1326
Percepatan Penanganan Corona 074/covid-19-kerentanan-sosial-
Virus Disease 2019 (Covid-19), Pub. dan-gagalnya-physical-distancing
L. No. 21 (2019). Indonesia: Taher, A. P. 2020. Pemerintah Ubah
Peraturan Pemerintah. Retrieved Istilah Social Distancing Jadi
from Physical Distancing. Tirto.Id.
https://peraturan.bpk.go.id/Home Retrieved from
/Download/125896/PP Nomor 21 https://tirto.id/pemerintah-ubah-
Tahun 2020.pdf istilah-social-distancing-jadi-
Romi, D. 2020. Pemerintah Terapkan physical-distancing-eG8j
Social Distancing Ketimbang Tempo.co. 2018. Standar Pelayanan
Lockdown. Sumeks.Co. Retrieved Minimal dan Kebijakan Terkini
from PAUD dan Dikmas Tahun 2018.
https://sumeks.co/pemerintah- Tempo.Co. Retrieved from
terapkan-social-distancing- https://inforial.tempo.co/info/1000
ketimbang-lockdown/ 326/standar-pelayanan-minimal-
Sari, C. W. 2019. Dana Pendidikan Rp dan-kebijakan-terkini-paud-dan-
250 Triliun Diserahkan ke Daerah, dikmas-tahun-2018
Kesejahteraan Guru PAUD Masih theAsianparent Indonesia. 2020.
Minim. Pikiran-Rakyat.Com. Swakarantina Berisiko Timbulkan
Retrieved from Konflik dalam Pernikahan, Ini Cara
https://www.pikiran- Mengatasinya! Retrieved May 28,
rakyat.com/bandung-raya/pr- 2020, from
01321300/dana-pendidikan-rp-250- https://id.theasianparent.com/da
triliun-diserahkan-ke-daerah-

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2 (4), September 2020 – 157
Ismaniar, Setiyo Utoyo
mpak-covid-19
Tim Kompas. 2020. Ketahanan Keluarga Wahyu Adityo Prodjo. 2020. Apa Itu
Diuji Saat Pandemi. Kompas. Belajar Di rumah? di akses dari
Retrieved from laman
https://kompas.id/baca/humanior https://edukasi.kompas.com/read/
a/kesehatan/2020/05/15/ketahanan 2020/04/14/163041771/apa-itu-
-keluarga-diuji-saat-pandemi/ belajar-dari-rumah-melihat-
kembali-konsep-awal?page=all
University of Michigan. 2020. COVID-19
Causing Conflict between Parents, Wahyu Adityo Prodjo. 2020. Belajar
Children. Michigan. Retrieved from dari Rumah, Antara Orangtua
https://www.wxyz.com/news/coro Gagap Adaptasi dan Anak Tak
navirus/university-of-michigan- Senan. Di akses laman
report-covid-19-causing-conflict- https://www.kompas.com/edu/rea
between-parents-children d/2020/05/04/211943371/belajar-
dari-rumah-antara-orangtua-
Yahya, A. N. 2020. Pemerintah Ubah
gagap-adaptasi-dan-anak-tak-
Istilah Social Distancing Jadi
senang?page=all
Physical Distancing. Kompas.Com.
Retrieved from
Zed, M. 2014. Metode Penelitian
https://nasional.kompas.com/read
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
/2020/03/23/14332461/pemerintah-
Obor Indonesia.
ubah-istilah-social-distancing-jadi-
physical-distancing

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

Anda mungkin juga menyukai