Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AKHLAK TASAWUF

“STANDAR BAIK DAN BURUK MENURUT AJARAN AKHLAK, ETIKA


DAN MORAL”

Dosen Pengempu:

Dr. Abdul Quddus, MA

Disusun oleh:

Kelompok 2

L. Sudianto (21010181)

Ahmad Masrurrazi (210101165)

Septiari (210101218)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan kami nikmat, taufik dan hidayah, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Standar Baik dan Buruk Berdasarkan
Ajaran Akhlak, Moral dan Etika“. Semoga sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, atas jasa beliau mengubah akhlak
manusia dari manusia yang biadap menjadi manusia yang beradap. Makalah ini
disusun sebagai ikhtiar pemenuhan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
diberikan oleh dosen pembimbing. Kami berterima kasih kepada Ayahanda
Abdul Quddus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan tugas ini
kepada kami, juga kepada teman-teman yang telah memberikan ide atau
masukan dalam penyusunan makalah ini. kami berharap makalah ini dapat
diterima dengan baik oleh dosen pembimbing dan bisa bermanfaat bagi para
pembaca. Kami tentu menyadari, bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan
semua pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.

i
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Baik dan Buruk 2
2.2 Standar Baik Dan Buruk Menurut Akhlak, Etika Dan Moral 4
2.3 Konsep Baik Dan Buruk Menurut Aliran 5
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DATAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Segala tindakan dan perbuatan manusia tidak lepas dari yang
namanya baik dan buruk. Baik dan buruk merupakan istilah yang sangat
familiar di kalangan maasyarakat untuk mengukur suatu tindakan atau
perbuatan yang dilakukan manusia. Manusia dalam menentukan baik dan
buruknya suatu perbuatan berbeda-beda. Karena pada dasarnya manusai
memiliki perasaan dan akal pikiran yang dapat digunakan untuk menentukan
baik atau buruknya suatu perbuatan. Suatu perbuatan yang dianggap baik
oleh suatu kelompok, belum tentu baik bagi kelompok lain begitupun
sebaliknya.
Ada argument yang lain juga menyatakan bahwa manusia itu
mempunyai insting. Dengan insting itulah manusia dapat menentukan suatu
perbuatan apakah dikatakan baik ataukah buruk, karena pengaruh kondisi dan
lingkungan yang ditinggalinya. Akhlak, Etika dan Moral juga berbeda-beda
pandangan dalam menentukan baik dan buruk. Akhlak lebih mengacu kepada
Agama, Etika lebih menggunakan Akal dan pikiran dan Moral lebih menitik
beratkan ukuran baik dan buruk berdasarkan norma-norma dalam kehidupan
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian baik dan buruk?
b. Bagaimana standard baik dan buruk menurut Akhlak, Etika, dan Moral?
c. Bagaimana konsep baik dan buruk menurut Aliran?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian baik dan buruk.
b. Untuk mengetahui dengan baik standard baik dan buruk menurut Akhlak,
Etika, dan Moral.
c. Untuk mengetahui dan memahami konsep baik dan buruk menurut
Aliran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Baik Dan Buruk


Baik dan buruk adalah dua sifat yang tidak bisa dipisahkan , kedua sifat ini
pasti melekat pada setiap benda, terlepas apakah itu benda hidup ataupun
benda mati. Setiap adanya kebaikan pasti aka ada pula yang namanya
keburukan. Tentu, setiap orang berbeda- beda dalam mengartikan baik dan
buruk, meskipun ada juga yang sama dalam memaknai sesuatu apakah itu baik
atau buruk. Penentu baik atau buruknya sesuatu adalah Tuhan dan manusia itu
sendiri dengan mengacu pada agama dan filsafat, wahyu dan akal.
2.1.1 Pengertian Baik
Secara bahasa baik itu adalah terjemahan kata bahasa arab yakni
khoir atau dari bahasa inggris good. Louis Ma’luf dalam kitabnya
Munjid, mengartikan baik itu adalah sesuatu yang mencapai
kesempurnaan, ada juga yang mengatakan baik itu adalah sesuatu yang
menimbulkan rasa keharusan dan kepuasan.
Adapun beberapa pengertian baik menurut para ahli antara lain:1
1. Ali bin Abi Thalib (w. 40 H): kebaikan adalah menjauhkan diri dari
segala larangan, mencari sesuatu yang halal, dan memberikan
kelonggaran kepada keluarga.
2. Ibnu Miskawaih (941-1030 M): baik atau kebaikan adalah segala
yang dihasilkan oleh manusia melalui kehendaknya yang sangat
tinggi.
3. Muhammad Abduh (1849-1905 M): kebaikan adalah apa yang lebih
kuat atau kekal manfaatnya sekalipun timbul rasa sakit dalam
melakukannya.
4. Poerdawarminta (1904-1958): baik memiliki arti elok, patut, teratur,
berguna, manjur, tidak jahat, sembuh, pulih, selamat (tak kurang
sesuatupun).

1
Rosidin Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung, 2010,hlm. 70.

2
2.1.2 Pengertian Buruk
Secara bahasa kata buruk berasal dari bahasa arab yakni dari kata
syarr yang berarti sesuatu yang buruk atau antonym dari baik, yang tidak
seharusnya, tidak sempurna, atau rendah dalam nilai.
Adapun pengertian buruk menurut para ahli antara lain:2
1. Ibnu miskawaih (941-1030 M): keburukan adalah sesuatu yang
diperlambat demi mencapai kebaikan.
2. Louis Ma’luf: buruk adalah antonym dari baik, sesuatu yang
menunjukkan kejelekan, tercela dan dosa.
3. Poerwadarminta (1904-1958): buruk adalah sesuatu yang rusak atau
busuk, jahat, jelek, tidak baik dan tidak menyenangkan.
2.1.3 Baik dan Buruk Menurut Agama
Dalam setiap perilaku manusia tidak lepas dari yang namanya
baik dan buruk. Setiap hari perilaku manusia bisa berubah-ubah walaupun
sebenarnya manusia mampu membuat perencaannya sendiri dalam
bertindak secara rutin. Tentunya manusia wajib memahami pengertian
baik dan buruk. Sesuatu yang dianggap baik oleh manusia belum tentu itu
baik di sisi Allah SWT. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang dipandang
buruk oleh manusia belum tentu buruk di hadapan Allah SWT. Di dalam
Al-Qur’an surah Fussilat ayat 34-35 Allah menjelaskan perbuatan baik
dan buruk, kemksiatan dan kebajikan. Manusia mesti memahami jenis-
jenis perbuatan baik yang diterangkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan
apa yang di contohkan oleh Rasulullah di dalam hadist atau as-sunnah,
agar manusia bisa mengetahui perbuatannya itu apakah tergolong
perbuatan baik ataukah perbuatan yang buruk.
Indikator pokok perbuatan baik antara lain:
1. Perbuatan yang sesuai dengan perintahkan Allah SWT. dan ajaran
Rasulullah SAW.
2. Perbutan yang mendatangkan manfaat baik di dunia maupun di
akhirat.

2
Rosidin Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung, 2010, hlm. 70.

3
3. Perbuatan yang dapat meningkatkan citra diri dihadapan Allah SWT.
dan di lingkungan masyarakat.
4. Perbuatan yang menunjukkkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Adapun indikator-indikator perbuatan buruk antara lain:
1. Segala sesuatu yang didasari oleh hawa nafsu yang berasal dari setan.
2. Segala perbuatan yang mendatangkan mudharat bagi diri sendiri
maupun orang lain, baik di dunia maupun diakhirat.
3. Segala perbuatan yang dapat menimbulkan konflik, bencana, dan
kebencian.
4. Segala perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah atau syariat
Islam.
2.2 Standar Baik Dan Buruk Menurut Akhlak, Etika Dan Moral
Definisi akhlak menurut para ahli berbeda beda. Akan tetapi, sebagian
ulama mengatakan bahwa Akhlak itu adalah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang dimana sifat itu timbul dengan mudah karena adanya suatu
perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi. Standard baik dan buruk
menurut pandangan akhlak adalah Al-Qur’an dan hadist atau As-Sunnah.
Segala perbuatan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan
apa yang diajarkan oleh Rasulullah dipandang sebagai perbuatan yang baik.
Begitupun sebaliknya, segala bentuk perbuatan yang bertentangan dengan Al-
Qur’an dan al-hadist dianggap sebagai sesuatu perbuatan yang jelek atau
buruk.
Secara bahasa Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang
memiliki arti adat, tradisi atau kebiasaan. Etika membicarakan tentang
kebiasaan atau perbuatan, tetapi bukan menurut arti tat-adat, melainkan tata
adab, yaitu berdasarkan sifat dasar manusia. Jadi, etika adalah teori tentang
perbuatan manusia dilihat dari baik buruknya. Etika merupakan salah satu
dari cabang ilmu filsafat. 3Mengenai baik buruk etika menitik pusatkan

3
Rosidin Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung, 2010, hlm. 70.

4
standard baik buruk kepada akal atau pikiran. Jadi, manusia lah yang berhak
menentukan kualitas perbuatannya apakah termasuk baik atau buruk.
Moral berasal dari bahasa latin mores, kata jama’ dari mos yang memiliki
arti sama dengan etika yaitu adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahsa
Indonesia, moral diaartikan sebagai susila yang artinya perbuatan yang mulia.
Moral juga berarti sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan atau perbuatan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran
tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan
hidup. Mengenai baik dan buruk, moral mengukur standard baik dan buruk
berdasarkan norma-norma yang berlaku di lingkugan masyarakat. jadi,
masyarakat lah yang berkah menentukan suatu perbuatan apakah dikatakan
baik ataukah buruk dan apakah sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Ukuran baik dan buruk menurut moral sama dengan etika yakni ditentukan
dengan akal atau pikiran manusia, akan tetapi didasari oleh norma-norma
atau kebiasaan yang beralaku di dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan
etika tidak mengacu kepada adat kebiasaan atau norma-norma.
2.3 Konsep Baik Dan Buruk Menurut Aliran
1. Naturalism
Tokoh utama dari aliran naturalisme beranama Zeno (340-284
SM), adalah seorang pemikir Yunani yang terkenal dengan perguruan dan
aliran “Stoa”.
Menurut aliran Naturalisme, ukuran baik dan buruk itu adalah
apakah sesuatu itu sesuai dengan fitrah (Naluri) manusia ataukah tidak,
baik itu fitrah lahir maupun batin. Apabila suatu perbuatan itu sesuai
dengan fitrah atau naluri maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila suatu
perbuatan itu tidak sesuai dengan fitrah maka itu dipandang buruk. Aliran
ini menganggap bahwa kebahagiaan hidup adalah tujuan utama setiap
manusia yang didapat dengan jalan memenuhi panggilan natur atau
kejadian itu sendiri. Sebab itulah aliran ini dikenal dengan aliran
Naturalisme.4

4
Hamzah Ya’kub, Etika Islam, Bandung: Diponegoro, 1993, hlm. 43.

5
2. Hedonisme
kata Hedonisme berasal dari bahaya Yunani yaitu hedone yang
memiliki arti “kesenangan” atau “kenikmatan”. Dalam filsafat Yunani,
Hedonisme ditemukan oleh seorang murid Socrates yang bernama
Aristippos (sekitar 433-355 SM). Tokoh utama dari aliran ini bernama
Epikuros , seorang guru filsafat dari Yunani. Epikuros membagi kelezatan
atau kesenangan hidup menjadi tiga yaitu kelezatan primer (kebutuhan
pokok), kelezatan sekunder (kebutuhan tambahan setelah terpenuhi
kelezatan pokok), dan kelezatan tertier (kelezatan hawa nafsu atau
kelezatan mencari kemewaan dan kekayaan).
Adapun pandangan aliran Hedonisme mengenai standard baik dan buruk
antara lain:5
a. Segala bentuk perbuatan bisa dikatakan susila apabila perbuatan itu
mendatangkan kelezatan dan kenikmatan;
b. Kelezatan dan kenikmatan menjadi tolak ukur dalam menentukan baik
dan buruknya suatu perbuatan.
3. Idealisme
Aliran Idealisme memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan pikiran manusia. Diawali dari filsuf-filsuf barat salah
satunya adalah Plato. Ajaran murni dari Plato menyatakan bahwa alam,
cita-cita adalah kenyataan sebenarnya. Etika plato bersifat rasional dan
mencerminkan tingkat intelektualitas yang sangat tinggi. Ajarannya yang
lain adalah mencapai akal budi yang baik. Bahwa akal budi artinya
mengetahui. Plato membagi akal budi menjadi dua yaitu budi filosofi yang
muncul dari pengetahuan dan pemahaman, dan budi biasa yang timbul
dari kebiasaan masyarakat. Tokoh utama aliran Idealisme adalah
Immanuel Kant (1725-1804 M).

Adapun pokok-pokok pandangan aliran Idealisme sebagai berikut:6

5
Syatori, op. cit., hlm. 51.
6
Hamzah Ya’kub, op. cit., hlm. 45.

6
a. Wujud yang paling dalam dari kenyataan adalah kerohanian. Perbuatan
baik itu terjadi memang karena kemauan sendiri bukan karena perintah
atau paksaan orang lain. Itulah kebaikan yang paling dalam.
b. Faktor utama yang mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang
melahirkan tindakan yang konkret.
c. Rasa “kemauan” itu akan lebih sempurna jika disertai dengan rasa
“kewajiban” .
4. Pragmatisme
Pragmatism merupakan salah ssatu gerakan yang muncuyl di
Amerika. Gerakan ini adalah gerakan filsafat yang terkenal selama abad
ke-20 yang dipelopori oleh Charles Sanders peirce, willian James, dan
John Dewey. Aliran ini sangat kritis terhadap aliran Materialismem,
Idealisme, Realisme, dan Rasioanlisme. Menurut aliran Pragmatism
filsafat lebih bermanfaat bagi maanusia kalau dapat menemukan apa yang
berguna secara praktis. Aliran ini mendasarkan sesuatu pada hal-hal yang
bermanfaat dari diri sendiri, baik yang bersifat moral maupun materi.
Sehingga penganut aliran ini tidak mengenal kebenaran dengan sebab,
kebenaran bersifat abstrak dan tidak akan di dapat dalam dunia empiris.7
5. Eudaemonisme
Secara bahasa eudomonisme berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu
eudemonia yang memiliki arti “bahagia” atau “kebahagiaan”. Eudaemia
merupakan konsep utama dari ajaran Etika Yunani. Aliran ini ditemukan
oleh tokoh filsafat terkenal yaitu Aristoteles.
Adapun beberapa pandangan eudaemonisme sebagai berikut:8
a. Segala bentuk kegiatan atau perbuatan manusia bertujuan untuk
mencari kebahagiaan yang bersifat sementara;
b. Kesenangan dan kebahagiaan jasmaniah adalah satu-satunya hal yang
baik dalam dirinya sendiri, sedangkan kejahatan menjadi penyebab
utama timbulnya rasa sakit dan kesedihan;

7
M. Solihin, op. cit., hlm. 309.
8
E. Sumaryono, op. cit., hlm. 53.

7
c. Yang dikatakan baik secara moral adalah segala sesuatu yang
menghadirkan keuntungan dan kegunaan yang dengan itu membuat
manusia merasa bahagia dan sukses sementara.
6. Eksistensialisme
Etika eksitensialisme berpandangan bahwa eksistensi di dunia
selalu berkaitan dengan keputusan-keputusan setiap manusia. Artinya,
andaikan sesorang tidak mengambil suatu keputusan. Pastilah tidak akan
ada yang terjadi. Jadi setiap manusia lah yang menentukan suatu baik dan
buruk itu bagi dirinya sendiri. Aliran ini menyatakan jika kebenaran
terletak dalam pribadinya maka dia dikatakan baik, dan sebaliknya jika
keputusan itu tidak baik, maka disebutlah buruk.
7. Utilitarisme
Pokok-pokok pandangan aliran ini adalah sebagai berikut:9
a. Standard baik dan buruknya suatu perbuatan terkandung seberapa
besar manfaat yang di dapat dari mengerjakan perbuatan itu;
b. Bahwa kebaikan yang paling tinggi adalah utility (manfaat);
c. Segala tindakan atau perbuatan manusia diukur berdasarkan manfaat
yang ditimbulkan apakah besar atau kecil;
d. Tujuan dari segala tindakan yang dilakukan manusia adalah untuk
mencapai kebahagiaan.
8. Deontologi
Kata Deontologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu deon
yang mempunyai arti kewajiban. Mengenai baik dan buruk, aliran ini
memandang bahwa suatu tindakan dianggap baik bukan berdasarkan
tujuan ataupun bentuk perbuatan itu, tetapi berdasarkan tindakan itu
sendiri. Artinya perbuatan itu bernilai moral yang baik karena perbuatan
itu memang harus dilaksanakan sebab adanya kewajiban yang mesti
dipenuhi, terlepas dari tujuan atau akibat dari perbuatan itu sendiri.

9
Hamzah Ya’kub, op. cit., hlm. 45.

8
Immanuel Kant merupakan salah satu tokoh terkenal dari aliran
Deontologi, seorang filsuf berkebangsaan Jerman.10
9. Teologis
Aliran ini berpandangan bahwa ukuran atau standard baik dan
buruk suatu perbuatan dilihat dari apakah perbuatan itru sesuai dengan
ajaran Tuhan ataukah menyimpang, apakah perbuatan itu diperintahkan
ataukah dilarang. Dalam islam banyak muncul teologi-teologi baru akibat
dari ketidak setujuan dalam hal politik dan juga karena adanya gerakan
pembaharuan Islam. Yang paling awal muncul adalah Aliran Khawarij dan
Syiah kemudian, mucul juga paham-paham teologi Islam lainnya seperti
Jabariyah, Qodariah, Muktazilah, Maturidiyah, asya’ariayah, murjiah dan
lain-lain.

10
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 145-146.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah membaca dan mencoba memahami makalah di atas dapat kita
ketahui bahwa baik dan buruk akan selalu melekat dalam diri manusia
selamanya. Standard baik dan buruknya suatu perbuatan tidak dipandang
sama oleh Akhlak, Etika, dan Moral. Antara Akhlak, Etika, dan Moral
menitik beratkan ukuran baik dan buruk itu dengan cara yang berbeda-beda,
Akhlak mengukur baik dan buruk berlandaskan Agama, suatu perbuatan
dikatakan baik bila sesuai dengan syariat Agama dan begitupun sebaliknya.
Etika mengukur baik dan buruk suatu perbuatan berlandaskan Akal atau
Pikiran, manusia lah yang berhak menentukan baik dan buruk dari suatu
perbuatan yang dilakukannya. Kemudian yang terakhir Moral mengukur baik
dan buruk berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat, jadi suatu
perbuatan dikatakan baik apabila perbuatan itu sesuai dengan norma yang ada
di masyarakat begitu pula sebaliknya, bila suatu perbuatan melanggar norma-
norma maka perbuatan itu dipandang buruk oleh Moral.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
pengertian baik dan buruk, standard baik dan buruk menurut Akhlak, Etika,
dan Adab, dan juga baik dan buruk menurut Aliran-Aliran. Diharapkan pula
pembaca dapat menyebarkan dan mengajarkan pemahamannya mengenai
standard baik dan buruk menurut ajaran Akhlak, Etika, dan Moral. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh sebab itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang baik dan membangun untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosidin. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia


Soebani, Beni Ahmad dan Abdul Hamid. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka
Setia
Amin, Ahmad. Etika (Ilmu Akhlak). Ter. Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang.
1975.
Huda, Miftahul. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Ja’cub, Hamzah. Ethika Islam: Pokok-pokok Kuliah Ilmu Akhlak. Jakarta:
Publicita. 1978.
Solihin, M. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik hingga Modern.
Bandung: Pustaka Setia. 2007.
Sumaryono, E. Etika Profesi Hukum: Norma-Norma Bagi Penegak Hukum.
Yogyakarta: Kanisius. 1995.
Syatori, M. Ilmu Akhlak. Bandung: Lisan. 1987.

Anda mungkin juga menyukai