Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

“PERTUMBUHAN SEL DAN DIFERENSIASI SEL”


Dosen Pengampu : dr. Susmiati, M.Biomed

Disusun oleh :

Kelompok 1

Naya Septina Deesy A (2111311022)

Qofifah Nurul Khaira (2111312028)

Ririn Octaviani Tri Sandi (2111311013)

Ismulyadi (2111311001)

Intan Mulyani (2111312004)

Nadila Permata Sukma (2111312037)

Hanny Nurizyani (2111313004)

Isra Surya Seprina (2111312022)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah Keperawatan Isalmi yang berjudul “PERTUMBUHAN SEL DAN
DIFERENSIASI” Atas dukungan moral danmateri yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu dr. Susmiati, M.Biomed, selaku dosen Imu Dasar Keperawatan

2. Teman-teman penyusun yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Padang, 20 Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
A Pengertian Pertumbuhan Sel ................................................................................... 6
B Kurva Pertumbuhan ................................................................................................ 6
C Siklus Sel ............................................................................................................... 8
D Mitosis Dan Meiosis ............................................................................................... 12
E Diferensiasi Sel ...................................................................................................... 15
1. Pengertian Diferensasi ................................................................................ 15
2. Sifat Dasar Diferensiasi .............................................................................. 16
3. Tahap Diferensiasi ...................................................................................... 17
4. Tempat Terjadinya Diferensiasi .................................................................. 20
5. Factor Penyebab Diferensiasi ..................................................................... 22
6. Kontrol Gen ................................................................................................ 28
7. Asam Retinoat ............................................................................................. 28
8. Growth Faktor ............................................................................................. 29

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 30
B. Saran ....................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 31

2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : KURVA PERTUMBUHAN ....................................................................................................... 7
Gambar 2 : TAHAPAN-TAHAPAN MITOSIS ............................................................................................ 12
Gambar 3 : TAHAPAN MEIOSIS 1 .......................................................................................................... 14
Gambar 4 : TAHAPAN MEIOSIS II .......................................................................................................... 15
Gambar 5 : PROSES DIFERENSIASI SEL .................................................................................................. 16

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reproduksi sel merupakan suatu contoh lain dari peran yang dimainkan oleh
system DNA-genetik, di dalam seluruh proses kehidupan. Gen dan mekanisme
pengaturan menentukan karakteristik pertumbuhan sel dan juga kapan sel-sel ini
membelah diri atau apakah untuk membentuk sel-sel baru. Dengan cara ini, semua
system genetic yang penting dapat mengendalikkaan setiap tahap perkembangan
manusia mulai dari sel tunggal ovum yang sudah dibuaahi sampai seluruh tubuh
yang berfungsi. Jadi, bila ada tema dasar kehidupan, maka tema dasar iitu adalah
system DNA-genetik.

Bagaimana proses diferensiasi sel mengarahkan pola ekspresi suatu gen


pada sel tertentu ,perangen dalam proses perkembangan dan bagaimana suatu sel
menjalani suatu proses perkembangan yang sudah tertentu(‘determinasi’) juga
dipelajari dalam bab ini. Selain ini dikaji pula bagaimana sel yang telah mengalami
spesialisasi terorganisasi dalam jaringan membentuk suatu sistem dengan fungsi
tertentu serta bagaimana sel berkomunikasi dengan sel lainmaupun dengan
lingkungannya

Pada makalah ini akan dibahas mengenai siklus kehidupan sel dan
diferensiasi sel juga proses-proses yang terjadi yang berkaitan dengan reproduksi
sel.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Apa itu pertumbuhan sel ?
2. Apa saja kurva pertumbuhan ?
3. Apa saja siklus sel ?
4. Bagaimana proses mitosis dan meiosis sel ?
5. Apa itu diferensiasi sel ?

4
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui apa itu pertumbuhan sel
2. Mengetahui apa saja kurva pertumbuhan
3. Mengetahui siklus sel
4. Mengetahui proses mitosis dan meiosis sel
5. Mengetahui apa itu diferensiasi sel

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pertumbuhan sel
Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel
sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan
bersifat irreversible atau tidak dapat bali dan dapat diukur.
Sedangkan Pengertian Perkembangan adalah proses perubahan menuju
kedewasaan melalui proses pertumbuhan dan diferensiasi. Perkembangan tidak dapat
diukur Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai peningkatan komponen-komponen
seluler. Terdapat dua macam pertumbuhan sel, yaitu pertumbuhan yang berakibat
peningkatan ukuran sel tetapi tidak jumlah sel. Dan yang ke dua adalah pertumbuhan
yang diikuti dengan peningkatan jumlah sel. Dalam hal yang pertama, inti sel
membelah tetapi tidak diikuti oleh pembelahan sel. Organisme dalam golongan ini
biasa disebut organisme koenositik (coenocytic) atau multiseluller. Sedang
kanorganisme yang termasuk dalam golongan kedua membesar dan membelah
menghasilkan dua progeny dengan ukuran yang kurang lebih sama. Berbagai faktor
kimia maupun fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan sel,antara lain pH, suhu,
konsentrasi oksigen, tekanan, radiasi dan aktivitasair (wateractivity)
B. Kurva Pertumbuhan
Kurva pertumbuhan sel dapat dipelajari dalam sistem invitro “BATCH
CULTURE”. Sistem ini adalah sistem tertutup dimana sel ditumbuhkan dalam satu
batch media, tanpa penambahan media baru selama inkubasi. Dikarenakan tidak
adanya penambahan media baru selama inkubasi maka konsentrasi nutrisi akan
berkurang sedangkan konsentrasi limbah (waste product) akan meningkat.
Pertumbuhan sel secara binary fission dapat diplotkan sebagai jumlah sel waktu
inkubasi.

6
Gambar 1 : KURVA PERTUMBUHAN

https://www.nafiun.com/

1. Fase Lag
Pada saat pertama kali organisme ditumbuhkan pada media kultur yang baru
biasanya tidak segera didapati peningkatan jumlah atau masa sel. Walaupun
demikian sel tetap mensintesis komponen seluller. Fase lag dapat terjadi
karena beberapa faktor antara lain karena sel yang sudah tua dan kekurangan
ATP, essential cofactors serta ribosom. Substansi-substansi ini harus terlebih
dahulu disintesis sebelum pertumbuhan berlangsung. Kemungkinan yang lain
adalah media pertumbuhan yang berbeda dengan media pertumbuhan
sebelumnya. Dalam hal ini enzim- enzim baru akan diperlukan untuk
penggunaan nutrisi yang berbeda. Selain itu lag fase dapat terjadi apabila sel
mengalami kerusakan sehingga membutuhkan waktu untuk perbaikan
kembali.
Lamanya lag phase bervariasi tergantung pada kondisi sel dan sifat dari media.
Sel yang sudah tua atau baru saja dikeluarkan dan tempat penyimpanan
(refrigerated) atau dikultur dalam suatu media dengan kandungan nutrisi yang
berbeda akan membutuhkan lag fase yang lebih panjang jika dibandingkan
dengan sel yang masih muda dan dikulturkan pada media baru yang sama.
2. Fase Eksponensial
Fase ini disebut juga dengan fase log. Organisme tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum tergantung pada sifat genetik, medium dan kondisi
pertumbuhan. kecepatan pertumbuhan konstant, sel membelah dan meningkat
jumlahnya (doubling) dalam interval yang teratur. Pada fase ini sel

7
mempunyai kesamaan sifat kimia dan fisiologi sehingga banyak digunakan
dalam studi-studi biokimia dan fisiologi.
3. Fase Stationer
Pada fase ini kurva pertumbuhan berhenti dan kurva horisontal. Hal ini
disebabkan ketidakseimbagan nutrient dan O2, keseimbangan jumlah sel yang
membelah dan yang mati, tipe organisme serta akumulasi limbah toksik
seperti asam laktat. Bakteri mampu tumbuh pada maksimum populasi sel (cell
density) 1 x sel/ml sedangkan protozoa dan alga hanya mampu tumbuh pada
tingkat populasi 1 x 106 sel/ml.
4. Fase Kematian
Pada fase kematian adanya perubahan lingkungan tumbuh seperti kehabisan
nutrisi dan akumulasi limbah toksik menjadi faktor penyebab menurunnya
jumlah sel hidup. Sel mengalami kernatian dalam pola logaritmik.
C. Siklus Sel
Siklus sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa duplikasi akurat sejumlah
besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut
hingga terjadi dua sel baru yang identik. Siklus sel yang berlangsung kontinu dan
berulang (siklik), disebut proliferasi. Keberhasilan sebuah proliferasi membutuhkan
transisi unidireksional dan teratur dari satu fase siklus sel menuju fase berikutnya.
Jenjang reaksi kimia organik yang terjadi seyogyanya diselesaikan sebelum jenjang
berikutnya dimulai. Sebagai contoh, dimulainya fase mitosis sebelum selesainya tahap
replikasi DNA akan menyebabkan sel tereliminasi.
Jenjang reaksi yang terjadi pada siklus sel, sangat mirip dengan relasi substrat-
produk dari sebuah lintasan metabolik. Produk dari sebuah jenjang reaksi akan
berfungsi sebagai substrat pada jenjang berikutnya, demikian pula dengan laju reaksi
jenjang yang pertama akan menjadi batas maksimal laju reaksi pada jenjang
berikutnya. Transisi antara jenjang reaksi ditentukan oleh lintasan pengendali
ekstrinsik dan intrinsik yang terdiri dari beberapa cekpoin, sebagai konfirmasi
selesainya reaksi pada suatu jenjang sebelum jenjang berikutnya dimulai. Kedua
lintasan kendali dapat memiliki cekpoin yang sama.
Lintasan kendali instrinsik akan menentukan setiap tahap berjalan
sebagaimana mestinya. Fasa S, G2 dan M pada sel mamalia dikendalikan oleh
lintasan ini, sehingga waktu yang diperlukan untuk fase tersebut, tidak jauh bervariasi

8
antara satu sel dengan sel lain. Sedangkan Lintasan kendali ekstrinsik akan berfungsi
sebagai respon terhadap kondisi di luar sel atau telisik defisiensi sel.
Fase siklus sel
Pada sel prokariota yang tidak memiliki inti sel, siklus sel terjadi melalui suatu
proses yang disebut pembelahan biner, sedang pada sel eukariota yang memiliki inti
sel, siklus sel terbagi menjadi dua fase fungsional, fase S dan M, dan fase persiapan,
G1 dan G2:
1. Fase S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel tubuh
manusia membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan tahap ini. Hasil
replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan dua nuklei
masing-masing guna proses mitosis pada fase M.
2. Fase M (mitosis)
Interval waktu fase M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi pembelahan
sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah
dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fase M terjadi beberapa
jenjang fase, yaitu:
a. Profase, fase terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan pemintalnya.
Pada saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.
b. Prometafase, pada fase ini sampul inti sel terlarut dan kromosom yang
mengandung 2 kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial (piringan
metafase).
c. Metafase. Kondensasi kromosom pada bidang ekuatorial mencapai titik
puncaknya
d. Anafase. Tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-masing
kromosom tertarik menuju pemintal kutub.
e. Telofase. Kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi, diikuti
dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma perlahan mulai
membelah
f. Sitokinesis. Pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh interaksi antara
pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin dan fusi sel, dan menghasilkan dua
sel anak yang identik.
3. Fase G (gap)

9
Fase G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fase sintesis zat yang diperlukan
pada fase berikutnya. Pada sel mamalia, interval fase G2 sekitar 2 jam, sedangkan
interval fase G1 sangat bervariasi antara 6 jam hingga beberapa hari. Sel yang berada
pada fase G1 terlalu lama, dikatakan berada pada fase G0 atau “quiescent”. Pada fase
ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan aktif, tetapi tidak lagi
melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada fase G0 dapat
memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fase tersebut hingga terjadi apoptosis.
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fase G0. Sel tersebut
dapat masuk kembali ke fase G1 oleh stimulasi antara lain berupa: perubahan
kepadatan sel, mitogen atau faktor pertumbuhan, atau asupan nutrisi.

Interfase
Merupakan sebuah jedah panjang antara satu mitosis dengan yang lain. Jedah
tersebut termasuk fase G1, S, G2.
 Transisi G0 ke G1
Fase transisi dari fase G0 ke fase G1 disebut fase prima atau fase kompetensi
replikatif, pada hepatosit, fase prima dipicu oleh sekresi sitokina IL-6 dan TNF-α oleh
sel Kupffer yang menyebabkan hepatosit kehilangan sebagian massanya. Potensi
proliferasi hepatosit setelah kehilangan sebagian massanya. Berbagai protein
disintesis pada fase G1 setelah sel meninggalkan fase G0, beberapa ribosom baru
dibuat untuk mempercepat sintesis protein.
Sejumlah protein yang dihasilkan berupa enzim untuk mengembalikan fungsi
metabolik yang hilang saat sel berada pada fase G0, seperti enzim yang dibutuhkan
untuk sintesis isoprenoid, zat yang diperlukan untuk aktivitas onkogen Ras dan
sintesis poliamina, yangmempunyai banyak fungsi termasuk menyediakan ikatan
ionik dengan asam nukleat. Onkogen Ras disintesis sebagai protein prekursor dan
membutuhkan proses paska-translasi sebelum dapat menjadi aktif dan melakukan
transformasi sel.
Enzim lain yang berperan dalam sintesis DNA, seperti timidina kinase, DNA
polimerase dan histon juga dihasilkan ribosom pada fase G1.
 Transisi ke fase S
Transisi ke fase S dari fase G1 dikendalikan oleh dua buah cekpoin, yaitu
“kompetensi” dan “restriksi” yang terletak sekitar 12 dan 2 jam sebelum fase S

10
dimulai. Paling tidak diperlukan tiga faktor pertumbuhan untuk melewati dua cekpoin
ini, yaitu PDGF, EGF dan IGF-1.
Penyerap faktor pertumbuhan merupakan protein kompleks yang terbentuk
seluas membran sel dengan domain yang dapat mengenali faktor pertumbuhan di
dalam periplasma dengan sangat khusus. Ligasi yang terjadi dengan ligan akan
menginduksi transmisi sinyal ke dalam sitoplasma melalui aktivasi enzim tirosina
kinase. Sinyal sitoplasmik yang disebut “kurir sekunder”, dapat berupa berbagai
protein yang telah mengalami fosforilasi oleh enzim kinase, seperti molekul kecil
inositol fosfatase dan AMP; atau ion, seperti Ca2+, H+, dan Zn2+; kemudian
diteruskan oleh menuju inti sel. Di dalam inti sel, gen kemudian teraktivasi sebagai
respon terhadap “kurir sekunder” ini.
4. Fase S
Pada eukariota, berbagai aktivator (bahasa Inggris: multiple points of origin)
diperlukan sebagai persiapan untuk memasuki fase S guna melakukan replikasi DNA,
pada prokariota, hanya terdapat aktivator tunggal. Fasa S dimulai dengan terjadinya
paparan pulsa (bahasa Inggris: pulse exposure) dengan [3H].timidina pada sel,
kemudian terjadi paparan lanjutan (bahasa Inggris: chase procedure) non-radioaktif
dengan timidina “dingin”. Kedua prosedur tersebut menghasilkan beberapa titik
replikasi yang mulai nampak terjadi pada beberapa kromosom pada rantai ganda
DNA.
Pada titik replikasi, rantai ganda DNA memisahkan diri menjadi dua untai
tunggal, sehingga nampak seperti garpu. Pada tiap untai, terjadi sintesis untai DNA
yang baru, dengan dimulai oleh molekul primer, atau molekul oligonukleotida
pendek, dan diikuti oleh molekul-molekul lain dengan enzim DNA polimerase,
membentuk rantai ganda DNA yang baru.
Molekul primer itu disebut RNA primer, yang disintesis dengan enzim RNA
polimerase atau dikenal sebagai enzim primase, dari RNA tertentu yang bersifat
komplemen dengan salah satu area kromosom pada untai DNA. Primosom merupakan
sebutan bagi seluruh kompleks yang berikatan dengan RNA primer.
Polimerisasi untai DNA yang baru bergerak dari tiap-tiap primosom pada titik
5’ untai baru ke titik 3’ untai baru. Untai baru yang bergerak dengan arah dari titik 3’
untai induk ke 5’ untai induk disebut untai awal, sedang untai baru yang bergerak
sebaliknya disebut untai akhir. Untaian DNA baru dari RNA primer hingga tepat
sebelum RNA primer berikutnya disebut fragmen Okazaki,yang pertama kali berhasil

11
mengamati proses polimerasi pada replikasi DNA. Saat polimerasi untai DNA yang
baru menyentuh RNA primer pada fragmen Okazaki berikutnya, aktivitas
eksonuklease enzim DNA polimerase akan menghancurkan RNA primer pada
fragmen tersebut untuk meneruskan untai polimernya hingga menyentuh untai
polimer berikutnya, setelah itu enzim DNA ligase akan menyambung kedua untai
polimer itu menjadi satu. Titik 5’ merupakan letak gugus 5’ fosfat, sedang titik 3’
merupakan letak gugus 3’ OH dari molekul gula deoksiribosa. Ikatan yang terjadi
antara kedua gugus ini disebut ikatan fosfodiester.
Polimerasi untai DNA yang baru terhenti hingga bagian ujung kromosom yang
disebut telomer. Pada bagian ini, enzim telomerase akan menyambung untaian
tersebut dengan deretan molekul RNA sebagai penanda antar kromosom.
Pada manusia, berkas yang disisipkan antar kromosom adalah TTAGGG.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa rentang telomer pada manusia lambat laun
menjadi lebih pendek dengan pertambahan usia, pengamatan ini membuahkan teori
penuaan telomer yang masih diteliti hingga saat ini.
D. Mitosis Dan Meiosis
1. Mitosis
Mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan dua anak sel yang
mengandung jumlah kromosom atau materi hereditas yang sama atau identik.
Mitosis terjadi pada sel somatik. Bertujuan untuk mengganti sel-sel yang rusak
(regenerasi) dan memperbanyak sel untuk proses pertumbuhan.

Gambar 2 : TAHAPAN-TAHAPAN MITOSIS

https://images.app.goo.gl/HARWxrt2wRssECWr7

12
Tahap-Tahap Mitosis :
a. Interfase
Interfase adalah tahap dimana sel dianggap sedang beristirahat dan tidak melakukan
pembelahan. Tetapi tahap ini merupakan tahap yang paling penting karena sel sedang
mempersiapkan pembelahan atau melakukan metabolisme sel. Pada fase ini inti sel belum
membelah dan dan kromosom belum nampak karena masih berbentuk benang-benang
kromatin yang halus. Walaupun begitu sel anak yang baru terbentuk sudah melakukan
metabolisme.
Pada interfase sel mengalami subfase berikut:
 Fase Pertumbuhan Primer/growth 1 (G1)
 Fase Sintesis (S)
 Fase Pertumbuhan Sekunder/growth 2 (G2)
b. Profase
Pada fase ini, sentriol menduplikasi dan membentuk benang spindel, lalu sentriol
bergerak menuju kutub-kutub yang berlawanan. Membran inti dan anak inti pun melebur.
Selain itu kromatin menebal menjadi kromosom dan kromosom menduplikasi menjadi
kromatid.
c. Metafase
Metafase adalah fase selama kromatid berada di bidang ekuator dengan terjerat benang
spindel.
d. Anafase
Masing-masing kromatid berpisah menjadi dua bagian pada bagian sentromernya.
Masing masing ditarik menuju ke arah kutub-kutub yang berlawanan oleh benang kinektor.
e. Telofase
Kromosom mulai berkumpul pada kutubnya masing-masing, lalu kromosom mulai
menipis menjadi kromatin. Benang spindel mulai menghilang, membran inti mulai terbentuk.
Selain itu nukleus dan nukleolus terbentuk kembali. Setelah itu terjadi kariokenesis yaitu
pembelahan inti sel menjadi dua. Setelah inti sel terbelah menjadi dua terjadi sitokenesis
yaitu pelekukan sitoplasma, lekukan semakin lama semakin dalam yang akhirnya membagi
sel menjadi dua.
2. Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel kelamin
(sperma dan sel telur). Meiosis adalah proses pembelahan sel yang terjadi dengan dua kali

13
pembelahan yang menghasilkan empat sel anak yang memiliki jumlah kromosom setengah
dari jumlah kromosom induknya. Sebagai contoh, manus ia memiliki jumlah kromosom
sebanyak 46, kecuali pada sel reproduksi atau sel kelaminnya memiliki jumlah kromosom
sebanyak 23 yang dibentuk oleh pembelahan meiosis. Jumlah setengah kromosom (haploid)
ini dibutuhkan agar jumlah kromosom anak tetap 46 karena anak terbentuk dari peleburan sel
sperma dan sel telur.
Tahapan Meiosis yaitu :
a. Tahap Meiosis I

Gambar 3 : TAHAPAN MEIOSIS 1

https://pengayaan.com/apa-itu-meiosis/

Meiosis I dibagi kedalam beberapa tahap :


a) Profase I
Profase dibagi kedalam beberapa fase :
1. Leptonema : Benang-benang kromatin memendek dan menebal menjadi
kromosom homolog.
2. Zygonema : Kromosom homolog (sama bentuk) saling berdekatan dan
berpasangan (sinapsis). Pasangan kromosom homolg ini disebut bivalen.
3. Pakinema : Tiap bagian kromosom homolog mengganda dan
membentuk tetrad.
4. Diplonema : Kromatid dari tiap-tiap belahan kromosom memendek dan
membesar.
5. Diakinesis : Terbentuk dua sentriol dan juga benang spindel. Lalu
sentriol bergerak menuju kutub-kutub yang berlawanan. Nukleus dan
nukleolus melebur dan kromatid-kromatid bivalen yang terbentuk tadi
terjerat oleh benang spindel.
b) Metafase I
Tetrad berkumpul dibidang ekuator.
c) Anafase I
Setiap pasangan kromosom homolog berpisah dan bergerak kekutub yang
berlawanan tertarik oleh benang spindel.

14
d) Telofase I
Kromatin terbentuk kembali dan nukleus kembali terbentuk. Terjadi
sitokenesis dan benang spindel pun menghilang.
b. Tahap Meiosis II

Gambar 4 : TAHAPAN MEIOSIS II

https://www.masyog.com/

a) Profase II
Pada fase ini terbentuk dua sentriol dan juga benang spindel, sentriol bergerak menuju
kutub-kutub yang berlawanan. Selain itu kromatin menebal menjadi kromosom dan membran
inti melebur.
b) Metafase II
Kromosom bergerak ke bidang ekuator dan terjerat benang spindel.
c) Anafase II
Kromosom bergerak ke arah kutub yang berlawanan.
d) Telofase II
Kromosom berubah kembali mejadi kromatin dan nukleus kembali terbentuk. Terjadi
sitokenesis (pelekukan sitoplasma) dan kariokenesis (pembelahan inti).
E. Diferensiasi Sel
1) Pengertian
Diferensiasi merupakan sebuah proses umum dalam sel induk dewasa
yang membelah dan berdiferensiasi menjadi sel anak yang lebih khusus. Ada
berbagai jenis sel dalam tubuh manusia. Dalam sebuah sel yang dapat
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel yang membentuk tubuh dikenal
sebagai sel pluripotent. Sel-sel ini dikenal sebagai sel embrionik pada hewan
dan mamalia, sebuah sel yang dapat berdiferensiasi menjadi hampir semua
jenis tipe sel, termasuk sel-sel plasenta dikenal sebagai sel totipoten.

15
Gambar 5 : PROSES DIFERENSIASI SEL

https://artikelkeren.com/

Proses yang menyebabkan sekumpulan sel menjadi berbeda-beda


dalam dalam struktur, fungsi dan prilaku. Diferensiasi berlangsung waktu
embrio, berkat diferensiasi suatu indifidu bentuk definitif jadi terdiri atas
berbagi macam jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki
bentuk, struktur, fungsi dan prilaku sama. Jaringan berasosiasi membantuk
sistem.Seluruh sistem berhimpun membina tubuh suatu organisme.
Diferensiasi terjadi pada seluruh mahluk hidup. Dengan diferensiasi
terjadilah pembagian aktifitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Pada makalah
ini, kita akan membahas tentang sifat dasar diferensiasi sel, tempat
diferensiasi, faktor diferensiasi, dan apa saja yang mempengaruhi proses
diferensiasi sel.
2) Sifat dasar diferensiasi
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah fungsi
khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu
embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas
berbagai macam jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki
bentuk, struktur, fungsi, dan prilaku sama.Jaringan berasosiasi membentuk
alat, dan alat berasosiasi pula membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun
membina tubuh suatu organisme.Proses diferensiasi adalah proses
terbentuknya sifat-sifat yang baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada
sehingga sel mendapat sifat dan struktur yang baru. Jadi diferensiasi

16
menekankan pada perubahan kualitatif.Dengan adanya diferensiasi perbedaan
struktur dan sifat- sifat pada sel, jaringan dan organ.
Diferensisasi dikatakan dapat terjadi jika ada perubahan nyata pada
morfologi sel (misalnya pembentukan sel epitel kulit dari sel ektodermal) atau
perubahan fungsi yang khusus dari sel. Sel-sel yang mempunyai berbagai
variasi diferensiasi dapat mempunyai karakteristik pertumbuhan yang
berbeda.Variasi diferensiasi juga mempengaruhi kemampuan beberapa sel
untuk berpindah dengan memperhatikan yang lainnya. Jadi, perkembangan
embriologis yang normal memerlukan kordinasi yang tinggi dari proses
diferensiasi, tumbuhan, dan perpindahan sel yang secarakeseluruhan
membentuk morfogenesis (proses pembentukan/perkembangan struktur,
ukuran, dan bentuk organ.
Diferensiasi mutlak perlu bagi mahluk multiseluler komplek dengan
diferensiasi itu akan terjadi pembagian pekerjaan atau aktivitas tubuh,
sehingga menjadi efektif. Sebenarnya diferensiasi ada pada seluruh mahluk,
bahkan pada mahluk uniseluler seperti pada amoeba, dalam selnya sudah ada
pembagian tugas dan sudah memiliki organel.Contoh organel pada amoeba
ialah seperti vakuola makanan untuk tugas mencerna makanan, vakuola
berdenyut untuk tugas membuang ampas metabolisme atau osmoregulator,
pseudopodia untuk pergerakan pindah, dan inti untuk control aktifitas sel.
Selama diferensiasi, sel mendapat sifat-sifat dari, misalnya terbentuk
aktin dan myosin pada sel otot atau terjadinya perubahan pada susunan
kimianya. Misalnya, dengan adanya enzim.Pada diferensiasi juga ada struktur
atau sifat yang menghilang, misalnya pada diferensiasi sel darah mamalia.
Mula-mula bakal sel darah merah mengandung nukleus tetapi setelah
mengalami diferensiasi terbentuk sel darah merah yang tidak mengandung
nukleus.
Hasil proses diferensiasi secara internal, yaitu pertumbuhan anda
terbentuknya macam-macam jaringan dan organ yang dipengaruhi faktor
lingkungan. Membentuk suatu struktur tubuh yang baru disebut morfogenesis.
Perkembangan dan diferensiasi dikontrol oleh DNA (gen) pada nucleolus. Sel
induk bersifat totipotent atau pluripotent.Artinya memiliki sel-sel anak potensi
yang lengkap dan banyak bermitosis terus dan berdiferensiasi ke segala arah
untuk aktfitas kehidupan.Dengan diferensiasi potensi sel anak menciut dan

17
khas untuk suatu aktifitas khusus, disebut unipoten. Artinya potensi sel itu
hanya tunggal: untuk bernafas, atau untuk mencerna, sekresi zat A, pergerakan
dan sebagainya.
Dengan diferensiasi terjadilah spesialisasi bagi berbagai populasi sel
anak.Spesialisasi itu terjadi baik intra maupun ekstraseseluler. Spesialisasi
intra ialah:
 Sel otot mengandung mikrofilamen aktin dan myosin yang banyak dan
tersusun berjajar rapat, disertai dengan banyaknya mitokondria yang
perlu untuk sumber energi bagi proses berkerut-kerut.
 Sel kelenjar penghasil enzim mengandung retikulum endoplasma kasar
yang banyak dan alat golgi yang besar.
 Sel epitel kulit mengandung retikulum endoplasma banyak dan giat
memeroduksi serat keratin.
 Sel saraf memiliki bentuk khas, yaitu panjang halus seperti serat dan
mampu mengalirkan rangsangan listrik maupun kimia, pada ujung
serabut dihasilkan cairan kimia. Pada ujung serabut dihasilkan cairan
kimia yang disebut neurotransmitter.

Spesialisasi ekstra ialah seperti pembentukan serat ekstraseluler oleh sel-sel fibroblast
pada jaringan pengikat dan menunjang, lalu pembentukan bahan matriks (kandung), yang
bagi sejenis jaringan dan populasi sel adalah khas.
3) Tahap difrensiasi
Dalam diferensiasi terjadi kedalam beberapa tahapan yaitu pada tingkat
pertumbuhan embrio.Seperti zigot, blastula, grastula, tubulasi, organogenesis.
 Zigot
Zigot adalah ovum yang fertilisasi dibuahi spermatozon.
Bagian atas ovum Amphioxus, disebut kutub animal terdapat daerah
ooplas (sitoplasma ovum) yang nantinya akan menjadi bakal ektoderm.
Bagian bawah kutub ovum disebut kutub vegetal ooplas yang akan
menjadi bakal mesoderm. Sedangkan bagian samping antara kedua
kutub akan menjadi bakal endoderm. Eksoderm bakal tumbuh menjadi
epidermis dan saraf.Endoderm bakal menjadi lapisan lendir saluran
pencernaan bersama kelnjar dan paru, mesoderm bakal menjadi
jaringan pengikat, penunjang, otot, alat dalam.

18
 Blastula
Terjadi pada tingkat pertumbuhan embrio, terbentuk daerah
kelompok sel yang akan menjadi jaringan utama tubuh. Setelah
berdiferensiasi, pupolasi sel menjadi epidermis, saraf, notokord (sumbu
penyokong primer), mesoderm.Diferensiasi mulai terjadi pada
kelompok sel. Blastomer (sel blastula) sebelah bakal jadi endoderm,
sebelah atas bakal jadi ektoderm, dan bagian tengah bakal menjadi
mesoderm.
 Gastrula
Pada tingkat gastrula, embrio sudah mengandung 3 lapis benih
yang terdiri dari sel-sel yang tersusun di daerah tertuntu tubuh, yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm.Pada tingkat grastula, baru berupa
daerah sel sedangkan pada tingkat gastrula sudah membentuk lapisan
yang sangat jelas.Diferensiasi berlanjut dengan terbentuknya 3 lapis
benih yaitu ektoderm sebelah luar, endoderm sebelah dalam dan
mesoderm di tengah.
 Tubulasi
Pada tingkat tubulasi, ketiga lapis benih, sudah berupa
bumbung sehingga merupakan bumbung epidermis yang melingkup
seluruh permukaan tubuh. Bumbung saraf bagian depan, bakal jadi
otak dan yang belakang bakal bakal jadi batang saraf punggung.
Bumbung endoderm menjadi lapisan lendir saluran pencernaan,
dan bumbung mesoderm akan membentuk otot, alat dalam dan rongga
tubuh. Diferensiasi makin rinci pada tingkat tabulasi.Lapisan ektoderm
membentuk bumbung epidermis/kulit dan bumbung saraf, lapisan
endoderm membentuk bumbung saluran pencernaan, dan lapisan
mesoderm membentuk berbagi bumbung dan saluran pada berbagi alat
dalam.
 Organogenesis
Pada tingkat organogenesis, diferensiasi lebih rinci lagi, di sini
sudah terbentuk seluruh macam jaringan dan alat tubuh secara lengkap,
sehingga pada saat kelahiran anak sudah dalam bentuk yang tetap.Pada

19
beberapa Vertebrata rendah, seperti ikan dan amfibi masih ada tingkat
berudu, sebagai bentuk tetap.
Bumbung mengalalami diferensiasi lagi berbentuk berbagai
alat.Bumbung saraf membentuk bagian-bagian otak dengan kuncup
indera.Bumbung endoterm berdiferensiasi membentuk saluran
pencernaan dan saluran pernapasaan termasuk kelenjar hati dan
pankreas. Bumbung mesoderm berdiferensiasi membentuk otot, tulang,
ginjal, gonad, jaringan pengikat, serta darah bersama pembuluh dan
jantung.
4) Tempat terjadinya diferensiasi
Diferensiasi terjadi pada tiga tempat, yaitu intra dan ekstrasel, populasi sel
serta jaringan dan alat.
 Diferensiasi intrasel dan ekstrasel
Diferensiasi intrasel terjadi pada organel.Untuk menjadi sel otot
terjadi spesialisasi pada mikrotubul dan mikrofilamen, juga makin
banyak terbentuknya mitokondria dibandingkan dengan sel alin. Pada
sel kelenjar penggetah enzim dan lendir terjadi spesialisasi pada
retikulum endoplasma, ribosom dan badan golgi, akan sangat aktif dan
banyak mengisi sel.
 Diferensiasi populasi sel, diferensiasi jaringan dan alat.
Diferensiasi populasi sel terjadi pada bahan interseluler dan
pertautan sel atau komunikasi sesama sel sepopulasi.Semua sel
sepopulasi mengandung junction yang khas dan lewatnya dapat
dilakukan komunikasi dan distribusi bahan secara merata. Antara sel
tetangga dibentuk semen (cement) untuk merekatkan sel di sebelahnya.
Sel sepopulasi atau sejaringan, biasanya memiliki
pertautan/sambungan/junction. Agar kerukunan dan keharmonisan
dapat dipelihara.Pada keadaan biasa, populasi sel dicegah agar tidak
terjadi pergerakan pindah meninggalkan populasinya, yaitu dengan
adanya sifat contact inhibition antara selnya.Sementara itu sel
sepopulasi dicegah untuk membelah terus yaitu dengan adanya zat
khalon.

20
Khalon adalah substansi yang sukar diekstrak (glikoprotein
dengan berat molekul lebih kecil dari protein pada umumnya dan dapat
merembes masuk sel sacara difusi terikat, bertindak sebagai koresepsor
dalam pengaturan sintesa protein), terdapat dalam jaringan mamalia
dan mempunyai pengaruh anti mitosis dari suatu pengaturan diri yang
bergantung pada ketebalan jaringan yang memproduksinya. Hal ini
perlu, agar suatu jaringan tidak terjadi over populasi atau mengalami
hyperplasia (pembelahan berlebihan pada sel dewasa)
Khalon akan terlepas dari jaringan jika terjadi luka sehingga sel
di sekitar luka dapat terdediferansiasi lalu bermitosis sehingga terjadi
penyembuhan sel. Sel kanaker tidak mengandung sifat contact
inhibition maupun zat khalon. Oleh sebab itu sel kanker berkeliaran,
tidak diam dan rukun dengan sel tetangga, namun terus
bermitosis.Khalon terus bekerja mengontrol pertumbuhan dan
diferensiasi sel pada organogenesis, sehingga terbentuk berbagai jenis
jaringan dan organ. Adanya zat khalon, suatu alat/organ akan tumbuh
seimbang dengan alat/organ lain.
Sel embrio dan sel induk mampu berdifernsiasi.Sel embrio
artinya masih pluripoten, sel dewasa unipoten.Sel induk selalu bersifat
muda dan umurnya yang terbatas diperbaharui pada sel anak.Sel
embrio yang terdapat pada seluruh bagian tubuh embrio, sel induk
terkandung dalam berbagai jaringan atau alat/organ sejak embrio
sampai dewasa.Pada tumbuhan, sel induk terdapat pada jaringan
meristem, yaitu pada pucuk akar, pucuk batang, cambium.Pada hewan
terdapat dalam gonad, disebut epitel germinal, lapisna benih
epidermis/kulit luar, sumsum tulang kelenjar, lapisan lender saluran
pencernaan, saluran pernapasan, kelamin dan saluran kemih; juga
tersebar pada jaringan pengikat di berbagai daerah tubuh.
Sel yang sudah berdiferensiasi tidak mampu lagi bermitosis,
namun akan menua. Hal ini disebabkan Karena sifat kehidupan
memiliki umur terbatas, fana, tidak kekal. Pada suatu ketika sel menua
pun akan mati.

21
5) Faktor penyebab diferensiasi
Faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi sel ada dua yaitu
ekstrinsik dan intrinsik.
 Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar sel. Faktor
ekstrinsik terdiri dari supali bahan metabolis dan elektrolit, gas
pernapasan, gravitasi, suhu, sinar matahari, pH, letak sel dan kadar zat
induktor dan mesoderm. Protoplasma, merupakan bahan sel anak,
sebagian besar terdiri dari protein dan lemak.Lemak membina
membran bersama protein, sedangkan protein sendiri membina
sebagian besar organel dan bahan produksi.Oleh sebab itu dalam
pertumbuhan dan diferensiasi, sintesa protein memegang peran
utama.Arah diferensiasi ditentukan pada arah atau bentuk sintesa
protein.Factor intrinsic dan ekstrinsik diferensiasi di atas berpengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap sintesa protein.
Contoh diferensiasi sel embrio jadi sel pigmen melanosit. Sel
pigmen mengandung pigmen melamin.Melanin dibentuk dari bahan
mentah asam amino fenilalanin, maka diperlukan enzim tironase.
Enzim ini disintesa dalam reticulum endoplasma, lalu disekresi berupa
granula berisi pigmen melanin oleh badan golgi. Enzim tersebut
disintesa melalui proses transkripsi (pencetakan ARN) dan tranlasi
(menerjemahkan informasi genetis yang dibawa ARN-m menjadi
untaian asam amino dalam ribosom). Transkripsi dan translasi
ditentukan oleh kromatin dalam inti.Kadar fenilalanin dalam
sitoplasma juga ikut menentukan diferensiasi sel induk menjadi
melanosit.
Diferensiasi sel embrio menjadi sel otot dipengaruhi oleh
banyak factor dan melalui proses yang panjang serta menempuh
sintesa protein. Mikrofilamen aktin dan myosin adalah protein.Untuk
terbentuknya mikrofilamen diperlukan enzim dan enzim terbentuk
melaluisintesa protein.Pada sel otot banyak mengandung mitokondria
yang terdiri dari lemak dan protein.Diferensiasi sel embrio menjadi sel
epidermis melalui tahapan sintesa protein karena serat keratin yang
membina sel tersebut adalah protein. Diferensiasi untuk menjadi sel

22
kelenjar akan menghasilkan lender, enzim, hormone dan antibody
harus melewati sintesa protein. Bahan-bahan sel yang telah
berdifernsiasi mengandung gabungan protein, lemak atau karbohidrat,
diproses dalam mitokondria dan badan golgi.
Jika berbeda jumlah, komposisi dan keisomeran asam amino,
maka proteinnya pun akan berbeda pula. Untuk terbentuknya sejenis
protein yang dibina atas beratus-ratus asam amino, walaupun jenis
asam amino hanya sekitar 20 macam, diperlukan banyak enzim.Setiap
tingkat reaksi sssskimia dalam sel, memerlukan enzim khusus. Jenis
protein atau bahan protoplasma yang terbentuk dalam diferensiasi
dapat beribu-ribu jenis, maka jenis enzim yang diperlukan untuk
pembentukannya pun berlipat ganda banyaknya, mungkin sampai
ratusan ribu jenis. Setiap enzim dikode oleh sejenis gen. jika suatu
protein atau bahan protoplasma disintesa dengan memerlukan lima
tahap reaksi, berarti lima jenis enzim maka untuk satu jenis protein itu
perlu ada lima jenis gen.
Pada faktor ekstrinsik kadar dan komposisi bahan yang masuk
sel melalui membrane dapat menjadi faktor diferensiasi. Sampai saat
ini belum dapat ditelusuri bentuk kadar dan komposisi bahan yang
tepat untuk mengarahkan pertumbuhan suatu sel. Misalnya pada sel
otot dapat menerima dan mengalirkan rangsang berupa arus listrik
serta zat cairan, terutama karena membrane selnya peka akan
perubahan konsentrasinya ion Na+ dan K+ semua itu hanya faktor
genetislah yang memprogram.
Dalam diferensiasi, O2 menentukan arah dan jalan diferensiasi.
Sel yang berada di sebelah luar akan mendapat lebih banyak gas
pernafasan daripada sel yang berada di sebelah dalam tubuh embrio.
Oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam kadar ATP juga segala aktivitas
sel.
Gravitasi berpengaruh pada distribusi bahan dalam sitosol,
terutama berpengaruh pada ovum yang mengandung banyak makanan
cadangan yang disebut deutoplasma atau yolk. Deutoplasma
menumpuk di daerah kutub vegetal, sedangkan di daerah kutub animal
sedikit sekali.Hal ini berakibat pada daerah kutub animal lebih mudah

23
dan lebih sering membelah diri; sedangkan di daerah kutub vegetal
lebih besar-besar selnya dan lebih banyak mengandung deutoplasma.
Dengan adanya dua perbedaan tersebut, maka terjadilah diferensiasi
sel. Sel-sel daerah kutub animal, ovum biasanya akan menjadi
jaringan epidermis dan saraf, sedangkan daerah kutub vegetal akan
menjadi lapisan lender, saluran pencernaan yang banyak mengandung
kelenjar sedngkan daerah antara kutub animal dan vegetal akan
menjadi sel-sel membina lapisan mesoderm yang akan menjadi
jaringan penunjang, jaringan pengikat dan jaringan otot.
Suhu dapat mempengaruhi arah dan jalan diferensiasi.
Diferensiasi bias terjadi melalui difernsiasi dalam sintesa protein.
Proses sintesa protein memerlukan banyak enzim dan enzim
memerlukan suhu media yang optimum, maka mudah dimengerti
bahwa variasi pada suhu lingkugan dapat mempengaruhi arah dan jalan
difernsiasi. Faktor pH juga mempengaruhi diferensiasi. Enzim bekerja
optimal pada pH media yang cocok, jika pH naik-turun akan
menyebabkan difernsiasi.
Sinar terutama berpengaruh pada pertumbuhan sel berpigmen,
baik pada hewan maupun tumbuhan. Jika sinar matahari kurang atau
tidak ada, pertumbuhan sel pigmen akan tertahan. Letak sel dalam
tubuh embrio dapat menjadi factor difernsiasi. Sel yang letaknya
sebelah luar akan lebih banyak mendapat O2, namun akan lebih
banyak menerima tekanan fisik dan perubahan suasana lingkungan.
Embrio yang sudah menempuh tahap gastrula dan tubulasi
mengandung zat inductor, yang dihasilkan oleh sel-sel lapisan
mesoderm. Zat ini menginduksi pertumbuhan dan difernsiasi jaringan
sekitarnya, termasuk jaringan mesoderm sendiri.Jika lapisan ectoderm
yang bakal jadi jaringan saraf dilepaskan dari lapisan mesoderm yang
berada di bawahnya, ternyata ectoderm itu tidak berdiferensiasi jadi
jaringan saraf.
 Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam sel.
Faktor intrinsik berada dalam inti dan sitoplasma.Faktor dalam inti
adalah kromatin. Faktor dalam sitoplasma sangat kompleks, terutama

24
berupa enzim, kadar metabolit dan elektrolit, serta komposisi suatu
organel.
Hormon menjadi faktor diferensiasi ketika embrio sudah
menempuh tahap organogenesis.Hormon mungkin dihasilkan oleh
tubuh embrio sendiri, atau dihasilkan oleh tubuh induk, yang
mengalirkannya ke tubuh embrio melalui plasenta (pada mamalia).
Hormon steroid dapat merembes masuk sel, terus ke dalam inti dan
merangsang ADN untuk melakukan transkripsi atau replikasi untuk
persiapan bermitosis. Hormon non-steroid merangsang zat reseptor
pada plasmalemma, dan secara estafet menyampaikan rangsangan
kepada ADN inti untuk aktif bertranskripsi atau replikasi.
Disini pengaruh hormon jelas sekali tampak pada perubahan
yang terjadi di daerah gembungan pada kromatin. Gembungan
merupakan daerah gen yang aktif melakukan transkripsi, mengandung
banyak ARN-m dan protein non-histon. Jika gen di daerah gembungan
sedang aktif, berarti ADN-nya dalam keadaan longgar dan pilihannya
terbuka (despiralisasi). Ternyata jika ke dalam sel dimasukkan hormon
tertentu maka gembungan itu muncul dan besar.Terbentuknya
gembungan pada daerah tertentu kromatin bergantung pada jenis
hormone yang merembes masuk sel.
Pada keluarga lalat buah (Drosophila) terkenal adanya
kromosom raksasa, yang panjangnya beberapa mm, di bawah
mikroskop cahaya tampak jelas mengandung pita- pia vertical pada
kromatin. Pita-pita tersebut merupakan daerah gen. Apabila gen sedang
aktif bertranskripsi maka pada suatu daerah pita-pita tersebut akan
menjadi gembungan. Apabila ulat serangga diberi suntikan hormon
pertumbuhan tingkat larva (juvenile hormone), makaakan tampak
gembungan pada daerah tertentu kromatin. Timbulnya gembungan
pada beberapa tempat kromatin sel ulat lalat buah, disebabkan adanya
rangsang dari hormon pertumbuhan ulat.
Faktor intrinsik beroperasi dalam tingkat transkripsi dan
translasi.Dalam tingkat transkripsi diferensiasi terjadi oleh pembedaan
pada jenis daerah kromatin yang sedang melakukan transkripsi.Saat
interfase kromatin inti berada dalam 2 fase heterokromatin dan

25
eukromatin.Jika dalam fase hetero, pilinan ADN rapat dan padat , dan
non-aktif. Jika dalam fase eu-pilinan ADN longgar lepas, maka aktif
melakukan transkripsi. Menurut pengamatan hanya sekitar 5% And
kromatin dalam suatu sel yang eu pada suatu pertumbuhan. 95% lagi
dalam status hetero. Walau semua sel dalam tubuh embrio
mengandung bahan genetis dan susunan gen yang sama, namun dapat
terjadi diferensiasi pada daerah kromatin atau ADN mana yang yang
sedang bertranskripsi.
Dalam proses transkripsi diperlukan enzim ARN-polimerase,
nukleosida, fosfat, ATP dan beberapa elektrolit seperti Na+, Ca+2 dan
Mg+2. Difernsiasi dalam tingkat transkripsi mungkin terjadi karena
pembedaan dalam salah satu atau beberapa bahan. Diferensiasi terjadi
pula pada transkripsi karena pembedaan dalam enzim proteinsae yang
melepaskan protein histon dan non-histon dari belitan ADN. Supaya
pilinan ADN longgar dan kedua molekul yang sepasang merenggang,
maka perlu kiranya terlebih dahulu histon dan non-histon yang dililit
serta tempatnya membenam terurai.
Wilayah mana kromatin dan pada kromatin mana yang menjadi
onggar dapat nerdiferensiasi menurut perbedaan pada penguraian
histon non-histon tadi. Perbedaan supali bahan yang masuk ke dalam
inti terutama enzim-enzim, maka akan berbeda pula kodon pada ARN-
m dan pada translasi akan berbeda pula asam amino yang diuntaikan
untuk jadi peptide. Pada suatu protain, beda satu asam amino saja akan
beda pula perilaku dan sifatnya. Contoh dalam sintesa hemoglobin
yang mengandung protein globulin.Hb normal yang umum pada orang
disebut Hb A. dalam Hb terjadi variasi orang yang memiliki Hb C, Hb
S, Hb 0.Masing-masing Hb hanya mempunyai perbedaan satu asam
amino dari Hb A., lihat tabel 5.1 Hb abnormal. Artinya hanya berbeda
pada satu kodogen pada ADN eukromatin, dari ratusan kodogen lain
yang melakukan transkripsi pada bagian eukromatin tersebut.
Perbedaan pada kodogen umumnya terjadi karena mutasi. Mutasi
adalah perubahan pada susunan nukleotida AND terjadi karena
gangguan pada suasana lingkungan sel, intra maupun interseluler.

26
Gen dan ADN banyak yang rangkap dalam sel suatu organism.
Artinya ganda dalam komponen nukleotida maupun dalam transkripsi
dan translasi. Jadi gen A yang akan mensintesa protein A, banyak
terdapat dalam suatu inti sel. Hal ini perlu jika suatu ketika sel harus
memproduksi protein yang banyak dalam waktu singkat. Seperti pada
sel plasma, harus menghasilkan anti bodi (imunoglobulin) yang
banyak, diperlukan untuk menyerang benda asing yang masuk tubuh.
Gen ganda ini berfungsi sebagai tindakan pengamanan, jika suatu
ketika gen A rusak atau bermutasi dan mutant (hasil mutasi) itu
berakibat sangat buruk sehingga dapat mematikan sel. Jika masih ada
cadangan duplikatnya maka transkripsi akan berlangsung normal.
Pembagian kerja antara gen rangkap, sampai saat ini belum
diketahui, namun dapat dibayangkan bahwa perubahan dalam
komposisi bahan yang masuk ke dalam inti dapat membuat diferensiasi
dalam transkripsi. Hal ini mungkin jumlah ARN-m dari berbagai gen
yang berbeda, mungkin pula dalam jumlah ARN-m dari atu gen.
eksperimen menemukan bahwa jika sel diberi ARN-polimerase yang
diambil dari kromatin sel dewasa yang sudah berdifernsiasi, maka sel
itu hanya mampu mensintesa enzim tertentu, sesuai dengan jenis enzim
yang diproduksi oleh sel dari mana enzim itu diambil.
Transkripsi harus bekerja sama dan berinteraksi antara
sitoplasma dan inti/kromatin. Makin dewasa umur sel makin
terspesialisasi bentuk transkripsi untuk sintesa sejenis protein. Namun
potnsi kromatin tetap pluripoten. Oleh sebab itu potensi kromatin
untuk diferensiasi dipengaruhi oleh umur sitoplasma sel bersangkutan.
Jika dilakukan pencangkokan inti blastomer atau inti sel epitel lapisan
lender usus ke ovum yang intinya sudah diangkat atau dibunuh dengan
sinar ultraviolet, maka akan tumbuh embrio normal. Hal ini
menunjukkan bahwa kromatin aktif, berarti pluripoten. Namun jika
yang dicangkokkan ke dalam ovum adalah inti gastromer (sel gastrula),
maka terjadi berbagai macam embrio yang abnormal dan tidak dapat
melanjutkan pertumbuhan (mati).
Antara gen terjadi interaksi dalam transkripsi suatu jenis
protein atau suatu jenis karakter anatomi-fisiologi. Ada karakter yang

27
ditumbuhkan oleh 1 gen, namun banyak pula karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen, namun banyak pula karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen yang bekerja sama dan berinteraksi.
Tinggi tubuh, warna kulit/bulu adalah contoh karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen. jika salah satu gen tidak bekerja atau
bermutasi maka karakter yang mereka tumbuhkan akan beda dari asal,
sehingga menyebabkan difernsiasi.
Hetero- atau eu-kromatinnnya bahan genetis dalam sel
berdiferensiasi menurut umur embrio. Embrio orang mengandung Hb
F (f= fetus, janin) dan setelah alhir digantikan oleh Hb A. berarti gen
Hb berubah keaktifannya setelah embrio lahir. Alat tubuh masa embrio
banyak perbedaannya dengan masa anak dan dewasa. Katak, waktu
berudu bernafas dengan insang, berekor dan tidak berkaki, ampas
metabolisme protein berupa NH4OH2 pemakan tumbuhan vegetarian,
sedangkan saat dewasa bernafa dengan paru dan kulit, tak berekor,
berkaki, ampas metabolisme (eksresi) berupa urea dan karnivora. Maka
dengan melihat kenyataan, anatomi tubuhnya berbeda saat berudu dan
dewasa. Artinya gen yang aktif saat embrio berbeda dengan yang aktif
saat dewasa. Jadi, diferensiasi transkripsi terjadi sesuai dengan umur
sel.
6) Faktor yang mempengaruhi terjadinya diferensiasi
Diferensiasi embrionik sel dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
kontrol gen, hormon sistemik, letaknya, pertumbuhan pertumbuhan lokal, dan
matriks protein. Pengaturan tahap diferensiasi tergantung pada faktor-faktor
tersebut. Selain itu, growth factors juga mempengaruhi proses diferensiasi sel.
7) Kontrol gen
Seperti pada kebanyakan sel yang berdiferensiasi, perbedaan yang
terdapat diantara sel-sel lain bukan disebabkan oleh peningkatan atau
pembuangan gen. Perbedaan sel tersebut disebabkan sel mengekspresikan gen
yang berbeda. Gen diaktifkan dan dimatikan untuk mengatur sintesis produk
gen. Fakta mengatakan bahwa banyak tahap “keputusan” penting diferensiasi
dalam embriogenesis di bawah kontrol transkripsional (pengontrolan
pembentukan mRNA).

28
8) Asam Retinoat
Salah satu yang berperan dalam diferensiasi sel antara lain adalah asam
retinoat yang berasal dari vitamin A. Asam retinoat berfungsi untuk
mendorong pertumbuhan dan diferensiasi normal jaringan epitel.
9) Growth Factor
Growth factor yang mempengaruhi proses diferensiasi sel adalah
BMP-4 (Bone Morphogenic Protein). BMP-4 memiliki peran penting dalam
pembentukan tulang.Pada amfibi, BMP-4 aktif pada sel yang berada pada
ventral gastrula. Pada saat pertumbuhan embrio, terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tersebut, antara lain:
 Faktor genetic
 Faktor nutrisi
 Faktor lingkungan
Pada saat proses diferensiasi sel telah tercapai, kondisi sel harus dijaga.
Hal tersebut dilakukan melalui kombinasi berbagai faktor, yaitu:
 Cell memory yang terdapat dalam genome.
 Interaksi dengan sel-sel terdekat, melalui faktor parakrin.
 Sekresi berbagai faktor (faktor autokrin), termasuk faktor tumbuh.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana yang telah diketahui, sel merupakan unit terkecil dari organisme.
Sel mengalami pertumbuhan dan diferensiasi sel. Di dalam pertumbuhannya, sel
memiliki 2 macam pertumbuhan yaitu yang pertama pertumbuhan yang berakibat
peningkatan ukuran sel tetapi tidak dengan jumlahnya. Kemudian yang kedua yaitu
pertumbuhan sel yang diikuti dengan peningkatan jumlah sel. Berbagai faktor kimia
maupun fisika dapat mempengaruhi pertumbuhan sel,antara lain pH, suhu, konsentrasi
oksigen, tekanan, radiasi dan aktivitasair (wateractivity). Di dalam pertumbuhannya
sel mengalami fase-fase seperti fase lag, eksponensial, stationer, dan fase kematian.
Kemudian untuk diferensiasi merupakan sebuah proses umum dalam sel induk
dewasa yang membelah dan berdiferensiasi menjadi sel anak yang lebih khusus.
Diferensiasi ini berlangsung waktu embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk
definitif jadi terdiri atas berbagi macam jaringan dan dengan diferensiasi ini terjadilah
pembagian aktifitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Dalam diferensiasi terjadi dalam
beberapa tahapan yaitu pada tingkat pertumbuhan embrio seperti zigot, blastula,
grastula, tubulasi, organogenesis.
B. Saran
Dengan membuat makalah pertumbuhan dan diferensiasi sel ini, diharapkan
makalah ini dapat menambah pengetahuan kita semua dan bisa juga sebagai pedoman
untuk diri sendiri. Demikianlah makalah tentang pertumbuhan dan diferensiasi sel ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu,
kami sebagai penulis makalah sangat mengharapkan saran dan kritik dari seluruh
pihak agar sempurnanya makalah ini dan menjadi perbaikan untuk kami kedepannya
dalam pembuatan makalah.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abrams, GD. Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi dan Diferensiasi Sel in Price, S. A. dan L.
M. Wilson, Patofisiologi: Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Ed.4.
Penerjemah: P. Anugerah. Jakarta: Penerbit EGC; 1994.

Febriani, Husnarika dan Rahmadina. (2017). Biologi Sel Unit Terkecil Penyusunan Tubuh
Makhluk Hidup. Surabaya: CV. Selembar Papyrus.

Milad, Ayu. (2014). Makalah Genetika Mitosis dan Meiosis. Bandung: Universitas
Padjajaran.

Morgan, David 0. (2007). Siklur sel: prinrip kontrol . Fondon: Sunderland, Marr.

Murti, Harry dkk. (2007). Regulasi Siklus Sel: Kunci SuksesSomatic Cell Nuclear Transfer.

Nugroho T Titania, (1999). Telaah Beberapa Fungsi Titik Uji Siklus Pembelahan Sel Fase G1
Dan S dari Inhibitor Kinase Bergantung Siklin SIC. Natur Indonesia. Vol 1191):1-11

Nuraini,Tutu S.Kp ,M. Biomed. (2009). BIOLOGI KEPERAWATAN. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

Pane, Merry Dame Cristy. (2019). “Kelainan Kongenital”, diakses pada 20 Maret 2022,
https://www.alodokter.com/kelainan-kongenital.

31

Anda mungkin juga menyukai