Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cholilah Kartika Sari

NIM ; 07011382025183

Pertambangan Timah

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikenal dengan daerah yang kaya akan sumber daya alam
dan hasil bumi yang kaya. Kepulauan Bangka Belitung dikenal sebagai satu-satunya penghasil
timah di Indonesia , bahkan nama Bangka sendiri berasal dari wangka yang artinya Timah.
Provinsi Bangka Belitung selain pertanian dan pertambangan timah juga terdapat sektor primer
dalam struktur perekonomian masyarakat. Provinsi Bangka Belitung diwakilkan dengan merk
Bangka Tin , yang mempunyai karakter khusus yaitu Timah Putih sebagai kualitas yang terbaik.
PT Timah saat ini telah berkembang menjadi perusahaan terbuka menjadi PT Timah, Tbk saham
perseroan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1995 dengan kode
pertambangan TINS. Untuk area pertambangan sendiri , PT Timah telah memegang area izin
pertambangan sebesar 331,580 ha di daratan dan 184,400 ha dilaut. Timah merupakan sumber
daya alam utama pulau Bangka Belitung sejak lama. Besarnya kandungan biji timah di daerah ini
merupakan yang terbesar dari beberapa daerah lain di Indonesia. Produksi timah asal Indonesia
ini sangat mempengaruhi harga pasar dunia. Dalam sejarah pertambangan timah telah banyak
mengalami kemajuan yang sangat signifikan , dalam proses penambangan timah makin efektif
dan efisien berkat kemajuan teknologi.

 Tata kelola timah mengalami proses yang cukup panjang dari centang pertimahan sejak
awal 2001 yang terus mengalami penyempurnaan hingga saat ini . Tetapi pada kurun 10
tahun era otonomi daerah merupakan masa yang luar biasa untuk ekspolitasi terhadap
sumber daya alam tambang pada Provinsi Kepulauan Bangka belitung. Dampak yang
timbulkan yaitu kerusakan lingkungan , penyelundupan , hingga korupsi sumber daya
ilegal yang mengantarkan Provinsi Bangka Belitung pada masa-masa suram saat ini.
Menurut Indonesian Corruption watch (ICW) mengungkapkan rendahnya data ekspor
timah yang tercatat di Indonesia dengan negara importir terdapat kerugian negara yang
timbul akibat ekspor timah ilegal. Tahun 2013 Indonesia mengalami kerugian akibat
penyelundupan timah sebesar USD 362, 752 juta dan impor timah ilegal sebesar 301. 800
ton.

Terdapat dua jenis penambangan timah yaitu penambangan darat dan penambangan
dilaut. Penambangan darat dilakukan dengan cara menggali tanah dengan menggunakan
pompa semprot, pasir beserta biji timah dialirkan melalui peralatan yang disebut sakan,
biji timah yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada pasir akan terendapkan dan
terpisah dari pasir. Penambangan dilaut dilakukan dengan cara menyedot biji timah dari
dasar laut dengan menggunakan kapal keruk, kapal isap atau T.I apung sederhana (yang
biasanya digunakan oleh rakyat. Namun seiringnya perkembangan zaman dan menipisnya
sumber timah didarat mulai bergeser menuju laut. Meskipun pertambangan memiliki izin
namun pertambangan berdampak positif dan negatif. Dampak positif bagi pemerintah
yaitu terciptanya lapangan kerja, mengurangi tingkat pengangguran dan menekan angka
kemiskinan khususnya di daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif yaitu rusaknya
lingkungan alam, tercemarnya air laut, terjangkit penyakit bagi masyarakat di daerah pesisir,
rusaknya ekosistem laut seperti terumbu karang dan penghuni laut lainnya, penurunan pendapatan
nelayan berarti menurunkan produksi ikan setiap tahunnya dan terjadi konflik antar pengusaha
tambang dan nelayan. Masyarakat bangka yang terdiri dari pengusaha, pelaku pariwisata,
nelayan, peneliti laut, dan pemerhati lingkungan mendesak pemerintah daerah agar segera
membatasi daerah penambangan timah lepas pantai yang saat ini marak di sekitar Pulau Bangka.
Kerusakan lingkungan laut sejak adanya aktivitas penambangan telah merugikan sektor perikanan
dan wisata di Pulau Bangka. Produktivitas nelayan jadi terganggu dan terancam kehilangan mata
pencaharian. Ada 16.000 nelayan harian dari 45 ribu nelayan mengalami akibat langsung. Hasil
tangkap ikan mulai menurun dan semakin jauh diatas 5 mil mendapatkan ikan lebih banyak dan
terumbu karang terancam rusak akibat salah dalam pengelolaan sumber daya alamnya.

Terumbu karang dengan kondisi rusak terdapat di Kabupaten Bangka 57,06% dan Bangka
Selatan 29,60%. Khususnya dikabupaten Bangka terumbu karang 50 persen rusak akibat aktivitas
penambangan timah dilaut karena pori-pori terumbu karang tertutup limbah penambangan yaitu
lumpur sehingga membuat terumbu karang rusak. Produksi penangkapan ikan di Kabupaten
Bangka pada tahun 2013 dan 2014 hasil tangkapan ikan sangat baik, kemudian pada tahun 2015
dan 2016 mengalami penurunan pendapatan hasil tangkapan ikan tahun 2015 menurun 6322.26
ton pada tahun 2016 naik 4253.04 ton jadi 10575.3 ton. Penurunan produksi penangkapan ikan
lantaran adanya aktifitas penambangan timah di kawasan laut dengan ini menurunnya pendapatan
nelayan karena terumbu karang rusak akibat tertutup lumpur dihasilkan dari limbah penambangan
pasir timah di laut jadi hasil tangkapan ikan berkurang. Kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah yang mengatur pengelolaan pertambangan timah yang ditujukan untuk
mengurangi dampak kerusakan lingkungan serta memberikan kepastian hukum bagi pihak yang
berkepentingan seperti pengusaha, masyarakat, perusahaan, dan pemda. Akan tetapi saat ini
belum adanya pemantauan dan perhatian yang pasti dari pemerintah dalam pengelolaan ekosistem
laut akibat pertambangan timah. Hal tersebut dikarenakan pemerintah melakukan pengelolaan
sumber daya alam yang terjadi akibat buruk model pengelolaan sumber daya alam yang
dicanangkan oleh Pemerintah. Karena dibuktikan pemerintah terlalu mudah mengeluarkan Izin
Usaha Pertambangan (IUP) pertambangan meskipun secara lingkungan dan sosial ekonomi
sesungguhnya tidak layak. Dalam permasalahan ini diperlukannya kebijakan yang tegas pada
pengelolaan ekosistem laut untuk mengambil tindakan dan langkah yang cepat untuk
menghentikan kegiatan penambangan timah baik yang mendapat izin (legal) atau yang tidak
mendapatkan izin (ilegal). Karena Jika terus dibiarkan, maka kerusakan ekosistem laut bertambah
parah dan masyarakat pesisir yang akan merasakan dampaknya.

 Solusinya
1. Pemerintah daerah harus tegas untuk mengimplementasikan semua aturan tentang
penambangan timah, baik berupa peraturan perundang-undangan nasional maupun
dalam bentuk peraturan daerah. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan eksploitasi
timah dapat dikendalikan dengan baik, kegiatan reklamasi dan kegiatan pascatambang
dapat berjalan sesuai aturan. Orientasi penjagaan dan pemeliharaan serta pemulihan
kondisi lingkungan hidup harus merupakan fokus utama pemerintah daerah dalam
pengelolaan pertambangan didaerah ini.
2. Penegakan hukum harus dijalankan dengan tegas terhadap semua pihak yang
melakukan pelanggaran dengan tidak memandang apakah yang bersangkutan adalah
perusahaan tambang besar atau rakyat kecil, pejabat atau aparat pemerintah sendiri.

Anda mungkin juga menyukai