Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN


JIWA SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN

Dosen Pembimbing :
Ns. Aulia Akbar, M.Kep., Sp. Kep J

Disusun oleh :

Nama : Nadiatul Putri

NIM : 18010019

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca.Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 9 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------

1.1. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------


1.2. Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------
1.3. Tujuan------------------------------------------------------------------------------------
BAB II Pembahasan -----------------------------------------------------------------------------

2.1. Prinsip-prinsip perkembangan--------------------------------------------------------


2.2. Tahap-tahap perkembangan-----------------------------------------------------------
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan-------------------------------
2.4. Asuhan Keperawatan-------------------------------------------------------------------
BAB III Penutup----------------------------------------------------------------------------------

3.1. Kesimpulan------------------------------------------------------------------------------
3.2. Saran--------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka-------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwaadalah kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius
(Kusumawati & Hartono, 2011).
Kesehatan jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak
dalam kandungan kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18
bulan), masa toddler(1,5-3 tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia
sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa tengah
(35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun) (Wong, D.L, 2009).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011,yang di
kutip dari Ikrar (2012),penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat
yang luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya
hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan
menurut laporan pusat psikiater Amerika, dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun
pertahun. Berarti gangguan jiwa berdampak dalam semua segi kehidupan,ekonomi,
politik, sosial, budaya, keamanan, dan seterusnya.
Menurutdata dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di
Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada
laporan riset kesehatan dasar tahun2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6% individu
yang berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki gangguan
emosional (Dimyati, 2010).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Prinsip-prinsip perkembangan?
2. Apa saja Tahap-tahap perkembangan?
3. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Prinsip-prinsip perkembangan.
2. Mengetahui Tahap-tahap perkembangan.
3. Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan.
4. Mengetahui Asuhan Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan hingga
ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa
menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran. Selama
proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:
1. Perubahan fisik
 Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya misalnya
otak, jantung, dan lain sebagainya.
 Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan
tubuh pada seorang anak.
2. Perubahan mental
 Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan
imajinasi.
 Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap
sosial yang, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.

B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
Tahap-tahap Perkembangan Manusia dalam Pandangan Psikolog Tahap-tahap
perkembangan manusia menurut para psikolgi berbeda-beda tergantung pandangan
mereka tentang teori perkembangan.
Hurlock (1980) menyatakan membagi tahap perkembangan menjadi 10 tahap yaitu:
a. Periode Pranatal
Periode pranatal dimulai sejak terjadi proses pembuahan (konsepsi) sampai anak
terlahir ke dunia. Pada masa itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikhis yang sangat penting bagi seorang anak.Jenis kelamin anak dan bentuk fisik
telah ditentukan sejak anak berada dalam kandungan.
b. Masa Bayi Baru Lahir
Masa bayi baru lahir dimulai dari hari pertama kelahiran sampai dua minggu setelah
kelahiran.Masa ini ditandai dengan lepasnya tali pusat bayi.
c. Masa Bayi
Masa bayi dimulai dua minggu setelah kelahiran sampai usia dua tahun. Pada masa
anak mulai belajar duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari.Anak juga mulai
berkomunikasi dengan caranya sendiri dengan orang-orang di sekitarnya.
d. Masa Anak-anak
Awal Masa anak-anak awal dimulai dari usia dua tahun sampai enam tahun. Masa ini
dipandang sebagai awal bagi kehidupan anak.
e. Masa Anak-Anak Akhir
Masa anak-anak akhir dimulai dari enam sampai tigabelas tahun.Masa ini dipandang
sebagai anak sekolah dasar.
f. Masa Puber
Masa puber dimulai dari usia empat belas tahun sampai limabelas tahun. Masa ini
dipandang sebagai awal memasuki masa remaja.
g. Masa Remaja
Masa remaja dimulai dari usia limabelas sampai delapan belas tahun. Masa remaja
merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
h. Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai dari usia delapan belas sampai empat puluh tahun.
i. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai dari usia empat puluh sampai enam puluh tahun
j. Masa Usia Lanjut
Masa usia lanjut dimulai dari usia enam puluh tahun sampai akhir hayat

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


Manurut Hurlock (1980), baik faktor kondisi internal maupun faktor kondisi eksternal
akan dapat mempengaruhi tempo/kecepatan dan sifat atau kualitas perkembangan
seseorang. Tetapi sejauh mana pengaruh kedua faktor tersebut sukar untuk ditentukan,
terlebih lagi untuk dibedakan mana yang penting dan kurang penting. Ada beberapa
faktor faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan seseorang yaitu:
1. Inteligensi
Inteligensi merupakan faktor yang terpenting. Kecerdasan yang tinggi disertai oleh
perkembangan yang cepat, sebaliknya jika kecerdasan rendah, maka anak akan
terbelakang dalam pertumbuhan dan perkembangan.
2. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas.Yang nyata
kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah.
3. Kelenjar-kelenjar
kelenjar-kelenjar buntu ini dalam pertumbuhan jasmani dan rohani dan jelas
pengaruhnya terhadap perkembangan anak sebelum dan sesudah dilahirkan.
4. Kebangsaan (ras)
misal Anak-anak dari ras Meditarian (Lautan tengah) tumbuh lebih cepat dari anak-
anak Eropa sebelah timur.
5. Posisi dalam keluarga
Anak kedua, ketiga, dan sebagainya pada umumnya perkembangannya lebih cepat
dari anak yang pertama.Anak bungsu biasanya karena dimanja perkembangannya
lebih lambat.
6. Makanan
Pada tiap-tiap usia terutama pada usia yang sangat muda, makanan merupakan faktor
yang penting peranannya dalam pertumbuhan dan perkembangan.
7. Luka dan penyakit
Luka dan penyakit jelas pengaruhnya kepada perkembangan, meskipun terkadang
hanya sedikit dan hanya menyangkut perkembangan fisik saja.
8. Kultur (budaya)
Yang termasuk faktor budaya disini selain budaya masyarakat juga di dalamnya
termasuk pendidikan, agama, dsb.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Askep Ibu Hamil
a. Pengertian
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (Saifuddin,Abdul Bani,
dkk, 2001)Kehamilan adalah periode dimana ovum telah dibuahi dan
berkembangdidalam uterus mengalami proses diferenseasi dan uterus berkembang sampai
bisamenunjang sendiri kehidupan diluar uterus (Mochtar Rustam;1988).
Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Gangguan Psikologis/Perilaku

1. Pengkajian
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-sekarang.
Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di bawali ini :
a) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan.
d) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan
perdarahan.
f) Komplikasi pada bayi.
g) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok
risiko tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle sel, talasemia).
b) Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi.
c) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan jantung.
d) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis dan
pinggang).
e) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis.
f) Riwayat dan perawalan anemia.
g) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
h) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan minuman
ringan.
i) Merokok (Jumlah batang per hari).
j) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat meningkatkan
risiko terinfeksi toxoplasma.
k) Alergi dan sensitif dengan obat.
l) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.

e. Riwayat keluarga.

Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk


penyakit kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan
jantung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat
kongenital yang perlu dikumpulkan.

f. Riwayat kesehatan pasangan.

Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang


berhubungan dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi.
Penggunaan obat-obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh
pada kemampuan keluarga untuk menghadapi kehamilan dan persalinan.
Rokok yang digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada ibu dan janin,
terulama risiko mengalami komplikasi.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan citra tubuh
Intervensi
a. Terima persepsi diri klien dan berikan jaminan bahwa ia dapat mengatasi krisis
ini.
b. Dorong klien melakukan perawatan diri.
c. Kaji kesiapan klien, kemudian libatkan klien dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan bila memungkinkan.
d. Berikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan perasaan tentang citra
tubuhnya.
2. Ketakutan
Intervensi
a. Berikan informasi sesuai tingkat pemahaman atau penerimaan klien.
b. Orientasikan klien ke lingkungan sekitar.
c. Orientasikan keluarga pada kebutuhan khusus klien dan izinkan anggota
keluarga berpartisipasi dalam memberikan perawatan.
d. Atur anggota keluarga untuk tinggal bersama klien.
3. Gangguan pola tidur
Intervensi
a. Berikan kesempatan klien untuk mendiskusikan keluhan yang mungkin
menghalangi tidur.
b. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur
tanpa terganggu selama beberapa jam.
c. Berikan bantuan tidur, kepada klien, seperti bantal, mandi sebelum tidur,
makanan atau minuman, dan bahan bacaan.
d. Ciptakan lingkungan tenang yang kondusif untuk tidur.
e. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien tentang teknik relaksasi.
2. Infant
Standar Asuhan Keperawatan Sehat Mental Pada Infant
1. Pengertian
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi
belajar terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis
pertama yang dihadapi oleh bayi.
2. Karakteristik Perilaku
 Karakteristik Normal
1) Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2) Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3) Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4) Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5) Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6) Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan
orang yang tidak dikenalnya
7) Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8) Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9) Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10) Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant
3. Intervensi
Intervensi Generalis
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan
benda berwarna menarik, benda berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami
masalah kesehatan atau sakit.
Intervensi Spesialis
 Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.

3. toddler
a. Definisi Toddler
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada periode
ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana
mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala.
Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 1998 ).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.Sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan belajar. (Wong’s, 2000 )

b. Pertumbuhan Dan Perkembangan Masa Toddler


1. Perkembangan psikososial
Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal
dimana pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan
kadangkala anak bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar
mengidentifikasi tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain
disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau
katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih
kuat dan lebih besar dibandingkan dirinya.sedangkan pada wanita disebut
dengan Elektra complex.
Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs
Guilt, ( inisiatif vs rasa malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada
kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.
Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional dimana sifat
egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan
untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain.
Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak
mulai belajar baik dan buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar
peletakan nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu
Egosentris ,kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah
Oreintasi hukuman dan ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan,
dan tahapan yang terakhir adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai
sesuatu yang menyenangkan dirinya.Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang
besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa,sehingga pada saat memberikan
penjelasan kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan
singkat.
Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi karena
mereka terus bergerak.kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan
menurunpada setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB
Pengaruh permaianan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh
dalam Perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap alat permainan,mulai mengambangkan otonomi dalam
permainan, dan belajar memecahkan masalah. Tak kalah penting pula
pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak akan mempelajari nilai
benar dan salah dalam permainan sehingga mereka dapat diterima
lingkungannya.
Permainan yang tepat adalah solitary play ( 1 – 2 th ) dan parallel play
( 2 – 3 tahun )Kecenderungan cedera, karakteristiknya yang tidak bisa
diam ,penuh rasa ingin tahu sering menjadi penyebab cedera fatal bahkan
sampai kematian apabila orang tua kurang waspada.

4. Anak Prasekolah (3-5 Tahun)


Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin besar
dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya. Anak sudah mulai mandiri dalam
merawat diri sendiri seperti mandi, makan, minum, mengosok gigi, BAB dan BAK,
dll.
a. Bimbingan Selama Fase Prasekolah
1) Usia 3 Tahun :
a) Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan
yang lebih luas.
b) Anjurkan untuk mendaftarkan anak ke TK.
c) Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu,
d) Anjurkan orangtua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang
ragu/bimbang.
2) Usia 4 Tahun :
a) Persiapakan pada tingkah laku anak yang lebih agresif, termasuk aktivitas
motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
b) Bersikap menentang terhadap orangtua.
c) Explorasi perasaan ortu berkenaan dengan tingkah laku anak.
d) Masukkan anak ke TK.
3) Usia 5 Tahun
a) Masa tenang pada usia 5 tahun.
b) Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah.
c) Pastikan kelengkapan immunisasi sebelum memasuki sekolah.

b. Askep Sehat Jiwa Pada Anak Usia Pra Sekolah


A. Pengkajian
 Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
 Anak
1. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a. Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun.
Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg terkait
dengan nutrisi anak.
b. Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c. Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi
otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
d. Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
2. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
a. Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
b. Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
c. Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang memungkinkan
penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda.
3. Perkembangan psiko-sosial
a. Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
b. Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih
sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
4. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup mereka,
sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak
mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan makan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan;
 Orang tua kurang pengetahuan
 Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
 Stressor yang berkaitan dengan sekolah
 Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bermain atau
pendidikan sekunder, akibat:
a. Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
b. Kurang stimulasi
c. Sedikitnya orang terdekat
d. Kehilangan teman sebaya.
2. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
3. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa No. 1
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area
fungsi, menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
c) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju sendiri,
perawatan mulut, perawatan rambut.
d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan berbagai
mainan.
e) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
f) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan permintaan.
g) Beri pujian untuk perilaku yang positif.
2. Diagnosa No. 2
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b) Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak.
3. Diagnosa No. 3
a) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
 Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
 Bermain peran sesuai respon.
 Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif dan negatif.
b) Ajarkan orang tua untuk:
 Menghindari ketidaksetujuan di depan anak
 Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi dan minta
anak untuk mengulangi apa yang dikatakan.

5. Usia Sekolah
Askep Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah ( ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI)
a. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten.Selain
mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu
mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak
sehari-hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat
personal dan keluarga.
1) Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama, pendidikan,
alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.riwayat
kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak,
juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas kehidupan sehari-hari anak meliputi
keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal makan dan minat terhadap
makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi
meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi,
kecacatan dan keterbatasan lainnya.
2) Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan
neurologis anak.Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku
anak.Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan.Bahkan untuk mengetahui
kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami anak.
3) Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego anak.Perawat membandingkan perilaku dengan
tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu.Oleh karena itu, status
mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang santai dan
nyaman bagi anak. Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi,
proses berpikir, dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan
orientasi; keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia.
4) Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang
anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan.Pengumpulan data keluarga merupakan bagian
penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak sebagai indivdu ke
sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa yang telah dilakukan
oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk menegakkan
diagnosa keperawatan, data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa
sebagai dasar perencanaan asuhan keperawatan selanjutnya.dalam
keperawatan psikiatri dapat digunakan PND (Psychiatric Nursing
Diagnosis), NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
dan DSM-III R (Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
b. Perencanaan
1. Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak,
seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan lingkungan
anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya
adalah sebagai berikut :
2. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
3. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku
defensive
4. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
5. Membantu mengembangkan identitas diri anak
6. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
7. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
8. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
9. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
10. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat

6. askep pada remaja


a. Pengertian Masa Remaja
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan
Olds, 2001).  Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia
dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia
dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ).  Masa remaja awal dan akhir dibedakan
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan
yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990). 
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga
terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana
pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan
(Hurlock, 1990).  Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang
terjadi pada rentang kehidupan.  Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif,
misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan
cara berpikir secara konkret menjadi.  Perkembangan dalam kehidupan manusia
terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu:
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan
sosial (Papalia dan Olds, 2001).
b. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian 
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan
interpretasi pola perilaku, yang mencakup informasi sebagai berikut :
1. Pertumbuhan dan perkembangan 
2. Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan) 
3. Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berpikir dan pikiran
tentang bunuh diri atau membunuh orang lain)
4. Latar belakang sosial budaya, ekonomi, agama
5. Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah)
6. Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego seperti denial, acting out,
menarik diri)
7. Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
8. Persepsi remaja tentang/dan kepuasan terhadap keadaan kesehatan 
9. Tujuan kesehatan remaja 
10. Lingkungan (fisik, emosi, ekologi)
11. Sumber materi dan nara sumber yang tersedia bagi remaja (sahabat,
sekolah dan keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat)
Data yang dikumpulkan mencakup semua aspek kehidupan remaja baik
pada masa lalu maupun sekarang yang diperoleh dari remaja itu sendiri,
keluarganya atau orang lain. Permasalahan yang biasanya dihadapi oleh
remaja berkaitan dengan citra diri, idenditas diri, kemandirian, seksualitas,
peran sosial dan perilaku seksual yang menimbulkan perilaku adaptif maupun
maladaptive.
Dalam berkomunikasi dengan remaja, perawat harus mengerti bahwa :
a. Perasaan dan konflik cenderung diekspresikan melakukan perilaku kasar
dari pada secara verbal
b. Remaja mempunyai bahasa mereka sendiri 
c. Kata-kata kotor sering diucapkan oleh remaja, terutama remaja yang
sangat terganggu 
d. Banyak data yang dapat diperoleh hanya dengan mengamati perilaku
remaja, cara berpakaian dan lingkungannya
Perawat yang mempelajari keterampilan mewawancarai dan menggunakan
pesan nonverbal dapat memanfaatkan ketrampilannya dalam berkomunikasi
dengan remaja secara verbal. Dalam usahanya menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik yang pesat, remaja mengalami ketegangan karena konflik
antara kebutuhan akan rasa tergantung dan keinginan untuk mandiri. Menurut
para ahli remaja bahwa kemandirian berarti melepaskan diri dari kendali orang
tua, tanpa menyadari bahwa kemandirian terjadi melalui suatu proses belajar
yang terjadi secara bertahap.
2. Perencanaan dan implementasi
Masalah utama yang biasa dialami remaja berkaitan dengan perilaku
seksual, keinginan untuk bunuh diri, keinginan untuk lari dari rumah, perilaku
antisocial, perilaku mengancam, keterlibatan dengan obat terlarang,
hypochandriasis, masalah diit/makan, dan takut sekolah.
Untuk mencegah kesan remaja bahwa perawat memihak kepada orang
tuanya, maka sangat perlu diperhatikan perawat untuk melakukan kontak awal
langsung dengan remaja.Pengetahuan perawat tentang perkembangan normal
yang dialami remaja sangat diperlukan untuk dapat membedakan perilaku
adaptif dan menentukan masalah berdasarkan perilaku remaja merupakan
langkah pertama dalam merencanakan asuhan keperawatan.Perawat kemudian
menentukan tujuan jangka pendek berdasarkan respons maladaptive dengan
memperhatikan kekuatan yang dimiliki remaja, begitu pula tujuan jangka
panjang.
Tinjauan terhadap rencana asuhan keperawatan perlu dilakukan secara
berkala untuk memperbaiki situasi, catatan perkembangan dan
mempertimbangkan masalah baru. Sangat penting untuk mengkaji dan
mengevaluasi proses keperawatan pada remaja. Implementasi kegiatan
perawat meliputi :
1. Pendidikan pada remaja dan orang tua 
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan
informasi mengenai kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat
terlarang, masalah seks, pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan,
begitu pula informasi mengenai perilaku remaja dan memahami konflik
yang dialami mereka, orang tua, guru dan masyarakat akan lebih suportif
dalam menghadapi remaja, bahwakan dapat membantu mengembangkan
fungsi mandiri remaja dan orang tua mereka, akan menimbulkan
perubahan hubungan yang positif.
2. Terapi keluarga 
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan
kronis dalam interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan
perkembangan pada remaja. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji
tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang terdapat didalamnya untuk
menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan membantu
keluarga. 
3. Terapi kelompok 
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk
mendapat dukungan dari teman sebaya. Konflik antara keinginan untuk
mandiri dan tetap tergantung, serta konflik berkaitan dengan tokoh
otoriter, akan mudah dibahas. 
4. Terapi individu 
Terapi individu oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan
mendapat pendidikan formal yang memadai.Terapi individu terdiri atas
terapi yang bertujuan singkat dan terapi penghayatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan perawat ketika berkomunikasi dengan remaja antara lain
penggunaan teknik berdiam diri, menjaga kerahasiaan, negativistic,
resistens, berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi,
dan minta perhatian khusus.  
3. Evaluasi 
Dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, masalah remaja lebih
sering dihadapi oleh perawat. Perawat harus waspada untuk tidak memihak
baik pada remaja maupun orang tua.Remaja cenderung impulsive dan
secara tidak disadarinya menghambat perkembangan terapi. Walaupun
proses penyembuhan biasanya berjalan lambat, perawat tetap perlu
menyadari kemajuan yang dialami remaja dan bahkan membantu remaja
untuk melihat perbaikan yang telah dicapai, tidak saja dalam perilakunya
tetapi juga secara menyeluruh. Apabila kriteria keberhasilan ditulis secara
jelas dengan menggunakan istilah perubahan yang ingin dicapai, maka
kriteria ini dapat dipakai untuk mengukur efektifivitas intervensi
keperawatan.

7. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia


a. Kegiatan Asuhan Keperawatan Dasar Bagi Lanjut Usia
Kegiatan ini menurut Depkes (1993 1b), dimaksudkan untuk memberikan
bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut
usia secara individu maupun kelompok, seperti di rumah/lingkungan keluarga,
Panti Werda maupun Puskesmas, yang di berikan perawat. Untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas
sosial yang bukan tenaga keperawatan, diperlukan latihan sebelumnya atau
bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti. (Depkes, 1993 1b)
Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok
lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1) Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan
yang sesuai dan kesegaran jasmani.
2) Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang
lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia
aktif, dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
1) Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3) Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
4) Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.
Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk terjadinya
dekubitus, yakni :
1) Status gizi
2) Anemia
3) Adanya hipoalbunemia
4) Adanya penyakit-penyakit neurologic
5) Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6) Adanya dehidrasi
b. Pendekatan Keperawatan Lanjut Usia
1) Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian-kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan
fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan
progresivitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas
dua bagian, yakni :
a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui
dasar perawatan klien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang
berhubunga dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan
kesehatannya. kebersihan perorangan (personal hygiene) sanga penting
dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi
dapat timbul bila keberihan kurang mendapat perhatian.
2) Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan adukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhaadap segala sesuatu yang asing, sebagai penamung
rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknnya
memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu
yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu
sabar, simpatik, dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka
terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kea rah pemuasan pribadi
sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila
perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa pua dan
bahagia.
3) Pendekatan social
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercarita merupakan salah satu
upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama dengan sesame klien lanjut usia berarti menciptakan
sosialisasi mereka. Pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi
perawat bahwa orang yang dihadapinya adalh mahluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan
hubungan social antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan
perawat sendiri.
Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti
menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat kabar. Dapat
disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia. 
4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutamabila klien
lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menghadapi kematian, DR. Tony Setyabudhi mengemukakan bahwa maut
seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam ini didasari oleh
berbagai macam factor, seperti tidakpastian akan pengalaman selanjutnya,
adanya rasa sakit / penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan untuk
tidak kumpul lagi dengan keluarga / lingkungan sekitarnya.

c. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri dengan :
 Peningkatan kesehatan (Health Promotion).
 Pencegahan penyakit
  Pemeliharaan kesehatan.
Sehingga memiliki ketenengan hidup dan produktif sapai akhir
hidup.     
2) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah
lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan. 
3) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangathidup klien lanjut usia (Life Support ).
4) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit /
mengalami  gangguan tertentu ( kronis maupun akut ).
5) Merangsang para petugas kesehatan ( dokter, perawat )untuk dapat mengenal
dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu
kelainan tertent.
6) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan
yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (Memelihara kemandirian secara
maksimal ). 

d. Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia


1) Peningkatan kesehatan (health promotion)
2) Oencegahan penyakit (preventif)
3) Mengoptimalkan fungsi mental.
4) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum.

e. Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Fisik / Biologi
 Gangguan nutrisi : kurang / berlebihan dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat.
 Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan
sehubungan dengan hambatan penerimaan dan pengiriman
rangsangan.
 Kurangnya perawatan diri sehubungan dengan penurunan minat
dalam merawat diri.
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
 Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan jalan
nafas atau adanya sekret pada jalan nafas.
b. Psikososial
 Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga.
 Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
 Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
 Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
 Coping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengemukakan pendapat secara tepat.
 Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.
c. Spiritual
 Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
 Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
ketidaksiapan menghadapi kematian.
 Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
 Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan ibadah secara tepat.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan hingga
ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa
menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.Asuhan
Keperawatan ini dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan,
perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok,
seperti di rumah/lingkungan keluarga, Panti Werda maupun Puskesmas, yang di berikan
perawat.
Perawat harus waspada untuk tidak memihak baik pada remaja maupun orang
tua.Remaja cenderung impulsive dan secara tidak disadarinya menghambat
perkembangan terapi. Walaupun proses penyembuhan biasanya berjalan lambat, perawat
tetap perlu menyadari kemajuan yang dialami remaja dan bahkan membantu remaja untuk
melihat perbaikan yang telah dicapai, tidak saja dalam perilakunya tetapi juga secara
menyeluruh. Apabila kriteria keberhasilan ditulis secara jelas dengan menggunakan
istilah perubahan yang ingin dicapai, maka kriteria ini dapat dipakai untuk mengukur
efektifivitas intervensi keperawatan.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini maka mahasiswa mampu mengetahui secara detail dan
terfokus pada perkembangan jiwa pasien sesuai dengan masa perkembangannya dan
melakukan asuhan keperawatan dengan tepat saat menemukan kasus dilapangan atau
dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat budi anna;Panjaitan;Helena.2005.proses Keparawatan Kesehatan Jiwa.


Ed.2.Jakarta:EGC
Stuart, Gall W.2007>Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC
Suliswati,2005. Konsep Dasar Keperawatn Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC
Hurlock, Elizabeth B, Developmental Psychology , Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo,
Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan , Jakarta: Erlangga, 1980.
Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif , cet. 3, Jakarta:
Kencana, 2008 .

Anda mungkin juga menyukai