TESIS
Oleh
TESIS
Oleh
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Penulis panjatkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini. Adapun judul penelitian ini
adalah "Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita serta Peran Bidan Desa
Kabupaten Simalungun".
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat
bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Utara.
5. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan dr.
Heldy BZ, M.P.H, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
6. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
saran dan masukan serta arahan untuk kesempurnaan proposal hingga penulisan
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun beserta seluruh staf yang telah
Utara
10. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
11. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda dan Ibunda atas
12. Teristimewa buat suami tercinta A. Marpaung, S.H dan anak-anakku tersayang:
Ichtus Marpaung dan Abednego Marpaung, serta seluruh keluarga yang penuh
pengertian, kesabaran, pengorbanan serta rasa cinta yang dalam setia menunggu,
pendidikan.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan
Paola Netsy Purba, lahir pada tanggal 07 Januari 1972 di Pematang Siantar
Kabupaten Simalungun. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari
di Sekolah Dasar Cinta Rakyat Perdagangan, selesai Tahun 1983; Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Perdagangan, selesai Tahun 1986, Sekolah Menengah Atas
Methodist Indonesia Medan, selesai Tahun 2001. Mulai bekerja sebagai Dokter PTT
di Puskesmas Sumber Jaya, Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dari
tahun 2001 sampai tahun 2002, Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Hutumuri
Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon tahun 2002 sampai tahun 2005,
tahun 2006 sampai dengan sekarang Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Bosar
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Permasalahan .................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4. Hipotesis ............................................................................................ 10
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
5 Uji Multivariat................................................................................................ 98
7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Bosar Maligas ............ 100
dinamika epidemiologi penyakit. Epidemiologi gizi sebagai bagian dari ruang lingkup
epidemiologi secara umum merupakan salah upaya deteksi dini terhadap masalah
Kasus gizi kurang dan gizi buruk terutama pada anak balita merupakan
masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2005).
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
Masyarakat (UKBM). Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sudah sangat
luas dikenal di masyarakat dan telah masuk dalam bagian keseharian kehidupan sosial
dikelola dan diselenggarakan dari, untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil
dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI,
2007).
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama
dibantu oleh petugas kesehatan setempat dengan menggunakan prinsip lima meja,
yaitu dari pendaftaran, penimbangan bayi dan anak, pengisian Kartu Menuju Sehat
(KMS), penyuluhan gizi terutama pada anak dengan berat badan jauh dibawah berat
badan seharusnya dan kelainan klinis, ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) serta pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, dan pengobatan seperti pemberian
obat-obatan, vitamin A, tablet zat besi (Fe) atau pemberian rujukan ke puskesmas dan
rumah sakit jika ditemukan kasus-kasus luar biasa (Depkes RI, 2005).
pertumbuhan (growth monitoring) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada
merupakan kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi yang akan berdampak
Gizi kurang tahun 2005 pada anak balita sekitar 19,24 % dan gizi buruk
sekitar 8,8 %. Gizi buruk atau gizi kurang yang dialami oleh anak akan membawa
tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.
(need factors).
Health of Children bahwa populasi balita dari seluruh populasi penduduk di dunia
sekitar 10%, dan lebih dari 40% jenis penyakit yang ada potensial terjadi pada balita.
Tetapi, sampai saat ini tidak ada usaha spesifik yang dilakukan untuk mengaitkan
bahaya lingkungan tertentu mana yang memengaruhi penyakit pada balita. WHO
membentuk Satuan Tugas untuk Perlindungan Lingkungan Anak (Task Force for the
Anak balita di Indonesia berjumlah sekitar 1 juta atau sekitar 28% dari seluruh
penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan besarnya sasaran yang harus dicakup
penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu alasan dilakukannya
cukup baik untuk balita terutama sampai usia 2 tahun dengan integrasi imunisasi.
masyarakat sangat bervariasi, mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%.
diamati partisipasi ibu balita masih sangat rendah berkisar antara 1-5%. Cakupan
program perbaikan gizi pada umumnya rendah, banyak Posyandu yang tidak
diukur dari tingkat kunjungan. Tingkat kunjungan secara kumulatif mencapai 90%
atau lebih dianggap baik dan kurang dari 90% dianggap belum baik pemanfaatannya.
di Posyandu hanya 19,9%, padahal kebutuhan bidan di desa telah terpenuhi, namun
cakupan program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Karo tahun 2003 masih
rendah.
posyandu di Kota Denpasar, menemukan bahwa dari 432 buah posyandu yang ada di
Kota Denpasar tingkat partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu (D/S) hanya
73,13% dari target sebesar 77,50% dan tingkat pencapaian program penimbangan
(N/D) hanya mencapai 63.76% dari target sebesar 76,60%. Petugas kesehatan yang
paling berperan dalam kegiatan posyandu adalah bidan, perawat atau petugas
melalui Surat Keputusan GUBSU No. 411/600 tanggal 4 Februari 2005 perihal
Posyandu.
Sumatera Utara dengan pencapaian program posyandu yang rendah. Salah satu
Balita. Berdasarkan survei awal di Puskesmas Bosar Maligas, ditemui kader yang
aktif hanya 210 orang dari 365 orang kader Posyandu dengan jumlah Posyandu
sebanyak 73 unit (Tingkat Madya 30 unit, Purnama 38 unit dan Mandiri 5 unit).
Posyandu Balita.
dengan bulan Desember 2010. Kinerja Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar
Maligas Januari–Desember 2010 belum sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu
90%. Demikian juga dengan persentase cakupan pelayanan, seluruh balita yang ada
belum mendapat kartu (K/S), bayi yang mempunyai kartu belum seluruhnya
Keterangan:
S = Seluruh Balita
K = Jumlah Balita yang mempunyai KMS
D = Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu
N/S = Jumlah Balita yang naik berat badannya/seluruh Balita
K/S = Jumlah Balita yang mempunyai KMS/seluruh Balita
N/D = Jumlah Balita yang naik berat badannya /Balita yang ditimbang
D/S = Jumlah Balita yang ditimbang / seluruh Balita
10 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas,
sebagian besar tidak mengetahui pengertian posyandu dan manfaat balita ditimbang
ke posyandu. Ibu balita juga menganggap posyandu hanya sebagai tempat melakukan
imunisasi, sehingga pada saat balitanya sudah mendapatkan imunisasi dasar tidak lagi
dibawa ke posyandu.
diduga terkait dengan kurangnya pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita
tentang posyandu. Selain itu peran bidan desa di wilayah kerja puskesmas tersebut
pengamatan tumbuh kembang dan pengukuran status gizi balita (Depkes RI, 2006).
kehadiran bidan desa menjadi salah satu daya tarik bagi ibu-ibu balita untuk
bidan desa sebagai petugas kesehatan di desa maupun dari institusi terkait,
Posyandu yang tidak aktif. Akibat dari kondisi tersebut maka muncul sikap di
masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin
atau sulit untuk dilaksanakan, namun masih ada kelompok masyarakat yang merasa
posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak cara yang dapat dilaksanakan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan perilaku ke posyandu dan
juga hasil adanya hubungan yang sangat signifikan tersebut sangat bersesuaian
dengan teori yang digunakan oleh Anderson tentang perilaku kesehatan yang
tentang pengetahuan, sikap dan persepsi. Terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke posyandu. Kurangnya sikap dari
ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme ibu balita
dan permasalahan yang ditemui pada posyandu wilayah kerja Puskesmas Bosar
Maligas saat ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”pengaruh pengetahuan dan
sikap ibu balita serta peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah
1.2 Permasalahan
penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta
peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar
Menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran bidan desa
tahun 2011.
Pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran bidan desa berpengaruh terhadap
Pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas pada tahun 2011.
1. Bagi Puskesmas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam
2.1 Posyandu
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB (Keluarga Berencana), P2M (Imunisasi dan
penduduk Posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan
Balita.
kematian bayi (Infant Mortality Rate), angka kelahiran (Birth Rate), dan angka
kematian ibu (Maternal Mortality Rate). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu
tersebut. Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara
lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari
input, process, output, effect, outcome, dan mekanisme umpan baliknya (Depkes RI,
2005).
a. Input. Yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu system
yang disingkat dengan 6 M yaitu: Man, Money, Material, Method, Minute, dan
Market. Man adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan,
Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi
oleh pemerintah. Material adalah vaksin, jarum suntik, KMS, alat timbang, obat-
Minute adalah waktu yang disediakan oleh staf Puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan Posyandu dan waktu yang disediakan oleh ibu untuk suatu kegiatan dan
b. Process. Meliputi semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan,
ditimbang, jumlah bayi, dan ibu hamil yang diimunisasi, jumlah PUS yang
e. Outcome. Merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu sistem
seperti penurunan angka kematian bayi, penurunan fertilitas PUS, dan jumlah
Fungsi manajemen yang dipakai sebagai pokok bahasan dalam makalah ini
mencapai target program, dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
rasional karena sudah didasari pemanfaatan data secara tepat (Depkes RI, 2003).
Ada empat fungsi manajemen pada program pelayanan terpadu, berikut ini
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena awal dan arah dari proses
lapangan. Perencanaan program Posyandu terdiri dari lima langkah penting yakni:
Puskesmas. Dari analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data yang
(e) Aspek organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader,
sebagainya.
kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari
alat pemantau. Contoh format RKO: Jenis kegiatan yang dilakukan untuk
b. Pengorganisasian
dari pimpinan kepada staf sesuai tugas yang diberikan. Masing-masing kelompok
terdiri dari 2 atau 3 staf yang tiap staf disesuaikan dengan jumlah yang tersedia dan
c. Penggerakan-pelaksanaan
kerja sama antara staf dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara
staf Puskesmas dengan masyarakat, dan antara staf Puskesmas dengan pimpinan
kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruh pada
kerjasama lintas sektoral akan ditentukan oleh peranan camat dan ketua penggerak
manusia sangat diperlukan dalam penerapan fungsi manajemen ini (Depkes RI,
2005).
Posyandu adalah untuk masyarakat dan perlu dikelola oleh masyarakat oleh kader-
kader di tingkat dusun. Pembinaan kader memang sukar dikerjakan oleh pihak
Puskesmas karena kader bekerja secara sukarela sementara kader dihadapkan pada
sendiri. Tetapi tanpa kader yang diambil dari masyarakat setempat, konsep
Puskesmas, Posyandu jarang sekali berjalan secara rutin. Ini adalah salah satu
adalah:
tingkat kecamatan, antara staf Puskesmas sendiri dan organisasi formal dan
(2) Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama
(3) Kembangkan motivasi kader dan staf kesehatan sebagai anggota kelompok
kerja program Posyandu, sehingga peran serta kader yang optimal dapat
Hubungan Antar Manusia (HAM) perlu terus dibina dan dikembangkan untuk
lapangan adalah:
koordinator program.
Beberapa langkah penting dalam fungsi Wasdal program Posyandu ini adalah:
(1) Menilai kesenjangan antara target dan standard dengan cakupan dan
pengawasan).
dengan menggunakan tolak ukur keberhasilan program sebagai pedoman kerja dan
a. Meja I
pendaftaran pada ibu dan Balita yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan Posyandu
menjadi terarah dan jelas dengan adanya petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini
memudahkan ibu dan Balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau
b. Meja II
c. Meja III
Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu dan Balita
mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan mengisikan berat badan
Balita ke dalam skala yang di sesuaikan dengan umur Balita. Di atas meja terdapat
d. Meja IV
Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan,
pelayanan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat besi
dilakukan di meja IV
Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa atau petugas kesehatan
lainnya. Imunisasi yang diberikan di posyandu adalah imunisasi dasar, yaitu: BCG,
dengan targetnya adalah salah satu cara yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian
cakupan program adalah hasil langsung (output) kegiatan program posyandu yang
cakupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana yaitu jumlah
orang yang mendapatkan pelayanan dibagi dengan jumlah penduduk sasaran setiap
program.
Jumlah penduduk sasaran dapat dihitung secara langsung oleh staf Puskesmas
melalui pencatatan data jumlah penduduk sasaran yang ada di Desa atau dusun.
penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung
selalu jauh lebih rendah. Atas dasar perbedaan antara jumlah penduduk sasaran yang
langsung pada saat supervisi dan juga diarahkan untuk mencari upaya pemecahan
masalah sesuai dengan kewenangan yang diberikan dengan melibatkan tokoh dan
kelompok masyarakat setempat. Semua kegiatan tersebut diatas adalah bagian dari
dari pelaksanaan kegiatan di lapangan merupakan cara terbaik untuk mengetahui dan
pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap bulan.
Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang
(D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.
3. Hasil Penimbangan (N/D). Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu
waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah
Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan
ini (D).
4. Hasil Pencapaian Program (N/S). Indikator ini di dapat dengaan cara membagi
jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita
masyarakat dan orang tua Balita pada penimbangan Balita di Posyandu. Indikator
ini di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan
jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini
dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya.
bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas, yakni kurang dari 5 orang.
b. Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari delapan kali dalam setahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KIA, KB, Gizi dan menyusui)
masih rendah yaitu < 50%. Ini menunjukkan kegiatan Posyandu sudah baik tetapi
c. Posyandu Purnama adalah Posyandu yang frekuensinya > 8 kali pertahun, rata-rata
jumlah kader adalah lima orang atau lebih dan cakupan program utamanya > 50%
d. Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara
teratur, cakupan program utamanya sudah bagus. Ada program tambahan dan dana
lebih ditekankan pada epidemiologi gizi yang terkait dengan masalah kekurangan gizi
masalah atau kelainan gizi dengan : (a) mempelajari distribusi dan besarnya masalah
gizi pada populasi manusia, (b) menguraikan penyakit dari masalah gizi dan
erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan
masalah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada
tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau
masalah gizi (agent), faktor yang ada pada pejamu (host) serta faktor yang ada di
(a) masalah gizi : kekurangan atau kelebihan zat gizi, (b) agent: asupan makanan dan
penyakit yang dapat memengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan,
(c) host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis
kelamin, suku bangsa, dan lain-lain), (d) environment: lingkungan (rumah, pekerjaan,
Masalah gizi yang umum terjadi di Indonesia adalah gizi buruk, yaitu suatu
kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain
status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi
Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Gizi buruk dapat terjadi jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari
makanan yang dikonsumsi oleh balita, contohnya pada penderita diare, nutrisi
berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat
cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh. Beberapa orang dapat menderita
gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh
Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran
pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu
sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang
yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya (Budiarto, 2002).
Balita yang menderita gizi buruk yang meningkat akhir-akhir ini adalah salah
satu cerminan lemahnya infrastruktur kesehatan, pangan dan gizi; serta terjadinya
dengan banyaknya kasus gizi buruk dapat menurunkan citra bangsa Indonesia di mata
dunia, dimana kasus gizi buruk yang muncul merupakan fenomena gunung es yang
memerlukan penanganan serius. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan anak, dapat
menyebabkan stunting (postur tubuh kecil pendek). Jika gizi buruk terjadi pada masa
golden period perkembangan otak pada usia 0-3 tahun, kondisi ini akan irreversible
yaitu sulit untuk dapat pulih kembali. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak
jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,
dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan
penurunan rasa percaya diri dan menurunnya prestasi akademik (Budiarto, 2002).
nasional masih cukup tinggi yaitu 6,2%. Besarnya masalah kurus pada balita yang
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (public health problem) adalah jika
prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0%, dan dianggap kritis bila prevalensi kurus
sudah di atas 15,0%. Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Hal
ini berarti bahwa masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
dalam kategori kategori kritis (prevalensi kurus >15%), 12 provinsi pada kategori
Posyandu sebagai ujung tombak dalam melakukan deteksi dini dan pelayanan
pertama menjadi vital dalam pencegahan kasus gizi buruk saat ini. Dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu, hambatan yang sering terjadi adalah lemahnya KIE
yang merupakan salah satu tumpuan dalam program gizi di posyandu. Penyuluhan
gizi di Posyandu belum dapat dilaksanakan kader dengan baik, karena kualitas kader
dari kualitas dan kuantitas pengelolaan Posyandu, serta partisipasi masyarakat. Dari
uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan gizi perlu diberikan kepada semua
lapisan masyarakat terutama ibu yang memiliki anak balita agar bisa membesarkan
anak-anaknya sehingga menjadi anak yang sehat dan cerdas, serta kader posyandu
laksanakan. Dengan demikian perlu dilakukan pendidikan gizi bagi ibu balita dan
pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi :
b. Enabling factor
Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu
asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang ada. Bila
kesehatan yang ada pada saat sakit. Penderita penyakit yang tergolong berat
(misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit), maka kondisi ekonomi
Faktor ini lebih menitikberatkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya
diukur dengan “perceived need” dan “evaluated need” melalui : jumlah hari
individu tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang
status kesehatannya.
posyandu. Persepsi atau cara seseorang menanggapi peran dan manfaat posyandu
2.4 Pengetahuan
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni:
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku
baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
a.. Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut.
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu
2.5 Sikap
Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: (a) sikap belum
merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku
Allport dalam Notoatmodjo (1993), (b) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari
kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau
terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo (1993) menjelaskan
telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif
tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar
peran menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak yang memengaruhi satu
terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta
lahir dari desakan kebutuhan psikologis pada setiap individu. Keinginan untuk
hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang
bergantung.
adalah perangkat tingkah laku yang dimiliki seseorang sesuai dengan kedudukannya
tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah:
kewajiban dan hak, dimana tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh
seseorang merupakan kewajiban suatu peran; tindakan atau respon orang lain
merupakan hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status, sehingga peran
status adalah satuan struktural yang paling mendasar sebagai syarat fungsional yang
harus dipenuhi.
motivator, yaitu menggerakkan dan membina peran serta masyarakat, (b) sebagai
imunisasi kepada balita, (c) edukator, yaitu membina dan memberikan bimbingan
teknis kepada kader posyandu dan masyarakat, (d) sebagai advokator, yaitu: membina
kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Menurut Depkes RI (2002), bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat sesuai dengan tanggung
jawabnya dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai dengan
tanggung jawabnya.
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual
Implementasi tugas dan fungsi bidan di desa, selain bekerja sama dengan
tenaga non medis seperti dukun, bidan desa juga bekerja sama dengan masyarakat
kader. Tugas dan fungsi utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak. Penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak
serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran.
pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan
balita, imunisasi maupun pemberian makanan tambahan (Depkes RI, 2002). Prinsip
pelayanan kebidanan di desa adalah : (a) pelayanan di komunitas desa sifatnya multi
komunitas, (b) dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada
standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan, (d) bidan di desa juga
membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
(Widyastuti, 2007).
faktor kebutuhan (need factors), secara skematis digambarkan pada Gambar 2.1.
predisposisi dalam diri ibu yang mempunyai balita dan faktor enabling mendukung
persepsi (perceived need) dan kondisi bayi dan balita yang membutuhkan pelayanan
kesehatan di posyandu.
Pada konteks pemanfaatan posyandu, faktor yang berperan pada ibu yang
mempunyai balita adalah pengetahuan dan sikap terhadap posyandu sebagai sarana
pelayanan kesehatan, hal ini terkait dengan aspek health belief pada faktor
Anderson (1974).
ibu balita dan sikap ibu balita tentang posyandu serta sejauhmana peran Bidan Desa
penelitian ini dengan melihat variabel-variabel yang diuraikan pada kerangka konsep
penelitian.
Pemanfaatan
Sikap Ibu Balita (X2) Posyandu
Balita
(Y)
dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta
lokasi ini adalah karena pemanfaatan Posyandu Balita di wilayah kerja puskesmas
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita
yang berumur 12-59 bulan dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bosar
Maligas, yaitu sebanyak 2.459 orang (Profil Puskesmas Bosar Maligas, 2010).
Dimana :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan (0,1)
2.459
n = -----------------
2.459 (0,1)2 + 1
sebesar 96,08 orang, digenapkan menjadi 97 orang yang ditentukan dengan teknik
simple random sampling. Menghindari sampel yang drop out, maka perlu dilakukan
sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dihitung menggunakan rumus (Sudigdo
ni = n / (1-f)
Keterangan:
balita. Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah
3 posyandu (Posyandu Melati II, Posyandu Dahlia II, Posyandu Kenanga II) yang
tidak mencukupi populasinya setelah dibagi dengan total popualsi dan dikalikan
jumlah sampel, sehingga pada posyandu tersebut tidak diperoleh sampel. Maka
dengan cara accidental sampling yaitu memilih sampel dari ibu balita yang datang ke
posyandu pada saat penelitian sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap
c. Ibu balita berdomisili pada masing-masing desa minimal 1 tahun terakhir dan
memiliki balita.
Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah ibu balita yang tinggal di luar
Simalungun.
Simalungun berupa jumlah ibu yang mempunyai Balita yang berusia 12-59 bulan.
pertanyaan) untuk digunakan dalam wawancara dengan responden. Oleh karena itu
perlu dilakukan ujicoba pada kelompok yang menyerupai kepada 30 orang responden
a. Uji Validitas
(kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data
yang akurat (Gozhali, 2005). Instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga
kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur.
korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus
ketentuan : a) Bila r-hitung > r-tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r-hitung < r-
b. Uji Reliabilitas
Gozhali (2005), menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau konsisten
data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam
penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode
Cronbach's Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
dengan ketentuan : a) Jika nilai r-alpha > r-tabel maka dinyatakan reliabel dan
Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang ibu yang mempunyai
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu balita tentang
pelayanan posyandu.
2. Sikap adalah respons atau tanggapan ibu balita terhadap keberadaan posyandu,
3. Peran adalah tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang, yang
merupakan kewajiban ataupun hak sesuai status atau posisi seseorang dalam suatu
hubungan interaksi. Peran Bidan Desa sebagai motivator, fasilitator, edukator dan
kesehatan.
Pengukuran variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran
Bobot Skala
No Variabel Indikator Skor Kategori
nilai Ukur
1. Pengetahuan ibu 9-10 a. Baik
2
balita 5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
2 Sikap ibu balita 9-10 a. Baik
2
5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
3 Peran Bidan Desa 9-10 a. Baik
2
5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
4 Pemanfaatan a. 1-3 kali a. Rendah
Posyandu 1 b. 4-7 kali b. Sedang Interval
c. 8-12 kali c. Tinggi
variabel dependen.
dimana :
Simalungun dengan luas wilayah kerja 294,40 km2 meliputi 17 desa. Wilayah kerja
jiwa, jumlah rumah tangga 10.572, rata-rata jumlah jiwa dalam setiap rumah tangga
sebanyak 4 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk terbesar pada Desa Nagori Marihat
Tanjung sebanyak 3.816 jiwa. Proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah
20.779 jiwa laki-laki dan 19.107 jiwa perempuan, sebagian besar penduduk pada
kerja Puskesmas Bosar Maligas adalah Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) serta Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Jumlah tenaga kesehatan
yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 35 orang dengan
jenis ketenagaan yang bervariasi. Jenis tenaga dengan persentase terbesar di wilayah
tenaga bidan desa dengan Surat Keputusan (SK) dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara serta didukung dengan Surat Tugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tabel 4.1 Distribusi Jenis Tenaga di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Tahun 2011
klasifikasi terbanyak adalah Purnama sebanyak 38 unit yang dikelola oleh 210 kader
posyandu. Jumlah posyandu terbanyak terdapat di Kelurahan Bosar Maligas dan Desa
Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah ibu yang
Identitas responden terdiri dari: umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah
anak. Hasil penelitian menunjukkan responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak
90.7%. Responden yang bekerja sebagai petani sebanyak yaitu 51.9%. Sebanyak
di bawah Upah Minimum Kabupaten Simalungun sebanyak 60,2%, dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
No Identitas Responden n %
1. Umur
< 20 tahun 2 1.9
20 – 35 tahun 98 90.7
> 35 tahun 8 7.4
Jumlah 108 100.0
2 Pekerjaan
Buruh 5 4.6
Pedagang 24 22.2
Petani 56 51.9
Ibu Rumah Tangga 23 21.3
Jumlah 108 100.0
3. Pendidikan
Tamat SD 12 11.1
Tamat SMP 51 47.2
Tamat SMA 43 39.8
Tamat D.III/S.1 2 1.9
Jumlah 108 100.0
4. Pendapatan
< UMKab Simalungun 65 60.2
≥ UMKab Simalungun 43 39.8
Jumlah 108 100.0
umur, jenis kelamin, berat badan saat lahir serta berat badan saat penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui balita yang berusia 1-3 tahun sebanyak 65,7%
laki-laki yaitu sebanyak 53,7%. Berat badan balita saat lahir dikategorikan
berdasarkan berat badan normal sesuai acuan Manuaba (2003) yaitu 2.500 gram, hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar ≥ 2500 gram yaitu sebanyak 80,6%. Berat
badan balita dikelompokkan berdasarkan berat badan rata-rata dari seluruh responden
saat penelitian yaitu 13 kg, persentase yang di atas rata-rata sebanyak 52.8%
sedangkan berat badan di bawah rata-rata sebanyak 47,2%, dapat dilihat pada Tabel
4.3.
No Identitas Balita n %
1. Umur
1-3 tahun 71 65.7
4-5 tahun 37 34.3
Jumlah 108 100.0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 50 46.3
Perempuan 58 53.7
Jumlah 108 100.0
3. Berat Badan Lahir
< 2.500 gram 21 19.4
≥ 2.500 gram 87 80.6
Jumlah 108 100.0
4. Berat Badan Sekarang
< 13 kg 51 47.2
≥ 13 kg 57 52.8
Jumlah 108 100.0
pelayanan, jenis pelayanan dan sistem pelayanan 5 meja. Hasil penelitian tentang
pengetahuan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas
ditemukan :
alasan paling banyak menyatakan sasaran pelayanan posyandu adalah bayi dan
anak yang berumur kurang dari 5 tahun atau sering disebut dengan istilah balita.
4.4.
Jawaban
Pengetahuan Tahu Tidak Tahu
n % n %
1. Pengetahuan tentang pengertian posyandu 65 60,2 43 30,8
2. Pengetahuan tentang manfaat posyandu 40 37,0 68 63,0
3. Pengetahuan tentang sasaran pelayanan posyandu 32 29,6 76 70,4
4. Pengetahuan tentang jenis kegiatan posyandu 40 37,0 68 63,0
5. Pengetahuan tentang sistem pelayanan 5 meja
12 11,1 96 88,9
di posyandu
Pengetahuan responden pada kategori sedang sebanyak 46,3%, dapat dilihat pada
Tabel 4.5.
Kategori Pengetahuan n %
a. Baik 9 8,3
b. Sedang 50 46,3
c. Rendah 49 45,4
Jumlah 108 100,0
4.5 Sikap
manfaat, sasaran jenis kegiatan, jadwal posyandu serta sistem pelayanan 5 meja.
sebanyak 48,1%, dengan alasan paling banyak menyatakan sasaran posyandu untuk
balita maupun bayi belum mencakup seluruh yang ada di wilayah kerja puskesmas,
menjangkau ke posyandu.
c. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang jenis kegiatan posyandu
e. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang sistem pelayanan 5 meja
balita.
4.6.
Jawaban
Sikap Baik Tidak Baik
n % n %
1. Tanggapan ibu balita tentang manfaat pelayanan posyandu 72 66,7 36 33,3
2. Tanggapan ibu balita tentang sasaran pelayanan posyandu 52 48,1 56 51,9
3. Tanggapan ibu balita tentang jenis kegiatan posyandu 31 28,7 77 71,3
4. Tanggapan ibu balita tentang jadwal pelaksanaan posyandu 28 25,9 80 74,1
5. Tanggapan ibu balita tentang sistem pelayanan 5 Meja
(pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan 8 7,4 100 92,6
kesehatan) di posyandu
responden pada kategori rendah sebanyak 45,4%, dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Kategori Sikap n %
a. Baik 15 13,9
b. Sedang 44 40,7
c. Rendah 49 45,4
Jumlah 108 100,0
Variabel peran bidan desa dalam pelaksanaan posyandu terdiri dari 5 (lima)
pertanyaan meliputi: ajakan kepada ibu yang mempunyai balita, pemberian imunisasi
a. Responden yang menyatakan bidan desa mengajak ibu yang mempunyai balita
menyatakan bidan desa biasanya mengingatkan ibu yang mempunyai balita untuk
alasan paling banyak menyatakan bidan desa datang dari puskesmas kurang
lengkap membawa peralatan dan bahan imunisasi yang diberikan kepada balita.
manfaat posyandu bagi balita sebanyak 35,2%, dengan alasan paling banyak
d. Responden yang menyatakan bidan desa melatih kader posyandu serta pihak lain
alasan paling banyak menyatakan bidan desa biasanya kurang mengarahkan dan
kader posyandu.
Jawaban responden tentang peran bidan desa dalam kegiatan posyandu dapat
Jawaban
Peran Bidan Desa Ya Tidak
n % n %
1. Bidan desa mengajak ibu yang mempunyai balita untuk datang
66 61,1 42 38,9
ke posyandu
2. Bidan desa memberikan pelayanan kesehatan kepada
45 41,7 63 58,3
masyarakat seperti: imunisasi kepada balita
3. Bidan desa menjelaskan pengertian, kegiatan serta manfaat
38 35,2 70 64,8
posyandu bagi balita
4. Bidan desa melatih kader posyandu serta pihak lain yang
27 25,0 81 75,0
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu
5. Bidan desa melakukan pendekatan kepada pemerintahan
desa/kelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan 10 9,3 98 90,7
kegiatan di posyandu
desa pada kategori sedang sebanyak 52,8%, dapat dilihat pada Tabel 4.9.
pemanfaatan setiap meja pada sistem pelayanan 5 meja posyandu. Hasil penelitian
posyandu sebanyak 4-7 kali dalam setahun dan dikategorikan sedang, selebihnya
Pemanfaatan Posyandu n %
a. 8-12 kali setahun (Tinggi) 46 42,6
b. 4-7 kali setahun (Sedang) 56 51,9
c. 1-3 kali setahun (Rendah) 6 5,6
Jumlah 108 100,0
Hasil penelitian tentang pelayanan kepada ibu balita melalui sistem pelayanan
5 meja di posyandu ditemukan bahwa seluruh ibu balita mendapat pelayanan di Meja
I : layanan pendaftaran, Meja II: layanan penimbangan, Meja III: pencatatan pada
umumnya di berikan kepada ibu balita yang membutuhkan penyuluhan serta makanan
dilakukan pada meja 4 meliputi: tentang kesehatan, penyuluhan tentang gizi serta
penjelasan tentang manfaat makanan tambahan, cara pemberian oralit pada balita
lain yang dianggap penting oleh petugas posyandu terkait dengan masalah kesehatan
pengetahuan, sikap serta peran bidan desa dengan pemanfaatan posyandu melalui
perbandingan jumlah dan persentase responden antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase
lebih banyak memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi square
dengan nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel pengetahuan
Pemanfaatan Posyandu
p
Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 38 77,6 5 10,2
0,000
Sedang 0 0,0 16 32,0 34 68,0
Baik 0 0,0 2 22,2 7 77,8
posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase responden
yang mempunyai sikap baik sebagian besar memanfaatkan posyandu dengan kategori
memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi square dengan nilai
p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel sikap dengan pemanfaatan
posyandu.
Pemanfaatan Posyandu
p
Sikap Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 39 79,6 4 8,2
0,000
Sedang 0 0,0 13 29,5 31 70,5
Baik 0 0,0 4 26,7 11 73,3
Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel peran bidan desa dengan
pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase
responden yang menyatakan peran bidan desa baik sebagian besar memanfaatkan
posyandu dengan kategori tinggi, sedangkan responden yang menyatakan peran bidan
desa rendah lebih banyak memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi
square dengan nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel peran
Pemanfaatan Posyandu
p
Peran Bidan Desa Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 34 70,8 8 16,7
0,000
Sedang 0 0,0 21 36,8 36 63,2
Baik 0 0,0 1 33,3 2 66,7
pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita di wilayah ekrja Puskesmas
Bosar Maligas menggunakan uji regresi ganda (multiple regression) dengan hasil
1. Nilai koefisien konstanta = -4,709, berarti bahwa, apabila nilai seluruh variabel
bebas yang diteliti (X 1 –X 3 ) sama dengan nol, artinya ibu yang mempunyai balita
posyandu serta bidan desa tidak berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu
maka tingkat tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita
sangat rendah.
p=0,005 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel pengetahuan terhadap pemanfaatan
posyandu oleh ibu yang mempunyai balita (Y) akan meningkat sebesar 0,542
poin.
3. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel sikap diperoleh nilai p=0,002
< 0,05, berarti ada pengaruh variabel sikap terhadap pemanfaatan posyandu. Nilai
sebesar satu poin (cateris paribus), maka pemanfaatan posyandu oleh ibu yang
4. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel peran bidan desa diperoleh nilai
p=0,000 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel peran bidan desa terhadap
peran bidan desa (X 3 ) mengalami kenaikan sebesar satu poin (cateris paribus),
posyandu oleh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas
adalah variabel peran bidan desa dengan nilai koefisien (B) = 0,817. Model secara
pengetahuan, sikap dan peran bidan desa terhadap kinerja pemanfaatan posyandu
sebesar 64,4% (R Square), sedangkan 35,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
termasuk dalam model regresi ini, misalnya faktor demografi, struktur sosial,
balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan
ibu yang mempunyai balita tentang posyandu maka akan meningkat pemanfaatan
posyandu.
perkembangan balita serta sarana untuk mendeteksi secara dini gangguan kesehatan
masyarakat belum diketahui secara menyeluruh oleh masyarakat, khususnya ibu yang
manfaat posyandu, sasaran pelayanan posyandu, jenis kegiatan posyandu serta sistem
di posyandu yaitu 88,9%, hal ini menunjukkan pemahaman ibu balita tentang
posyandu serta kegiatan yang dilakukan di posyandu masih rendah. Akibat rendahnya
Pengetahuan responden kategori rendah sebesar 45,4%, hal ini sesuai dengan
posyandu dan manfaat balita ditimbang ke posyandu. Ibu balita juga menganggap
posyandu hanya sebagai tempat melakukan imunisasi, sehingga pada saat balitanya
prosedur dan sistem pelayanan posyandu menjadi sangat penting dilakukan sebagai
juga harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, sehingga apa yang menjadi
gambar tentang balita yang mengalami gizi buruk akibat ibu balita tidak pernah
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita
yang salah satunya adalah faktor predisposing yang memuat tentang pengetahuan.
Pada penelitian ini secara keseluruhan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
rata-rata mempunyai tingkat perilaku berkunjung ke posyandu yang baik, tapi ada
mempunyai tingkat perilaku kunjungan yang kurang. Dari alasan yang dikemukakan
responden tersebut dikarenakan kesibukan ibu balita yang berlebih, dan setelah dikaji
lebih dalam diketahui bahwa responden mencari alternatif lain untuk pemenuhan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Susanti (2006) jumlah
dimana keluarga yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu akan lebih sering
kunjungan ibu ke posyandu. Perilaku keluarga yang membawa balitanya setiap bulan
meminimalkan dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi anggota keluarganya.
Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Anggraeni (2006)
Fungsi posyandu juga sebagai sarana melakukan deteksi dini kasus gizi buruk
pada balita melalui gambaran dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki oleh
setiap balita. Hal ini sesuai hasil kajian Puslitbang Gizi Bogor (2007) menyebutkan
ada enam tahap dalam konsep yang diujicobakan dalam membuat status gizi balita
Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor (2007) disimpulkan bahwa konsep ini
bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50% bahkan lebih.
Hal ini terbukti pada awal penelitian terdapat 90.6% anak dengan status gizi kurang
dan 9.4% anak dengan status gizi buruk, dan pada akhir penelitian didapatkan hasil
yaitu tidak ada lagi anak balita dengan status gizi buruk, sedangkan balita dengan
status gizi kurang turun menjadi 45.3%. Penimbangan balita secara rutin dan
diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan pada setiap bulan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari
dalam maupun dari luar posyandu. Faktor dari dalam posyandu berupa kader, dana
dan sarana prasarana. Faktor dari luar posyandu berupa tingkat pendidikan dan sosial
dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat (ibu balita, tokoh masyarakat atau
kepala desa) serta aspek manajemen pengelolaan posyandu oleh petugas puskesmas.
status gizi balita yang optimal. Hal ini sesuai dengan dasar perilaku sehat dan
anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
kesehatan.
rendah, dengan persentase tertinggi tentang sikap ditanggapi baik oleh responden
adalah manfaat posyandu yaitu sebanyak 66,7% responden. Uji statistik menunjukkan
mempunyai balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik
pemanfaatan posyandu.
penyebab rendahnya tingkat sikap ibu balita terhadap posyandu adalah perbedaan
tingkat pendidikan yang menunjukkan bahwa secara garis besar responden dengan
pendidikan tinggi mempunyai tingkat sikap rendah dan cenderung memilih untuk
untuk imunisasi balita. Hal ini dikarenakan ibu balita mengetahui bahwa tingkat
pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang
ibu balita, sehingga ibu balita cenderung memilih proses yang cepat dan tepat yang
mana proses tersebut terdapat di unit kerja yang lain seperti rumah sakit, balai
pengobatan, atau puskesmas. Pendapat yang lain dari sebagian responden didapatkan
yang kurang tepat sehingga kader yang memiliki tingkat pendidikan kurang, berakibat
Sikap ibu balita tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas
menunjukkan bahwa sikap ibu balita dominan pada kategori rendah yaitu 45,4%, hal
rendah 45,5%.
sebelumnya, sikap terhadap posyandu yang paling rendah juga tentang sistem
kesehatan) di posyandu yaitu 92,6% yang tanggapannya tidak baik. Ibu balita yang
seluruh pelayanan yang ada di posyandu, seperti pada meja 4 untuk penyuluhan
hanya 61,1% yang mengikuti kegiatan penyuluhan serta 39,8% yang mendapatkan
Pemanfaatan pelayanan posyandu pada meja 4 dan meja 5 yang rendah juga
pada saat balita sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap cenderung tidak pernah
membawa balitanya ke posyandu. Pandangan seperti ini harus diubah karena fungsi
dengan fungsi posyandu tersebut maka setiap balita sebaiknya dibawa ke posyandu
untuk dilakukan penimbangan berat badan minimal sampai balita berumur 5 tahun.
seluruh komponen atau pihak yang terkait dengan program posyandu. Peningkatan
posyandu, oleh karena itu harus dirumuskan suatu metode pendekatan yang lebih
baik, misalnya dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh
posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas (2009) bahwa dari responden yang
mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk
sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak
adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu
kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena
Hasil penelitian tentang variabel peran bidan desa ditemukan 52,8% pada
kategori sedang, dengan persentase tertinggi tentang peran bidan desa dalam
sebanyak 61,1% responden. Uji analisis statistik menunjukkan variabel peran bidan
desa berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita.
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin berperan bidan
posyandu.
Bidan desa yang bertugas di setiap desa pada wilayah kerja puskesmas
kepada pimpinan puskesmas. Dengan demikian peran bidan desa dalam pengelolaan
Bidan desa berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu menurut ibu balita
ibu balita untuk memanfatkan posyandu karena dominan pada kategori sedang yaitu
52,8%. Dari indikator peran bidan desa yang ditanyakan kepada ibu balita ditemukan
9,3%.
karena bidan desa kurang termotivasi dalam bekerja serta kurang memiliki
(UKBM) sehingga dalam pelaksanannya harus bersumber dari, oleh dan untuk
masyarakat. Oleh karena itu peran bidan desa sebagai petugas kesehatan yang paling
bertugas. Bidan desa juga harus berperan serta secara aktif dalam mengajak ibu yang
karena itu bidan desa harus melatih kader posyandu serta pihak lain yang terlibat
juga perlu memerhatikan kader yang dipilih untuk mengelola posyandu, yaitu kader
yang mampu dan mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya
kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak posyandu yang
kinerjanya menurun, yang disebabkan antara lain karena faktor kader yang kurang
posyandu.
dan primary care. Sebagai badan primary health care, puskesmas melindungi
yang tidak memiliki masalah kesehatan dan karena itu tidak datang mencari
staf yang ditunjuk ke posyandu. Kader bisa melaksanakan penimbangan tetapi ketika
terjadi masalah yang memerlukan tindak lanjut, kapasitas kader sangat terbatas.
puskesmas. Puskesmas idealnya membantu seluruh posyandu. Tetapi jika hal itu
Posyandu dengan kader desa yang kuat sudah bisa mandiri dan memerlukan
posyandu bahwa program imunisasi bayi dan anak balita merupakan salah satu
pendorong ibu yang mempunyai bayi dan anak balita untuk datang ke posyandu.
yang dibuat oleh kepala puskesmas yang bertujuan untuk mendorong ibu-ibu yang
dianggap penting oleh kader karena kehadiran petugas sangat memengaruhi tingkat
imunisasi sudah selesai, mereka tidak mempunyai uang untuk membayar PMT di
posyandu dan faktor petugas kesehatan yang tidak datang ke posyandu. Kelompok
sasaran balita hanya akan berkunjung ke posyandu sampai usia anak 9 bulan. Hal ini
mengingat paket immunisasi lengkap yang disubsidi pemerintah pada anak balita
selesai pada usia 9 bulan. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak
berkunjung ke posyandu karena musim panen atau turun sawah bagi petani.
mengadopsi teknologi informasi dalam bentuk Sistem Informasi Posyandu (SIP), hal
ini sesuai penelitian Khoiri (2008) yang menyimpulkan bahwa hambatan informasi
kesehatan ibu dan anak adalah : arsip manual SIP belum dikelola dengan baik
sehingga sulit diakses kembali, masih ada laporan yang tidak terisi secara lengkap,
penulisan data sasaran yang sama dilakukan secara berulang-ulang pada format SIP
yang berbeda, belum tersedia isian data tentang tinggi atau panjang badan anak, dan
pembuatan grafik hasil kegiatan posyandu belum dapat memberikan informasi secara
jelas.
masyarakat, khususnya gangguan kesehatan yang terkait dengan masalah gizi kurang
dan gizi buruk terkait dengan aspek epidemiologi gizi. Sesuai dengan fungsinya
anak belita berdasarkan hasil penimbangan setiap bulan yang dicatat pada Kartu
angka 70% median, grafik berwarna kuning di atas merah pada batas 75%-80%
median, daerah hijau muda adalah 85–90% median daerah hijau tua 95–100%
median. Pada saat hasil penimbangan balita di posyandu berada pada garis merah
Epidemiologi gizi berperan dalam menangani kasus gizi kurang atau gizi
yang terjadi pada balita dengan menghitung berapa baanyak balita yang mengalami
gizi kurang atau gizi buruk, (b) mencari penyebab terjadinya masalah gizi dan
menjelaskan hubungan kausal (sebab akibat) dari faktor-faktor yang dideteksi sebagai
penyebab kasus gizi kurang atau gizi buruk, (c) menyusun rencana intervensi
penanggulangan gizi kurang atau gizi buruk dan membuat program pencegahan dan
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
informasi.
3. Sikap ibu balita tentang posyandu perlu dirubah sehingga pemahaman tentang
Ardani, Yanuar, Budi Palarto, Hari Peni Julianti, 2010. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keberhasilan Pelaksanaan “Posyandu Model” Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Becker M.H. 1979. The Health Belief Model and Personal Health Behavior.
Thorofare, NJ: Slack
Depdagri RI, 2004. Surat Mendagri No. 411.4/3105/SJ tanggal 2 Desember 2004
tentang Pokjanal Posyandu, Jakarta.
Friedman, Marlyn M., 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi Ketiga,
EGC, Jakarta
Ghozali , I., 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS,. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Khotimah., Nyimas Nur. 2002. Evaluasi keaktifan kader dalam pelayanan program
gizi dai posyandu pada empat puskesmas di kota Palembang, Tesis.
Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.
Manuaba., IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta
Pamungkas, Lia, 2009. Hubungan antara Faktor Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan
dengan Perilaku Ibu Berkunjung Ke Posyandu di Kelurahan Grabag
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang
Purwaningsih, Endang., 2009. Dampak gangguan gizi sejak awal kehamilan dalam
terjadinya penyakit di usia dewasa (Suatu kajian Ilmu Gizi dan Epidemiologi).
(Pidato Pengukuhan Guru Besar). Kolegium Gizi Kinik Indonesia. Bagian
Ilmu Gizi Universitas Diponegoro Semarang.
Puslitbang Bogor. 2007. Cara Membuat Status Gizi Balita Meningkat. Available at :
http://victor-health.blogspot.com/articles/2007/12/cara-membuat-status-gizi
balita html (diakses 30 Maret 2011)
Slovin. 1992. Penentuan Ukuran Sampel dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep
dan Aplikasinya, Selemba Jakarta
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita serta Peran Bidan Desa terhadap
Pemanfaatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Kabupaten Simalungun
I. IDENTITAS RESPONDEN
a. Identitas Ibu
1. Nama Ibu : .....................................................
2. Umur Ibu : .....................................................
3. Pendidikan Formal Ibu
1. Tidak Sekolah 4. Diploma III
1. Tamat SD 5. Strata 1 (Sarjana)
2. Tamat SLTP
3. Tamat SLTA
4. Pekerjaan Ibu
1. Buruh 4. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta 5. TNI/Polri
3. Pedagang 6. Tani
7. Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga)
5. Pendapatan Keluarga : ...................................................
b. Identitas Balita
1. Nama : ...................................................
2. Umur : ...................................................
3. BB Lahir : ...................................................
4. Berat Badan saat ini : ...................................................
5. Jenis Kelamin : ...................................................
II. PENGETAHUAN
1. Apakah ibu mengetahui pengertian posyandu ?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
III. SIKAP
1. Bagaimana tanggapan ibu tentang manfaat pelayanan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
2. Bagaimana tanggapan ibu tentang sasaran pelayanan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
3. Bagaimana tanggapan ibu tentang jenis kegiatan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
4. Bagaimana tanggapan ibu tentang jadwal pelaksanaan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
Pada waktu berkunjung ke posyandu, pelayanan apa saja yang ibu terima
dari petugas kesehatan atau kader posyandu?
Reliability Coefficients
Alpha = .8463
Reliability Coefficients
Alpha = .9066
Reliability Coefficients
Alpha = .8674
Frequency Table
P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 43 39.8 39.8 39.8
Tahu 65 60.2 60.2 100.0
Total 108 100.0 100.0
P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 68 63.0 63.0 63.0
Tahu 40 37.0 37.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 76 70.4 70.4 70.4
Tahu 32 29.6 29.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 68 63.0 63.0 63.0
Tahu 40 37.0 37.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 96 88.9 88.9 88.9
Tahu 12 11.1 11.1 100.0
Total 108 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 49 45.4 45.4 45.4
Sedang 50 46.3 46.3 91.7
Baik 9 8.3 8.3 100.0
Total 108 100.0 100.0
S1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 36 33.3 33.3 33.3
Baik 72 66.7 66.7 100.0
Total 108 100.0 100.0
S2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 56 51.9 51.9 51.9
Baik 52 48.1 48.1 100.0
Total 108 100.0 100.0
S3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 77 71.3 71.3 71.3
Baik 31 28.7 28.7 100.0
Total 108 100.0 100.0
S4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 80 74.1 74.1 74.1
Baik 28 25.9 25.9 100.0
Total 108 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 100 92.6 92.6 92.6
Baik 8 7.4 7.4 100.0
Total 108 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 49 45.4 45.4 45.4
Sedang 44 40.7 40.7 86.1
Baik 15 13.9 13.9 100.0
Total 108 100.0 100.0
PB1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 38.9 38.9 38.9
Ya 66 61.1 61.1 100.0
Total 108 100.0 100.0
PB2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 63 58.3 58.3 58.3
Ya 45 41.7 41.7 100.0
Total 108 100.0 100.0
PB3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 70 64.8 64.8 64.8
Ya 38 35.2 35.2 100.0
Total 108 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 81 75.0 75.0 75.0
Ya 27 25.0 25.0 100.0
Total 108 100.0 100.0
PB5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 98 90.7 90.7 90.7
Ya 10 9.3 9.3 100.0
Total 108 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 48 44.4 44.4 44.4
Sedang 57 52.8 52.8 97.2
Baik 3 2.8 2.8 100.0
Total 108 100.0 100.0
MEJA1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0
MEJA2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0
MEJA3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 38.9 38.9 38.9
Ya 66 61.1 61.1 100.0
Total 108 100.0 100.0
MEJA5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 65 60.2 60.2 60.2
Ya 43 39.8 39.8 100.0
Total 108 100.0 100.0
Pemanfaatan Posyandu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 6 5.6 5.6 5.6
Sedang 56 51.9 51.9 57.4
Tinggi 46 42.6 42.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Pengetahuan Rendah Count 6 38 5 49
Expected Count 2.7 25.4 20.9 49.0
% within Pengetahuan 12.2% 77.6% 10.2% 100.0%
Sedang Count 0 16 34 50
Expected Count 2.8 25.9 21.3 50.0
% within Pengetahuan .0% 32.0% 68.0% 100.0%
Baik Count 0 2 7 9
Expected Count .5 4.7 3.8 9.0
% within Pengetahuan .0% 22.2% 77.8% 100.0%
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Pengetahuan 5.6% 51.9% 42.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 41.052a 4 .000
Likelihood Ratio 47.197 4 .000
Linear-by-Linear
34.683 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .50.
Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Sikap Rendah Count 6 39 4 49
Expected Count 2.7 25.4 20.9 49.0
% within Sikap 12.2% 79.6% 8.2% 100.0%
Sedang Count 0 13 31 44
Expected Count 2.4 22.8 18.7 44.0
% within Sikap .0% 29.5% 70.5% 100.0%
Baik Count 0 4 11 15
Expected Count .8 7.8 6.4 15.0
% within Sikap .0% 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Sikap 5.6% 51.9% 42.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 45.538a 4 .000
Likelihood Ratio 52.905 4 .000
Linear-by-Linear
35.363 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .83.
Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Peran Rendah Count 6 34 8 48
Bidan Expected Count 2.7 24.9 20.4 48.0
Desa % within Peran
12.5% 70.8% 16.7% 100.0%
Bidan Desa
Sedang Count 0 21 36 57
Expected Count 3.2 29.6 24.3 57.0
% within Peran
.0% 36.8% 63.2% 100.0%
Bidan Desa
Baik Count 0 1 2 3
Expected Count .2 1.6 1.3 3.0
% within Peran
.0% 33.3% 66.7% 100.0%
Bidan Desa
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Peran
5.6% 51.9% 42.6% 100.0%
Bidan Desa
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 27.153a 4 .000
Likelihood Ratio 30.851 4 .000
Linear-by-Linear
24.785 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .17.
Regression
Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Peran
Bidan
Desa,
. Enter
Sikap,
Pengetahu
a
an
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu
Model Summary
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 504.246 3 168.082 62.661 .000a
Residual 278.967 104 2.682
Total 783.213 107
a. Predictors: (Constant), Peran Bidan Desa, Sikap, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu
Coefficientsa
Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -4.495 .955 -4.709 .000
Pengetahuan .542 .188 .277 2.887 .005
Sikap .533 .167 .267 3.194 .002
Peran Bidan Desa .817 .167 .382 4.897 .000
a. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu