Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA SERTA

PERAN BIDAN DESA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOSAR MALIGAS
KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Oleh

PAOLA NETSY PURBA


097032071/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA SERTA
PERAN BIDAN DESA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOSAR MALIGAS
KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

PAOLA NETSY PURBA


097032071/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
BALITA SERTA PERAN BIDAN DESA
TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOSAR
MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN
Nama Mahasiswa : Paola Netsy Purba
Nomor Induk Mahasiswa : 097032071
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si) (dr. Heldy BZ, M.P.H)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 18 Oktober 2011

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Oktober 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si


Anggota : 1. dr. Heldy BZ, M.P.H
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si
3. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA SERTA


PERAN BIDAN DESA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOSAR MALIGAS
KABUPATEN SIMALUNGUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2011

PAOLA NESTY PURBA


097032071/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan


masyarakat sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam memberikan pelayanan
dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Rendahnya
pemanfaatan Posyandu Puskesmas Bosar Maligas terkait dengan kurangnya
pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu serta bidan desa
yang kurang berperan dalam kegiatan posyandu.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan ibu balita,
sikap ibu balita dan peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Bosar Maligas. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dan berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 2.459 orang. Sampel sebanyak 108 orang,
diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik pengetahuan ibu yang
mempunyai balita tentang posyandu, sikap ibu yang mempunyai balita tentang
posyandu serta peran bidan desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu berpengaruh
terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas.Variabel
yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu adalah variabel peran bidan
desa dengan nilai koefisien (B) = 0,817.
Disarankan kepada Kepala Puskesmas Bosar Maligas melalui Bidan
Koordinator harus dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan bidan desa serta
kewajiban kepada bidan desa untuk hadir setiap penyelenggaraan posyandu sehingga
bidan desa bersedia dan mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita yang pada
akhirnya akan merubah sikap ibu balita untuk memanfaatkan posyandu.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Bidan Desa, Posyandu

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The use of posyandu (integrated service post) in Indonesia is inadequate. This


similar condition also occurred at posyandu at the working area of Bosar Maligas
Public Health Center, Simalungun District, where the average coverage of services
at posyandu was 77.9%. The inadequate use of posyandu was assumed to be related
to the lack of knowledge and attitude of mothers who had children under five years
old in the role of posyandu and the village midwives in the activities at posyandu.
The aim of this research was to analyze the influences of the knowledge and
attitude of mothers who had children under five years old and the role of midwives in
the use of posyandu at the working area of Bosar Maligas Public Health Center. The
type of the research was an explanatory survey. The population of the research was
2,459 mothers who had children under five years old and lived at the working area of
Bosar Maligas Public Health Center. 108 of them were used as the samples which
were collected by using simple random sampling technique. The data were obtained
by conducting interviews using questionnaires and analyzed by using multiple
regression test at α = 5%.
The results of the research showed that statistically the knowledge and
attitude of mothers who had children under five years old in posyandu and the role of
village midwives in the implementation of the activities at posyandu influenced the
use of posyandu at the working area of Bosar Maligas Public Health Center. The
most significant variable which influenced the use of posyandu was the variable of
the role of the village midwives with the coefficient value of (B) = 0.817.
It is recommended that the Head of Bosar Maligas Public Health Center,
through midwife coordinator, should increase the motivation, the skills, and the
obligation of village midwives so that they can be present in each activity at
posyandu. It is also recommended that the village midwives should give health
counseling and services so that they will be able to increase the knowledge of
mothers who have children under five years old and will eventually change the
attitude of mothers who have children under five years old in using posyandu.

Key words: Knowledge, Attitude, Village Midwives, Posyandu

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya yang berlimpah, sehingga dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini. Adapun judul penelitian ini

adalah "Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita serta Peran Bidan Desa

terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Kabupaten Simalungun".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan

sekaligus Dosen Penguji I.

Universitas Sumatera Utara


4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara.

5. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan dr.

Heldy BZ, M.P.H, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh

perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu

untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Umi Salmah, S.K.M, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

saran dan masukan serta arahan untuk kesempurnaan proposal hingga penulisan

tesis ini selesai.

7. Bupati Kabupaten Simalungun yang telah berkenan memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin

belajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun beserta seluruh staf yang telah

memberikan dukungan selama melanjutkan studi pada Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera

Utara

9. Kepala Puskesmas Bosar Maligas beserta seluruh staf yang senantiasa

memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

10. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

11. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Ayahanda dan Ibunda atas

segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.

12. Teristimewa buat suami tercinta A. Marpaung, S.H dan anak-anakku tersayang:

Ichtus Marpaung dan Abednego Marpaung, serta seluruh keluarga yang penuh

pengertian, kesabaran, pengorbanan serta rasa cinta yang dalam setia menunggu,

memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan

pendidikan.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2011


Penulis

PAOLA NESTY PURBA


097032071/IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Paola Netsy Purba, lahir pada tanggal 07 Januari 1972 di Pematang Siantar

Kabupaten Simalungun. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dari

pasangan Ayahanda Tongku Alim Purba dan Ibunda Frida Siregar.

Penulis menempuh pendidikan formal dimulai dari pendidikan sekolah dasar

di Sekolah Dasar Cinta Rakyat Perdagangan, selesai Tahun 1983; Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 1 Perdagangan, selesai Tahun 1986, Sekolah Menengah Atas

di SMA Negeri I Medan selesai tahun 1989; Fakultas Kedokteran Universitas

Methodist Indonesia Medan, selesai Tahun 2001. Mulai bekerja sebagai Dokter PTT

di Puskesmas Sumber Jaya, Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat dari

tahun 2001 sampai tahun 2002, Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Hutumuri

Kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon tahun 2002 sampai tahun 2005,

tahun 2006 sampai dengan sekarang Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Bosar

Maligas Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Komunitas/Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

pada tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Permasalahan .................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9
1.4. Hipotesis ............................................................................................ 10
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11


2.1 Posyandu ........................................................................................... 11
2.1.1 Pengertian Posyandu ............................................................... 11
2.1.2 Sistem Pelayanan Terpadu ...................................................... 12
2.1.3 Fungsi Manajemen Posyandu ................................................. 13
2.1.4 Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja) ............... 19
2.1.5 Penilaian Keberhasilan Program Posyandu ............................ 20
2.1.6 Indikator Kegiatan Posyandu .................................................. 21
2.2 Epidemiologi Gizi dalam Program Posyandu .................................... 24
2.3 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan...................................... 28
2.4 Pengetahuan ....................................................................................... 29
2.5 Sikap................................................................................................... 31
2.6 Peran Bidan Desa dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu................ 33
2.7 Landasan Teori ................................................................................... 36
2.8 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 38


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................... 38
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 38

Universitas Sumatera Utara


3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 42
3.4.1 Data Primer .............................................................................. 42
3.4.2 Data Sekunder .......................................................................... 43
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 43
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 44
3.6 Metode Pengukuran .......................................................................... 45
3.7 Metode Analisis Data ......................................................................... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 47


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 47
4.2 Identitas Responden ........................................................................ 48
4.3 Identitas Balita ................................................................................ 49
4.4 Pengetahuan .................................................................................... 51
4.5 Sikap ............................................................................................... 52
4.6 Peran Bidan Desa ........................................................................... 54
4.7 Pemanfaatan Posyandu .................................................................. 57
4.8 Analisis Bivariat .............................................................................. 58
4.9 Analisis Multivariat......................................................................... 60

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 63


5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas ...................................... 63
5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Bosar Maligas ..................................................... 67
5.3 Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Pemanfaatan Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas ...................................... 70

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 77


6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 77
6.2 Saran................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79

LAMPIRAN ......................................................................................................... 83

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Cakupan Pelayanan Posyandu Puskesmas Bosar Maligas


Januari –Desember 2010 ............................................................................. 7
3.1. Distribusi Sampel menurut Posyandu ......................................................... 40
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian....................................................... 45
4.1. Distribusi Jenis Tenaga di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Tahun 2011 ................................................................................................. 48
4.2. Distribusi Identitas Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar
Maligas ........................................................................................................ 49
4.3. Distribusi Identitas Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas .... 50
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja
Puskesmas Bosar Maligas ........................................................................... 52

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas ................................................................. 52

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas


Bosar Maligas ............................................................................................. 54

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas ........................................................................... 54

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Bidan Desa di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas ........................................................................... 56

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran Bidan Desa


di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas .............................................. 56

4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas ................................................................. 57

4.11. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas ........................................................................... 58

Universitas Sumatera Utara


4.12. Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Bosar Maligas ........................................................................... 59

4.13. Hubungan Peran Bidan Desa dengan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas ................................................................. 60

4.14. Hasil Uji Multivariat Regresi Ganda .......................................................... 60

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan. ................................... 36

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 37

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 83

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 87

3. Uji Univariat .................................................................................................. 90

4. Uji Bivariat ..................................................................................................... 95

5 Uji Multivariat................................................................................................ 98

6. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Bosar Maligas ..................................... 99

7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Bosar Maligas ............ 100

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan


masyarakat sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam memberikan pelayanan
dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Rendahnya
pemanfaatan Posyandu Puskesmas Bosar Maligas terkait dengan kurangnya
pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu serta bidan desa
yang kurang berperan dalam kegiatan posyandu.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengetahuan ibu balita,
sikap ibu balita dan peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Bosar Maligas. Jenis penelitian survei explanatory. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita dan berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 2.459 orang. Sampel sebanyak 108 orang,
diambil dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik pengetahuan ibu yang
mempunyai balita tentang posyandu, sikap ibu yang mempunyai balita tentang
posyandu serta peran bidan desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu berpengaruh
terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas.Variabel
yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu adalah variabel peran bidan
desa dengan nilai koefisien (B) = 0,817.
Disarankan kepada Kepala Puskesmas Bosar Maligas melalui Bidan
Koordinator harus dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan bidan desa serta
kewajiban kepada bidan desa untuk hadir setiap penyelenggaraan posyandu sehingga
bidan desa bersedia dan mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita yang pada
akhirnya akan merubah sikap ibu balita untuk memanfaatkan posyandu.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Bidan Desa, Posyandu

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The use of posyandu (integrated service post) in Indonesia is inadequate. This


similar condition also occurred at posyandu at the working area of Bosar Maligas
Public Health Center, Simalungun District, where the average coverage of services
at posyandu was 77.9%. The inadequate use of posyandu was assumed to be related
to the lack of knowledge and attitude of mothers who had children under five years
old in the role of posyandu and the village midwives in the activities at posyandu.
The aim of this research was to analyze the influences of the knowledge and
attitude of mothers who had children under five years old and the role of midwives in
the use of posyandu at the working area of Bosar Maligas Public Health Center. The
type of the research was an explanatory survey. The population of the research was
2,459 mothers who had children under five years old and lived at the working area of
Bosar Maligas Public Health Center. 108 of them were used as the samples which
were collected by using simple random sampling technique. The data were obtained
by conducting interviews using questionnaires and analyzed by using multiple
regression test at α = 5%.
The results of the research showed that statistically the knowledge and
attitude of mothers who had children under five years old in posyandu and the role of
village midwives in the implementation of the activities at posyandu influenced the
use of posyandu at the working area of Bosar Maligas Public Health Center. The
most significant variable which influenced the use of posyandu was the variable of
the role of the village midwives with the coefficient value of (B) = 0.817.
It is recommended that the Head of Bosar Maligas Public Health Center,
through midwife coordinator, should increase the motivation, the skills, and the
obligation of village midwives so that they can be present in each activity at
posyandu. It is also recommended that the village midwives should give health
counseling and services so that they will be able to increase the knowledge of
mothers who have children under five years old and will eventually change the
attitude of mothers who have children under five years old in using posyandu.

Key words: Knowledge, Attitude, Village Midwives, Posyandu

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2015 bertujuan

mewujudkan visi “masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan” memberi

penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional melalui perhatian pada

dinamika epidemiologi penyakit. Epidemiologi gizi sebagai bagian dari ruang lingkup

epidemiologi secara umum merupakan salah upaya deteksi dini terhadap masalah

kesehatan yang diakibatkan faktor gizi.

Kasus gizi kurang dan gizi buruk terutama pada anak balita merupakan

masalah yang sulit ditanggulangi. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka

pemerintah melalui puskesmas membuat suatu program pemantauan pertumbuhan

dan perkembangan serta menanggulangi penyakit menular dan penyakit tidak

menular pada balita yang disebut dengan posyandu.

Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan

masyarakat sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam memberikan pelayanan

secara terpadu. Sebagai wadah peran serta masyarakat, posyandu menyelenggarakan

sistem kegiatan pelayanan dasar, peningkatan kualitas manusia, pemerataan

pelayanan bidang kesehatan melalui kegiatan pelayanan imunisasi, pendidikan gizi

masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Depkes RI (2007), posyandu bertujuan memberdayakan masyarakat

untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta

lingkungannya secara mandiri dengan mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM). Posyandu merupakan salah satu UKBM yang sudah sangat

luas dikenal di masyarakat dan telah masuk dalam bagian keseharian kehidupan sosial

di pedesaan maupun perkotaan.

Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang

dikelola dan diselenggarakan dari, untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan

teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS). Kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang

melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat,

yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan

dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI,

2007).

Posyandu merupakan bagian dari pembangunan kesehatan yang diprogramkan

oleh pemerintah dimana sasarannya adalah pembangunan kesehatan untuk mencapai

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang dilaksanakan oleh keluarga, bersama

masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan setempat. Program posyandu

dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat, maka diharapkan masyarakat sendiri

yang aktif membentuk, menyelenggarakan, memanfaatkan dan mengembangkan

Posyandu sebaik-baiknya (Depkes RI, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Konsep pelayanan posyandu adalah dari, oleh dan untuk masyarakat yang

dibantu oleh petugas kesehatan setempat dengan menggunakan prinsip lima meja,

yaitu dari pendaftaran, penimbangan bayi dan anak, pengisian Kartu Menuju Sehat

(KMS), penyuluhan gizi terutama pada anak dengan berat badan jauh dibawah berat

badan seharusnya dan kelainan klinis, ibu hamil, Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) serta pelayanan tenaga profesional meliputi pelayanan Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, dan pengobatan seperti pemberian

obat-obatan, vitamin A, tablet zat besi (Fe) atau pemberian rujukan ke puskesmas dan

rumah sakit jika ditemukan kasus-kasus luar biasa (Depkes RI, 2005).

Kesehatan balita yang dipantau di posyandu lebih ditujukan untuk memantau

pertumbuhan (growth monitoring) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada

gangguan keseimbangan gizi pada bayi dan balita. Pemantauan pertumbuhan

merupakan kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi yang akan berdampak

terhadap status kesehatan bayi dan balita (Depkes RI, 2009).

Gizi kurang tahun 2005 pada anak balita sekitar 19,24 % dan gizi buruk

sekitar 8,8 %. Gizi buruk atau gizi kurang yang dialami oleh anak akan membawa

dampak yang negatif terhadap status kesehatannya (Depkes RI, 2006).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan memiliki tiga faktor yang berperan, yaitu

faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor kebutuhan. Menurut Anderson

dalam Notoatmodjo (2005), perilaku seseorang memanfaatkan fasilitas kesehatan

tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Universitas Sumatera Utara


Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku, yaitu faktor predisposisi

(predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor kebutuhan

(need factors).

Menurut The International Conference on Environmental Threats to the

Health of Children bahwa populasi balita dari seluruh populasi penduduk di dunia

sekitar 10%, dan lebih dari 40% jenis penyakit yang ada potensial terjadi pada balita.

Tetapi, sampai saat ini tidak ada usaha spesifik yang dilakukan untuk mengaitkan

bahaya lingkungan tertentu mana yang memengaruhi penyakit pada balita. WHO

membentuk Satuan Tugas untuk Perlindungan Lingkungan Anak (Task Force for the

Protection of Children’s Environmental Health) (WHO, 2009).

Anak balita di Indonesia berjumlah sekitar 1 juta atau sekitar 28% dari seluruh

penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan besarnya sasaran yang harus dicakup

dalam pelayanan posyandu, namun yang karena kegiatan posyandu mengalami

penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu alasan dilakukannya

revitalisasi posyandu (Depkes RI, 2007).

Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan pemanfaatan posyandu di Indonesia

cukup baik untuk balita terutama sampai usia 2 tahun dengan integrasi imunisasi.

Aktivitas selanjutnya sampai usia 5 tahun, cakupan program atau partisipasi

masyarakat sangat bervariasi, mulai dari terendah 10% sampai tertinggi 80%.

Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan rutin setiap bulan di posyandu, jika

diamati partisipasi ibu balita masih sangat rendah berkisar antara 1-5%. Cakupan

program perbaikan gizi pada umumnya rendah, banyak Posyandu yang tidak

Universitas Sumatera Utara


berfungsi dan pemantauan pertumbuhan hanya dilakukan pada sekitar 30% dari

jumlah balita yang ada.

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan untuk

Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2008) tentang indikator kualitas pemanfaatan posyandu

diukur dari tingkat kunjungan. Tingkat kunjungan secara kumulatif mencapai 90%

atau lebih dianggap baik dan kurang dari 90% dianggap belum baik pemanfaatannya.

Fenomena rendahnya pemanfaatan posyandu ditemukan Napitupulu (2003),

yang melakukan penelitian tentang analisis pelaksanaan tugas bidan di desa

sehubungan dengan penyelenggaraan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

di Kabupaten Karo Tahun 2003. Kesimpulan penelitian bahwa kegiatan KIA

di Posyandu hanya 19,9%, padahal kebutuhan bidan di desa telah terpenuhi, namun

cakupan program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Karo tahun 2003 masih

rendah.

Penelitian Widiastuti dan Kristiani (2006), tentang pemanfaatan pelayanan

posyandu di Kota Denpasar, menemukan bahwa dari 432 buah posyandu yang ada di

Kota Denpasar tingkat partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu (D/S) hanya

73,13% dari target sebesar 77,50% dan tingkat pencapaian program penimbangan

(N/D) hanya mencapai 63.76% dari target sebesar 76,60%. Petugas kesehatan yang

paling berperan dalam kegiatan posyandu adalah bidan, perawat atau petugas

kesehatan lainnya yang menjadi pembina posyandu.

Peningkatan program posyandu di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan

melalui Surat Keputusan GUBSU No. 411/600 tanggal 4 Februari 2005 perihal

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. Surat Keputusan tersebut mengacu kepada

Surat Mendagri No. 411.4/3105/SJ tanggal 2 Desember 2004 tentang Pokjanal

Posyandu.

Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara dengan pencapaian program posyandu yang rendah. Salah satu

Puskesmas di Kabupaten Simalungun, yaitu Puskesmas Bosar Maligas memiliki

permasalahan dalam promosi kesehatan, yaitu rendahnya pemanfaatan Posyandu

Balita. Berdasarkan survei awal di Puskesmas Bosar Maligas, ditemui kader yang

aktif hanya 210 orang dari 365 orang kader Posyandu dengan jumlah Posyandu

sebanyak 73 unit (Tingkat Madya 30 unit, Purnama 38 unit dan Mandiri 5 unit).

Keaktifan bidan desa dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait

dengan kinerja Posyandu yang berimbas kepada rendahnya cakupan pelayanan

Posyandu Balita.

Cakupan pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas

Kabupaten Simalungun berdasarkan hasil penimbangan Balita bulan Januari sampai

dengan bulan Desember 2010. Kinerja Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar

Maligas Januari–Desember 2010 belum sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu

90%. Demikian juga dengan persentase cakupan pelayanan, seluruh balita yang ada

belum mendapat kartu (K/S), bayi yang mempunyai kartu belum seluruhnya

ditimbang di Posyandu (D/K), seperti pada Tabel 1.1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1 Cakupan Pelayanan Posyandu Puskesmas Bosar Maligas
Januari–Desember 2010

Bulan Orang Persentase (%)


S K D N N/S K/S D/K N/D D/S
Januari 2725 2412 2011 1386 68,91 88,51 83,37 93,38 73,79
Pebruari 2728 2573 2168 1602 73,90 94,31 84,25 92,98 79,47
Maret 2730 2582 2283 1658 72,64 94,57 88,41 94,78 83,62
April 2942 2614 2228 1561 70,08 88,85 85,23 92,54 75,73
Mei 2954 2623 2328 1704 73,20 88,79 88,75 78,81 75,73
Juni 2952 2619 2327 1638 70,39 88,72 88,85 78,83 78,81
Juli 2961 2621 2323 1656 71,29 88,52 88,63 78,45 78,83
Agustus 2975 2615 2310 1618 70,04 87,90 88,34 77,65 78,45
September 2979 2610 2300 1622 70,52 87,61 88,12 77,21 77,65
Oktober 2983 2630 2331 1642 70,44 88,17 88,63 78,14 77,21
November 2996 2642 2314 1621 70,05 88,18 87,59 77,24 78,14
Desember 3028 2655 2293 1669 72,79 87,68 86,37 75,73 77,24
Sumber: Puskesmas Bosar Maligas, 2010

Keterangan:
S = Seluruh Balita
K = Jumlah Balita yang mempunyai KMS
D = Jumlah Balita yang ditimbang di Posyandu
N/S = Jumlah Balita yang naik berat badannya/seluruh Balita
K/S = Jumlah Balita yang mempunyai KMS/seluruh Balita
N/D = Jumlah Balita yang naik berat badannya /Balita yang ditimbang
D/S = Jumlah Balita yang ditimbang / seluruh Balita

Survei awal yang dilakukan pada Januari 2011 dengan mewawancarai

10 orang ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas,

sebagian besar tidak mengetahui pengertian posyandu dan manfaat balita ditimbang

ke posyandu. Ibu balita juga menganggap posyandu hanya sebagai tempat melakukan

imunisasi, sehingga pada saat balitanya sudah mendapatkan imunisasi dasar tidak lagi

dibawa ke posyandu.

Fenomena rendahnya pemanfaatan Posyandu Puskesmas Bosar Maligas

diduga terkait dengan kurangnya pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita

tentang posyandu. Selain itu peran bidan desa di wilayah kerja puskesmas tersebut

Universitas Sumatera Utara


masih rendah dalam memberikan penyuluhan kepada ibu yang mempunyai balita

tentang pentingnya dilakukan penimbangan balita setiap bulannya sebagai upaya

pengamatan tumbuh kembang dan pengukuran status gizi balita (Depkes RI, 2006).

Bidan desa berperan dalam kegiatan posyandu cukup penting, karena

kehadiran bidan desa menjadi salah satu daya tarik bagi ibu-ibu balita untuk

berkunjung ke posyandu. Ibu balita datang ke posyandu untuk mengetahui penilaian

perkembangan balitanya dari petugas kesehatan. Masyarakat mengharapkan

keterlibatan petugas kesehatan ditingkatkan, karena masyarakat menginginkan

posyandu memiliki pelayanan kesehatan yang lengkap.

Penelitian Khotimah (2002), mengungkapkan bahwa akibat kurangnya peran

bidan desa sebagai petugas kesehatan di desa maupun dari institusi terkait,

mengakibatkan turunnya aktivitas Posyandu. Kenyataan ini mengakibatkan banyak

Posyandu yang tidak aktif. Akibat dari kondisi tersebut maka muncul sikap di

masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin

atau sulit untuk dilaksanakan, namun masih ada kelompok masyarakat yang merasa

posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak cara yang dapat dilaksanakan

untuk mengaktifkan posyandu.

Penelitian Pamungkas (2009), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan perilaku ke posyandu dan

juga hasil adanya hubungan yang sangat signifikan tersebut sangat bersesuaian

dengan teori yang digunakan oleh Anderson tentang perilaku kesehatan yang

menyatakan bahwa perilaku seseorang dilatarbelakangi oleh 3 faktor yang salah

Universitas Sumatera Utara


satunya adalah faktor kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan yang memuat

tentang pengetahuan, sikap dan persepsi. Terdapat hubungan yang signifikan antara

sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke posyandu. Kurangnya sikap dari

ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena kurangnya antusiasme ibu balita

mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara klasik dikarenakan tingkat

aktivitas yang berlebih.

Memerhatikan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas,

dan permasalahan yang ditemui pada posyandu wilayah kerja Puskesmas Bosar

Maligas saat ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti ”pengaruh pengetahuan dan

sikap ibu balita serta peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Bosar Maligas ”.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan

penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta

peran bidan desa terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar

Maligas pada tahun 2011?.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran bidan desa

terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas pada

tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Hipotesis

Pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran bidan desa berpengaruh terhadap

Pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas pada tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Puskesmas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

rangka mendukung pemanfaatan pelayanan kesehatan di Posyandu.

2. Bagi peneliti menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang ilmu kesehatan

masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu

2.1.1 Pengertian Posyandu

Menurut Depkes RI (2005), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah suatu

bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja

Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Posyandu antara lain:

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), KB (Keluarga Berencana), P2M (Imunisasi dan

Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan Balita). Sedangkan sasaran

penduduk Posyandu ialah ibu hamil, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS) dan

Balita.

Program Posyandu merupakan strategi pemerintah dalam menurunkan angka

kematian bayi (Infant Mortality Rate), angka kelahiran (Birth Rate), dan angka

kematian ibu (Maternal Mortality Rate). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu

wilayah merupakan standar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah

tersebut. Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan MMR tersebut, secara

nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan

memanfaatkan Posyandu, karena Posyandu adalah milik masyarakat. Untuk

mengembangkan peran serta masyarakat di Posyandu dapat dilakukan dengan

penerapan asas-asas manajemen kesehatan (Depkes RI, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Sistem Pelayanan Terpadu

Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama

lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari

input, process, output, effect, outcome, dan mekanisme umpan baliknya (Depkes RI,

2005).

a. Input. Yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu system

yang disingkat dengan 6 M yaitu: Man, Money, Material, Method, Minute, dan

Market. Man adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan,

staf puskesmas, kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat, dan sebagainya.

Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi

oleh pemerintah. Material adalah vaksin, jarum suntik, KMS, alat timbang, obat-

obatan, dan sebagainya. Method adalah cara penyimpanan vaksin, cara

menimbang, cara memberikan vaksin, cara mencampur oralit, dan sebagainya.

Minute adalah waktu yang disediakan oleh staf Puskesmas untuk melaksanakan

kegiatan Posyandu dan waktu yang disediakan oleh ibu untuk suatu kegiatan dan

sebagainya. Market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

seperti lokasi kegiatan Posyandu, transport, sistem kepercayaan masyarakat di

bidang kesehatan dan sebagainya.

b. Process. Meliputi semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan,

tempat, dan kelompok penduduk sasaran sampai dengan evaluasinya.

Universitas Sumatera Utara


c. Output. Merupakan produk program Posyandu misalnya jumlah anak yang

ditimbang, jumlah bayi, dan ibu hamil yang diimunisasi, jumlah PUS yang

diberikan pelayanan KB.

d. Effect. Terjadinya perubahan pengetahuan dan sikap perilaku kelompok

masyarakat yang dijadikan sasaran program.

e. Outcome. Merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu sistem

seperti penurunan angka kematian bayi, penurunan fertilitas PUS, dan jumlah

balita kurang gizi.

2.1.3 Fungsi Manajemen Posyandu

Fungsi manajemen yang dipakai sebagai pokok bahasan dalam makalah ini

ialah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan-pelaksanaan dan pengawasan.

Tiga prinsip pokok penerapan asas-asas manajemen pada pengembangan program

kesehatan adalah upaya peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya untuk

menunjang pelaksanaan program, peningkatan efektifitas pelaksanaan kegiatan untuk

mencapai target program, dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan secara

rasional karena sudah didasari pemanfaatan data secara tepat (Depkes RI, 2003).

Ada empat fungsi manajemen pada program pelayanan terpadu, berikut ini

akan dijelaskan keempat fungsi manajemen tersebut (Depkes RI, 2003):

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena awal dan arah dari proses

manajemen Posyandu secara keseluruhan. Perencanaan program Posyandu dimulai

Universitas Sumatera Utara


di tingkat Puskesmas yang bersifat operasional karena langsung dilaksanakan di

lapangan. Perencanaan program Posyandu terdiri dari lima langkah penting yakni:

(1). Menjelaskan berbagai masalah. Untuk dapat menjelaskan masalah program

Posyandu diperlukan upaya analisis situasi. Sasaran analisis situasi adalah

berbagai aspek penting pelaksanaan program Posyandu di berbagai wilayah

Puskesmas. Dari analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data yang

terdiri dari 5 (lima) aspek.

(a) Aspek epidemiologis yakni kelompok penduduk sasaran (who) yang

menderita kejadian tersebut, dimana, kapan masalah tersebut terjadi.

Misalnya: data jenis penyakit yang dapat dicegah dari imunisasi.

(b) Aspek demografis berdasarkan kelompok umur, jumlah kelahiran dan

kematian, jumlah Angka Kematian Ibu (AKI).

(c) Aspek geografis semua informasi karakteristik wilayah yang dapat

memengaruhi masalah tersebut.

(d) Aspek sosial ekonomi adalah pendapatan, tingkat pendidikan, norma

sosial, dan sistem kepercayaan masyarakat.

(e) Aspek organisasi pelayanan meliputi motivasi kerja staf dan kader,

keterampilan, persediaan vaksin, alat Keluarga Berencana (KB), dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


(2). Menentukan prioritas masalah. Prioritas masalah secara praktis dapat

ditetapkan berdasarkan pengalaman staf, dana, dan mudah tidaknya masalah

dipecahkan. Prioritas masalah dijadikan dasar untuk menentukan tujuan.

(3). Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan. Contoh tujuan program

Posyandu: meningkatkan cakupan vaksinasi, mengintensifkan imunisasi

campak di wilayah binaan dan mengkaji hambatan dan kendala. Sebelum

menentukan tolak ukur, perlu dipelajari hambatan-hambatan program

kesehatan yang pernah dialami atau diperkirakan baik yang bersumber dari

masyarakat, lingkungan, Puskesmas maupun dari sektor lainnya.

(4) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO). Dengan RKO akan

memudahkan pimpinan mengetahui sumber daya yang dibutuhkan dan sebagai

alat pemantau. Contoh format RKO: Jenis kegiatan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan, Lokasi kegiatan, Metode pelaksanaan, Sasaran penduduk,

Penanggung Jawab, Dana dan sarana serta Waktu Pelaksanaannya.

b. Pengorganisasian

Struktur organisasi Puskesmas dapat diketahui mekanisme pelimpahan wewenang

dari pimpinan kepada staf sesuai tugas yang diberikan. Masing-masing kelompok

terdiri dari 2 atau 3 staf yang tiap staf disesuaikan dengan jumlah yang tersedia dan

jumlah kelompok yang diperlukan. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh satu

orang senior. Staf bersama kader akan memberikan pelayanan di Posyandu,

membuat laporan, menganalisis cakupan dan mengevaluasi pelaksanaan program

Universitas Sumatera Utara


di lapangan. Tugas-tugas kader hendaknya dibuat jelas dan sederhana disesuaikan

dengan rata-rata tingkat pendidikan kader.

c. Penggerakan-pelaksanaan

Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen ini amat dipengaruhi oleh

keberhasilan pimpinan Puskesmas menumbuhkan motivasi kerja staf dan semangat

kerja sama antara staf dengan staf lainnya di Puskesmas (lintas program), antara

staf Puskesmas dengan masyarakat, dan antara staf Puskesmas dengan pimpinan

instansi di tingkat kecamatan (lintas sektoral). Mekanisme komunikasi yang

dikembangkan oleh pimpinan Puskesmas dengan stafnya, demikian pula antara

pimpinan Puskesmas dengan camat dan pimpinan sektor lainnya di tingkat

kecamatan, termasuk dengan aparat di tingkat desa akan sangat berpengaruh pada

keberhasilan fungsi manajemen ini. Melalui lokakarya mini Puskesmas,

kesepakatan kerjasama lintas program dan sektoral dapat dirumuskan. Perwujudan

kerjasama lintas sektoral akan ditentukan oleh peranan camat dan ketua penggerak

PKK di tingkat kecamatan. Keterampilan untuk mengembangkan hubungan antar

manusia sangat diperlukan dalam penerapan fungsi manajemen ini (Depkes RI,

2005).

Posyandu adalah untuk masyarakat dan perlu dikelola oleh masyarakat oleh kader-

kader di tingkat dusun. Pembinaan kader memang sukar dikerjakan oleh pihak

Puskesmas karena kader bekerja secara sukarela sementara kader dihadapkan pada

pilihan bekerja untuk menanggung kebutuhan ekonomi keluarga dan dirinya

sendiri. Tetapi tanpa kader yang diambil dari masyarakat setempat, konsep

Universitas Sumatera Utara


Posyandu (dari dan untuk masyarakat) akan kabur. Ironisnya sampai saat ini

Posyandu masih tetap dianggap perpanjangan tangan Puskesmas. Tanpa staf

Puskesmas, Posyandu jarang sekali berjalan secara rutin. Ini adalah salah satu

bentuk tantangan pelaksanaan dan pengembangan Posyandu terutama di kota-kota.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan program Posyandu

adalah:

(1) Kembangkan mekanisme kerjasama yang positif antara dinas-dinas sektoral di

tingkat kecamatan, antara staf Puskesmas sendiri dan organisasi formal dan

informasi di tingkat desa/ dusun.

(2) Gali potensi masyarakat dan kembangkan kerjasama yang ada (terutama

dengan PKK) untuk dapat menunjang kegiatan program Posyandu.

(3) Kembangkan motivasi kader dan staf kesehatan sebagai anggota kelompok

kerja program Posyandu, sehingga peran serta kader yang optimal dapat

ditingkatkan untuk menunjang pelaksanaan program Posyandu. Dalam hal ini

Hubungan Antar Manusia (HAM) perlu terus dibina dan dikembangkan untuk

menjamin tumbuhnya suasana kerja yang harmonis dan merangsang inisiatif

anggota kelompok kerja Posyandu.

d. Pengawasan dan Pengendalian

Pimpinan Puskesmas dan koordinator program Posyandu dapat mengevaluasi

keberhasilan program dengan menggunakan Rencana Kerja Operasional (RKO)

sebagai tolak ukur/standar dan membandingkan hasil kegiatan program di masing-

Universitas Sumatera Utara


masing Posyandu. Aspek-aspek yang diawasi selama program Posyandu di

lapangan adalah:

(1) Keterampilan kader melakukan penimbangan program Posyandu

(2) Membuat pencatatan program Posyandu

(3) Membuat pelaporan program Posyandu

Untuk tanggung jawab pengawasan program Posyandu tetap di tangan pimpinan

Puskesmas tetapi wewenang pengawasan di lapangan dilimpahkan pada

koordinator program.

Beberapa langkah penting dalam fungsi Wasdal program Posyandu ini adalah:

(1) Menilai kesenjangan antara target dan standard dengan cakupan dan

kemampuan staf dan kader untuk melaksanakan tugas-tugasnya (aspek

pengawasan).

(2) Analisis faktor-faktor penyebab timbulnya kesenjangan tersebut.

(3) Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah untuk mengatasi

permasalahan yang muncul berdasarkan faktor-faktor penyebab yang sudah

diidentifikasi (aspek pengendalian).

Pengawasan dan pengendalian program Posyandu dilaksanakan secara rutin

dengan menggunakan tolak ukur keberhasilan program sebagai pedoman kerja dan

hasilnya dapat digunakan sebagai umpan balik memperbaiki proses perencanaan

program posyandu. Pimpinan Puskesmas hendaknya selalu mengadakan pemantauan

secara menyeluruh terhadap pelaksanaan program dengan menggunakan laporan staf,

Universitas Sumatera Utara


analisis cakupan program, laporan masyarakat dan hasil observasi atau supervisi di

lapangan sebagai bahan penilaian (Depkes RI, 2003).

2.1.4 Sistem Informasi di Posyandu (Sistem Lima Meja)

a. Meja I

Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan

pendaftaran pada ibu dan Balita yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan Posyandu

menjadi terarah dan jelas dengan adanya petunjuk di meja pelayanan. Petunjuk ini

memudahkan ibu dan Balita saat datang, sehingga antrian tidak terlalu panjang atau

menumpuk di satu meja.

b. Meja II

Layanan meja II merupakan layanan penimbangan

c. Meja III

Kader melakukan pencatatan pada buku KIA atau KMS setelah ibu dan Balita

mendaftar dan ditimbang di meja III. Pencatatan dengan mengisikan berat badan

Balita ke dalam skala yang di sesuaikan dengan umur Balita. Di atas meja terdapat

tulisan yang menunjukan pelayanan yang di berikan.

d. Meja IV

Berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil dengan resiko

tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB, penyuluhan kesehatan,

pelayanan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit, vitamin A, tablet zat besi

dilakukan di meja IV

Universitas Sumatera Utara


e. Meja V

Pemberian imunisasi dan pelayanan kesehatan kepada Balita yang datang ke

Posyandu dilayani di meja V, dilakukan oleh bidan desa atau petugas kesehatan

lainnya. Imunisasi yang diberikan di posyandu adalah imunisasi dasar, yaitu: BCG,

DPT, Hepatitis, Polio, Campak.

2.1.5 Penilaian Keberhasilan Program Posyandu

Fungsi manajemen posyandu adalah untuk mengetahui keberhasilan program

posyandu, kajian output (cakupan) masing-masing program yang dibandingkan

dengan targetnya adalah salah satu cara yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian

cakupan program adalah hasil langsung (output) kegiatan program posyandu yang

dapat dapat dihitung segera setelah pelaksanaan kegiatan program. Perhitungan

cakupan ini dapat dilakukan dengan menggunakan statistik sederhana yaitu jumlah

orang yang mendapatkan pelayanan dibagi dengan jumlah penduduk sasaran setiap

program.

Jumlah penduduk sasaran dapat dihitung secara langsung oleh staf Puskesmas

melalui pencatatan data jumlah penduduk sasaran yang ada di Desa atau dusun.

Penduduk sasaran program Posyandu lebih sering dihitung berdasarkan perkiraan

atau estimasi. Estimasinya ditetapkan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota. Jumlah

penduduk sasaran nyata sering jauh lebih rendah dari jumlah penduduk yang dihitung

dengan menggunakan estimasi sehingga hasil analisis cakupan program di Puskesmas

selalu jauh lebih rendah. Atas dasar perbedaan antara jumlah penduduk sasaran yang

Universitas Sumatera Utara


dicari langsung (riil) dengan yang diperkirakan (estimasi), perhitungan cakupan

dengan menggunakan kedua jenis penduduk sasaran tersebut sebagai pembaginya

akan memberikan hasil yang berbeda (Depkes RI, 2005).

Staf Puskesmas dalam hal peningkatan efisiensi dan efektivitas

penatalaksanaan program posyandu perlu dilatih keterampilan dan ditingkatkan

kepekaannya mengkaji masalah program dan masalah kesehatan masyarakat yang

berkembang di wilayah binaannya. Keterampilan seperti ini dapat dilatih secara

langsung pada saat supervisi dan juga diarahkan untuk mencari upaya pemecahan

masalah sesuai dengan kewenangan yang diberikan dengan melibatkan tokoh dan

kelompok masyarakat setempat. Semua kegiatan tersebut diatas adalah bagian dari

proses manajemen program Posyandu (Depkes RI, 2005).

Manajemen program Posyandu di Puskesmas yang diterapkan dapat diamati

dari pelaksanaan kegiatan di lapangan merupakan cara terbaik untuk mengetahui dan

mengevaluasi program posyandu. Hasil dari evaluasi pelaksanaan program Posyandu

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan cakupan pelayanan.

2.1.6 Indikator Kegiatan Posyandu

Ada beberapa indikator dalam kegiatan Posyandu antara lain :

1. Liputan Program (K/S). Merupakan indikator mengenai kemampuan program

untuk menjangkau Balita yang ada di masing-masing wilayah kerja posyandu.

Universitas Sumatera Utara


Diperoleh dengan cara membagi jumlah balita yang ada dan mempunyai Kartu

Menuju Sehat (KMS) dengan jumlah keseluruhan Balita dikalikan 100.

2. Tingkat Kelangsungan Penimbangan (K/D). Merupakan tingkat kemantapan

pengertian dan motivasi orang tua balita untuk menimbang balitanya setiap bulan.

Indikator ini dapat dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang

(D) dengan jumlah Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS (K) dikalikan 100.

3. Hasil Penimbangan (N/D). Merupakan indikator keadaan gizi Balita pada suatu

waktu (bulan) di wilayah tertentu. Indikator ini didapat dengan membagi jumlah

Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah Balita yang ditimbang bulan

ini (D).

4. Hasil Pencapaian Program (N/S). Indikator ini di dapat dengaan cara membagi

jumlah Balita yang naik berat badannya (N) dengan jumlah seluruh Balita

(S) dikalikan 100.

5. Partisipasi Masyarakat (D/S). Indikator ini merupakan keberhasilan program

Posyandu, karena menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi

masyarakat dan orang tua Balita pada penimbangan Balita di Posyandu. Indikator

ini di peroleh dengan cara membagi jumlah Balita yang ditimbang (D) dengan

jumlah seluruh Balita yang ada (S) dikalikan 100. Tinggi rendahnya indikator ini

dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan Balita ditimbangkan tiap bulannya.

Menurut Depkes RI (2005), Posyandu digolongkan pada empat tingkatan

berdasarkan pada beberapa indikator sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Posyandu Pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap. Kegiatannya belum

bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas, yakni kurang dari 5 orang.

b. Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari delapan kali dalam setahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau

lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KIA, KB, Gizi dan menyusui)

masih rendah yaitu < 50%. Ini menunjukkan kegiatan Posyandu sudah baik tetapi

cakupan program masih rendah.

c. Posyandu Purnama adalah Posyandu yang frekuensinya > 8 kali pertahun, rata-rata

jumlah kader adalah lima orang atau lebih dan cakupan program utamanya > 50%

dan sudah ada program tambahan.

d. Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara

teratur, cakupan program utamanya sudah bagus. Ada program tambahan dan dana

sehat telah menjangkau > 50% kepala keluarga. Terselenggaranya pelayanan

Posyandu melibatkan banyak pihak, adapun tugas dan tanggungjawab masing-

masing pihak dalam penyelenggaraan Posyandu seperti, Dinas kesehatan berperan

dan membantu pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat

timbang, distribusi KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan

tenaga teknis kesehatan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) berperan dalam penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat dan

sebagainya (Depkes RI, 2005).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Epidemiologi Gizi dalam Program Posyandu

Fungsi manajemen posyandu yang terkait dengan perencanaan, salah satu

adalah aspek epidemiologis. Ruang lingkup epidemiologi dalam program posyandu

lebih ditekankan pada epidemiologi gizi yang terkait dengan masalah kekurangan gizi

serta penanganan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.

Epidemiologi gizi adalah ilmu yang mempelajari determinan dari suatu

masalah atau kelainan gizi dengan : (a) mempelajari distribusi dan besarnya masalah

gizi pada populasi manusia, (b) menguraikan penyakit dari masalah gizi dan

menentukan hubungan sebab akibat, (c) memberikan informasi yang dibutuhkan

untuk merencanakan dan melaksanakan program pencegahan, kontrol dan

penanggulangan masalah gizi di masyarakat, (d) menguraikan penyebab dari masalah

gizi dan menentukan hubungan sebab akibat (Budiarto, 2002).

Menurut Nasry (2008) pendekatan masalah gizi masyarakat melalui

epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan

erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan

terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat. Penanggulangan

masalah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepada

penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah

tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau

lingkungan keluarga saja.

Universitas Sumatera Utara


Epidemiologis masalah gizi dihubungkan dengan: faktor dan penyebab

masalah gizi (agent), faktor yang ada pada pejamu (host) serta faktor yang ada di

lingkungan pejamu (environment). Menguraikan penyebab dari masalah gizi dan

menentukan hubungan sebab akibat antara ketiga faktor tersebut yaitu:

(a) masalah gizi : kekurangan atau kelebihan zat gizi, (b) agent: asupan makanan dan

penyakit yang dapat memengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan,

(c) host: karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis

kelamin, suku bangsa, dan lain-lain), (d) environment: lingkungan (rumah, pekerjaan,

pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi (Nasry, 2008).

Masalah gizi yang umum terjadi di Indonesia adalah gizi buruk, yaitu suatu

kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain

status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa

berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi

Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

Gizi buruk dapat terjadi jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari

makanan yang dikonsumsi oleh balita, contohnya pada penderita diare, nutrisi

berlebih, ataupun karena pola makan yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat

cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan tubuh. Beberapa orang dapat menderita

gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh

tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara sempurna.

Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran

pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu

Universitas Sumatera Utara


gluten. Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi

sehingga terjadi defisiensi. Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang

memengaruhi pankreas, yang fungsinya adalah untuk memproduksi enzim yang

dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga penderita intoleransi laktosa

yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya (Budiarto, 2002).

Balita yang menderita gizi buruk yang meningkat akhir-akhir ini adalah salah

satu cerminan lemahnya infrastruktur kesehatan, pangan dan gizi; serta terjadinya

kesenjangan, ketidakadilan, kemiskinan, kebijakan ekonomi dan politik sehingga

dengan banyaknya kasus gizi buruk dapat menurunkan citra bangsa Indonesia di mata

dunia, dimana kasus gizi buruk yang muncul merupakan fenomena gunung es yang

memerlukan penanganan serius. Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan anak, dapat

menyebabkan stunting (postur tubuh kecil pendek). Jika gizi buruk terjadi pada masa

golden period perkembangan otak pada usia 0-3 tahun, kondisi ini akan irreversible

yaitu sulit untuk dapat pulih kembali. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak

jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis,

mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan

dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangan

kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan

penurunan rasa percaya diri dan menurunnya prestasi akademik (Budiarto, 2002).

Hasil Riskesdas (2007) menunjukkan prevalensi balita sangat kurus secara

nasional masih cukup tinggi yaitu 6,2%. Besarnya masalah kurus pada balita yang

masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (public health problem) adalah jika

Universitas Sumatera Utara


prevalensi kurus > 5%. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila

prevalensi kurus antara 10,1% - 15,0%, dan dianggap kritis bila prevalensi kurus

sudah di atas 15,0%. Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Hal

ini berarti bahwa masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang serius. Bahkan, dari 33 provinsi, 18 provinsi di antaranya masuk

dalam kategori kategori kritis (prevalensi kurus >15%), 12 provinsi pada kategori

serius (prevalensi kurus antara 10-15%).

Posyandu sebagai ujung tombak dalam melakukan deteksi dini dan pelayanan

pertama menjadi vital dalam pencegahan kasus gizi buruk saat ini. Dalam

pelaksanaan kegiatan Posyandu, hambatan yang sering terjadi adalah lemahnya KIE

yang merupakan salah satu tumpuan dalam program gizi di posyandu. Penyuluhan

gizi di Posyandu belum dapat dilaksanakan kader dengan baik, karena kualitas kader

masih rendah, tingkat pendidikan relatif rendah (Purwaningsih, 2009).

Tingkat keberhasilan Posyandu dalam perbaikan gizi balita sangat tergantung

dari kualitas dan kuantitas pengelolaan Posyandu, serta partisipasi masyarakat. Dari

uraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan gizi perlu diberikan kepada semua

lapisan masyarakat terutama ibu yang memiliki anak balita agar bisa membesarkan

anak-anaknya sehingga menjadi anak yang sehat dan cerdas, serta kader posyandu

mereka adalah ujung tombak dalam keberlangsungan program-program yang di

laksanakan. Dengan demikian perlu dilakukan pendidikan gizi bagi ibu balita dan

kader posyandu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta

status gizi balita (Purwaningsih, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut teori Anderson dalam Notoatmodjo (2003), perilaku pemanfaatan

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor :

a. Predisposisi individu (predisposing factor)

Masing-masing individu memiliki kecenderungan yang berbeda dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat diramalkan dengan karakteristik

pasien yang telah ada sebelum timbulnya episode sakit. Karakteristik ini meliputi :

ciri demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan.

b. Enabling factor

Faktor predisposisi harus didukung pula oleh hal-hal lain agar individu

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor pendukung ini antara lain, pendapatan,

asuransi kesehatan dan ketercapaian sumber pelayanan kesehatan yang ada. Bila

faktor ini terpenuhi maka individu cenderung menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada pada saat sakit. Penderita penyakit yang tergolong berat

(misalnya harus operasi atau rawat inap di rumah sakit), maka kondisi ekonomi

merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

c. Karakteristik kebutuhan (need factor)

Faktor ini lebih menitikberatkan pada masalah apakah individu beserta keluarganya

merasakan adanya penyakit, atau kemungkinan untuk terjadinya sakit. Kebutuhan

diukur dengan “perceived need” dan “evaluated need” melalui : jumlah hari

individu tidak bisa bekerja, gejala yang dialaminya, penilaian individu tentang

status kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara


Faktor predisposisi dan enabling bila sudah mendukung, maka faktor

selanjutnya adalah kebutuhan berdasarkan persepsi (perceived need) terhadap

posyandu. Persepsi atau cara seseorang menanggapi peran dan manfaat posyandu

dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan dan akan menentukan apakah

memanfaatan pelayanan posyandu.

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan melakukan penginderaan terhadap

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut terjadi proses

berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Universitas Sumatera Utara


d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Penelitian Rogers (dalam Notoatmojo, 2003) menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku

baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif dengan 6 tingkatan yaitu:

a.. Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang telah ada.

2.5 Sikap

Beberapa pengertian tentang sikap adalah sebagai berikut: (a) sikap belum

merupakan suatu tindakan nyata, melainkan dapat berupa predisposisi tingkah laku

Allport dalam Notoatmodjo (1993), (b) Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari

kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau

terarah, respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Sikap itu dinamis dan tidak statis.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport dalam Notoatmodjo (1993) menjelaskan

bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Universitas Sumatera Utara


Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

1) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif

terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan

tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada

pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar

pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2.6 Peran Bidan Desa dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Konsep peran serta diperkenalkan French et al dalam Cholid (2009), bahwa

peran menunjukkan proses antara dua atau lebih pihak yang memengaruhi satu

terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan keputusan. Peran serta

lahir dari desakan kebutuhan psikologis pada setiap individu. Keinginan untuk

Universitas Sumatera Utara


berperan didorong kebutuhan akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan

hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang

bergantung.

Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005)

adalah perangkat tingkah laku yang dimiliki seseorang sesuai dengan kedudukannya

di masyarakat. Selanjutnya Cholid (2009), menyatakan peran menunjuk pada

tindakan dalam suatu tipe hubungan interaksi khusus. Dua dimensi peran adalah:

kewajiban dan hak, dimana tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh

seseorang merupakan kewajiban suatu peran; tindakan atau respon orang lain

merupakan hak. Konsep peran dihubungkan dengan konsep status, sehingga peran

status adalah satuan struktural yang paling mendasar sebagai syarat fungsional yang

harus dipenuhi.

Menurut Meilani et al (2009), peran bidan dalam pelayanan kebidanan

komunitas yang diimplementasikan dalam program posyandu meliputi: (a) sebagai

motivator, yaitu menggerakkan dan membina peran serta masyarakat, (b) sebagai

fasilitator, yaitu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti:

imunisasi kepada balita, (c) edukator, yaitu membina dan memberikan bimbingan

teknis kepada kader posyandu dan masyarakat, (d) sebagai advokator, yaitu: membina

kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM).

Menurut Depkes RI (2002), bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari

pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara

Universitas Sumatera Utara


Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi secara sah mendapat

lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga

professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra

perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat sesuai dengan tanggung

jawabnya dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini

mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada

ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai dengan

tanggung jawabnya.

Bidan desa mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan

kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan

masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan

menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual

atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

Implementasi tugas dan fungsi bidan di desa, selain bekerja sama dengan

tenaga non medis seperti dukun, bidan desa juga bekerja sama dengan masyarakat

yang secara sukarela membantu dan melaksanakan posyandu. Biasanya masyarakat

tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai

kader. Tugas dan fungsi utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan

ibu dan anak. Penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak

serta KB dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran.

Universitas Sumatera Utara


Bidan desa diharapkan kehadirannya mampu memperluas jangkauan

pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan

posyandu dalam pencegahan penyakit pada bayi melalui kegiatan penimbangan

balita, imunisasi maupun pemberian makanan tambahan (Depkes RI, 2002). Prinsip

pelayanan kebidanan di desa adalah : (a) pelayanan di komunitas desa sifatnya multi

disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi,

komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di

komunitas, (b) dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada

standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,

(c) dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memerhatikan dan memberi

penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak

merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan, (d) bidan di desa juga

membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan

koordinator pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas

(Widyastuti, 2007).

2.7 Landasan Teori

Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor

predisposisi individu (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan

faktor kebutuhan (need factors), secara skematis digambarkan pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


Predisposing Enabling Need Health
Services

Demografic Family Perceived


(Age, Sex) Resources (Symptoms
(Income, diagnose)
Health
Social Assurance)
Structure
(Etnicity, Evaluated
Education, (Symptons
Occupation of Community diagnose)
Head Family) Resources
(Health
facility and
personal)
Health Belief

Gambar 2.1 Model Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Sumber: A Behavioral Model of Families Use of Health Services (Andersen, 1974)

Berdasarkan teori perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan, apabila faktor

predisposisi dalam diri ibu yang mempunyai balita dan faktor enabling mendukung

untuk memanfaatkan pelayanan posyandu, serta adanya kebutuhan berdasarkan

persepsi (perceived need) dan kondisi bayi dan balita yang membutuhkan pelayanan

posyandu akan menentukan memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan di posyandu.

Pada konteks pemanfaatan posyandu, faktor yang berperan pada ibu yang

mempunyai balita adalah pengetahuan dan sikap terhadap posyandu sebagai sarana

pelayanan kesehatan, hal ini terkait dengan aspek health belief pada faktor

predisposing sebagaimana dikemukakan Anderson (1974), sedangkan bidan desa

Universitas Sumatera Utara


sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu terkait

dengan aspek community resources pada faktor enabling sebagaimana dikemukakan

Anderson (1974).

2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Pemanfaatan pelayanan posyandu balita dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

ibu balita dan sikap ibu balita tentang posyandu serta sejauhmana peran Bidan Desa

dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. Hal tersebut menjadi kajian dalam

penelitian ini dengan melihat variabel-variabel yang diuraikan pada kerangka konsep

penelitian.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu Balita (X1)

Pemanfaatan
Sikap Ibu Balita (X2) Posyandu
Balita
(Y)

Peran Bidan Desa (X3)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research (penelitian penjelasan) yang

dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dan sikap ibu balita serta

peran bidan desa terhadap pemanfaatan Posyandu di Puskesmas Bosar Maligas.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Puskesmas Bosar Maligas. Adapun alasan pengambilan

lokasi ini adalah karena pemanfaatan Posyandu Balita di wilayah kerja puskesmas

tersebut paling rendah dari seluruh Puskesmas di Kabupaten Simalungun.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pra penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2011, kemudian penelitian

dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita

yang berumur 12-59 bulan dan berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Bosar

Maligas, yaitu sebanyak 2.459 orang (Profil Puskesmas Bosar Maligas, 2010).

Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus penentuan sampel untuk

penelitian survei oleh Slovin (1992), sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


N
n = -----------------
N (d)2 + 1

Dimana :

N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan (0,1)

2.459
n = -----------------
2.459 (0,1)2 + 1

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka jumlah sampel yang diteliti

sebesar 96,08 orang, digenapkan menjadi 97 orang yang ditentukan dengan teknik

simple random sampling. Menghindari sampel yang drop out, maka perlu dilakukan

koreksi terhadap besar sampel yang dihitung, dengan menambahkan sejumlah

sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dihitung menggunakan rumus (Sudigdo

dan Ismael, 2002) :

ni = n / (1-f)

Keterangan:

n = besar sampel yang dihitung (97)

f = perkiraan proporsi drop out (10%)

Perhitungan : ni = 97/(1-0,1) = 107.8 orang, dibulatkan menjadi 108 ibu

balita. Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah

sampel sebanyak 108 orang. Menentukan jumlah sampel setiap posyandu

di Puskesmas Bosar Maligas dilakukan dengan metode proporsional (Dahlan, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Distribusi Sampel menurut Posyandu

Jumlah Ibu Jumlah


No Posyandu Proporsi
Balita Sampel
1 Posyandu Melati I 34 34/2.459 x 108 1
2 Posyandu Melati II 9 9/2.459 x 108 -
3 Posyandu Melati III 30 30/2.459 x 108 1
4 Posyandu Melati IV 24 24/2.459 x 108 1
5 Posyandu Melati V 45 45/2.459 x 108 2
6 Posyandu Melati VI 36 36/2.459 x 108 2
7 Posyandu Melati VII 30 30/2.459 x 108 1
8 Posyandu Melati VIII 42 42/2.459 x 108 2
9 Posyandu Melati IX 51 51/2.459 x 108 2
10 Posyandu Melati X 52 52/2.459 x 108 2
11 Posyandu Melati XI 32 32/2.459 x 108 1
12 Posyandu Melati XII 53 53/2.459 x 108 2
13 Posyandu Seroja 51 51/2.459 x 109 2
14 Posyandu Flamboyan 55 55/2.459 x 108 2
15 Posyandu Cempaka 41 41/2.459 x 108 2
16 Posyandu Mawar 52 52/2.459 x 108 2
17 Posyandu Melati 43 43/2.459 x 108 2
18 Posyandu Anggrek 25 25/2.459 x 108 1
19 Posyandu Dahlia 43 43/2.459 x 108 2
20 Posyandu Teratai 41 41/2.459 x 108 2
21 Posyandu Kenanga 52 52/2.459 x 108 2
22 Posyandu Melur 33 33/2.459 x 108 1
23 Posyandu Kamboja 45 45/2.459 x 108 2
24 Posyandu Teratai 41 41/2.459 x 108 2
25 Posyandu Dahlia 45 45/2.459 x 108 2
26 Posyandu Anggrek 12 12/2.459 x 108 1
27 Posyandu Tanjung 18 18/2.459 x 108 1
28 Posyandu Melati 45 45/2.459 x 108 2
29 Posyandu Bakung 46 46/2.459 x 108 2
30 Posyandu Kemuning 27 27/2.459 x 108 1
31 Posyandu Matahari 26 26/2.459 x 108 1
32 Posyandu Kamboja 19 19/2.459 x 108 1
33 Posyandu Cempaka 20 20/2.459 x 108 1
34 Posyandu Seroja 49 49/2.459 x 108 2
35 Posyandu Kenari I 43 43/2.459 x 108 2

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 (Lanjutan)

36 Posyandu Kenari II 24 24/2.459 x 108 1


37 Posyandu Kenari III 25 25/2.459 x 108 1
38 Posyandu Kenari IV 29 29/2.459 x 108 1
39 Posyandu Tempel I 31 31/2.459 x 108 1
40 Posyandu Tempel II 35 35/2.459 x 108 2
41 Posyandu Tempel III 21 21/2.459 x 108 1
42 Posyandu Kemuning I 31 31/2.459 x 108 1
43 Posyandu Matahari I 40 40/2.459 x 108 2
44 Posyandu KambojaI 41 41/2.459 x 108 2
45 Posyandu Cempaka I 35 35/2.459 x 108 2
46 Posyandu Kemuning II 17 17/2.459 x 108 1
47 Posyandu Matahari II 43 43/2.459 x 108 2
48 Posyandu KambojaII 29 29/2.459 x 108 1
49 Posyandu CempakaII 23 23/2.459 x 108 1
50 Posyandu Nusa Indah I 34 34/2.459 x 108 1
51 Posyandu Nusa Indah II 25 25/2.459 x 108 1
52 Posyandu Nusa Indah III 23 23/2.459 x 108 1
53 Posyandu Nusa Indah IV 31 31/2.459 x 108 1
54 Posyandu Dahlia I 35 35/2.459 x 108 2
55 Posyandu Dahlia II 11 11/2.459 x 108 -
56 Posyandu Dahlia III 32 32/2.459 x 108 1
57 Posyandu Dahlia IV 33 33/2.459 x 108 1
58 Posyandu Seroja II 28 28/2.459 x 108 1
59 Posyandu Seroja III 33 33/2.459 x 108 1
60 Posyandu Seroja IV 19 19/2.459 x 108 1
61 Posyandu Kenanga II 9 9/2.459 x 108 -
62 Posyandu Kenanga III 30 30/2.459 x 108 1
63 Posyandu Kenanga IV 24 24/2.459 x 108 1
64 Posyandu Seroja IV 25 25/2.459 x 108 1
65 Posyandu Teratai II 44 44/2.459 x 108 2
66 Posyandu Teratai III 40 40/2.459 x 108 2
67 Posyandu Teratai IV 52 52/2.459 x 108 2
68 Posyandu Teratai V 35 35/2.459 x 108 2
69 Posyandu Teratai VI 40 40/2.459 x 108 2
70 Posyandu Teratai VII 41 41/2.459 x 108 2
71 Posyandu Teratai VIII 44 44/2.459 x 108 2
72 Posyandu Teratai IX 37 37/2.459 x 108 2
73 Posyandu Teratai X 26 26/2.459 x 108 1
Jumlah 2.459 108
Sumber: Puskesmas Bosar Maligas, 2010

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan perhitungan sampel, diperoleh bahwa dari 73 posyandu terdapat

3 posyandu (Posyandu Melati II, Posyandu Dahlia II, Posyandu Kenanga II) yang

tidak mencukupi populasinya setelah dibagi dengan total popualsi dan dikalikan

jumlah sampel, sehingga pada posyandu tersebut tidak diperoleh sampel. Maka

selanjutnya dilakukan pemilihan sampel di masing-masing posyandu dilakukan

dengan cara accidental sampling yaitu memilih sampel dari ibu balita yang datang ke

posyandu pada saat penelitian sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap

desa dan memenuhi kriteria penelitian dengan cara sebagai berikut:

Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai balita dengan usia 12-59 bulan

b. Bersedia diwawancarai dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik

c. Ibu balita berdomisili pada masing-masing desa minimal 1 tahun terakhir dan

memiliki balita.

Kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah ibu balita yang tinggal di luar

wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten

Simalungun.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan 2 cara pengumpulan data yaitu :

3.4.1 Data primer

Data primer dihimpun melalui wawancara langsung dengan ibu balita

menggunakan alat bantu kuesioner.

Universitas Sumatera Utara


3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan Puskesmas Bosar Maligas Kabupaten

Simalungun berupa jumlah ibu yang mempunyai Balita yang berusia 12-59 bulan.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar

pertanyaan) untuk digunakan dalam wawancara dengan responden. Oleh karena itu

perlu dilakukan ujicoba pada kelompok yang menyerupai kepada 30 orang responden

di wilayah Puskesmas Perdagangan sebelum penelitian sebenarnya.

a. Uji Validitas

Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian

(kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data

yang akurat (Gozhali, 2005). Instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga

kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur.

Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan mengukur

korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus

teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coeficient (r), dengan

ketentuan : a) Bila r-hitung > r-tabel maka dinyatakan valid dan b) Bila r-hitung < r-

tabel maka dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas terhadap kuesioner untuk melihat konsistensi jawaban.

Gozhali (2005), menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau konsisten

Universitas Sumatera Utara


jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data atau jawaban yang sama, dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam

penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode

Cronbach's Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,

dengan ketentuan : a) Jika nilai r-alpha > r-tabel maka dinyatakan reliabel dan

b) Jika nilai r -alpha < r-tabel maka dinyatakan tidak reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang ibu yang mempunyai

balita di wilayah Puskesmas Perdagangan diperoleh hasil bahwa seluruh pertanyaan

valid dan reliabel (Lampiran-2).

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu balita tentang

posyandu, yaitu pengetahuan tentang pengertian posyandu, manfaat posyandu,

sasaran posyandu, jenis kegiatan posyandu, jadwal pelaksanaan posyandu, sistem

pelayanan posyandu.

2. Sikap adalah respons atau tanggapan ibu balita terhadap keberadaan posyandu,

yaitu sikap terhadap manfaat posyandu, sasaran posyandu, jenis kegiatan

posyandu, jadwal pelaksanaan posyandu, sistem pelayanan posyandu.

3. Peran adalah tindakan yang diharapkan akan dilaksanakan oleh seseorang, yang

merupakan kewajiban ataupun hak sesuai status atau posisi seseorang dalam suatu

hubungan interaksi. Peran Bidan Desa sebagai motivator, fasilitator, edukator dan

advokator dalam pelaksanaan program posyandu.

Universitas Sumatera Utara


4. Pemanfaatan Posyandu Balita adalah tindakan yang dilakukan ibu mempunyai

balita untuk membawa balitanya ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

3.6 Metode Pengukuran

Pengukuran variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap ibu balita serta peran

bidan desa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Bobot Skala
No Variabel Indikator Skor Kategori
nilai Ukur
1. Pengetahuan ibu 9-10 a. Baik
2
balita 5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
2 Sikap ibu balita 9-10 a. Baik
2
5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
3 Peran Bidan Desa 9-10 a. Baik
2
5 7-8 b. Sedang Interval
1
5-6 c. Rendah
4 Pemanfaatan a. 1-3 kali a. Rendah
Posyandu 1 b. 4-7 kali b. Sedang Interval
c. 8-12 kali c. Tinggi

Pengukuran variabel pemanfaatan Posyandu Balita, diukur berdasarkan

frekuensi (berapa kali) pemanfaatan posyandu dalam satu tahun, selanjutnya

dikategorikan tinggi, sedang dan rendah berdasarkan frekuensi.

Universitas Sumatera Utara


3.7 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

metode analisis data sebagai berikut :

a. Analisis univariat, yaitu analisis variabel independen dalam bentuk distribusi

frekuensi dan dihitung persentasenya.

b. Analisis bivariat, yaitu analisis hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

c. Analisis multivariat, yaitu analisis yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi

berganda (multiple regression) pada taraf kepercayaan 95% (Santoso, 2000)

dengan model persamaan:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + μ

dimana :

Y = Pemanfaatan Posyandu Balita di Puskesmas


X1 = Pengetahuan
X2 = Sikap
X3 = Peran Bidan Desa
b0 = Intercept
b 1 – b 3 = Koefisien Regresi
µ = error of term

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Bosar Maligas merupakan salah satu unit puskesmas di Kabupaten

Simalungun dengan luas wilayah kerja 294,40 km2 meliputi 17 desa. Wilayah kerja

Puskesmas Bosar Maligas berbatasan dengan :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ujung Padang

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Hutabayu Raja

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ujung Padang

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 39.886

jiwa, jumlah rumah tangga 10.572, rata-rata jumlah jiwa dalam setiap rumah tangga

sebanyak 4 jiwa. Desa dengan jumlah penduduk terbesar pada Desa Nagori Marihat

Tanjung sebanyak 3.816 jiwa. Proporsi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah

20.779 jiwa laki-laki dan 19.107 jiwa perempuan, sebagian besar penduduk pada

kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 4.807 jiwa.

Unit pelayanan kesehatan yang mendukung program kesehatan di wilayah

kerja Puskesmas Bosar Maligas adalah Puskesmas Pembantu (Pustu), Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) serta Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Jumlah tenaga kesehatan

yang bekerja di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 35 orang dengan

jenis ketenagaan yang bervariasi. Jenis tenaga dengan persentase terbesar di wilayah

Universitas Sumatera Utara


kerja Puskesmas Bosar Maligas sebanyak 29 orang adalah bidan. Sebanyak

10 orang bidan bertugas di puskesmas induk sedangkan 19 orang lainnya merupakan

tenaga bidan desa dengan Surat Keputusan (SK) dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara serta didukung dengan Surat Tugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Simalungun, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Tenaga di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Tahun 2011

No Jenis Tenaga Jumlah (orang)


1 Dokter Umum 2
2 Perawat 1
3 Bidan 29
4 Gizi 1
5 Tenaga non kesehatan 2
Jumlah 35
Sumber : Profil Puskesmas Bosar Maligas, 2010

Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan terdapat sebanyak 73 unit dengan

klasifikasi terbanyak adalah Purnama sebanyak 38 unit yang dikelola oleh 210 kader

posyandu. Jumlah posyandu terbanyak terdapat di Kelurahan Bosar Maligas dan Desa

Marihat Tanjung dengan jumlah posyandu masing-masing 8 unit.

4.2 Identitas Responden

Responden yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah ibu yang

mempunyai balita yang berdomisili di wilayah kerja di Puskesmas Bosar Maligas.

Identitas responden terdiri dari: umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan jumlah

anak. Hasil penelitian menunjukkan responden yang berusia 20-35 tahun sebanyak

90.7%. Responden yang bekerja sebagai petani sebanyak yaitu 51.9%. Sebanyak

Universitas Sumatera Utara


47.2% responden dengan tingkat pendidikan tamat SMP. Pendapatan responden yang

di bawah Upah Minimum Kabupaten Simalungun sebanyak 60,2%, dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Identitas Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar


Maligas

No Identitas Responden n %
1. Umur
< 20 tahun 2 1.9
20 – 35 tahun 98 90.7
> 35 tahun 8 7.4
Jumlah 108 100.0
2 Pekerjaan
Buruh 5 4.6
Pedagang 24 22.2
Petani 56 51.9
Ibu Rumah Tangga 23 21.3
Jumlah 108 100.0
3. Pendidikan
Tamat SD 12 11.1
Tamat SMP 51 47.2
Tamat SMA 43 39.8
Tamat D.III/S.1 2 1.9
Jumlah 108 100.0
4. Pendapatan
< UMKab Simalungun 65 60.2
≥ UMKab Simalungun 43 39.8
Jumlah 108 100.0

4.3 Identitas Balita

Balita sebagai sasaran kegiatan program posyandu mempunyai identitas:

umur, jenis kelamin, berat badan saat lahir serta berat badan saat penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui balita yang berusia 1-3 tahun sebanyak 65,7%

Universitas Sumatera Utara


selebihnya berusia 4-5 tahun. Jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan

laki-laki yaitu sebanyak 53,7%. Berat badan balita saat lahir dikategorikan

berdasarkan berat badan normal sesuai acuan Manuaba (2003) yaitu 2.500 gram, hasil

penelitian menunjukkan sebagian besar ≥ 2500 gram yaitu sebanyak 80,6%. Berat

badan balita dikelompokkan berdasarkan berat badan rata-rata dari seluruh responden

saat penelitian yaitu 13 kg, persentase yang di atas rata-rata sebanyak 52.8%

sedangkan berat badan di bawah rata-rata sebanyak 47,2%, dapat dilihat pada Tabel

4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Identitas Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar


Maligas

No Identitas Balita n %
1. Umur
1-3 tahun 71 65.7
4-5 tahun 37 34.3
Jumlah 108 100.0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 50 46.3
Perempuan 58 53.7
Jumlah 108 100.0
3. Berat Badan Lahir
< 2.500 gram 21 19.4
≥ 2.500 gram 87 80.6
Jumlah 108 100.0
4. Berat Badan Sekarang
< 13 kg 51 47.2
≥ 13 kg 57 52.8
Jumlah 108 100.0

Universitas Sumatera Utara


4.4 Pengetahuan

Pengetahuan tentang posyandu meliputi: pengertian, manfaat, sasaran

pelayanan, jenis pelayanan dan sistem pelayanan 5 meja. Hasil penelitian tentang

pengetahuan ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas

ditemukan :

a. Responden yang mengetahui pengertian posyandu sebanyak 42,3%, dengan alasan

paling banyak menyatakan pengertian posyandu sebagai tempat penimbangan dan

pemberian imunisasi bagi balita.

b. Responden yang mengetahui manfaat posyandu sebanyak 37,0%, dengan alasan

paling banyak menyatakan manfaat posyandu untuk mengetahui pertumbuhan serta

kondisi kesehatan balita.

c. Responden yang mengetahui sasaran pelayanan posyandu sebanyak 29,6%, dengan

alasan paling banyak menyatakan sasaran pelayanan posyandu adalah bayi dan

anak yang berumur kurang dari 5 tahun atau sering disebut dengan istilah balita.

d. Responden yang mengetahui jenis kegiatan posyandu sebanyak 37,0%, dengan

alasan paling banyak menyatakan jenis pelayanan posyandu adalah penimbangan,

imunisasi, penyuluhan dan pemberian makanan tambahan.

e. Responden yang mengetahui sistem pelayanan 5 meja di posyandu sebanyak

11,1%, menyatakan sistem pelayanan 5 meja meliputi: pendaftaran, penimbangan,

pencatatan, penyuluhan, pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


Jawaban responden tentang pengetahuan posyandu dapat dilihat pada Tabel

4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Jawaban
Pengetahuan Tahu Tidak Tahu
n % n %
1. Pengetahuan tentang pengertian posyandu 65 60,2 43 30,8
2. Pengetahuan tentang manfaat posyandu 40 37,0 68 63,0
3. Pengetahuan tentang sasaran pelayanan posyandu 32 29,6 76 70,4
4. Pengetahuan tentang jenis kegiatan posyandu 40 37,0 68 63,0
5. Pengetahuan tentang sistem pelayanan 5 meja
12 11,1 96 88,9
di posyandu

Hasil pengukuran pengetahuan tentang posyandu kemudian dikategorikan.

Pengetahuan responden pada kategori sedang sebanyak 46,3%, dapat dilihat pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan


di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Kategori Pengetahuan n %
a. Baik 9 8,3
b. Sedang 50 46,3
c. Rendah 49 45,4
Jumlah 108 100,0

4.5 Sikap

Variabel sikap tentang posyandu terdiri dari 5 (lima) pertanyaan meliputi

manfaat, sasaran jenis kegiatan, jadwal posyandu serta sistem pelayanan 5 meja.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian tentang sikap ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas

Bosar Maligas ditemukan :

a. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang manfaat posyandu

sebanyak 66,7%, dengan alasan paling banyak menyatakan posyandu dapat

mendukung peningkatan kesehatan balita, melalui penimbangan berat badan setiap

bulan, pemberian imunisasi dasar sesuai umur balita.

b. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang sasaran posyandu

sebanyak 48,1%, dengan alasan paling banyak menyatakan sasaran posyandu untuk

balita maupun bayi belum mencakup seluruh yang ada di wilayah kerja puskesmas,

karena beberapa wilayah (desa) mempunyai pemukiman penduduk yang sulit

menjangkau ke posyandu.

c. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang jenis kegiatan posyandu

sebanyak 28,7%, dengan alasan paling banyak menyatakan kegiatan posyandu

sering terkendala karena kekurangan peralatan dan bahan yang digunakan.

d. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang jadwal pelaksanaan

posyandu sebanyak 25,9%, dengan alasan paling banyak menyatakan waktu

pelaksanaan posyandu sering tidak sesuai dengan kesempatan masyarakat.

e. Responden yang mempunyai tanggapan yang baik tentang sistem pelayanan 5 meja

di posyandu sebanyak 7,4%, dengan alasan paling banyak menyatakan urutan

kegiatan pada masing-masing meja posyandu tidak seluruhnya dibutuhkan oleh

balita.

Universitas Sumatera Utara


Jawaban responden tentang sikap terhadap posyandu dapat dilihat pada Tabel

4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Jawaban
Sikap Baik Tidak Baik
n % n %
1. Tanggapan ibu balita tentang manfaat pelayanan posyandu 72 66,7 36 33,3
2. Tanggapan ibu balita tentang sasaran pelayanan posyandu 52 48,1 56 51,9
3. Tanggapan ibu balita tentang jenis kegiatan posyandu 31 28,7 77 71,3
4. Tanggapan ibu balita tentang jadwal pelaksanaan posyandu 28 25,9 80 74,1
5. Tanggapan ibu balita tentang sistem pelayanan 5 Meja
(pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan 8 7,4 100 92,6
kesehatan) di posyandu

Hasil pengukuran sikap tentang posyandu kemudian dikategorikan. Sikap

responden pada kategori rendah sebanyak 45,4%, dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Kategori Sikap n %
a. Baik 15 13,9
b. Sedang 44 40,7
c. Rendah 49 45,4
Jumlah 108 100,0

4.6 Peran Bidan Desa

Variabel peran bidan desa dalam pelaksanaan posyandu terdiri dari 5 (lima)

pertanyaan meliputi: ajakan kepada ibu yang mempunyai balita, pemberian imunisasi

di posyandu, penjelasan kegiatan posyandu, melatih kader posyandu serta pendekatan

Universitas Sumatera Utara


kepada pemerintahan desa. Hasil penelitian peran bidan desa dalam pelaksanaan

kegiatan posyandu ditemukan :

a. Responden yang menyatakan bidan desa mengajak ibu yang mempunyai balita

untuk datang ke posyandu sebanyak 61,1%, dengan alasan paling banyak

menyatakan bidan desa biasanya mengingatkan ibu yang mempunyai balita untuk

menimbang balitanya ke posyandu pada saat dilakukan pertemuan keagamaan

(perwiritan atau ibadah keluarga).

b. Responden yang menyatakan bidan desa memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat seperti: imunisasi kepada balita sebanyak 41,7%, dengan

alasan paling banyak menyatakan bidan desa datang dari puskesmas kurang

lengkap membawa peralatan dan bahan imunisasi yang diberikan kepada balita.

c. Responden yang menyatakan bidan desa menjelaskan pengertian, kegiatan serta

manfaat posyandu bagi balita sebanyak 35,2%, dengan alasan paling banyak

menyatakan bidan desa kurang memberikan penjelasan tentang kegiatan yang

dilakukan kepada ibu-ibu yang membawa balitanya ke posyandu.

d. Responden yang menyatakan bidan desa melatih kader posyandu serta pihak lain

yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu sebanyak 25,0%, dengan

alasan paling banyak menyatakan bidan desa biasanya kurang mengarahkan dan

memberikan penjelasan tentang tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan

kader posyandu.

e. Responden yang menyatakan bidan desa melakukan pendekatan kepada

pemerintahan desa/kelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan kegiatan di

Universitas Sumatera Utara


posyandu sebanyak 9,3%, dengan alasan paling banyak bidan desa tidak

melakukan pertemuan dengan pihak pemerintah desa serta masyarakat untuk

meningkatkan pelaksanaan posyandu.

Jawaban responden tentang peran bidan desa dalam kegiatan posyandu dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Bidan Desa di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Jawaban
Peran Bidan Desa Ya Tidak
n % n %
1. Bidan desa mengajak ibu yang mempunyai balita untuk datang
66 61,1 42 38,9
ke posyandu
2. Bidan desa memberikan pelayanan kesehatan kepada
45 41,7 63 58,3
masyarakat seperti: imunisasi kepada balita
3. Bidan desa menjelaskan pengertian, kegiatan serta manfaat
38 35,2 70 64,8
posyandu bagi balita
4. Bidan desa melatih kader posyandu serta pihak lain yang
27 25,0 81 75,0
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu
5. Bidan desa melakukan pendekatan kepada pemerintahan
desa/kelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan 10 9,3 98 90,7
kegiatan di posyandu

Hasil pengukuran peran bidan desa kemudian dikategorikan. Peran bidan

desa pada kategori sedang sebanyak 52,8%, dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran Bidan Desa


di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Kategori Peran Bidan Desa n %


a. Baik 3 2,8
b. Sedang 57 52,8
c. Rendah 48 44,4
Jumlah 108 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.7 Pemanfaatan Posyandu

Variabel pemanfaatan posyandu terdiri dari 1 (satu) pertanyaan tentang

frekuensi kunjungan ke posyandu dalam setahun, serta pertanyaan penjelas tentang

pemanfaatan setiap meja pada sistem pelayanan 5 meja posyandu. Hasil penelitian

tentang pemanfaatan posyandu ditemukan 56 orang (51,9%) yang memanfaatkan

posyandu sebanyak 4-7 kali dalam setahun dan dikategorikan sedang, selebihnya

pemanfaatan rendah dan tinggi, dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Posyandu


di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Pemanfaatan Posyandu n %
a. 8-12 kali setahun (Tinggi) 46 42,6
b. 4-7 kali setahun (Sedang) 56 51,9
c. 1-3 kali setahun (Rendah) 6 5,6
Jumlah 108 100,0

Hasil penelitian tentang pelayanan kepada ibu balita melalui sistem pelayanan

5 meja di posyandu ditemukan bahwa seluruh ibu balita mendapat pelayanan di Meja

I : layanan pendaftaran, Meja II: layanan penimbangan, Meja III: pencatatan pada

buku KIA pada saat berkunjung ke posyandu. Sementara pelayanan di Meja IV :

penyuluhan serta pelayanan Meja V: pemberian makanan tambahan/imunisasi

umumnya di berikan kepada ibu balita yang membutuhkan penyuluhan serta makanan

tambahan untuk balitanya.

Penyuluhan yang diberikan dalam sistem pelayanan 5 meja posyandu

dilakukan pada meja 4 meliputi: tentang kesehatan, penyuluhan tentang gizi serta

penjelasan tentang manfaat makanan tambahan, cara pemberian oralit pada balita

Universitas Sumatera Utara


yang diare, manfaat serta jadwal pemberian vitamin A serta imunisasi serta hal-hal

lain yang dianggap penting oleh petugas posyandu terkait dengan masalah kesehatan

yang sedang terjadi di wilayahnya. Setelah dilakukan penyuluhan selanjutnya

dilakukan kegiatan pemberian imunisasi serta makanan tambahan.

4.8 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel

pengetahuan, sikap serta peran bidan desa dengan pemanfaatan posyandu melalui

perbandingan jumlah dan persentase responden antara variabel bebas dengan variabel

terikat.

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel pengetahuan dengan

pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase

responden yang mempunyai pengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan posyandu

dengan kategori tinggi, sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan rendah

lebih banyak memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi square

dengan nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel pengetahuan

dengan pemanfaatan posyandu.

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Pemanfaatan Posyandu
p
Pengetahuan Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 38 77,6 5 10,2
0,000
Sedang 0 0,0 16 32,0 34 68,0
Baik 0 0,0 2 22,2 7 77,8

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel sikap dengan pemanfaatan

posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase responden

yang mempunyai sikap baik sebagian besar memanfaatkan posyandu dengan kategori

tinggi, sedangkan responden yang mempunyai sikap rendah lebih banyak

memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi square dengan nilai

p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel sikap dengan pemanfaatan

posyandu.

Tabel 4.12 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Pemanfaatan Posyandu
p
Sikap Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 39 79,6 4 8,2
0,000
Sedang 0 0,0 13 29,5 31 70,5
Baik 0 0,0 4 26,7 11 73,3

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel peran bidan desa dengan

pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita diketahui bahwa persentase

responden yang menyatakan peran bidan desa baik sebagian besar memanfaatkan

posyandu dengan kategori tinggi, sedangkan responden yang menyatakan peran bidan

desa rendah lebih banyak memanfaatkan posyandu pada kategori sedang. Hasil uji chi

square dengan nilai p=0,000 < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel peran

bidan desa dengan pemanfaatan posyandu.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Hubungan Peran Bidan Desa dengan Pemanfaatan Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Pemanfaatan Posyandu
p
Peran Bidan Desa Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Rendah 6 12,2 34 70,8 8 16,7
0,000
Sedang 0 0,0 21 36,8 36 63,2
Baik 0 0,0 1 33,3 2 66,7

4.9 Analisis Multivariat

Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap dan peran bidan desa terhadap

pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita di wilayah ekrja Puskesmas

Bosar Maligas menggunakan uji regresi ganda (multiple regression) dengan hasil

bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh (p<0,05) terhadap pemanfaatan posyandu

seperti pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Hasil Uji Multivariat Regresi Ganda

Variabel Independen t-hitung Koefisien p


Pengetahuan (X 1 ) 2.887 0.542 0.005
Sikap (X 2 ) 3.194 0.533 0.002
Peran Bidan Desa (X 3 ) 4.897 0.817 0.000
Constant -4.709 -4.495 0.000
R Square = 64,4%

Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) masing-masing variabel diatas dapat

dibuat model persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α + βIX1 + β2X2 + β3X3


Y= -4.495 + 0.542(X1) + 0.533(X2) + 0.817(X3)

Universitas Sumatera Utara


Model regresi pada persamaan garis regresi yang diperoleh dapat

diintepretasikan, sebagai berikut:

1. Nilai koefisien konstanta = -4,709, berarti bahwa, apabila nilai seluruh variabel

bebas yang diteliti (X 1 –X 3 ) sama dengan nol, artinya ibu yang mempunyai balita

tidak mempunyai pengetahuan tentang posyandu, sikapnya tidak baik terhadap

posyandu serta bidan desa tidak berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu

maka tingkat tingkat pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita

sangat rendah.

2. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai

p=0,005 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel pengetahuan terhadap pemanfaatan

posyandu. Nilai koefisien b 1 = 0,542 berarti bahwa, apabila nilai pengetahuan

(X 1 ) mengalami kenaikan sebesar satu poin (cateris paribus), maka pemanfaatan

posyandu oleh ibu yang mempunyai balita (Y) akan meningkat sebesar 0,542

poin.

3. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel sikap diperoleh nilai p=0,002

< 0,05, berarti ada pengaruh variabel sikap terhadap pemanfaatan posyandu. Nilai

koefisien b 1 = 0,533 berarti bahwa, apabila nilai sikap (X 2 ) mengalami kenaikan

sebesar satu poin (cateris paribus), maka pemanfaatan posyandu oleh ibu yang

mempunyai balita (Y) akan meningkat sebesar 0,533 poin.

4. Hasil analisis regresi berganda untuk variabel peran bidan desa diperoleh nilai

p=0,000 < 0,05, berarti ada pengaruh variabel peran bidan desa terhadap

pemanfaatan posyandu. Nilai koefisien b 1 = 0,817 berarti bahwa, apabila nilai

peran bidan desa (X 3 ) mengalami kenaikan sebesar satu poin (cateris paribus),

Universitas Sumatera Utara


maka pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita (Y) akan

meningkat sebesar 0,817 poin.

Keseluruhan variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan

posyandu oleh ibu yang mempunyai balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas

adalah variabel peran bidan desa dengan nilai koefisien (B) = 0,817. Model secara

keseluruhan dapat memprediksi besarnya pengaruh variabel independen yaitu

pengetahuan, sikap dan peran bidan desa terhadap kinerja pemanfaatan posyandu

sebesar 64,4% (R Square), sedangkan 35,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

termasuk dalam model regresi ini, misalnya faktor demografi, struktur sosial,

kemampuan keluarga serta persepsi dan evaluasi tentang penyakit.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan 46,3% pada kategori

sedang, dengan persentase tertinggi yang diketahui responden adalah pengertian

posyandu yaitu sebanyak 60,2% responden. Uji statistik menunjukkan variabel

pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai

balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan

ibu yang mempunyai balita tentang posyandu maka akan meningkat pemanfaatan

posyandu.

Persentase ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas yang

mengetahui tentang pengertian posyandu sebesar 60,2%, hal ini menunjukkan

posyandu sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan balita serta sarana untuk mendeteksi secara dini gangguan kesehatan

masyarakat belum diketahui secara menyeluruh oleh masyarakat, khususnya ibu yang

mempunyai balita. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang

pengertian posyandu dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan tentang posyandu

serta membuat brosur atau leaflet tentang posyandu.

Pengetahuan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas tentang

manfaat posyandu, sasaran pelayanan posyandu, jenis kegiatan posyandu serta sistem

pelayanan 5 meja di posyandu lebih banyak yang tidak mengetahui, dimana

Universitas Sumatera Utara


persentase tertinggi yang tidak diketahui adalah tentang sistem pelayanan 5 meja

di posyandu yaitu 88,9%, hal ini menunjukkan pemahaman ibu balita tentang

posyandu serta kegiatan yang dilakukan di posyandu masih rendah. Akibat rendahnya

pengetahuan tersebut menyebabkan pemanfaatan posyandu juga rendah, yaitu 42,6%

yang memanfaatkan dengan frekuensi 8-12 kali setahun.

Pengetahuan responden kategori rendah sebesar 45,4%, hal ini sesuai dengan

hasil survei pendahuluan bahwa sebagian besar tidak mengetahui pengertian

posyandu dan manfaat balita ditimbang ke posyandu. Ibu balita juga menganggap

posyandu hanya sebagai tempat melakukan imunisasi, sehingga pada saat balitanya

sudah mendapatkan imunisasi dasar tidak lagi dibawa ke posyandu.

Penyuluhan tentang posyandu dengan materi yang mencakup keseluruhan

prosedur dan sistem pelayanan posyandu menjadi sangat penting dilakukan sebagai

upaya meningkatkan pemanfaatan posyandu. Metode penyuluhan yang digunakan

juga harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat, sehingga apa yang menjadi

tujuan penyuluhan dapat tercapai, misalnya dengan visualisasi yang menampilkan

gambar tentang balita yang mengalami gizi buruk akibat ibu balita tidak pernah

menimbang balita ke posyandu.

Pengetahuan tentang posyandu sebagai faktor yang memengaruhi

pemanfaatan posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas (2009) menemukan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita

dengan perilaku kunjungan ibu ke posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag

Kabupaten Magelang. Pengetahuan ibu balita tentang posyandu meningkatkan tingkat

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan ibu balita terhadap posyandu sehingga meningkatkan perilaku

kunjungan ibu ke posyandu.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya hubungan yang sangat

signifkan antara tingkat pengetahuan ibu tentang posyandu dengan perilaku

berkunjung ibu balita ke posyandu. Perilaku seseorang dilatarbelakangi oleh 3 faktor

yang salah satunya adalah faktor predisposing yang memuat tentang pengetahuan.

Pada penelitian ini secara keseluruhan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik

rata-rata mempunyai tingkat perilaku berkunjung ke posyandu yang baik, tapi ada

beberapa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tetapi

mempunyai tingkat perilaku kunjungan yang kurang. Dari alasan yang dikemukakan

ibu balita kepada penulis diketahui penyebab kurangnya kuantitas kunjungan

responden tersebut dikarenakan kesibukan ibu balita yang berlebih, dan setelah dikaji

lebih dalam diketahui bahwa responden mencari alternatif lain untuk pemenuhan

kebutuhan kesehatan balita dengan memeriksakan anak ke institusi kesehatan yang

lain diwaktu-waktu senggang.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Susanti (2006) jumlah

balita yang terdapat di dalam keluarga, memengaruhi kunjungan ibu ke posyandu,

dimana keluarga yang memiliki jumlah balita sedikit maka ibu akan lebih sering

datang ke posyandu serta jarak dari rumah ke posyandu sangat memengaruhi

kunjungan ibu ke posyandu. Perilaku keluarga yang membawa balitanya setiap bulan

juga berhubungan dengan pengetahuan keluarga, dimana keluarga yang memiliki

pengetahuan tentang kesehatan, tanda, dan gejala sehubungan dengan pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara


anggota keluarganya, maka keluarga tersebut akan segera melakukan tindakan untuk

meminimalkan dampak yang lebih buruk lagi terhadap kondisi anggota keluarganya.

Hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Anggraeni (2006)

tentang hubungan pengetahuan ibu dengan keteraturan menimbangkan balitanya ke

posyandu yang menunjukkan hasil signifikan dengan hubungan bersifat positif.

Fungsi posyandu juga sebagai sarana melakukan deteksi dini kasus gizi buruk

pada balita melalui gambaran dari Kartu Menuju Sehat (KMS) yang dimiliki oleh

setiap balita. Hal ini sesuai hasil kajian Puslitbang Gizi Bogor (2007) menyebutkan

ada enam tahap dalam konsep yang diujicobakan dalam membuat status gizi balita

meningkat melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang, Banten., yaitu

pengorganisasian masyarakat, pelatihan, penimbangan balita, penyuluhan gizi,

pemberian makanan tambahan, dan penggalangan dana.

Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor (2007) disimpulkan bahwa konsep ini

bisa meningkatkan status gizi balita dengan tingkat keberhasilan 50% bahkan lebih.

Hal ini terbukti pada awal penelitian terdapat 90.6% anak dengan status gizi kurang

dan 9.4% anak dengan status gizi buruk, dan pada akhir penelitian didapatkan hasil

yaitu tidak ada lagi anak balita dengan status gizi buruk, sedangkan balita dengan

status gizi kurang turun menjadi 45.3%. Penimbangan balita secara rutin dan

diimbangi dengan penyuluhan serta pemberian makanan tambahan pada setiap bulan

penimbangan di posyandu dalam kurun waktu 3 bulan dapat menurunkan angka

kasus gizi buruk dan gizi kurang.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa keaktifan posyandu

dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi faktor dari

dalam maupun dari luar posyandu. Faktor dari dalam posyandu berupa kader, dana

dan sarana prasarana. Faktor dari luar posyandu berupa tingkat pendidikan dan sosial

ekonomi masyarakat serta jumlah balita. Tingkat perkembangan posyandu sangat

dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat (ibu balita, tokoh masyarakat atau

kepala desa) serta aspek manajemen pengelolaan posyandu oleh petugas puskesmas.

Keaktifan keluarga sangat berperan dalam memelihara dan mempertahankan

status gizi balita yang optimal. Hal ini sesuai dengan dasar perilaku sehat dan

perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan

perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat

anggota keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan

mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional perawatan

kesehatan.

5.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja


Puskesmas Bosar Maligas

Hasil penelitian tentang variabel sikap ditemukan 45,4% pada kategori

rendah, dengan persentase tertinggi tentang sikap ditanggapi baik oleh responden

adalah manfaat posyandu yaitu sebanyak 66,7% responden. Uji statistik menunjukkan

variabel sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang

mempunyai balita. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik

Universitas Sumatera Utara


tanggapan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu maka akan meningkat

pemanfaatan posyandu.

Alasan yang disampaikan responden pada saat penelitian didapatkan bahwa

penyebab rendahnya tingkat sikap ibu balita terhadap posyandu adalah perbedaan

tingkat pendidikan yang menunjukkan bahwa secara garis besar responden dengan

pendidikan tinggi mempunyai tingkat sikap rendah dan cenderung memilih untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit atau dokter praktek

untuk imunisasi balita. Hal ini dikarenakan ibu balita mengetahui bahwa tingkat

pendidikan, ilmu dan ketrampilan dari bidan dan kader dari posyandu masih kurang

dibandingkan dengan instansi yang lain.

Spesifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) posyandu yang rendah dan

kurangnya fasilitas yang berada di posyandu menyebabkan kurangnya kepercayaan

ibu balita, sehingga ibu balita cenderung memilih proses yang cepat dan tepat yang

mana proses tersebut terdapat di unit kerja yang lain seperti rumah sakit, balai

pengobatan, atau puskesmas. Pendapat yang lain dari sebagian responden didapatkan

informasi tingkat kepercayaan kurang dikarenakan sistem perekrutan kader posyandu

yang kurang tepat sehingga kader yang memiliki tingkat pendidikan kurang, berakibat

kurang tepatnya proses penyampaian informasi kesehatan ke masyarakat.

Sikap ibu balita tentang posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas

tidak terlepas dari tingkat pengetahuannya tentang posyandu. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sikap ibu balita dominan pada kategori rendah yaitu 45,4%, hal

Universitas Sumatera Utara


ini terkait dengan pengetahuannya juga pada kategori sedang 46,3% dan kategori

rendah 45,5%.

Persentase pengetahuan ibu balita tentang posyandu yang telah diuraikan

sebelumnya, sikap terhadap posyandu yang paling rendah juga tentang sistem

pelayanan 5 meja (pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan

kesehatan) di posyandu yaitu 92,6% yang tanggapannya tidak baik. Ibu balita yang

mempunyai tanggapan tidak baik tentang sistem pelayanan 5 meja di posyandu

menyebabkan pada saat ibu balita berkunjung ke posyandu tidak memanfaatkan

seluruh pelayanan yang ada di posyandu, seperti pada meja 4 untuk penyuluhan

hanya 61,1% yang mengikuti kegiatan penyuluhan serta 39,8% yang mendapatkan

makanan tambahan dan imunisasi.

Pemanfaatan pelayanan posyandu pada meja 4 dan meja 5 yang rendah juga

terkait dengan berkembangnya pandangan yang keliru tentang posyandu di tengah

masyarakat, bahwa posyandu dianggap sebagai tempat pemberian imunisasi sehingga

pada saat balita sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap cenderung tidak pernah

membawa balitanya ke posyandu. Pandangan seperti ini harus diubah karena fungsi

posyandu sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah adalah pemantauan pertumbuhan

dan perkembangan serta menanggulangi dan mendeteksi gangguan kesehatan. Sejalan

dengan fungsi posyandu tersebut maka setiap balita sebaiknya dibawa ke posyandu

untuk dilakukan penimbangan berat badan minimal sampai balita berumur 5 tahun.

Pandangan ibu balita tentang posyandu dapat dirubah dengan melibatkan

seluruh komponen atau pihak yang terkait dengan program posyandu. Peningkatan

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan saja belum tentu dapat merubah sikap atau pandangan ibu balita tentang

posyandu, oleh karena itu harus dirumuskan suatu metode pendekatan yang lebih

baik, misalnya dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama maupun tokoh

adat untuk mensosialisasikan program posyandu.

Sikap tentang posyandu sebagai faktor yang memengaruhi pemanfaatan

posyandu konsisten dengan penelitian Pamungkas (2009) bahwa dari responden yang

mempunyai sikap terhadap posyandu baik memiliki peluang 4,800 kali untuk

berkunjung ke posyandu bandingkan dengan responden yang mempunyai tingkat

sikap kurang. Pada hasil hubungan yang telah didapat frekuensi yang paling banyak

adalah tingkat sikap responden yang kurang dan kuantitas kunjungan ke posyandu

kurang. Kurangnya sikap dari ibu balita ke posyandu dikarenakan oleh karena

kurangnya antusiasme responden mengikuti rangkaian kegiatan posyandu yang secara

klasik dikarenakan tingkat aktivitas yang berlebih.

5.3 Pengaruh Peran Bidan Desa terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah


Kerja Puskesmas Bosar Maligas

Hasil penelitian tentang variabel peran bidan desa ditemukan 52,8% pada

kategori sedang, dengan persentase tertinggi tentang peran bidan desa dalam

mengajak ibu yang mempunyai balita untuk datang ke posyandu dinyatakan

sebanyak 61,1% responden. Uji analisis statistik menunjukkan variabel peran bidan

desa berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita.

Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin berperan bidan

Universitas Sumatera Utara


desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu maka akan meningkat pemanfaatan

posyandu.

Bidan desa yang bertugas di setiap desa pada wilayah kerja puskesmas

merupakan tenaga kesehatan yang berperan dalam peningkatan derajat kesehatan

masyarakat di desa tempatnya bertugas, serta secara hierarki bertanggung jawab

kepada pimpinan puskesmas. Dengan demikian peran bidan desa dalam pengelolaan

posyandu menunjukkan peran puskesmas sebagai institusi.

Bidan desa berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu menurut ibu balita

di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas belum mampu meningkatkan kemauan

ibu balita untuk memanfatkan posyandu karena dominan pada kategori sedang yaitu

52,8%. Dari indikator peran bidan desa yang ditanyakan kepada ibu balita ditemukan

persentase terendah dalam hal melakukan pendekatan kepada pemerintahan

desa/kelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan kegiatan di posyandu hanya

9,3%.

Persentase peran desa pada kategori rendah sebesar 44,4% menunjukkan

pelaksanaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas belum optimal

karena bidan desa kurang termotivasi dalam bekerja serta kurang memiliki

kompetensi atau kemampuan melaksanakan tugasnya sebagai pengelola posyandu.

Bidan desa perlu diberikan memberikan insentif dan penghargaan sehingga

termotivasi dan berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, serta meningkatkan

keterampilan dengan memberikan pelatihan tentang posyandu sehingga bidan desa

memiliki kompetensi untuk melakukan tugasnya mengelola posyandu.

Universitas Sumatera Utara


Konsep posyandu sesuai dengan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat

(UKBM) sehingga dalam pelaksanannya harus bersumber dari, oleh dan untuk

masyarakat. Oleh karena itu peran bidan desa sebagai petugas kesehatan yang paling

dekat dengan masyarakat desa hendaknya mengembangkan pelayanan posyandu

melalui pendekatan kepada pemerintahan desa/kelurahan tempat bidan desa tersebut

bertugas. Bidan desa juga harus berperan serta secara aktif dalam mengajak ibu yang

mempunyai balita untuk datang ke posyandu serta menjelaskan kepada ibu-ibu

tentang pengertian, kegiatan serta manfaat posyandu bagi balita.

Kegiatan posyandu sangat ditentukan oleh keberadaan kader posyandu, oleh

karena itu bidan desa harus melatih kader posyandu serta pihak lain yang terlibat

dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu. Dalam proses pelatihan kader posyandu

diupayakan melibatkan pihak yang terkait dengan pelayanan posyandu di

desa/kelurahan, yaitu Kelompok Kerja (Pokja) IV PKK Desa/Kelurahan. Bidan desa

juga perlu memerhatikan kader yang dipilih untuk mengelola posyandu, yaitu kader

yang mampu dan mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya

sebagai kader posyandu. Dengan demikian diharapkan program posyandu dapat

dilaksanakan dengan optimal dan mampu meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

Kader merupakan orang-orang yang berasal dari masyarakat yang dengan

sukarela bersedia ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan menuju kepeningkatan

kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak posyandu yang

kinerjanya menurun, yang disebabkan antara lain karena faktor kader yang kurang

Universitas Sumatera Utara


berfungsi. Banyak faktor yang memengaruhi peran serta kader dalam kegiatan

posyandu, diantaranya faktor tingkat pengetahuan kader dan tingkat ekonomi

keluarga kader. Rendahnya pengetahuan kader sehingga berpengaruh terhadap

penurunan kinerja posyandu karena rendahnya peran sertanya dalam kegiatan

posyandu.

Puskesmas mempunyai tanggung jawab dalam bidang primary health care

dan primary care. Sebagai badan primary health care, puskesmas melindungi

masyarakat dengan cara mengidentifikasi masalah yang menjadi ancaman bersama

dan menjadikan masyarakat sebagai program prioritas. Demi kepentingan bersama

itu, puskesmas merupakan alat kebijakan yang memberikan proteksi kepada

masyarakat agar tidak terjangkit penyakit dan mengalami gangguan kesehatan.

Puskesmas sebagai fungsi primary care berperan mendeteksi penyakit yang

membutuhkan penanganan lanjutan. Puskesmas berusaha menjangkau masyarakat

yang tidak memiliki masalah kesehatan dan karena itu tidak datang mencari

pertolongan. Puskesmas mendukung pelayanan yang diberikan oleh kader melalui

staf yang ditunjuk ke posyandu. Kader bisa melaksanakan penimbangan tetapi ketika

terjadi masalah yang memerlukan tindak lanjut, kapasitas kader sangat terbatas.

Tindak lanjut biasanya diserahkan kepada keluarga agar melakukan kunjungan ke

puskesmas. Puskesmas idealnya membantu seluruh posyandu. Tetapi jika hal itu

dilakukan, bisa juga terjadi ketidakadilan.

Posyandu dengan kader desa yang kuat sudah bisa mandiri dan memerlukan

bantuan sedikit dari puskesmas. Sebaliknya posyandu dengan kemampuan yang

Universitas Sumatera Utara


lemah justru sangat memerlukan bantuan. Puskesmas dalam hal ini dapat

memprioritaskan daerah dengan posyandu yang lemah dibandingkan yang mampu.

Hasil penelitian Ridwan et al (2007) mengungkapkan bahwa revitalisasi

posyandu bahwa program imunisasi bayi dan anak balita merupakan salah satu

pendorong ibu yang mempunyai bayi dan anak balita untuk datang ke posyandu.

Gerakan serentak penimbangan balita dengan pemberian imunisasi merupakan istilah

yang dibuat oleh kepala puskesmas yang bertujuan untuk mendorong ibu-ibu yang

mempunyai balita agar berkunjung ke posyandu menimbang berat badan anaknya.

Gerakan tersebut cukup efektif meningkatkan angka kunjungan ke posyandu.

Pengguna posyandu mengharapkan layanan lain yaitu layanan mendapatkan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita. Peran petugas kesehatan

dianggap penting oleh kader karena kehadiran petugas sangat memengaruhi tingkat

kunjungan ibu-ibu ke posyandu. Petugas kesehatan di posyandu bertugas sebagai juru

imunisasi dan penyuluh kesehatan. Faktor-faktor yang menyebabkan keengganan

kelompok sasaran posyandu untuk berkunjung ke posyandu karena program

imunisasi sudah selesai, mereka tidak mempunyai uang untuk membayar PMT di

posyandu dan faktor petugas kesehatan yang tidak datang ke posyandu. Kelompok

sasaran balita hanya akan berkunjung ke posyandu sampai usia anak 9 bulan. Hal ini

mengingat paket immunisasi lengkap yang disubsidi pemerintah pada anak balita

selesai pada usia 9 bulan. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat tidak

berkunjung ke posyandu karena musim panen atau turun sawah bagi petani.

Universitas Sumatera Utara


Sistem pengelolaan posyandu saat ini dapat dikembangkan dengan

mengadopsi teknologi informasi dalam bentuk Sistem Informasi Posyandu (SIP), hal

ini sesuai penelitian Khoiri (2008) yang menyimpulkan bahwa hambatan informasi

yang dapat ditanggulangi melalui SIP elektronik dalam mendukung surveilans

kesehatan ibu dan anak adalah : arsip manual SIP belum dikelola dengan baik

sehingga sulit diakses kembali, masih ada laporan yang tidak terisi secara lengkap,

penulisan data sasaran yang sama dilakukan secara berulang-ulang pada format SIP

yang berbeda, belum tersedia isian data tentang tinggi atau panjang badan anak, dan

pembuatan grafik hasil kegiatan posyandu belum dapat memberikan informasi secara

jelas.

Posyandu berperan sebagai sarana untuk mendeteksi gangguan kesehatan

masyarakat, khususnya gangguan kesehatan yang terkait dengan masalah gizi kurang

dan gizi buruk terkait dengan aspek epidemiologi gizi. Sesuai dengan fungsinya

posyandu sangat berperan untuk mengetahui terjadinya gangguan pertumbuhan pada

anak belita berdasarkan hasil penimbangan setiap bulan yang dicatat pada Kartu

Menuju Sehat (KMS).

Berdasarkan buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang di

terbitkan oleh Departemen Kesehatan disebutkan bahwa grafik pertumbuhan KMS

dibuat berdasarkan pedoman baku dari WHO/NCHS yang disesuaikan dengan

keadaan di Indonesia. Kurva garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka-

angka 70% median, grafik berwarna kuning di atas merah pada batas 75%-80%

median, daerah hijau muda adalah 85–90% median daerah hijau tua 95–100%

median. Pada saat hasil penimbangan balita di posyandu berada pada garis merah

Universitas Sumatera Utara


maka balita tersebut berisiko mengalami kurang gizi sehingga perlu dilakukan upaya

penanganan lebih lanjut di puskesmas.

Epidemiologi gizi berperan dalam menangani kasus gizi kurang atau gizi

buruk yang terdeteksi di posyandu dengan melakukan penyelidikan epidemiologi

(surveilance epidemiology) melalui tahapan: (a) mengetahui besarnya masalah gizi

yang terjadi pada balita dengan menghitung berapa baanyak balita yang mengalami

gizi kurang atau gizi buruk, (b) mencari penyebab terjadinya masalah gizi dan

menjelaskan hubungan kausal (sebab akibat) dari faktor-faktor yang dideteksi sebagai

penyebab kasus gizi kurang atau gizi buruk, (c) menyusun rencana intervensi

penanggulangan gizi kurang atau gizi buruk dan membuat program pencegahan dan

penanggulangan masalah gizi di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang posyandu berpengaruh

terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas.

2. Sikap ibu yang mempunyai balita tentang posyandu berpengaruh terhadap

pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas.

3. Peran bidan desa dalam pelaksanaan kegiatan posyandu berpengaruh terhadap

pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bosar Maligas.

4. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Bosar Maligas adalah variabel peran bidan desa.

6.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian maka disarakan sebagai berikut :

1. Peran bidan desa perlu ditingkatkan dengan memberikan insentif dan

penghargaan sehingga termotivasi dan berperan dalam pelaksanaan kegiatan

posyandu, serta meningkatkan keterampilan dengan memberikan pelatihan

tentang posyandu sehingga bidan desa memiliki kompetensi untuk melakukan

tugasnya mengelola posyandu.

2. Pengetahuan ibu balita perlu ditingkatkan melalui penyuluhan tentang

posyandu menggunakan metode yang mudah dipahami oleh ibu balita,

Universitas Sumatera Utara


misalnya : poster, flipchart atau dengan visualisasi menggunakan teknologi

informasi.

3. Sikap ibu balita tentang posyandu perlu dirubah sehingga pemahaman tentang

posyandu yang menganggap posyandu hanya sebagai tempat pemberian

imunisasi, dengan perubahan sikap ibu diharapkan terlaksana kunjungan

balita sampai berumur 5 tahun.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Andersen, Ronald,.1974. A Behavioral Model of Families Use of Health Services.


Center for Health Administration Studies, Research Series 25, The University
of Chicago.

Anggraeni, Raksanagara. 2007. Gizi Buruk Pada Anak Sebagai Indikator


Kesejahteraan Individu dan Masyarakat di Jawa Barat. Available at :
http://www.unpad.ac.id (diakses 18 Juli 2011)

Ardani, Yanuar, Budi Palarto, Hari Peni Julianti, 2010. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keberhasilan Pelaksanaan “Posyandu Model” Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Becker M.H. 1979. The Health Belief Model and Personal Health Behavior.
Thorofare, NJ: Slack

Budiarto,. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.

Cholid, Sofyan, 2009, Keluarga dalam Persfektif Fungsional, Pascasarjana Ilmu


Kesejahteraan Sosial, UI, Jakarta

Dahlan, S. M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arcan

Depdagri RI, 2004. Surat Mendagri No. 411.4/3105/SJ tanggal 2 Desember 2004
tentang Pokjanal Posyandu, Jakarta.

Depkes RI, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/ Menkes/Per/IX/1990,


tentang Wewenang Bidan, Jakarta

__________, 2002a. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta

__________, 2002b. Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta

__________, 2003. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

__________, 2004, Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta

__________, 2005. Pedoman Pengelolaan Posyandu, Cetakan ke 1, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


__________, 2006. Dokumentasi Modul Kemitraan Promosi Kesehatan, Pusat
Promosi Kesehatan Depkes. RI, Jakarta

__________, 2007. Pemberdayaan Kesehatan Desa. Departemen Kesehatan, Jakarta

_________., 2009. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2010 – 2015,


Jakarta

_________, 2010. Rencana Pembangunan Jangka menengah (RPJM) 2010-2015


bidang kesehatan

Friedman, Marlyn M., 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi Ketiga,
EGC, Jakarta

Ghozali , I., 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS,. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Penerbit Kartika, Surabaya

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/per/VII/2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk


Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan.

Khoiri, Abu. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Posyandu Guna Mendukung


Surveilans Kesehatan Ibu & Anak Berbasis Masyarakat pada Desa Siaga
(Studi Kasus di Kelurahan Manisrejo Kecamatan Taman Kota Madiun
Provinsi Jawa Timur). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang

Khotimah., Nyimas Nur. 2002. Evaluasi keaktifan kader dalam pelayanan program
gizi dai posyandu pada empat puskesmas di kota Palembang, Tesis.
Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada.

Manuaba., IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta

Meilani, Niken; Nanik Setiayawati; Dwiana Estiwidani; Sumarah, 2009. Kebidanan


Komunitas, Penerbit: Fitrawaya, Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Napitupulu, B., 2003. Analisis Pelaksanaan Tugas Bidan di Desa Sehubungan dengan
Penyelenggaraan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Karo
Tahun 2003 Program Pasca Sarjana Program Magister Administrasi Dan
Kebijakan Kesehatan Program Studi Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Unieversitas Sumatera Utara, Medan

Nasry., Noor,. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo.,S. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

__________,2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta

Octaviani, Ulfa., Neti Juniarti dan Ai Mardiyah., 2008. Hubungan Keaktifan


Keluarga dalam Kegiatan Posyandu dengan Status Gizi Balita di Desa
Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran

Pamungkas, Lia, 2009. Hubungan antara Faktor Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan
dengan Perilaku Ibu Berkunjung Ke Posyandu di Kelurahan Grabag
Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang

Profil Puskesmas Bosar Maligas, 2010. Laporan Program Promosi Kesehatan


Puskesmas Bosar Maligas.

Purwaningsih, Endang., 2009. Dampak gangguan gizi sejak awal kehamilan dalam
terjadinya penyakit di usia dewasa (Suatu kajian Ilmu Gizi dan Epidemiologi).
(Pidato Pengukuhan Guru Besar). Kolegium Gizi Kinik Indonesia. Bagian
Ilmu Gizi Universitas Diponegoro Semarang.

Puslitbang Bogor. 2007. Cara Membuat Status Gizi Balita Meningkat. Available at :
http://victor-health.blogspot.com/articles/2007/12/cara-membuat-status-gizi
balita html (diakses 30 Maret 2011)

Ridwan, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Mubasysyir Hasanbasri, 2007.Revitalisasi


Posyandu Pengaruhnya terhadap Kinerjja Posyandu di Kabupaten
Tenggamus. Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Gadjah Mada University

Riset Kesehatan Dasar., 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen


Kesehatan RI, Jakarta

Universitas Sumatera Utara


Santoso Singgih, 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.

Slovin. 1992. Penentuan Ukuran Sampel dan Tabel Krejcie-Morgan: Telaah Konsep
dan Aplikasinya, Selemba Jakarta

Sudigdo, Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Klinis, edisi 2. Jakarta: Sagung Seto

Susanti, Y. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu yang Mempunyai Balita


dalam MenggunakanPosyandu di Desa Cimarias Kecamatan Tanjungsari
Kabupaten Sumedang. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang

WHO. 2009. The International Conference on Environmental Threats to the Health


of Children, Geneva.

Widyastuti, Endang. 2007. Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan


dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Depkes-
Unicef, Jakarta.

Yunardi, Kristiani., 2007. Manajemen Program Revitalisasi Posyandu di Kabupaten


Bungo Propinsi Jambi. Program Magister Kebijakan dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1: Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita serta Peran Bidan Desa terhadap
Pemanfaatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bosar Maligas
Kabupaten Simalungun

Nama Responden : .........................................................


Desa : .........................................................

I. IDENTITAS RESPONDEN
a. Identitas Ibu
1. Nama Ibu : .....................................................
2. Umur Ibu : .....................................................
3. Pendidikan Formal Ibu
1. Tidak Sekolah 4. Diploma III
1. Tamat SD 5. Strata 1 (Sarjana)
2. Tamat SLTP
3. Tamat SLTA
4. Pekerjaan Ibu
1. Buruh 4. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta 5. TNI/Polri
3. Pedagang 6. Tani
7. Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga)
5. Pendapatan Keluarga : ...................................................

b. Identitas Balita
1. Nama : ...................................................
2. Umur : ...................................................
3. BB Lahir : ...................................................
4. Berat Badan saat ini : ...................................................
5. Jenis Kelamin : ...................................................

II. PENGETAHUAN
1. Apakah ibu mengetahui pengertian posyandu ?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah ibu mengetahui manfaat posyandu ?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
3. Apakah ibu mengetahui sasaran pelayanan posyandu ?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
4. Apakah ibu mengetahui jenis kegiatan posyandu ?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
5. Apakah ibu mengetahui sistem pelayanan 5 meja (pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan kesehatan)
di posyandu?
1. Tahu (2)
2. Tidak tahu (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….

III. SIKAP
1. Bagaimana tanggapan ibu tentang manfaat pelayanan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
2. Bagaimana tanggapan ibu tentang sasaran pelayanan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
3. Bagaimana tanggapan ibu tentang jenis kegiatan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
4. Bagaimana tanggapan ibu tentang jadwal pelaksanaan posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..

Universitas Sumatera Utara


5. Bagaimana tanggapan ibu tentang sistem pelayanan 5 Meja (pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan kesehatan) di posyandu ?
1. Baik (2)
2. Tidak baik (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….

IV. PERAN BIDAN DESA


1. Apakah bidan desa mengajak ibu yang mempunyai balita untuk datang ke
posyandu ?
1. Ya (2)
2. Tidak (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
2. Apakah bidan desa memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
seperti: imunisasi kepada balita ?
1. Ya (2)
2. Tidak (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
3. Apakah bidan desa menjelaskan pengertian, kegiatan serta manfaat
posyandu bagi balita?
1. Ya (2)
2. Tidak (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….
4. Apakah bidan desa melatih kader posyandu serta pihak lain yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan di posyandu?
1. Ya (2)
2. Tidak (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….

5. Apakah bidan desa melakukan pendekatan kepada pemerintahan


desa/kelurahan untuk berperan mendukung pelaksanaan kegiatan di
posyandu?
1. Ya (2)
2. Tidak (1)
Alasan…………………………………………………………………..
………………………………………………………………….

Universitas Sumatera Utara


V. PEMANFAATAN POSYANDU BALITA

1. Berapa kali ibu membawa balita ke posyandu dalam setahun ?


...............kali

Pada waktu berkunjung ke posyandu, pelayanan apa saja yang ibu terima
dari petugas kesehatan atau kader posyandu?

a. Meja I : layanan pendaftaran Ya / Tidak

b. Meja II: layanan penimbangan Ya / Tidak

c. Meja III: pencatatan pada buku KIA Ya / Tidak

d. Meja IV : penyuluhan Ya / Tidak

e. Meja V: pemberian makanan tambahan/imunisasi Ya / Tidak

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2: Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas dan Reliability Pengetahuan


Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

P1 5.4000 2.4552 .6017 .8290


P2 5.6333 2.3092 .7013 .8017
P3 5.7000 2.4241 .6467 .8168
P4 5.6333 2.3092 .7013 .8017
P5 5.7667 2.5299 .6202 .8239

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 5

Alpha = .8463

b. Validitas dan Reliability Sikap


Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

S1 5.5000 3.0172 .6651 .9072


S2 5.6000 2.8690 .7755 .8835
S3 5.6667 2.8506 .8195 .8742
S4 5.6667 2.9195 .7686 .8850
S5 5.7000 2.9069 .8015 .8783

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 5

Alpha = .9066

Universitas Sumatera Utara


c. Validitas dan Reliability Peran Bidan Desa

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

PB1 5.8000 2.9931 .4609 .8899


PB2 5.9667 2.6540 .6117 .8592
PB3 6.0667 2.4092 .7910 .8130
PB4 6.1000 2.4379 .7756 .8172
PB5 6.2000 2.4414 .8285 .8048

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 5

Alpha = .8674

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3: Uji Univariat

Frequency Table
P1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 43 39.8 39.8 39.8
Tahu 65 60.2 60.2 100.0
Total 108 100.0 100.0

P2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 68 63.0 63.0 63.0
Tahu 40 37.0 37.0 100.0
Total 108 100.0 100.0

P3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 76 70.4 70.4 70.4
Tahu 32 29.6 29.6 100.0
Total 108 100.0 100.0

P4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 68 63.0 63.0 63.0
Tahu 40 37.0 37.0 100.0
Total 108 100.0 100.0

P5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak tahu 96 88.9 88.9 88.9
Tahu 12 11.1 11.1 100.0
Total 108 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 49 45.4 45.4 45.4
Sedang 50 46.3 46.3 91.7
Baik 9 8.3 8.3 100.0
Total 108 100.0 100.0

S1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 36 33.3 33.3 33.3
Baik 72 66.7 66.7 100.0
Total 108 100.0 100.0

S2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 56 51.9 51.9 51.9
Baik 52 48.1 48.1 100.0
Total 108 100.0 100.0

S3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 77 71.3 71.3 71.3
Baik 31 28.7 28.7 100.0
Total 108 100.0 100.0

S4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 80 74.1 74.1 74.1
Baik 28 25.9 25.9 100.0
Total 108 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


S5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak baik 100 92.6 92.6 92.6
Baik 8 7.4 7.4 100.0
Total 108 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 49 45.4 45.4 45.4
Sedang 44 40.7 40.7 86.1
Baik 15 13.9 13.9 100.0
Total 108 100.0 100.0

PB1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 38.9 38.9 38.9
Ya 66 61.1 61.1 100.0
Total 108 100.0 100.0

PB2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 63 58.3 58.3 58.3
Ya 45 41.7 41.7 100.0
Total 108 100.0 100.0

PB3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 70 64.8 64.8 64.8
Ya 38 35.2 35.2 100.0
Total 108 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


PB4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 81 75.0 75.0 75.0
Ya 27 25.0 25.0 100.0
Total 108 100.0 100.0

PB5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 98 90.7 90.7 90.7
Ya 10 9.3 9.3 100.0
Total 108 100.0 100.0

Peran Bidan Desa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 48 44.4 44.4 44.4
Sedang 57 52.8 52.8 97.2
Baik 3 2.8 2.8 100.0
Total 108 100.0 100.0

MEJA1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0

MEJA2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0

MEJA3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 108 100.0 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


MEJA4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 38.9 38.9 38.9
Ya 66 61.1 61.1 100.0
Total 108 100.0 100.0

MEJA5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 65 60.2 60.2 60.2
Ya 43 39.8 39.8 100.0
Total 108 100.0 100.0

Pemanfaatan Posyandu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 6 5.6 5.6 5.6
Sedang 56 51.9 51.9 57.4
Tinggi 46 42.6 42.6 100.0
Total 108 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4: Uji Bivariat

Pengetahuan * Pemanfaatan Posyandu


Crosstab

Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Pengetahuan Rendah Count 6 38 5 49
Expected Count 2.7 25.4 20.9 49.0
% within Pengetahuan 12.2% 77.6% 10.2% 100.0%
Sedang Count 0 16 34 50
Expected Count 2.8 25.9 21.3 50.0
% within Pengetahuan .0% 32.0% 68.0% 100.0%
Baik Count 0 2 7 9
Expected Count .5 4.7 3.8 9.0
% within Pengetahuan .0% 22.2% 77.8% 100.0%
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Pengetahuan 5.6% 51.9% 42.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 41.052a 4 .000
Likelihood Ratio 47.197 4 .000
Linear-by-Linear
34.683 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .50.

Universitas Sumatera Utara


Sikap * Pemanfaatan Posyandu
Crosstab

Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Sikap Rendah Count 6 39 4 49
Expected Count 2.7 25.4 20.9 49.0
% within Sikap 12.2% 79.6% 8.2% 100.0%
Sedang Count 0 13 31 44
Expected Count 2.4 22.8 18.7 44.0
% within Sikap .0% 29.5% 70.5% 100.0%
Baik Count 0 4 11 15
Expected Count .8 7.8 6.4 15.0
% within Sikap .0% 26.7% 73.3% 100.0%
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Sikap 5.6% 51.9% 42.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 45.538a 4 .000
Likelihood Ratio 52.905 4 .000
Linear-by-Linear
35.363 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .83.

Universitas Sumatera Utara


Peran Bidan Desa * Pemanfaatan Posyandu
Crosstab

Pemanfaatan Posyandu
Rendah Sedang Tinggi Total
Peran Rendah Count 6 34 8 48
Bidan Expected Count 2.7 24.9 20.4 48.0
Desa % within Peran
12.5% 70.8% 16.7% 100.0%
Bidan Desa
Sedang Count 0 21 36 57
Expected Count 3.2 29.6 24.3 57.0
% within Peran
.0% 36.8% 63.2% 100.0%
Bidan Desa
Baik Count 0 1 2 3
Expected Count .2 1.6 1.3 3.0
% within Peran
.0% 33.3% 66.7% 100.0%
Bidan Desa
Total Count 6 56 46 108
Expected Count 6.0 56.0 46.0 108.0
% within Peran
5.6% 51.9% 42.6% 100.0%
Bidan Desa

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 27.153a 4 .000
Likelihood Ratio 30.851 4 .000
Linear-by-Linear
24.785 1 .000
Association
N of Valid Cases 108
a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .17.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5: Uji Multivariat

Regression
Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Peran
Bidan
Desa,
. Enter
Sikap,
Pengetahu
a
an
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .802a .644 .634 1.64
a. Predictors: (Constant), Peran Bidan Desa, Sikap,
Pengetahuan

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 504.246 3 168.082 62.661 .000a
Residual 278.967 104 2.682
Total 783.213 107
a. Predictors: (Constant), Peran Bidan Desa, Sikap, Pengetahuan
b. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu

Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -4.495 .955 -4.709 .000
Pengetahuan .542 .188 .277 2.887 .005
Sikap .533 .167 .267 3.194 .002
Peran Bidan Desa .817 .167 .382 4.897 .000
a. Dependent Variable: Pemanfaatan Posyandu

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai