Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA : PENDIDIKAN SEKS


PRANIKAH
MATA KULIAH MATERNITAS 1

Dosen Pengampu : Yeti Septiasari,S.Kep.M.Kes

Disusun Oleh :
Nama : Putri Ayu Prihatini
Nim : 2020206203066
Kelas : 4B S1 Ilmu Keperawatan

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pendidikan Seks Pranikah


Sasaran : Remaja
Hari/Tgl : Sabtu, 19 Maret 2022
Waktu : 30 menit
Tempat : Pringsewu
Pemberi Materi : Putri Ayu Prihatini
I. Tujuan
I.1 Tujuan Umum:
Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang Pendidikan Seks Pranikah, diharapkan
remaja di Pringsewu dapat mengerti dan menjelaskan tentang dampak dan kerugian
seks pranikah.
I.2 Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti diskusi kelompok tentang Pendidikan Seks Pranikah, diharapkan
peserta dapat :
2.2.1 Menjelaskan pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
2.2.2 Menjelaskan aspek-aspek perilaku seksual pranikah
2.2.3 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
2.2.4 Menjelaskan dampak dari perilaku seksual peanikah
2.2.5 Menjelaskan upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja

II. Materi
3.1 Definisi pengertian perilaku seksual dan seks pranikah
3.2 Aspek-aspek perilaku seksual pranikah
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
3.4 Dampak dari perilaku seksual peanikah
3.5 Upaya menanggulangi seks bebas di kalangan remaja

III. Metode dan Media


4.1 Metode : Diskusi
4.2 Media : Leaflet
IV. Kegiatan Diskusi
No Topik Waktu Kegiatan Diskusi Kegiatan Peserta
.
1. Pembukaan 5 menit - Memberikan leaflet - Menerima dan mem-
baca leaflet
- Membuka kegiatan diskusi dan - Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Pelaksanaan 30 menit - Menyampaikan sekilas tentang - Memperhatikan
materi yang akan didiskusikan
tentang seks pranikah
- Menyampaikan materi diskusi - Kelompok sangat

- peserta membuat kesimpu-lan antusias

dari kegiatan diskusi - Peserta

- Ketua kelompok menyampai- memperhatikan

kan hasil akhir dari kegiatan - Peserta memperhati-


diskusi di depan forum kan

3. Evaluasi 5 menit - peserta mengevaluasi - Replay materi yang


telah disampaikan
4. Penutup 5 menit - Kesimpulan dari penyuluhan - Mendengarkan
- Evaluasi - Mendengarkan
- Mengucapkan salam
penutup ,mengakhiri - Menjawab salam
pertemuan serta mengucapkan
terima kasih
V. Kriteria Evaluasi
V.1 Evaluasi Struktur
V.1.1 Kesiapan materi
V.1.2 Kesiapan SAP
V.1.3 Kesiapan media : leaflet
V.1.4 Peserta hadir di tempat diskusi
V.2 Evaluasi Proses
V.2.1 Fase dimulai sesuai waktu yang direncanakan
V.2.2 Peserta antusias terhadap materi diskusi yang ditandai dengan peserta
menyampaikan pendapatnya.
V.2.3 Suasana menyenangkan
V.2.4 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat diskusi sebelum diskusi selesai
V.3 Evaluasi Hasil
V.3.1 Peserta dapat mengulangi materi yang telah diberikan
V.3.2 Peserta dapat memahami tentang seks pranikah dan dampak serta
kerugiannya.

VI. Daftar Pustaka


Wikjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.Yusuf, Syamsu. 2008. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: Rosda. Willis, Sofyan. 2000 . Problema Remaja dan Pemecahannya.
Bandung: Angkasa Ramadhani, Dian . 2009. Perilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja.
[online]. Tersedia: http://shareppba.wordpress.com/ [11 Desember 2010].
MATERI
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

1. Definisi
Menurut PKBI (1981) pengertian perilaku seksual adalah segala bentuk kegiatan
yang dapat memberikan penyaluran pada dorongan seksual yang dilakukan oleh dua
orang yang berjenis kelamin berbedamulai dari bermesraan, bercumbu, sampai dengan
berhubungan kelamin
Sarwono (2000) mengatakan bahwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai
dengan tingkah laku berkencan,bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku
seksual merupakan perilaku yang bersifat alami ataumanusiawi karena setiap manusia
memiliki dorongan seksual dan hal tersebut normal jika dilakukan sesuaidengan norma
yang berlaku.
Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005) bahwa perilaku seksual tidakhanya
sebagai peristiwa menyatunya alat kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja
tetapi jugadiartikan sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan
dalam konteks yang berbeda;sebelum menikah; selama menikah; di luar menikah; dan
setelah menikah, tergantung pada kualitas pernikahan.Lebih lanjut, perilaku seksual
merupakan salah satu media berkomunikasi yang terjadi antara laki-laki danperempuan
sebagai manifestasi dari dorongan seksual. Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik
sampaipada akhirnya keduanya terlibat dalam hubungan seksual .
Sementara itu, dalam website e-psikologi (2007) dikatakan bahwa perilaku seksual
merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan
wanita yang telah mencapai pada tahaphubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh
pasangan suami istri, sedangkan perilaku seks pranikahmerupakan perilaku seks yang
dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut
agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Menurut Kartono (1992) perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang
dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini dapat dikategorikan
sebagai perilaku yang menyimpang, sebabperilaku seksual yang dilakukan di luar
perkawinan tersebut merupakan perbuatan berzina. Norma-norma yangberlaku hanya
membenarkan perilaku seksual jika sudah ada ikatan perkawinan yang sah antara dua
orang yangberlawanan jenis kelamin.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perilaku seksual pranikah adalah suatu perbuatan yang dapat diobservasi baik
secara lansung maupun tidak langsung, yangdilakukan oleh dua individu berjenis kelamin
berbeda, mulai dari berkencan, bercumbu sampai bersenggama, tetapi belum ada ikatan
yang sah menurut norma, hukum, ataupun agama.

2. Aspek-aspek Perilaku Seksual Pranikah


Menurut PKBI (1998) aspek-aspek perilaku seksual pranikah adalah:
a. Bermesraan
Aspek ini mengungkap aktivitas psikologis dua individu yang berlainan jenis dalam
kesamaan tujuan untuksaling berbagi rasa yang diungkap dalam kata-kata manis,
pandangan mata yang mesra, namun belumsampai pada aktivitas bercumbu.
Bermesraan di sini dilakukan oleh dua orang, yaitu pemuda dan pemudiyang ditandai
dengan adanya ketertarikan afeksional (saling mencintai) yang telah dinyatakan di
antarakeduanya, tetapi belum sampai pada tingkat pertunangan.
b. Bercumbu
Aspek ini mengungkap pendekatan-pendekatan jasmaniah yang dilakukan, seperti
saling memegang,berciuman, berpelukan atau berangkulan, saling tempel alat kelamin,
yang dapat membangkitkan gairahseksual, tetapi belum sampai pada hubungan
kelamim.
c. Hubungan kelamin
Hubungan kelamin berarti melakukan kegiatan senggama. Hubungan kelamin adalah
hubungan yangdilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin, dengan kegiatan
memasukkan penis ke dalam vaginadan masing-masing orang akan memperoleh
kepuasan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah


Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja
diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum
menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga
dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang-tua yang
harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap
perkembangan kepribadiananak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan
menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan ³melarikan diri³ dari keluarga.
Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian dan keluarga dengan
keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak
(Rohmahwati, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling
tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya,
religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006).
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah
perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media
massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas
antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003)
Menurut para ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi remaja untuk berperilaku
seksual pranikah yaitu:
a. Faktor fisik
Sarwono (2000) menyatakan bahwa mulai berfungsinya hormon-hormon seksual
dapat meningkatkandorongan seksual yang harus disalurkan sehingga keinginan
remaja untuk berperilaku seksual semakin kuat.
b. Pengaruh orangtua
PKBI (2000) mengemukakan bahwa kurangnya komunikasi secara terbuka antara
orangtua dengan remajadalam masalah seputar seksual dapat mengakibatkan
munculnya perilaku seksual menyimpang. Markum(1997) menambahkan, bahwa
pendidikan seks pasif (tanpa komunikasi dua arah) bisa mempengaruhi sikapserta
perilaku seseorang, karena dalam pendidikan seks anak tidak cukup hanya melihat
dan mendengarsekali atau dua kali, tapi harus dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Orangtua wajib meluruskan informasi yang tidak benar disertai
penjelasan risiko perilaku seks yang salah.
c. Pengaruh alat kontrasepsi
Menurut Sarwono (1981) dengan banyak beredarnya alat kontrasepsi secara bebas di
pasaran serta mudahdiperoleh oleh siapa saja tanpa adanya batasan yang tegas,
seringkali disalahgunakan oleh para remaja terutama untuk melakukan hubungan
seksual dengan pasangannya.
d. Pergaulan bebas
Sarwono (2000) mengatakan bahwa para remaja mempunyai banyak kebebasan
dalam bergaul denganteman sebaya terutama pergaulan dengan lawan jenis.
Pergaulan yang semakin bebas tanpa adanya suatu pengendalian pada diri remaja
dapat menimbulkan perilaku seksual pranikah.
e. Pengaruh media
Penyebaran informasi tentang masalah seksual melalui media cetak atau elektronik
yang menyuguhkangambar porno, film porno, dan semua hal yang berbau
pornografi, dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja semakin
meningkat (Sarwono, 2000).

4. Dampak dari Perilaku Seks Pranikah


Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja,
diantaranya sebagai berikut :
a. Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya perasaan
marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.
b. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. Kehamilan pada remaja sering
disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.
Bahaya kehamilan pada remaja:
- Hancurnya masa depan remaja tersebut.
- Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
- Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
- Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
- Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
- Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan
kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang
mengantar dapat dihukum.
- Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.
c. Dampak sosial
Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya
antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan
perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan
menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2003).
d. Dampak fisik
Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya
penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit
menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit
menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta
meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

5. Upaya untuk Menanggulangi Seks Bebas di Kalangan Remaja


Orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap perilaku anak, harus
menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Orang tua sejak
usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Tuhan menciptakan
manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka
remaja akan memahami jati dirinya, menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya,
mengerti hubungan dirinya dengan lingkungaanya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk
dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam
masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta
kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari
orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas. Orang tua harus terus
mengawasi dan mengontrol perkembangan perilaku remaja.
Serta pendidikan seks harus diberikan sejak dini agar mereka sadar bagaimana
menjaga supaya organ-organ reproduksinya tetap sehat. Sebenarnya dalam masalah
reproduksi ini, peran orang tua dan guru diharapkan lebih menonjol karena
bagaimanapun juga mereka juga berperan sebagai filter atau penyaring bagi informasi
yang akan diberikan kepada remaja, berbeda bila informasi diperoleh dari media masa
yang sering kali tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dalam upaya pemberian informasi
mengenai masalah reproduksi bagi remaja, khususnya di sekolah, perlu peran guru
ditingkatkan. Untuk itu ingin diketahui seberapa jauh pengetahuan guru, khususnya guru
bimbingan dan konseling. Diharapkan guru Bimbingan dan Konseling nantinya dapat
berperan sebagai nara sumber di sekolah (tempat kerja) dan memberikan informasi yang
benar mengenai hal-hal tersebut. Serta diadakan konseling seksualitas remaja.
Ada beberapa solusi, di antaranya, pertama, membuat regulasi yang dapat
melindungi anak-anak dari tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman
yang memihak kepada pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-
Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.
Kedua, orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan perilaku
anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam keluarganya. Kondisi
rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley Coopersmith (peneliti
pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan membina anak. Pertama,
kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai
lima kualitas; openness, empathy, supportiveness, positivenes, dan equality. Kedua,
tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik. Jika terpaksa, kritik itu harus
disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus ditunjang dengan argumentasi yang
masuk akal.
Ketiga, latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua harus
membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi perilaku dari
kedua belah pihak. Keempat, ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan
dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan
pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang
mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai, potensi
intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan orangtua juga
merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal
memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya
dalam kemerosotan moral dalam berperilaku

Anda mungkin juga menyukai