·
! 80% (5)·
Download
5K views 31 pages ( Search document )
Pneumonia Pada Geriatri
Uploaded by vitri5
Full description
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia termasuk dalam infeksi
saluran napas bawah akut (ISNBA) dan merupakan ISNBA yang paling sering ditemukan. 1,3
Data dari The National Hospital Discharge Survey di amerika serikat menunjukan
bahwa diantara tahun 1990 hingga 2002 terdapat 21, 4 juta orang berumur lebih dari 65 tahun
dirawat di rumah sakit. 48% dirawat akibat penyakit infeksi dan 46% dari penyakit infeksi
tersebut penyebabnya adalah infeksi saluran napas bawah (ISNB). Kematian yang diakibatkan
oleh ISNB dilaporkan berjumlah 48%. Pneumonia dan influenza terdaftar sebagai urutan ke 6
dari penyebab utama kematian, dan sekitar 70% kasus pneumonia di rumah sakit terjadi pada
lansia. Rata-rata kasus rawat inap akibat pneumonia adalah 23,1 per 1000 pada pria berusia 75-
84 tahun dan 13,3 pr 1000 pada perempuan berumur 75-84 tahun. Usia lanjut merupakan risiko
tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat
mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar
antara 25-44 per 1000 orang dan yang tinggal di tempat perawatan 68-114 per 1000 orang. Di
rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia
muda. Pneumonia komunitas adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada lansia. Studi
bertambahnya umur, dengan risiko enam kali lebih tinggi pada pasie dengan usia ≥ 75 tahun
dibandingkan dengan mereka yang berusia < 60 tahun. Rata-rata angka kematian pada pasien
dengan pneumonia komunitas yang membutuhkan perawatan dirumah sakit adalah sekitar 6-
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without
ads or interruptions!
15%. Sedangkan pasien yang memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) memiliki
sering terjadi pada pasien lansia, menyebabkan infeksi yang sangat serius terutama pada pasien
lansia sehingga memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, dan mahalnya
biaya yang perlu dikeluarkan untuk menangani penyakit ini. Oleh sebab itu, diharapkan para
tenaga medis dapat mengenali gejala-gejala dan tanda-tanda dari pneumonia, menentukan
etiologi dari pneumonia serta mengetahui bagaimana penanganan dari pneumonia sehingga
BAB II
II.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia termasuk dalam infeksi
saluran napas bawah akut (ISNBA) dan merupakan ISNBA yang paling sering ditemukan.
Pneumonia ini dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap lanjutan manifestasi ISNBA
(nosokomial) atau pusat perawatan kesehatan (nursing home). Pneumonia yang berasal dari
pusat perawatan kesehatan tidak dimasukan dalam golongan pneumonia nosokomial karena
pada pusat perawatan kesehatan memiliki penghuni yang bervariasi dimana terdapat penghuni
yang masih berfungsi secara penuh hingga penghuni yang hanya terbaring ditempat tidur. 2
II.2 Epidemiologi
Data dari The National Hospital Discharge Survey di amerika serikat menunjukan
bahwa diantara tahun 1990 hingga 2002 terdapat 21, 4 juta orang berumur lebih dari 65 tahun
dirawat di rumah sakit. 48% dirawat akibat penyakit infeksi dan 46% dari penyakit infeksi
tersebut penyebabnya adalah infeksi saluran napas bawah (ISNB). 2 Kematian yang diakibatkan
oleh ISNB dilaporkan berjumlah 48%. Pneumonia dan influenza terdaftar sebagai urutan ke 6
dari penyebab utama kematian, dan sekitar 70% kasus pneumonia di rumah sakit terjadi pada
lansia. Rata-rata kasus rawat inap akibat pneumonia adalah 23,1 per 1000 pada pria berusia 75-
84 tahun dan 13,3 per 1000 pada perempuan berumur 75-84 tahun. Usia lanjut merupakan
risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan
tempat mereka berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia
berkisar antara 25-44 per 1000 orang dan yang tinggal di tempat perawatan 68-114 per 1000
orang. Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada
Pneumonia komunitas adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada lansia.
Studi epidemiologi telah menunjukan insiden dari pneumonia meningkat bersamaan dengan
bertambahnya umur, dengan risiko enam kali lebih tinggi pada pasien dengan usia ≥ 75 tahun
dibandingkan dengan mereka yang berusia < 60 tahun. Rata-rata angka kematian pada pasien
dengan pneumonia komunitas yang membutuhkan perawatan dirumah sakit adalah sekitar 6-
15%. Sedangkan pasien yang memerlukan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) memiliki
II.3 Etiologi
Terdapat lebih dari 100 mikroba (bakteri, virus, jamur, protozoa, dan parasit lainnya)
yang dapat menyebabkan pneumonia komunitas. S. Pneumoniae adalah penyebab tersering dari
Pneumonia komunitas pada lansia, dengan presentasi > 50% dari seluruh kasus pneumonia.
Tabel II.1 menunjukan urutan penyebab tersering dari Pneumonia komunitas dan
Tabel 2. 1 2
Most Common Causes of Community-Acquired Pneumoniain the Older Adults
1. S. Pneumoniae
2. C. pneumoniae
3. Enterobacteriaceae
4. L. pneumophila serogroups 1–6
5. Haemophilus influenzae
6. Moraxella catarrhalis
7. S. aureus
8. Influenza A virus
9. Influenza B virus
10. Respiratory syncytial virus
11. Legionella spp.
12. M. tuberculosis
13. HMPV
14. Pneumocystis jiroveci
15. Nontuberculous mycobacteria
16. M. Pneumoniae
17. Hantavirus
Tabel II. 2 2
Travel
M. tuberculosis
Host Factor
HIV infection and CD4 cell count of S. pneumoniae, P. jirovecii, H. influenzae, Cryptococcus
<200/μL neoformans, M. tuberculosis, Rhodococcus equi
consciousness
Histoplasma capsulatum
Pneumonia associated with mowing a
lawn
in an endemic area
C. burnetii
Exposure to bats, excavation or
residence
Sporothrix shenkii
in an endemic area (Ohio and Mississippi
Blastomyces dermatiditis
river valleys)
area
lansia. Lebih dari 50% kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme ini, dan 60%
kasus yang disebabkan oleh S. Pneumoniae ini membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Masalah yang dihadapi oleh petugas medis saat ini adalah merawat pasien dengan
pneumonia komunitas yang disebabkan oleh S. Pneumoniae yang sudah resisten terhadap
berbagai macam obat. Apabila pada hasil kultur didapatkan S. Pneumoniae yang resisten
terhadap penicilin (MRSA) maka bakteri tersebut memiliki kemungkinan resisten terhadap
tiga atau lebih kelas obat. Saat ini, 12-25% S. Pneumoniae yang dikultur di amerika utara
telah resisten terhadap penisilin. Di komunitas lain, tingkat resistensi dari penisilin jauh
lebih tinggi. Di amerika serikat dan kanada diperkirakan 20% S. Pneumoniae telah resisten
C. pneumoniae sering ditemukan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Pada lansia, biasanya mikroorganisme ini bermanifestasi sebagai reaktivasi dari
infeksi sebelumnya, sedangkan pada dewasa muda bakteri ini biasanya sebagai infeksi
Pneumoniae sebagai penyebab karena, lebih dari 50% kasus pasien sembuh tanpa
pengobatan yang spesifik untuk C. Pneumoniae. Kejadian luar biasa pada pusat perawatan
II.3.3 Enterobacteriaceae
Enterobacteriaceae adalah bakteri yang biasa ditemukan pada kultur dari sputum
apakah Enterobacteriaceae ini sebagai penyebab infeksi atau bukan karena, bakteri ini
adalah flora normal pada saluran nafas atas pada lansia. Pada pasien yang bakteriemik
dan pada pasien dengan pneumonia yang berat, yang membutuhkan perawatan di ICU. S.
Aureus juga merupakan penyebab tersering terjadinya pneumonia pada penghuni pusat
dilaporkan pertama kali pada tahun 1961 dan saat ini sudah sering ditemukan, baik pada
pneumonia komunitas maupun nosokomial. Baru-baru ini ditemukan bahwa terdapat MRSA
yang memiliki strains Panton-Valentine leukocidin (PVL). PVL ini dideskripsikan sebagai
1. Pneumonitis Aspirasi
Aspirasi dari isi lambung yang biasanya bersifat steril selamaterdapat aam lambung
2. Pneumonia
Aspirasi dari flora di orofaring kedalam paru yang menyebabkan infeksi bakteri.
Dari hasil studi didapatkan adanya peningkatan insiden sebanyak 93,5% diantara tahun 1991
dan 1998. Angka kematian pada pasien dengan pneumonia aspirasi adalah sekitar 23,1%
dibandingkan dengan pneumonia pneumokokus yaitu sekitar 7,6%. Pada pasien lansia
dengan pneumonia, terdapat jumlah insiden yang tinggi dari silent aspiration. 71 % dari
10
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without
ads or interruptions!
pasien lansia mengalami aspirasi selama tidur. Dan lebih dari 28% pasien dengan alzheimer
dan 51% pada pasien dengan stroke mengalami aspirasi saat menelan. Akan tetapi, bila
dilakukan pemasangan NGT pada pasien yang menunjukan terjadi aspirasi saat menelan
akan meningkatkan insiden dari pneumonia dan kematian dibandingkan dengan mereka
Akibat dari asam lambung pada pneumonitis kimia dapat menimbulkan kegawatan
sehingga perlu diberikan ventilasi. Terdapat onset yang akut dari dyspnoe, yachypnoe,
bronchospasm, dan sianosis. Foto rontgen dada sering menunjukan adanya bercak difus.
Dari hasil anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat dari aspirasi seperti adanya muntah,
batuk ketika makan, dan penggantian NGT, dan hanya sekitar 40% yang menyebabkan
2,3,7
aspirasi pada penghuni pusat perawatan kesehatan.
Pada beberapa keadaan, aspirasi yang berasal dari orofaring dapat terjadi apabila
terdapat riwayat oral hygiene yang buruk dan kemungkinan adanya bakteri anaerob
sehingga dapat menyebabkan abses paru. Dapat juga terjadi aspirasi benda asing yang
II.4 Patofisiologi
Dalam kondisi normal, cabang tracheobronchial bersifat steril. Saluran nafas memiliki
sederet mekanisme perlindungan untuk mencegah masuknya patogen ke dalam paru, yaitu : 3,7
1. Didalam hidung terdapat concha dan rambut-rambut yang menahan benda asing untuk
2. Epiglottis menutupi trachea dan mencegah sekresi maupun makanan masuk kedalam
trakea.
11
3. Cabang trakeobronkial terdiri atas sel-sel yang mensekresikan musin. Musin ini
mengandung zat antibakterial seperti antibodi IgA, defesins, lisozim, dan laktoferin.
Selain itu musin juga bersifat lengketsehingga bakteri dan benda asing lainnya yang
4. Silia yang berada sepanjang dinding trachea dan bronkus bergetar sangat cepat,
5. Ketika sejumlah cairan atau benda asing masuk ke dalam trakea, reflek batuk akan
bekerja, dan isi yang tidak diinginkan segera dikeluarkan dari cabang-cabang
trakeobronkial.
6. Apabila patogen dapat melewati seluruh mekanisme perlindungan tersebut dan masuk
ke dalam alveoli, patogen akan berada di ruangan yang pada keadaan normal kering dan
tidak dapat dihuni. Masuknya patogen akan memicu masuknya netrofil dan makrofag
alveolar yang akan memangsa dan membunuh patogen tersebut. Immunoglobulin dan
komplemen dapat ditemukan pada area ini. Surfaktan juga memiliki fungsi
perlindungannya sendiri.
7. Kelenjar getah bening yang berada di alveoli bertugas untuk mengeringkan dan
Terdapat tiga rute masuknya patogen ke dalam parenkim paru yaitu, hematogen,
airborne, dan mikroaspirasi. Rute tersering adalah melalui mikroaspirasi. Penyebaran secara
hematogen mungkin disebabkan akibat adanya infeksi saluran kemih pada lansia. Patogen
berupa bakteri biasanya masuk ke dalam paru melalui aspirasi flora di mulut atau melalui
inhalasi droplet kecil (diameter <3 μm) yang dapat dihantarkan melalui udara ke dalam alveoli.
12
Ketika patogen dapat masuk dan bertahan, mulailah timbul respon inflamasi. Respon-respon ini
Awalnya, akan terjadi dikeluarkannya sekret dan cairan kedalam alveoli sebagai akibat
reaksi inflamasi, yang dimana cairan tersebut adalah media kultur yang sangat baik bagi bakteri
untuk tumbuh. Saat sekret dan cairan tersebut terakumulasi, cairan tersebut akan menyebar
melalui pori-pori Kohn dan bronkiolus terminalis, menyebabkan terjadinya penyebaran infeksi
3, 7
secara sentrifugal. Batuk dan pergerakan saat respirasi akan membantu penyebaran.
Mediator proinflamasi (TNF-α, IL-1, dan IL-6) akan dibebaskan dari leukosit dan akan
meningkatkan respon inflamasi. Sel darah merah, fibrin dan leukosit akan mengisi alveoli dan
mengakibatkan timbulnya konsolidasi pada paru. Akibat dari respon inflamasi ini maka
timbulah demam, batuk, sputum yang purulen, nyeri otot, dan nyeri sendi. Dan apabila sitokin
pro-inflamasi didalam darah cukup tinggi, maka dapat terjadi syok. Konsolidasi pada paru akan
menyebabkan dispnoe (akibat dari berkurangnya komplians) dan hypoxemia akibat dari
gangguan ventilasi dan perfusi (paru yang mengalami konsolidasi dapat terjadi perfusi akan
Gambar 2.4. a) pertahanan paru terhadap benda asing. b) faktor yang mempengaruhi pertahanan paru
13
Onset gejala dari pneumonia dapat bersifat akut ataupun insidius. Pada tabel dibawah,
ditunjukan frekuensi dari setiap gejala atau tanda dari pneumonia. Pada suatu studi, pada pasien
lansia dengan pneumonia mengeluhkan gejala yang lebih sedikit dibandingkan pada pasien
yang berusia muda. Pada pasien lansia, gejala yang timbul dapat berupa gejala klasik
respiratorius yang distai dengan delirium, kebingungan kronis yang semakin memburuk dan
terjatuh. Selain itu ditemukan angka insiden yang tinggi dari “silent aspiration” pada pasien
lansia dengan pneumonia. Pneumonia dapat menjadi salah satu penyebab penurunan dari
keadaan umum dan atau aktifitas secara insidius atau non-spesifik, misalnya, kebingungan
ataupun ataupun jatuh pada pasien lansia. Infeksi, termasuk pneumonia, harus dipertimbangkan
sebagai salah satu penyebab dari penurunan atau melambatnya penyembuhan dari suatu
sensitivitas berkisar 47%-69% dan spesifitas 58%-75%, maka dari itu diagnosis klinis dari
pneumonia harus dikonfirmasikan dengan menggunakan foto rontgen dada. Ronchi, wheezing,
dan tanda-tanda dari konsolidasi (pekak saat dilakukan perkusi, suara nafas bronkial dan
aegophoni) mungkin dapat ditemukan. Tanda yang paling sensitif yang dapat ditemukan pada
pasien lansia adalah peningkatan respiratory rate (yang dihitung dalam 1 menit) dengan
respiratory rate > 28x/menit menandakan pneumonia. Foto rontgen dada dapat sulit dinilai pada
pasien lansia, terutama bila foto dalam posisi AP. Terdapat setidaknya 25% kemungkinan
perbedaan hasil penilaian foto antara ahli radiologi dan dokter yang memeriksa. CT scan dada
sangatlah akurat untuk menentukan diagnosis dari pneumonia, akan tetapi tidak dapat
14
Tabel 2. 3 2,3,6
Community-Acquired Pneumonia
%
Symptoms and Signs
Respiratory Signs
Cough 85
Dyspnea 75
Sputum production 73
Hemoptysis 20
Non-Respiratory Signs
Fatigue 90
Fever 82
Anorexia 73
Chills 72
Sweats 70
Headache 50
Myalgia+ 45
Nausea 40
Sore throat 29
Confusion 38
Vomiting 32
Diarrhea 30
Abdominal pain 29
Signs 13
30
Altered mental status*
25
Respiratory rate (≥30/min)
Heart rate (≥125/min)
0.7
Temperature
2
15
<35.0oC
≥40.0oC
5.9
Systolic Blood Pressure, <90 mmHg
II.6 Diagnosis
pertanyaan, yaitu : apakah benar pneumonia dan apakah penyebab dari pneumonia tersebut.
Untuk mendiagnosis pneumonia dapat di jawab berdasarkan manifestasi klinis dan metode
eksaserbasi akut dari bronkitis kronis, CHF, dan emboli paru. Anamnesa cukup berperan
penting dalam hal ini. Sebagai contoh, penyakit jantung yang sudah diketahui dapat
diperkirakan sebagai edema paru yang semakin memburuk, petunjuk epidemiologi juga
dapat membantu seperti bepergian ke daerah endemis suatu patogen dapat diwaspadai untuk
Sayangnya sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan fisik kurang ideal, dengan
rata-rata 58% dan 67%. Akan tetapi foto rontgen dada seringkali diperlukan untuk
satu faktor untuk menentukan tingkat keparahan dari pneumonia. Pada kebanyakan pasien
manifestasi klinis dan pemeriksaan radiologi cukup untuk memastikan diagnosis klinis
diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. 3,6
16
Etiologi dari pneumonia biasanya tidak dapat ditentukan hanya dari manifestasi klinis
etiologi ini. Keuntungan dari menentukan etiologi dari pneumonia ini adalah untuk
resistensi.3,6
3,6
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
Tujuan utama melakukan pewarnaan gram pada sputum adalah untuk memastikan
apakah sampel tersebut cocok untuk dikultur atau tidak. Akan tetapi, pewarnaan
dari masing-masing patogen. Sputum yang adekuat untuk dikultur harus memiliki
17
>25 netrofil, dan <10 sel epitel squamosa per lapang pandang kecil. Sensitivitas dan
spesifisitas dari pewarnaan gram dan kultur sputum sangat bervariasi. Walaupun
Pada beberapa pasien, terutama lansia, tidak dapat menghasilkan sampel sputum
yang cukup. Beberapa pasien mungkin sudah diberikan antibiotik yang dapat
memproduksi sputum mungkin disebabkan oleh karena dehidrasi, dan koreksi dari
jelasnya gambaran infiltrate pada foto rontgen. Pada pasien yang dirawat di ICU dan
sample” dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk kultur apabila segera
b) Kultur darah
antibiotic diberikan, sangatlah rendah. Hanya 5-14% dari kultur darah pasien dengan
Pneumonia komunitas yang menunjukan hasil positif, dan pathogen yang paling
darah ini hanya memiliki kegunaan yang sedikit. Pada beberapa pasien dengan risiko
tinggi seperti pasien dengan neutropenia akibat dari pneumonia, asplenia atau
defisiensi komplemen, penyakit hati kronis atau pneumonia komunitas yang berat
18
c) Tes antigen
Dua tes yang saat ini ada dapat mendeteksi antigen pneumokokus dan legionella
dalam urin. Test untuk L. pneumophilla hanya dapat mendeteksi serogroup1 akan
antigen urine pneumokokus juga cukup sensitive dan spesifik yaitu 80 dan 90%.
d) PCR
Polymerase Chain Reaction (PCR), yang dimana memperbanyak DNA atau RNA
dan mycobacteria. Sebagai tambahan, multiplex PCR dapat mendeteksi asam nukleat
dari PCR sangatlah terbatas. pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, kenaikan
jumlah bakteri lebih dari normal menandakan meningkatnya risiko dari syok septic,
kebutuhan bantuan ventilasi mekanis, dan kematian. Tes ini dapat juga dihunakan
e) Serologi
Peningkatan 4 kali lipat dari titer antibodi spesifik IgM antara sampel fase akut dan
mengidentifikasi patogen atipikal dan organisme yang tidak biasa seperti Coxiella
19
burnetii. Akan tetapi baru-baru ini tes serologi ini sudah tidak digunakan karena
II.7. Evaluasi
Evaluasi dari pasien dengan pneumonia terdiri dari penentuan tingkat keparahan dari
pneumonia tersebut dan menggunakan hal tersebut untuk memutuskan apakah pasien ini
perlu dipindahkan ke rumah sakit (ke tempat perawatan biasa ataupun ICU) atau tidak.
dikembangkan.2,7,9
Table 2. 4 2,7
British Thoracic Society Rule for Severity of Community-Acquired
Pneumonia*
Respiratory rate >30 breaths/min
Diastolic BP <60 mmHg
BUN >7 mm/L
* If 2 or more of the above are present, the pneumonia is severe and patient is likely to require
admission to an ICU.
Sistem skoring yang dikembangkan oleh Fine et al. Memprediksikan angka kematian
akibat pneumonia tersebut. Sistem ini telah digunakan sebagai acuan untuk memutuskan,
yang dimana pasien dengan kelas I-III dapat ditangani dasar ambulatory dan pada pasien
dengan kelas IV-V harus segera dilakukan perawatan di rumah sakit. Akan tetapi pada
kenyataannya sistem ini memiliki beberapa kealahan dan keputusan dari pemeriksa adalah
elemen terpenting untuk menentukan bagaimana pasien dirawat. Sistem yang diterapkan
oleh British Thoracic Society (BTS) merupakan sistem atau acuan termudah dan paling
akurat untuk menentukan tingkat keparahan dari pneumonia. Sistem tersebut telah
20
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without
ads or interruptions!
Table 2. 5 2,7
CURB-65 Rule
Confusion
Age >65 yr
* Mortality rate:
0 - 0.7%
1 - 3.2%
2 - 3%
3 - 17%
4 - 41.5%
5 - 57%.
Beberapa studi telah menyediakan data untuk membantu kita dalam menentukan
keputusan pasien yang perlu dipindahkan dari pusat perawatan kesehatan ke rumah sakit
untuk mendapatkan penanganan dari pneumonia. Pada salah satu studi beberapa keadaan
brikut ini menandakan adanya kegagalan dalam penanganan dari pneumonia pada pusat
• Suhu > 38 oC
21
Apabila tidak ditemukan faktor risiko tersebut maka tingkat kegagalan adalah 11%,
apabila ditemukan ≤ 2 faktor risiko maka tingkat kegagalan mencapai 23% dan apabila ≥ 3
faktor risiko maka tingkat kegagalan mencapai 59%. Pusat perawatan kesehatan biasanya
memiliki fasilitas yang memadai dan tenaga perawat yang cukup untuk menyediakan
perawatan dan penanganan pada pasien yang sakit. Berbagai keputusan yang dibuat harus
berdasarkan ilmu yang sudah ada. The nursing home pneumonia severity of illness score
dan kriteria pada tabel dibawah dapatmembantu memberikan keputusan dalam siapa yang
2,7
harus dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut dan siapa yang tidak.
Sekitar 10% pasien yang dirawat dirumah sakit dengan pneumonia memerlukan
perawatan yang intensif. Dalam subgrup ini angka kematian diperkirakan 3 kali lebih tinggi
dibandingkan angka kematian pada pasien pneumonia yang tidak memerlukan perawatan
intensif. Selain itu pasien dengan pneumonia yang dirawat di ICU biasanya memerlukan
waktu perawatan yang lebih lama dibandingkan dengan pasien yang dirawat di bangsal
keparahan dari pneumonia dan sering juga berdasarkan kebutuhan akan mesin ventilator
(>50%), monitoring hemodinamik (30%) dan syok (15%). Umur saja tidak dapat menjadi
2,7
dasar untuk memutuskan pasien ini perlu dipindahkan ke ICU atau tidak.
II.8 Penatalaksanaan
II.8.1 Antibiotik
22
didapatkan hasil kultur, maka digunakan terapi empirik yang dimana berfungsi mencakup
seluruh patogen yang mungkin menyebabkan pneumonia. Pada seluruh kasus, antibiotik
harus diberikan secepat mungkin. Untuk mencakup patogen atipikal perlu ditambahkan
angka kematian dibandingkan apabila menggunakan β-lactam. Berikut ini adalah terapi
1,2,6,7
empiris yang dilakukan pada pasien dengan pneumonia.
Tabel 2. 6 2,6,7
Antibiotic Therapy (First and Second Choices) of Pneumonia When Etiology is Unknown
A. Patient to be treated on an ambulatory basis (previously healthy and no use of antimicrobials in the
past 3 months)
1. Macrolide (erythromycin 500 mg q 6h orally × 10 days, clarithromycin 500 mg twice daily orally
× 10 days or azithromycin 500 mg orally once a day then 250 mg once a day orally × 4 days)
2. Doxycycline 100 mg twice daily orally × 10 days. *If risk factors for PRSP or macrolide-resistant
S. pneumoniae are present, consider a fluoroquinolone with enhanced activity against S.
pneumoniae
If chronic obstructive lung disease is present or antibiotics have been administered within the past 3
months.
23
IV.
2. Fluoroquinolone with enhanced activity against S. pneumoniae (not recommended as first choice
because of lack of clinical trial data in the ICU setting)
If MRSA infection is suspected in any of the above settings add Vancomycin 1 gm q12h IV or
Linezolid 600 mg IV or orally q12h.
1. Fluoroquinolone with enhanced activity against S. pneumoniae e.g., Levofloxacin 750 mg once a
day orally or Moxifloxacin 400 mg once a day orally or Gatifloxacin 400 mg once a day orally
E. Aspiration pneumonitis/pneumonia
1. Pneumonitis: history of, or witnessed aspiration of gastric contents and an opacity on chest X-ray
2. Pneumonia:
a. Poor dental hygiene and anaerobic infection suspected: metronidazole 500 mg q 12 h orally
(clindamycin could be used but because of increased rate of Clostridium difficile with
clindamycin use of metronidazole is preferred) plus one of the following: levofloxacin 500 mg
once a day orally or moxifloxacin 400 mg once a day orally or gatifloxacin 400 mg once a day
orally or ceftriaxone or cefotaxime.
b. Anaerobic infection not suspected: as above but do not include anaerobic coverage.
* Risk factors for: PRSP—previous use (within 3 months) of β-lactam antibiotics, alcoholism, age <5 yr or
>65 yr, in some areas residence in a nursing home; Macrolide-resistant S. pneumoniae—age <5 yr or
nosocomial acquisition of infection.
dalam penanganan pneumonia dan penggunaan fluoroquinolon dibatasi hanya pada pasien
24
berusia dewasa yang mengalami kegagalan dalam pengobatan dengan terapi lini pertama.,
timbul reaksi alergi terhadap obat lini pertama dan pada mereka yang tercatat mengalami
terapi lini pertama untuk pasien dengan pneumonia yang sakit cukup berat dan dirawat di
rumah sakit harus dengan antibiotik β-lactam secara parenteral, yaitu : cefuroxime,
cefotaxime, ceftriaxone atau dengan kombinasi dari ampisilin dan sublactam dan makrolid
Apabila etiologi sudah dapat ditegakan maka perlu dilakukan pemberian antibiotik yang
a) S. pneumonia
Pada bakteri yang masih sensitif terhadap penisilin, obat pilihan utama adalah
Apabila pasien tidak mengalami perbaikan dalam waktu 48 jam, perlu dipikirkan
kemungkinan bakteri tersebut telah resisten, maka dari itu flouroquinolone untuk
direkomendasikan karena golongan ini tidak dapat menembus Blood brain barrier
sehingga pasien ini perlu diberikan vancomycin. Apabila pasien tersebut alergi
b) Chlamydophilla pneumonia
Tidak terdapat pengobatan khusus untuk bakteri ini. Tetrasiklin dapat diberikan
diberikan.6,7
25
c) Staphylococcus aureus
Obat pilihan utama pada S. aureus yang masih sensitif terhadap methicilin adalah
nafcillin atau oxacillin intravena dosisi tinggi. Untuk pneumonia MRSA, untuk
menggunakan vancomycin.6,7
d) Pneumonia Aspirasi
Antibiotik yang efektif adalah klindamisin atau penisilin untuk pneumonia aspirasi
karena, kedua obat ini dapat membunuh baik bakteri aerob dan anaerob. Apabila
sudah terbentuk abses paru, klindamisin dipilih sebagai obat utama. Pada aspirasi
aspirasi benda asing, diperlukan bronkoskopi untuk mengeluarkan benda tersebut. 6,7
Pengobatan Pneumonia
secara intravena menjadi oral dapat dilakukan apabila Pemeriksaan leukosit mulai kembali
normal, Suhu tubuh normal dengan dua kali pengukuran dengan jarak 16 jam, dan terdapat
perbaikan dari batuk dan sesak nafasnya. Golongan quinolon diserap sangat baik pada
traktus gastrointestinal.2,6
26
Yang paling sering digunakan untuk menilai hasil terapi adalah dengan pengukuran
tanda vital,dan pemeriksaan fisik yang berulang. Secara umum, akan sangat jelas terlihat
saat terjadi kegagalan dari terapi yang diberikan. Pada pasien yang terjadi perbaikan klinis,
hanya diperlukan melakukan foto rontgen dada ulang sekali lagi untuk melihat
perbaikannya. Sangatlah penting mengetahui kapan kita harus melakukan foto rontgen ulang
ini. Pada pasien dengan PPOK biasanya terjadi penundaan dalam penyembuhan dari
pneumonia dalam gambaran radiologi. Akan tetapi, apabila dalam 12 minggu tidak terjadi
adalah salah satu manifestasi dari kanker paru. Pada 50% pasien ini, diagnosa dapat
diperkirakan secara radiografi disaat timbulnya gejala. CT scan dada sangat membantu
dalam penanganan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan. Dengan ini dapat
terdeteksi efusi pleura (kemungkinan besar empiema) dan kavitas dini sebelum dapat terlihat
II.9 Pencegahan
Sekarang ini terdapat 23-valent capsular polysaccharide vaccine yang dapat digunakan
pada orang dewasa, dengan capsular polysaccharide yang paling sering adalah dari tipe S.
pneumonia. Pada pasien lansia, respon antibodi terhadap vaksin ini kurang baik. akan tetapi,
bukti menunjukan efek yang menguntukan dari vaksin ini. Dosis booster diberikan 5 tahun
27
Vaksinasi influenza tahunan pada lansia mengurangi angka perawatan di rumah sakit
untuk pneumonia dan CHF. Imunisasi kepada petugas medis terhadap influenza melindungi
2 kali lipat. Maka dari itu, berhenti merokok dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
pneumonia. Selain itu, terdapt keuntungan lain seperti memperlambat penurunan fungsi paru
6,7,10
yang berhubungan dengan umur, dan mengurangi risiko kanker paru.
Posisi “chin down” telah diketahui dapat menurukan angka kejadian dari aspirasi, baik
sebelum dan selama menelan. Membersihkan gigi dan gusi setelah makan juga mengurangi
masa laten dari reflex menelan dan meningkatkan substansi P didalam saliva pada pasien
6,10
dengan disfagia yang disebabkan oleh kelainan cerebrovaskular.
II.10 Prognosis
Prognosis dari pneumonia sendiri sangatlah tegantung dari umur pasien, komorbiditas,
dan tempat perawatan pasien. Pada pasien dengan usia muda dan tanpa komorbiditas, akan
cepat pulih dan sembuh total setelah 2 minggu. Pada pasien yang berusia tua dengan kondisi
28
BAB III
KESIMPULAN
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang cukup sering terjadi pada
pasien lansia karena berbagai macam faktor risiko yang dimiliki oleh pasien. Pneumonia juga
merupakan penyakit infeksi yang cukup serius dan memiliki anka morbiditas dan mortalitas
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, keahlian untuk mendiagnosis dini dan tepat, identifikasi
etiologi dan pemilihan antibiotika yang tepat sangatlah penting guna mencegah terjadinya
29
Terdapat dua diagnosis yang perlu ditetapkan pada pasien dengan pneumonia, yaitu
diagnosis klinis dan diagnosis etiologi. Diagnosis klinis belum dapat ditegakan secara pasti
hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dari itu diperlukan pemeriksaan
radiologi, sebagai gold standart, untuk mendiagnosis pneumonia ini. Sedangkan untuk
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan laboratorium, terutama pewarnaan gram, kultur, dan
uji sensitivitas, untuk menemukan mikroorganisme penyebab dari pneumonia tersebut sehingga
biakan kuman membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan
pengobatan harus segera diberikan. Maka sebelum hasil kultur kuman dan uji sensitifitas
keluar, diberikan terapi antibiotik secara empiris. Pemberian antibiotik secara empiris dapat
berupa antibiotik golongan makrolid ataupun fluoroquinolone. Setelah keluar hasil uji
kepekaan antibiotik terhadap kuman penyebab diberikan antibiotik yang sesuai. Pada
pemberian antibiotik secara empiris jika terdapat perbaikan, antibiotik dapat diteruskan, jika
DAFTAR PUSTAKA
1. A.Sanityoso. Pneumonia. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi Keempat. Balai Penerbit
2. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME et al. Pneumonia. Hazzard’s Geriatric Medicine
3. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL. Pneumonia. Harrison Principle of Internal Medicine.
30
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without
ads or interruptions!
4. Niederman MS, McCombs JS, Unger AN, et al. The cost of treating community-
in the elderly: age- and sex-related patterns of care and outcome in the United States.
8. Perry BC. Falls among the elderly: a review of the methods and conclusions of
1993; 137:977–988
10. Koivula I, Stenn M, Makela PH. Risk factors for pneumonia in the elderly. Am J Med
1994; 96:313–320
31
geriatri
Muhammad Wachid
Jatuh Geriatri
Zarah Alifani Dzulhijjah
Show more
About Support
Press Accessibility
Contact us Publishers
Invite friends
Social
Gi[s
Twitter
Legal
Facebook
Terms Pinterest
Privacy
Copyright
Cookie Preferences
Language: English
Related
Home titles Books Audiobooks Documents
/