675 ##Default - Genres.article## 3928 1 10 20200510
675 ##Default - Genres.article## 3928 1 10 20200510
e-ISSN: 2549-5283
Novy Setia Yunas*
p-ISSN: 2549-5151 Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya Malang
Matra Pembaruan 4 (1) (2020): Jl.Veteran Malang, Indonesia - 65145
13-23
Dikirim: 20 Maret 2020; Direvisi: 17 April 2020;
Disetujui: 27 April 2020
DOI:
10.21787/mp.4.1.2020.13-23
Abstract
Keywords: Governance, Bureaucracy is the frontline in the process of governance and public
services to the community. But unfortunately bureaucracy is often faced with
Bureaucracy, Rent Seeking
various problems called bureaucratic pathologies that hinder quality public
Behaviour, E-Government services to the community. One of the problems faced by our bureaucracy
since then until now is the practice of rent seeking behavior. The practice
Kata Kunci: Tata Kelola of rent seeking behavior or what is known as rent hunting is a practice of
Pemerintahan, Birokrasi, Rent conspiracy between businessmen and the government or bureaucracy that
Seeking Behaviour, EGovernment will lead to acts of abuse of authority and corrupt actions. The practice of
rent seeking behavior in bureaucratic organizations must of course be
Korespondensi
* completed immediately so that people get their rights in quality services so as
Phone : +62 85233357928 to return public trust to bureaucratic organizations. This paper will explain
the effectiveness of one of the designs used to cut the chain of rent seeking
Email : novysetiayunas@
behavior behavior through the transformation of information technology in
gmail.com government called EGovernment. The method used is descriptive qualitative
and research was conducted in Surabaya City Government as one of the cities
that has successfully implemented egovernment applications in various fields
ranging from development planning (E Musrenbang), one-door licensing
(Surabaya Single Window), procurement of goods and integrated services
(EProcurement), tax payments (Surabaya Tax) and various applications
that further strengthen the role of the community (citizen centric). The
transformation is proven to be able to improve the quality of public services
and strengthen that Government can make face-to-face interactions between
public officials and the public also reduced, thereby reducing the potential
and opportunities for corrupt acts.
Intisari
Birokrasi merupakan garda terdepan dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik kepada masyarakat. Namun
sayangnya birokrasi seringkali dihadapkan pada berbagai problem yang
BADAN PENELITIAN disebut dengan patologi birokrasi sehingga menghambat pelayanan
DAN PENGEMBANGAN publik yang berkualitas kepada masyarakat. Salah satu problem yang
(BPP) KEMENTERIAN dihadapi birokrasi kita sejak dahulu hingga saat ini adalah adanya praktik
DALAM NEGERI rent seeking behaviour. Praktik rent seeking behaviour atau yang dikenal
dengan perburuan rente merupakan praktik konspirasi antara pengusaha
Jl. Kramat Raya No 132, Jakarta Pusat, dan pemerintah atau birokrasi yang akan menimbulkan tindakan
10450 penyalahgunaan wewenang serta tindakan koruptif. Praktik rent seeking
behaviour pada organisasi birokrasi tentunya harus segera dituntaskan
©Novy Setia Yunas agar masyarakat memperoleh haknya dalam pelayanan yang berkualitas
sehingga mengembalikan public trust masyarakat pada organisasi
birokrasi. Tulisan ini akan menjelaskan efektivitas salah satu desain yang
digunakan untuk memotong rantai problem rent seeking behaviour melalui
Karya ini dilisensikan di bawah transformasi teknologi informasi pada pemerintahan yang disebut dengan
Lisensi Internasional Creative EGovernment pada Pemerintah Kota Surabaya. Metode yang digunakan
Commons Atribusi Nonkomersial adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan di Pemerintah Kota Surabaya
Sharealike 4.0.
13
sebagai salah satu kota yang sukses menerapkan Secara harfiah, good governance mengarah pada
aplikasi egovernment dalam berbagai bidang mulai dari transformasi tata pemerintahan yang baik yang
perencanaan pembangunan (E Musrenbang), perijinan dilaksanakan berdasar prinsip akuntabilitas,
satu pintu (Surabaya Single Window), pengadaan barang transparansi, demokrasi dan lain sebagainya
dan jasa terpadu (EProcurement), pembayaran pajak
(Adelstein, 1996; Donahue & Zeckhauser, 2012;
(Surabaya Tax) dan berbagai aplikasi yang semakin
menguatkan peran masyarakat (citizen centric). Granovetter, 1985; Richter, 2011; Sulistiyanto &
Transformasi tersebut terbukti mampu meningkatkan Fitriati, 2020; Williamson, 1979, 1988). Lebih dari
kualitas pelayanan publik dan memberikan penguatan itu, makna good governance merujuk pada pelibatan
bahwa Egovernment mampu membuat interaksi face-to- berbagai aktor seperti civil society, negara dan
face antara pejabat publik dan masyarakat juga semakin swasta dalam proses pengelolaan negara.
berkurang, sehingga mengurangi pula potensi dan Konsep good governance cenderung
kesempatan perbuatan yang bersifat koruptif. memadukan sebuah pendekatan yang berorientasi
pada pasar dalam rangka mewujudkan pertumbuhan
I. Pendahuluan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat melalui
Birokrasi merupakan salah satu instrumen proses demokratisasi (Handayani, 2016, p.
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. 5). Sedangkan, jika kita mengacu pada istilah
Birokrasi menjadi bagian yang berada pada posisi Williamson dan Barney dan Oucki (2006),
terdepan dalam proses pelayanan publik kepada dikemukakan bahwa Good Governance dapat
masyarakat. Tidak heran jika masyarakat selalu dicapai melalui pengaturan yang tepat dari fungsi
memberikan cara pandang tersendiri terhadap pasar dengan fungsi organisasi termasuk organisasi
keberadaan birokrasi. Di Indonesia, masyarakat publik sehingga dicapai transaksi-transaksi dengan
memandang birokrasi secara dikotomis. Masyarakat biaya transaksi paling rendah (Williamson, 2006).
cenderung menilai birokrasi sebagai salah satu Mekanisme pasar dan demokrasi menjadi
instrumen pemerintahan yang keberadaannya saringan pengambilan keputusan masyarakat yang
dibutuhkan, namun disisi lain keberadaannya memberikan medan persaingan yang sama bagi
justru dianggap menjadi salah satu penyebab semua, untuk melakukan kegiatan (usaha/hidup
proses pelayanan publik tersendat dan bermasalah bermasyarakat. Bukan karena keputusan pilih kasih.
(Sartika, 2013, p. 135). Penunjukkan sepihak, monopoli untuk kepentingan
Berbagai bentuk penyimpangan yang terjadi sendiri. Tipe ideal Good Governance adalah di mana
dalam sistem birokrasi sering disebut patologi terjadi suatu pengurusan yang kompatibel atau
birokrasi. Di Indonesia, patologi birokrasi dinilai yang saling mendukung melalui Ekonomi Pasar
sebagai sesuatu yang cukup kompleks, di mana (Merkanisme pasar yang fair/sehat), Rule of Law
gejala ini saling terkait dengan berbagai aspek dan Concern for the Environment (Williamson,
seperti aspek organisasional yang menyangkut 2006).
struktur maupun kultur. Kondisi patologis yang Namun dalam realitanya, gejala yang ada lebih
seringkali kita jumpai adalah birokrasi yang lamban, kepada tumbuh suburnya praktik konspirasi antara
tidak efisien, kaku, kurang transparan, berbelitbelit, pengusaha dan penguasa. Gejala semacam ini mulai
hingga kurang memberi kepastian dalam pelayanan. dijumpai pada era pemerintahan Orde Baru. Banyak
Tidak sedikit birokrasi di Indonesia justru melayani produk birokrasi seperti kebijakan ekonomi yang
dirinya sendiri dan mengabaikan pelayanan kepada dijustifikasi untuk kepentingan negara namun
publik. Perilaku korupsi juga masih mewarnai dalam kenyataannya justru menguntungkan
perilaku birokrasi pelayanan publik (Agus, 2019, p. kelompok tertentu, salah satunya pengusaha. Tentu
78). ini merupakan sebuah hal yang tidak wajar di mana
Berkaca pada berbagai permasalahan yang konspirasi di antara pengusaha dan penguasa
merusak sistem birokrasi saat ini, pemerintah (birokrasi) dalam kajian ekonomi politik, disebut
pada akhirnya membuat sebuah gagasan untuk dengan perilaku perburuan rente atau rent seeking
melakukan reformasi pada tubuh organisasi behaviour (Ma’arif, 2011, p. 313).
birokrasi secara menyeluruh. Salah satu harapan Menurut Yustika (2013), perilaku mencari
yang ingin dicapai melalui reformasi birokrasi rente (rent seeking behaviour) dianggap sebagai
tersebut tentu mengembalikan kepercayaan (trust) pengeluaran sumber daya untuk mengubah
masyarakat kepada birokrasi sebagai pelayan kebijakan ekonomi, atau menikung kebijakan
masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain, harapan yang tersebut agar dapat menguntungkan bagi para
muncul dari reformasi birokrasi tersebut adalah pencari rente. Dalam pandangan ekonomi klasik,
untuk membangun tata pemerintahan yang baik pemburuan rente dimaknai secara netral, atau
atau yang lebih dikenal dengan good governance tidak memberikan dampak negatif terhadap
(Yunas, 2016, p. 111). perekonomian atau dapat memberikan keuntungan
Good governance merupakan salah satu dan dampak positif. Hal ini dimaknai netral karena
pilar utama reformasi birokrasi di Indonesia. pendapatan yang dimaksudkan yaitu pendapatan