Anda di halaman 1dari 11

MATRA Implementasi e-Government dalam

PEMBARUAN Meminimalisasi Praktik Rent


Jurnal Inovasi Kebijakan Seeking Behaviour pada Birokrasi
jurnal.kemendagri.go.id/index.php/ Pemerintah Kota Surabaya
mp

e-ISSN: 2549-5283
Novy Setia Yunas*
p-ISSN: 2549-5151 Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Brawijaya Malang
Matra Pembaruan 4 (1) (2020): Jl.Veteran Malang, Indonesia - 65145
13-23
Dikirim: 20 Maret 2020; Direvisi: 17 April 2020;
Disetujui: 27 April 2020
DOI:
10.21787/mp.4.1.2020.13-23
Abstract
Keywords: Governance, Bureaucracy is the frontline in the process of governance and public
services to the community. But unfortunately bureaucracy is often faced with
Bureaucracy, Rent Seeking
various problems called bureaucratic pathologies that hinder quality public
Behaviour, E­-Government services to the community. One of the problems faced by our bureaucracy
since then until now is the practice of rent seeking behavior. The practice
Kata Kunci: Tata Kelola of rent seeking behavior or what is known as rent hunting is a practice of
Pemerintahan, Birokrasi, Rent conspiracy between businessmen and the government or bureaucracy that
Seeking Behaviour, E­Government will lead to acts of abuse of authority and corrupt actions. The practice of
rent seeking behavior in bureaucratic organizations must of course be
Korespondensi
* completed immediately so that people get their rights in quality services so as
Phone : +62 85233357928 to return public trust to bureaucratic organizations. This paper will explain
the effectiveness of one of the designs used to cut the chain of rent seeking
Email : novysetiayunas@
behavior behavior through the transformation of information technology in
gmail.com government called E­Government. The method used is descriptive qualitative
and research was conducted in Surabaya City Government as one of the cities
that has successfully implemented e­government applications in various fields
ranging from development planning (E­ Musrenbang), one-door licensing
(Surabaya Single Window), procurement of goods and integrated services
(E­Procurement), tax payments (Surabaya Tax) and various applications
that further strengthen the role of the community (citizen centric). The
transformation is proven to be able to improve the quality of public services
and strengthen that Government can make face-to-face interactions between
public officials and the public also reduced, thereby reducing the potential
and opportunities for corrupt acts.

Intisari
Birokrasi merupakan garda terdepan dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik kepada masyarakat. Namun
sayangnya birokrasi seringkali dihadapkan pada berbagai problem yang
BADAN PENELITIAN disebut dengan patologi birokrasi sehingga menghambat pelayanan
DAN PENGEMBANGAN publik yang berkualitas kepada masyarakat. Salah satu problem yang
(BPP) KEMENTERIAN dihadapi birokrasi kita sejak dahulu hingga saat ini adalah adanya praktik
DALAM NEGERI rent seeking behaviour. Praktik rent seeking behaviour atau yang dikenal
dengan perburuan rente merupakan praktik konspirasi antara pengusaha
Jl. Kramat Raya No 132, Jakarta Pusat, dan pemerintah atau birokrasi yang akan menimbulkan tindakan
10450 penyalahgunaan wewenang serta tindakan koruptif. Praktik rent seeking
behaviour pada organisasi birokrasi tentunya harus segera dituntaskan
©Novy Setia Yunas agar masyarakat memperoleh haknya dalam pelayanan yang berkualitas
sehingga mengembalikan public trust masyarakat pada organisasi
birokrasi. Tulisan ini akan menjelaskan efektivitas salah satu desain yang
digunakan untuk memotong rantai problem rent seeking behaviour melalui
Karya ini dilisensikan di bawah transformasi teknologi informasi pada pemerintahan yang disebut dengan
Lisensi Internasional Creative E­Government pada Pemerintah Kota Surabaya. Metode yang digunakan
Commons Atribusi Nonkomersial adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan di Pemerintah Kota Surabaya
Sharealike 4.0.

13
sebagai salah satu kota yang sukses menerapkan Secara harfiah, good governance mengarah pada
aplikasi e­government dalam berbagai bidang mulai dari transformasi tata pemerintahan yang baik yang
perencanaan pembangunan (E­ Musrenbang), perijinan dilaksanakan berdasar prinsip akuntabilitas,
satu pintu (Surabaya Single Window), pengadaan barang transparansi, demokrasi dan lain sebagainya
dan jasa terpadu (E­Procurement), pembayaran pajak
(Adelstein, 1996; Donahue & Zeckhauser, 2012;
(Surabaya Tax) dan berbagai aplikasi yang semakin
menguatkan peran masyarakat (citizen centric). Granovetter, 1985; Richter, 2011; Sulistiyanto &
Transformasi tersebut terbukti mampu meningkatkan Fitriati, 2020; Williamson, 1979, 1988). Lebih dari
kualitas pelayanan publik dan memberikan penguatan itu, makna good governance merujuk pada pelibatan
bahwa E­government mampu membuat interaksi face-to- berbagai aktor seperti civil society, negara dan
face antara pejabat publik dan masyarakat juga semakin swasta dalam proses pengelolaan negara.
berkurang, sehingga mengurangi pula potensi dan Konsep good governance cenderung
kesempatan perbuatan yang bersifat koruptif. memadukan sebuah pendekatan yang berorientasi
pada pasar dalam rangka mewujudkan pertumbuhan
I. Pendahuluan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat melalui
Birokrasi merupakan salah satu instrumen proses demokratisasi (Handayani, 2016, p.
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. 5). Sedangkan, jika kita mengacu pada istilah
Birokrasi menjadi bagian yang berada pada posisi Williamson dan Barney dan Oucki (2006),
terdepan dalam proses pelayanan publik kepada dikemukakan bahwa Good Governance dapat
masyarakat. Tidak heran jika masyarakat selalu dicapai melalui pengaturan yang tepat dari fungsi
memberikan cara pandang tersendiri terhadap pasar dengan fungsi organisasi termasuk organisasi
keberadaan birokrasi. Di Indonesia, masyarakat publik sehingga dicapai transaksi-transaksi dengan
memandang birokrasi secara dikotomis. Masyarakat biaya transaksi paling rendah (Williamson, 2006).
cenderung menilai birokrasi sebagai salah satu Mekanisme pasar dan demokrasi menjadi
instrumen pemerintahan yang keberadaannya saringan pengambilan keputusan masyarakat yang
dibutuhkan, namun disisi lain keberadaannya memberikan medan persaingan yang sama bagi
justru dianggap menjadi salah satu penyebab semua, untuk melakukan kegiatan (usaha/hidup
proses pelayanan publik tersendat dan bermasalah bermasyarakat. Bukan karena keputusan pilih kasih.
(Sartika, 2013, p. 135). Penunjukkan sepihak, monopoli untuk kepentingan
Berbagai bentuk penyimpangan yang terjadi sendiri. Tipe ideal Good Governance adalah di mana
dalam sistem birokrasi sering disebut patologi terjadi suatu pengurusan yang kompatibel atau
birokrasi. Di Indonesia, patologi birokrasi dinilai yang saling mendukung melalui Ekonomi Pasar
sebagai sesuatu yang cukup kompleks, di mana (Merkanisme pasar yang fair/sehat), Rule of Law
gejala ini saling terkait dengan berbagai aspek dan Concern for the Environment (Williamson,
seperti aspek organisasional yang menyangkut 2006).
struktur maupun kultur. Kondisi patologis yang Namun dalam realitanya, gejala yang ada lebih
seringkali kita jumpai adalah birokrasi yang lamban, kepada tumbuh suburnya praktik konspirasi antara
tidak efisien, kaku, kurang transparan, berbelit­belit, pengusaha dan penguasa. Gejala semacam ini mulai
hingga kurang memberi kepastian dalam pelayanan. dijumpai pada era pemerintahan Orde Baru. Banyak
Tidak sedikit birokrasi di Indonesia justru melayani produk birokrasi seperti kebijakan ekonomi yang
dirinya sendiri dan mengabaikan pelayanan kepada dijustifikasi untuk kepentingan negara namun
publik. Perilaku korupsi juga masih mewarnai dalam kenyataannya justru menguntungkan
perilaku birokrasi pelayanan publik (Agus, 2019, p. kelompok tertentu, salah satunya pengusaha. Tentu
78). ini merupakan sebuah hal yang tidak wajar di mana
Berkaca pada berbagai permasalahan yang konspirasi di antara pengusaha dan penguasa
merusak sistem birokrasi saat ini, pemerintah (birokrasi) dalam kajian ekonomi politik, disebut
pada akhirnya membuat sebuah gagasan untuk dengan perilaku perburuan rente atau rent seeking
melakukan reformasi pada tubuh organisasi behaviour (Ma’arif, 2011, p. 313).
birokrasi secara menyeluruh. Salah satu harapan Menurut Yustika (2013), perilaku mencari
yang ingin dicapai melalui reformasi birokrasi rente (rent seeking behaviour) dianggap sebagai
tersebut tentu mengembalikan kepercayaan (trust) pengeluaran sumber daya untuk mengubah
masyarakat kepada birokrasi sebagai pelayan kebijakan ekonomi, atau menikung kebijakan
masyarakat yang lebih baik. Di sisi lain, harapan yang tersebut agar dapat menguntungkan bagi para
muncul dari reformasi birokrasi tersebut adalah pencari rente. Dalam pandangan ekonomi klasik,
untuk membangun tata pemerintahan yang baik pemburuan rente dimaknai secara netral, atau
atau yang lebih dikenal dengan good governance tidak memberikan dampak negatif terhadap
(Yunas, 2016, p. 111). perekonomian atau dapat memberikan keuntungan
Good governance merupakan salah satu dan dampak positif. Hal ini dimaknai netral karena
pilar utama reformasi birokrasi di Indonesia. pendapatan yang dimaksudkan yaitu pendapatan

Matra Pembaruan 4 (1) (2020): 13-23


14
dari rent seeking ini sama dengan pendapatan yang transparan dan akuntabel. Jadi, implementasi e-
diperoleh individu karena menanamkan modalnya government menjadi sebuah bagian yang terintegral
atau menjual jasa dan tenaganya (Yustika, 2013, p. dengan upaya reformasi birokrasi dan menciptakan
106). tata pemerintahan yang baik (good governance)
Sedangkan dalam pandangan ekonomi politik, (Elysia et al., 2017, p. 354)
rent seeking dimaknai negatif, Yustika (2013) Kehadiran e-goverment setidaknya bisa
mengatakan, asumsi awal yang dibangun dari teori menjawab tiga hal, pertama, e-goverment
ekonomi politik ialah kelompok kepentingan ingin memberikan analisis tentang penyelenggaraan
memaksimalkan keuntungan atau profit sebesar pemerintahan sesuai dengan cita-cita UU pelayanan
mungkin dengan meminimalkan upaya mereka publik dan otonomi daerah, kedua, e-goverment
untuk mencapai keuntungan tersebut. Pada saat merupakan jawaban positif atas globalisasi.
ini, sumber daya ekonomi politik, seperti lobi akan Ketiga, e-government memberikan penguatan bagi
dipakai untuk mencapai keuntungan tersebut. Lobi- demokrasi dengan berbasis IT, sehingga prinsip
lobi tersebut akan membuat pemerintah menjadi good governance terutama dari sisi akuntabilitas.
lambat dalam mengambil atau memutuskan Akuntabilitas tidak hanya dimaknai dengan
kebijakan. Hal ini berdampak pada tertinggalnya memberikan akses terhadap informasi yang
kebijakan dengan fakta yang terjadi di lapangan diberikan oleh pemerintah, tetapi juga memberikan
(Yustika, 2013, p. 107). masyarakat pengetahuan untuk mampu mengaskses
Setelah kekuasaan Orde Baru berakhir, gejala informasi tersebut. Akuntabilitas bukanlah sekadar
konspirasi diantara pengusaha dan penguasa urusan laporan pertanggungjawaban maupun
(birokrasi) tidak berhenti begitu saja. Praktik akses. Akuntabilitas adalah tentang perlindungan
negatif seperti ini nampaknya masih tumbuh subur masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan (Putra,
dalam sistem birokrasi pemerintahan saat ini. 2012, p. 12).
Misalnya, kongkalikong pada kebijakan kebijakan Kota Surabaya merupakan salah satu kota
pengurangan pajak yang menguntungkan pihak yang telah mengalami transformasi luar bisa dalam
swasta maupun konspirasi dalam pemenangan bidang inovasi pelayanan dengan mengadopsi
tender proyek menjadi sebuah realita sistem teknologi melalui e­government. Hal tersebut
birokrasi saat ini di tingkat pusat maupun daerah. dibuktikan dari tingkat kematangan e­government
Praktik perburuan rente nyata-nyata masih pada Kota Surabaya menurut indikator
terjadi di tengah proses demokratisasi yang Pemeringkatan e­Government Indonesia (PeGI) oleh
semakin terkonsolidasi di Indonesia. Bahkan para Kementerian Komunikasi dan Informasi, pada 2018
ahli menyebut, praktik ini akan tumbuh subur menempatkan e-government Kota Surabaya berada
seiring dengan corak patrimonialistik yang telah di level 1 (Sangat Baik) di antara beberapa Kota/
mengakar kuat di sistem birokrasi Indonesia sejak Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Begitu pula
zaman dahulu. Dengan kondisi birokrasi yang dengan hasil levelling berdasarkan indikator Control
demikian, maka kita akan pesimis, birokrasi mampu Objectives for Information and Related Technology
menciptakan sebuah pelayanan yang baik untuk (COBIT) versi 5 juga menemparkan e­government
masyarakat. Karena yang ada pemegang kuasa Kota Surabaya pada level 1 di antara beberapa Kota/
birokrasi justru berorientasi pada kepentingan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur (Noveriyanto et
penguasa, bukan untuk kepentingan masyarakat al., 2018, p. 40).
yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Beberapa pelayanan yang ada di kota
Untuk mengatasinya, pemerintah perlu memikirkan Surabaya sudah menggunakan teknologi, baik
alternatif rancang bangun birokrasi pemerintah berupa website maupun aplikasi yang mendukung
yang sesuai dengan peran dan mandat yang akan adanya hubungan antara pemerintah warga
diberikan, serta berbasis pada nilai dan praktik yang dan pengusaha atau pelaku bisnis. Berdasarkan
terbukti mendorong perubahan yang lebih baik dan data yang disampaikan oleh Badan Perencanaan
meningkatkan kesejahteraan publik (Dwiyanto, Pembangunan Kota Surabaya, jika dikelompokkan
2011, p. 222). sesuai dengan ekosistem e-goverment yang ada di
Salah satu desain perbaikan yang saat ini kota Surabaya terdapat 10 ekosistem yang kemudian
sedang banyak diimplementasikan oleh beberapa dijabarkan kedalam 53 pelayanan e-goverment.
daerah di Indonesia adalah Electronic Government Penyelenggaraan pelayanan e­-Government di Kota
(e­Govornment). E- government selain sebagai salah Surabaya tersebut merupakan wujud komitmen
satu tuntutan modernisasi dalam mekanisme politik Pemerintah Kota Surabaya yang tertuang
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan pada Peraturan Daerah Kota Surabaya No 4 Tahun
publik, e- government juga menjadi salah satu 2014 tentang pelayanan publik, disamping Inpres
pola baru dalam proses reformasi birokrasi yang No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
menuntut pada penyelenggaraan pelayanan publik Nasional Pengembangan e-Government.
kepada masyarakat yang berkualitas, profesional, Transformasi teknologi informasi pada

Implementasi e­-Government dalam Meminimalisasi Praktik Rent Seeking Behaviour pada


Birokrasi Pemerintah Kota Surabaya
Novy Setia Yunas 15
penyelenggaraan pemerintahan di Kota Surabaya kebaharuan temuan pada sisi transformasi teknologi
tersebut nampaknya memberikan dampak yang informasi melalui e­government yang mampu
cukup signifikan bagi aspek pelayanan publik meminimalisasi praktik rent seeking behaviour di
terhadap masyarakat. Indeks kepuasan layanan Indonesia.
publik menjadi salah instrumen untuk melihat itu.
Tercatat mulai 2016 hingga 2019 ada peningkatan II. Metode
yang cukup signifikan terhadap indeks pelayanan Penelitian ini menggunakan pendekatan
publik di Kota Surabaya. Berdasar data dari Dinas kualitatif dengan metode penelitian deskriptif.
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya, Sebagaimana yang dikemukakan Creswell, penelitian
indeks kepuasan pelayanan publik pada 2019 kualitatif merupakan penelitian yang sangat
berada di angka 81,88% . tergantung pada informasi dari objek/partisipan
Selain mempermudah pelayanan kepada yang meliputi ruang lingkup yang luas, pertanyaan
masyarakat, transformasi teknologi informasi pada yang bersifat umum, pengumpulan data yang
penyelenggaraan pemerintahan juga berdampak sebagian besar terdiri dari kata/teks bersumber
cukup signifikan pada berkurangnya praktik­praktik dari partisipan, menjelaskan dan melakukan
korupsi maupun penyalahgunaan wewenang di proses analisa yang mendalam (Creswell, 2008:46).
birokrasi. E­government membuat interaksi face- Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan
to-face antara pejabat publik dan masyarakat juga instrumen berupa wawancara mendalam (indepth
semakin berkurang, sehingga mengurangi pula interview) yang dilakukan pada beberapa informan
potensi dan kesempatan perbuatan yang bersifat ditentukan dengan teknik puprosive sampling dan
koruptif (Charoensukmongkol & Moqbel, 2014). observasi lapangan serta dianalisis dengan cara
Transparency International Indonesia (TII) pernah non-statistik mengenai fakta dari lokasi penelitian
mencatat indeks persepsi korupsi 2010 di Surabaya yang ada di Pemerintah Kota Surabaya. Penentuan
memburuk, masuk kategori 5 besar daerah yang lokasi didasarkan pada lokasi yang memiliki 53
paling tinggi indeks korupsinya dari 50 daerah yang jenis pelayanan e­-Government. Selain itu, tingkat
diteliti. Namun beberapa tahun kemudian setelah kematangan e­-Government pada Kota Surabaya
diundangkannya Perda No 4 Tahun 2014 tentang menurut indikator Pemeringkatan e­-Government
pelayanan publik, indeks korupsi 2015 sebesar Indonesia (PeGI) oleh Kementerian Komunikasi dan
65,0% dan tahun 2017 sebesar 61,4%. Informasi dan COBIT­5, pada 2018.
Beberapa penelitian dan artikel terdahulu
seperti yang dilakukan oleh Ma’arif (2011),
Widanarto (2017) lebih banyak membahas III. Hasil dan Pembahasan
praktik rent seeking behaviour secara umum Birokrasi merupakan salah satu instrumen
dalam birokrasi di Indonesia. Praktik rent seeking penting dalam penyelenggaraan pemerintahan
behaviour seringkali ditemui pada proses perizinan di Indonesia. Namun dalam realitanya, birokrasi
menegaskan, di dalamnya terdapat hubungan Indonesia masih dihadapkan pada berbagai problem
kongkalikong antara swasta dan birokrasi. Selain salah satunya praktik rent seeking behaviour. Sesuai
itu, pada penelitian Arsyam (2016) dan Djuyandi dengan fokus penelitian ini, ada dua hal mendasar
(2013) telah membahas tentang implementasi yang akan dibahas; pertama adalah praktik rent
e­government yang terkait dengan pelayanan publik seeking behaviour pada organisasi birokrasi dan
dan upaya meminimalisasi praktik­praktk koruptif kedua, efektivitas implementasi e­government dalam
pada birokrasi. meminimalisasi praktik rent seeking behaviour pada
Kondisi yang terjadi memperlihatkan, birokrasi: Belajar dari Kota Surabaya.
implementasi e­government di Kota Surabaya banyak
berpengaruh pada dua hal, pertama peningkatan A. Praktik Rent Seeking Behaviour Pada
kualitas pelayanan publik dan pengurangan Organisasi Birokrasi
praktik korupsi pada organisasi birokrasi. Yang Konsep rente pada awalnya merupakan
menjadi fokus penelitian ini antara lain analisa konsep dalam ekonomi yang dikembangkan
secara mendalam tentang transformasi teknologi oleh Ricardo (dalam Deliarnov, 2006:59). Dalam
informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota literatur ekonomi politik saat ini, rente dinilai
Surabaya melalui berbagai aplikasi yang dimilikinya sebagai suatu faktor produksi yang merupakan
dan dampaknya dalam meminimalisasi praktik kelebihan pembayaran suatu biaya minimum yang
Rent Seeking Behaviour pada organisasi birokrasi. dibutuhkan agar tetap dapat mengkonsumsi faktor
Pasalnya praktik rent seeking behaviour pada produksi tersebut. Perusahaan yang bisa membuat
birokrasi masih tumbuh subur di beberapa daerah halangan untuk masuk pasar dengan menguasai
yang kemudian akan menghambat profesionalitas sumber daya yang strategis akan memperoleh
dan peningkatan kualitas pada pelayanan publik. rente yang lebih tinggi (Deliarnov, 2006:59).
Sehingga, penelitian ini nantinya akan memberikan Sehingga untuk memperoleh keuntungan yang

Matra Pembaruan 4 (1) (2020): 13-23


16
lebih besar, para pengusaha ini memilih jalan melakukan pungutan pungutan tak sesuai prosedur
untuk berkolusi dengan penguasa, politisi maupun untuk kepentingan pribadi kepada masyarakat
birokrat agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan maupun swasta dengan dalih kepentingan negara
yang menguntungkan dirinya. Sebagai imbalannya, (Eisenstadt, 1973).
pihak pengusaha memberikan imbalan atau dalam Praktik birokrasi rente ini pada dasarnya telah
kata yang lebih umum sogokan maupun konsesi berkembang sejak lama di Indonesia. Praktik ini
kepada penguasa. Praktiknya, di negara negara tumbuh subur seiring dengan corak patrimonialistik
berkembang termasuk Indonesia, orang orang yang dan relasi patron client yang mengakar kuat dalam
memiliki kewenangan sangat rentan untuk disogok. sistem birokrasi pemerintahan Indonesia. Model
Sehingga mereka yang harusnya melayani justru birokrasi rente di Indonesia, disadari atau tidak
minta pelayanan dalam menjalankan tugas negara telah banyak dipraktikan oleh para birokrat dalam
demi kepentingan pribadi dan kolusi yang dibangun berbagai kebijakan publik di negeri ini. Sejarah
dengan pengusaha. Indonesia memperlihatkan, praktik birokrasi rente
Di sisi lain, Nicholson (dalam Deliarnov, menemukan bentuknya pada era pemerintahan
2006:59) menyebutkan, rente atau yang dikenal Soeharto. Selama 32 tahun berkuasa, birokrasi
dengan sewa ekonomi atas faktor- faktor produksi yang dikuasai penuh oleh Soeharto menjalin
berdasar kelebihan pembayaran diperlukan untuk persekongkolan dengan pihak swasta sehingga
tetap mengkonsumsi faktor produksi tersebut. melahirkan praktik­praktik rente di kalangan
Dengan kata lain, rente merupakan laba yang birokrat (Saidi, 1998, p. 69).
diterima oleh perusahaan dalam jangka panjang. Setelah Orde Baru lengser, harapan
Laba ini diperoleh karena adanya kekuatan monopoli mereformasi seluruh sistem tata pemerintahan
atas faktor produksi sehingga meningkatkanya Indonesia nampaknya belum sesuai dengan apa
pembayaran atas faktor produksi tersebut. yang diharapkan, terutama reformasi pada sistem
Sedangkan dalam literatur ekonomi politik, rente birokrasi. Sistem birokrasi yang telah digerogoti
dimaknai sebagai keuntungan yang diterima oleh berbagai penyimpangan, salah satunya praktik
penguasa melalui kekuasaan yang dimiliki dan rente nampaknya tetap tumbuh subur di era
digunakan untuk kepentingan pribadinya. Perilaku reformasi hingga saat ini. Praktik rente di kalangan
seperti ini disebut dengan perilaku perburuan rente birokrasi justru semakin meluas, tidak hanya di
atau rent seeking behaviour (Deliarnov, 2006). tataran birokrasi pusat melainkan sampai pada
Dalam konteks Indonesia, lagi lagi cara pandang birokrasi daerah yang juga semakin menemukan
patrimonialisme masih relevan digunakan dalam eksistensinya di tengah pelaksanaan otonomi
menjelaskan perilaku perburuan rente di kalangan daerah. Justru saat ini praktik rente di kalangan
politisi maupaun birokrasi. Patrimonialisme birokrasi telah cukup modern dan bertransformasi
menurut Crouch (1979) merupakan sistem politik pada bentuk yang licik. Seperti proyek proyek
di mana penguasa mencari dukungan yang pengadaan, kongkalikong tender, kebijakan
dibangun berdasar pertukaran kepentingan materi pengurangan atau penghapusan pajak sampai
sebagai kontraprestasi atau imbal jasa atas loyalitas pada mengatur jabatan di birokrasi agar dapat
bawahan pada atasannya. Sedangkan menurut memuluskan praktik kolusi tersebut. Begitu banyak
Mackie (2010), Patrimonialisme mendasarkan pada pejabat, politisi dan birokrat di tingkat lokal yang
kekuasaan terpusat di sekitaran jajaran ekonomi menjadi raja- raja kecil di daerah dan menjarah
politik atas yang cenderung menguasai sumber uang rakyat dengan seenaknya melalui kekuasaan
daya alam, lisensi, kredit dan faktor lain yang yang mereka miliki.
menentukan akumulasi kekayaan (Irwan, 2000, P. Dalam realitanya, praktik ini telah menjalar
68). pada berbagai level pemerintahan. Di level
Birokrasi patrimonial sebagaimana yang pemerintahan daerah, tindakan perburuan
dikemukakan Eisenstadt (1973) memiliki ciri- rente erat kaitannya dengan pelayanan publik
ciri pertama rekrutmen pejabat ditentukan atas sebagaimana dikemukakan oleh Hall (2012) bahwa
dasar kriteria pribadi maupun politik, kedua praktik koruptif telah merongrong pelayanan
jabatan dinilai sebagai sumber kekayaan maupun publik, dan menghabiskan anggaran negara
keuntungan, ketiga pejabat pejabat mengontrol dengan mengalihkannya ke tangan elit politik yang
fungsi politik maupun administratif karena tidak ada korup (Hall, 2012, p. 5). Selain itu, penelitian Pola
pemisahan yang jelas di antara sarana produksi dan Korupsi Pemerintahan Daerah yang dilakukan
administras. Keempat, setiap tindakan didasarkan oleh Tim Peneliti dari Universitas Indonesia 2018,
pada kedekatan pribadi dan politik. Praktik birokrat menghasilkan beberapa temuan awal terhadap Pola
rente dimana sebagaian aparatur pemerintahan Korupsi Pemerintahan Daerah 2010-2018 serta
atau aparat birokrasi berperan menjadi birokrat kaitannya dengan hambatan penyediaan layanan
rente yang kegiatannya menjual jasa perijinan, publik pada masyarakat setempat.

Implementasi e­-Government dalam Meminimalisasi Praktik Rent Seeking Behaviour pada


Birokrasi Pemerintah Kota Surabaya
Novy Setia Yunas 17
Tabel 1. Globalisasi memberikan perubahan tersendiri
Bentuk Penyelewengan Kekuasaan dan Tindakan Koruptif pada bagi tatanan kehidupan di berbagai negara di
Birokrasi Pemerintah Daerah
seluruh penjuru dunia. Banyak yang melihat
hal ini merupakan sebuah dampak negatif dari
No Bentuk Penyelewengan perkembangan globalisasi yang nantinya dapat
menggerus tata nilai sosial dan budaya asli yang
Tindakan penyelewengan dan koruptif berkaitan berkembang di masing- masing negara. Namun di
1 dengan perizinan—sektor pertambangan dan sisi lain, globalisasi memberikan sebuah dampak
migas, kehutanan, tata ruang dan pertanahan positif tersendiri, seperti arus informasi dan
Pola Korupsi yang berkaitan dengan fungsi komunikasi yang makin pesat bagi kehidupan
legislative, yang meliputi anggaran, pembuatan masyarakat. Keberadaan globalisasi juga memiliki
2 kaitan erat dengan modernisasi. Melalui era
kebijakan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemerintahan maupun kebijakan. globalisasi tersebut, masyarakat seakan dituntut
untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang
Pola Korupsi pada pengadaan barang dan jasa
3 serba modern.
pemerintah
Implikasi terbesar dari keberadaan serta
perkembangan globalisasi dan modernisasi adalah
Penyalahgunaan wewenang eksekutif dalam
4 pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan
promosi, mutasi dan suap jabatan
komunikasi. Di mana kita saat ini memasuki sebuah
era baru teknologi informasi yang memasuki era
5 Pola korupsi pada dana desa
digitalisasi. Dulu pelayanan menggunakan kertas
6 Gratifikasi pada pelayanan publik dan dokumen fisik lainnya, saat ini pelayanan
diupayakan dalam bentuk paperless dan soft-file.
Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi Belum lagi ketika pelayanan harus melalui berbagai
prosedur yang panjang dan cenderung berbelit
Praktik Rent Seeking Behaviour sebagaimana serta waktu yang sangat lama.
dalam penjelasan di atas memang telah banyak Namun, saat ini dengan era digitalisasi
terjadi pada birokrasi Pemerintah daerah di pelayanan birokrasi maupun administrasi semakin
Indonesia. Di Kota Surabaya pada 2007, berdasar efektif dan efisien. Pendaftaran dapat melalui
data Corruption Perception Index, disusun dengan internet, cukup mengisi form yang dibuat dalam
skala skor terendah 0 berarti terkorup sampai skor sebuah sistem informasi online atau semacam
tertinggi 10 artinya kota terbersih dari korupsi. website. Pengisian data dapat melalui berbagai
Hasil survei antara KPK dan TI menunjukkan perangkat informasi seperti komputer, handphone,
tiga (3) lokasi yang paling banyak pengaduan smartphone, tablet dan produk teknologi mutakhir
korupsi dan paling tinggi korupsinya di persepsi lainnya. Seiring dengan waktu pemerintah pun
para pelaku bisnis. Ketiga lokasi tersebut, yaitu: mulai melirik pemanfaatan teknologi informasi
Propinsi DKI Jaya-Kota DKI Jaya; Propinsi Jawa untuk memberikan pelayanan masyarakat yang
Timur-Kota Surabaya dan Propinsi Sumatera lebih maksimal bahkan optimal. Implementasi
Utara­Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian sistem informasi dan teknologi komunikasi menjadi
di lapangan, ada bermacam cara bentuk praktik berkembang dengan sangat pesat di dunia birokrasi
rent seeking behaviour yang sering terjadi di Kota dan perusahaan (Huda & Yunas, 2016, p. 100).
Surabaya selama beberapa waktu yang lalu. Modus Berbicara mengenai salah satu bentuk
yang biasa dilakukan adalah praktek penggelapan perkembangan teknologi, informasi dan
pembuatan aturan yang menguntungkan pihak komunikasi sebagai implikasi dari arus globalisasi
tertentu dan markup proyek. Ketiga kasus tersebut dan modernisasi yang sangat pesat, nampaknya
yang paling banyak terjadi diikuti kasus­kasus lain masyarakat tidak bisa menghindar dari
yaitu: penyunatan, penyuapan, manipulasi data/ perkembangan tersebut. Tidak hanya masyarakat,
dokumen, pelanggaran prosedur, penunjukkan pemerintah sebagai otoritas dalam penyelenggaraan
langsung tanpa melalui tender atau lelang, lain- kehidupan politik, berbangsa dan bernegara
lain bentuk termasuk kolusi antara eksekutif dan pun dituntut untuk turut serta mengadopsi
legislatif, serta mengubah spesifikasi barang. Belum perkembangan teknologi dan komunikasi dalam
lagi adanya kongkalikong dalam proses perijinan penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
yang seringkali terjadi (Suwitri, 2007, p. 22). publik (Huda & Yunas, 2016, p. 106).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Organization
B. Efektivitas Implementasi e-­Government for Economic Co-Operation and Development (OECD)
dalam meminimalisasi Praktik Rent tahun 2010, menyebutkan, penggunakan tekonologi
Seeking Behaviour pada Birokrasi: informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
Belajar dari Kota Surabaya dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

Matra Pembaruan 4 (1) (2020): 13-23


18
hal pembuatan kebijakan (OECD, 2010, p. 4). Suatu terbentuknya penyelenggaraan pemerintahan
pemerintahan dapat mengadopsi penggunakan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab
teknologi informasi sebagai wujud dari tuntutan perubahan secara efektif. Pemerintah
pemerintahan yang demokratis. Keunggulan yang harus mampu memenuhi dua modalitas tuntutan
bisa diperoleh dari adanya pengunaan teknologi masyarakat yang berbeda namun berkaitan erat,
informasi sebagaimana dijelaskan oleh Macintosh yaitu: Masyarakat menuntut pelayanan publik yang
(2004) adalah sebagai berikut: (1) teknologi memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh
informasi mampu menjangkau masyarakat yang wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya,
lebih luas untuk meningkatkan partisipasi dalam serta mudah dijangkau secara interaktif. Serta,
perumusan kebijakan sebagai upaya pendalaman masyarakat menginginkan agar asiprasi mereka
demokrasi (deepening democracy). (2) mendukung didengar dengan demikian pemerintah harus
partisipasi melalui keberadaan tekonologi serta memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam
memberikan akses dan mengajari masyarakat perumusan kebijakan negara.
memanfaatkan akses yang tersedia sebagai Untuk menjawab tantangan tersebut
jalan komunikasi masyarakat. (3) menyediakan pemerintah pusat dan daerah harus berupaya
informasi yang mudah diakses dan mudah dipahami membentuk dimensi baru ke dalam organisasi,
sebagai wujud dari akuntabilitas kepada publik. sistem manajemen dan proses kerjanya yang antara
(4) menyatukan informan yang lebih luas guna lain meliputi: (1) Selama ini pemerintah menerapkan
membentuk ruang publik yang lebih deliberatif sistem dan proses kerja yang dilandaskan pada
(Macintosh, 2004, p. 34). tatanan birokrasi yang kaku. Sistem dan proses kerja
Penggunaan teknologi informasi berupa semacam itu tidak mungkin menjawab perubahan
aplikasi Internet sudah digunakan pada lingkungan yang kompleks dan dinamis, dan perlu ditanggapi
pemerintahan yang dikenal dengan e-government. secara cepat. Oleh karena itu di masa mendatang
Pengembangan aplikasi e-government memerlukan pemerintah harus mengembangkan sistem dan
pendanaan yang cukup besar sehingga diperlukan proses kerja yang lebih fleksibel untuk memfasilitasi
kesiapan dari sisi sumber daya manusia aparat berbagai bentuk interaksi yang kompleks dengan
pemerintahan dan kesiapan dari masyarakat. lembaga-lembaga negara lain, masyarakat, dunia
Survei di beberapa negara menunjukkan, ada usaha dan masyarakat internasional. (2) Sistem
kecenderungan aparat pemerintah untuk tidak manajemen pemerintah selama ini merupakan
melaksanakan kegiatan secara online, karena sistem hirarki kewenangan dan komando sektoral
mereka lebih menyukai metode pelayanan yang mengerucut dan panjang. Untuk memuaskan
tradisional yang berupa tatap langsung, surat- kebutuhan masyarakat yang semakin beraneka
menyurat atau telepon. Kita harus belajar dari ragam dimasa mendatang harus dikembangkan
penyebab-penyebab kegagalan e-government di sistem manajemen modern dengan organisasi
sejumlah negara yang disebabkan oleh beberapa berjaringan sehingga dapat memperpendek lini
faktor, yaitu: ketidaksiapan sumber daya manusia, pengambilan keputusan serta memperluas rentang
sarana dan prasarana teknologi informasi, serta kendali. (3) Pemerintah juga harus melonggarkan
kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang terlibat dinding pemisah yang membatasi interaksi
langsung (Bastian, 2003, p. 80). dengan sektor swasta, organisasi pemerintah
E-government adalah penggunaan teknologi harus lebih terbuka untuk membentuk kemitraan
informasi dan telekomunikasi untuk administrasi dengan dunia usaha (public-private partnership).
pemerintahan yang efisien dan efektif, serta (4) Pemerintah harus mampu memanfaatkan
memberikan pelayanan yang transparan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
dan memuaskan kepada masyarakat. Semua kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan,
organisasi pemerintahan akan terpengaruh oleh dan mendistribusikan informasi dan pelayanan
perkembangan e-government ini. Perkembangan publik. Melalui proses transformasi tersebut,
e-government di Indonesia nampaknya telah sampai pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan
proses di mana pemerintah telah memberikan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi
seperangkat dasar hukum bagi pengembangan sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk
program tersebut dalam rangka transformasi jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang
menuju pemerintahan yang baik (good governance) memungkinkan instansi-instansi pemerintah
dan reformasi birokrasi. bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan
Pemerintah melalui Inpres No 3 tahun akses ke semua informasi dan layanan publik yang
2003 tentang kebijakan dan strategi nasional harus disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian
pengembangan e-government memiliki harapan seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat,
yang cukup besar atas terimplementasinya dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan
kebijakan terkait pengembangan e-government lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi
yang meliputi: Pertama, perubahan yang menuntut dan layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu

Implementasi e­-Government dalam Meminimalisasi Praktik Rent Seeking Behaviour pada


Birokrasi Pemerintah Kota Surabaya
Novy Setia Yunas 19
dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing- praktik koruptif seperti terjadinya kebocoran pajak,
masing institusi atau unit pemerintahan agar praktik pemerasan, suap, gratifikasi atau praktik
proses transformasi menuju e-government dapat korupsi lainnya antara pengusaha dan petugas
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. pajak bisa diminimalisir.
Melihat pentingnya tranformasi besar tersebut, Di sisi lain, dalam bidang perencanaan
maka seluruh jajaran baik pemerintah pusat maupun pembangunan, kehadiran e­ government harus
daerah kemudian berlomba- lomba, berbenah serta menjadi media agar proses pembangunan maupun
menyiapkan segala sumber daya untuk membuat pengambilan kebijakan bersifat citizen centric.
sebuah aplikasi e-government tersebut. Misalnya, Kota Surabaya mewujudkan hal itu melalui, Sistem
saja setiap daerah kini minimal memiliki website Perencanaan pembangunan daerah berbasis
resmi yang dikelola dengan tujuan memberikan online (e-musrenbang), yang sudah di gagas sejah
informasi seluas- luasnya kepada masyarakat terkait tahun 2009. E-Musrenbang hadir untuk menjawab
kegiatan pemerintahan dan kebijakan-kebijakan tuntutan dari masyarakat akan adanya transparansi
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Kemudian, dan keterbukaan dalam hal pembangunan.
penyediaan aplikasi sistem e-procurement atau E-musrenbang dilaksananan secara berjenjang dari
LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) tingkat kelurahan, kecamatan sampai kota untuk
yang dimaksudkan untuk memberikan layanan menyepakati rencana pembangunan daerah dalam
terhadap pengadaan barang dan jasa secara terbuka satu tahun secara online.
(transparan) agar masyarakat dapat memantau Kota Surabaya merupakan salah satu
secara langsung dan tidak terjadi penyelewengan kota yang telah mengalami transformasi luar
serta permainan. bisa dalam bidang inovasi pelayanan dengan
Selain website resmi dan LPSE, ada juga sistem mengadopsi teknologi melalui e­-Government. Hal
aplikasi perijinan secara online yang diberi nama tersebut dibuktikan dari tingkat kematangan e­-
Surabaya Single Window (SSW) yang diluncurkan Government pada Kota Surabaya menurut indikator
pada 2013. SSW merupakan sistem perijinan satu Pemeringkatan e­-Government Indonesia (PeGI) oleh
atap yang berbasis online. Sistem ini terintegrasi Kementerian Komunikasi dan Informasi, pada 2018
dan terhubung dengan beberapa Dinas di Kota yang menempatkan e-government Kota Surabaya
Surabaya, sehingga pelayanan perizinan tidak berada di level 1 (Sangat Baik) diantara beberapa
berbelit dan tidak harus datang ke surabaya Kota/ Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Begitu
bagi investor dari luar daerah. Keberadaan SSW pula dengan hasil leveling berdasarkan indikator
memberikan kemudahan pelayanan perijinan Control Objectives for Information and Related
kepada masyarakat yang selama ini dinilai berbelit, Technology (COBIT) versi 5 juga menemparkan
membutuhkan waktu yang lama dan mengeluarkan e­government Kota Surabaya pada level 1 diantara
banyak biaya. Tidak hanya itu, keberadaan SSW beberapa Kota/ Kabupaten di Provinsi Jawa Timur
dinilai akan memutus pola­-pola penyelewengan dan (Noveriyanto et al., 2018:40). Beberapa pelayanan
tindakan koruptif yang sangat rawan dalam sistem yang ada di kota Surabaya sudah menggunakan
perijinan di daerah. Komisi Pemberantasan Korupsi teknologi, baik berupa website maupun aplikasi yang
(KPK) menyebutkan, salah satu problem mendasar mendukung adanya hubungan antara pemerintah
dari sistem perijinan adalah sistem yang berbelit dengan pemerintah, pemerintah dengan warga
sehingga melahirkan tindakan-­ tindakan koruptif. dan pemerintah dengan pengusaha atau pelaku
Melalui sistem aplikasi tersebut, pemerintah bisnis. Berdasarkan data yang disampaikan oleh
berusaha menciptakan sebuah pelayanan publik Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya,
yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna jika dikelompokkan sesuai dengan ekosistem
dalam rangka transformasi serta perubahan e-goverment yang ada di kota Surabaya terdapat 10
pelayanan. ekosistem yang kemudian dijabarkan kedalam 53
SSW Kota Surabaya juga menerapkan sistem pelayanan e-goverment.
pajak online atau yang diberi nama Surabaya Tax.
Surabaya Tax ini merupakan salah satu aplikasi e­- Tabel 2.
Government yang relatif baru dalam pembayaran Aplikasi E­Government Pemerintah Kota Surabaya
PHR (Parkir, Hotel dan Hiburan, Restoran), PBB, No Kategori Jenis Aplikasi
Reklame, dan BPHTB. Surabaya Tax ini merupakan
sebuah pengembangan fasilitas e­-pajak yang e-Budgeting , e-DPA, e-Project,
sebelumnya telah ada meliputi E-STPD, Tax e-Procurement, e-Delivery,
Surveillance. Keberadaan sistem aplikasi Surabaya e-Payment, e-Accounting,
Tax ini menjadi sebuah inovasi penting dalam 1 e­-Budgeting e-inventory, e-SIMBADA,
pelayanan publik yang akan memotong berbagai e-Controlling, e-Peformance,
praktik rente antara pengusaha dengan birokrasi. e-Tax, e-Audit, dan Fasum-
fasos.
Dengan aplikasi Surabaya Tax setidaknya beberapa

Matra Pembaruan 4 (1) (2020): 13-23


20
pelayanan publik pada tahun 2019 berada di angka
e-Musrembang
2 e-Planning e-DevPlan 81,88%. Selain mempermudah pelayanan kepada
e-Deployment masyarakat, transformasi teknologi informasi pada
penyelenggaraan pemerintahan juga berdampak
Tes CPNS cukup signifikan pada berkurangnya praktik­-praktik
Sistem gaji berkala korupsi maupun penyalahgunaan wewenang di
3 e­-SDM
Kenaikan pangkat, mutasi dan birokrasi.
pensiunan
Surabaya Command Center
CCTV/SITS
IV. Kesimpulan
penertiban reklame
Keberadaan birokrasi sebagai pemilik
pajak dan retribusi kuasa dan wewenang dalam kebijakan maupun
4 e­-Monitoring penyelenggaraan pemerintahan rentan untuk
operasi yustisi
monitoring sampah dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan. Di sisi
monitoring pemakaman lain, perilaku birokrat juga tak sepenuhnya untuk
monitoring ketinggian air kepentingan negara maupun pemerintahan,
Sistem Penerimaan murid baru melainkan mereka juga berusaha untuk memenuhi
Tryout online kepentingan pribadi, kelompok maupun
5 e­-Education Rapor online golongannya melalui cara cara koruptif dengan
Penerimaan kepala sekolah salah satunya pihak swasta.
online dan radio visual Problem rent seeking behaviour pada organisasi
e-Surat birokrasi tentunya harus segera dituntaskan agar
6 e-­Office
e-Jadwal masyarakat memperoleh haknya dalam pelayanan
yang berkualitas sehingga mengembalikan
Pajak restoran
kepercayaan masyarakat pada organisasi birokrasi.
7 Surabaya Tax Pajak parkir
Pajak hotel dan PBB. Artikel ini menjelaskan bahwa salah satu desain yang
digunakan untuk memotong rantai problem rent
Surabaya Single Window seeking behaviour melalui transformasi teknologi
8 e-Permit (SSW) online dan mobile serta informasi pada pemerintahan yang disebut dengan
e-Lampid E­Government.
Uji kir Penerapan e­-Government menjadi sebuah
Traffic Management System, keniscayaan di tengah perkembangan arus
9 e­-Dishub Sistem Monitoring parkir, globalisasi dan modernisasi yang kian pesat.
perijinan, terminal, dan Mau tidak mau, seluruh level pemerintahan baik
angkutan di pusat maupun di daerah harus melakukan
e-Wadul, transformasi penyelenggaraan pemerintahan
e-Sapawarga, Official Website dan pelayanan publik menggunakan teknologi
10 Media Center Surabaya.go.id, twitter, informasi. Belajar dari Kota Surabaya yang sukses
Facebook, Youtube dan call menerapkan aplikasi e­government dalam berbagai
center/SMS bidang mulai dari perencanaan pembangunan
Sumber: Data Dinas Kominfo Kota Surabaya, 2020 (E­Musrenbang), perijinan satu pintu (Surabaya
Single Window), pengadaan barang dan jasa terpadu
Penyelenggaraan pelayanan e­-Government (E­Procurement), pembayaran pajak (Surabaya Tax)
di Kota Surabaya tersebut merupakan wujud dan berbagai aplikasi yang semakin menguatkan
komitmen politik Pemerintah Kota Surabaya yang peran masyarakat (citizen centric). Transformasi
tertuang pada Peraturan Daerah Kota Surabaya No besar­besaran selama ini ternyata terbukti mampu
4 Tahun 2014 tentang pelayanan publik, di samping meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
Inpres No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan memberikan penguatan bahwa E­government
Strategi Nasional Pengembangan e-Government. mampu membuat interaksi face-to-face antara
Implementasi e-Government di Kota Surabaya pejabat publik dan masyarakat juga semakin
tersebut nampaknya memberikan dampak yang berkurang, sehingga mengurangi potensi dan
cukup signifikan bagi aspek pelayanan publik kesempatan perbuatan yang bersifat koruptif.
terhadap masyarakat. Indeks kepuasan layanan
publik menjadi salah instrumen untuk melihat itu.
Tercatat bahwa mulai tahun 2016 hingga 2019
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ada peningkatan yang cukup signifikan terhadap
Pemerintah Kota Surabaya, Dinas Kominfo Kota
indeks pelayanan publik di Kota Surabaya.
Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunan Kota
Berdasar data dari Dinas Kependudukan dan
Surabaya yang telah memberikan data bagi tulisan
Catatan Sipil Kota Surabaya, indeks kepuasan

Implementasi e­-Government dalam Meminimalisasi Praktik Rent Seeking Behaviour pada


Birokrasi Pemerintah Kota Surabaya
Novy Setia Yunas 21
ini agar kedepan dapat memberikan masukkan Pelayanan Publik Yang Terintegrasi di
bagi penyusunan kebijakan dalam rangka Indonesia - Universitas Terbuka Repository.
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan In Optimalisasi Peran Sains dan Teknologi
publik. untuk Mewujudkan Smart City (pp. 353–380).
Universitas Terbuka. http://repository.ut.ac.
V. Daftar Pustaka id/7083/
Adelstein, R. (1996). The Mechanisms of Governance. Granovetter, M. (1985). Economic Action and Social
The Business History Review, 70(4), 594–596. Structure: The Problem of Embeddedness.
https://doi.org/10.2307/3117318 American Journal of Sociology, 91(3), 481–510.
Agus, A. (2019). Patologi Birokrasi dan Agenda https://doi.org/10.1086/228311
Strategi: Kolaborasi Pendekatan New Public Hall, D. (2012). Corruption and Public Services.
Management dan New Public Service Melalui Public Services International Research Unit.
Model Citizen`s Charter. Politea : Jurnal Politik University of Greenwich.
Islam, 2(1), 77–90. https://doi.org/10.20414/ Handayani, T. (2016). Good Governance Dalam
politea.v2i1.1344 Tata Kelola Perekonomian Memacu Pada
Arsyam, D. M., Khaerah, N., & Hardi, R. (2016). Pertumbuhan Ekonomi Rakyat. Jurnal Iqtisad,
Transparansi Penyedia Barang dan Jasa Dalam 3(1), 1–21. http://dx.doi.org/10.31942/
Penerapan E-Government di Kabupaten Toraja iq.v3i1.2458
Utara. Publik (Jurnal Ilmu Administrasi), 5(1), Huda, M., & Yunas, N. (2016). The Development of
30–38. https://doi.org/10.31314/PJIA.5.1.30- e-Government System in Indonesia. Jurnal
38.2016 Bina Praja, 08(01), 97–108. https://doi.
Bastian. (2003). Perkembangan E-Government org/10.21787/JBP.08.2016.97-108
di Indonesia. Bappenas Republik Indonesia, Indonesia, Transparency International. (2017).
1–3. https://www.bappenas.go.id/id/data- Indeks Persepsi Korupsi Tahun 2017. Jakarta:TII
dan-informasi-utama/makalah/lain-lain/ Irwan, A. (2000). Jejak-Jejak Krisis di Asia, Ekonomi
perkembangan-e-government-di-indonesia--- Politik Industrialisasi. Yogyakarta: Kanisius.
oleh-bastian/. Ma’arif, S. (2011). ”Rent Seeking Behaviour” dalam
Charoensukmongkol, P., & Moqbel, M. (2014). Relasi birokrasi dan Dunia Bisnis. Natapraja.
Does Investment in ICT Curb or Create More https://doi.org/10.21831/jnp.v0i0.3264
Corruption? A Cross-Country Analysis. Public Macintosh, A. (2004). Promise and Problems
Organization Review, 14(1), 51–63. https:// of E-Democracy: Challenges of Online
doi.org/10.1007/s11115-012-0205-8 Citizen Engagement. OECD. https://doi.
Creswell, J. W. (2008). Educational Research: org/10.1787/9789264019492-en
Planning, Conducting, and Evaluating Mackie, J. (2010). Patrimonialism: The New Order
Quantitative and Qualitative Research. Pearson/ and Beyond. In Aspinall, Edward dan Greg
Merrill Prentice Hall. Fealy (Eds). 2010. Suharto’s New Order and Its
Crouch, H. (1979). Patrimonialism and Military Rule Legacy : Essays in Honour o f Harold Crouch.
in Indonesia. Journal of World Politics, 31(4), Canberra: ANU E-Press.
571–587. https://doi.org/10.2307/2009910 Noveriyanto, B., Nisa, L. C., Bahtiar, A. S., Sahri,
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Erlangga S., & Irwansyah, I. (2018). E-Government
Djuyandi, Y. (2013). Implementasi Kebijakan Sebagai Layanan Komunikasi Pemerintah
Layanan Secara Elektronik Pengadaan Kota Surabaya (Studi Kematangan
Kendaraan Dinas Pemerintah Provinsi Jawa e-government Sebagai Layanan Komunikasi
Barat. Jurnal Humaniora, 4(2), 911–923. Government to Government, Government to
h t t p s : / / d o i . o rg / 1 0 . 2 1 5 1 2 / h u m a n i o ra . Citizen, Government to Business). Profetik:
v4i2.3530 Jurnal Komunikasi, 11(1), 37. https://doi.
Donahue, J. D., & Zeckhauser, R. J. (2012). org/10.14421/pjk.v11i1.1371
Collaborative governance : Private roles for OECD. (2010). OECD Guiding Principles for Open and
public goals in turbulent times. Princeton Inclusive Policy Making: Background Document
University Press. for Session 1, Expert Meeting on ’Building and
Dwiyanto, A. (2011). Mengembalikan Kepercayaan Innovative Government for Better Policies
Publik Melalui Reformasi Birokrasi. PT. and Service Delivery. http://www.oecd.org/
Gramedia Pustaka Utama. gov/46560128.pdf
Eisenstadt, S. N. (1973). Traditional Patrimonialism Putra, F. (2012). New Public Governance. Malang:
and Modern Neopatrimonialism. Sage Universitas Brawijaya Press.
Publication. Richter, R. (2011). New Economic Sociology and
Elysia, V., Wihadanto, A., & Sumartono. (2017). New Institutional Economics. Available at
Implementasi e-Government untuk Mendorong SSRN 1813189, 4747, 1–38. https://doi.

Matra Pembaruan 4 (1) (2020): 13-23


22
org/10.4324/9780203888582 Birokrasi Indonesia. Jurnal Politikom Indonesia,
Saidi, Z. (1998). Soeharto Menjaring Matahari. 2(2), 1–13. https://journal.unsika.ac.id/
Jakarta: Mizan bekerjasama dengan PIRAC. index.php/politikomindonesiana/article/
Sartika, D. (2013). Analisis Perilaku Birokrasi download/959/789
Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik Williamson, O. E. (1979). Transaction-cost
Di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli. economics: the governance of contractual
Katalogis, 1(7). http://jurnal.untad.ac.id/ relations. The Journal of Law and Economics,
jurnal/index.php/Katalogis/article/ 22(2), 233–261. https://www.jstor.org/
view/6823 stable/725118
Sulistiyanto, & Fitriati, R. (2020). World Class Navy Williamson, O. E. (1988). Corporate Finance
Kepemimpinan Kolaboratif di Sekolah Staf dan and Corporate Governance. The Journal
Komando Angkatan Laut (B. Logo (ed.); 1st of Finance. 43(3), 567–591. https://doi.
ed.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. org/10.2307/2328184
Surabaya, D. K. dan C. S. K. (2019). Survey Indeks Williamson, O. E. (2006). The Mechanisms of
Pelayanan Publik Masyarakat Bidang Pelayanan Governance: Looking Back, Taking Stock,
Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Looking Ahead. Joskow Retirement Conference,
Kota Surabaya Tahun 2019 1–33. http://economics.mit.edu/files/4073
Suwitri, S. (2007). Pemberantasan Korupsi Di Yunas, N. S. (2016). Kepemimpinan Dan Masa
Indonesia : Sebuah Upaya Reformasi Birokrasi. Depan Reformasi Birokrasi Di Indonesia.
Jurnal Dialogue, 4(1), 23–41. https://ejournal. Jurnal Dimensi, 9(2), 103–114. https://journal.
undip.ac.id/index.php/dialogue/article/ trunojoyo.ac.id/dimensi/article/view/3744
download/179/273 Yustika, A. E. (2013). Ekonomi Kelembagaan:
Widanarto, A. (2017). Praktek Rent Seeking : Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta:
Budaya Korupsi Baru Di Kalangan Politisi Dan Penerbit Erlangga

Implementasi e­-Government dalam Meminimalisasi Praktik Rent Seeking Behaviour pada


Birokrasi Pemerintah Kota Surabaya
Novy Setia Yunas 23

Anda mungkin juga menyukai