Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KURIKULUM

DI SUSUN OLEH

Kelompok 1

Firly adizah yolanda (202022010)

Jurusan : Tadris Matematika

Unit/ Semester : 1/4

Dosen pembimbing : Nur Anwar,S.Pd.I.,M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN LHOKSEUMAWE

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT .Atas izin-nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu .Tak lupa kami kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW . Beserta keluarganya, para sahabatnya,dan seluruh
ummatnya yang senantiasa istiqamah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah sejarah
peradaban islam berjudul “konsep dasar perkembangan kurikulum’’ Namun tiada lepas
dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya dan aspek lainnya.Oleh karena itu,dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini.

Akhir kata,penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu-waktu mendatang
Dan kami berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan bagi kami
penyusun dan para pembaca semuanya. Aaamiin.

Lhokseumawe, 24 september 2022

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Pengertian Kurikulum...........................................................................................6
B. Perkembangan Kurikulum....................................................................................7
C. Konsep Dasar Kurikulum...................................................................................11
D. Tujuan Kompenen Kurikulum............................................................................12
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum.....................................................................12
F. Model Pengembangan Kurikulum .....................................................................15
G. Kriteria kurikulum.....................’......................................................................18
H. Landasan Pengembangan Kurikulum.................................................................19
I. Langkah-langkah Dalam Pengembangan Kurikulum.........................................20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................22
C. Daftar Pusaka......................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai jawaban
atas kewajiban yang di perintahkan kepada manusia. Terlaksananya tugas dan fungsi
manusia tersebut sangat ditentukan oleh ilmu pengetahun dan pengalaman yang dia
peroleh. Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah dengan
cara bersungguh-sungguh membaca, menelaah dan mempraktekan dalam kehidupan
sehari-hari. Supaya tujuan tersebut tercapai, maka sebagai langkah awal dalam kegiatan
pendidikan adalah menyiapkan perangkat yang diperlukan dalam proses pendidikan,
yang salah satunya adalah

kurikulum. Desain kurikulum yang dirumuskan idealnya mampu merespon


berbagai tuntutan dan kebutuhan baik peserta didik maupun masyarakat sebagai
pengguna kurikulum.Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terjadi saat ini, tentu banyak hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
segala aspek kehidupan. Tuntutan kebutuhan manusia baik menyangkut material maupun
spiritual merupakan suatu keniscayaan yang harus terpenuhi. Menurut perspektif
pendidikan dengan beragamnya kebutuhan yang diperlukan oleh manusia, menuntut
adanya perubahan paradigma atau pola pikir dalam manajemen pendidikan.

Salah satu aspek yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam pengeloalan
pendidakan adalah pengembangan kurikulum. Kedudukan kurikulum dalam proses
pendidikan memiliki perananyang sangat strategis selain untuk mengembangakan peserta
didik ke arah perkembangan yang optimal baik jasmani maupun ruhani juga kurikulum
sebagai tolak ukur dalam malihat kemajuan pendidikan suatu bangsa. Perubahan
kurikulum semestinya didasarkan atas hasil evaluasi yang dilakukan oleh para akhli
dengan melihat kondisi ini yang terjadi, baik saat ini maupun yang akan datang Kondisi
sekarang terkait dengan kebutuhan peserta didik dan pengguna lulusan hampir belum bisa
memenuhi target kebutuhan terutama dalam aspek sikap dan keterampilan. Secara

4
kenyataan kondisi pendidikan saat ini terutama dalam hal kualitas belum bisa
memberikan kepuasaan terutama dalam kebutuhan moral spiritual dan emosional.
Sebagai indikator dari kenyataan di atas, bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari dengan
munculnya berbagai pelanggaran moral, baik yang dilakukan oleh para remaja, anak-
anak, mahasiswa maupun orang tua. Kenyataan ini membuktikan bahwa pendidikan kita
saat ini masih berada pada tataran penguasaan pengetahuan belum berbicara essensial
pendidikan secara utuh dan konprehensif, terutama berkaitan dengan masalah moral atau
sikap. Secara penguasaan pengetahuan bangsa kita lebih maju dan berkembang, hal ini
bisa kita lihat perolehan nilai ujian yang diperoleh oleh peserta didik cukup tinggi bahkan
tidak sedikit perlombaan-perlombaan tingkat nasional maupun internasional.

B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian dari kurikulum ?
2.Bagaimana Perkembangan kurikulum ?
3.Bagaimana konsep dasar kurikulum ?
4.Bagaimana kompenen tujuan kurikulum?
5.Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum?
6.Bagaimana kriteria yang harus dimiliki kurikulum ?
7.Bagaimana model pengembangan kurikulum ?
8.Bagaimana landasan pengembangan kurikulum?
9.Bagaimana langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum ?

C. Tujuan Masalah
1.Menjelaskan kurikulum.
2.Mengetahui perkemangan kurikulum kompenen tujuan kurikulum
3.Mengetahui prinsip pengembangan kurikulum
4.Mengetahui kriteria yang harus dimiliki kurikulum
5.Mengetahui model pengembangan kurikulum
6.Agar mengetahui landasan pengembangan kurikulum
7.Agar mengetahui langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum (Pengertian Kurikulum)

Dalam bahasa latin kurikulum berarti ”lapangan pertandingan” (race course) yaitu
arena daerah penerima didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955 istilah
kurikulum digunakan dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum
mempunyia banyak sekali macam arti, yaitu:
• Kurikulum diartikan sebagai planning pelajaran, berdasarkan Beuchamp (1968)
kurikulum sebagai suatu planning pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan
yang aka di sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan aktivitas waktu
pengjaran.
• Pengalaman berguru yang diperoleh murid dari sekolah
• Rencana berguru murid
Menurut Ronal C. Doll bahwa kurikulum itu yaitu pengalaman siswa yang diarahkan atau
menjadi tanggung jawab sekolah yang mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman
tersebut sanggup berlangsung disekolah, dirumah, maupun dimasyarakat, bersama guru
atau tanpa guru, bekenaan eksklusif dengan pengajaran ataupun tidak.
Atas pendapat tersebut Mauritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep
kurikulum yang sangat luas tersebut. Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul
apabila terjadi interaksi atara siswa dengan lingkungannya. Interaksi tersebut bukan
merupakan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau
mengantisipasi hasil dari pengajaran.. johnson membedakan dengan tegas antara
kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dengan
pelaksanaan, menyerupai perencanaan isi, kegiatan berguru mengajar, evaluaasi,
termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil berguru
yang diharapkan dicapai oleh penerima didik.Terlepas dari pro dan kontra tersebut
kurikulum sanggup disimpulkan sebagai suatu aktivitas pendidikan yang berisiskan
banyak sekali materi didik dan pengalaman berguru yang diprogramkan, direncanakan
6
dan dirancangkan secara sistematis ats dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan penerima didik untuk
mencapai tujuan pendidikan.

B. Perkembangan Kurikulum

1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah curriculum (bahasa Inggris).Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan
ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana
Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua
hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
b. Garis-garis besar pengajaran.

Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan
kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan
sebelumnya.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial
Belanda.Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang
merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa laindi muka
bumi ini. Orientasi Rentjana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran.
Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan

7
nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952.Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat.Yaitu sekolah khusus bagi
lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar
anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964


Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004) yaitu Perkembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keterampilan, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana
berfokus pada Perkembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rentjana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

5. Kurikulum Periode 1975


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif.Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Perkembangan
8
Sistem Instruksional (PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana
pelajaran setiap satuan bahasan.Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk
Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus terampil
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan


Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
Kurikulum 1975 yang disempurnakan.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar.Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan.Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu
dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak.Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya
memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kehadiran Suplemen
Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

9
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu


program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan Perkembangan pembelajaran.
Ciri-ciri KBK sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
2. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi,
3. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
5. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan
semester.
6. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi
menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
7. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap
level.
8. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan.
9. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk
menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil
belajar yang diharapkan?

Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada Perkembangan kemampuan untuk


melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang
telah ditetapkan.Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya
penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah
ditentukan.Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis
kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di capai siswa.
Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang berupa Ujian Akhir

10
Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan ganda.Bila tujuannya pada
pencapaian kompetensi yang diinginkan pada siswa, tentu alat ukurnya lebih banyak
pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur sejauh mana pemahaman dan
kompetensi siswa. Walhasil, hasil KBK tidak memuaskan dan guru-guru pun tak paham
betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

9. Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.Disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1
ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Jadi,
penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar
kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan
dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Hasil Perkembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat
yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan KTSP
menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan
daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah dan para
guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam kurikulum
yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun 2013 KTSP
dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum yang baru.

10. Kurikulum Periode 2013


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modifikasi dan pemutakhiran dari
kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun
pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013
diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu
mempunyai perbedaan dengan yang lama.
11
C. Konsep Dasar Kurikulum

Ada tiga konsep ihwal kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai system
dan sebagai bidang studi.
Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, suatu kurikulum, dipandang orang
sebagai suatu planning kegiatan berguru bagi murid-murid disekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga sanggup digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan
pemegang akal pendidikan dengan masyarakat.
Konsep kedua, yaitu kurikulum sebagai suatu system, yaitu System kurikulum
merupakan bab dari system persekolahan, system pendidikan, bahkan system mayarakat.
Suatu system kurikulum meliputi struktur personalia, dan mekanisme kerja bagaiman cara
menyusun suatu kurikulum, melaksanakan dan mengevaluasi serta menyempurnakannya.
ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini
merupakan bidang kajian pra hebat kurikulum dan hebat pendidikan dan pengajaran.

D. Kompenen Tujuan
Komponen tujuan dalam rancangan kurikulum menjadi ide atau gagasan awal
yang diinginkan dalam setiap proses pendidikan. Rancangan tujuan memberikan arah
terhadap proses pendidikan sesuai dengan yang dicita-citakan. Ada pendapat para ahli
tetang pentingnya rumusan tujuan dari suatu kurikulum.
1) Tujuan memberikan pegangan mengenai apa yang harus dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, dan merupakan patokan untuk mengetahui sampai dimana tujuan itu telah
dicapai
2) Tujuan memegang peranan sangat penting, akan mewarnai komponen-komponen
lainnya dan akan mengarahkan semua kegiatan mengajar.
3) Tujuan kurikulum yang dirumuskan menggambarkan pula pandangan para
pengembang kurikulum mengenai pengetahuan, kemampuan, serta sikap yang ingin
dikembangkan

E. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dianutnya. Prinsip itu


pada dasarnya merupakan kaidah yang menjiwai kurikulum tersebut.[1]

12
1. Prinsip Umum

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum

a. Prinsip relevansi
Secara umum istilah relevansi diartikan sebagai kesesuain atau keserasian pendidikan
dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Artinya pendidikan dipandang relevan jika hasil
perolehan pendidikan itu bersifat fungsional. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar
maksunya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan
dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk
bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat.
b. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas ini artinya lentur/tidak kaku dalam memberikan kebebasan bertindak. Dalam
kurikulum pengertian itu dimaksudkan kebebasan dalam memilih program-program pendidikan
bagi murid dan mengembangkan program pendidikan bagi para guru.
c. Prinsip kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu berkesinambungan. Perkembangan dan proses belajar akan
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Oleh karena itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan
anatar satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d. Prinsip praktis
Yaitu mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dana biayanya juga murah.
Prinsip ini juga disebut prinsip efisien. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau
menuntut keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka
kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun
personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e. Prinsip Efektifitas
Dalam sajian bidang pendidikan prinsip efektifitas ini dikaitkan dengan efektifitas guru
mengajar dan efektifitas para murid belajar. Implikasi prinsip ini dalam pengembanagan
kurikulum ialah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler membuahkan hasil tanpa ada
kegiatan yang mubazir dan terbuang percuma.

2. Prinsip Khusus

Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum.

13
a. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus).
b. Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah
ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana. Isi bahan harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan siitematis
c. Prinsip berkenaan dengan pemilihan belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperlihatkan
hal-hal sebagai berikut:
· Apakah metode/tekhnik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajar bahan
pelajaran?
· Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat
melayani perbedaan individual siswa?
· Apakah metode/tekhnik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
· Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif,
afektif, dan psikomotor?
· Apakah metode/tekhnik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau
kedua-duanya?
d. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung oleh pengunaan media dan alat-
alat bantu pengajaran ynag tepat.
· Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Biala
laat tersebut tidak ada apa penggantinya?
· Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana
pembuatannya, siapa yang membuat, pembiyaannya, waktu pembuatan?
· Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul,
paket belajar, dan lain-lain?

· Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

14
e. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran:


·Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya langkah-langkah sebagai berikut:
Rumusan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Uraiakan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati.
Hubungkan dengna bahan peljaran.

F. Model-model Pengembangan Kurikulum


Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal,
tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan
yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
1. The administrative model
Model pengembangan kutikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak
dikenal. Diberi nama model administrative atau line staff karena inisisatif dan gagasan
pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur
administrasi.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tahun-tahun permulaan diperlukan pula
adanya kegiatan monitoeing, pengamatan dan pengawasan serta bimbingan dalam
pelaksanaannya. Setelah berjalan beberapa saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk
menilai baik valitidas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun
keberhasilannya.
2. Tim grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Insiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau
sekolah. Dalam model pengembangan kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru,
sekelompok guru atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan uapaya pengembangan
kurikulum.
3. Beaucamph’s system
Model pengembangan ini dikemukan oleh Beaucamp seorang ahli kurikulum.
Beaucamph mengemukakan lima hal dalam pengembangan kurikulum
a. Menetapkan arena atau lingkup wilyah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut,
apakah suaru sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi atau seluruh Negara. Penetapan

15
area ini ditentukan oleh wewewang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam
pengembangan kurikulum serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.

b. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam


pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam
pengembangan kurikulum yaitu:

· Para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan
para ahli bidang ilmu dari luar
· Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih
· Para professional dalam sistem pendidikan
· Professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat
c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langka ini berkenaan dengan
posedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih
khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam
menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d. Implementasi kurikulum. Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan
atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan
kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun
biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator
setempat.
e. Evaluasi kurikulum. Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu:
· Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
· Evaluasi desain kurikulum
· Evaluasi hasil belajar siswa
· Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum
4. The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini
diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang
bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya
mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup
keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti
kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-
pihak tertentu.
5. Taba’s inverted model

16
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama-sama guru
b. Menguji unit eksperimen
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
e. Implementasi dan diseminasi
6. Roger’s interpersonal relation model
Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming developing,
changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri,
tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidak
lain merupakan upaya guru untuk memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut.
guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan
anak, mereka hanayalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers
a. Pemilihan target dari sistem pendidikan
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif

c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit

pelajaran

d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok

7. The systematic action-research model


Model perkembangan ini didasarakan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum
merupakan perubahan social. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribaddaian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan
kelompok dari sekolah dan masyarakat.
8. Emerging technical models
Perkembanngan bidang teknologi dan ilmu oengetahuan serta nilai-nilai efesien
efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum.
Tumbuh kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu, di antaranya:
a. The behavioral analysis model
Yaitu menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan
yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun

17
secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur
mulai dari yag sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. The system analysis model berasal dari gerakan efesien bisnis. Langkah pertama
dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus
dikuasai siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai
ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengindentifikasi tahap-tahap
ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat,
membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
c. The computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan
memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan mengindentifikasi seluruh
rumusan unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memilki rumusan tentang hasil-
hasil yang diharapkan

G. Kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan kurikulum

Pratt (Kaber, 1988) mengemukakan tujuh kriteria yang harus dipenuhi dalam
merumuskan tujuan kurikulum adalah seperti herikut :
1. Tujuan kurikulum harus menunjukkan hasil belajar yang spesifik,fokus dan dapat
diamati.
2.Tujuan harus sesuai dengan tujuan kurikulum, artinya, tujuan-tujuan khusus itu dapat
mewujudkan dan sejalan dengan tujuan yang lebih umum.
3. Tujuan harus tercatat dengan tepat, bahasanya jelas, sehingga dapat memberi
gambaran yang jelas bagi para pelaksana kurikulum.
4. Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya bahwa tujuan itu bukanlah suatu
standar yang mesti melainkan harus dapat disesuaikan dengan kondisi.
5. Tujuan harus fungsional, artinya, tujuan itu menunjukkan nilai guna bagi para peserta
didik dan masyarakat.
6. Tujuan harus mempunyai kegunaan dalam arti bahwa tujuan itu dipilih berdasarkan
nilai yang diakui kepentingannya.
7. Tujuan harus tepat dan sesuai, terutama dilihat dari aspek kepentingan dan
kemampuan peserta didik termasuk latar belakang, minat, dan tingkat
perkembangannya. Tujuan pendidikan di Indonesia, pada hakikatnya ingin
menempatkan kedudukan manusia secara utuh yaitu manusia yang sehat jasmani dan
ruhani
18
H. Ladasan Pengembangan Kurikulum

Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang


harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu kurikulum
lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Senada dengan
pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein & Hunkins, 1988)
mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang melandasi
suatu kurikulum. Ada tiga aspek pokok yang menjadi landasan atau dasar, tumpuan,
fondasi dalam mengembangkan suatu kurikulum, yaitu : Filsafat, Psikologis dan
Sosiologis. Untuk lebih jelasnya ke tiga landasan tersebut dapat dilihat urainya sebagai
berikut :

a.Landasan Filsafat

Kedudukan Landasan filsafat dalam pengembangan kurikulum merupakan faktor


yang sangat penting dalam menentukan arah,sasaran dan target dari proses pendidikan.
Landasan ini digunakan untuk melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum
di sekolah atau madrasah. Filsafat adalah cara berpikir yang radikal, menyeluruh, dan
mendalam(Socrates) atau suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sampai ke akar-
akarnya.

b.Landasan Psikologis

Berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi


antara siswa dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik, maupun
lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku siswa
menuju kedewasaan, baik fisik, mental, intelektual, moral maupun sosial. Namun
demikian perlu juga diingatkan bahwa tidak semua perubahan perilaku siswa mutlak
sebagai akibat intervensi dari program pendidikan. Ada juga perubahan perilaku yang
dipengaruhi oleh kematangan siswa itu sendiri atau pengaruh dari lingkungan di luar
program pendidikan.

c. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan
dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Ketiga hal

19
tersebut pada hakikatnya merupakan landasan yang sangat mempengaruhi penetapan isi
kurikulum. Untuk lebih jelasnya, coba cermati uraian berikut ini dengan seksama,
kemudian Anda diskusikan dengan mahasiswa lainnya untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam.

I. Langkah – langkah pengembangan kurikulum

a. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan


Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga
hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari
pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek
perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis
dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan
masyarakat di masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis
dari kebijakankebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang
dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari
ketiga aspek tersebut kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian
kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.

b. Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan.
Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum
(kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki
tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, serta tujuan instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Tujuan juga dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan.

c. Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedurprosedur tertentu
yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan.
Hal ini berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi

20
apa yang harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-
pokok dan subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk
scope (ruang lingkup) dan sequence (urutan)-nya.Adapun patokan kegiatan tersebut
ditentukan oleh tujuan-tujuan dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan

d. Pengorganisasian Pengalaman Belajar


Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah
memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan. strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat
materi yangakan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman
visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi
dari visual, suara, perabaan, dan penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat
diorganisasikan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti
siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber, fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman
belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mentalfisik yang menarik minat
siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar
aktif dan kreatif.

e. Penggunaan Alat Evaluasi


Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah
kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil
(1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian
kurikulum, yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan
itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah
kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut
diperoleh, langkah selanjutnya adalah memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum
itu diberlakukan dan dilaksanakan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyia banyak sekali macam arti, yaitu:
salah satunya Menurut Ronal C. Doll bahwa kurikulum itu yaitu pengalaman siswa
yang diarahkan atau menjadi tanggung jawab sekolah yang mengandung makna yang
cukup luas. Pengalaman tersebut sanggup berlangsung disekolah, dirumah, maupun
dimasyarakat, bersama guru atau tanpa guru, bekenaan eksklusif dengan pengajaran
ataupun tidak.
Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan faktor-faktor
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan pada waktu mengembangkan suatu
kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Senada dengan pendapat Robert S. Zais, Ralph W. Tyler (dalam Ornstein & Hunkins,
1988) mengemukakan pandangan yang erat kaitannya dengan beberapa aspek yang
melandasi suatu kurikulum. Ada tiga aspek pokok yang menjadi landasan atau dasar,
tumpuan, fondasi dalam mengembangkan suatu kurikulum, yaitu : Filsafat, Psikologis
dan Sosiologis.Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas
diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi,
pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

B. Saran

Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan kebutuhan


kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar tiap sekolah atau
lembaga pendidikan menerapkan suatu sistem kurikulum yang sesuai dengan keadaan
lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan
yang ada di masyakarakat.

22
DAFTAR PUSAKA

Prof. Drs. H. Dakir (2004), Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, PT. Rineka
Cipta : Jakarta
Arifin, Zainal.Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Rosdakarya, 2012.Hamid, Hamdani. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012.
Syarief, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1996.Hamaliki,
Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Hamalik, Oemar. 2008. Manajmen Pengembangan Kuriuum. Bandung: Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Dakir ,2010, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta : Rineka Cipta.
PROF. DR. S. Nasution, M. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Sukmadinata, Nana S. (2009). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Syarief, D. A. (1996). Pengembangan Kurikulum. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Prof. Dr. Nana Syaodih S., pengembangan kurikulum teori dan praktek, (bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1997), hlm.4-5.

23

Anda mungkin juga menyukai