ABSTRAK
PRYO ADI LUKITO. Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap
Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau.
Dibimbing oleh SUDRADJAT.
ABSTRACT
PRYO ADI LUKITO. The Effect of Palm Oil Fruit Bunch Injury to Free Fatty Acid
Content and CPO Rendement at Talisayan 1 Estate Berau. Supervised by
SUDRADJAT.
The objective of this internship specifically was to study the factors that
affect the quality of CPO. The internship was conducted in Talisayan 1 Estate PT
Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Berau, East Kalimantan from February to June
2013. Problem analysis using Ishikawa diagram and linear regression by making
poor quality fruit, fruit “restan” (leftover), injury fruit, and the loss of crops as
factors that cause of problems, both the activity of harvesting until transporting the
yields. The analysis show that CPO degradation probelms one of which can be seen
from the low rendement of palm oil (CPO) and high Free Fatty Acid (FFA) CPO.
Low oilrendementcausedbypoorfruit qualityandyieldloss. High FFA CPO
causedbypoorqualityfruit, leftoverfruit, andfruitinjury.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing
Judul Skripsi :Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free
Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau
Nama : Pryo Adi Lukito
NIM : A24090046
Disetujui oleh
Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam
penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya semoga teladan darinya dapat ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari oleh semua umatnya.Alhamdulillah, karya tulis yang mulai dikerjakan
sejak bulan Februari 2013, dengan tema pemanenan kelapa sawitdan diberi judul
Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan
Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau, dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan
selalu memberikan waktu serta doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis
2. Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan
pelajaran yang bermafaat
3. Bapak Prof Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc selaku dosen pembimbing
akademik atas saran-saran dan motivasi selama perkuliahan
4. Bapak Dr Haryadi dan Dr Supijatno yang telah bersedia menjadi dosen
penguji dalam ujian skripsi penulis serta nasihat dan kritik yang membangun
5. Teladan Prima Group yang telah memberikan kesempatan dan akomodasi
untuk penulis menjalankan kegiatan magang di Kebun Talisayan 1 dan
Talisayan Mill PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation beserta pada staf dan
karyawannya
6. Bapak Tentrem, Raga, Dedi, Hilmy, Aly, Sobri, Dana, Arif, dr Zacky, Bapak
Sofwan, Ibu Aisyah, Ibu Ina,Mas Azis, dan para mandor beserta karyawan
afdeling I, II, dan III, atas bantuan, bimbingan, dan kesabaran selama penulis
menjalankan kegiatan magang
7. Teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) IPB atas persahabatan,
dukungan, serta doanya sehingga semakin mendewasakan penulis
8. Keluarga Agronomi dan Hortikultura (AGH), khususnya angkatan 46 (2009)
yang solid, creative, attractive, dan enthusiastic atas kebersamaan dan
pelajaran yang menjadikan penulis tumbuh dan berkembangan menjadi
agronom dan semoga tetap isthiqomah untuk pertanian. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
METODE MAGANG 2
KEADAAN UMUM 3
Letak Wilayah Administratif 3
Keadaan Iklim dan Tata Guna Lahan 4
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 4
Keadaan Tanaman dan Produksi 5
PELAKSANAAN MAGANG 6
Aspek Teknis 6
Panen (Potong Buah) 6
PengangkutanBuah 10
Pemupukan Anorganik 10
Sensus Hama, Ulat Api, Ulat Kantong, dan Tikus 11
Pengendalian Gulma 12
Tunas Pokok (Prunning) 13
Kualitas Buah Kelapa Sawit 13
Pengolahan Buah Kelapa Sawit 13
Aspek Manajerial 15
Manajerial Tingkat Asisten Afdeling 15
Manajerial Tingkat Kemandoran 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Mutu Buah 16
Kenaikan FFA dalam CPO akibat Buah Luka 17
Penurunan Rendemen CPO karena Dampak Mutu Buah dan Kehilangan
Hasil Panen 19
Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Restan dan Pengangkutan Buah 20
KESIMPULAN DAN SARAN 23
Kesimpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 28
8
DAFTAR TABEL
1 Sebaran populasi dan produksi varietas bibit Marihat, Socfin, dan Topaz
di Kebun Talisayan 1 tahun 2012 6
2 Penggunaan HK, produksi TBS, dan output pemanen di Kebun Talisayan
1 tahun 2012 6
3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, kebutuhan tenaga kerja harian dan
realisasi di afdeling 2 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013 8
4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya 9
5 Ambang populasi (ekor) kritis ulat api dan ulat kantong 12
6 Rekaputulasi pengamatan ulat 12
7 Deskripsi kelompok buah dan batas toleransinya 14
8 Standar kualitas minyak kelapa sawit dan kernel di Talisayan Mill 14
9 Hubungan persentase produksi buah bermutu buruk (unripe, over ripe,
empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan kandungan FFA
dalam CPO pada Januari 2012–April 2013 17
10 Hubungan presentase produksi buah buah bermutu buruk (unripe, over
ripe, empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan rendemen CPO
pada Januari 2012–April 2013 19
11 Pengaruh umur restan terhadap kadar FFA dalam CPO 21
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uraian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 26
2 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 27
3 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 28
4 Identifikasi masalah penurunan rendemen (ekstraksi) minyak di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 31
5 Identifikasi masalah kandungan FFA dalam minyak yang tinggi di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation 31
9
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan luas perkebunan kelapa sawit dan sebagai
produsen Crude Palm Oil (CPO) nomor satu di dunia, yakni sekitar 24 juta ton
(Wahyudi 2012). Produksi CPO Indonesia selain menjadisumber pendapatan
negara,juga sekaligus memenuhi 47% kebutuhan minyak nabati dunia (Wiyono
2013). Manfaat lain dari adanya perkebunan kelapa sawit yaitu terbukanya
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan, yang
diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dan taraf hidup masyarakat secara
berkelanjutan.
Tantangan Indonesia saat ini adalah menjaga kepercayaan konsumen CPO
dari isu-isu negatiftentang kelapasawit yang sedang berkembang dengan cara tetap
memproduksi CPO yang bermutu dan bersertifikat secara nasional dan
internasional. Indonesia juga harus dapat terus bersaing di pasar minyak nabati
dunia bersama nagara produsen lainya seperti Malaysia; memenuhi kebutuhan
dalam negeri; serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.
Mutu CPO dapat dilihat secara kuantitas dan kualitas. Produksi buah dengan
kuantitas baik akan menghasilkan rendemen CPO 23.2−27.4% (Pahan 2006)
dengan kadar asam lemak bebas (ALB) atauFree Fatty Acid (FFA) <3%
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Rendemen minyak yang tinggi
didapatkan dengan cara mengolah buah kelapa sawit yang matang (ripe), karena
buah yang matang memiliki kandungan minyak terbanyak (rendemen minyak
tinggi) daripada jenis atau kelompok mutu buah lainnya. Buah matang diperoleh
dari kegiatan panen atau potong buah sehingga mengharuskan pemanen untuk
mengutamakan momotong buah matang dengan jumlah paling banyak (> 98%) agar
hasil ekstraksi minyak (rendemen CPO) tinggi.
Semakin tinggi kandungan FFA, maka semakin rendah kualitas CPO.
Pengaruh rendah atau tingginya FFA dan rendemenCPO terletak pada mutu buah
yang dipanen. Mutu buah yang baik akan menghasilkan CPO dengan FFA rendah
dan rendemen minyak yang tinggi. Buah yang terlambat diolah akibat terlambat
pengangkutan(restan) dapat meningkatkan FFA, selain itu penanganan yang kasar
juga dapat meningkatkan laju FFA. Luka pada buah kelapa sawit akibat
penanganan yang kasar dapat menstimulasi konversi molekul minyak menjadi FFA
dengan laju yang sangat tinggi, sehingga kandungan FFA meningkat dengan cepat
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di lapangan atau sebelum mulai
diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada saat pengolahan di PKS
kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5% pada PKS yang kurang
terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat penimbunan dan pengapalan hingga
sampai di tangan konsumen juga relatif rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun
2003).
Tujuan utama kegiatan magang adalah memperlajari kegiatan pada semua
jenjang karier di perkebunan kelapa sawit serta memperkaya pengalaman kerja di
perusahaan kelapa sawit baik aspek teknis maupun manajerial. Secara khusus
magang inibertujuan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO
dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit.
2
METODE MAGANG
KEADAAN UMUM
Variabel iklim yang rutin diamati di Kebun Talisayan 1 adalah curah hujan
dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan bulan Januari 2008 hingga
Desember 2012 adalah sebesar 125 hari dan 2 350 mmtahun-1, kodisi tersebut telah
termasuk kondisi curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa
sawit (Pahan 2006). Menurut tipe iklim Schmidt-Fergusson Kebun Talisayan 1
tergolong iklim A (sangat basah) (Kartasapoetra 2004).Data curah hujan dan hari
hujan lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran7.
Luas lahan Kebun Talisayan 1 adalah 2 971 ha, dengan pembagian guna
lahan 90.8% untuk tanaman menghasilkan, 4% untuk jalan dan jembatan, 3% untuk
emplasemen dan pondok karyawan, serta 2% untuk pabrik pengolahan kelapa
sawit. Kebun Talisayan 1 tidak memiliki area tanaman belum menghasilkan,
pembibitan, land cover,area cadangan dan okupasi. Peta Kebun Talisayan 1 dapat
dilihat pada Lampiran 8.
palayanan umum (kebersihan dan perawatan kantor serta taman), centeng, mudim,
operator listrik dan air, serta pengasuh anak karyawan.
Karyawan langsung merupakan karyawan yang teribat langsung pada
pekerjaan budidaya dan pemeliharaan tanaman. Adapun pekerjaan karyawan
langsung di Kebun Talisayan 1 antara lain adalah sebagai: mandor panen, krani
panen, mandor tunas, mandor pemupukan anorganik, mandor semprot
(pengendalian gulma secara kimia), mandor perawatan jalan dan infrastruktur, serta
mandora loading(pengangkutan buah). Struktur organisasi tingkat afdeling dan
ketersediaan tenaga kerja secara lengkap tersaji pada Lampiran 9.
a b c
Gambar 2Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b)
Socfin, dan c) Topaz
6
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Tabel 3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dan realisasi di
afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013
selesai saat buah masak (ripe) dipanen semua, buah lepas dikutip bersih, pelepah
dirumpuk rapi di gawangan mati atau antar baris tanaman, dan tidak ada pelepah
sengkleh.
Apel Pagi. Kegiatan apel pagi dimulai pukul 06.00 WITA di depan kantor
afdeling masing-masing. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh mandor masing-
masing. Saat apel pagi, mandorperlu menyampaikan beberapa evaluasi hari
sebelumnya dan hal-hal yang sifatnya informatif. Karyawan memiliki hak untuk
menyampaikan keluhan, masukan, ataupun hal serupa lainnya kepada mandor,
selaku supervisor. Agenda apel pagi antara lain: pemeriksaan kehadiran, penentuan
lokasikerja, pembagian hancak panen, serta penyampaian prestasi dan jumlah
pendapatan pemanen.
Perlengkapan Panen. Kegiatan panen didukung oleh beberapa alat panen
yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan harus dilengkapi oleh pemanen.
Perlengkapan panen dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya
yang dibutuhkan untuk mendapat basis dan lebih borong akan berkurang karena
pekerjaan semakin banyak.
Kriteria Matang Panen. Standar perusahaan dalam menentukan kriteria
buah yang masak (layak dipanen) adalah minimal TBS memiliki 1 brondolan yang
telah lepas, akan tetapi menurut standar bidang quallity accurance buah matang
atau buah yang layak dipanen adalah buah yang sudah memiliki brondolan ≥ 3 butir
per janjang atau maksimum brondolan telah lepas 50%, warna buah kemerahan dan
bagian dalam kulit buah berwarna orange. Buah atau TBS yang belum memiliki
brondolan (buah lepas) disebut buah mentah yang tidak layak panen.
Prestasi Kerja Pemanen.Prestasi kerja dapat diukur dari pendapatan, mutu
buah yang dipanen, dan output kerja pemanen. Semakin tinggi pendapatan (basis
dan lebih borong), maka semakin tinggi produktivitas serorang pemanen. Mutu
buah yang diharapkan adalah 5% buah lewat matang (over ripe), 1% buah mentah
(unripe), 0% gagang panjang,0% buah busuk (empty bunch), 0% buah abnormal,
dan selebihnya (±90%) adalah buah matang (ripe). Output kerja adalah
kemampuan menyelesaikan pekerjaan, baik luas panen yang diselesaikan maupun
terkutipnya semua buah lepas, tersusunnya rumpukan pelepah dengan rapi, dan
tidak ada buah masak yang tertinggal di pokok.
Pengangkutan Buah
Kegiatan setelah panen adalah pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik
(loading ramp). Organisasi pengangkutan buah melibatkan: karyawan pemuat buah
(kenek buah), mandor transport, supir truk, dan mandor traksi. Armada angkut TBS
menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut 7000 kg per angkut. Tidak
ada kriteria TBS tertentu yang boleh atau tidak dimuat ke dalam truk, akan tetapi
semua TBS yang ada di TPH harus habis dimuat dan diangkut ke pabrik. TBS yang
terlambat pengangkutan(misalnya terlambat 1 hari), harus didahulukan dalam
pengangkutan berikutnya.Setiap karyawan pemuat buah memiliki kewajiban sama
halnya pemanen, yaitu menyelesaikan hari kerja, mencapai basisborong3000 kg per
orang dan sebanyak-banyaknya mendistribusikan TBS dan buah lepas ke pabrik.
Permasalahan yang terjadi adalah jalan dan atau jembatan yang rusak
sehingga menghambat proses muat dan distribusi buah. TBS dan brondolan yang
tidak dapat dimuat akan dapat menambah jumlah buah restan (buah terlambat
angkut). Penyelesaian yang telah dilakukan antara lain pengangkutan buah dan
buah lepas secara manual atau menggunakan jasa langsir buah manual dari TPH ke
jalan utama oleh karyawan wanita sampai jalan koleksi selesai diperbaiki dan dapat
dilalui truk buah; penggunaan alat berat untuk muat buah dan pengangkutan buah
ke PKS; melakukan perawatan jalan yang terdapat buah restan atau blok yang
sedang dipanen; serta tidak melakukan pekerjaan panen pada blok yang jalan utama
dan koleksinya tidak dapat diakses truk buah.
Pemupukan Anorganik
Penguntilan pupuk.Penguntilan pupuk adalah pembagian pupuk dari karung
besar menjadi beberapa karung dengan takaran yang lebih kecil. Standar untilan
adalah 12.5 kg per karung. Pekerjaan penguntilan pupuk dilakukan secara borongan
oleh karyawan wanita dengan target harian 1 750 kg per HK. Tujuan penguntilan
adalah agar dosis pupuk yang diaplikasikan lebih akurat dan memudahkan kegiatan
ecer dan tabur pupuk di lapangan. Keakuratan timbangan untilan dan
11
meminimalisir bongkahan pupuk yang terbawa adalah dua hal yang perlu diawasi
oleh mandor dan tenaga until pupuk.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk artinya meletakkan untilan pupuk
pada tiap baris tanaman pada blok aplikasi (supply point). Tiap supply point adalah
empat baris tanaman dengan diberikan untilan pupuk sesuai kebutuhan dosis pupuk
pertanaman. Pengeceran dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pemupukan
menggunakan dump truck. Semakin cepat dan tepat pengeceran yang dilakukan,
maka semakin memudahkan penabur pupuk melaksanakan tugasnya. Cuaca hujan
dan jalan yang tergenang air sering kali menjadi masalah pekerjaan ini karena
untilan pupuk dapat hilang tercuci.
Penaburan pupuk. Pelaksanaan pemupukan dibantu dengan alat berupa
takaran tabur pupuk sesuai dosis, ember pupuk sebagai wadah untilan, dan
selendang untuk menggendong ember. Setiap dua baris tanaman membutuhkan
maksimal tiga orang, yang masing-masing bertugas satu orang sebagai pembawa
untilan pupuk dan dua orang lainnya sebagai penabur. Pupuk ditabur ke sekitar
rumpukan pelepah di antara pokok sawit dan di pasar tengah dengan tujuan
memacu pertumbuhan akar muda di daerah tersebut karena pada kelapa sawit yang
berumur 6.5 tahun panjang akar absorsinya telah mencapai 32 meter pohon-1 (Pahan
2006). Penaburan pupuk yang baik dapat dinilai dengan melihat ketipisan taburan
dan jarak taburan dengan tanah. Semakin tipis taburan, maka peluang terserap tanah
akan semakin besar dan memperkecil peluang tercuci oleh air atau menguap.
Dekatnya jarak taburan pupuk dengan tanah akan semakin mempercepat tanah
menyerap unsur hara yang terkandung pada pupuk.
a b c
d \ f
\ \ \
\
Gambar 3 Jenis hama, bentuk \serangan, dan administrasi \pengamatan hama kelapa
\ \
sawit; a) dan b) bentuk serangan dan hama\ ulat api (S.nitens); c)
\ \ \
\ formulir sensus pengamatan
\ serangan hama;\ d) dan e) hama ulat
\ kantong (Mahasena\ carbetti); f) hama tikus pohon\ (Rathus tiomanicus)
\ \ \
\ Tabel 5 Ambang
\ populasi (ekor) kritis ulat
\ api dan ulat kantong
\ \ \
\ Ulat
\ api \ Ulat kantong
\ Setora nitens Thosea \ bisura \
Kategori \ Mahasena Metisa plana
\
&Thosea & Thosea Darna trima \
serangan
\ \ \ corbetti &C.pendula
\ asigna. diducta
\ \
\ TBM TM TBM \ TM TBM TM \ TBM TM TBM TM
Ringan <3 <6 < 6 \ < 11 < 11 < 20 \ <3 <6 < 10 < 20
Sedang 3-5 6-10 6-10 \ 11-20 11-20 21-40 \ 3-5 6-10 11-20 21-40
\ \
Berat >5 > 10 > 10 \ > 20 > 20 ≥ 40 ≥5 > 10 > 20 > 40
Sumber: Vademecum pemeliharaan\ tanaman TBM dan TM Kebun Talisayan
\
\
Pengamatan hama tanaman kelapa sawit yang dilakukan di blok H-23
(afdeling 2) pada bulan Februari 2013 menunjukkan bahwa serangan ulat api
termasuk pada jenis serangan berat dengan jumlah ulat 48 ekor ulat per pelepah,
sedangkan serangan ulat kantong tergolong jenis serangan ringan dengan jumlah
ulat 1 ekor ulat per pelepah. Rekapitulasi pengamatan serangan ulat dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekaputulasi pengamatan ulat
Pengendalian Gulma
Gulma yang menjadi perhatian dalam pekerjaan budidaya kelapa sawit adalah
gulma yang berada di piringan, pasar rintis, pasar tengah, dan di sepanjang tepi
jalan utama dan koleksi. Pengendalian yang digunakan ada dua jenis, yaitu
pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma manual
13
diterapkan pada jenis gulma berkayu yang ada di area tanaman menghasilkan.
Kendala dari pengendalian manual adalah dibutuhkan tenaga kerja (TK) yang
banyak dan waktu yang relatif lama sehingga pekerjaan pemeliharaan tanaman ini
sering kali tidak diprioritaskan atau hanya ditujukan pada area yang memiliki
jumlah gulma berkayu dominan. Pengendalian gulma secara kimia adalah kegiatan
pemeliharaan tanaman menghasilkan yang rutin dilaksanakan setiap hari. Pekerjaan
ini memiliki tim khusus yang melayani semua afdeling (inti dan plasma) Kebun
Talisayan 1, dengan standar 5 ha TK-1.
Batas
Kelompok buah (%) Deskripsi
toleransi
Buah matang Brondolan telah lepas ≥ 3 butir per janjang atau ≥ 94%
maksimum brondolan telah lepas 50%, warna buah
kemerahan dan bagian dalam kulit buah berwarna
orange
Buah mentah Brondolan lepas 3 butir per janjang, buah berwarna 1%
hitam atau ungu gelap
Buah lewat matang
Brondolan telah lepas lebih dari 50% atau maksimum 5%
90%
Buah busuk atau Brondolah telah lepas lebih dari 90% 0%
empty bunch
Buah abnormal Buah gagal berkembang menjadi buah masak normal 0%
(buah partenokarpi 50%; buah batu; buah sakit; dan
buah kecila)
Buah bergagang Gagang janjang buah panjangnya berukuran lebih dari 2 0%
panjang cm
Buah lepas yang dikutip oleh pemaneng dan diletakkan 5−10%
Buah lepas di TPH
di tempat pengumpulan hasil (TPH)
Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group;aBerat janjang rata-rata
(BJR) < 3 kg
Produk
Batasan indikator
CPO Kernel
FFA (Free Fatty Acid) < 3.00% -
Moist (kadar air) < 0.20% < 7.00%
Dirt (kotoran) < 0.02% < 6.00%
DOBI (Deterioration of Bleachability Index) > 2.61 -
Rendemen >24.00% -
Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group
Saat rendemen CPO kurang dari 24% perusahaan dapat rugi karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen secara penuh dan apabila
peristiwa ini terus menerus terjadi dapat mengurangi rasa kepercayaan konsumen
dan akhirnya berpaling menjadi pelanggan CPO. Nilai DOBI adalah nilai dari
tampilan warna dari minyak kelapa sawit (MKS), nilai DOBI yang tinggi akan
mengurangi kadar kemerahan MKS karena warna minyak olahan yang lebih disukai
oleh konsumen untuk konsumsi dengan warna yang kekuningan mendekati benih
karena dinilai lebih bersih dari kotoran.
Kadar air pada CPO dan kernel yang banyak akan mengurangi rendemen
minyak yang dihasilkan sehingga apabila standarnya dilanggar akan merugikan
konsumen, sama halnya dengan kadar kotoran. Kandungan FFA dalam CPO
bervariasi tergantung umur buah yang diolah, tingkat kematangan dan kerusakan
15
buah, serta baik atau buruknya manajerial pemanenan di lapangan (potong buah dan
transpor buah).
Semakin baik manajerial panen, maka semakin menguntungkan bagi
perusahaan karena produksi ton per TBS per hektar yang tinggi (output), biaya per
kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas atau FFA
yang rendah.
Terdapat pembagian peran antara karyawan kebun dengan pabrik dalam
penjagaan kualitas hasil olahan kelapa sawit. Tugas utama personil kebun atau
lapangan adalah mengambil buah dari pokokdengan tingkat kematangan yang
sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu
yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Tugas utama bagian
pabrik adalah mengolah buah secepat-cepatnya dan menjaga kehilangan hasil
(losses), oleh karena itu diagram keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan
sasaran pengolahan dibuat (Pahan 2006), yang dapat dilihat pada Gambar4.
Aspek Manajerial
Manajerial adalah salah satu fungsi dari tim pengelola kebun yang terdiri
darimanager, asisten afdeling, mandor dan bagian administrasi.Aspek manajerial
yang dilakukan selama magang adalah manajerial tingkat afdeling. Pekerjaan
manajerial tingkat afdeling dibagi ke dalam dua tingkatanyaitu tingkat asisten
afdeling dan kemandoran, yang dibedakan dari pembagian tugas atau pekerjaan dan
besarnya tanggung jawab.
telah dibuat digunakan untuk membuat rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja
bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH). Kegiatan manajerial lainnya yang
rutin dilakukan bersama mandor adalah rapat pembentukan atau pengorganisasian
kongsi kerja per kemandoran dan lingkaran pagi yang dilaksanakan setiap hari
sebelum memulai aktivitas yang bertujuan menyampaikan informasi penting
sekaligus memberikan instruksi pekerjaan sesuai perencanaan sebelumnya.
Tanggung jawab asisten afdeling adalah membawahi mandor, krani panen, dan
krani afdeling, serta membuat laporan kegiatan harian dan bulanan.
Mutu buah yang dipanen dapat diketahui dengan cara grading buah. Hasil
grading mengelompokkan buah bermutu buruk adalah buah mentah (unripe), buah
lewat matang (over ripe), buah busuk dan atau janjang kosong (empty bunch), serta
buah abnormal. Pengujian dilakukan pada setiap kelompokmutu buah tersebut
untuk menduga dampak kenaikan kandungan Free Fatty Acid (FFA) dalam CPO.
Hubungan antara produksi buah bermutu buruk dengan kandaungan FFA dalam
CPO dapat dilihat pada Tabel 9.
Mutu buah yang buruk dapat meningkatkan kadar FFA secara signifikan saat
buah tersebut diolah menjadi CPO secara bersamaan. Berdasarkan prediksi
persamaan regresi linier (Tabel 9) kadar FFA dalam CPO akan meningkat sebesar
0.04% setiap pengolahan 1% buah buah bermutu buruk.
Peneletian sebelumnya dilakukan oleh Djoharet al. (2003) dengan
menghasilkan kesimpulan bahwa pengolahan buah busuk 1% akan meningkatkan
kandungan FFA sebesar 0.064%. Apabila dianalisis secara parsial, buah busuk dan
atau janjang kosong(empty bunch)adalah mutu buah yang memiliki pengaruh
terbesar dalam peningkatan kandungan FFA dalam CPO. Setidaknya ada dua hal
yang menyebabkan munculnya empty bunch, pertama terpanennya empty
buncholeh pemanen dan kemudian diangkut truk buah hingga ke loading ramp
PKS.
17
Kedua adalah karena buah yang dipanen tidak dapat segera diolah pada hari
yang sama (terlambat angkut) sehingga mengalami penundaan olah atau
penimbunan baik di kebun maupun di loading ramp PKS.
Peristiwa terpanen dan terangkutnya empty bunch hingga ke PKSterjadi
karena rotasi panen yang tinggi (≥6/9) sehingga buah matang pada tanamankelapa
sawit telahberubah menjadi over ripe dan empty bunch, tergantung umur
kematangan buah.Rotasi panen yang tinggi dapat meningkatkan produksi buah
dengan kematangan yang buruk atau terlalu tua bahkan sampai mengalami
pembusukan. Setiap kenaikan persentase blok dengan rotasi tinggi 1% akan
menyebabkan peningkatkan persentase buah busuk 0.33% (Djoharet al.2003).
Pembentukan FFA dalam buah dimulai dengan pecahnya dinding sel yang
mengandung minyak, sehingga enzim lipolitik yang terdapat pada protoplasma
bekerja menghidrolisis lemak dan asam lemak akhirnya dibebaskan (FFA
terbentuk). Reaksi tersebut akan berlangsung sangatcepat, akan tetapi pada buah
yang tidak luka FFA hanya naik 0.2% selama 4 hari (Mangoensoekarjo dan
Semangun 2003). Enzim lipolitik akan diinaktifkan pada suhu 60oC sewaktu
perebusan buah di PKS,dengan begitu dapat dikatakan bahwa proses pengumpulan
dan pengangkutan buah di kebun atau sebelum diolah di PKS merupakan titik kritis
timbulnya luka pada buah yang dapat mempercepat terbentuknya FFA di lapangan.
Penggunaan alat panen yang kurang bijak adalah salah satu penyebab buah
luka karena penanganan panen yang kasar. Kelapa sawit yang semakin tinggi akan
menyulitkan penggunaan dodos dalam menjangkau buah sehingga potensi adanya
buah luka lebih besar. Ketinggian kelapa sawit tergantung pada tahun tanam,
semakin tua maka semakin tinggi jangkauan panennya.
Umur tanaman berdasarkan tahun tanam di TSE 1 talah mencapai 6−8
tahun,yang berdampak pada sudut panen dengan dodos akan lebih kecil dari 45o.
Penggunaan dodos dengan sudut >45o akan menguras tenaga pemanen yang
bekerja selama 7 jam setiap harinya. Tenaga yang terkuras akan berdampak pada
konsentrasi pemanen yang menurun sehingga potensi pelukaan buah karena terkena
pisau dodos lebih besar. Penggunaan egrek atau sabit sebagai alat panen dengan
kondisi seperti ini adalah pilihan yang lebih bijak bila diterapkan. Salat satu
tujuannya adalah memudahkan tenaga panen dalam memotong buah sekaligus
meminimalisir adanya buah luka karena alat panen.
Buah luka juga diakibatkan karena buah yang busuk atau sakit. Buah sakit
disebabkan karena aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan cendawan. Salah
satu penyakit tanaman kelapa sawit adalah busuk tandan yang disebabkan oleh
cendawan Marasmius palmivorius. Tandan buah yang terserang berat oleh penyakit
ini dapat meningkatkan FFA dalam minyak (Pahan 2006). Secara perlahan aktivitas
bakteri dan cendawan mengakibatkan kerusakan pada minyak dalam buah, salah
satunya kenaikan kadar FFA dalam minyak melalui reaksi oksidasi
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Tingkat serangan penyakit busuk tandan
di Kebun Talisayan 1 relatif rendah atau tidak membahayakan secara ekonomis.
Buah rusak atau buah tidak utuh dapat disebabkan salah satunya oleh
serangan hama tikus. Serangan tikus (Rathus tiomanicus) dewasa adalah dengan
mengonsumsidaging buah (mesocarp) antara 5.94−13.70 gram hari-1ekor-1atau
setara dengan kehilangan minyak (CPO) berkisar antara 327.96−962.38 kg ha-
1
tahun-1 (Sipayung dan Thohari 1994). Serangan hama ini sudah pasti akan merusak
dinding sel buah yang selanjutnya akan memicu terjadinya reaksi hidrolisis dan
oksidasi yang merugikan, akan tetapi di Kebun Talisayan 1 serangan hama tikus
bukan menjadi prioritas utama atau masih dalam toleransi sehingga pengendalian
hayati dengan burung hantu terbilang efektif. Penanganan yang diperlukan dalam
mengendalikan aktivitas OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) setidaknya
dengan melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan tanaman kelapa sawit dan
merawat tanaman sehingga terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
merusak buah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
19
Dua penyebab rendahnya rendemen CPO yakni mutu buah olahan yang
buruk dan kehilangan hasil panen. Mutu buah buruk yang diprediksi menyebabkan
rendemen CPO rendah adalah buah mentah (unripe), buah lewat matang (over
ripe), buah busuk dan atau janjang kosong (empty bunch), buah abnormal dan buah
bergagang panjang (long stalk). Kecuali kelompok buah bergagang panjang semua
kelompok mutu buah buruk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan rendemen minyak. Hubungan antara pengolahan buah bermutu buruk
denganrendemen CPO dapat dilihat pada Tabel 10.
Kelompok empty bunchdan abnormal adalah dua kelompok mutu buah buruk
yang pengaruhnya paling besar terhadap penurunan rendemen minyak daripada
kelompok mutu buah buruk lainnya. Kelompok empty bunch adalah kelompok buah
yang telah hampir 90% brondolannya telah lepas dari tandan atau telah terserang
penyakit, artinya pengolahan buah empty bunch hanya akan menambah tonase TBS
tanpa menghasilkan tambahan rendemen minyak karena tandan kosong tidaklah
menghasilkan minyak.
Tabel 10 Hubungan presentase produksi buah bermutu buruk (unripe, over ripe,
empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan rendemen CPO pada
Januari 2012–April 2013
Empty
Unripe Over ripe Abnormal Rendemen
Bulan bunch
(%) (%) (%) (%)
(%)
Januari 12 3.851.76 15.56 5.98 1.110.99 9.152.10 25.060.56
Februari 12 5.011.67 17.245.77 1.100.73 9.372.90 24.750.51
Maret 12 2.951.63 28.8911.42 4.694.25 9.222.63 23.690.47
April 12 5.172.03 19.816.65 3.063.63 10.893.77 23.950.37
Mei 12 6.872.36 14.025.74 2.022.68 14.975.27 23.360.45
Juni 12 6.042.91 8.444.12 0.870.70 17.998.51 23.000.50
Juli 12 5.342.31 7.603.19 0.920.61 24.8011.63 22.270.95
Agustus 12 1.7819.3 6.184.47 1.211.01 23.520.59 23.520.59
Septemeber 12 5.002.65 13.357.48 4.303.49 29.2614.88 21.940.67
Oktober 12 6.373.22 6.333.40 1.040.64 27.1113.16 23.010.10
November 12 4.042.09 9.365.35 2.321.58 18.8110.04 22.840.20
Desember 12 5.442.94 12.686.95 2.612.01 15.799.23 23.330.27
Januari 13 4.492.69 17.6210.43 5.114.77 12.458.60 22.264.37
Februari 13 4.032.71 16.8311.99 7.687.64 9.728.42 21.504.31
Maret 13 4.372.95 15.099.65 7.206.72 8.928.05 22.374.49
April 13 5.933.57 15.808.01 4.884.61 9.254.50 23.610.47
Persamaan regresi linier Rendemen (%) = 25.4 – 0.07unripe+ 0.05over ripe-
0.41empty bunch- 0.08abnormal
R2 82.4%
Sumber: Laboratorium Talisayan Mill (TSM) PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
20
Buah abnormal adalah kelompok buah yang memiliki fruit set yeng rendah
atau jumlah buah partenokarpinya lebih banyak daripada buah yang jadi. Buah
partenokarpi atau buah tidak sempurna disebabkan karena penyerbukan tidak
sempurna atau tidak dapat dilakukan karena posisi buah yang terjepit oleh pelepah,
sehingga menghasilkan buah dengan kandungan minyak yang rendah serta tidak
memiliki cangkang dan endosperm (Prasetyo dan Susanto 2005).
Penurunan rendemen CPO secara signifikan disebabkan oleh pengolahan
buah bermutu buruk secara bersamaan.Setiap pengolahan 1% buah bermutu buruk
akan mengurangi rendemen minyak sebesar 0.14% (Tabel 10). Model persamaan
regresi linier dapat 82.4% (R2) menjelaskan secara tepat bahwa penurunan
rendemen CPO disebabkan karena pengolahan buah bermutu buruk, sisanya 17.6%
penurunan rendmen CPO disebabkan oleh faktor lain di luar model persamaan.
Kehilangan hasil produksi juga dapat menjadi faktor penurunan rendemen
CPO, yaitu buah lepas tidak dikutip, restan (terlambat pengangkutan), dan buah
matang tidak dipanen. Ketiga sumber kehilangan hasil tersebut dapat terjadi saat di
kebun ataupun pengangkutan. Buah tinggal atau buah matang yang tertinggal di
pokok adalah tanggung jawab pemanen dan mandor panen, apabila supervisi
berjalan dengan baik maka perilaku pemanen yang demikian dapat dicegah.
Pengutipan buah lepas yang baik mencirikan kualitas SDM yang baik pula.
Mengutip buah lepas dari dalam blok dan disusun rapi dengan alas karung di TPH
adalah tugas pemanen, sedangkan mengangkut buah lepas dari TPH ke PKS adalah
tugas dari kenek buah, sehingga penting fungsi mandor panen dan mandor transpor
untuk menjaga sikap disiplin kerja para anggotanya dalam mengutip dan
mendistribusikan buah lepas secara optimal.
Sebab-sebab lain kehilangan hasil yang diamatai di lapangan antara lain:
brondolan yang tercecer di pelepah; brondolah yang tercecer di TPH brondolan
yang tercecer di jalan koleksi atau jalan utama saat pengangkutan; dan TBS yang
terjatuh saat pengangkutan.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan perusahaan dalam meminimalisir
kehilangan hasil adalah menambah tenaga kerja untuk pengutipan brondolan dan
memberikan pengawasan ketat saat pemuatan buah dari TPH ke truk agar tinggi
tumpukan tidak terlalu tinggi.
Pemahaman akan orientasi pekerjaan bukan hanya menguntungkan secara
pribadi namun secara kolektif (pribadi dan perusahaan) penting untuk selalu
ditanamkan oleh perusahaan.Dampak sikap pemanen atau kenek buah yang kurang
disiplin mengutip buah lepas dan kurang baiknya supervisi akan menurunkan
rendemen CPO sebesar 4% (Mangoesoekarjo dan Tojib 2003). Perusahaan yang
mengutamakan kualitas akan selalu menjaga komitmen dari tiap SDM atau
karyawan yang bekerja melalui pembinaan secara rutin dan terus-menerus agar
menjadi perusahaan yang prestatif dan memiliki kualitas SDM yang baik.
Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Restan dan Pengangkutan Buah
(Hartley 1967) telah dipenuhi di Talisayan 1 Estate (TSE 1), bersamaan dengan hal
tersebut pengelola kebun yang belum siap menjadikan jalan dan jembatan yang
cocok dengan berbagai cuaca (all weather road) akan berpeluang lebih besar
memproduksi buah restan.
Besarnya pengaruh restan bervariasi bergantung dari umur buah restan,
semakin lama buah terlambat angkut atau tertimbun akan semakin memperburuk
mutu buah sekaligus meningkatkan kandungan FFA dalam CPO. Berikut adalah
hasil uji laboratorium berbagai umur restan dengan kenaikan FFA (Tabel 11).
Koefisien regresi 0.94 mengandung pengertian bahwa setiap umur restan
bertambah 1 hari (24 jam), maka FFA akan meningkat sebesar 0.94%. Model ini
memiliki nilai R2 85.4%, artinya 84.5% kenaikan FFA hampir tepat disebabkan
oleh umur restan dan 15.5% penyebab sisanya tidak dijelaskan pada model
persamaan ini. Kanaikan FFA dalam model ini berlaku untuk buah masak yang
terlambat angkut, karena ≥98% target panen adalah buah masak. Kriteria buah
masak berdasarkan kebijakan perusahaan adalah buah telah membrondol 1 (satu)
buah.
Tabel 11 Pengaruh umur restan terhadap kandungan FFA dalam CPO
FFA (%)
Umur restan (hari) Rataan FFA (%)
1 2 3
0 1.92 1.66 - 1.79 0.18
1 2.25 2.25 2.37 2.29 0.07
2 3.75 2.55 - 3.15 0.85
3 7.53 - - 7.35 0.00
4 9.29 6.27 8.96 8.17 1.66
5 6.78 9.89 10.73 9.13 2.08
6 7.55 8.22 13.54 9.77 3.28
7 10.51 9.15 8.14 9.27 1.19
8 16.89 17.13 10.43 14.82 3.80
9 - - - -
10 10.84 10.60 9.68 10.37 0.61
11 13.75 9.95 13.13 12.28 2.04
12 16.54 15.80 13.70 15.35 1.47
13 11.89 11.43 18.64 13.99 4.04
14 9.78 18.66 18.56 15.67 5.10
Persamaan regresi linier FFA (%) = 3.079 + 0.94 Umur Restan
R2 84.1%
Sumber: Data primer uji laboratorium PKS TSM PT Tanjung Buyu Perkasa
Plantation
Kenaikan kandungan FFA akan bervariasi apabila buah restan berasal dari
buah mentah atau lewat masak, oleh karenanya penting menyesuaikan faktor cuaca
dengan prasarana kebun sehingga dapat menekan restan.Kebun Talisayan 1
memiliki topografi yang datar sehingga faktor kemiringan lereng tidak menjadi
masalah yang berarti dan tidak pula berpotensi menambah produksi restan. Akan
tetapi, salah satu kebun yang mengolah buahnya di TSM adalah Biatan Estate
(BTE). BTE memiliki kemiringan lahan dengan lereng berbukit atau topografi yang
22
curam sehingga apabila kondisi ini dikombinasikan dengan cuaca yang bercurah
hujan tinggi, maka secara langsung akan menambah jumlah buah restan (Djohar et
al. 2003).Restan dapat menurunkan kualitas fraksi atau mutu buah karenaterjadinya
penundaan pengolahan buah baik di TPH maupun di loading ramp PKS (Hidayat
2009).
Waktu pengangkutan berhubungan dengan waktu simpan buah di bak truk
dan berkorelasi positif pada suhu dalam bak. Kombinasi waktu simpan dan
kenaikan suhu (menjadi suhu kamar) akan menurunkan mutu minyak yang
terkandung dalam buah. Salah satu pemicunya adalah aktivitas oksidasi yang terjadi
pada suhu tinggi. Oksidasi akan mengakumulasi peroksida sebagai penyebab
kerusakan utama minyak (ketengikan) karena minyak dibiarkan di udara dan
semakin bertambah dengan kenaikan suhu (Ketaren 1986). Oksidasi menjadikan
trigliserida tak jenuh berikatan dengan oksigen di udara sehingga menghasilkan
senyawa aldehida dan keton. Kedua senyawa ini tidak disukai karena menyebabkan
ketengikan (Pahan 2006).Ketengikan diartikan sebagai kerusakan atau perubahan
bau dan rasa dalam lemak atau bahan pangan berlemak seperti CPO (Ketaren
1986).
Kerusakan ini tidak berdampak signifikan karena terjadi secara perlahan,
namun semakin besar apabila buah telah mengalami pelukaan. Suhu kamar juga
memberikan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan mikroorganisme yang
bersifat kontaminan dan mempercepat pembusukan buah. Aktivitas
mikroorganisme (bakteri dan cendawan) juga dipicu dari kotoran seperti tanah dan
serasah dari kebun yang terikut bersama buah lepas. Kedua aktivitas ini dapat
meningkatkan kandungan FFA dalam CPO bahkan penyebab bau tengik, perubahan
warna minyak, penurunan kandungan vitamin dan asam lemak esensial (Pahan
2006). Usaha menekan agar waktu selama proses panen sampai sterilisasi di PKS
sesingkat mungkin dilakukan dalam rangka memproduksi CPO dengan kandungan
FFA rendah (Hartley 1967).
Banyaknya tempat pengumpulan hasil (TPH) liar atau TPH berjumlah di atas
standar (≥ 1.4 TPHha-1) dapat memperpanjang waktu pengangkutan.Efektivitas
pengangkutan buah dilihat dari semakin singkatnya waktu yang dihabiskan untuk
pengangkutan buah dari TPH ke loading ramp PKS. Semakin lambat pengumpulan
buah baik dari TPH keloading ramp PKS dapat menjadi faktor yang mempercepat
pembentukkan FFA (Hidayat 2009). Kebijakan perusahaan yang tidak membatasi
jam kerja karyawan (7 jam) kenek muat buah, sebetulnya dapat meminimalisir
jumlah buah restan. Apabila situasi tersebut dioptimalkan denganbaik, efektivitas
waktu pengangkutan dapat meningkatkan kualitas FFA sekaligus meningkatkan
prestasi kerja dan penghasilan kenek buah apabila dapat dilaksanakan dengan baik
dan efektif. Dengan begitu memelihara kondisi kebersihan TPHdan jumlah TPH
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan adalah salah satu cara penghematan
waktu angkut buah (efektivitas pengangkutan buah) dalam rangka menekan FFA
serendah mungkin(Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
23
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat MA. 2009. Analisis konsistensi mutu dan rendemen crude palm oil (CPO)
di pabrik kelapa sawit Tanjung Seumantoh PTPN I Nanggroe Aceh
Darussalam [skripsi]. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara
Kartasapoetra GA. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID): UI
Pr.
Lux Innovation. 2008. Ishikawa diagram=cause and effect diagram. Lux Innovation
[Internet]. [diunduh 2013 Mei 31]. Tersedia pada:
http://www.innovation.public.lu/en/ir-entreprise/techniques-gestion-
innovation/resolution-problem/080825-Diagramme-d_Ishikawa-verse-eng.pdf
Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Mangoensoekarjo S, Tojib A.T, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
University Pr.
Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2012. Marihat klon-pilihan terbaik kelapa sawit
[internet]; [diunduh pada: 2013 sep 20]. Klon. Tersedia pada:
http://www.iopri.org/download/finish/8/64.html
Presetyo AE, Susanto A. 2005. Fruits set kelapa sawit dengan teknik hatch-carry
Elaedobius kamerunicus [ulasan]. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.
Said M. 2013. Kebun Topaz 250 Hektare Produksi Bibit Sawit [Internet]; [diunduh
pada: 2013 Agustus 30]. Berita. Tersedia pada:
http://www.antarariau.com/berita/26931/kebun-topaz-250-hektare-produksi-
bibit-sawit
Sipayung A, Thohari M. 1994. Penelitian pengembangan burung hantu Tytoalba
dalam perkebunan kelapa sawit. Buletin PPKS.1:97−104
Socfin Indonesia. 2013. Apa varietas benih kelapa sawit yang dikeluarkan oleh PT
Socfin Indonesia? [internet]; [diunduh pada: 2013 Sep 20]. Pertanyaan &
Jawaban. Tersedia pada: http://www.socfindo.co.id/?q=node/68
Surtikanti. 2011. Bioekologi burung hantu (Tyto alba) sebagai predator
tikus.Seminar dan Pertemnuan Tahunan XXI PEL PFI Komda Sulawesi
Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan[Internet]. [7 Juni 2011 di Sulawesi Selatan]. Sulawesi Selatan (ID):
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. hlm 72−75; [diunduh 2013
Agustus 8]. Tersedia pada:http://www.arsipbalitsereal.net/wp-
content/uploads/2013/02/10 Surtikanti-Bioekologi-predator-tikus-Tyto-
alba.pdf
Wahyudi A. 2012. Produksi CPO Indonesia Terbesar di Dunia [Internet]; [diunduh
pada: 2013 Oktober 11] . Berita. Tersedia pada:
http://www.bumn.go.id/ptpn8/publikasi/berita/produksi-cpo-indonesia-
terbesar-di-dunia/
Wiyono. 2013. Hasrat menguasai pasar minyak sawit. Info Sawit. Rubrik Opini.
7(1):12−1
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1 Uraian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
Prestasi kerja penulis Lokasi
Tanggal Uraian kegiatan
Penulis Karyawan Standar
11 Feb Orientasi kebun - - - Afdeling 2
Panen & pengangkutan 177 TBS 125 TBS
12 Feb - H-224
buah HK-1 HK-1
107 TBS 90 TBS
13 Feb Panen - G-23
HK-1 HK-1
136 TBS 125 TBS
14 Feb Panen - G-23
HK-1 HK-1
90 TBS
15 Feb Panen & studi pustaka - - G-22
HK-1
Training
16 Feb Sudi pustaka - - -
center
17 Feb Libur - - - -
125 TBS G-16, G-
18 Feb Panen - -
HK-1 17
125 TBS G-11, G-
19 Feb Panen - -
HK-1 12
20 Feb Taksasi harian 4 jam 4 jam 7 jam J-21, J-22
125 TBS
21 Feb Panen - - I-22, I-23
HK-1
Pengendalian gulma I-7, I-8, I-
22 Feb 0.25 ha 4.5 ha 4.5 ha
(kimiawi) 9
Training
23 Feb Studi pustaka - - -
center
24 Feb Libur - - - -
Kunjungan ke PKS & Talisayan
25 Feb - - -
laboratorium Mill
Sensus hama ulat api,
26 Feb 5.5 jam 5.5 jam 7 jam H-23
kantong, dan tikus
200
Pemeriksaan mutu buah 17 pohon, 4 17 pohon, 4 G-22, G-
27 Feb pohon, 10
& hancak panen TPH TPH 23
TPH
200
Pemeriksaan mutu buah 108 pohon, 108 pohon,
28 Feb pohon, 10 G-17
& hancak panen 10 TPH 10 TPH
TPH
Penguntilan pupuk 30 karung 30 karung Gudang
1 Mar -
anorganik HK-1 HK-1 pupuk
Training
2 Mar Studi pustaka - - -
center
3 Mar Libur - - - -
Pemupukan anorganik
4 Mar - - - H-11, H12
(urea)
Gudang
5 Mar Penguntilan pupuk - - -
pupuk
6 Mar Pengeceran pupuk 1 blok 3 blok 3 balok I-8 (afd 1)
Sensus hama ulat api, I-12 (afd
7 Mar 4 jam 4 jam 7 jam
kantong, dan tikus 1)
27
Lanjutan (Lampiran 1)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
Sensus hama ulat api,
8 Mar 2 jam 4 jam 7 jam I-23
kantong, dan tikus
9 Mar Libur - - - -
10 Mar Libur - - - -
Training
11 Mar Studi pustaka - - -
center
Lanjutan (Lampiran 2)
Lanjutan (Lampiran 3)
Lab.
Analisis kandungan FFA
25 April - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
26 April - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
27 April - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
28 April Libur - - - -
Lab.
Analisis kandungan FFA
29 April - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
30 April - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
1 Mei - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
2 Mei - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
3 Mei - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
Lab.
Analisis kandungan FFA
4 Mei - - 7 jam Talisayan
dalam CPO
Mill
5 Mei Libur - - - -
Pemeriksaan mutu buah H-20, H-
6 Mei 1 orang 20 ha 5 jam
dan hancak panen 21
7 Mei Administrasi afdeling - - 7 jam Kn. Afd 2
30
Lanjutan (Lampiran 3)
Kantor afd
14 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
Kantor afd
15 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
I-20 dan
Pemantauan burung hantu
16 Mei 3 orang 30 ha 9 jam Loading
dan grading buah
ramp PKS
Kantor afd
17 Mei Administrasi afdeling - - 6 jam
2
18 Mei Libur - - - -
19 Mei Libur - - - -
Kantor afd
20 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
Kantor afd
21 Mei Administrasi afdeling - - 9 jam
2
Kantor afd
22 Mei Administrasi afdeling - - 9 jam
2
Kantor afd
23 Mei Administrasi afdeling - - 10 jam
2
Kantor afd
24 Mei Administrasi afdeling - - 6 jam
2
25 Mei Libur - - - -
26 Mei Libur - - - -
27 Mei Refresing ke biduk-biduk - - - -
Kantor afd
28 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
Kantor afd
29 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
Kantor afd
30 Mei Administrasi afdeling - - 8 jam
2
-
31 Mei Persiapan presentasi hasil - - -
31
Lanjutan (Lampiran 3)
Tahun
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM
Januari 11 416 11 271 12 505 13 385 14 298
Februari 16 272 10 333 12 132 12 254 8 101
Maret 21 335 12 208 8 57 14 295 25 214
April 13 184 14 250 8 105 12 230 11 242
Mei 4 54 7 108 10 99 6 207 10 115
Juni 11 270 3 25 8 53 6 207 4 162
Juli 16 107 3 51 13 170 4 63 3 217
Agustus 8 114 6 72 12 102 2 61 3 71
September 6 96 - - 17 282 5 129 3 89
Oktober 10 233 5 51 13 262 14 481 12 121
November 18 370 20 228 13 290 6 149 19 443
Desember 14 303 9 106 13 208 6 232 18 423
Total 154 2 753 100 1703 139 2 266 100 2 536 130 2 494
Rataan hari hujan (hari) 125
Rataan curah hujan (mm) 2 350
Bulan basah (BB) 10 7 9 10 10
Bulan kering (BK) 1 3 2 - -
a
Q Rataan jumlah BK / Rataan jumlah BK X 100% = 1.2 / 9.2 X 100% = 13% (tipe A: sangat basah)
Sumber: Data sekunder Kebun Talisayan 1, HH (Hari Hujan) dan MM (satuan milimeter untuk volume curah hujan); aklasifikasi tipe iklim Schimidt-Fergusson
untuk komoditas perkebunan; BK: < 60 mm, BB: > 100 mm; 0 < Q < 14.3 (tipe A/sangat basah); 14.3 < Q < 33.3 (tipe B/basah); 33.3 < Q < 60 (tipe C/agak
basah); 60 < Q < 100 (tipe D/sedang); 100 < Q < 167 (tipe E/agak kering); 167 < Q < 300 (tipe F/kering); 300 < Q < 700 (tipe G/sangat kering); Q > 700 (tipe
33
H/ekstrim)
29
34
Lampiran 9 Peta Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
Lampiran 10Struktur organisasi Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu PerkasaPlantationtahun 2012
Manager
Asisten kepala
35
RIWAYAT HIDUP