Anda di halaman 1dari 1

Nama : Immanuella Zetra Henidio Adhitama

Instansi : Universitas Budi Luhur


Prodi : Kriminologi
Gender and Self Love Issues
Pada kodratnya, manusia memang diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan. Namun,
di sisi lain manusia itu dalam merefleksikan dirinya. Sehingga di zaman sekarang ini banyk kita
temui orang-orang yang berbeda. Menurut saya, hal itu bukanlah suatu tindakan kriminal karena
tidak ada hak-hak asasi manusia lainnya yang dilanggar. Gender juga merupakan wujud kita
mencintai diri sendiri. Ada pepatah mengatakan, “Cintai diri sendiri lebih dahulu, barulah kami
bisa mencintai oranglain.” Sebagai manusia, tidak ada dari kita yang diciptakan seiras, bahkan
seorang yang kembar pun memiliki perbedaan. Maka dari itu, cara masing-masing orang
mencintai dirinya pun berbeda beda dan tidak ada yang salah dengan itu. Namun, mengapa
masih diperdebatkan? Bukankah ini diri kita? Tubuh kita? Pikiran kita? Perasaan kita? Apa yang
ada didalam diri kita hanya diri kita sendiri yang tahu. Lalu mengapa ketika seseorang
merefleksikan dirinya berbeda dari orang lain itu dipermasalahkan? Bukankah perbedaan itu
yang menjadikan kita lebih berwarna di dalam hidup ini.
Menurut saya, menjadi berbeda dalam merefleksikan diri bukanlah sebuah kesalahan.
Mereka yang tidak membiarkan perbedaan itu menjadi satu kesatuan adalah hal yang salah. Balik
lagi ke awal, walaupun caranya berbeda namun kita semua sama-sama manusia. Sebagai
manusia kita harus memanusiakan manusia lainnya. Seandainya dunia memahami kata-kata ini
saja, pastilah tidak ada lagi permusuhan. Menurut saya, terlalu banyak hal yang di cap tabu oleh
sebagian orang. Misalnya, self love dianggap egois, lalu pergi ke psikiater dianggap gila, dan
mempelajari seks dianggap tidak senonoh. memang semua hal memiliki dampak positif dan
negatif, tetpi baiklah kita dapat memilah untuk mengambil sisi positifnya dan sisi negatifnya
dijadikan pengetahuan agar tidak terjerumus.
Sejujurnya, saya memiliki teman-teman yang merefleksikan dirinya sebagai LGBTQ.
Namun, itu bukan masalah bagi saya, tetapi menjadi masalah bagi orang lain. Ada yang
mengatakan bahwa LGBTQ adalah penyakit yang menular, sebaiknya dijauhi agar tidak
terkontaminasi menjadi bagian dari LGBTQ juga. Tetapi saya tetap berteman dengan mereka,
bahkan saya mengagumi mereka karena perilaku mereka lebih mencerminkan sisi manusia bagi
saya. Mereka menerima diri saya apa adanya, dan saya menerima mereka sebagaimana manusia
lainnya. saya memandang mereka dari segi kemanusiaan yang mereka cerminkan, bukan dari
gender mereka. Tidak sekalipun mereka mengajak saya untuk menjadi sama dengan mereka,
tidak pernah. Menurut saya mereka hanya ingin diterima sebagaimana manusia. Bukan
diperlakukan semena-mena hanya karena berbeda, karena mereka juga manusia yang hidupnya
setara dengan manusia lainnya.

Anda mungkin juga menyukai