Anda di halaman 1dari 5

1

I. PENDAHULUAN
Bhabinkamtibmas adalah anggota kepolisian yang ditunjuk selaku pembina
keamanan dan ketertiban masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
Bhabinkamtibmas adalah terwujudnya situasi kamtibmas yang mantap dan dinamis
dalam rangka mengamankan dan menyukseskan pembangunan nasional. Sedangkan
yang dimaksud dengan kamtibmas adalah suatu kondisi dinamis masyarakat yang
ditandai oleh terjaminnya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat, yang merupakan salah satu prasyarat terselenggaranya proses
pembangunan nasional.
Bhabinkamtibmas sebagai petugas pelaksana Unit Binmas Polsek memiliki tugas
dan peran yang tidak ringan, dengan segala keterbatasan yang dimiliki selain
mengemban fungsi preemtif yang dikombinasikan sebagai Petugas Polmas dalam
implementasi Perpolisian Masyarakat harus berhadapan langsung dengan heterogenitas
masyarakat dalam suatu komunitas setingkat Desa/Kelurahan. Untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban di masyarakat memang perlu ada koordinasi dan partisipasi
dari semua pihak antara lain pemerintah, instansi samping TNI dan pihak Kepolisian
yang punya wewenang sangat besar dalam memberikan perlindungan, penganyoman
dan pelayanan kepada masyarakat serta tidak kalah pentingnya adalah partisipasi
masyarakat itu sendiri. Hal itu bisa terwujud apabila Polri terutama Bhabinkamtibmas
turun langsung kemasyarakat sehingga peranan Bhabinkamtibmas betul-betul dapat
dirasakan dan mampu meningkatkan pelayanan masyarakat.
Usaha-usaha Polri dalam menciptakan ketertiban dan keamanan dengan
menerapkan konsep yang berpola pada masyarakat dewasa ini dapat dilihat sebagai
ujung tombak polisi, karena secara langsung petugas kepolisian berhubungan dengan
warga komunitas atau warga kelurahan setempat atau dengan kelompok-kelompok
sosial setempat dan dengan umum (public) dimana dia bertugas. Anggota polisi yang
menjalankan tugasnya dengan pendekatan kemasyarakatan harus membangun
hubungan baik dan kemitraan yang tulus dan saling menguntungkan dalam
menciptakan rasa aman warga dan suasana keamanan lingkungan hidup setempat. Salah
satu peran Bhabinkamtibmas adalah sebagai mediator. Mediator dalam menjalankan
perannya hanya memiliki kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan
2

proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak memiliki


kewenangan dan peran menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan, ia
hanya menjaga bagaimana proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan
kesepakatan (agreement) dari para pihak. dan fasilitator dalam penyelesaian
permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat
Melalui pendekatan problem solving yang diterapkan oleh Bhabinkamtibmas
dalam menyelesaikan setiap masalah sosial khususnya terjadi di Desa, , kelurahan atau
Kecamatan yang menjadi wilayah binaannya. Dimana Bhabinkamtibmas memposisikan
diri sebagai mediator atau fasilitator, hal ini terlihat dari penawaran awal yang
diberikan kepada para pihak yakni apakah ingin diproses sesuai ketentuan hukum atau
diselesaikan secara musyawarah demi mencapai kesepakatan yang baik dan bermanfaat
bagi semua pihak. Bhabinkamtibmas menghimbau kepada kedua belah pihak agar
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan musyawarah dan membuat surat
pernyataan untuk berdamai dan tidak saling dendam atas kejadian tersebut.
Bhabinkamtibmas tidak memaksakan kehendak kepada kedua belah pihak dan siap
mengantarkan apabila para korban atau pelapor untuk menuangkan laporan polisi di
Kantor Kepolisian Sektor (Polsek). Dalam hal ini Babinkamtibmas berperan sebagai
mediator maupun fasilitator dalam mengimplementasikan Perpolisian Masyarakat.

II. FAKTA-FAKTA
Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
pada Bab III Pasal 13 disebutkan bahwa Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dan rumusan tugas pokok
Polri tersebut dapat tersirat bahwa tugas Kepolisian selain sebagai institusi negara yang
bertugas dalam bidang pelayanan jasa keamanan, perlindungan hukum, tetapi juga
bekerja dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang mengedepankan tugas
kemanusiaan
Pemolisian Masyarakat (community Policing) yang selanjutnya disebut Polmas
adalah suatu kegiatan untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan
masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan
keamanan dan ketertiban masyarakat di lingkungan serta menemukan pemecahan
masalahnya
Berdasarkan Pasal 16 ayat (8) Perkap Nomor 1 tahun 2021 tentang Pemolisian
Masyarakat, menyebutkan bahwa salah satu tugas pemolisian masyarakat adalah
3

Membantu penyelenggaraan fungsi Reserse Kriminal sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) huruf d, terdiri atas:
1. menyelesaikan perkara ringan atau pertikaian antar warga;
2. mengembangkan informasi yang dibutuhkan oleh Kepolisian Sektor/Kepolisian
Resor dalam pengungkapan kasus kejahatan termasuk mencari/menghadapkan
tersangka/saksi/barang bukti; dan
3. menerima informasi/laporan/pengaduan tentang terjadinya tindak pidana.
4. Perkara ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, sesuai dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur mengenai:
a. pelanggaran terhadap ketertiban umum;
b. tindak pidana ringan, terdiri atas:
1) penganiayaan ringan terhadap hewan;
2) penganiayaan ringan terhadap manusia;
3) pencurian ringan;
4) penggelapan ringan;
5) penipuan ringan;
6) penadahan ringan; dan
7) penghinaan ringan, yang diancam dengan pidana penjara atau
kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau yang menyebabkan kerugian
materiel paling banyak Rp. 2.500.000,-
5. Dalam penyelesaian perkara ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf b,
dibuat Surat Kesepakatan Bersama

III. PROBLEM SOLVING YANG DIHARAPKAN


Seiring dengan berkembangnya permasalahan perkara pidana di Indonesia, maka
sangat diperlukan suatu bentuk penyelesaian yang lebih mengedepankan keadilan
subtansial. Keadilan substansial ini akan menjamin hak-hak para pihak, serta
mengembalikan harmonisasi sosial di masyarakat. Begitu juga terkait permasalahan
hukum atau konflik sebagaimana konflik dapat menyebabkan kesengsaraan jiwa yang
mendalam. Suatu hubungan yang menawarkan peluang yang cerah bagi kedua belah
pihak dapat saja berubah menjadi buruk karena konflik tidak dikendalikan secara
efektif. Keluarga dapat menjadi hancur, perkawinan retak, dan kondisi kejiawaan anak-
anak menjadi terancam. Pada tingkat yang lebih mendalam, konflik dapat
4

memperburuk suatu hubungan dan menyebabkan keretakan hubungan yang terjadi di


lingkungan masyarakat Desa
Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang akan senantiasa melekat di
dalam kehidupan masyarakat dan oleh karenanya tidak mungkin dilenyapkan. Oleh
karena itu perkelahian antar warga desa hanya bisa dikendalikan agar konflik yang
terjadi diantara berbagai kekuatan sosial. Seperti kasus terjadinya konflik atau
pertikaian yang menyebabkan timbulnya kejahatan seperti penganiayaan dan
penganiayaan ringan antar remaja Desa walau tidak menimbulkan korban jiwa,
melainkan hanya luka-luka kecil, atau serius terbukti menimbulkan keresahan bagi
seluruh warga masyarakat desa. Hal ini disebabkan karena perkelahian antar remaja
yang dampak psikologis adalah keadaan trauma, kondisi kejiwaan mereka dalam
keadaan sangat mengenaskan, akibatnya merasa panik, trauma, serta tercekam dalam
ketakutan. Dan dampak sosiologis perkelahian itu yaitu pertama kerugian fisik seperti
cedera. Oleh karenya, untuk mengatasi konflik tersebutPembina keamanan
(Bhabinkamtibmas) Desa beserta Pemerintah Desa Bunder menggunakan metode
pendekatan problem solving
Metode pendekatan problem solving adalah Melaksanakan konsultasi, mediasi,
negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam harkamtibmas dan pemecahan
masalah kejahatan dan sosial adapun Mekanisme penyelesaian perkara berdasarkan
Metode pendekatan problem solving adalah didasarkan pada musyawarah mufakat
dimana para pihak diminta berkompromi untuk mencapai sebuah kesepakatan. Setiap
individu diminta untuk mengalah dan menempatkan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi demi menjaga keharmonisan bersama. Penyelesaian perkara
dengan Metode pendekatan problem solving ini lebih dikenal dengan pendekatan atau
konsep keadilan restoratif dimana dalam penyelesainnya lebih menitikberatkan pada
adanya partisipasi langsung baik dari pihak yang merugikan (pelaku) dan yang
dirugikan (korban) dan masyarakat dalam proses penyelesaian perkara. Di samping itu
konsep keadilan restoratif lebih menekankan kepada nilai keseimbangan, keselarasan,
harmonisasi, kedamaian, ketentraman, persamaan, persaudaraan, dan kekeluargaan
dalam masyarakat daripada penghukuman atau pemenjaraan. Upaya penyelesaian
perkara yang dilakukan dengan cara ini tidak hanya menyelesaikan permasalahan yang
timbul tetapi lebih dalam dari itu konsep penyelesaian perkara dengan menggunakan
pendekatan keadilan restorative.
5

Naka secara sederhana untuk penyelesaian perkara pada tingkat desa yang
melibatkan beberapa orang, atau beberapa kelompok, dengan metode pendekatan
problem solving kedepan, dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan problem solving babhimkamtibmas agar melapor dulu ke
Kapolsek dimana babhimkamtibmas bertugas;
2. Mengupayakan penanganan kasus pidana yang mempunyai kerugian materi kecil,
penyelesaiannya dapat diarahkan melalui konsep ADR;
3. Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus disepakati oleh
pihak-pihak yang berperkara yaitu mewajibkan Surat Kesepakatan/surat
Pernyataan/ surat perdamaian bersama harus ditanda tangani oleh kedua belah
pihak, keluarga, menyertakan RT/RW setempat termasuk tokoh masyarakat
setempat dan Kepala desa/Kades setempat, namun apabila tidak terdapat
kesepakatan baru diselesaikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku secara
profesional dan proporsional;
4. Mensosialisasikan Surat Kesepakatan/surat Pernyataan/surat perdamaian bersama
yang telah ditanda tangani Ke masyarakat Desa dimana yang bersengketa
bertempat tinggal.
5. Mengirimkan Surat Kesepakatan/surat Pernyataan/surat perdamaian bersama
yang telah ditanda tangani hasil Problem Solving ke aparatur negara sampai pada
tingkat kecamatan/kodim/polsek;
6. Jika dipandang perlu mempublikasikan hasil Problem solving ke media lokal
seperti koran atau radio
7. Penyelesaian kasus pidana dengan menggunakan ADR harus menghormati norma
sosial/adat serta memenuhi azas keadilan;
8. Memberdayakan anggota Polmas dan memerankan FKPM yang ada di wilayah
masing- masing untuk mampu mengindentifikasi kasuskasus pidana yang
mempunyai kerugian materiil kecil dan memungkinkan untuk diselesaikan
melalui konsep ADR;
9. Untuk kasus yang telah dapat diselesaikan melalui konsep ADR agar tidak lagi
disentuh oleh tindakan hukum lain yang kontra produktif dengan tujuan Polmas.

Anda mungkin juga menyukai