Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
T R A N S F O R M AT O R T E N A G A
Dokumen nomor : PDM/PGI/01:2014
PT PLN (PERSERO)
Jl Trunojoyo Blok M I/135
JAKARTA
NOMOR : PDM/PGI/01:2014
DOKUMEN Lampiran Surat Keputusan Direksi
PT PLN (PERSERO)
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun
2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014)
Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
TRAFO TENAGA
DAFTAR ISI
i
TRAFO TENAGA
ii
TRAFO TENAGA
iii
TRAFO TENAGA
DAFTAR GAMBAR
iv
TRAFO TENAGA
v
TRAFO TENAGA
Gambar 3-2 Flow chart tindak lanjut berdasarkan hasil pengujian DGA .......................... 72
Gambar 3-3 Gas-gas kunci dari hasil pengujian DGA ..................................................... 74
Gambar 3-4 Segitiga Duval ............................................................................................. 76
Gambar 3-5 Tipikal bentuk sinyal hasil pengujian yang terindikasi partial discharge ....... 85
Gambar 3-6 Pulse phase AE ........................................................................................... 86
Gambar 3-7 Pulse phase HFCT ...................................................................................... 86
vi
TRAFO TENAGA
DAFTAR TABEL
vii
TRAFO TENAGA
viii
TRAFO TENAGA
DAFTAR LAMPIRAN
ix
TRAFO TENAGA
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi
kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan
aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk
kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan
manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor
pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan
beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan
Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25
buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah
ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010.
Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan
pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan
perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus
disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang
terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana,
pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para
pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan
pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan
stakeholder serta masyarakat Indonesia.
DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
x
TRAFO TENAGA
TRAFO TENAGA
1 PENDAHULUAN
Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan belitan yang terdiri dari
2 atau lebih belitan, secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan
tegangan) sistem AC ke sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC
60076 -1 tahun 2011). Trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum hukum
ampere dan induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat
membangkitkan medan magnet dan perubahan medan magnet / fluks medan magnet
dapat membangkitkan tegangan induksi.
Arus AC yang mengalir pada belitan primer membangkitkan flux magnet yang mengalir
melalui inti besi yang terdapat diantara dua belitan, flux magnet tersebut menginduksi
belitan sekunder sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial /
tegangan induksi (Gambar 1-1) .
1
TRAFO TENAGA
Trafo pembangkit
Trafo distribusi
Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux yang timbul akibat induksi arus bolak
balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi kembali ke
kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan – lempengan besi tipis berisolasi dengan
maksud untuk mengurangi eddy current yang merupakan arus sirkulasi pada inti besi
hasil induksi medan magnet, dimana arus tersebut akan mengakibatkan rugi - rugi
(losses).
Belitan terdiri dari batang tembaga berisolasi yang mengelilingi inti besi, dimana saat arus
bolak balik mengalir pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan
menimbulkan flux magnetik.
2
TRAFO TENAGA
1.3.3 Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan luar. Bushing
terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank trafo.
Secara garis besar bushing dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu:
1. Isolasi
Berdasarkan media isolasi bushing terbagi menjadi dua (IEC 60137 tahun 2008) yaitu:
a. Bushing kondenser
3
TRAFO TENAGA
Bushing tipe RBP adalah teknologi bushing kondenser yang pertama dan
sudah mulai ditinggalkan
Pada tipe OIP isolasi yang digunakan adalah kertas dan minyak yang
merendam kertas isolasi
Pada tipe RIP isolasi yang digunakan adalah kertas isolasi dan resin.
Di dalam bushing kondenser terdapat banyak lapisan kapasitansi yang disusun secara
seri sebagai pembagi tegangan. Pada bushing terdapat dua kapasitansi utama yang
biasa disebut C1 dan C2. C1 adalah kapasitansi antara konduktor dengan tap bushing,
dan C2 adalah kapasitansi dari tap bushing ke ground (flange bushing). Dalam kondisi
operasi tap bushing dihubungkan ke ground, sehingga C2 tidak ada nilainya ketika
bushing operasi.
4
TRAFO TENAGA
Gambar 1-7 Kertas isolasi pada bushing (oil impregnated paper bushing)
b. Bushing non-kondenser.
2. Konduktor
Terdapat jenis – jenis konduktor pada bushing yaitu hollow conductor dimana terdapat
besi pengikat atau penegang di tengah lubang konduktor utama, konduktor pejal dan
flexible lead.
3. Klem Koneksi
Klem koneksi merupakan sarana pengikat antara stud bushing dengan konduktor
penghantar di luar bushing.
5
TRAFO TENAGA
4. Asesoris
Asesoris bushing terdiri dari indikasi minyak, seal atau gasket dan tap pengujian. Seal
atau gasket pada bushing terletak di bagian bawah mounting flange.
6
TRAFO TENAGA
1.3.4 Pendingin
Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan
jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi
akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo. Oleh karena itu pendinginan yang
efektif sangat diperlukan.
Minyak isolasi trafo selain merupakan media isolasi juga berfungsi sebagai pendingin.
Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan akan dibawa oleh minyak
sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan pada sirip – sirip radiator. Adapun proses
pendinginan ini dapat dibantu oleh adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan
efisiensi pendinginan.
Media
1 AN Udara
2 AF Udara
7
TRAFO TENAGA
Media
Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada trafo, minyak isolasi akan memuai sehingga
volumenya bertambah. Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, maka minyak
akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk
menampung minyak pada saat trafo mengalami kenaikan suhu.
8
TRAFO TENAGA
Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konservator akibat pemuaian dan
penyusutan minyak, volume udara di dalam konservator pun akan bertambah dan
berkurang. Penambahan atau pembuangan udara di dalam konservator akan
berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi trafo tidak terkontaminasi oleh
kelembaban dan oksigen dari luar (untuk tipe konservator tanpa rubber bag), maka udara
yang akan masuk kedalam konservator akan difilter melalui silicagel sehingga kandungan
uap air dapat diminimalkan.
Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan langsung dengan udara luar,
maka saat ini konservator dirancang dengan menggunakan breather bag/ rubber bag,
yaitu sejenis balon karet yang dipasang di dalam tangki konservator.
9
TRAFO TENAGA
Silicagel sendiri memiliki batasan kemampuan untuk menyerap kandungan uap air
sehingga pada periode tertentu silicagel tersebut harus dipanaskan bahkan perlu
dilakukan penggantian. Dehydrating Breather merupakan teknologi yang berfungsi untuk
mempermudah pemeliharaan silicagel, dimana terdapat pemanasan otomatis ketika
silicagel mencapai kejenuhan tertentu.
Minyak isolasi pada trafo berfungsi sebagai media isolasi, pendingin dan pelindung belitan
dari oksidasi. Minyak isolasi trafo merupakan minyak mineral yang secara umum terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu parafinik, napthanik dan aromatik. Antara ketiga jenis minyak
dasar tersebut tidak boleh dilakukan pencampuran karena memiliki sifat fisik maupun
kimia yang berbeda.
10
TRAFO TENAGA
Isolasi kertas berfungsi sebagai isolasi, pemberi jarak, dan memiliki kemampuan mekanis.
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang dinilai sebagai
kualitas tegangan. Trafo dituntut memiliki nilai tegangan output yang stabil sedangkan
besarnya tegangan input tidak selalu sama. Dengan mengubah banyaknya belitan
sehingga dapat merubah ratio antara belitan primer dan sekunder dan dengan demikian
tegangan output/ sekunder pun dapat disesuaikan dengan kebutuhan sistem berapapun
tegangan input/ primernya. Penyesuaian ratio belitan ini disebut Tap changer.
Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang berbeban (On
load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off Circuit tap changer/ De Energize
Tap Charger).
11
TRAFO TENAGA
Selector Switch
Diverter Switch
Tahanan transisi
Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan utama dan inti
besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap changer dipisah. Selector
switch merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal terminal untuk
menentukan posisi tap atau ratio belitan primer.
Diverter switch merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk melakukan kontak
atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi.
Tahanan transisi merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus primer pada
saat perubahan tap.
Keterangan:
2. Selektor Switch
Gambar 1-19 OLTC pada Trasformator
Media pendingin atau pemadam proses switching pada diverter switch yang dikenal
sampai saat ini terdiri dari dua jenis, yaitu media minyak dan media vaccum. Jenis
pemadaman dengan media minyak akan menghasilkan energi arcing yang membuat
minyak terurai menjadi gas C2H2 dan karbon sehingga perlu dilakukan penggantian
minyak pada periode tertentu. Sedangkan dengan metoda pemadam vaccum proses
pemadaman arcing pada waktu switching akan dilokalisir dan tidak merusak minyak.
12
TRAFO TENAGA
a. b.
Gambar 1-20 Kontak switching pada diverter switch
Salah satu metoda pentanahan adalah dengan menggunakan NGR. NGR adalah sebuah
tahanan yang dipasang serial dengan neutral sekunder pada trafo sebelum terhubung ke
ground/tanah. Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus
gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah.
1. Liquid
Berarti resistornya menggunakan larutan air murni yang ditampung di dalam bejana dan
ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan.
2. Solid
Sedangkan NGR jenis padat terbuat dari Stainless Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper
Nickel atauNichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.
13
TRAFO TENAGA
Rele Bucholz
Pada saat trafo mengalami gangguan internal yang berdampak kepada suhu yang sangat
tinggi dan pergerakan mekanis di dalam trafo, maka akan timbul tekanan aliran minyak
yang besar dan pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau
gelembung gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa penghubung dan rele
bucholz.
Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele bucholz sebagai
indikasi telah terjadinya gangguan internal.
Rele Bucholz
14
TRAFO TENAGA
Rele Jansen
Sama halnya seperti rele Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak dan gas yang
terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan/ gangguan, hanya saja rele ini
digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini juga dipasang pada pipa
saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC dengan konservator.
Sudden Pressure
Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo
muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan
tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada
maintank.
15
TRAFO TENAGA
Rele Thermal
Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas tegangan
jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan. Suhu operasi yang tinggi
akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada trafo.
Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu operasi pada trafo
digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari sensor suhu berupa thermocouple,
pipa kapiler dan meter penunjukan.
16
TRAFO TENAGA
FMEA merupakan suatu metode untuk menganalisa penyebab kegagalan pada suatu
peralatan. Pada buku pedoman pemeliharaan ini FMEA menjadi dasar untuk menentukan
komponen – komponen yang akan diperiksa dan dipelihara.
FMEA atau Failure Modes and Effects Analysis dibuat dengan cara:
Definisi: kumpulan komponen yang secara bersama - sama bekerja membentuk satu
fungsi atau lebih.
Definisi: peralatan dan/atau komponen yang bersama - sama membentuk satu fungsi.
Dari fungsinya subsistem berupa unit yang berdiri sendiri dalam suatu sistem.
Functional Failure adalah ketidakmampuan suatu asset untuk dapat bekerja sesuai
fungsinya berdasarkan standar unjuk kerja yang dapat diterima pemakai.
17
TRAFO TENAGA
Didalam FMEA trafo terdiri dari subsistem trafo, Functional Failure pada trafo, Failure
Mode pada trafo (lampiran – 2).
FMECA (Failure mode and effect criticallity analysis) merupakan metoda untuk
mengetahui resiko kegagalan sebuah subsistem pada sebuah sistem peralatan. Dengan
mengkombinasikan data gangguan dengan FMEA maka akan diketahui peluang –
peluang kegagalan pada setiap sub sistem dalam FMEA. Hal ini dapat dijadikan acuan
dalam menerapkan metoda pemeliharaan yang optimal dengan tingkat kegagalan yang
bervariasi.
2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat trafo dalam
kondisi bertegangan/ operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk
mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa
melakukan pemadaman.
Electromagnetic circuit
Dielektrik
Struktur Mekanik
Bushing
OLTC
Pendingin
Selain subsistem di atas terdapat bagian-bagian lain yang dapat dilakukan in service
inspection, antara lain:
Fire Protection
18
TRAFO TENAGA
in service measurement adalah untuk mengetahui kondisi trafo lebih dalam tanpa
melakukan pemadaman.
Pada saat trafo dalam keadaan operasi, bagian trafo yang dialiri arus akan menghasilkan
panas. Panas pada radiator trafo dan maintank yang berasal dari belitan trafo akan
memiliki tipikal suhu bagian atas akan lebih panas dari bagian bawah secara gradasi.
Sedangkan untuk bushing, suhu klem pada stud bushing akan lebih panas dari
sekitarnya.
Suhu yang tidak normal pada trafo dapat diartikan sebagai adanya ketidaknormalan pada
bagian atau lokasi tersebut. Metoda pemantauan suhu trafo secara menyeluruh untuk
melihat ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo dilakukan dengan menggunakan
thermovisi/ thermal image camera.
Lokasi-lokasi pada trafo yang dipantau dengan thermovisi / thermal image camera adalah
sebagai berikut:
1. Maintank
2. Tangki OLTC
3. Radiator
4. Bushing
6. Tangki konservator
7. NGR
Pada setiap pengukuran menggunakan thermovisi / thermal image camera, secara umum
dilakukan pengukuran suhu pada tiga titik (atas, tengah, dan bawah). Pada display /
tampilan alat, objek yang di monitor akan terlihat tertutupi sebuah lapisan gradasi warna
atau gradasi hitam putih. Warna – warna yang muncul akan mewakili besaran suhu yang
terbaca pada objek. Disamping kanan tampilan / display dilengkapi dengan batang
korelasi antara warna dengan suhu sebagai referensi warna-warna yang muncul pada
tampilan.
19
TRAFO TENAGA
Pengukuran thermovisi pada maintank dan OLTC trafo dilakukan pada tiga posisi yaitu
bawah, tengah dan atas untuk mengetahui gradasi panas pada trafo yang mewakili
normal tidaknya proses operasi dari trafo.
Sama halnya seperti pengukuran thermovisi pada maintank trafo, pengukuran thermovisi
pada sirip pendingin dilakukan pada tiga titik untuk mengetahui efisiensi dari proses
pendinginan sirip trafo tersebut.
Pengukuran pada bushing trafo adalah dengan melihat titik yang paling panas dalam
sebuah bushing dan membandingkan karakteristik suhu terhadap fasa lainnya.
Untuk pengukuran konservator dan NGR dilihat tiga titik secara vertikal untuk mengetahui
karakteristik suhu peralatan.
FLIR Sy s te ms
46.0 °C
Ar1
40
Ar2
30
Ar3
Ar4 25.1
20
TRAFO TENAGA
FLIR Sy s te ms
55.0 °C
Ar1
50
Ar2
40
30
Ar3
23.4
FLIR Sy s te ms
59.6 °C
Ar1
Ar2 Ar4 50
Ar5 Ar7
40
Ar3 Ar8
Ar6
Ar9 30
23.5
21
TRAFO TENAGA
FLIR Sy s te ms
64.0 °C
Ar1
Ar2 60
Ar5
Ar3
40
Ar6 20
Ar4
17.2
FLIR Sy s te ms
50.9 °C
50
Ar1
40
Ar2
30
Ar3
24.2
Trafo sebagai peralatan tegangan tinggi tidak lepas dari kemungkinan mengalami kondisi
abnormal, dimana pemicunya dapat berasal dari internal maupun external trafo.
Ketidaknormalan ini akan menimbulkan dampak terhadap kinerja trafo. Secara umum,
dampak/ akibat ini dapat berupa overheat, corona dan arcing.
22
TRAFO TENAGA
Salah satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo adalah
dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri. Untuk mengetahui
dampak ketidaknormalan pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas analysis).
Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo, minyak isolasi sebagai rantai hidrocarbon
akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan membentuk gas - gas
hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah
proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat
ketidaknormalan. Dari komposisi kadar / nilai gas - gas itulah dapat diprediksi dampak –
dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau
corona.
Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane),
N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4
(Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene).
Untuk mengambil sample minyak untuk pengujian DGA harus menggunakan syringe,
selang sampling dan konektor sampling pada valve trafo.
Pasang konektor pada trafo beserta selang sampling kemudian pasang selang pada
bagian ujung stopcock dan kencangkan. Siapkan wadah ember untuk pembuangan
sampling tepat diatas pengambilan sampel. Buka perlahan valve pengambilan minyak
pada trafo sehingga minyak akan keluar dari ujung kanan stopcock, biarkan hingga kira-
kira ember terisi minyak 1-2 Liter (posisi jam 6).
Posisi
jam 6
Gambar 2-8 Pemasangan syringe dengan selang sampling untuk pengambilan minyak
23
TRAFO TENAGA
2. Pencucian Syringe
Buka perlahan stopcock pada posisi katup berada diarah kanan (posisi jam 3), sehingga
minyak akan mengalir mengisi syringe:
Jika sudah hampir mendekati 50cc, siap-siap katup ditutup hingga 50cc dengan posisi
katup pada jam 6, agar sampel terkunci dalam syringe.
Gambar 2-10 Posisi katup syringe untuk mengunci sample dalam syringe
Buang minyak yang terdapat dalam isi syringe, dengan memutarkan katup pada posisi
jam 12, dorong perlahan sehingga sampel terbuang pada ember, (hal ini dimaksudkan
untuk membilas dan membersihkan isi syringe).
Gambar 2-11 Posisi katup syringe untuk mengeluarkan sample dari syringe
Setelah tiga kali pembilasan ambil sample yang keempat sebanyak 50cc dan perlu
diyakinkan tidak ada gelembung udara dalam syringe.
24
TRAFO TENAGA
Untuk memisahkan kandungan gas – gas yang terdapat dalam minyak maka secara garis
besar dapat dipisahkan menjadi dua langkah yaitu langkah pertama pemisahan campuran
gas dari minyak (extraksi gas dari minyak).
Langkah kedua yaitu penguraian komponen gas individual atau yang dikenal dengan
metode chromatography.
Gas - gas yang telah terurai akan dideteksi oleh detektor berupa sinyal. Sinyal ini lah yang
nantinya digunakan untuk mengetahui jumlah kadar gas dengan memperhitungkan luas
sinyal tiap - tiap gas. Pengujian ini mengacu pada standar ASTM D 3612-02 tahun 2009.
25
TRAFO TENAGA
Gambar 2-14 Sinyal dari gas gas yang dideteksi oleh detektor
Gambar 2-15 Contoh alat uji DGA – dengan jenis extractor stripper
Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti
dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo
juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi trafo. Pada saat minyak
isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila
bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan proses hydrolisis pada
isolasi kertas. Proses hydrolisis ini akan menurunkan kualitas kertas isolasi.
26
TRAFO TENAGA
Gambar 2-16 Proses penurunan kualitas kertas isolasi trafo akibat oksidasi di minyak
isolasi
Untuk mengetahui adanya kontaminan atau proses oksidasi didalam minyak, dilakukan
pengujian oil quality test (karakteristik).
Pengujian karakteristik minyak selain dilakukan untuk minyak di dalam maintank trafo juga
dilakukan pada minyak cable box (tubular) untuk koneksi bushing trafo ke GIS 150kV
melalui kabel.
Pengujian oil quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada
standar IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa:
Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun. Salah satu
penyebab turunnya tingkat isolasi minyak trafo adalah adanya kandungan air pada
minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar
kadar air yang terlarut / terkandung di minyak.
Metoda yang umum digunakan untuk menguji kandungan air dalam minyak adalah
metoda Karl Fischer. Metoda ini menggunakan satu buah elektroda dan satu buah
generator. Generator berfungsi menghasilkan senyawa Iodin melalui proses elektrolisis
yang berfungsi sebagai titer / penetral kadar air sedangkan Elektroda berfungsi sebagai
media untuk mengetahui ada tidaknya kadar air di dalam minyak melalui proses titrasi
secara kolumetrik. Perhitungan berapa besar kadar air di dalam minyak dilihat dari berapa
banyak iodin yang di bentuk pada reaksi tersebut.
27
TRAFO TENAGA
Gambar 2-17 Contoh alat uji kadar uji kadar air dalam minyak dengan metode Karl Fisher
(KF)
Adapun satuan dari hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari
perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1kg minyak. Pengujian ini
mengacu pada standar IEC 60814.
Pada pengambilan sample untuk pengujian kadar air pada minyak trafo dilakukan dengan
menggunakan syringe untuk mencegah bertambahnya kadar air dari udara bebas.
Berdasarkan IEC 60422 Tahun 2013 tidak diperlukan lagi konversi ke suhu 20°C untuk
penentuan kadar air pada minyak dimana temperatur yang digunakan adalah temperatur
operasi trafo. Temperatur trafo diperoleh dari rata–rata temperatur top oil dengan
temperatur sampel minyak.
28
TRAFO TENAGA
Nilai yang diperoleh akan digunakan untuk menentukan nilai relative saturasi (RS)
yang akan menjadi pertimbangan kapan uji kandungan air pada isolasi kertas harus
dilakukan.
Dimana dalam ppm dan adalah hasil pengujian kadar air tanpa konversi ke suhu
200C (dalam satuan ppm).
29
TRAFO TENAGA
Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang akan
menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab
proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari bahan metal.
Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di minyak, dilakukan pengujian
kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan
sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau
diganti.
Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan alkohol dengan
komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) dititrasi (ditambahkan larutan)
dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan berapa besar asam yang terkandung
didalam minyak didasarkan dari berapa banyak KOH yang dilarutkan. Pengujian ini
mengacu pada standar IEC 62021 – 1.
Pengujian IFT antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan
polar contaminant yang larut dari hasil proses pemburukan. Karakteristik dari IFT akan
mengalami penurunan nilai yang sangat drastis seiring tingginya tingkat penuaan pada
minyak isolasi. IFT juga dapat mengindikasi masalah pada minyak isolasi terhadap
material isolasi lainnya. Atau terjadinya kesalahan pada saat pengisian minyak yang
berdampak pada tercemarnya minyak isolasi. Pengujian ini mengacu kepada standar
ASTM D 971-99a.
30
TRAFO TENAGA
Gambar 2-21 Contoh alat pengujian tegangan antar muka (Inter Facial Tension – IFT)
Karena nilai IFT sejalan dengan proses penuaan pada minyak isolasi trafo, maka nilai IFT
dapat dijadikan konfirmasi setelah ditemukan nilai kadar asam yang tidak normal.
Warna minyak isolasi trafo akan berubah seiring penuaan yang terjadi pada minyak dan
dipengaruhi oleh material material pengotor seperti karbon. Pengujian minyak pada
dasarnya membandingkan warna minyak terpakai dengan minyak yang baru. Pengujian
ini mengacu kepada standar ISO 2049
31
TRAFO TENAGA
Pengujian Sediment
Banyak material yang dapat mengkontaminasi minyak trafo, seperti karbon dan endapan
lumpur (sludge). Pengujian sediment ini bertujuan mengukur seberapa banyak (%) zat
pengotor terhadap minyak isolasi trafo. Pengujian ini pada dasarnya membandingkan
berat endapan yang tersaring dengan berat minyak yang diuji. Pengujian ini mengacu
kepada standar IEC 60422 – Annex C.
Pengujian titik nyala api atau flash point dilakukan dengan menggunakan sebuah
perangkat yang berfungsi memanaskan minyak secara manual (heater atau kompor).
Dimana di atas cawan pemanas tersebut di letakan sumber api yang berasal dari gas.
Sumber api ini berfungsi sebagai pemancing saat mulai terbakarnya minyak. Seiring
dengan lamanya proses pemanasan, suhu minyak pun akan mengalami peningkatan.
Pada suhu tertentu minyak akan terbakar dengan sumber api sebagai media
pembakarnya. Suhu tersebut merupakan titik nyala api. Pengujian ini mengacu kepada
ISO 2719.
32
TRAFO TENAGA
Gambar 2-25 Contoh alat pengujian titik nyala api (flash point)
Salah satu pengujian yang dilakukan terhadap minyak isolasi adalah pengujian tangen
delta. Besar kecilnya nilai tangen delta akan dipengaruhi kontaminasi polar yang terlarut
di minyak, produk penuaan dan koloid. Dari hasil pengujian tangen delta dapat diketahui
sejauh mana minyak isolasi mengalami penuaan / ageing. Pengujian ini mengacu kepada
standar IEC 60247.
Metal in Oil
Pengujian metal in oil digunakan sebagai pelengkap dari pengujian DGA. Saat DGA
mengindikasikan kemunculan kemungkinan gangguan, pengujian metal in oil akan
membantu menentukan jenis gangguan dan lokasinya.
Gangguan dengan energi yang tinggi tidak hanya menurunkan kualitas isolasi trafo
(minyak, kertas, kayu dll) tapi juga menghasilkan partikel – partikel metal yang tersebar di
minyak. Partikel ini akan didistribusikan kesemua bagian trafo dikarenakan proses
sirkulasi. Beberapa komponen trafo manghasilkan partikel metal yang khusus. Partikel
metal ini dapat ditemukan sebagai unsur tunggal atau sebagai senyawa. Jenis metal
dapat membantu dalam menentukan komponen mana yang mengalami gangguan.
Metal yang mungkin ditemukan di dalam minyak trafo adalah aluminium, tembaga, besi,
karbon, perak, timah, dan seng. Contohnya tembaga dapat ditemukan pada belitan dan
juga perunggu atau kuningan. Carbon dapat ditemukan pada sambungan join, konektor
33
TRAFO TENAGA
dan komponen lainnya. Besi berlokasi pada belitan dan tangki trafo, sebagaimana
aluminium dapat ditemukan pada belitan, corona shield, dan bushing keramik. Lugs, baut,
konektor, dan komponen semacamnya terbuat dari timah, tembaga dan seng.
Analisa metal in oil dapat dilakukan dengan metoda yang berbeda. Atomic absorption
spectroscopy (AA) dan inductive coupled plasma spectrometry (ICP) merupakan dua
buah metoda yang digunakan untuk mengukur kadar metal di minyak. Biasanya partikel
metal yang terkandung di sampel minyak akan dibakar pada suhu tinggi untuk
menghasilkan atom metal yang bersifat bebas. Kemunculan dari atom – atom ini pada
metoda AA dan ICP dapat diukur banyaknya dengan mengukur penyerapan atau emisi
dari frekuensi tersendiri pada spektrum radiasi oleh atom metal bebas terhadap standar.
Pengujian ini mengacu kepada IEC 60247.
Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi sebagai
media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Panas yang berlebih dan
by-product dari oksidasi minyak dapat menurunkan kualitas isolasi kertas. Proses
penurunan kualitas isolasi kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses
depolimerisasi, isolasi kertas yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang akan
terputus / terpotong – potong dan akhirnya akan menurunkan kekuatan tensile dari isolasi
kertas itu sendiri. Proses depolimerisasi akan selalu diiringi oleh terbentuknya gugus
furan. Nilai furan yang terbentuk akan sebanding dengan penurunan tingkat DP (degree
of polimerization).
Dari informasi besarnya kandungan gugus furan yang dalam hal ini hanya 2Fal (2-
Furfural) yang terdeteksi, dapat diketahui estimasi atau perkiraan kondisi DP yang dialami
isolasi kertas dan estimasi sisa umur kertas isolasi tersebut (Estimated percentage of
remaining life – %Eprl).
DP
Log 2 Fal
10 ppb
* 0,88 4,51
0,0035
Hasil pengujian Furan mengindikasikan rata – rata kondisi DP isolasi kertas. Pada saat
hasil uji Furan telah mendekati nilai End of Expected Life isolasi kertas, perlu dilakukan
pengujian DP secara langsung pada sampel isolasi kertas sebagai verifikasi kondisi
isolasi kertas.
34
TRAFO TENAGA
Corrosive sulfur adalah senyawa sulfur yang bersifat tidak stabil terhadap suhu yang
berada di minyak isolasi yang dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari
trafo seperti tembaga.Korosi pada tembaga akan membentuk lapisan konduktif (copper
sulfide) di permukaan tembaga. Hal ini akan mengakibatkan partial discharge.
Metoda pengujian corrosive sulfur mengacu kepada standar ASTM D 1275 / 1275 b.
Tingkatan korosif suatu minyak ditunjukan dengan perubahan warna pada media uji
berupa tembaga (Cu).
Partial discharge (peluahan parsial) adalah peristiwa pelepasan / loncatan bunga api
listrik yang terjadi pada suatu bagian isolasi (pada rongga dalam atau permukaan)
sebagai akibat adanya beda potensial yang tinggi dalam isolasi tersebut. PD pada
akhirnya dapat menyebabkan kegagalan isolasi (breakdown).
Partial Discharge hanya bisa terjadi saat dipenuhi dua kriteria yakni adanya medan listrik
yang melebihi nilai breakdown dan adanya elektron bebas. Fenomena ini dapat terjadi
pada isolasi padat, cair, dan gas. Pada isolasi padat kegagalan bersifat permanen
sementara pada isolasi cair dan gas bersifat sementara. Mekanisme kegagalan pada
bahan isolasi padat meliputi kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer,
thermal dan kegagalan erosi. Kegagalan pada bahan isolasi cair disebabkan adanya
kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya bahan isolasi cair. Pada bahan
isolasi gas mekanisme townsend dan mekanisme streamer merupakan 2 mekanisme
kegagalan isolasi.
Tegangan Insepsi
35
TRAFO TENAGA
Muatan (q)
Menjelaskan sifat fisis dari partial discharge. Partial Discharge hanya bisa
terjadi saat ada electron bebas yang mengakibatkan avalanche dan sudut
fasa akan menunjukkan sifat stokastik ini.
2.2.7 Noise
Noise pada trafo dikarenakan adanya fenomena yang disebut magnetostriction. Arti
sederhananya adalah jika sebuah lapisan baja diberi medan magnet maka akan membuat
lapisan tersebut memuai, namun pada saat medan tersebut dihilangkan, maka lapisan
tersebut akan kembali kepada ukuran yang sebenarnya.
Adapun alat yang dipakai untuk mengukur tingkat noise yang muncul adalah Sound level
meter/Noise detector.
36
TRAFO TENAGA
Posisi pengukuran:
Pada trafo dengan ketinggian tangki kurang dari 2,5 m maka posisi
pengukuran dilakukan pada bagian tengah dari ketinggin tangki.Untuk trafo
dengan tinggi tangki lebih dari 2,5 m maka pengukuran dilakukan pada 2
ketinggian, yaitu sepertiga tinggi dari bawah dan dua pertiga tinggi dari
bawah.
M : jumlah pengukuran
37
TRAFO TENAGA
Shutdown testing/ measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada saat
trafo dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat pemeliharaan rutin
maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi antara belitan dengan ground
atau antara dua belitan. Metoda yang umum dilakukan adalah dengan memberikan
tegangan dc dan merepresentasikan kondisi isolasi dengan satuan megohm. Tahanan
isolasi yang diukur merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus melewati isolasi
atau melalui jalur bocor pada permukaan eksternal. Pengujian tahanan isolasi dapat
dipengaruhi suhu, kelembaban dan jalur bocor pada permukaan eksternal seperti kotoran
pada bushing atau isolator. Megaohm meter biasanya memiliki kapasitas pengujian 500,
1000, 2500 atau 5000 V dc.
Index Polarisasi
Tujuan dari pengujian index polarisasi adalah untuk memastikan peralatan tersebut layak
dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan over voltage test. Indeks yang biasa digunakan
dalam menunjukan pembacaan tahanan isolasi trafo dikenal sebagai dielectric absorption,
yang diperoleh dari pembacaan berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama
dengan sumber tegangan yang konstan.
Jika nilai Indeks Polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah
terkontaminasi. Besarnya Indeks Polaritas (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut:
38
TRAFO TENAGA
Isolasi yang baik akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang
berada diantara dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna,
tegangan dan arus fasa bergeser 90° dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif.
Jika ada defect atau kontaminasi pada isolasi, maka nilai tahanan dari isolasi berkurang
dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut. Isolasi
tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser
90° tapi akan bergeser kurang dari 90°. Besarnya selisih pergeseran dari 90°
merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi.
Dibawah merupakan gambar rangkaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor
arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Dengan mengukur nilai IR/IC dapat
diperkirakan kualitas dari isolasi.
Ir R
Ic
C
Gambar 2-29 Rangkaian ekivalen isolasi dan diagram phasor arus pengujian phasor arus
pengujian tangen delta
Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground
dan isolasi antara dua belitan.Terdapat tiga metode pengujian untuk trafo di lingkungan
PT PLN, yaitu metode trafo dua belitan, metode trafo tiga belitan dan metode autotrafo.
Primer – Ground
Sekunder – Ground
39
TRAFO TENAGA
Tertier – Ground
Primer – Sekunder
Sekunder – Tertier
Primer – Tertier
Untuk autotrafo, metode pengujian dilakukan sama dengan metode trafo dua belitan
dengan perbedaan dan beberapa pertimbangan yaitu; Sisi HV dan LV pada autotrafo
dirangkai menjadi satu belitan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga bushing HV, LV dan
Netral dijadikan satu sebagai satu titik pengujian (Primer). Sisi Belitan TV dijadikan
sebagai satu titik pengujian (Sekunder).
Pengujian tangen delta pada bushing bertujuan untuk mengetahui kondisi isolasi pada C1
(isolasi antara konduktor dengan center tap) dan C2 (isolasi antara center tap dengan
Ground). Pengujian hot collar dilakukan untuk mengetahui kondisi keramik. Metode
hotcollar hanya digunakan untuk pengujian lanjut atau apabila bushing tidak memiliki tap
pengujian. Apabila tap pengujian rusak maka bushing segera diusulkan untuk
penggantian.
40
TRAFO TENAGA
Gambar 2-32 Strukur bushing (C1 adalah isolasi antara tap electrode dengan conductor, C2
adalah isolasi antara tap electrode dengan ground)
41
TRAFO TENAGA
Gambar 2-35 Diagram pengujian tangent delta hot collar pada bushing
SFRA adalah suatu metode untuk mengevaluasi kesatuan struktur mekanik dari inti,
belitan dan struktur clamping pada trafo dengan mengukur fungsi transfer elektrik
terhadap sinyal bertengangan rendah dalam rentang frekuensi yang lebar. SFRA
merupakan metode komparatif, yaitu evaluasi kondisi trafo dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran terbaru terhadap referensi.
- Deformasi belitan (Axial dan Radial seperti hoop buckling, tilting dan
spiraling)
42
TRAFO TENAGA
- Pergerakan inti
Gambar di bawah menunjukkan contoh dimana SFRA dapat mendiagnosa sebuah short
turn dalam sebuah trafo step up generator. Dalam kasus ini, respons salah satu fasa
sangat berbeda terhadap dua fasa yang lain yang mengindikasikan terjadi short turn.
Pengujian SFRA merupakan pengujian lanjutan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut,
antara lain: Sebelum dan setelah transportasi, gempa dan gangguan hubung singkat yang
besar.
Tujuan dari pengujian ratio belitan pada dasarnya untuk mendiagnosa adanya masalah
dalam antar belitan dan seksi – seksi sistem isolasi pada trafo. Pengujian ini akan
mendeteksi adanya hubung singkat antar lilitan, putusnya lilitan, maupun ketidaknormalan
pada tap changer.
Metoda pengujiannya adalah dengan memberikan tegangan variabel pada sisi HV dan
melihat tegangan yang muncul pada sisi LV. Dengan membandingkan tegangan sumber
dengan tegangan yang muncul maka dapat diketahui ratio perbandingannya.
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat Transformer Turn Ratio Test.
43
TRAFO TENAGA
Pengujian tahanan dc dimaksudkan untuk mengukur nilai resistif (R) dari belitan dan
pengukuran ini hanya bisa dilakukan dengan memberikan arus dc (direct current) pada
belitan. Oleh karena itu pengujian ini disebut pengujian tahanan dc.
Pengujian tahanan dc dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari koneksi – koneksi yang
ada di belitan dan memperkirakan apabila ada kemungkinan hubung singkat atau
resistansi yang tinggi pada koneksi di belitan. Pada trafo tiga fasa proses pengukuran
dilakukan pada masing – masing belitan pada titik fasa ke netral.
Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengukuran tahanan dc adalah micro ohmmeter
atau jembatan wheatstone. Micro ohmmeter adalah alat untuk mengukur nilai resistif dari
sebuah tahanan dengan orde μΩ (micro ohm) sampai dengan orde Ω (ohm).
Alat lainnya yang digunakan adalah jembatan wheatstone yang umumnya dipakai pada
trafo – trafo berdaya rendah. Pada alat ini terdiri dari sebuah galvanometer, 2 buah
tahanan yang nilainya tetap (R1 & R2) dan sebuah tahanan yang nilainya variable dengan
lokasi berseberangan dengan tahanan belitan yang akan diuji (Rx).
44
TRAFO TENAGA
Dengan memposisikan nilai dari tahanan variable sampai nilai pada galvanometer
menunjukan nilai nol (arus seimbang, dimana nilai Rx sama dengan nilai tahanan
variable), dapat diketahui berapa nilai pasti dari tahanan belitan yang diukur.
T S
T S
T S
T S
45
TRAFO TENAGA
2.3.6 HV Test
Pengujian HV test dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa ketahanan isolasi
trafo sanggup menahan tegangan. Isolasi yang dimaksud adalah isolasi antara bagian
aktif (belitan) terhadap ground, koneksi-koneksi terhadap ground dan antara belitan satu
dengan yang lainnya.
Secara umum ada dua jenis pengujian HV test,Applied voltage test dan induce voltage
test. Applied voltage test berarti menghubungkan objek uji langsung dengan sumber
tegangan uji .
Induce voltage test berarti objek uji akan mendapatkan tegangan uji melalui proses
induksi.
46
TRAFO TENAGA
Non
Routine test Routine test
Uniform 170 < Um < 300
with PD with PD
Insulation
Besarnya tegangan uji dan lamanya proses pengujian telah diatur pada standar IEC
60076-3.Untuk peralatan yang sudah beroperasi di lapangan atau trafo yang sudah
dilakukan perbaikan, maka tegangan pengujian yang dilakukan adalah sebesar 80% dari
standar.
Dimana:
A = B = E 5 menit
47
TRAFO TENAGA
ACSD:
D = 5 Menit
Tabel 2-2 Tegangan Pengujian Induce Test (Tabel D.1 pada IEC 60076-3)
48
TRAFO TENAGA
ACLD:
Sebuah sistem alat uji HV test terdiri dari beberapa bagian yang terintegrasi.
Apabila persentasi saturasi air dalam minyak menunjukkan isolasi kertas dalam kondisi
cukup basah atau lebih buruk, maka perlu dilakukan pengujian kadar air dalam kertas
(dijelaskan pada Bab 3).
Kelembaban pada isolasi padat di belitan trafo dapat diketahui dengan menggunakan
metode-metode sebagai berikut:
Prinsip pengujian dengan metode ini hampir sama dengan pengujian Capacitance dan
Dissipation/ Power Factor. Perbedaannya adalah dalam pengujian ini digunakan frekuensi
yang bermacam-macam, biasanya antara 0.001 Hz hingga 1000 Hz seperti ditunjukkan
grafik di bawah ini.
49
TRAFO TENAGA
Arus eksitasi trafo merupakan arus trafo yang terjadi ketika tegangan diberikan pada
terminal primer dengan terminal sekunder terbuka. Arus eksitasi juga dikenal sebagai
pengujian no load atau arus magnetisasi trafo.
Pengujian arus eksitasi mampu mendeteksi adanya permasalahan pada belitan seperti
hubung singkat atau belitan yang terbuka, sambungan atau kontak buruk, permasalahan
pada inti dan sebagainya. Pengujian ini merupakan pengujian lain yang bisa dilakukan
menggunakan alat uji Power Factor. Pada pengujian ini, tegangan diberikan pada belitan
primer dan belitan yang lain terbuka.
a. Continuity Test
Pengujian ini memanfaatkan Ohmmeter yang dipasang serial dengan belitan primer trafo.
Setiap perubahan tap/ratio, nilai tahanan belitan diukur. Nilai tahanan belitan primer pada
saat terjadi perubahan ratio tidak boleh terbuka (open circuit).
b. Dynamic Resistance
Pengukuran tahanan transisi dan ketebalan kontak dilakukan untuk memastikan resistor
masih tersambung dan nilai tahanannya masih memenuhi syarat.
50
TRAFO TENAGA
Rele bucholz menggunakan kombinasi limit switch dan pelampung dalam mendeteksi
ketidaknormalan di trafo. Oleh karena itu perlu dipastikan limit switch dan pelampung
tersebut masih berfungsi dengan baik. Indikasi alarm yang diinformasikan dari rele ke
ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele bucholz juga ditujukan
untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja
rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari.
Lepas terminasi kabel untuk kontak Alarm, kontak Trip, dan Common
dikontrol panel dan diberi tagging supaya tidak keliru pada saat memasang
kembali.
Pastikan kontak Alarm, kontak Trip, dan Common sudah lepas dengan
mengukur tahanannya terhadap Ground
Hubungkan probe alat uji tahanan isolasi dengan tegangan uji 500 V ke
terminal kontak relai Bucholz di kontrol panel
Ukur tahanan isolasi kontak (fasa-fasa) dan pilih yang terkecil nilainya dari
o Alarm – Common
o Trip – Common
o Alarm – Trip
o Alarm – Ground
o Trip – Ground
o Common – Ground
Sama halnya dengan rele bucholz, indikasi alarm dari rele jansen yang diinformasikan ke
ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele jansen ditujukan untuk
memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga mala kerja rele yang
berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari.
51
TRAFO TENAGA
Pada terminal blok, lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal
ukur untuk memastikan posisi dari terminal common dan kontak NO.
Sebelumnya, pastikan katup penggerak pada posisi normal.
Ukur tahanan isolasi kontak (NO) dengan cara menghubungkan probe alat
uji tahanan isolasi (tegangan uji 500 V) ke kontak NO dan Common pada
terminal ukur relai jansen.
Rele sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan didalam trafo
muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah maka tekanan akan
tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan merusak bagian lainnya pada
maintank. Untuk menjaga kesiapan kerja rele sudden pressure maka dilakukan
pemeliharaan dengan item-item sebagai berikut:
Lakukan cek kontinuity dengan AVO meter pada terminal kontak untuk
memastikan posisi kontak NO.
Hubungkan probe alat uji tahanan isolasi dengan tegangan uji 500 V ke
terminal kontak pada relai sudden pressure.
Mengukur tahanan isolasi kontak untuk Phasa - Phasa dan Phasa - Ground
(serta tahanan isolasi pengawatan).
52
TRAFO TENAGA
Kondisi sistem isolasi trafo akan terpengaruh dengan kondisi suhu operasi trafo. oleh
karena itu sangatlah penting untuk mengetahui besaran real suhu operasi dari trafo
tersebut. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi suhu tersebut adalah dengan
menggunakan thermal sensor yang disentuhkan dengan suhu minyak bagian atas. Untuk
memastikan bahwa suhu yang dideteksi sensor adalah akurat maka dilakukan proses
kalibrasi sensor suhu tersebut.
Proses kalibrasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan pembacaan sensor suhu
tersebut dengan pembacaan thermometer standar pada saat kedua alat pembaca suhu
itu dipanaskan dengan suhu yang sama. Apabila terdapat deviasi atau perbedaan
penunjukan maka akan dilakukan penyesuaian penunjukan pada indikator sensor suhu.
53
TRAFO TENAGA
Alat yang digunakan adalah sebuah wadah / kotak yang terdiri dari sebuah heater yang
suhunya telah diatur dengan menggunakan microprocessor sehingga dapat di tentukan
sesuai kebutuhan.
Dimana:
1. Saklar utama
2. Fuse
6. Tombol setting
54
TRAFO TENAGA
Dimana:
C = Elemen Pemanas
D = Kipas sirkulasi
E = Kipas sirkulasi
Motor kipas pendingin merupakan salah satu mesin listrik yang didalam fungsinya
menggunakan prinsip elektrodinamis. Bagian bagian yang perlu dipelihara dalam menjaga
kinerja motor tersebut adalah belitan, isolasi, terminal dan bearing.
Untuk mengetahui baik tidaknya kondisi belitan motor dilakukan pengukuran tahanan DC
dari belitan tersebut dengan menggunakan Ohm meter. Untuk memastikan bahwa
sambungan dari sumber tegangan ke belitan tidak terputus dilakukan pengukuran
tegangan pada terminal motor.
55
TRAFO TENAGA
Untuk mengetahui keseimbangan tahanan belitan antar fasa dilakukan pengukuran arus
pada ketiga fasanya dan dibandingkan.
Untuk mengetahui bahwa putaran motor tersebut memenuhi spesifikasi yang terpasang
pada nameplate dilakukan pengukuran kecepatan motor dengan menggunakan
tachometer.
56
TRAFO TENAGA
Neutral grounding resistor berfungsi sebagai pembatas arus dalam saluran netral trafo.
Agar NGR dapat berfungsi sesuai desainnya perlu dipastikan bahwa nilai tahanan dari
NGR tersebut sesuai dengan spesifikasinya dan tidak mengalami kerusakan.
Untuk mengukur nilai tahanan NGR dilakukan dengan menggunakan voltage slide
regulator, voltmeter dan amperemeter.
Pada prinsipnya NGR akan diberikan beda tegangan pada kedua kutubnya dan dengan
memanfaatkan pengukuran arus yang mengalir pada NGR dapat diketahui nilai
tahanannya.
57
TRAFO TENAGA
Kegagalan fungsi dari sistem isolasi trafo dapat menyebabkan gangguan pada trafo itu
sendiri. Kegagalan isolasi tersebut dapat berdampak pada terbakarnya trafo dikarenakan
besarnya energi gangguan yang menyebabkan suhu tinggi yang melewati titik bakar
sistem isolasi (minyak dan kertas). Untuk meminimalisir / mengeliminasi dampak
gangguan yang berpotensi membakar trafo, dilengkapilah trafo tersebut dengan fire
protection.
Prinsip dasar sebuah sistem fire protection adalah dengan menguras dan memutar
minyak trafo dengan menggunakan aliran gas nitrogen (N2) yang bersifat tidak terbakar.
Secara garis besar sistem fire protection terdiri dari beberapa bagian yaitu shutter,
detektor, control box, dan kabinet. Shutter berfungsi untuk menghentikan aliran minyak
dari konservator trafo dan dipasang pada pipa penghubung antara konservator dengan
tangki trafo.
Detektor berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu akibat adanya kebakaran. Detektor
dipasang pada plat tutup tangki trafo bagian atas (dekat bushing 150 kV)
58
TRAFO TENAGA
Kontrol box berfungsi untuk mengatur bekerjanya sistem pemadam kebakaran dan
tempat dipasangnya lampu-lampu indikator. Kontrol box dipasang didalam ruang kontrol
(Control room).
Proses pembukaan valve – valve pada sistem fire protection saat melakukan
pengamanan trafo dari kemungkinan kebakaran dilakukan secara mekanis dan elektris.
59
TRAFO TENAGA
1. Pada saat terjadi kebakaran didalam tangki trafo maka lapisan minyak yang
mencapai titik nyala adalah lapisan yang paling atas.
2. Seketika itu pula sistem pemadam kebakaran bekerja, mentripkan PMT dan
dan membuka katup drain untuk membuang sebagian minyak. Pada saat ini
aliran minyak pada konservator akan mengalir lebih deras sehingga
mengaktifkan “shutter” dan menghentikan aliran dari konservator tersebut.
60
TRAFO TENAGA
3. Pada saat itu juga gas nitrogen dialirkan melalui Nozle didasar tangki trafo
dengan gerakan memutar mengaduk seluruh isi minyak trafo. Gerakan ini
dimaksudkan agar suhu seluruh minyak trafo turun dibawah titik nyalanya.
Pada akhirnya seluruh permukaan minyak trafo tertutup oleh gas nitrogen
yang masih mengalir
Hal yang harus dilakukan dalam rangka memastikan kesiapan kerja fire protection ini
adalah dengan mengukur tekanan N2.
Shutdown function check adalah pekerjaan yang bertujuan menguji fungsi dari rele-rele
proteksi maupun indikator yang ada pada trafo. Item - item yang harus diperiksa pada
saat inspeksi dan pengujian fungsi adalah sebagai berikut:
Pengujian pada rele bucholz dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
kebocoran dan kenormalan dari fungsi pada rele tersebut. Parameter pengukuran dan
pengujian fungsi rele bucholz adalah sebagai berikut:
2. Uji pneumatik, dengan memompakan udara pada valve test sampai udara
mengisi ruang bucholz dan merubah posisi bola pelampung. Buanglah udara
setelah pengujian melalui sarana venting.
61
TRAFO TENAGA
Keterangan:
Hubungkan kembali kabel yang telah dilepas pada terminal ukur (sesuai
tanda yang diberikan). Pastikan koneksi sudah benar.
Kerjakan relai jansen dengan mendorong katup penggerak relai Jansen atau
menekan tombol tes/control.
Untuk me-reset, tekan tombol reset pada relai Jansen kemudian reset di
kontrol panel.
62
TRAFO TENAGA
Untuk me-reset, harus dilakukan pada relai terlebih dahulu baru reset di
kontrol panel
Pengujian function test rele-rele thermis hanya dapat dilakukan dengan cara simulasi
kontak dengan cara menghubung singkat kontak yang ada pada rele thermis untuk
indikasi alarm dan trip (PMT sisi primer dan sekunder), jika tidak trip maka harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
Pengujian function test oil level konservator hanya dapat dilakukan dengan cara simulasi
kontak dengan menghubung singkat kontak yang ada pada oil level konservator untuk
indikasi alarm low oil level dan high oil level, jika alarm tidak menyala maka harus
diperbaiki terlebih dahulu sebelum dioperasikan.
2.5 Treatment
63
TRAFO TENAGA
Proses purification/ filter ini dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas minyak diketahui
bahwa pengujian kadar air dan tegangan tembus berada pada kondisi buruk.
2.5.2 Reklamasi
Hampir sama dengan proses purification/ filter, proses reklamasi dilengkapi dengan
melewatkan minyak pada fuller earth yang berfungsi untuk menyerap asam dan produk-
produk oksidasi pada minyak. Reklamasi dilakukan apabila berdasarkan hasil kualitas
minyak diketahui bahwa pengujian kadar asam berada pada kondisi buruk.
2.5.4 Cleaning
2.5.5 Tightening
Vibrasi yang muncul pada trafo dapat mengakibatkan baut - baut pengikat kendor.
Pemeriksaan secara periodik perlu dilakukan terhadap baut - baut pengikat. Peralatan
kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan ini adalah kunci - kunci. Pelaksanaan
64
TRAFO TENAGA
2.5.7 Greasing
Akibat proses gesekan dan suhu, grease - grease yang berada pada peralatan dapat
kehilangan fungsinya. Untuk mengembalikan fungsinya dilakukan penggantian grease /
greasing. Penggantian grease harus sesuai dengan spesifikasi grease yang
direkomendasikan pabrikan. Adapaun jenis jenis grease berdasarkan jenisnya adalah
sebagai berikut:
Roller bearing grease (Spray type) grease yang digunakan pada kipas
trafo dan sambungan tuas penggerak OLTC
2 Mingguan /
suhu maintank ada hotspot analisa lebih lanjut
Bulanan
pemeriksaan rembesan
triwulan Bocor
minyak
kondisi kebocoran
struktur mekanik
maintank
pemeriksaan rembesan
Triwulan Rembes
minyak
65
TRAFO TENAGA
pengadaan/pemasangan
Triwulan keberadaan engkol tidak ada
baru
pembersihan dan
Tahunan Korosi pengecatan / pelapisan
grounding panel utama anti korosi (karat)
pembersihan dan
Tahunan Korosi pengecatan / pelapisan
grounding panel oltc anti korosi (karat)
penggantian dan
Bulanan Kendor
pemasangan baru
pembersihan dan
Bulanan Korosi pengecatan/pelapisan anti
kondisi terminasi 20 kv korosi (karat)
penggantian dan
2 tahunan aus atau retak
pemasangan baru
kondisi as penggerak &
kopling pembersihan dan
2 tahunan Korosi pengecatan/pelapisan anti
korosi (karat)
penggantian dan
2 tahunan aus atau retak
pemasangan baru
66
TRAFO TENAGA
proteksi
penggantian karet pintu
triwulan tidak elastis
panel
pemadaman dan
triwulan Kotor
kondisi kontaktor fan pembersihan
sistem kipas
pendingin triwulan Panas Perbaikan
pembersihan dan
triwulan Korosi pengecatan / pelapisan
kondisi radiator anti korosi (karat)
tidak normal
2 Mingguan / (salah satu kisi
suhu radiator Perbaikan
Bulanan berbeda pola
suhu)
pemeriksaan rembesan
bushing Harian kebocoran bushing bocor
minyak
67
TRAFO TENAGA
pemeriksaan rembesan
Harian rembes
minyak
2 Mingguan /
suhu body bushing ada hotspot analisa lebih lanjut
Bulanan
penggantian dan
Bulanan retak
pemasangan baru
pembersihan dan
Bulanan korosi pengecatan / pelapisan
grounding ngr anti korosi (karat)
ngr
Bulanan lepas pengencangan baut
penambahan cairan
Bulanan level elektrolit ngr tidak normal
elektrolit
68
TRAFO TENAGA
3.2.1 Thermovisi
1 Maintank
Review desain
2 OLTC
3 Radiator
4 Bushing
o o
Perbandingan suhu antar 1 C–3 C Dimungkinkan ada ketidaknormalan,
fasa perlu investigasi lanjut
o o
4 C – 15 C Mengindikasikan adanya defesiensi,
perlu dijadwalkan perbaikan.
o
>16 C Ketidaknormalan Mayor, perlu
dilakukan perbaikan segera
o
Suhu Maksimum kepala > 90 C Lakukan investigasi penyebab
bushing
o
35 – 45 C dibandingkan
suhu lingkungan pada
beban nominal
69
TRAFO TENAGA
Klem
Data Tambahan yang diperlukan untuk evaluasi hasil thermovisi adalah: Beban saat
pengukuran dan Beban tertinggi yang pernah dicapai (dalam Ampere). Selanjutnya
dihitung selisih (∆) antara suhu konduktor dan klem dengan mengunakan rumus berikut:
Dimana:
No ∆T Rekomendasi
o o
2. 10 -25 Perlu dilakukan pengukuran satu bulan lagi
o o
3. 25 -40 Perlu direncanakan perbaikan
o o
4. 40 -70 Perlu dilakukan perbaikan segera
o
5. >70 Kondisi darurat
3.2.2 DGA
Analisa hasil pengujian DGA mengacu pada standar IEEE C57 104 tahun 2008 dan IEC
60599 tahun 2007.Diagram alir analisa hasil pengujian DGA dengan menggunakan
standar IEEE C57 104 2008 adalah seperti pada gambar 3-1.
70
TRAFO TENAGA
.
Gambar 3-1 Diagram alir analisa hasil pengujian DGA Interpretasi dari IEEE C57 104 2008
Hasil pengujian DGA dibandingkan dengan nilai batasan standar untuk mengetahui
apakah trafo berada pada kondisi normal atau ada indikasi kondisi 2, 3 atau 4. Nilai
batasan standar adalah sebagai berikut:
Tabel 3-4 Klarifikasi konsentrasi gas terlarut (dissolved gas) IEEE C57 104 2008
Batas konsentrasi key gas terlarut (dissolved key gas) [μL/L (ppm)]
Catatan 2: Hasil analisa gas yang diperoleh dari beberapa laboratorium dapat berbeda
*
: Nilai TDCG tidak termasuk CO2 yang bukan merupakan jenis gas combustible
71
TRAFO TENAGA
Gambar 3-2 Flow chart tindak lanjut berdasarkan hasil pengujian DGA
- apabila hasil uji DGA (DCG selain CO) menunjukkan kondisi normal, perlu
dilihat kondisi gas CO. Apabila gas CO minimal berada pada kondisi 3
berdasarkan
- Tabel 3-4. perlu dilakukan pengujian kadar asam dan IFT untuk mengetahui
pemburukan isolasi kertas akibat hidrolisa isolasi kertas dan oksidasi minyak
isolasi.
- apabila hasil uji DGA (DCG selain CO) menunjukkan kondisi sedang atau
buruk, perlu dilakukan tindak lanjut berupa pengujian ulang untuk melihat
trend serta investigasi penyebab dan rekomendasi tindak lanjut sesuai “act
based TDCG”. Apabila gas CO minimal berada pada kondisi 3 berdasarkan
- Tabel 3-4, perlu dilakukan pengujian furan sebelum tindak lanjut berupa
pengujian ulang untuk melihat trend maupun investigasi penyebab dan
rekomendasi tindak lanjut sesuai “act based TDCG”.
Apabila nilai salah satu gas ada yang memasuki kondisi 2, maka lakukan pengujian ulang
untuk mengetahui peningkatan pembentukan gas. Berdasarkan hasil pengujian dapat
dilakukan investigasi kemungkinan terjadi kelainan dengan metoda key gas, ratio (Roger
dan Doernenburg) dan duval.
72
TRAFO TENAGA
Nilai CO2 / CO < 3 merupakan indikasi gangguan di kertas pada temperatur 200 – 300 °C
(termasuk arcing) dimana kertas terdegradasi sangat cepat bahkan terjadi karbonisasi.
Nilai rasio CO2 / CO > 10 juga merupakan indikasi gangguan termal di kertas pada
temperatur < 150 °C, temperatur tersebut berdampak pada penuaan kertas jangka
panjang dan mengurangi umur trafo.
Nilai rasio CO2 / CO < 3atau kandungan CO pada kondisi 3 (>571ppm) mengindikasikan
perlu tindak lanjut pengujian furan untuk mengetahui kondisi isolasi kertas.
100
Dekomposisi produk termasuk ethylene
100 92
Sejumlah karbon dioksida dan karbon
Relative Proportion (%)
0
Gas dominan: Karbon monoksida CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2
Gas
100
Discharge elektrik tenaga rendah
Relative Proportion (%)
85
80
menghasilkan hydrogen dan metana
60
dengan sedikit kuantitas ethane dan
40
ethylene. Jumlah yang sebanding antara
20 13
karbon monoksida dan karbon dioksida 1 1
0
mungkin dihasilkan dari discharge pada CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2
selulosa. Gas
73
TRAFO TENAGA
100
Sejumlah hidrogen dan acetylene
Saran Diagnosa
No
Fault
1 Dekomposisi > 1.0 > 0,1 <0,75 < 1,0 < 0,3 <0,1 > 0,4 >0,2
Thermal
2 Partial < 0,1 < 0,01 Tidak signifikan < 0,3 <0,1 > 0,4 >0,2
Discharge
(Intensitas
rendah PD)
3 Arcing > 0,1 – 0,01 – >0,75 > 1,0 > 0,3 > 0,1 < 0,4 < 0,2
(intenitas 1,0 0,1
rendah PD)
74
TRAFO TENAGA
R2 R1 R5
Metode segitiga duval menggunakan analisa komposisi gas CH4, C2H4 dan C2H2 (dalam
persen gas). Persentase tersebut diperoleh dari rumusan sebagai berikut:
0
(T1) Thermal Fault temperature dibawah 300 C
0 0
(T2) Termal Fault temperature antara 300 C dan 700 C
0
(T3) Thermal Fault temperature diatas 700 C
75
TRAFO TENAGA
Titik pertemuan dari garis yang merupakan persentase ketiga gas (CH4, C2H4 dan C2H2)
akan berada pada salah satu area, dimana area tersebut merepresentasikan
kemungkinan fault yang terjadi.
Zona Batasan
PD 98%
D1 23 % 13%
D2 23 % 13% 38 % 29%
T1 4% 10 %
T2 4% 10 % 50 %
T3 15% 50 %
76
TRAFO TENAGA
<10 Tahunan
77
TRAFO TENAGA
Minyak yang sudah terkontaminasi atau teroksidasi perlu dilakukan treatment untuk
mengendalikan fungsinya sebagai minyak isolasi. Treatment terhadap minyak isolasi
dapat berupa filter atau reklamasi. Untuk menentukan kapan minyak tersebut harus di
treatment didasarkan atas perbandingan hasil uji terhadap batasan batasan yang termuat
pada standar IEC 60422 tahun 2013.
O Trafo daya/reaktor dengan sistem tegangan nominal sama dengan dan di atas 400kV
Trafo daya/reaktor dengan sistem tegangan nominal di atas72,5kV dan sampai dan termasuk
B
170kV
Trafo daya/reaktor untuk aplikasi MV/LV misalnya sistem tegangan nominal sampai dengan
C
termasuk 72,5kV
Catatan:
Tank selector pada beban tap-changer termasuk dalam kategori yang sama sepertiyang terkait trafo.
78
TRAFO TENAGA
79
TRAFO TENAGA
80
TRAFO TENAGA
81
TRAFO TENAGA
82
TRAFO TENAGA
a. Jika tes minyak untuk korosif positif dan DBDS (dibutyl disulfide) ditemukan, ikuti rekomendasi
pada CIGRE 378:2009 (3) untuk tindakan mitigasi yang tepat
b. Jika terdapat kecenderungan peningkatan partikel, mungkin dibutuhkan penentuan logam atau
elemen lain yang terlarut pada minyak (gunakan acuan IEC 60422 tahun 2013 pada tabel B.1)
Analisis kadar air dalam minyak pada tabel di atas berbeda dengan analisa berdasarkan
standar IEC sebelumnya (IEC 60422 tahun 2005) dimana harus dikoreksi ke 20°C. Hasil
pengujian kadar air, dengan menggunakan perhitungan pada bab 2 akan diperoleh nilai
persentasi saturasi air dalam minyak dengan batasan seperti tabel berikut:
Tabel 3-11 Presentase saturasi air pada minyak sesuai IEC 60422 2013
Persentase saturasi
air dalam minyak Kondisi dari Isolasi selulosa
(%)
20 – 30 Isolasi basah
83
TRAFO TENAGA
Jika persentasi saturasi air dalam minyak pada interval 15-20 % (isolasi kertas dalam
kondisi cukup basah) atau lebih buruk, maka perlu dilakukan pengujian kadar air dalam
kertas.
Validitas dari hasil pengujian-pengujian yang menentukan tingkat oksidasi pada minyak
ditentukan oleh tabel validasi antara kadar asam dengan IFT (lihat Tabel 3.19).
Tabel 3-12 Klasifikasi validitas data antara pengujian kadar asam dan IFT [IEC 60422]
3.2.4 Furan
Berdasarkan kadar 2Furfural yang didapat dari hasil pengujian dapat diperkirakan
seberapa besar tingkat penurunan kualitas yang dialami isolasi kertas didalam trafo dan
berapa lama sisa umur isolasi kertas tersebut.
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
(ppm)
Beresiko tinggi
mengalami kegagalan
4 3564 – 4918 Investigasi sumber pemburukan
(High risk of failure)
84
TRAFO TENAGA
1 1a – 1b Non Corrosive -
2 2a – 2e Non Corrosive -
Hasil pengujian partial discharge perlu dilakukan interpretasi terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah trafo tersebut mengalami partial discharge atau tidak. Interpretasi
terhadap data hasil pengujian partial discharge ini dilakukan dengan membandingan
bentuk sinyal dari sensor akustik dan HFCT.
(a)
(b)
Gambar 3-5 Tipikal bentuk sinyal hasil pengujian yang terindikasi partial discharge
Dari waveform yang dihasilkan terlihat ada pola perulangan yang jelas pada kedua
waveform. Gambar (a) merupakan waveform yang dihasilkan oleh sensor AE, sedangkan
85
TRAFO TENAGA
gambar (b) merupakan waveform yang dihasilkan oleh sensor HFCT. Selanjutnya
dilakukan pengecekan terhadap pulse–phase yang dihasilkan oleh kedua sensor.
3.2.7 Noise
Pengkategorian kondisi isolasi berdasarkan hasil pengujian tahanan isolasi dilihat dari
nilai tahanan isolasinya itu sendiri (megohm) dan index polarisasi (perbandingan hasil
pengujian tahanan isolasi pada menit ke – 10 dengan menit ke – 1).
Nilai minimun tahanan isolasi ditentukan melalui metoda pada buku “A Guide to
Transformer Maintenance” yang disusun oleh J.J. Kely dan S.D. Myers.
86
TRAFO TENAGA
No Trafo Formula
Dimana:
Tabel 3-16 Faktor koreksi nilai tahanan isolasi dari suhu pengujian ke nilai di suhu 200C
0 32 0.25 0.40
5 41 0.36 0.45
10 50 0.50 0.50
15 59 0.75 0.75
20 68 1.00 1.00
25 77 1.40 1.30
30 86 1.98 1.60
35 95 2.80 2.05
87
TRAFO TENAGA
Kondisi isolasi berdasarkan index polarisasi ditunjukkan pada tabel berikut (IEEE Std 62
tahun 1995):
Tabel 3-17 Evaluasi dan rekomendasi metoda index polarisasi pada pengujian tahanan
isolasi
3 1,1 – 1,25 Dipertanyakan Uji kadar air minyak, uji tan delta
Nilai maksimum tangen delta yang diijinkan untuk belitan trafo dan bushing berturut-turut
diperlihatkan pada tabel di bawah. Di atas nilai tersebut maka trafo dinyatakan
bermasalah.
Tabel 3-18 Batasan nilai maksimum tangent delta belitan trafo (CIGRÉ TB 445)
88
TRAFO TENAGA
Resin
Oil Impregnated Resin Bonded
No Referensi Impregnated
Paper (OIP) Paper (RBP)
Paper (RIP)
Apabila tidak ada nilai rekomendasi dari pabrikan atau standar yang lain, tabel berikut
dapat digunakan sebagai rekomendasi nilai batasan hasil pengujian kapasitansi bushing.
Tabel 3-20 Batasan nilai maksimum kapasitansi bushing trafo (rekomendasi ABB)
Bushing perlu diusulkan penggantian apabila nilai batasan pada tabel di atas terlampaui
dan disarankan untuk melakukan pengujian tan delta dengan variasi tegangan uji yang
berbeda, yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 kV (tip up voltage test) untuk validasi hasil pengujian tan
delta bushing. Apabila batasan sudah jauh terlampaui (1% untuk bushing tipe
OIP)bushing perlu segera diganti.
3.3.3 SFRA
Ada tiga metode interpretasi yang umumnya digunakan untuk pengukuran SFRA, yaitu:
1. Time Based (Hasil dari pengujian SFRA saat ini dibandingkan dengan hasil
pengujian yang sebelumnya dari unit yang sama)
2. Type Based (Hasil dari pengujian SFRA trafo satu dibandingkan dengan
jenis trafo yang sama).
Analisa hasil pengujian dilakukan dengan menggunakan metode CCF (Cross Correlation
Factor) ataupun sesuai DL/T 911 tahun 2004dengan batasan hasil pengujian seperti pada
Tabel 3.16 dan 3.17.
89
TRAFO TENAGA
Tabel 3-21 Evaluasi dan rekomendasi pengujian SFRA menggunakan metodde CCF dengan
konfigurasi pengujian H1-H0; X1-X0;Y1-Y2
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
(CCF)
Analisa hasil pengujian ratio test adalah membandingkan hasil pengukuran dengan name
plate ratio tegangan pada trafo dengan batasan kesalahan sebesar 0,5 % (standart IEEE
C57.125.1991). Jika hasil pengujian ratio test lebih dari 0,5 % maka disarankan untuk
melakukan pengujian - pengujian lainnya .
3.3.5 Rdc
Analisa hasil pengujian Rdc harus diperhatikan terlebih dahulu dengan temperatur pada
saat pengujian dimana pengujian yang dilakukan harus dikonversi ke temperature 75oC
(Pengujian factory test) dengan formula (standart IEC 60076-1 Tahun 2011) pengujian
belitan yang terbuat dari Cu (tembaga).
235 r
Rr R1 .
235 1
Dimana:
90
TRAFO TENAGA
Dan untuk belitan yang terbuat dari Al(Aluminium) maka dipakai konstanta 225, pengujian
yang dilakukan bisa semua tap atau jika pengujian dilaksanakan bersama dengan
pengujian continuity atau dinamic resistance cukup hanya pada tap 1 (satu). Jika hasil
pengujian tidah sesuai dengan hasil perhitungan formula maka disarankan untuk
melakukan pengujian-pengujian lainnya.
Anomali pada trafo dapat diindikasikan juga oleh adanya deviasi terhadap nilai hasil
pengukuran tahanan dc (Rdc). Dalam menginterpretasikan nilai Rdc, hasil pengukuran
distandarisasi ke suhu 75°C [IEC 60076 part 1]. Nilai deviasi Rdc maksimum yang
diijinkan sesuai CIGRÉTB 445 adalah:
Max deviasi 2-3 % terhadap nilai Rdc fasa lain atau dengan hasil pengujian sebelumnya.
3.3.6 HV Test
Tabel 3-23 Evaluasi dan rekomendasi pengujian HV test
Penentuan kadar air di dalam kertas menggunakan metode pengujian FDS dan/atau PDC
dilakukan dengan membandingkan respon dielektrik trafo terhadap respon dielektrik
model yang telah dimasukkan ke alat uji. Model pada alat uji merupakan hasil pengukuran
terhadap pressboard baru dengan variasi temperatur, kadar air dan minyak yang
digunakan untuk impregnasi. Batasan kadar air dalam kertas adalah sebagai berikut
(IEEE Std 62 -1995):
91
TRAFO TENAGA
Tabel 3-24 Batasan kadar air dalam kertas sesuai IEEE Std 62-1995
Hasil pengujian arus eksitasi dapat diperoleh bersama dengan hasil pengujian tangent
delta. Batasan hasil pengujian dilakukan dengan membandingkan arus eksitasi antar
fasa.
Tabel 3-25 Evaluasi dan rekomendasi pengujian OLTC
3.3.9 OLTC
Tabel 3-26 Evaluasi dan rekomendasi pengujian OLTC
Pengukuran tahanan
3 Sesuai dengan nameplate Ganti
transisi
Batasan untuk minyak sebagai media pemadam arcing di OLTC tidak mengikuti kriteria
waktu atau jumlah operasi. Minyak OLTC sebaiknya diuji secara berkala dengan
parameter kadar air (water content) dan kekuatan dielektriknya. Dengan batasan
mengacu pada CIGRE report 12-13 tahun 1982 sebagai berikut:
92
TRAFO TENAGA
Jika hasil uji minyak telah melewati batasan nilai di atas, maka minyak OLTC tersebut
harus segera direncanakan untuk dilakukan penggantian.
Tabel 3-27 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele bucholz
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
Volt DC
Kabel pengawatan
Tabel 3-28 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele bucholz
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
MΩ
1 >2 Bagus -
93
TRAFO TENAGA
Tabel 3-29 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele jansen
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
Volt DC
Kabel pengawatan
Tabel 3-30 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele jansen
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
MΩ
1 >2 Bagus -
Tabel 3-31 Evaluasi dan rekomendasi pengujian sumber DC pada rele sudden pressure
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
Volt DC
Kabel pengawatan
94
TRAFO TENAGA
Tabel 3-32 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada rele sudden pressure
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
MΩ
1 >2 Bagus -
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
%
0 – 2,5 Normal -
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
%
<5 Normal -
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
%
<5 Normal -
95
TRAFO TENAGA
Tabel 3-36 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tahanan isolasi pada motor
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
MΩ
1 >2 Bagus -
3.3.15 NGR
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
MΩ
1 >2 Bagus -
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
Ω
1 <1 Bagus -
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
%
1 ± 10 Bagus -
96
TRAFO TENAGA
Hasil Uji
No Keterangan Rekomendasi
(%)
Sesuai dengan
1 <5 -
spesifikasi
Tidak sesuai
2 >5 Penambahan tekanan N2
spesifikasi
97
TRAFO TENAGA
98
TRAFO TENAGA
3.5 Treatment
Tabel 3-46 Item – item shutdown treatment
99
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
1 TRANSFORMATOR TENAGA
1.1 Inspeksi
100
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
101
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
102
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
103
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
104
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
105
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
106
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
107
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
108
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
Karakteristik minyak
1.1.2.3.11 OLTC Kadar air minyak OLTC
109
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
110
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
111
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
SFRA (sweep
1.1.3.6.1 frequency rensponse Primer
analysis)
SFRA (sweep
1.1.3.6.2 frequency rensponse Sekunder
analysis)
SFRA (sweep
1.1.3.6.3 frequency rensponse Tertier
analysis)
112
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
113
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
114
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
1.2 TREATMENT
Pengencangan baut
1.3.1.1.2 Bushing indikator level minyak
bushing
Perbaikan / Penggantian
1.3.1.1.3 Bushing indikator level minyak
bushing
115
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
bushing
Penggantian / perbaikan
1.3.1.2.2 Pendingin
kontaktor
Pembersihan / pengecatan
1.3.1.2.4 Pendingin
sirip radiator
Penambahan minyak
1.3.1.3.1 Dielektrik
konservator
Perbaikan / penggantian
1.3.1.3.3 Dielektrik indikator level minyak
konservator
116
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
Perbaikan / pengggantian
1.3.1.4.3 Panel
MCB AC
Perbaikan / pengggantian
1.3.1.4.4 Panel
MCB DC
Perbaikan / penggantian
1.3.1.4.5 Panel
heater
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.4.6 Panel
terminasi kabel kontrol
Perbaikan / penggantian
1.3.1.4.7 Panel
kontaktor
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.5.1 Rele bucholz
baut terminal
117
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
Perbaikan / penggantian
1.3.1.5.3 Rele bucholz
kabel control
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.6.1 Rele jansen
baut terminal
Perbaikan / penggantian
1.3.1.6.3 Rele jansen
kabel control
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.7.1 Rele sudden pressure
baut terminal
Perbaikan / penggantian
1.3.1.7.3 Rele sudden pressure
kabel control
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.8.1 Rele thermis
baut terminal
118
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
kabel control
Perbaikan kebocoran
1.3.1.10.1 Struktur mekanik
maintank
Perbaikan / penggantian
1.3.1.11.1 Grounding
kawat pentanahan
Perbaikan / pengencangan
1.3.1.11.2 Grounding
baut pentanahan
Penggantian sensor /
1.3.1.12.3 Fire protection
detektor
Reklamasi minyak /
1.3.1.13.2 Dielektrik
regenerasi
119
TRAFO TENAGA
Kondisional
3 Bulanan
Mingguan
1 Tahun
Bulanan
2 Tahun
Harian
KODE SUBSISTEM ITEM PEKERJAAN Keterangan
Perbaikan/ penggantian
1.3.1.9.1 OLTC
indikator counter
Perbaikan/ penggantian
1.3.1.9.3 OLTC
kontaktor