MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Keperawatan dengan dosen pengampu Ns. Maria Emilia Putri Parera., S.kep
Disusun Oleh
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit menjadi tempat penting untuk pelayanan kesehatan. Setiap hari rumah sakit
akan selalu didatangi pasien dengan bermacam-macam penyakit. Setiap penyakit memerlukan
perawatan medis yang berbeda. Sering kali penyakit terjadi disebabkan oleh infeksi. Penyakit
infeksi disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, fungi, virus, cacing, dll. Penyakit infeksi
juga dapat menular. Terdapat beberapa penyakit infeksi menular seperti TBC, HIV/AIDS,
Covid-19, Cacar, Hepatitis B, dsb. Penyakit infeksi menular tersebut diharuskan di rawat di
ruang isolasi. Ruang Isolasi adalah bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam pelayanan
medis, ruangan tersebut di khususkan untuk mengisolasi pasien yang menderita penyakit infeksi
menular. Ruang Isolasi sangat tertutup dan perlu dilakukan kewaspadaan, hal ini dilakukan untuk
membatasi menyebaran penyakit infeksi yang dapat menular pada orang lain.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini:
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Isolasi adalah ruangan khusus untuk memisahkan pasien dengan kondisi medis
tertentu dari pasien lain, petugas medis dan pengunjung. Adanya Ruang isolasi bertujuan untuk
menghindari penyebaran dan penularan penyakit secara langsung maupun tidak langsung, dan
mencegah dan mengendalikan penyakit menular melalui udara.
Pada dasarnya ruang isolasi digunakan untuk pasien dengan penyakit menular, seperti
pasien dengan diagnosa Covid-19, Cacar, Tuberculosis Paru, HIV/AIDS, Kolera, dan Difteri.
Setiap rumah sakit harus menyediakan ruang isolasi untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
memisahkan pasien yang menderita penyakit infeksi menular agar tidak terjadi penularan.
Penempatan ruang isolasi harus di rancang sebaik mungkin agar tidak terjadi transmisi
penyakit infeksi.
Ruang isolasi harus ditempatkan di area yang jarang dilalui orang.
Ruang isolasi harus jauh dari unit kerja lainnya.
Pada ruang isolasi, pasien harus ditempatkan di dekat jendela.
Ruang isolasi harus ditempatkan di tempat yang dapat dipantau perawat.
Isolasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular melalui
udara. Isolasi ini harus dilakukan pada pasien cacar, difteri, antraks, dan tuberculosis. Pasien
yang memiliki penyakit menular tersebut akan ditempatkan di kamar tersendiri. Petugas yang
akan berinteraksi dengan pasien akan menggunakan APD yang terdiri dari respirator
partikulat, gaun, hand scoon, dan masker bedah.
Isolasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit infeksi yang mudah
ditularkan secara kontak langsung. Isolasi ini harus dilakukan pada pasien dengan
konjungtivitis gonorhoea, herpes, rubella, dan rabies. Pasien yang memiliki penyakit infeksi
tersebut akan ditempatkan di kamar tersendiri. Petugas harus menggunakan APD pada saat
berinteraksi dengan pasien, seperti masker, jubah, dan hand scoon.
Isolasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyebaran pathogen yang dikeluarkan
pasien saat batuk,bersin dan bicara yang dapat ditularkan secara kontak tidak langsung.
Isolasi ini harus dilakukan pada pasien pertusis, H5N1, H1N1, RSV, Influenza. Pasien yang
memiliki penyakit tersebut ditempatkan dalam kamar terpisah. Petugas kesehatan yang akan
berinteraksi dengan pasien harus memakai APD, seperti masker, sarung tangan, dan gaun.
4) Isolasi untuk Transmisi Protektif
Isolasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kontak antara pathogen yang berbahaya
pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah atau menurun. Isolasi ini dilakukan pada pasien
yang sedang menjalani pengobatan sitostatika, mendapat terapi imunosupresi atau paska
transplantasi. Pasien tersebut harus ditempatkan pada ruangan yang dapat mempermudah
terlaksananya tindakan pencegahan transmisi infeksi.
Alat dan perkakas: tempat tidur pasien, lemari, standar infus, set infus, nurse call, dan
oksigen.
Listrik: setiap stop kontak atau saklar dipasang pada ketinggian setidaknya 1,40 m dari lantai.
Label: setiap ruang isolasi harus memiliki label tanda peringatan seseuai jenis isolasi pasien,
label diletakkan di luar pintu ruang isolasi.
o Air Bersih
- Kapasitas untuk air bersih 500L/hari x jumlah TT
- Menggunakan wastafel, slop sink, sink, shower, keran, dan kloset.
o Pengelolaan Limbah
- Semua limbah yang dihasilkan oleh pasien harus dibuang sebagai limbah medis.
- Masukkan limbah medis pada kantong limbah medis double-layer.lalu tutup
kantong dengan ikatan kabel secara gooseneck dan semprot dengan desinfektan
yang mengandung klorin 100 mg/L.
o Sistem Kelistrikan
- Menggunakan Surge Suprresor, arrester untuk mengatasi tegangan transient dan
spike.
- Menggunakan trafo isolasi, grounding alat dan gedung untuk perlingungan
terhadap terjadinya arus bocor, kebakaran, dan sambaran petir.
- Menggunakan Active Harmonic Filter (AHF) untuk mengatasi harmonik.
2. Tanda
Tanda ruang isolasi harus dipasang dengan jelas di depan pintu kamar. Dilengkapi dengan
foto persyaratan APD yang sesuai dengan penyebaran penyakitnya. Setiap petugas yang akan
masuk keruangan harus konsultasi dahulu pada dokter atau perawat yang bertugas.
Gambar 2.7
Pasien harus diberi penjelasan dan peralatan yang diperlukan selama dirawat di ruang
isolasi. Mencuci tangan dengan bahan dasat alcohol dan menggunakan APD, dan tidak
diperkenankan keluar masuk dari ruangan.
Buang celemek dan hand scoon pada tempat sampah di dalam ruangan. Cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir di wastafel.
5. Kebersihan Tangan
Tangan harus dibersihkan sebelum dan setelah kontak dengan pasien.
6. Alat Pelindung Diri (APD)
APD harus digunakan setiap kali kontak dengan pasien. APD yang dikenakan antara lain:
Hand scoon
Masker
Google
Hazmat
Topi
Apron
Pelindung kaki
7. Tumpahan Cairan Tubuh atau Darah
Semua tumpahan cairan tubuh maupun darah harus ditangani dengan panduan
pencegahan dan pengendalian infeksi tergantung cara penularan penyakit pada pasien.
Semua benda tajam harus dibuang ke dalam wadah benda tajam. Semua limbah yang
dihasilkan oleh pasien harus diperlakukan sebagai limbah yang berbahaya, dan segera
dimasukkan pada kantong limbah berbahaya.
9. Pembersihan Lingkungan
Ruang isolasi akan dibersihkan sesuai jadwal, dengan menggunakan peralatan sekali
pakai dengan persyaratan pengkodean pembersih NHS.
Semua peralatan medis yang bisa digunakan kembali harus didekontaminasi sesuai
dengan paduan PPI.
11. Pengunjung
Setiap pengunjung harus menggunakan APD sesuai dengan yang dikenakan petugas, dan
melaksanakan panduan sesuai PPI. Jika pengunjung menolak maka pengunjung tidak akan
diijinkan masuk.
Keluarga harus diberitahu tentang risiko potensial penularan, jenazah pasien harus
diperlakukan sesuai dengan agama yang dianut.
Kewaspadaan Isolasi akan dihentikan setelah pasien tidak lagi menular kepada orang lain.
Pasien akan terkena sanksi jika menolak untuk mengikuti isolasi seperti yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pada UU Wabah no. 4 tahun 1984
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan. 2015. PEDOMAN TEKNIS
RUANG ISOLASI. Jakarta.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://rspmanguharjo.jatimp
rov.go.id/wp-content/uploads/2020/09/Tata-Udara-Pandemi-
kirim.pdf&ved=2ahUKEwj88q2nmN30AhWOzTgGHejHByUQFnoECAUQAQ&usg=A
OvVaw1CFZht9f7PIx_O2CMcIzc5 Diakses 9 Desember 2021
Sundari, Titi dkk. (2018). PERAN SISTEM TATA UDARA DALAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI RUANG ISOLASI AIRBORNE RSPI PROF. DR. SULIANTI
SAROSO. The Indonesian Journal of Infectious Diseases, 4 (1).