Akses Modal 1
Akses Modal 1
php/cakrawala
Volume 13 Nomor 1 Juni 2019
Pengembangan Model Akses Modal Bagi Koperasi dan UMKM di Jawa Timur
Eni Wuryani, Durinda Puspasari, Durinta Puspasari
Universitas Negeri Surabaya
DOI: https://doi.org/10.32781/cakrawala.v13i1.297
sebagai jaminan. Menyinggung perihal (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
kegagalan pasar dalam distribusi dan tanah dan bangunan tempat usaha, atau
akses permodalan, terutama yang memiliki hasil penjualan tahunan paling
disebabkan oleh kesulitan UMKM untuk banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
memenuhi persyaratan pinjaman dari lima ratus juta rupiah); (b) milik Warga
pihak perbankan, para kreditur UMKM Negara Indonesia; (c) berdiri sendiri,
sebagian besar terdaftar tidak memiliki bukan merupakan anak perusahaan atau
agunan untuk memenuhi syarat dalam cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
rangka mendapatkan akses persetujuan atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
pinjaman perbankan. Sebagai akibatnya, langsung dengan Usaha Menengah atau
UMKM tampak kurang prospektif untuk Usaha Besar; (d) berbentuk usaha orang
diberikan pinjaman/kredit modal karena perseorangan, badan usaha yang tidak
ketidakmampuan pemenuhan syarat- berbadan hukum, atau badan usaha yang
syarat sebagai jaminan jaminan pinjaman, berbadan hukum, termasuk usaha mikro
dan dikhawatirkan UMKM tidak mampu dan koperasi; (e) mempunyai potensi dan
melunasi pinjaman kreditnya. prospek usaha untuk dikembangkan; (f)
Koperasi dan UMKM yang telah melakukan kegiatan usaha minimal
mempunyai potensial belum banyak yang 1 (satu) tahun; (g) belum memenuhi
memanfaatkan adanya fasilitas kredit dari persyaratan perbankan (non bankable).
perbankan dengan jaminan kredit dari Tujuan penelitian ini (1) meningkatkan
Jamkrida. Berdasarkan pengamatan dari peluang akses modal perbankan bagi
perbankan jika koperasi dan UMKM dinilai koperasi dan UMKM, (2) meningkatkan
layak diberikan kredit, maka UMKM pembiayaan non bank bagi koperasi dan
dan koperasi bisa menggunakan fasilitas UMKM, (3) meningkatkan pemanfaatan
jaminan dari Jamkrida sebesar 70% nilai idle money perbankan bagi Koperasi
dari pinjaman, 30% berasak dari kperasi dan UMKM dengan jaminan kredit dari
dan UMKM. Jamkrida.
Corporate Social Responsibility
(CSR) yang dilakukan BUMN untuk Tinjauan Pustaka
Koperasi dan UMKM, berdasakan Peraturan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
Menteri BUMN No: PER09/MBU/07/2015 Menengah (KUMKM)
tentang Program Kemitraan dan Program KUMKM nerupakan bagian dunia usaha
Bina Lingkungan BUMN. Menurut Pasal yang melakukan kegiatan dan domisili
2 Peraturan menteri BUMN No: PER09/ usahanya di Indonesia. KUMKM memiliki
MBU/07/2015, (1) Perum dan Persero peran dalam pembangunan ekonomi
wajib melaksanakan Program Kemitraan kalangan menengah ke bawah. KUMKM di
dan Program Bina Lingkungan dengan Indonesia juga memiliki andil besar dalam
memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur penyerapan tenaga kerja dan pendapatan
dalam Peraturan ini. (2) Persero Terbuka nasional. Terdapat berbagai definisi yang
dapat melaksanakan Program Kemitraan berbeda mengenai KUMKM berdasarkan
dan Program BL dengan berpedoman pada kepentingan lembaga yang menjelaskan
Peraturan ini yang ditetapkan berdasarkan definisi, definisi tersebut diantaranya:
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham a. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil
(RUPS). Pasal 3 (1) Usaha Kecil yang dapat Menengah (UU No. 9 Tahun 1995)
ikut serta dalam Program Kemitraan adalah Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha
sebagai berikut : (a) memiliki kekayaan Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang
bersih paling banyak Rp500.000.000,00 mempunyai memiliki kekayaan bersih
Cakrawala: Jurnal Litbang Kebijakan, 13(1) 2019: 93-108 | 95
paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak per tahun dan atau aset maksimum Rp
termasuk tanah dan bangunan tempat 600 juta di luar tanah dan bangunan
usaha, dan memiliki penjualan tahunan g. Menurut Undang-Undang Nomor
paling banyak Rp 1.000.000.000,- 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
sementara itu, Usaha Menengah Kecil dan Menengah:
(UM) merupakan entitas usaha Pengertian UMKM meliputi:
milik warga negara Indonesia yang 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif
memiliki kekayaan bersih antara Rp milik orang perorangan atau badan
200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,- usaha perorangan yang memenuhi
tidak termasuk tanah dan bangunan. kriteria Usaha Mikro sebagaimana
b. Badan Pusat Statistik Nasional diatur dalam Undang-Undang.
BPS memberikan definisi UMKM 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
berdasarkan kuantitas tenaga kerja. produktif berdiri sendiri, yang dilakukan
Usaha kecil merupakan entitas usaha oleh orang perorangan atau badan usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja yang bukan merupakan anak perusahaan
5 s.d. 19 orang. Sedangkan usaha atau bukan cabang perusahaan yang
menengah merupakan entitas usaha dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 baik langsung maupun tidak langsung
orang. dari usaha menengah atau usaha besar
c. Bank Indonesia (BI) yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
UMKM adalah perusahaan atau sebagaimana dimaksud dalam Undang-
industri dengan karakteristik berupa: Undang ini
1. Modalnya kurang dari Rp 20 juta. 3. Usaha Menengah adalah usaha
2. Untuk satu putaran dari usahanya ekonomi produktif yang berdiri
hanya membutuhkan dana Rp 5 juta. 3. sendiri, yang dilakukan oleh orang
Memiliki aset maksimum Rp 600 juta perseorangan atau badan usaha yang
di luar tanah dan bangunan. 4. Omzet bukan merupakan anak perusahaan
tahunan kurang lebih Rp 1 miliar. atau cabang perusahaan yang dimiliki,
d. Keppres No. 16/1994 dikuasai, atau menjadi bagian baik
UKM adalah perusahaan yang langsung maupun tidak langsung
memiliki kekayaan bersih maksimal dengan usaha kecil atau usaha besar
Rp. 400 juta dengan jumlah kekayaaan bersih atau
e. Departemen Perindustrian dan hasil penjualan tahunan sebagaimana
perdagangan di atur dalam Undang-Undang ini.
UMKM harus memiliki kriteria Bentuk Pembinaan Bagi Usaha
sebagai berikut: Kecil dan Menengah sebagai Upaya Untuk
meningkatkan Pendapatan. Sebagai sarana
1. Perusahaan memiliki aset maksimal bantuan serta bentuk nyata pembinaan
Rp 600 juta di luar tanah dan usaha kecil yang tercatat selama ini
bangunan diantaranya adalah:
2. Perusahaan memiliki modal kerja di 1. Sistem kemitraan usaha
bawah Rp 25 juta 2. Dana pembinaan BUMN 1-5 persen
dari keuntungan bersih.
f. Departemen Keuangan 3. Pembentukan lembaga penjamin kredit
UMKM adalah perusahaan yang usaha kecil.
memiliki omzet maksimal Rp. 600 juta 4. Fasilitas kredit perbankan khususnya
untuk pengusaha kecil.
96 | Eni Wuryani dkk., Pengembangan Model Akses Modal Bagi Koperasi dan UMKM di Jawa Timur
5. Kredit tanpa agunan (kredit kelayakan Daerah (APBN/APBD) dan luar APBN/
usaha). APBD misalnya dari masyarakat atau
6. Pembentukan proyek pengembangan hibah dari luar negeri. Sesuai dengan
usaha kecil. Undang-Undang Nomor 17 tahun
7. Pembentukan proyek pengembangan 2003 tentang Keuangan Negara, dana
hubungan bank dengan kelompok bergulir yang berasal dari luar APBN,
swadaya masyarakat. diakui sebagai kekayaan negara/daerah
8. Pembentukan forum komunikasi jika dana itu diberikan dan atau diterima
perbankan untuk pengembangan usaha atas nama pemerintah/pemerintah
kecil. daerah.
Usaha kecil dianggap sebagai 2. Dana tersebut dicantumkan dalam
kegiatan ekonomi yang tepat dalam APBN/APBD dan atau laporan
pembangunan di negara yang sedang keuangan. Sesuai dengan Undang-
berkembang, karena : Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
• Usaha kecil mendorong munculnya perbendaharaan Negara Menyatakan
kewirausahaan domestik dan sekaligus semua pengeluaran negar/daerah
menghemat sumber daya negara. dimasukkan dalam APBN/APBD. Oleh
• Usaha kecil menggunakan teknologi sebab itu alokasi anggaran untuk dana
padat karya, sehingga dapat bergulir harus dimasukkan ke dalam
menciptakan lebih banyak kesempatan APBN/APBD. Pencantuman alokasi
kerja dibandingkan yang disediakan anggaran untuk dana bergulir harus
oleh perusahaan berskala besar. dicantumkan dalam APBN/APBD awal
• Usaha kecil dapat didirikan, atau revisi APBN/APBD (APBN-P
dioperasikan dan memberi hasil dengan atau APBD Perubahan).
cepat. 3. Dana tersebut harus dikuasai, dimiliki
• Pengembangan usaha kecil dapat dan /atau dikendalikan oleh Pengguna
mendorong proses desentralisasi Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
interregional dan intra regional, karena (PA/KPA). Pengertian dikuasai dan
usaha kecil dapat berlokasi di kota-kota atau dimiliki mempunyai makna yang
kecil dan pedesaaan. luas yaitu PA/KPA mempunyai hak
• Usaha kecil memungkinkan tercapainya kepemilikan atau penguasaan atas
objektif ekonomi dan sosial politik. dana bergulir, sementara dikendalikan
Dana Bergulir maksutnya adalah PA/KPA mempunyai
Dana bergulir merupakan dana yang kewenangan dalam melakukan
dipinjamkan untuk dikelola dan digulirkan pembinaan, monitoring, pengawasan
kepada masyarakat oleh pengguna anggaran atau kegiatan lain dalam rangka
atau Kuasa Pengguna Anggaran yang pemberdayaan dana bergulir.
bertujuan meningkatkan ekonomi rakyat 4. Dana tersebut merupakan dana yang
dan tujuan lainnya. Adapun karakteristik disalurkan kepada masyarakat ditagih
dari dana bergulir menurut Simanjutak dkk kembali dari masyarakat dengan atau
(2008) adalah sebagai berikut: tanpa nilai tambah, selanjutnya dana
1. Dana tersebut merupakan bagiandari disalurkan kembali kepada masyarakat
keuangan negara/daerah. Dana bergulir demikian seterusnya (bergulir).
dapat bersumber dari Anggaran 5. Pemerintah dapat menarik kembali
Pendapatan dan Belanja Negara/ dana bergulir. Dana yang digulirkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja oleh pemerintah dapat ditagih oleh
Kementrian Negara/Lembaga baik
Cakrawala: Jurnal Litbang Kebijakan, 13(1) 2019: 93-108 | 97
menganalisa calon nasabah dana bergulir Secara umum program dana bergulir
sesuai dengan kriteria penyaluran kredit bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas
di perbankkan. Bank pelaksana juga ekonomi pedesaan, (2) meningkatkan
akan melihat SID/BI Checking calon volume usaha Koperasi dan UMKM, (3)
nasabah. Setelah tahapan prosedur tersebut meningkatkan penyerapan tenaga kerja,
dinyatakan lengkap dan layak mendapat (4) meningkatkan semangat berKoperasi,
kredit, bank pelaksana akan menerbitkan (5) meningkatkan pendapatan anggota dan
SPPK (Surat Persetujuan Perjanjian (6) membangkitkan etos kerja (Pengabean,
Kredit) dan dana siap di cairkan. Namun, 2005) . namun untuk bisa mencapai tujuan
apabila dalam analisis bank pelaksana da program dana bergulir tersebut, maka harus
kelemahan atau tidak lengkap dan tidak terdapat efektivitas dana bergulir dalam hal
layak menurut kriteria bank, maka calon pengelolaan dan pemanfaatannya.
nasabah dana bergulir akan ditolak dan Skema dana bergulir Koperasi
dilaporkan ke SKPD terkait. Sesuai gambar dan UMKM menunjukkan tingkat
diatas, PT Jamkrida dalam penyaluran dana kolektibilitas yang bagus, namun outcome
bergulir berperan sebagai penjamin usaha dari program ini belum banyak diketahui.
mikro, kecil, menengah dan Koperasi Outcome dari skema program wirausaha
(UMKM) yang layak usaha tetapi tidak baru ini diharapkan mampu meningkatkan
cukup memenuhi agunan/jaminan. kelas usaha dari sebelumnya berkategori
Secara umum program dana bergulir usaha kecil menjadi usaha mikro atau
bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas dari dulunya usaha mikro menjadi usaha
ekonomi pedesaan, (2) meningkatkan menengah. Namun untuk mencapai tujuan
volume usaha koperasi dan UMKM, (3) tersebut, tentunya tidak hanya pemerintah
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, memberikan pinjaman dana, tetapi juga
(4) meningkatkan semangat berkoperasi, harus ditambahkan kegiatan monitoring
(5) meningkatkan pendapatan anggota dan dan monitoring perkembangan wirausaha
(6) membangkitkan etos kerja.Keberadaan baru. Hal ini dikarenakan permasalah
Koperasi dan Usaha Mikro Kecil yang dihadapi oleh Koperasi dan UMKM
Menengah (KUMKM) berkontribusi besar tidak hanya terkait keuangan saja, tetapi
dalam menopang perekonomian Indonesia juga masalah pemasaran, manajemen
karena keberadaannya sangat bermanfaat operasional dan manajemen sumber daya
dalam hal pendistribusian pendapatan manusia (Yamamoto, 2001;Adam, 2009;
masyarakat. Selain itu juga mampu Bhasin dan Venkataramany,2010).
menciptakan kreatifitas yang sejalan
dengan usaha untuk mempertahankan dan Kerangka Konsep
mengembangkan unsur-unsur tradisi dan Koperasi dan UMKM secara rutin
kebudayaan masyarakat setempat. Pada sisi melaporkan aktivitas kegiatan ke Dinas
lain, KUMKM mampu menyerap tenaga Koperasi dan UMKM. Dinas Koperasi
kerja dalam skala yang besar mengingat sebagai pembina akan memberikan solusi
jumlah penduduk Indonesia yang besar bila ada masalah di dalam organisasi
sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat koperasi dan UMKM. Dinas Koperasi akan
pengangguran. Dari sinilah terlihat bahwa memberikan rekomendasi kepada Koperasi
keberadaan UMKM yang bersifat padat yang berkinerja baik yang akan mengajukan
karya, menggunakan teknologi yang kredit ke Bank atau ke BUMN. Dalam
sederhana dan mudah dipahami mampu Hal jaminam kredit dalam pengajuan
menjadi sebuah wadah bagi masyarakat peminjaman, 70% jaminan kredit akan
untuk bekerja. ditanggung oleh Jamkrida, sedangkan 30%
Cakrawala: Jurnal Litbang Kebijakan, 13(1) 2019: 93-108 | 99
paling besar yaitu koperasi wanita sejahtera Koperasi wanita belum mengases modal
sebesar Rp. 152.125.709. dari perbankan.
Adapun penerimaan dana dan realisasi Adapun penerimaan dana dan realisasi
kredit sebagai berikut: kredit sebagai berikut:
Dana UMKM dan Koperasi (Channeling): Dana UMKM dan Koperasi (Channeling):
Dana yang diterima: Rp. 4.833.000.000,00 Dana yang diterima: Rp. 4.833.000.000,00
Pemupukan modal: Rp. 119.201.035,00 Pemupukan modal: Rp. 119.201.035,00
Dana yang disalurkan s/d 29 Desember Dana yang disalurkan s/d 29 September
2017 : Rp. 4.214.579.038,00 2017 : Rp. 4.557.402.038,00
Sisa dana s/d 29 Desember 2017 Sisa dana s/d 29 September 2017:
: Rp. 737.621.997,00 Rp. 394.798.997,00
Kediri, 20 September 2017
Cakrawala: Jurnal Litbang Kebijakan, 13(1) 2019: 93-108 | 103
Schmitz, H., and Musyck, Bernard., (1994), Staley, Eugene., and Morse, Richard.,
Industrial districts in Europe: (1965), Modern Small Industry for
policy lessons for developing Developing Countries, McGraw-
countries, World Development, Hill Book Company.
22(6), Jun.: 899-910. Trindira, Happy, (2002), Penentuan
Schmits, H., and K, Nadvi (1999), Prioritas Variabel-variabel Unsur
Cluster and Industrialization: An Klaster Industri Kecil Sebagai
Introduction, World Development, Arahan Kebijakan Pengembangan
27 (9). Industri Kecil, Tesis Magister
Sekaran, Uma., (2003), Research Methods Teknik dan Manajemen Industri,
for Business : A Skill Building ITB.
Approach, fourth edition, John Undang-undang Republik Indonesia
Willey & Sons Inc. Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Siregar, Ali B., Sutoko, Mame S, dan Perindustrian.
Atomsa, T., (1998), Analisis Untari, R., (2004), Pola Pertumbuhan
Kinerja Industri Kecil Dalam Klaster Industri Kecil, Disertasi
Perspektif Kajian Faktor Kunci Program Doktor Teknik dan
Keberhasilan Pengembangan Manajemen Industri, ITB.
Industri, Jurnal TMI 18.