Anda di halaman 1dari 6

PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

Analisis Miskonsepsi Siswa SMP pada Konsep


Getaran dan Gelombang

Haerunnisa*, Prasetyaningsih, Lulu Tunjung Biru


Program Studi Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
*Email haerunnis13@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.33369/pendipa.6.2.428-433

ABSTRACT
This research was motivated by the result of the 2018/2019 national examination at junior high school in
Serang District on the concepts of wave, electricity, and magnetism which obtained low scores. The aim of
this studi was to determine how the misconceptions of Junior High School students on the concept of
vibrations and waves using the four tiers test. This research was conducted at SMP of Serang District. The
research method was a mixed method with a sequential explanatory design, and the sample in this study
was 60 students from one class selected from the three schools in the district of Serang. The instrument
used are the four-tier diagnostic test questions, expert validation sheets, and student interviews guidelines.
The results showed that there were misconceptions of junior high school students on the concept of
vibration and waves in Serang district by 58,7% in the medium category. The highest percentage of
misconceptions is in the indicators distinguishing the characteristics of transverse waves and longitudinal
waves of 64,2% (height), the lowest percentage was found in indicators of determining the shape of
transverse waves and longitudinal waves, analyzing the relationship between wavelength, frequency,
period, and wave speed is 56,7% (medium). The causes of misconceptions come from students, teachers,
and the environment such as classmates.

Keywords: Misconceptions; four-tier test; natural science; vibration and waves.

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil Ujian Nasional (UN) tahun 2018/2019 di SMP Kabupaten Serang
pada konsep materi gelombang, listrik, dan magnet memperoleh nilai rendah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana miskonsepsi siswa SMP pada konsep getaran dan gelombang menggunakan
four tier test. Penelitian ini dilakukan di SMP Kabupaten Serang. Metode yang digunakan yaitu mixed
methods dengan desain squential explanatory design, dan sampel dalam penelitian ini yaitu 60 siswa yang
berasal dari satu kelas terpilih dari ketiga sekolah tersebut. Instrumen yang digunakan adalah instrumen
four tier test, lembar validasi ahli, dan pedoman wawancara siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat miskonsepsi siswa SMP pada konsep getaran dan gelombang di Kabupaten Serang sebesar 58,7%
dengan kategori sedang. Persentase miskonsepsi tertinggi terdapat pada indikator membedakan
karakteristik gelombang transversal dan gelombang longitudinal sebesar 64,2% dengan kategori tinggi,
persentase terendah terdapat pada indikator menentukan bentuk gelombang transversal dan gelombang
longitudinal sebesar 56,7% dengan kategori sedang. Adapun penyebab miskonsepsi yaitu berasal dari
siswa, guru, dan lingkungan seperti teman sekelas.

Kata kunci: Miskonsepsi; four tier test; ilmu pengetahuan alam; getaran dan gelombang.

PENDAHULUAN konsepnya dilakukan dengan tepat. Oleh sebab


Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang itu, setiap siswa diharapkan dapat memahami dan
memiliki peran penting dalam perkembangan menguasai ilmu fisika dengan konsep yang
sains dan teknologi yang dapat mempermudah benar. Namun kenyataannya, sebagian besar
kehidupan manusia. Dengan kata lain ilmu fisika siswa menganggap bahwa ilmu fisika sangat
banyak memiliki manfaat apabila penerapan sulit. Hal ini diperparah dengan sistem

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 428
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

pengajaran ilmu fisika yang fokus pada Sedangkan pemahaman dalam mengartikan
penghafalan rumus yang pada dasarnya fisika konsep disebut sebagai konsepsi. Miskonsepsi
bukanlah pelajaran hafalan rumus (Murtini et al., merupakan salah satu hambatan bagi siswa
2015). Sebagaimana yang disampaikan oleh (Sari dalam memahami dan menguasai materi
et al., 2017) yaitu fisika bukanlah mata pelajaran pelajaran karena miskonsepsi dapat dikatakan
hafalan tetapi lebih menuntut kemampuan siswa sebagai suatu kesalahan (Sholihat et al., 2017).
untuk pemahaman konsep dan aplikasi konsep Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat
tersebut. bersumber dari konsep awal siswa, kehadiran dan
Berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN) metode guru, serta buku teks yang sulit dipahami
tahun 2018/2019 di SMP Kabupaten Serang (Qadri et al., 2019). Kesalahpahaman konsep
menunjukan bahwa pada konsep materi yang dialami siswa mesti segera diatasi. Salah
gelombang, listrik dan magnet memperoleh nilai satunya dengan membuat suatu instrumen
rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penilaian yang bertujuan untuk mengetahui
potensi siswa dalam menjawab salah cukup pemahaman konsep siswa seperti instrumen tes
besar, kesalahan siswa dalam menjawab soal diagnostik (diagnostic test).
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Tes Diagnostik
adanya miskonsepsi yang dialami siswa dan Tes diagnostik (diagnostic test) memiliki
tidak paham konsep. Mengingat fisika memiliki tujuan untuk mendiagnosis kesulitan belajar
konsep yang konkret yaitu dapat dilihat dan siswa dan mengupayakan perbaikannya.
dirasakan oleh indera, dan memiliki konsep Tujuannya yaitu agar dapat diperoleh informasi
abstrak yang terkadang sulit untuk digambarkan bahwa konsep tertentu belum dikuasai sehingga
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam siswa tidak bisa menjawab soal tersebut
memahami konsep tersebut (Fathurohman, meskipun soal tersebut umumnya mudah.
2014). Untuk mengatasi kesulitan tersebut siswa Dengan begitu, guru dapat mengupayakan
akan menafsirkan sendiri konsep yang benar, perbaikan untuk mengatasi permasalahan
padahal belum tentu benar dan sesuai dengan tersebut (Daniati et al., 2014). Dalam
konsep ilmiah. Dengan demikian, interpretasi melangsungkan uji diagnostik guru dapat
siswa terhadap konsep tersebut kemungkinan memanfaatkan instrumen tes diagnostik empat
besar akan memberikan jawaban yang salah tingkat (four tier test). Tes diagnostik empat
dalam Ujian Nasional (UN). tingkat merupakan tes diagnostik berupa
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengembangan dari tes diagnostik tiga tingkat
IPA, ditemukan bahwa pada mata pelajaran IPA (three tier diagnostic test). Pengembangan
siswa sering mengalami kesulitan untuk instrumen ini dengan menambahkan tingkat
memahami konsep IPA pada bidang fisika, keyakinan pada setiap jawaban (Irsanti et al.,
khususnya pada materi getaran dan gelombang. 2018).
Biasanya guru IPA hanya memberikan latiahan
soal remedial jika terdapat siswa yang nilainya METODE PENELITIAN
rendah. Selain itu, guru IPA belum pernah Lokasi dan Sampel Penelitian
melakukan tes yang bermaksud untuk Penelitian ini dilaksanakan di SMP
mengetahui apakah dalam konsep getaran dan Kabupaten Serang, dimulai pada bulan
gelombang terdapat siswa yang mengalami November 2020 sampai bulan September 2021.
miskonsepsi atau tidak paham konsep. Salah satu Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa
metode yang digunakan untuk mengetahui dari satu kelas terpilih dari ketiga sekolah di
miskonsepsi yaitu dengan melakukan tes empat Kabupaten Serang yang telah mempelajari
tingkat atau four tier test. Penelitian ini mencoba konsep getaran dan gelombang, serta
untuk megetahui bagaimana miskonsepsi siswa rekomendasi pihak sekolah.
SMP pada konsep getaran dan gelombang Teknik Pengumpulan Data
menggunakan four tier test di Kabupaten Serang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Miskonsepsi berupa pemberian tes, lembar validasi ahli, dan
Konsep merupakan nama atau atribut pedoman wawancara siswa. Instrumen tes yang
terhadap sesuatu yang disepakati oleh ilmuwan.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 429
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

digunakan yaitu instrumen four tier test yang Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa
terdiri dari 10 soal dengan 5 indikator soal. persentase pemahaman siswa pada konsep
Analisis Data Penelitian getaran dan gelombang terdapat 9,2% siswa yang
Instrumen penelitian yang digunakan paham konsep (PK), 32,1% siswa yang tidak
terlebih dahulu melewati tahap uji validitas, paham konsep (TPK) dan 58,7% siswa yang
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, miskonsepsi (M) pada kategori sedang. Setelah
dan distractor. Kemudian dilakukan tes analisis mengetahui adanya miskonsepsi siswa, guru
miskonsepsi siswa dengan rumus: hendaknya memiliki kemapuan untuk
memperbaiki miskonsepsi tersebut dengan
(1)
mengenali dan menggali prakonsepsi siswa.
70 64.2
(Suwarna, 2014) 58.3 56.7 57.6 56.7
Keterangan: 60

Persentase (%)
P = Persentase jumlah peserta yang paham 50 43.3
konsep, tidak paham konsep, dan 40 33.7
28.4 30
miskonsepsi 30 25
S = Jumlah peserta yang paham konsep, 20
16.7
13.3
tidak paham konsep, dan miskonsepsi 7.5 8.7
10
N = Jumlah peserta tes 0
Tabel 1 Kategori tingkat miskonsepsi 0
1 2 3 4 5
Persentase Kategori Indikator Soal
0 – 30% Rendah
31% - 60% Sedang Paham Konsep (PK) Tidak Paham Konsep (TPK)
61% - 100% Tinggi Miskonsepsi (M)
Siswa dikatakan miskonsepsi apabila siswa
yakin menjawab pertanyaan dengan benar akan Gambar 2 Persentase pemahaman siswa
tetapi salah dalam memilih alasan, siswa pada tiap indikator soal
menjawab pertanyaan salah akan tetapi benar Miskonsepsi tertinggi terdapat pada
dalam memilih alasan, dan siswa menjawab indikator nomor 2 membedakan karakteristik
pertanyaan salah dengan alasan yang salah pula gelombang transversal dan gelombang
(Gurel et al., 2015). longitudinal sebesar 64,2% pada kategori tinggi.
Persentase miskonsepsi terendah terdapat pada
HASIL DAN PEMBAHASAN indikator nomor 3 dan 5 menentukan bentuk
Berikut hasil miskonsepsi siswa SMP pada gelombang transversal dan gelombang
konsep getaran dan gelombang setelah longitudinal, menganalisis hubungan antara
mengerjakan soal four tier test. panjang gelombang, frekuensi, periode, dan
cepat rambat gelombang sebesar 56,7% pada
58.7
kategori sedang.
70
60 Mengidentifikasi getaran dan gelombang
Persentase (%)

50 32.1
40 dalam kehidupan sehari-hari
30 Indikator mengidentifikasi getaran dan
20 9.2
10 gelombang dalam kehidupan sehari-hari terdapat
0 Paham
Konsep (PK) pada soal nomor 1 dengan persentase
Tidak Paham miskonsepsi sebesar 58,3% pada kategori
Konsep (TPK)
Miskonsepsi sedang. Pada soal nomor 1 siswa diminta untuk
(M) menentukan perbedaan yang mendasar antara
gelombang transversal dan gelombang
Kategori
longitudinal. Untuk dapat menjawab soal
tersebut, siswa diharapkan dapat memahami
Gambar 1 Persentase pemahaman siswa SMP
perbedaan jenis-jenis gelombang berdasarkan
konsep getaran dan gelombang

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 430
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

arah rambat gelombang, memahami sepenuhnya merupakan salah satu sumber belajar siswa.
perbedaan makna fisis gelombang transversal Sumber miskonsepsi yang berasal dari teman
dan gelombang longitudinal (Amina et al., 2017). juga terjadi karena siswa sering berkumpul dan
Jawaban siswa menunjukan bahwa siswa memecahkan suatu masalah secara bersama-
mengalami miskonsepsi pada soal nomor 1. sama. Siswa lebih sering bertanya kepada teman
Siswa yakin menjawab pertanyaan dengan benar daripada guru ketika mengalami kesulitan dalam
akan tetapi salah dalam memilih alasan, siswa menjawab pertanyaan. Siswa kurang percaya diri
menjawab pertanyaan salah akan tetapi benar dalam mengerjakan soal, sehingga siswa
dalam memilih alasan, dan siswa menjawab meminta temannya untuk memilih jawaban
pertanyaan salah dengan alasan yang salah pula (Sulistiawarni, 2018). Hal ini memungkinkan
(Gurel et al., 2015). Sebagian besar siswa terjadinya miskonsepsi apabila teman yang
beranggapan bahwa perbedaan dari gelombang dimintai jawaban salah dalam menafsirkan
transversal dan gelombang longitudinal terletak konsep yang sebenarnya. Miskonsepsi tersebut
pada frekuensinya. akan disebarkan kepada siswa lainnya yang
Adapun siswa yang menjawab benar akan meminta bantuan.
tetapi salah dalam memilih alasan dikarenakan Menentukan bentuk gelombang transversal
siswa sering tertukar antara gelombang dan gelombang longitudinal
transversal dan gelombang longtudinal. Hal ini Indikator menentukan bentuk gelombang
disebabkan karena informasi yang diterima siswa transversal dan gelombang longitudinal terdapat
tidak lengkap atau salah sehingga mengakibatkan pada soal nomor 4 dengan persentase
reasoning yang tidak lengkap, disini terdapat miskonsepsi sebesar 56,7% pada kategori
perubahan arti yang sebenarnya (Ulfah & sedang. Pada soal nomor 4 siswa diminta untuk
Fitriyani, 2017). Reasoning dapat disebabkan menetukan bentuk gelombang yang dihasilkan
oleh metode pembelajaran guru yang cenderung pegas yang dimampatkan lalu dilepas. Dari
monoton, belum menghubungkan dengan jawaban siswa menunjukan bahwa terdapat
lingkungan sekitar, dan siswa belum memahami kesalahpahaman siswa dalam memahami
konsep tersebut (Utami et al., 2020). perbedaan dari berbagai jenis gelombang seperti
Membedakan karakteristik gelombang pada penelitian yang telah dilakukan (Liza et al.,
transversal dan gelombang longitudinal 2017) dalam bayangan siswa yang mengalami
Indikator membedakan karakteristik miskonsepsi bahwa contoh dari gelombang
gelombang transversal dan gelombang transversal adalah pegas sedangkan pegas
longitudinal merupakan indikator dengan merupakan contoh dari gelombang longitudinal.
miskonsepsi tertinggi yaitu sebesar 64,2% pada Guru jarang memberikan contoh penerapan
kategori tinggi. Indikator tersebut terdapat pada konsep dalam kehidupan sehari-hari, guru hanya
soal nomor 2 dan 3. Pada soal nomor 2 dan 3 sebatas mengajarkan IPA dalam bentuk
siswa diminta untuk menentukan banyak menghafal konsep saja, Hal tersebut menunjukan
gelombang yang terdapat pada gambar, gambar adanya kesalahpahaman konsep antara
soal nomor 2 merupakan gambar gelombang gelombang longitudinal dan gelombang
transversal dan gambar soal nomor 3 merupakan transversal. Siswa kurang mencari informasi
gambar gelombang longitudinal. Dari jawaban mengenai konsep yang sedang dipelajari dan
siswa menunjukan bahwa siswa mengalami tidak bertanya kepada guru mengenai konsep
miskonsepsi pada soal nomor 2 dan 3. Sumber tersebut.
miskonsepsi yang ditemukan pada siswa yaitu Menghitung besaran-besaran gelombang
berasal dari teman satu kelas yang belum Indikator menghitung besaran-besaran
memahami apa yang dimaksud dengan satu gelombang memiliki persentase miskonsepsi
gelombang (Daniati et al., 2014). sebesar 57,6% pada kategori sedang. Indikator
Menurut (Rosita et al., 2020) sumber tersebut terdapat pada soal nomor 5, 6, 7, 8, dan
miskonsepsi yang berasal dari teman dapat 9. Pada soal nomor 5 siswa diminta untuk
disebabkan oleh penjelasan yang salah mengenai membandingkan frekuensi dan amplitudo yang
suatu konsep yang disampaikan orang lain dihasilkasn oleh sirine A dan sirine B, sirine A
seperti orang tua dan saudara serta internet yang dan sirine B tidak bergerak dan mengeluarkan

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 431
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

bunyi identik, saat dinyalakan volume sirine A variabel yang ditanyakan serta tidak dapat
lebih keras dari volume sirine B. Pada soal menentukan rumus yang digunakan yang berarti
nomor 6 siswa diminta untuk menentukan bahwa siswa tidak dapat menganalisis gambar
panjang gelombang dengan kecepatan 140m/s yang terdapat pada soal nomor 10.
dan frekuensi 50 Hz. Pada soal nomor 7 siswa Siswa belajar dengan cara menghafal dan
diminta untuk menentukan panjang gelombang mengingat kembali apa yang telah dipelajari.
dengan cepat rambat 340m/s dan frekuensi 85 Meskipun banyak siswa mampu menyajikan
Hz. Pada soal nomor 8 siswa diminta untuk hafalan materi yang diterima dengan baik, namun
menentukan banyak getaran yang terjadi dalam 2 dalam kenyataannya siswa sering tidak mengerti
menit dengan frekuensi 5 Hz. Pada soal nomor 9 secara mendalam materi yang diajarkan,
siswa diminta untuk menentukan frekuensi dari akibatnya sebagian besar siswa tidak dapat
bandul yang berayun selama 0,2 detik. menghubungkan apa yang dipelajari dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa bagaimana pengertahuan tersebut dimanfaatkan.
didapatkan informasi bahwa siswa kurang paham Siswa hanya mampu menghafal konsep materi
mengenai besaran-besaran gelombang, siswa tidak dengan memahami inti konsep tersebut
juga sering mengalami kesulitan dalam sehingga saat siswa diberikan soal yang berbeda
memahami rumus dan perhitungan yang terdapat tetapi dengan konsep yang sama siswa masih
pada konsep getaran dan gelombang. Menurut merasa bingung dan tidak dapat menjawab soal
(Charli et al., 2018) siswa tidak akan mengalami yang diberikan (Afifi, 2017).
kesulitan apabila siswa benar dalam perhitungan. Dalam pembelajaran IPA guru sering
Tetapi kenyataannya banyak sekali siswa yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah
tidak dapat menjawab pertanyaan sampai ditahap terkadang tidak sesuai dengan konsep materi
ini, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam yang diajarkan, hal ini dapat membuat siswa
berhitung. Kesulitan ini dapat disebabkan oleh menjadi bosan dan pasif. Menurut (Afifi, 2017)
siswa sendiri jarang latihan soal menggunakan metode ceramah dapat menyebabkan siswa tidak
rumus. Selain itu siswa tidak dapat memahami terlibat aktif dalam memperoleh fakta dan
pertanyaan serta tidak dapat mengubah konsep dalam pembelajaran IPA. Konsep IPA
pertanyaan kedalam rumus sebagai akibatnya hanya akan menjadi cerita dikarenakan informasi
siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui yang direspon otak akan masuk dalam jangka
dan ditanyakan, siswa tidak mengerti maksud pendek. Akibatnya dalam waktu singkat akan
dan tujuan dari pertanyaan yang ditanyakan. langsung melupakan konsep yang telah
Dalam proses pembelajaran masih ditemukan diajarkan.
siswa yang sering bingung dan tidak mengerti
dengan soal yang diberikan meskipun telah
KESIMPULAN
berulang kali diberikan contoh (Afifi, 2017).
Terdapat miskonsepsi siswa SMP pada
Siswa juga beranggapan bahwa konsep getaran
konsep getaran dan gelombang di Kabupaten
dan gelombang merupakan salah satu konsep
Serang sebesar 58,7% dengan kategori sedang.
IPA yang sulit untuk dipelajari karena terdapat
Persentase miskonsepsi siswa dari yang tertinggi
perhitungan didalamnya.
sampai yang terendah yaitu terdapat pada
Menganalisis hubungan antara panjang
indikator membedakan karakteristik gelombang
gelombang, frekuensi, periode, dan cepat
transversal dan gelombang longitudinal sebesar
rambat gelombang
64,2%, mengidentifikasi getaran dan gelombang
Pada indikator menganalisis hubungan
dalam kehidupan sehari-hari sebesar 58,3%,
antara panjang gelombang, frekuensi, periode,
menghitung besaran-besaran gelombang sebesar
dan cepat rambat gelombang yang terdapat pada
57,6%, menentukan bentuk gelombang
soal nomor 10 dengan persentase miskonsepsi
transversal dan gelombang longitudinal serta
sebesar 56,7% pada kategori sedang. Pada soal
menganalisis hubungan antara panjang
nomor 10 siswa diminta untuk menganalisis
gelombang, frekuensi, periode, dan cepat rambat
pengaruh waktu terhadap ketiga gambar yang
gelombang sebesar sebesar dengan persentase
disediakan. Kesulitan dari indikator tersebut
56,7%. Penyebab dari miskonsepsi yang
yaitu dikarenakan siswa tidak memahami

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 432
PENDIPA Journal of Science Education, 2022: 6(2), 428-433 ISSN 2086-9363

ditemukan yaitu berasal dari cara mengajar guru Liza, M. M., Soewarno, S., & Marwan, A.
yang kurang sesuai, diri siswa sendiri seperti (2017). Identifikasi Miskonsespi Siswa pada
siswa beranggapan bahwa konsep tersebut sulit Materi Getaran dan Gelombang Kelas VIII di
untuk dipahami, siswa lebih sering bertanya MTsN Rukoh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
kepada teman sehingga miskonsepsi tersebut Pendidikan Fisika, 1(4), 212–217.
juga dapat bersumber dari teman. Murtini, L., Aminah, N. S., & Rahardjo, D. T.
(2015). Eksperimentasi Pembelajaran Fisika
DAFTAR PUSTAKA Berbasis CTL melalui Metode Eksperimen
Afifi, R. (2017). Penerapan Metode Demonstrasi dan Demonstrasi pada Materi Alat Optik
sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa di
Siswa pada Pembelajaran IPA. Jurnal SMA. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Wahana Pendidikan, 4(1), 22–23. Pendidikan Fisika, 6(1), 140–146.
Amina, A. R. S., Hidayat, A., & Yuliati, L. Qadri, A., Alhaq, P. M., Muthmainah, N.,
(2017). Seminar Nasional Pendidikan Sains II Irpadilla, M. A., Herlina, Aulia, N., &
UKSW 2017 Seminar Nasional Pendidikan Scholten, A. S. (2019). Analisis Miskonsepsi
Sains II UKSW 2017. Seminar Nasional Peserta Didik Kelas XI SMAN 1 Gowa pada
Pendidikan Sains, 209–217. Materi Larutan Penyangga Menggunakan
Charli, L., Amin, A., & Agustina, D. (2018). Instrumen Three Tier Diagnostic Test. Jurnal
Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Nalar Pendidikan, 7(1), 46–52.
Fisika pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X Sari, N. T., Sutarto, & Subiki. (2017).
SMA Ar-Risalah Lubuklinggau Tahun Pengembangan modul berbasis gambar
Pelajaran 2016/2017. Journal of Education kejadian riil untuk pembelajaran fisika sma 1).
and Instruction, 1(1), 42–51. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1), 8–15.
Daniati, S., Djudin, T., & Hamdani. (2014). Sholihat, F. N., Samsudin, A., & Nugraha, M. G.
Miskonsepsi Siswa pada Materi Listrik Statis (2017). Identifikasi Miskonsepsi dan
di Kelas XII SMA Negeri 9 Pontianak. Jurnal Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Four-Tier Diagnostic Test pada Sub- Materi
3(7). Fluida Dinamik : Azas Kontinuitas. Jurnal
Fathurohman, A. (2014). Analogi dalam Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Pengajaran Fisika. Jurnal Inovasi Dan Fisika, 3(2),
Pembelajaran Fisika, 1(1). Sulistiawarni, W. (2018). Identifikasi
Gurel, D. K., Eryılmaz, A., & Mcdermott, L. C. Miskonsepsi Menggunakan Four-Tier
(2015). A Review and Comparison of Diagnostic Test Materi Suhu dan Kalor Siswa
Diagnostic Instruments to Identify Students ’ SMA/MA. (Skripsi). Fakultas Sains dan
Misconceptions in Science. 11(5), 989–1008. Teknologi, Universitas Islam Negeri
Rosita, I., Liliawati, W., & Samsudin, A. (2020). Walisongo, Semarang.
Pengembangan Instrumen Five- Tier Suwarna, I. P. (2014). Analisis Miskonsepsi
Newton’s Laws Test ( 5TNLT ) untuk Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran
Mengidentifikasi Miskonsepsi dan Penyebab Fisika melalui CRI (Certainty of Response
Miskonsepsi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Index) Termodifikasi. Jurnal Laporan, 1.
dan Teknologi, 6(2), 297–306. Ulfah, S., & Fitriyani, H. (2017). Certainty of
Irsanti, R., Khaldun, I., & Hanum, L. (2018). Response Index (Cri): Miskonsepsi Siswa
Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan SMP pada Materi Pecahan. Seminar Nasional
Four- Tier Diagnostic Test pada Materi Pendidikan, Sains dan Teknologi, 341–349.
Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit Utami, D. S., Muharrami, L. K., & Hadi, W. P.
di Kelas X SMA Islam Al-falah Kabupaten (2020). Profil Scientific Reasoning Ability
Aceh Besar Abstrak Pendahuluan Metode Siswa pada Materi Gerak Benda. 11(2), 93–
Penelitian. Jurnal Ilmiah Mahasiswa 104.
Pendidikan Kimia, 2(3), 230–237.

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pendipa 433

Anda mungkin juga menyukai