Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Gusti Agung Sinta Shakuntala
42200216
Pembimbing Klinik:
dr. Margareta Yuliani, Sp.A
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : An. A.P. W.
2. Tanggal Lahir : 29 November 2007
3. Usia : 13 tahun 11 bulan
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Alamat : Kulonprogo
6. Tanggal masuk RS : 1 November 2021, pukul 11.21 WIB
7. Tanggal periksa : 2 November 2021
8. Ruangan : PICU
9. No. RM : 01-90-XX-XX
II. ANAMNESIS
Data anamnesis diperoleh melalui alloanmnesis dengan Ibu pasien, pada hari
Selasa, 2November 2021 pukul 12.30 WIB, di ruang PICU.
A. Keluhan Utama
Nyeri Perut
F. Riwayat Pengobatan
Sebelum dirawat di RS. Bethesda pasien berobat ke Rumah Sakit Charitas
Klepudan diberiinjeksi diazepam dan tablet diazepam. Pasien diberi obat
pulang yaitu paracetamol tablet dan hemafort. Tidak ada obat yang
dikonsumsi secara rutin.
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dan merupakan anak
dari pasangan yang sah. Pasien tinggal serumah dengan aya, ibu, dan adik
pasien. Ayah pasien bekerja serabutan sebagai kuli. Ibu pasien bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Sehari-harinya pasien dirawat oleh ibu pasien.
Nenek pasien juga ikut membantu merawat pasien. Biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS.
Riwayat Pertumbuhan
- Berat badan lahir : 2.600 gram
- Panjang badan lahir : 45 cm
- Usia saat ini : 13 tahun 11 bulan
- Berat badan saat ini : 45 kg
- Tinggi badan saat ini : 150 cm
Kurva Pertumbuhan (WHO CHILD GROWTH STANDARDS z-scores)
Kesan :
TB/U: titik berada tepat pada -3 SD (Pendek)
BB/U: titik berada diantara -2 SD sampai dengan 0 SD
(Normal)
BB/TB : titik berada di antara 0 SD sampai dengan 1 SD
(Normal)
Riwayat Perkembangan
Kesan: Tumbuh kembang sesuai waktu dan tidak ada keterlambatan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan di ruang G3 Anak pada hari Kamis, 2November 2021.
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. GCS : E4V5M6
4. Vital Sign
Nadi : 96 x/menit, teraba kuat, simetris
Nafas : 20 x/menit, teratur
Suhu : 36,2º C
5. Antropometri
BB : 10 kg
PB : 77 cm
STATUS LOKALIS
1. Kepala
Ukuran : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), pupil isokor, gerakan bola mata baik.
Hidung : Deformitas dorsum nasi (-), deviasi septum (-), discharge
(-),napas cuping hidung (-).
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), mukosa bibir kering (-), lidah
kotor (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 tidak
hiperemis.
Telinga : Nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-),
discharge (-)
2. Leher
Tampak simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
nyeri tekan (-)
3. Thoraks
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, retraksi interkosta (-),
jejas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), ketertinggalan gerak (-),
fremitus dalam batas normal (kanan & kiri)
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
rhonki (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC V line mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas/kontur jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung S1/S2 regular, murmur (-)
4. Abdomen
Inspeksi : Distensi abdomen (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+), massa (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-),Scibala (+)
5. Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah : Akral teraba hangat, sianosis (-), ruam (-),
edem (-), nadi teraba kuat dan reguler, CRT < 2 detik.
IV. RESUME
Seorang anak perempian usia 13tahundibawa ke IGD RS Bethesda pada
hari Selasa tanggal 2 November 2021 dengan keluhan kejang. Kejang diawali
dengan tubuh kaku kemudian dilanjutkan dengan kelonjotan seluruh tubuh.
Kejang tanpa disertai demam. Sebelum masuk rumah sakit, kejang dapat
berlangsung hingga 2x dalam sehari. Kejang berlangsung selama 5
menit.Setelah pulang dari rumah sakit kejang dapat berlangsung 7-10x dalam
sehari dengan durasi 1 menit setiap kejangnya. Pasien juga memiliki riwayat
sering melamun sejak kelas 3 SD. Adik dari kakek pasien pernah mengalami
kejang tanpa demam saat kecil. Setelah pulang dari rumah sakit pada tanggal 5
November 2021, pasien kembali kejang karena terlambat minum obat,
kemudian pasien kembali datang ke IGD RS Bethesda pada tanggal 6
November 2021.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan KU sedang, kesadaran compos
mentis, tanda vital nadi 96 x/menit, napas 20 x/menit, suhu 36,2 ºC.
Didapatkan konjungtiva anemis. Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
V. DIAGNOSIS BANDING
Nyeri Abdomen :
GERD
ISK
Appendicitis
IBS (Irritable Bowel Disease)
Demam :
ISK
Bacterial Infection
Dengue Fever
VI. PLANNING
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
2. Pemeriksaan Feces Rutin
3. Pemeriksaan Urine Rutin
4. Pemeriksaan NS1
5. USG Abdomen
6. Pemeriksaan X-Ray Thorax
7. Pemeriksaan X-Ray Abdomen
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (01 November 2021, pukul 11.52 WIB)
IX. TATALAKSANA
1. Antikonvulsan
Diazepam suppositoria
Dosis : 10 mg untuk BB ≥12 kg
R/Diazepam supp 10 mg Tube 1
S.1.d.d (bila kejang)
X. EDUKASI
Obat anti epilepsi harus rutin diminum
Beberapa hal yang harus dilakukan bila anak kejang :
o Tetap tenang dan tidak panik
o Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
o Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu kedalam mulut.
o Observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
o Tetap bersama pasien selama kejang
o Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang
telah berhenti.
o Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
XII.FOLLOW UP HARIAN
Rabu, 3 November 2021
S Pusing (+), kejang (-)
O KU: Sedang, CM
TTV: Suhu 36,4ºC, HR 80x/menit, RR 20x/menit
Status Lokalis
Kepala: Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), mata cekung (-), bibir
kering (-)
Thoraks-paru: Dinding dada simetris, retraksi (-), suara paru vesikuler
(+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Thoraks-jantung: suara jantung S1S2 reguler, murmur(-)
Abdomen : Distensi (-), bising usus (+), timpani di seluruh regio, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas: Akral teraba hangat, CRT <2 detik, nadi kuat dan reguler,
ruam (-), udem (-)
Neurologis: Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-), kekuatan otot
dbn, sensibilitas dbn, rangsang meningeal (-)
A Suspek Epilepsi, Anemia defisiensi besi
P Pemeriksaan EEG
Infus RL
Inj Fenitoin 2x100 mg
Vit B1 100 mg 1x1
Hemafort 1x1
yang sering dijumpai pada bayi, ditandai oleh regurgitasi berulang dari isi
lambung ke dalam esofagus. Jika sfingter esofagus bagian bawah (SEB) tidak
berfungsi dengan baik dapat timbul refluks yang hebat dengan gejala muntah
yang berlebihan. Makanan yang kembali dari lambung ke esofagus tersebut dapat
masuk kembali ke dalam lambung dan dikeluarkan lagi melalui mulut menyerupai
muntah.1,2
menunjukkan kondisi yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan evaluasi atau
dengan komplikasi, baik yang tipikal (gagal tumbuh, anemia, esofagitis) atau
RGE juga harus dibedakan dari: (a) “possetting” yaitu pengeluaran isi
lambung sehabis makan, biasanya meleleh keluar dari mulut, sering didahului
dengan bersendawa dan (b) “rumination” yaitu keluarnya isi lambung ke dalam
menyebabkan refluks, tetapi mekanisme yang lebih penting adalah peran tonus
otot sfingter esofagus bawah yang berkurang, baik dalam keadaan akut maupun
menahun.
kontraksi pada lambung akan diimbangi oleh peningkatan tekanan pada SEB
Angka kejadian refluks pada bayi baru lahir terjadi pada bulan pertama
kelahiran, puncaknya pada bulan ke-4 dengan lebih dari 1 kali episode
regurgitasi. Pada umur 6-7 bln gejala berkurang dari 61% menjadi 21% dan
esofagitis, striktura, dan pneumonia. Keadaan ini jarang terjadi tapi akan
meningkat pada anak dengan cerebral palsy, sindroma Down, cystic fibrosis dan
kelainan anatomi saluran cerna bagian atas (hiatus hernia, stenosis pilorus).
Tanda dan gejala klinis berhubungan langsung dengan iritasi epitel esofagus
1. Muntah yang berlebih terjadi pada 85% pasien selama minggu pertama
setelah umur lebih dari 6 minggu. Bila bayi muntah maka isi lambung dengan
2. Gangguan lain yang sering ditemukan pada RGE adalah gagal tumbuh
kembang (failure to thrive). Hal ini terjadi karena muntah yang berat dan
karena:
3. Aspirasi pneumonia, terdapat pada 1/3 kasus pada bayi dengan muntah hebat
dan dapat berlanjut sampai anak besar dengan akibat batuk kronis, mengi
± 10% kasus. Pada kasus ringan suatu penilaian klinis yang cermat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis. Pada kasus yang berat dan rumit diagnosis dapat
esofagus 5-6)
meningkat.
Gambar 1. Pendekatan Diagnosis RGE pada Bayi dan Anak4
1. Hiatus hernia: kelainan yang terjadi sejak masa janin dengan insufisiensi bagian kardia
gaster.
2. Akhalasia: suatu keadaan dimana tidak terjadi relaksasi terminal esofagus, sehingga
5. Mekoneum ileus.
esofagitis (jika terjadi) dan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Hasil pengobatan lebih
baik pada bayi dari pada anak yang lebih besar, karena sekitar 60-80% pasien, gejalanya
Terapi untuk RGE dapat dibedakan menjadi dua yaitu terapi nonfarmakologis dan
farmakologis.
Pada kasus yang ringan dan tidak rumit dapat diberikan terapi non farmakologis seperti
tidur dengan posisi kepala lebih tinggi, mencegah makan 2 jam sebelum tidur, mencegah
minum susu sebelum tidur, menjaga anak untuk tetap pada posisi telungkup selama 1 jam
sesudah makan, pemberian makanan yang lebih kental dengan tambahan sereal atau dengan
membuat bayi sendawa saja biasanya sudah cukup memadai. Pada kasus berat posisi
terlungkup harus dilanjutkan selama 24 jam dengan kepala terangkat bersudut ±300.
Untuk penanganan esofagitis yang berbahaya bagi pasien dapat diberikan terapi
1. Antasida: untuk menetralisir asam lambung seperti obat sodium alginate atau sukralfat
(sukrosa sulfat) atau yang mengandung alumunium. Obat-obat ini tidak boleh dipakai pada
domperidon, dan cisapride. Pemakaian pada anak dibatasi dan harus hati-hati.
3. Antagonis reseptor histamin H2: akan menghambat sekresi asam lambung yang
dihasilkan oleh reseptor histamin tetapi tidak memiliki efek pada sekresi asam yang
disebabkan oleh asetilkolin atau gastrin. Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah
4. Inhibitor pump proton (pompa proton inhibitor = PPI) yang terikat dengan hidrogen
potassium adenosine triphosphat, merupakan suatu enzim yang berperan sebagai pompa
proton pada sel parietal, karena itu dapat menghambat pertukaran ion pada sekresi asam
HCl. Obat ini menghambat sekresi asam tanpa memandang apakah ada stimulasi oleh
histamine, asetilkolin atau gastrin. Oleh karena obat PPI ini dinonaktifkan oleh asam
lambung maka dibuat dalam bentuk enteric coating sehingga mampu melewati lambung
masuk ke usus dan akan diserap. Obat-obat PPI adalah omeprasol dan lansoprasol yang
penggunaannya telah diizinkan oleh FDA pada pasien anak-anak. Obat- obat PPI ini lebih
efektif dari pada obat-obat yang lain dalam mengurangi sekresi asam dan menyembuhkan
esofagitis. PPI yang diberikan sekali sehari dapat menghilangkan gejala dan
menyembuhkan esofagitis di atas 80% atau di atas 95% pada pemberian 2x/hari. Jika
Firmansyah, Sastroasmoro, ed. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Gastroesophageal reflux. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, ed.
5. Hartland WHS, Dudgeon DL, Colombeni PM and Beaver BL. Gastroesophageal reflux. In
Rudolf and Hoffman, ed. Pediatrics. 18th edition. Norwalk Conneticut, 2003; p.907-18.
6. Yudith M.S & Arnold S, Gastroesophageal reflux & chalasia. In William E. H, Jessie R.G
& John W.P, ed. Current pediatric diagnosis & treatment. ed.10. Denver Colorado, 1991;
p.538-41.
7. Ariyanto. Penggunaan proton pump inhibitor pada penderita gastroesophageal reflux. 2008
/penggunaan-proton-pump-inhibitor- pada-penderita-refluks-esofagus/
8. Farivar M. GERD in infants and children. 2006. [cited 2010 April 6]. Available from
http://www.webgerd.com/ gerdininfants.htm.
9. Marks JW. Gastroesophageal reflux disease (GERD, Acid Reflux, Heartburn). 2008.