Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Globalisasi yang semakin berkembang saat ini, menjadikan sektor ekonomi berubah
pesat. Para pelaku ekonomi di Indonesia di tuntut untuk mampu bersaing merebut pasar
lokal dan pihak asing yang dapat menguasi perekonomian di dalam maupun diluar negeri.
Tingkat pesaing yang kompetitif dan kompleks menyebabkan perusahaan yang
menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas sajalah yang mampu bertahan dan
berkembang.
Hal ini menjadi motivasi perusahaan untuk melakukan perbaikan kulitas produk
ataupun jasa secara terus menerus ( continuos improment ) agar dapat menciptakan produk
atau jasa yang memiliki kualitas yang kompetitif. Perbaikan kualitas dapat dilakukan
dengan peningkatan kulitas produk dan peningktan kinerja perusahaan. Dengan demikian,
kualitas produk menjadi pusat perhatian bagi perusahaan khususnya perusahaan
manufaktur. Karena dalam siklus produk, perusahaan harus mencipkan inovasi-inovasi
agar dapt mempertahankan produknya pada tahap pematangan. Sehingga siklus hidup
produk tidak sampai pada tahap penurunan.
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengelola dan
mengkoordinasi sumber daya manusia dan material, dan menejer bertanggung jawab untuk
pelaksanaan organisasinya, baik yang untuk hasil sekarang maupun untuk potensi yang
akan mendatang. Manajemn merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai
suatu tujuan dan keberhasilan dalam setiap lembaga, oleh karena itu lembaga yang tidak
mengikuti perubahan zaman, dengan sendirinya akan tertinggal dengan lembaga lainnya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan globalisasi dan Manajemen?
b. Bagaimana sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi?
c. Bagaimana perusahaan masuk pasar internasional?
d. Bagaimana mendirikan dan memepengaruhi organisasi?
3. Tujuan
a. Mengetahui perkembangan globalisasi dan manajemen
b. Mengetahui sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi
c. Mengetahui perusahaan masuk pasar internasiona

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

A. Globalisasi Dan Manajemen


Globalisasi (globalization) diartikan sebagai pengakuan oleh organisasi bahwa bisnis
harus mempunyai fokus global, bukan lokal. Fenomena globalisasi terdiri dari tiga faktor
yang saling berkaitan─kedekatan, lokasi, dan sikap.

Kedekatan. Manajer sekarang bekerja dalam kedekatan yang jauh lebih besar daripada
sebelumnya, berhadapan dengan pelanggan, pesaing, pemasok, dan pemerintah yang jauh
lebih banyak dan jauh lebih beragam. Kemampuan teknologi dan manajerial yang semakin
bertambah dari orang di seluruh dunia merupakan aspek lain dari kedekatan. Untuk
memberi penekanan pada semangat baru tentang ikatan yang lebih erat dan tidak
signifikannya jarak dalam dunia bisnis sekarang, Kenichi Ohmae, seorang konsultan yang
sudah lama bisnis global, mendesak para manajer untuk memperlakukan semua pelanggan
sebagai “berjarak sama”(=equidistant) dari organisasi mereka.
Lokasi. Lokasi dan integrasi dari organisasi yang beroperasi melewati beberapa batas
internasional merupakan bagian dari globalisasi. Christopher Barlett dan Sumantra
Ghoshal menggunakan istilah manajemen transnasional (transnational management)
untuk menggambarkan praktek yang semakin banyak dilakukan orang, yaitu memperluas
operasi organisasi melewati batas banyak negara.
Sikap. Globalisasi mengacu pada sikap baru, terbuka mengenai mempraktekkan
manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan keingintahuan mengenai dunia
di luar batas-batas nasional dengan kemauan untuk mengembangkan kemampuan guna
berpartisipasi dalam ekonomi global. Ohmae, Bartlett, Ghoshal, dan banyak yang lain
menyatakan bahwa globalisasi telah muncul sebagai kerangka acuan penting untuk
manajer pada pertengahan tahun 1990-an.
1. Globalisasi dan Daya Saing

Globalisasi bisnis dalam ketiga aspek tadi telah disertai dengan pemikiran baru yang
menonjol mengenai daya saing. Daya saing didefinisikan sebagai posisi relatif dari salah
satu pesaing terhadap para pesaing yang lain. Daya saing telah menjadi bisnis yang
menonjol dan diperhatikan pemerintah dalam era bisnis global sebagai persaingan di
antara bangsa-bangsa. Michael Peter, ahli ternama dalam hal persaingan, telah mengamati
bahwa sementara banyak orang berbicara mengenai daya saing di antara bangsa-bangsa,
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 2
mereka tidak selalu menggunakan kriteria daya saing yang sama. Dua kriteria daya saing
yang berbeda bermanfaat untuk memahami globalisasi dan manajemen. Kedua kriteria ini
mencakup posisi relatif, tetapi berbeda dalam istilah perspektif waktu; melihat ke depan
atau melihat ke belakang.
a) Posisi Relatif Masa Kini, Melihat ke Masa Depan
Daya saing dapat disebut sebagai kesiapan suatu bangsa untuk interaksi daya
saing masa depan. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah memiliki
peluang untuk memenangkan perlombaan yang akan datang. Beberapa ukuran
kriteria ini biasanya didiskusikan dalam lingkungan bisnis dan politik sekarang.
Salah satunya adalah upah pekerja dalam sebuah negara. Ukuran yang lain dari
kriteria ini adalah tingkatan pendidikan dari angkatan kerja bangsa tersebut.
b) Posisi Relatif Masa Kini, Dari Masa Lalu ke Masa Kini
Daya saing dapat juga digambarkan sebagai sebuah benchmark untuk prestasi
yang telah lampau. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah berhasil dalam
mencapai peringkat tertentu yang diinginkan. Ukuran yang paling sering dipakai
dalam kriteria ini adalah bagian pasar dunia dari suatu negara. Suatu perusahaan
dikatakan “kompetitif” dalam usaha mereka sampai sekarang─dari masa lalu ke
masa kini, apabila mereka mempunyai persentase signifikan dari pasar dunia.
Ukuran lain dari kriteria daya saing ini adalah standar kehidupan suatu negara.
Sebuah negara dapat dikatakan kompetitif bila pendapatan per kapita, pelayanan
kesehatan, dan harapan hidup untuk warga negaranya relatif unggul dibandingkan
yang dapat diharapkan oleh warga negara dari bangsa lain.
2. Cara Pemerintah Mempengaruhi Daya Saing

Interpretasi yang berbeda dari daya saing ini digunakan oleh pejabat pemerintah di
seluruh dunia yang secara agresif berjuang untuk menyesuaikan diri dengan bisnis global.
Manajer global harus beroperasi dalam iklim yang ditandai dengan semakin agresifnya
usaha pemerintah untuk mempengaruhi cara mereka menjalankan organisasi. Menurut
Porter, usaha tersebut telah mempengaruhi daya saing global. Ia mengatakan bahwa
sukses, sampai tingkat tertentu, tergantung pada iklim ekonomi, lembaga, dan kebijakan
yang dapat dikatakan merupakan tindakan pemerintah.
3. Memudarnya Pengaruh Dunia Pemerintah dan Swasta

Karena persaingan internasional telah bertambah, pemerintah telah memainkan peran


yang semakin aktif dalam pasar pasca Perang Dunia II. Di Amerika Serikat, peran ini
dikristalisasi ketika pemerintah federal membantu kesulitan keuangan Chryster
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 3
Corporation pada tahun 1980 dengan menjadi penjamin pinjamannya. Tidak lama setelah
itu, pemerintah membebaskan sejumlah pabrik komputer dari undang-undang yang
menentang penggabungan industri, sehingga mereka dapat melakukan penelitian dan
pengembangan bersama meningkatkan kemampuan untuk bersaing dengan Jepang. Salah
satu hasilnya adalah SEMATCH, konsorsium Semiconductor Manufacturing Technology
pada tahun 1987. SEMATCH adalah usaha bersama di antara berbagai perusahaan
terkemuka dalam kemitraan dengan pemerintah. Itu telah menjadi model peran yang dipilih
untuk kerja sama industri-pemerintah oleh Pemerintahan Clinton.
Di bawah Presiden Reagan, reformasi pajak yang besar telah menyebabkan modal
ventura yang masuk dalam ekonomi. Pemerintahan Reagan juga memenangkan bisnis
Amerika terhadap pesaing internasional dalam kontrak di bidang pertahanan.
Ketidakjelasan kebijakan publik dan perusahaan swasta juga terjadi di Jepang dimana
Departemen Perdagangan Internasional dan Industri secara aktif lebih membantu beberapa
industri dibandingkan dengan yang lain, dan pemerintah memainkan peran aktif dalam
ekonomi. Kelompok Lima (wakil-wakil dari Amerika Serikat, Jerman Barat, Jepang,
Perancis, dan Inggris) secara rutin bertemu untuk merencanakan kebijakan moneter
bersama. Sejak tanggal 19 Oktober 1987, tanggal kejatuhan pasar modal, ada saran bahwa
pasar modal di negara-negara ini sebaiknya dikoordinasikan.
4. Perubahan Skenario Internasional

Perubahan politik, pergesaran dalam kebijakan pemerintah, dan persetujuan baru di


antara berbagai bangsa mempunyai dampak pada pasar global. Berikut ini merupakan
beberapa perubahan suasana bisnis di sejumlah wilayah di seluruh dunia.
5. Masyarakat Eropa yang Akan Datang

Masyarakat Eropa (ME) didirikan pada tahun 1992. Sasaran ME adalah


menghilangkan hambatan perdagangan di antara negara anggotanya, menciptakan pasar
tunggal yang terdiri dari 300 juta orang dan memperkuat kesatuan di Eropa secara politik.
ME adalah revolusi dari Pasar Bersama yang diciptakan pada tahun 1957 oleh Perjanjian
Roma. Secara teori, Pasar Bersama adalah untuk mengkoordinasikan kebijakan ekonomi
dan menghilangkan hambatan perdagangan di antara negara anggotanya. Dalam
kenyataannya Pasar Bersama mempunyai wewenang yang amat terbatas dan hambatan
perdagangan yang semakin banyak. Eropa memberikan respons dengan Persetujuan Eropa
Tunggal pada tahun 1987 yang memperbaiki persetujuan Roma dan menciptakan ME.
Banyak bidang kerja sama yang kemudian ditetapkan.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 4


ME mempunyai sejumlah dampak dramatik untuk bisnis. Pertama, akan meningkatkan
efisiensi. Dibawah ME, perusahaan dapat menciptakan rencana tunggal untuk Eropa dan
mengkonsolidasikan pabrik di tempat yang strategis. Kedua, Perusahaan Eropa seharusnya
menjadi pesaing yang lebih kuat dalam ekonomi global. Sebab perusahaan Eropa akan
dikembangkan dalam sistem yang lebih kooperatif. Ketiga, akan mendorong bisnis untuk
memfokuskan hubungan mereka dengan ME, bukan dengan pemerintah domestik. Hal ini
akan meningkatkan persatuan politik di Eropa. Banyak yang khawatir akan perubahan pada
tahun 1992 dan takut semuanya akan menciptakan “Benteng Eropa”, didalamnya ME akan
membangun hambatan perdagangan terhadap perusahaan Amerika dan Jepang. Pendapat
lain mengatakan Eropa bersatu hanya di kertas saja. Diperlukan waktu dan usaha untuk
mengatasi banyak perbedaan.
6. Eksperimen Ekonomi di Republik Rakyat Cina

Pada tahun 1980, Republik Rakyat Cina meluncurkan satu seri percobaan ekonomi
yang unik. Di bawah Mao Zedong, pemerintah telah menentukan sasaran ekonomi bangsa
dan memiliki hampir semua sarana produksi dan distribusi. Walaupun ada bias
antimanajemen, Cina berhasil mencapai sasaran dalam menyediakan makanan, perumahan,
pakaian, dan pendidikan bagi penduduk yang berjumlah satu miliar orang antara tahun
1950 dan 1976. Sesudah Mao meninggal, pemimpin generasi baru Cina mengumumkan
suatu sasaran baru yang ambisius─pertumbuhan ekonomi─dan sejumlah reformasi
ekonomi akan diterapkan praktis dalam semua perusahaan milik negara di Cina. Reformasi
ini memajukan kewirausahaan di dalam bisnis milik negara, mengizinkan bisnis tertentu
untuk mencoba restrukturisasi, dan memperbolehkan wirausahawan memiliki bisnis kecil
sendiri.
Sepanjang tahun 1980-an, Cina mempercepat program reformasi, berharap untuk
menjadi pemain yang semakin diperhitungkan dalam ekonomi dunia. Berbagai perusahaan
memberikan respons dengan melakukan investasi usaha patungan dengan perusahaan Cina.
Perubahan terjadi terlalu cepat dan mengejutkan ketika mahasiswa berbagai universitas
menuntut reformasi demokrasi diatas reformasi ekonomi. Mei 1989 menjadi akhir periode
liberalisasi. Sementara itu, penembakan mahasiswa yang merupakan perintah anggota
partai garis keras dikhawatirkan menandai berakhirnya reformasi ekonomi. Namun pihak
lain lebih optimistik dan menerima penilaian tahun 1987 dari Congressional Office of
Technology bahwa Cina akan menjadi semakin penting bagi Amerika Serikat. Sebenarnya
pada tahun 1993 ada sekitar 3000 pengusaha Cina yang mendapat wewenang melakukan
transaksi dengan pihak asing. Pemerintah Cina juga menunjuk 300 “kota terbuka” tempat

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 5


para penduduk bebas melakukan bisnis dengan pedagang dan investor asing. Tahun 1997
ketika Hong Kong kembali ke bawah pemerintah Cina, banyak perusahaan A.S. terus
melanjutkan investasi di Cina.

7. Sesudah Uni Soviet

Perestroika, restrukturisasi ekonomi versi Soviet diumumkan oleh Presiden Mikhail


Gorbachev pada tahun 1988, menuntut diakhirinya secara perlahan-lahan koordinasi
ekonomi sentral untuk Uni Soviet. Ketika Soviet menujukkan minat untuk merangkul
investasi asing, banyak perusahaan dari Eropa, Jepang, dan Amerika dengan cepat
memberikan respons.
Runtuhnya Uni Soviet dan tersingkirnya Gorbachev telah menyebabkan ketidakpastian
yang besar atas peluang bisnis global di bagian dunia itu. Boris Yeltsin, lawan dari
Gorbachev dan Presiden Republik Rusia yang baru, telah menyatakan untuk melanjutkan
reformasi demokratik dan memajukan ekonomi pasar bebas. Dahulu di bawah pengaruh
Soviet, negara-negara Eropa Timur juga meiliki peluang, dan runtuhnya Tembok Berlin
menjadi simbol gerakan yang besar ke arah demokrasi. Reunifikasi Jerman telah
meyakinkan restrukturisasi ekonomi di tempat yang dahulu disebut Jerman Timur, dan
investasi di Hongaria dan proyek di Polandia telah membuat seluruh Blok Timur dalam
arus aktivitas ekonomi.
Isu yang dihadapi oleh banyak bisnis yang sedang mencoba untuk bekerja di negara-
negara yang baru terbuka adalah SDM dan mencari staf. Dibalik hambatan bahasa dan
budaya terdapat beberapa tantangan besar, antara lain tidak adanya bisnis yang efisien dan
infrastruktur komunikasi; kekurangan karyawan dengan keterampilan kombinasi;
terbatasnya pengetahuan setempat dari profesi SDM seperti yang dipahami di Barat; dan
sulitnya mencari manajer yang bersedia untuk dipindahkan.
8. Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA)

Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA, North American Free Trade
Agreement) mulai dinegosiasikan pada awal tahun 1990-an. NAFTA mengatur
dihilangkannya tarif dan hambatan lain dari perdagangan secara bertahap di antara
perusahaan dan individu di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Sebenarnya, sebagian orang menganggap NAFTA hanya meresmikan secara formal
hubungan perdagangan yang telah ada sebelumnya. Sekalipun demikian, NAFTA menjadi
subjek kontroversi di Kanada dan Amerika Serikat lewat perdebatan di Kongres yang
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 6
mendahului persetujuannya pada musim gugur tahun 1993. Kontroversi yang timbul dari
NAFTA menjadi pelajaran dalam pengaruh kebijakan dan peraturan pemerintah,
disamping pemikiran kedua mengenai daya saing. NAFTA telah meningkatkan kesadaran
mengenai hal-hal seperti perbedaan kondisi di antara ketiga negara yang tercakup.
Perhatian utama yang diberikan A.S. dan Kanada adalah kemungkinan perusahaan yang
berasal dari salah satu negara itu dapat mencari keunggulan dalam bersaing. Keunggulan
atau kemampuan bersaing (Competitive Advantage) adalah suatu kemampuan atau keadaan
yang memungkinkan sebuah perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi
dari rata-rata dalam suatu industri tertentu. Seiring dengan pemikiran itu, apa yang disebut
“Perjanjian Sampingan” mulai dinegosiasikan pada tahun 1993.
9. Ikhtisar Mengenai Pengaruh Pemerintah

Pengaruh pemerintah pada bisnis di semua negara dan wilayah menggarisbawahi


betapa pentingnya para manajer melihat diri mereka sendiri sebagai pihak yang
berhubungan dengan pejabat pemerintah, baik di negara “sendiri” maupun di seluruh
dunia. Dalam kebijakan pemerintah suatu bangsa telah lama mempengaruhi bisnis dalam
berbagai bidang seperti pajak, lisensi, dan penerimaan pegawai. Perjanjian internasional
seperti General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) juga telah lama mempengaruhi
manajemen internasional. Yang ditonjolkan disini adalah intensitas hubungan manajemen-
pemerintah pada tingkat yang baru. Untuk setiap pihak, taruhannya jauh lebih tinggi dari
sebelumnya.
B. Sejarah Modern Secara Ringkas Tentang Globalisasi

Bisnis internasional telah ada dan terbentuk sejak zaman prasejarah, ketika batu api,
keramik, dan barang-barang lain diperdagangkan ke tempat-tempat yang jauh. Akan tetapi,
perusahaan multinasional─seperti yang kita kenal sekarang─masih jarang sampai abad ke
sembilan belas. Sejak itu perusahaan A.S. dan Eropa Barat mulai melakukan investasi
dalam bentuk fasilitas manufaktur di luar negeri.
1. Akibat Buruk Perang Dunia II

Ketika Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat adalah satu-satunya negara besar
yang tidak hancur akibat perang. Tingkat perekonomian A.S. hampir dua kali lipat selama
perang, dan Amerika Serikat mendominasi dunia secara ekonomi, politik, dan militer. Pada
pertengahan tahun 1950-an, perusahaan A.S. mulai melakukan investasi langsung besar-
Amerika meluas ke luar negeri. Sementara itu daya beli di luar negeri meningkat, terutama
di Eropa dan Jepang dimana produksi domestik mereka meningkat pesat. Akhirnya

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 7


produsen luar negeri memperluas usaha di luar batas-batas negara, yakni memasuki pasar
internasional.
Perusahaan dari Eropa Barat─terutama dalam industri seperti kimia, perkakas elektrik,
farmasi, dan ban─mulai memberikan respons pada akhir tahun 1960-an dengan mendirikan
dan memperoleh afiliasi A.S., demikian juga perusahaan perdagangan Jepang
raksasa─terutama dalam tahun 1980-an. Sebagai hasilnya, perdagangan dan persaingan
internasional menjadi semakin ketat pada tahun-tahun belakangan ini. Lebih dari
seperempat barang yang diproduksi di dunia sekarang ini dibawa melintasi perbatasan
negara, sementara hampir tiga perempat barang yang diproduksi di Amerika Serikat
menghadapi pesaing dari luar negeri. Dalam pasar global ini, organisasi harus berjuang
untuk menangkap pasar luar negeri sementara mempertahankan pasar di negara sendiri dari
pesaing asing.
2. Peran Perusahaan Multinasional

Perusahaan dan individu dapat memiliki aset asing dalam 2 cara mendasar, yaitu :
1. Dengan Investasi Portofolio (Portofolio Investment), yaitu investasi dalam aset
asing dimana sebuah perusahaan membeli saham dalam beberapa perusahaan
yang memiliki aset asing tersebut. Investasi Portofolio di luar negeri memberikan
hak kepada perusahaan dan individu untuk menuntut bagian laba, tetapi tidak
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam manajemen.
2. Dengan Investasi Langsung (Direct Investment), yaitu ivestasi dalam aset asing
dimana sebuah perusahaan membeli aset yang dikelola secara langsung. Investasi
langsung lebih jauh dari sekedar mengeskpor, memberi lisensi, bahkan
franchising, semuanya itu adalah jalan menuju globalisasi. Ciri dari investasi
langsung adalah keterlibatan aktif dalam manajemen investasi di luar negeri yang
pada umumnya lewat perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional atau
Multinational Enterprise (MNE), yaitu sebuah perusahaan besar dengan operasi
dan divisi yang tersebar di beberapa negara tetapi dikendalikan oleh kantor pusat
secara sentral.
Dalam membuat keputusan investasi, manajer dalam MNE harus memperhatikan 3
faktor, yaitu :
1) Ekonomi dari berbagai negara, sebuah isu penting termasuk mengevaluasi
Infrastruktur suatu negara, yaitu fasilitas fisik yang diperlukan untuk
mendukung aktivitas ekonomi. Termasuk sistem transportasi, sistem

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 8


komunikasi, sekolah dengan menyediakan tenaga kerja dengan keterampilan
yang memadai, rumah sakit, sumber tenaga listrik, dan fasilitas sanitasi.
2) Risiko politik, yang mengacu pada kemungkinan perubahan politik baik itu
dalam jangka pendek ataupun jangka panjang yang akan mempengaruhi
aktivitas di luar negeri.
3) Kecocokan teknologi pada budaya yang berbeda, teknologi produksi yang
berhasil di Jepang mungkin tidak berhasil di Ekuador. Penduduk dan pemeritah
mungkin menolak untuk dipaksa beradaptasi dengan teknologi baru, perubahan
yang sering kali traumatik. Perubahan teknologi apapun sulit dan dukungan
dari pemerintah setempat hampir mutlak diperlukan.
3. Dampak MNE Pada Negara
Dari lingkungan (termasuk tindakan pemerintah) dan tingkah laku sebenarnya dari
MNE yang terlibat.

Keuntungan potensial utama, yaitu :


a) transfer modal, teknologi dan kewirausahaan kepada negara tuan rumah
b) membaiknya neraca pembayaran tuan rumah
c) terciptanya pekerjaan dan peluang karier
d) memperbaiki persaingan dalam ekonomi setempat
e) ketersediaan produk bagi konsumen lokal yang lebih besar.
Kerugiannya itu terjadi penyalahgunaan di pihak MNE di masa lalu. Misalnya
perusahaan eletronik raksasa Jepang, Hitachi mengakui mencuri teknologi milik IBM.
MNE memiliki kemungkinan lebih besar untuk dilihat secara politik dan tidak peduli
dengan ukuran dan kekuasaan, mudah terkena tindakan hukuman dari pemerintah
setempat. Dengan kondisi tersebut, beberapa perusahaan tampaknya menghadapi risiko
dianggap tidak bertingkah laku etis.
3. Dampak MNE Pada Negara Sendiri

Dampak MNE tidak terlalu banyak karena tidak ada isu untuk membangkitkan
emosional seperti campur tangan politik, gangguan budaya, dan ketergantungan ekonomi.
Namun kerugian dari MNE, adalah mengalir keluarnya investasi asing dan ditambah
berkurangnya pendapatan dari ekspor sehingga akan menyebabkan melemahnya neraca
pembayaran nasional. Dalam jangka panjang, kerugian ini mungkin lebih besar dari
kompensasi berupa pendapatan dividen, biaya memberi lisensi, royalty dan penjualan
komponen untuk perakitan di luar negeri. Dan disisi lain ada risiko dari negara sendiri akan
menderita kerugian dari keuntungan teknologi, terutama jika terlibat usaha patungan dan
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 9
kemitraan strategis global. Investasi luar negeri (manufaktur) menyebabkan hilangnya
pekerjaan domestik. Hal ini terjadi karena perusahaan lebih memilih untuk memindahkan
produksinya ke luar negeri demi mendapat keuntungan dengan biaya rendah, dan
pesaingnya bahkan tidak tinggal diam. Sehingga membuat perusahaan yang tinggal di
dalam negeri mengalami kerugian dalam daya saing, karena perusahaan tersebut akan
kehilangan bisnis dan akhirnya mengurangi jumlah tenaga kerja.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 10


4. Praktek Bisnis Global

Waktu memainkan 2 peran penting dalam manajemen global. Dalam setiap


kesempatan, kesabaran dan sejarah akan terlibat. Berikut adalah 2 peran penting dalam
manajemen global, yaitu :
1. Pertama, manajer tidak dapat begitu saja menyulap organisasi mereka menjadi peserta
global dalam semalam. Diperlukan waktu dan usaha hati – hati untuk mendapatkan
posisi global dengan cara mendiskusikan berbagai alasan mencari posisi global dan
kemungkinan jalur yang ditempuh.
2. Kedua, globalisasi bisnis menyebabkan terjadinya hubungan diantar para manajer
yang bukan hanya tradisi budayanya berbeda, tapi telah berkembang perlahan – lahan
mengikuti jalur berbeda selama beberapa ratus bahkan ribu tahun. Jadi tidak terealistik
mengharapkan hubungan bisnis global untuk berkembang tanpa usaha sungguh –
sungguh dan adaptasi.
C. Cara Perusahaan Memasuki Pasar Internasional

Sebuah organisasi umumnya maju melewati beberapa tahap internasionalisasi yang


setiap tahapnya mewakili cara melakukan bisnis dengan kedekatan kontak yang lebih besar
dengan pelanggan di negara lain. Berikut adalah beberapa tahap internasionalisasi.
Tahap pertama, menyangkut mengeskpor (exporting) yaitu menjual produk yang
dihasilkan secara domestik dipasar asing. Perusahaan yang berada pada tahap pertama dari
internasionalisasi hanya berhubungan secara pasif dengan individu dan organisasi di luar
negeri.
Tahap kedua, perusahaan langsung menangani minat luar negeri mereka, walaupun
mereka mungkin juga terus menggunakan pihak ketiga. Perusahaan tidak menempatkan
karyawan di luar negeri, tetapi karyawan domestik sering kali bepergian ke luar negeri
untuk urusan bisnis.
Tahap ketiga, minat internasional membentuk wajah perusahaan secara keseluruhan
melalui cara yang cukup terpengaruh. Walaupun pada dasarnya masih domestik,
perusahaan mempunyai kendali langsung pada kegiatan impor, ekspor, dan mungkin
memproduksi barang dan jasa di luar negeri. Pada saat inilah manajer menghadapi
kemungkinan menetapkan hubungan kontak formal dengan manajer di negara lain. Mereka
dapat menggunakan lisensi (licensing), yaitu penjualan hak ke pasar produk bermerk atau
menggunakan proses yang dipatenkan atau material yang dilindungi undang – undang hak
cipta atau mereka juga dapat menjual franchise, yaitu suatu tipe pengaturan lisensi, sebuah
perusahaan menjual paket yang terdiri dari merk dagang, mesin, material, dan pedoman
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 11
manajerial. Walaupun lisensi dan franchise menjamin perusahaan mengakses penghasilan
dari luar negeri, namun perannya manajemen terbatas. Untuk memperoleh hak suara dalam
manajemen, organisasi harus beralih ke investasi langsung.
Tahap keempat, mereka dapat mendirikan nama perusahaan atau membeli saham
sehingga bisa mengendalikan perusahaan asing yang sudah ada.
Pilihan yang lain adalah usaha patungan (joint venture), yaitu bentuk bisnis yang
merupakan gabungan perusahaan asing dan perusahaan domestik, mereka berpatungan
menanggung biaya pembangunan fasilitas produksi atau penelitian di negara asing. Sebuah
usaha patungan mungkin adalah satu – satunya cara memasuki negara tertentu yang
berdasarkan hukum melarang orang asing memiliki bisnis. Dalam situasi lain, usaha
patungan memungkinkan perusahaan mengumpulkan pengetahuan teknologi dan berbagi
biaya dan risiko penelitian yang mungkin tidak menghasilkan barang yang tidak dapat
dipasarkan.
Howard V. Perlmutter dan David A. Heenan, yang telah mempelajari kerja sama
internasional, mengemukakan bahwa kemitraan strategis global yang sesungguhnya
diantara perusahaan harus bersifat internasional. Kemitraan strategis global (global
strategic partnership), yaitu aliansi yang dibentuk oleh sebuah organisasi dengan satu atau
beberapa negara asing dengan tujuan untuk mengeksploitasi peluang negara lain dan
mengambil posisi pimpinan dalam pasokan atau produksi. Munculnya aliansi strategis dan
kemitraan mempunyai dampak pada pengaruh keiretsu. Dengan membentuk aliansi,
perusahaan dapat memperkuat kemampuan mereka untuk bersaing.
1. Globalisasi Melanda Budaya

Kesuksesan dari MNE sering kali tergantung pada keterampilannya dalam


menyesuaikan dengan struktur sosial yang diciptakan oleh nilai – nilai dan budaya negara
lain. Hal ini terutama penting untuk manajer yang harus memotivasi dan memimpin
karyawan dari budaya lain dengan berbagai konsep formalitas dan bahkan ide berbeda.
2. Manajer Dan Praduga

Berhadapan dengan karyawan dari negara lain sering kali memaksa manajer untuk
bertentangan dengan praduganya sendiri. Howard Perlmuttr dan David Heenan telah
mengidentifikasi 3 sikap primer diantara para manajer perusahaan internasional, yaitu:
a. Manajer Etnosentrik (Ethnocentric Manager), yaitu sikap bahwa kebiasaan
manajemen dinegara sendiri lebih baik daripada di negara lain dan dapat diekspor
bersama barang dan jasa organisasi.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 12


b. Manajer Polisentrik (Polycentric Manager), yaitu sikap yang menganggap sebuah
negara berbeda dan sulit dipahami dan cenderung membiarkan kantor di luar
negeri bertindak sendiri, karena percaya bahwa manajer lokal pasti mengerti
kebutuhannya sendiri.
c. Manajer Geosentrik (Agaocentric Manager), yaitu sikap yang menerima
persamaan maupun perbedaan antara kebijakan domestik dan asing serta dengan
demikian berusaha untuk mencari keseimbangan antara unsur – unsur yang paling
efektif. Perlmuttr dan Heenan percaya bahwa sikap geosentrik adalah yang paling
cocok bagi manajer perusahaan multinasional tetapi ini juga paling sulit di pelajari
dan diterima.
3. Menerapkan Pendekatan Jepang Di Luar Negeri

Willian G. Ouchi adalah seorang yang mempelajari bisnis jepang dengan harapan
bahwa hal itu mungkin memberikan penyelesaian pada beberapa masalah amerika.

Tabel 1 : Karakteristik organisasi di Jepang dan Amerika

Organisasi Jepang Organisasi Amerika


Bekerja seumur hidup Bekerja untuk jangka pendek
Evaluasi dan promosi lambat Evaluasi dan promosi cepat
Jalur karir tidak menjurus spesialisasi Jalur karir menjurus spesialisasi
Mekanisme pengendalian melekat Mekanisme pengendalian eksplisit
Membuat keputusan bersama – sama Membuat keputusan individual
Tanggung jawab bersama – sama Tanggung jawab individual
Memperhatikan secara keseluruhan Memperhatikan tersegmentasi

Perbedaan ini dalam karakteristik organisasi berkaitan dengan perbedaan tingkah laku
manajerial. Sudah pasti terdapat variasi yang besar dalam cara manajer jepang bertindak,
sekalipun demikian ada sejumlah cara yang secara rata – rata manajer jepang tampak
berbeda dari rata – rata manajer amerika. Secara keseluruhan, manajer jepang tampaknya
lebih peduli dengan dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakan mereka, serta
mereka lebih bersedia berkorban sekarang demi keuntungan masa depan. Mereka juga
lebih bersedia mendorong bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan. Serta
menerima dan menghargai saran dari bawahan. Sebagian karena partisipasi ini, mereka
lebih jarang membuat keputusan cepat dan sepihak. Disamping itu, komunikasi antara

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 13


manajer dan bawahan lebih tidak langsung dan halus daripada di amerika serikat. Manajer
berusaha keras agar tidak mempermalukan rekan sekerjanya didepan publik atau secara
pribadi. Mereka dapat memahami dengan baik rekan sekerjanya sebagai individu dan
menunjukkan kepedulian demi kesejahteraan mereka diluar tempat kerja.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 14


D. Mendirikan Dan Memperbarui Organisasi
1. Arti Kewirausahaan

Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi dari Austria, menulis pada awal tahun
1940-an bahwa sistem ekonomi yang sehat adalah yang sering diterpa oleh “badai abadi
berupa kerusakan kreatif”. Frasa ini masih dapat menggambarkan dunia bisnis kecil masa
kini. Proses terciptanya organisasi baru lebih spesifik lagi, bisnis kecil yang dikenal dengan
proses kewirausahaan.
Enterpreneur (wiraswasta) adalah seorang pelopor bisnis baru atau seorang manajer
yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan memprakarsai perubahan
produk. Fungsi yang spesifik untuk wirausahawan adalah kemampuan mengambil faktor –
faktor produksi ( lahan , tenaga kerja dan modal) dan menggunakannya untuk
memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat
atau tidak diperdulikan oleh eksekutif bisnis lain. Beberapa orang wirausahawan
menggunakan informasi yang biasanya tersedia untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Karena pada dasarnya, wirausahawan melihat kebutuhan dan kemudian membawa tenaga
kerja, material dan modal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tadi. Dan seorang
wirausahawan pada dasarnya menciptakan sebuah organisasi sebagai cara untuk
menawarkan sesuatu yang baru kepada pelanggan, karyawan, atau pihak yang
berkepentingan. Selain itu, wirausahawan harus bisa menemukan relung sebagai sesuatu
yang berbeda
2. Kewirausahaan Dan Manajemen

Menurut Paul H. Wilken, kewirausahaan berbeda dengan manajemn. Kewirausahaan


menncakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedanngkan manajemen
mencakup koordinasi proses produksi yang sudah berjalan.
3. Perlunya Kewirausahaan

Sebelum tahun 1960, kebanyakan ahli ekonomi telah memahami pentingnya


kewirausahaan, tetapi mereka cenderung mengabaikannya. Untuk memulai, perhatian pada
waktu itu dicurahkan pada perusahaan besar yang sulit memahami fakta bahwa
kebanyakan pekerjaan baru diciptakan oleh perusahaan baru yang lebih kecil. Mereka lebih
tertarik dan memfokuskan pada pengelolaan permintaan pelanggan dengan harapan
konsumen membeli lebih banyak produk.
Pada tahun 1970-an keadaan berbanding terbalik dengan keadaan sebelum tahun 1960,
kecepatan produktivitas tidak secepat sebelumnya. Hal itu membuat para ahli ekonomi

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 15


lebih tertarik pada penyediaan barang dan jasa dan kurang tertarik pada pengelolaan
permintaan.
4. Manfaat Kewirausahaan

Kewirausahaan memiliki empat manfaat utama untuk kehidupan sosial, yaitu


kewirausahaan memperkuat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas,
menciptakan teknologi, produk, dan jasa baru, serta mengubah dan meremajakan
persaingan pasar.
Yang pertama yakni pertumbuhan ekonomi. Kewirausahaan dianggap mampu
memperkuat pertumbuhan ekonomi karena dengan terciptanya suatu usaha baru di
kalangan masyarakat, maka akan tercipta pula lapangan pekerjaan baru dalam ekonomi.
Hal itu jelas akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena dengan
berkurangnya pengangguran maka akan menambah jumlah Produk Domestik Bruto (PDB)
di negara tersebut. Dan salah satu ciri terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah naiknya
PDB.
Kedua, meningkatkan produktivitas. Yang dimaksud dengan meningkatkan
produktivitas yaitu menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dengan pertambahan tenaga
kerja dan input lain yang lebih rendah.
Ketiga, menciptakan teknologi, produk, dan jasa baru. Tidak sedikit suatu penemuan
atau inovasi baru ditolak oleh perusahaan-perusahaan besar, sehingga mereka yang telah
menemukan teknologi, produk, atau jasa baru tersebut mengambil resiko untuk membuat
perusahaan kecil sendiri atau menjadi wirausahawan. Keberhasilan dari suatu inovasi
tersebut juga akan mampu memancing penemuan yang lain.
Yang terakhir adalah mengubah dan meremajakan persaingan pasar. Suatu usaha yang
dilakukan wirausahawan akan mampu memancing persaingan yang terjadi dalam suatu
pasar produksi. Mereka akan saling berkompetisi untuk meningkatkan kualitas produk atau
jasa yang mereka tawarkan.
Seorang wirausahawan memberikan kontribusi yang banyak terhadap masyarakat.
Mereka memiliki faktor-faktor yang mmperkuat pengembangan mereka, yakni faktor
psikologis dan faktor sosiologis.
a. Faktor Psiklogis
pada awal tahun 1960-an David McClelland menemukan bahwa orang yang
mengejar karier seperti wirausahawan mempunyai kebutuhan psikologis untuk
pencapaian tujuan. Mereka suka mengambil risiko, tetapi hanya untuk beralasan logis,
karena dengan begitu mereka akan terangsang untuk berjuang lebih keras.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 16


Seorang wirausaha akan memiliki faktor psikologis seperti berikut menurut
Thomas Begley dan David P. Boyd. Faktor-faktor tersebut yaitu kebutuhan untuk
berprestasi. Seorang wirausahawan akan memiliki keinginan untuk berprestasi yang
tinggi, terlebih dalam soal mengembangkan usahanya. Faktor kedua yaitu, letak
kendali. Selanjutnya toleransi terhadap risiko. Hampir dalam diri setiap wirausahawan
tercipta sifat berani mengabil risiko, memilah-milah risiko yang akan mereka hadapi,
mereka beranggapan seseorang yang berani melawan zona nyamannya akan lebih
sukses dibandingkan mereka yang tidak mempunyai keberanian untuk maju. Yang
keempat adalah toleransi terhadap keraguan. Wirausahawan akan sering mengalami
keraguan dalam memutuskan sesuatu, terutama ketika mereka memutuskan
mengambil risiko untuk suatu hal yang baru. Dan yang terakhir, tingkah laku tipe A
yaitu adanya rasa selalu ingin lebih dan lebih dalam memperoleh hasil usahanya.
b. Faktor Sosiologis

Untuk berhasil dalam budaya perusahaan, beberapa kaum minoritas di dalam


perusahaan merasa mereka harus menyerahkan identitas ras, etnik, atau seksual
mereka. Frustasi ini membuat banyak kaum minoritas ingin sekali adnya lingkungan
yang cocok dengan kebutuhan mereka dan membiarkan mereka bebas dan bertindak
untuk berkreasi dan berkembang. Keinginan ini membuat wirausahawan minoritas
sekarang banyak dijumpai di dunia bisnis.
5. Hambatan Terhadap Kewirausahaan

Seorang wirausahawan tidak selalu menemui jalan mulus dalam mendirikan dan
mengembangkan usahanya. Wirausahawan akan sering dihadpakan dengan beberapa
hambatan yang perlu diwaspadai, karena jika salah dalam mengelola dan meghadapi
hambatan tersebut, maka akan berdampak fatal kepada usahanya, salah salah bisa membuat
usaha mereka bangkrut.
Hambatan-hambatan yang mereka hadapi sebagian besar bermasalah dengan skill dan
dana. Kurangnya wirausaha mengenal pangsa pasar yang mereka tuju, kurangnya
keterampilan teknis, kurang mengetahui seluk beluk bisnis karena terkadang wirausahawan
tergesa-gesa untuk terjun dalam dunia bisnis tanpa memahami telrlebih dahulu mereka
hanya mengandalkan modal yang mereka punya, mudah merasa puas dengan apa yang
mereka dapatkan karena seharusnya seorang wirausahawan harus terus termotivasi untuk
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, dan hambatan yang sering terjadi adalah tidak
adanya dana untuk memulai atau mengebangkan usaha mereka.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 17


Beberapa solusi untuk hambatan-hambatan diatas yaitu adanya kontak pasar yaitu
wirausahawan terjun langsung ke dalam situasi pasar untuk memahami peluang yang ada,
tenaga kerja lokal yang mampu untuk membantu wirausahawan di pasar, pendidikan
kewirausahaan sejak sekolah agar setiap orang memiliki skill yang tepat untuk mengatur
dan mengelola usahanya, yang terakhir yaitu bantuan pemasok ini untuk menyokong dana
usaha.
6. Memperbaiki Organisasi
Sebuah organisasi yang telah melewati proses kewirausahaan akan mulai menghadapi
tantangan-tantangan. Dalam menghadapi hal itu, seorang manajer harus dapat
mengimbangi perubahan atas hasil dari tantangan-tantangan yang menghadang di sekitar
mereka. Menurut Senge dan Quinn dalam menghadapi maslah yang terjadi dapat
menggunakan pengalaman simpul ganda, yakni pengalaman yang mengoreksi kesalahan
dengan kembali ke belakang untuk meninjau nilai-nilai yang mendasari dan kebijakan
organisasi dalam proses pembuatan keputusan. Atau dengan pengalaman simpul tunggal
yakni, mengoreksi kesalahan dengan megubah tingkah laku rutin.
a. Intrapreneurship
Intrapreneurship yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer untuk dapat
menghindarkan organisasi dari stagnansi, membuat organisasi adaptif, dan
memajukan organisasi yang mendukung pengalaman kreatif. Intrepreneurship
memerlukan perhatian khusus dari manajer, karena kegiatan ini memotong dasar
aktivitas organisasi yang sudah ditetapkan. Tujuan ekplisit proses intrapreneurial,
sistem pertukaran informasi antara manajer dan intrapreneur, penekanan pada
tanggung jawab dan kewajiban individual, dan penghargaan untuk usaha kreatif
diharapakan mampu mendukung intrapreneurship.
b. Rekayasa Ulang Perusahaan
Pendekatan yang paling banyak digunakan untuk memperbaiki organisasi adalah
“rekayasa ulang perusahaan”. Rekayasa ulang merupakan penilaian ulang yang
signifikan mengenai apa arti sebenarnya dari organisasi tertentu.

Menurut Hammer dan Champy, organisasi dapat cenderung mengalami stganasi jika
anggota organisasi memfokuskan pada keadaan dalam organisasi bukannya pada pola
hubungan yang menghubungkan anggota organisasi dengan orang lular organisasi.
Sehingga menurut mereka, rekayasa ulang organisasi adalah mendefinisikan ulang proses
sebagai pola hubungan yang menghubungkan anggota organisasi dengan orang luar
organisasi,

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 18


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Meskipun Negara Indonesia tidak sepenuhnya dapat menghindari dari globalisasi


ini,namun masyarakat harus bisa menyesuaikan diri dan tetap beragama dan
bermoral.tentunya globalisasi memiliki dampak negative jika tidak di saring sesuai dengan
nilai pancasila, parahnya lagi globalisasi dapat menyebabkan kemunduran moral bagi
masyarakat.

B. Saran
Menurut pendapat saya, Di globalisasi ini bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai
perbaikan disegala bidang. Adapun bidang dasar yang cukup penting seperti sosial dan
budaya, politik, hukum serta bidang ekonomi.

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 19

Anda mungkin juga menyukai