PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Globalisasi yang semakin berkembang saat ini, menjadikan sektor ekonomi berubah
pesat. Para pelaku ekonomi di Indonesia di tuntut untuk mampu bersaing merebut pasar
lokal dan pihak asing yang dapat menguasi perekonomian di dalam maupun diluar negeri.
Tingkat pesaing yang kompetitif dan kompleks menyebabkan perusahaan yang
menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas sajalah yang mampu bertahan dan
berkembang.
Hal ini menjadi motivasi perusahaan untuk melakukan perbaikan kulitas produk
ataupun jasa secara terus menerus ( continuos improment ) agar dapat menciptakan produk
atau jasa yang memiliki kualitas yang kompetitif. Perbaikan kualitas dapat dilakukan
dengan peningkatan kulitas produk dan peningktan kinerja perusahaan. Dengan demikian,
kualitas produk menjadi pusat perhatian bagi perusahaan khususnya perusahaan
manufaktur. Karena dalam siklus produk, perusahaan harus mencipkan inovasi-inovasi
agar dapt mempertahankan produknya pada tahap pematangan. Sehingga siklus hidup
produk tidak sampai pada tahap penurunan.
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi untuk mengelola dan
mengkoordinasi sumber daya manusia dan material, dan menejer bertanggung jawab untuk
pelaksanaan organisasinya, baik yang untuk hasil sekarang maupun untuk potensi yang
akan mendatang. Manajemn merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mencapai
suatu tujuan dan keberhasilan dalam setiap lembaga, oleh karena itu lembaga yang tidak
mengikuti perubahan zaman, dengan sendirinya akan tertinggal dengan lembaga lainnya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana perkembangan globalisasi dan Manajemen?
b. Bagaimana sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi?
c. Bagaimana perusahaan masuk pasar internasional?
d. Bagaimana mendirikan dan memepengaruhi organisasi?
3. Tujuan
a. Mengetahui perkembangan globalisasi dan manajemen
b. Mengetahui sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi
c. Mengetahui perusahaan masuk pasar internasiona
Kedekatan. Manajer sekarang bekerja dalam kedekatan yang jauh lebih besar daripada
sebelumnya, berhadapan dengan pelanggan, pesaing, pemasok, dan pemerintah yang jauh
lebih banyak dan jauh lebih beragam. Kemampuan teknologi dan manajerial yang semakin
bertambah dari orang di seluruh dunia merupakan aspek lain dari kedekatan. Untuk
memberi penekanan pada semangat baru tentang ikatan yang lebih erat dan tidak
signifikannya jarak dalam dunia bisnis sekarang, Kenichi Ohmae, seorang konsultan yang
sudah lama bisnis global, mendesak para manajer untuk memperlakukan semua pelanggan
sebagai “berjarak sama”(=equidistant) dari organisasi mereka.
Lokasi. Lokasi dan integrasi dari organisasi yang beroperasi melewati beberapa batas
internasional merupakan bagian dari globalisasi. Christopher Barlett dan Sumantra
Ghoshal menggunakan istilah manajemen transnasional (transnational management)
untuk menggambarkan praktek yang semakin banyak dilakukan orang, yaitu memperluas
operasi organisasi melewati batas banyak negara.
Sikap. Globalisasi mengacu pada sikap baru, terbuka mengenai mempraktekkan
manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan keingintahuan mengenai dunia
di luar batas-batas nasional dengan kemauan untuk mengembangkan kemampuan guna
berpartisipasi dalam ekonomi global. Ohmae, Bartlett, Ghoshal, dan banyak yang lain
menyatakan bahwa globalisasi telah muncul sebagai kerangka acuan penting untuk
manajer pada pertengahan tahun 1990-an.
1. Globalisasi dan Daya Saing
Globalisasi bisnis dalam ketiga aspek tadi telah disertai dengan pemikiran baru yang
menonjol mengenai daya saing. Daya saing didefinisikan sebagai posisi relatif dari salah
satu pesaing terhadap para pesaing yang lain. Daya saing telah menjadi bisnis yang
menonjol dan diperhatikan pemerintah dalam era bisnis global sebagai persaingan di
antara bangsa-bangsa. Michael Peter, ahli ternama dalam hal persaingan, telah mengamati
bahwa sementara banyak orang berbicara mengenai daya saing di antara bangsa-bangsa,
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 2
mereka tidak selalu menggunakan kriteria daya saing yang sama. Dua kriteria daya saing
yang berbeda bermanfaat untuk memahami globalisasi dan manajemen. Kedua kriteria ini
mencakup posisi relatif, tetapi berbeda dalam istilah perspektif waktu; melihat ke depan
atau melihat ke belakang.
a) Posisi Relatif Masa Kini, Melihat ke Masa Depan
Daya saing dapat disebut sebagai kesiapan suatu bangsa untuk interaksi daya
saing masa depan. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah memiliki
peluang untuk memenangkan perlombaan yang akan datang. Beberapa ukuran
kriteria ini biasanya didiskusikan dalam lingkungan bisnis dan politik sekarang.
Salah satunya adalah upah pekerja dalam sebuah negara. Ukuran yang lain dari
kriteria ini adalah tingkatan pendidikan dari angkatan kerja bangsa tersebut.
b) Posisi Relatif Masa Kini, Dari Masa Lalu ke Masa Kini
Daya saing dapat juga digambarkan sebagai sebuah benchmark untuk prestasi
yang telah lampau. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah berhasil dalam
mencapai peringkat tertentu yang diinginkan. Ukuran yang paling sering dipakai
dalam kriteria ini adalah bagian pasar dunia dari suatu negara. Suatu perusahaan
dikatakan “kompetitif” dalam usaha mereka sampai sekarang─dari masa lalu ke
masa kini, apabila mereka mempunyai persentase signifikan dari pasar dunia.
Ukuran lain dari kriteria daya saing ini adalah standar kehidupan suatu negara.
Sebuah negara dapat dikatakan kompetitif bila pendapatan per kapita, pelayanan
kesehatan, dan harapan hidup untuk warga negaranya relatif unggul dibandingkan
yang dapat diharapkan oleh warga negara dari bangsa lain.
2. Cara Pemerintah Mempengaruhi Daya Saing
Interpretasi yang berbeda dari daya saing ini digunakan oleh pejabat pemerintah di
seluruh dunia yang secara agresif berjuang untuk menyesuaikan diri dengan bisnis global.
Manajer global harus beroperasi dalam iklim yang ditandai dengan semakin agresifnya
usaha pemerintah untuk mempengaruhi cara mereka menjalankan organisasi. Menurut
Porter, usaha tersebut telah mempengaruhi daya saing global. Ia mengatakan bahwa
sukses, sampai tingkat tertentu, tergantung pada iklim ekonomi, lembaga, dan kebijakan
yang dapat dikatakan merupakan tindakan pemerintah.
3. Memudarnya Pengaruh Dunia Pemerintah dan Swasta
Pada tahun 1980, Republik Rakyat Cina meluncurkan satu seri percobaan ekonomi
yang unik. Di bawah Mao Zedong, pemerintah telah menentukan sasaran ekonomi bangsa
dan memiliki hampir semua sarana produksi dan distribusi. Walaupun ada bias
antimanajemen, Cina berhasil mencapai sasaran dalam menyediakan makanan, perumahan,
pakaian, dan pendidikan bagi penduduk yang berjumlah satu miliar orang antara tahun
1950 dan 1976. Sesudah Mao meninggal, pemimpin generasi baru Cina mengumumkan
suatu sasaran baru yang ambisius─pertumbuhan ekonomi─dan sejumlah reformasi
ekonomi akan diterapkan praktis dalam semua perusahaan milik negara di Cina. Reformasi
ini memajukan kewirausahaan di dalam bisnis milik negara, mengizinkan bisnis tertentu
untuk mencoba restrukturisasi, dan memperbolehkan wirausahawan memiliki bisnis kecil
sendiri.
Sepanjang tahun 1980-an, Cina mempercepat program reformasi, berharap untuk
menjadi pemain yang semakin diperhitungkan dalam ekonomi dunia. Berbagai perusahaan
memberikan respons dengan melakukan investasi usaha patungan dengan perusahaan Cina.
Perubahan terjadi terlalu cepat dan mengejutkan ketika mahasiswa berbagai universitas
menuntut reformasi demokrasi diatas reformasi ekonomi. Mei 1989 menjadi akhir periode
liberalisasi. Sementara itu, penembakan mahasiswa yang merupakan perintah anggota
partai garis keras dikhawatirkan menandai berakhirnya reformasi ekonomi. Namun pihak
lain lebih optimistik dan menerima penilaian tahun 1987 dari Congressional Office of
Technology bahwa Cina akan menjadi semakin penting bagi Amerika Serikat. Sebenarnya
pada tahun 1993 ada sekitar 3000 pengusaha Cina yang mendapat wewenang melakukan
transaksi dengan pihak asing. Pemerintah Cina juga menunjuk 300 “kota terbuka” tempat
Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA, North American Free Trade
Agreement) mulai dinegosiasikan pada awal tahun 1990-an. NAFTA mengatur
dihilangkannya tarif dan hambatan lain dari perdagangan secara bertahap di antara
perusahaan dan individu di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Sebenarnya, sebagian orang menganggap NAFTA hanya meresmikan secara formal
hubungan perdagangan yang telah ada sebelumnya. Sekalipun demikian, NAFTA menjadi
subjek kontroversi di Kanada dan Amerika Serikat lewat perdebatan di Kongres yang
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 6
mendahului persetujuannya pada musim gugur tahun 1993. Kontroversi yang timbul dari
NAFTA menjadi pelajaran dalam pengaruh kebijakan dan peraturan pemerintah,
disamping pemikiran kedua mengenai daya saing. NAFTA telah meningkatkan kesadaran
mengenai hal-hal seperti perbedaan kondisi di antara ketiga negara yang tercakup.
Perhatian utama yang diberikan A.S. dan Kanada adalah kemungkinan perusahaan yang
berasal dari salah satu negara itu dapat mencari keunggulan dalam bersaing. Keunggulan
atau kemampuan bersaing (Competitive Advantage) adalah suatu kemampuan atau keadaan
yang memungkinkan sebuah perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi
dari rata-rata dalam suatu industri tertentu. Seiring dengan pemikiran itu, apa yang disebut
“Perjanjian Sampingan” mulai dinegosiasikan pada tahun 1993.
9. Ikhtisar Mengenai Pengaruh Pemerintah
Bisnis internasional telah ada dan terbentuk sejak zaman prasejarah, ketika batu api,
keramik, dan barang-barang lain diperdagangkan ke tempat-tempat yang jauh. Akan tetapi,
perusahaan multinasional─seperti yang kita kenal sekarang─masih jarang sampai abad ke
sembilan belas. Sejak itu perusahaan A.S. dan Eropa Barat mulai melakukan investasi
dalam bentuk fasilitas manufaktur di luar negeri.
1. Akibat Buruk Perang Dunia II
Ketika Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat adalah satu-satunya negara besar
yang tidak hancur akibat perang. Tingkat perekonomian A.S. hampir dua kali lipat selama
perang, dan Amerika Serikat mendominasi dunia secara ekonomi, politik, dan militer. Pada
pertengahan tahun 1950-an, perusahaan A.S. mulai melakukan investasi langsung besar-
Amerika meluas ke luar negeri. Sementara itu daya beli di luar negeri meningkat, terutama
di Eropa dan Jepang dimana produksi domestik mereka meningkat pesat. Akhirnya
Perusahaan dan individu dapat memiliki aset asing dalam 2 cara mendasar, yaitu :
1. Dengan Investasi Portofolio (Portofolio Investment), yaitu investasi dalam aset
asing dimana sebuah perusahaan membeli saham dalam beberapa perusahaan
yang memiliki aset asing tersebut. Investasi Portofolio di luar negeri memberikan
hak kepada perusahaan dan individu untuk menuntut bagian laba, tetapi tidak
memiliki hak untuk berpartisipasi dalam manajemen.
2. Dengan Investasi Langsung (Direct Investment), yaitu ivestasi dalam aset asing
dimana sebuah perusahaan membeli aset yang dikelola secara langsung. Investasi
langsung lebih jauh dari sekedar mengeskpor, memberi lisensi, bahkan
franchising, semuanya itu adalah jalan menuju globalisasi. Ciri dari investasi
langsung adalah keterlibatan aktif dalam manajemen investasi di luar negeri yang
pada umumnya lewat perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional atau
Multinational Enterprise (MNE), yaitu sebuah perusahaan besar dengan operasi
dan divisi yang tersebar di beberapa negara tetapi dikendalikan oleh kantor pusat
secara sentral.
Dalam membuat keputusan investasi, manajer dalam MNE harus memperhatikan 3
faktor, yaitu :
1) Ekonomi dari berbagai negara, sebuah isu penting termasuk mengevaluasi
Infrastruktur suatu negara, yaitu fasilitas fisik yang diperlukan untuk
mendukung aktivitas ekonomi. Termasuk sistem transportasi, sistem
Dampak MNE tidak terlalu banyak karena tidak ada isu untuk membangkitkan
emosional seperti campur tangan politik, gangguan budaya, dan ketergantungan ekonomi.
Namun kerugian dari MNE, adalah mengalir keluarnya investasi asing dan ditambah
berkurangnya pendapatan dari ekspor sehingga akan menyebabkan melemahnya neraca
pembayaran nasional. Dalam jangka panjang, kerugian ini mungkin lebih besar dari
kompensasi berupa pendapatan dividen, biaya memberi lisensi, royalty dan penjualan
komponen untuk perakitan di luar negeri. Dan disisi lain ada risiko dari negara sendiri akan
menderita kerugian dari keuntungan teknologi, terutama jika terlibat usaha patungan dan
MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN Page 9
kemitraan strategis global. Investasi luar negeri (manufaktur) menyebabkan hilangnya
pekerjaan domestik. Hal ini terjadi karena perusahaan lebih memilih untuk memindahkan
produksinya ke luar negeri demi mendapat keuntungan dengan biaya rendah, dan
pesaingnya bahkan tidak tinggal diam. Sehingga membuat perusahaan yang tinggal di
dalam negeri mengalami kerugian dalam daya saing, karena perusahaan tersebut akan
kehilangan bisnis dan akhirnya mengurangi jumlah tenaga kerja.
Berhadapan dengan karyawan dari negara lain sering kali memaksa manajer untuk
bertentangan dengan praduganya sendiri. Howard Perlmuttr dan David Heenan telah
mengidentifikasi 3 sikap primer diantara para manajer perusahaan internasional, yaitu:
a. Manajer Etnosentrik (Ethnocentric Manager), yaitu sikap bahwa kebiasaan
manajemen dinegara sendiri lebih baik daripada di negara lain dan dapat diekspor
bersama barang dan jasa organisasi.
Willian G. Ouchi adalah seorang yang mempelajari bisnis jepang dengan harapan
bahwa hal itu mungkin memberikan penyelesaian pada beberapa masalah amerika.
Perbedaan ini dalam karakteristik organisasi berkaitan dengan perbedaan tingkah laku
manajerial. Sudah pasti terdapat variasi yang besar dalam cara manajer jepang bertindak,
sekalipun demikian ada sejumlah cara yang secara rata – rata manajer jepang tampak
berbeda dari rata – rata manajer amerika. Secara keseluruhan, manajer jepang tampaknya
lebih peduli dengan dampak jangka panjang dari keputusan dan tindakan mereka, serta
mereka lebih bersedia berkorban sekarang demi keuntungan masa depan. Mereka juga
lebih bersedia mendorong bawahan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan. Serta
menerima dan menghargai saran dari bawahan. Sebagian karena partisipasi ini, mereka
lebih jarang membuat keputusan cepat dan sepihak. Disamping itu, komunikasi antara
Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi dari Austria, menulis pada awal tahun
1940-an bahwa sistem ekonomi yang sehat adalah yang sering diterpa oleh “badai abadi
berupa kerusakan kreatif”. Frasa ini masih dapat menggambarkan dunia bisnis kecil masa
kini. Proses terciptanya organisasi baru lebih spesifik lagi, bisnis kecil yang dikenal dengan
proses kewirausahaan.
Enterpreneur (wiraswasta) adalah seorang pelopor bisnis baru atau seorang manajer
yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan memprakarsai perubahan
produk. Fungsi yang spesifik untuk wirausahawan adalah kemampuan mengambil faktor –
faktor produksi ( lahan , tenaga kerja dan modal) dan menggunakannya untuk
memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat
atau tidak diperdulikan oleh eksekutif bisnis lain. Beberapa orang wirausahawan
menggunakan informasi yang biasanya tersedia untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Karena pada dasarnya, wirausahawan melihat kebutuhan dan kemudian membawa tenaga
kerja, material dan modal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tadi. Dan seorang
wirausahawan pada dasarnya menciptakan sebuah organisasi sebagai cara untuk
menawarkan sesuatu yang baru kepada pelanggan, karyawan, atau pihak yang
berkepentingan. Selain itu, wirausahawan harus bisa menemukan relung sebagai sesuatu
yang berbeda
2. Kewirausahaan Dan Manajemen
Seorang wirausahawan tidak selalu menemui jalan mulus dalam mendirikan dan
mengembangkan usahanya. Wirausahawan akan sering dihadpakan dengan beberapa
hambatan yang perlu diwaspadai, karena jika salah dalam mengelola dan meghadapi
hambatan tersebut, maka akan berdampak fatal kepada usahanya, salah salah bisa membuat
usaha mereka bangkrut.
Hambatan-hambatan yang mereka hadapi sebagian besar bermasalah dengan skill dan
dana. Kurangnya wirausaha mengenal pangsa pasar yang mereka tuju, kurangnya
keterampilan teknis, kurang mengetahui seluk beluk bisnis karena terkadang wirausahawan
tergesa-gesa untuk terjun dalam dunia bisnis tanpa memahami telrlebih dahulu mereka
hanya mengandalkan modal yang mereka punya, mudah merasa puas dengan apa yang
mereka dapatkan karena seharusnya seorang wirausahawan harus terus termotivasi untuk
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, dan hambatan yang sering terjadi adalah tidak
adanya dana untuk memulai atau mengebangkan usaha mereka.
Menurut Hammer dan Champy, organisasi dapat cenderung mengalami stganasi jika
anggota organisasi memfokuskan pada keadaan dalam organisasi bukannya pada pola
hubungan yang menghubungkan anggota organisasi dengan orang lular organisasi.
Sehingga menurut mereka, rekayasa ulang organisasi adalah mendefinisikan ulang proses
sebagai pola hubungan yang menghubungkan anggota organisasi dengan orang luar
organisasi,
A. Kesimpulan
B. Saran
Menurut pendapat saya, Di globalisasi ini bangsa Indonesia perlu melakukan berbagai
perbaikan disegala bidang. Adapun bidang dasar yang cukup penting seperti sosial dan
budaya, politik, hukum serta bidang ekonomi.