Anda di halaman 1dari 6

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, “Anak yang

membutuhkan perlindungan khusus adalah anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan
dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, dan anak tereksploitasi, mencakup
eksploitasi ekonomi dan/atau seksual anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban
penyalah gunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban
penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental,anak
yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.”

Metode sosiodrama dapat digunakan untuk mengedukasi kelompok dalam berbagai hal, sesuai
topik atau tema dari sosiodrama tersebut. Contohnya adalah dengan bermain peran tentang
Perang Dunia, di mana ada pihak yang berperan sebagai penyerang, korban, tim medis, maupun
hanya sebagai saksi. Moreno, pencetus metode psikodrama dan sosiometri yang
mengembangkan metode sosiodrama di era Perang Dunia II berharap, dengan memerankan
kembali konflik antarkelompok dengan memiliki perwakilan dari tiap kelompok berbeda yang
memerankan satu sama lain, orang-orang dapat memperoleh perspektif tentang pemahaman,
perdamaian, dan tatanan sosial baru (Marineau, 1989; Kellerman, 2007). BUKU: Kellerman, P.
F. (2007). Sociodrama and Collective Trauma. London: Jessica Kingsley
Publishers.

Saat ini banyak sekali terlihat permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses hubungan
sosial akibat dari tidak mengertinya remaja terhadap peran dalam interaksi sosial. Peserta didik
sulit untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebayanya. Untuk itu, peneliti harus
mengerti terlebih dahulu tentang apa faktor yang mempengaruhi hubungan sosial dan
bagaimana proses hubungan sosial itu terjadi. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-
anak menuju dewasa dan merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan
manusia. Perubahan banyak terjadi pada individu yang memasuki masa remaja. Perubahan
tersebut meliputi semua aspek perkembangan seperti perubahan fisik, emosional, sosial, moral,
dan juga kepribadian (Hurlock, 2002: 206). BUKU; Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi
Perkembangan edisi ke-5. Jakarta :Erlangga.
Siswa merupakan remaja yang sedang dalam proses berkembang ke arah kematangan dan salah
satunya adalah kematangan emosional. Menurut Sunarto dan Hartono (2013: 26). BUKU:
Sunarto, H & Hartono, Agung. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

menyatakan bahwa emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku
fisik. Seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras, atau tingkah laku yang lain.
Begitu pula sebaliknya seorang yang gembira akan melonjak-lonjak sambil tertawa lebar, dan
sebagainya.

Menurut Tohirin (2013: 164) layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan
bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan
bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas
berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan bagi masalah individu (siswa)
yang menjadi peserta layanan. BUKU: Tohirin. (2013). Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (berbasis integrasi). Jakarta : Grafindo Persada.

Menurut Rusman (2009: 13) bahwa bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan
kepada individu melalui dinamika kelompok dengan berbagi pengalaman dalam upaya
pengembangan wawasan, sikap dan/atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah
timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi. BUKU; Rusman. (2009).
Manajemen Kurikulum. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Romlah (2001: 13) menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok yaitu untuk membantu
individu menemukan dirinya sendiri, mengarahkan dan dapat menyesuikan diri dengan
lingkungannya. Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan dalam membantu permasalahan yang dialami siswa salah satunya adalah teknik
sosiodrama. Teknik sosiodrama merupakan teknik yang tepat digunakan untuk membantu
meningkatkan kemampuan regulasi emosi siswa dalam interaksi dengan teman sebaya. BUKU;
Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Menurut Sanjaya (2012: 160-161) bahwa sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran
untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan
yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,
gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Melalui teknik sosiodrama, sebagai
strategi pemecahan masalah yang dialami oleh siswa dapat meningkatkan regulasi emosi karena
siswa akan diarahkan untuk mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku atau perbuatan
yang harus diambil/ jangan diambil dalam situasi tertentu menyangkut regulasi emosi. BUKU;
Sanjaya, Wina. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan cetakan
ke-2. Jakarta : Kencana Media Group.

Menurut Winkel (2004: 470) sosiodrama adalah salah satu teknik dalam bimbingan kelompok
yaitu teknik bermain peran (role playing) dengan cara mendramatisasikan bentuk tingkah laku
dalam hubungan sosial. BUKU; Wingkel. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta : Gramedia.

Selain itu siswa juga diarahkan mengembangkan sikap empati dalam dirinya yaitu dimana siswa
akan memahami pikiran, perasaan, dan maksud orang lain serta pengertian sosial yakni
mengetahui bagaimana dunia sosial bekerja (Goleman dan Daniel, 2007: 114). BUKU: Goleman
& Daniel. (2007). Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar Manusia. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

Menurut Coloroso (2006, p. 44), bullying adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan secara
sadar dan disengaja yang bertujuan untuk menyakiti, seperti menakuti melalui ancaman, agresi,
menimbulkan teror sebagi tindakan yang direncanakan maupun spontan, bersifat nyata atau
hampir tidak terlihat, di hadapan seseorang atau di belakang seseorang, mudah untuk
diidentifikasi atau terselubung di balik persahabatan, dilakukan oleh seorang anak atau
kelompok. Beberapa bullyer (pelaku bullying) melakukan bullying karena tidak mengerti apa
yang dilakukannya adalah salah. Beberapa yang lain melakukannya dengan sengaja karena
terinspirasi dan meniru apa yang mereka lihat di rumah maupun dari tayangan media elektronik
seperti TV/film, atau media sosial yang tersebar melalui handphone. BUKU; Coloroso, B.
(2006). Stop bullying. Terjemahan Santi Indra Astuti. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
.Puspitasari (2017) menyebutkan ada tujuh penyebab anak melakukan tindakan bullying, yaitu
kurang perhatian, ingin berkuasa, pola asuh dalam keluarga, ekspos kekerasan di media, pernah
jadi korban kekerasan, riwayat berkelahi, faktor pubertas dan krisis identitas. WEB: Puspitasari,
D. (2017). 7 penyebab anak-anak melakukan tindakan bullying. Retrieved August 18, 2018
https://www.shopback.co.id/blog/7-penyebab-anak-anak-melakukantindakan-bullying.

Linda (2019) memberikan sepuluh cara yang efektif menghadapi bully yaitu: (1) Jangan
memberikan reaksi apapun, (2) Tunjukkan bahwa kamu tidak takut, (3) Berbicara dengan orang
lain, (4) Hindari si tukang bully, (5) Jadi lebih baik dari mereka, (6) Kumpulkan bukti bully dan
laporkan ke pihak yang berwenang, (7) Belajar bela diri, (8) Cari dukungan orang lain, (9) Ikut
konseling, (10) Jadi berani melawan bully. WEB; Linda. (2019). Lawan rasa takutmu dengan 10
cara menghadapi bully ini. Retrieved October 2, 2018 from https://kamini.id/cara-menghadapi-
bully/

Sekolah merupakan lingkungan yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak khususnya
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari
sebagai pribadi yang mandiri. Berkaitan dengan hal itu Depdikbud (2007) menetapkan bahwa
setiap peserta didik lulusan SMP hendaknya memenuhi kompetensi yang digariskan dalam
Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD). SKKPD pada satuan SMP mencakup
10 aspek perkembangan, yaitu: landasan hidup religius, landasan perilaku etis, kematangan
emosi, kematangan intelektual, kesadaran tanggungjawab sosial, kesadaran gender,
pengembangan pribadi, perilaku kewirausahaan/kemandirian perilaku ekonomis, wawasan dan

kesiapan karir, dan kematangan hubungan dengan teman sebaya. CARI AJA DIGOOGLE CEL
BIASANNYA ADA DALAM BENTUK PDF; Depdikbud. (2007). Rambu-rambu pelaksanaan
bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal. Jakarta: Direktorat Jenderal PMPTK.

Menurut Wibowo (2005) bahwa bimbingan kelompok menggunakan kelompok yang


beranggotakan jumlah besar yaitu antara 15-30 orang. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
bertujuan agar permasalahan siswa dapat dipecahkan. Wibowo, M. E. (2005). Konseling
Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
Salahudin (2012) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok dipergunakan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi melalui kegiatan kelompok. Sedangkan
sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok yang digunakan untuk menangani
permasalahan sosial. BUKU; Salahudin, A. (2012). Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PustakaSetia.

Perilaku bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, takut pergi ke sekolah, merasa
terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi atau stres yang dapat berakhir dengan bunuh
diri. Selain itu, perilaku tersebut dapat membuat korban bullying mengalami masalah gangguan
emosional dan perilaku (Prasetyo, 2011). Dikutip dari solopos.com (edisi 7 Maret 2014)
menerangkan peristiwa sebagai berikut : Warga Solo bunuh diri di Pantai Depok Bantul.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Efektivitas
Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sosiodrama dalam meningkatkan Hubungan Sosial

Peserta Didik kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 4 Bandar Lampung”. Hal ini
yang akan dilihat adalah bagaimana peserta didik tersebut untuk dapat melakukan hubungan
sosial setelah di lakukan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama.

Dalam hal ini peserta didik masih banyak yang menyendiri dan tidak berbaur dengan orang lain,
lebih asyik bermain dengan handphone-nya sendiri, belum mempunyai sahabat dekat dan
menyendiri dalam kelas dan jarang berinteraksi dengan peserta didik lainnya.

Adapun pengertian konseling kelompok menurut Wibowo (2005) Konseling Kelompok adalah
Suatu proses interpersonal yang dinamis yang menitik beratkan (memusatkan) pada kesadaran
berfikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis, berorientasi pada kenyamanan, ada rasa
saling percaya mempercayai, ada pengertian, penerimaan, dan bantuan. Menurut Wibowo (2005)
konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha menemukan
kekuatan-kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri dalam memanfaatkan
dinamika kelompok. oleh karena itu konseling kelompok tepat diberikan bagi remaja, karena
akan memberikan kesempatan untuk menyampaikan keluhan perasaan konfriknya, melepas
keragu-raguan diri, dan pada kenyataannya mereka akan senang membagi keluhan-keluhan
kepada teman-teman sebaya. konseling kelompok memberikan kesempatan kepada remaja
untuk mengubah cara penyampaian pertanyaan-pertanyaan secara terbuka tentang berbagai
nilai. AKU LUPA CEL NGAMBIL DARI MANA YANG INI

Anda mungkin juga menyukai