Anda di halaman 1dari 3

Singkong gajah adalah singkong varietas unggul dari Kalimantan Timur yang dapat berproduksi

[1]
hingga 40 kg per pohon. Singkong gajah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi, tetapi tidak dapat tumbuh baik di daerah rawa atau yang terus menerus sering
[1]
tergenang air. Dengan pertumbuhan yang normal, pohon singkong gajah dapat mencapai
[1]
tinggi 4 sampai dengan 5 meter. Ditemukan oleh Professor Ristono, guru besar Universitas
[1] [1]
Mulawarman, pada tahun 2006. lalu dikembangkan pada tahun 2008. Produksi rata-rata
Singkong Gajah segar jenis ini per hektar adalah 120 ton, Umur tanaman 10 bulan sudah dapat
[1]
dipanen.
Daftar isi
● 1
● Ciri-ciri Singkong Gajah

● 2
● Teknik Dasar Penanaman Singkong Gajah

● 3
● Teknik Dasar Pemeliharaan Tanah

● 4
● Pemberian Pupuk Organik

● 5
● Penggemburan Tanah

● 6
● Teknik Dasar Pemanenan Singkong Gajah

● 7
● Referensi

Ciri-ciri Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]


Ciri-ciri Singkong Gajah, antara lain:
1. Daun muda berwarna ungu kemerahan;
2. Hampir 99 persen pada singkong gajah umur 3-4 bulan ujung tunas akan
bercabang 3 (tiga);
3. Batang muda berwarna ungu kemerahan;
4. Daun tampak lebih lebar dari singkong biasa.

Teknik Dasar Penanaman Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]


Jarak Tanam pada penanaman Singkong Gajah perlu diperhatikan untuk memperoleh umbi,
[2]
bibit, dan daun yang maksimal. Keteraturan jarak tanam menghasilkan keindahan kebun dan
juga mempermudah pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan, dan pemeliharaan
[2]
bedeng. Jarak tanam pada singkong ini berdasarkan hasil penelitian yang dpimpin oleh Prof.
[2]
Ristono menunjukan adanya ketergantungan pada tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang
subur justru menghendaki jarak tanaman yang longgar karena keinginan singkong ini untuk
[2]
keleluasaan membangun umbinya menjadi panjang, besar serta banyak. Selain itu,
percabangan batang dan pertumbuhan daun dan batang juga akan leluasa bisa mencapai
[2]
tingkat kerimbunan yang cukup padat. Keteraturan jarak antar pohon paling tidak satu meter,
[2]
bahkan ada pula yang menanam dengan model jarak satu meter kali dua meter. Sebaliknya,
pada tanah yang tidak subur penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun umbi
[2]
yang diproduksinya menjadi pendek. Untuk memaksilmalkan produk maka tanaman ini
menginginkan tumbuh pada tanah yang digulud atau dibedeng dengan tinggi gundukan sekitar
[2]
50 cm dan lebar bedeng paling tidak 70 cm. Dengan bedeng sirkulasi air yang diperlukan
tumbuhan ini menjadi lebih terjamin karena Singkong Gajah tidak senang hidup pada genangan
[2]
air yang berlebihan. Apabila singkong gajah terpaksa ditanam secara tumpang sari maka ia
adalah tanaman yang dominan dala memperoleh sinar matahari sedangkan tanaman yang
lainnya harus berada dibawahnya dan umur Singkong Gajah harus lebih tua daripada tanaman
[2]
yang nebeng tersebut. Oleh karena itu untuk tumpang sari sebaiknya dilakukan secara
bersamaan penanaman dengan jenis tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan singkong
[2]
misalnya kacang tanah, kacang hijau, atau kedelai. Teknik menanam singkong oleh petani di
[2]
Indonesia bervariasi. Untuk Singkong Gajah disarankan mengikuti banyaknya mata benih yang
[2]
yang mungkin dapat tumbuh menjadi batang tanaman yaitu antara tiga hingga lima mata. Ini
[2]
berarti panjang benih dari 10 cm hingga 20 cm. Diameter benih yang disarankan sekitar 1,5 cm
[2]
yang diambil baigan yang relatif lebih muda.

Teknik Dasar Pemeliharaan Tanah[sunting | sunting sumber]


Tanah yang telah dibuka untuk lahan penanaman singkong ini harus diberi kesempatan
memperoleh sinar matahari yang cukup agar semua bagian dipermukaan tanah memperoleh
[2]
oksigen yang diperlukan oleh mikrob tanah. Penyuburan tanah menggunakan pupuk kandan
[2]
atau pupuk organic berupa Bokasi atau kompos memerlukan sekitar 2 ton/hektar. Akan lebih
baik apabila pupuk ini bersamaan dengan proses penggemburan tanah, proses ini akan lebih
[2]
cepat dan efisien apabila dibantu dengan input pupuk hayati. Penggunaan Biotonik yang
berkualitas pada awal penanaman diperlukan 2-4 liter/hektar yang berati pencampurannya
[2]
200–400 liter air. Penambahan pupuk hayati ini perlu diulangi lagi ketika tanaman telah tumbuh
[2]
dan berumur 1 bulan dan berikutnya setelah berumur 3 bulan dan 5 bulan. Pada Awal tanam
[2]
biasanya banyak terdapat tumbuhan rumput pengganggu ata gulma. Untuk mengatasi
gangguan ini sebaiknya dilakukan secara manual pada waktu tanaman umur satu bulan yaitu
dengan menggunakan tangan karena tanah masih lentur dan rumput juga masih muda dan
[2]
mudah dicabut. Langkah selanjutnya dilakukan penyiangan secara manual pada umur tanam 2
[2]
bulan dan 4 bulan. Pada singkong umur lebih dari 3 bulan rumput akan otomatis mati disekitar
[2]
pohon karena ternaungi oleh daun singkong yang semakin rimbun. Hasil penyiangan rumpt
secara manual berupa rumput atau serasah lainnya yang sangat baik untuk bahan pupuk
[2]
organik. Pada waktu pemeliharaan tanah secara manual dilakukan, petani juga harus
memeriksa ada tidaknya gangguan hama penyakit dan bahkan serangan hama tikus atau babi
[2]
hutan.

Pemberian Pupuk Organik[sunting | sunting sumber]


Kunci keberhasilan pertanian Sinkong Gajah terlihat dari pengolahan lahan sejak awal dan
[2]
pemberian pupuk organik secara teratur. Apabila dirasakan memang biaya yang diperlukan
[2]
cukup tinggi, tetapi hasil yang diperoleh tinggi pula. Apabila pemberian pupuk hanya
menggunakan pupuk organik dan pupuk hayati dalam artian tidak menggunakan pupuk kimia
sama sekali maka umbi yang dihasilkan paling tepat untuk bahan industri pangan rasa Singkong
[2]
Gajah yang istimewa.

Penggemburan Tanah[sunting | sunting sumber]


Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan sekaligus menaburkan pupuk organik atau
pupuk kandang sehingga percampuran bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
[2]
sedini mungkin telah dilakukan.

Teknik Dasar Pemanenan Singkong Gajah[sunting | sunting sumber]


Dalam memanen singkong tergantung pada teknik pemanenan dan dalam hal ini bagaimana
[2]
keberhasilan mencabut umbi tersebut dari dalam tanah . Pada tanah yang bersifat liat atau
keras biasanya berusaha mencengkram umbi sehingga banyak yang tertinggal di dalam tanah
[2]
karena putus dan bahkan apabila tercabut pun dalam keadaan rusak. Oleh karena itu teknik
[2]
panen umbi singkong perlu dipelajari. Dengan tanaman berada pada gulud atau bedeng maka
proses pemanenan akan lebih mudah karena umbi yang dihasilkan sebagian besar berada di
[2]
atas permukaan tanah utama dan gundukan tersebut relatif gembur. Apabila waktu panen
ternyata lahan kering atau keras maka dilakukan penggemburan tanah dengan menyiram tanah
denga pompa air dan dibiarkan selama 1 (satu) malam agar pengemburan sampai ke ujung
[2]
umbi/perakaran.

Referensi[sunting | sunting sumber]


● ^
● Lompat ke:
abcdef
● Pemkot Tarakan Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan Kota Tarakan. 2014.
Budidaya Singkong Gajah. Tarakan
● ^
● Lompat ke:
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai
● budidaya singkong gajah
Diarsipkan 2015-04-15 di Wayback Machine. diakses 6 April 2015

Anda mungkin juga menyukai