Konjungtivitis
Oleh:
Preseptor
PADANG
2010
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva
atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada
mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan
mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang
memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi
baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati
jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat,
povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa
menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis
melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah
infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea,
abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan
tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali
bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan
berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan
bola mata).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan
memberi nutrisi bagi kornea.
Histologi Konjungtiva:
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat,
superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat
persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus.
Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara
merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial
dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa
(profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat
mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan
fibrosa tersusun longgar pada bola mata.13
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip
kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas,
dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas. (Gambar )
Epidemiologi
Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum muda dan orang dewasa di
seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferri's Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis,
bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang baru
lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa bakteri
selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga dapat mempengaruhi bayi yang hanya
beberapa minggu. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin.
Ada kemungkinan morbiditas okular yang signifikan dalam hal kemerahan di mata, okular
pelepasan dan ketidaknyamanan bagi anak-anak yang menderita konjungtivitis bakteri.
Kebanyakan orang Amerika gagal untuk mengenali dan mengobati penyakit ini. Ini serius dapat
menyebabkan meningitis dan sepsis dan dapat mengancam nyawa.
Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
infeksi oleh virus atau bakteri.
reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet
dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
entropion atau ektropion.
kelainan saluran air mata.
kepekaan terhadap bahan kimia.
pemaparan oleh iritan.
infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi
lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan
debu.
Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis
yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan
fumigasi).
Manifestasi Klinis
1 Tanda
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup
akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
2 Gejala
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa
membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah:
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
glaukoma
katarak
ablasi retina
komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis
seperti ekstropin, trikiasis
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien.
Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang
lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut
dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila
penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
Daftar Pustaka
Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Ed 3. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009
Ilyas, Sidarta, Tanzil, Muzakkir, Salamun, Azhar, Zainal. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta: 2000.
Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta: 1993. 42-50.14. Ilyas, H. Sidarta
Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.15. Putz, R. & Pabst R.
Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama/ kelamin/umur : Mul/ Laki-laki/ 20 tahun
Pekerjaan/pendidikan : Tidak bekerja/ tamatan SD
Alamat : Jalan Kelapa Gading 3B No. VII Ulak Karang
LATAR BELAKANG SOSIAL-EKONOMI-DEMOGRAFI-LINGKUNGAN KELUARGA
Status perkawinan : Belum menikah
Jumlah anak/ Saudara : - / 6 bersaudara, anak ke lima
Status ekonomi keluarga :
Mampu : Mampu
Miskin :
KB : -
Kondisi Rumah :
Rumah permanen ukuran 8 x 7 m, kamar 3 buah, jamban ada didalam rumah,
pekarangan cukup luas, ventilasi cukup, sumber air minum dari PDAM, sampah
dijemput oleh petugas sampah sekali sehari.
Status Dermatologikus
Lokasi : pipi kiri sebelah atas
Distribusi : terlokalisir
Bentuk/Susunan : tidak khas/ tidak khas
Batas/ Ukuran : tegas/ lentikuler
Efloresensi : nodul eritema, krusta kehitaman
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (+), Papil (-),
Folikel (-) Folikel (-)
LABORATORIUM
Pemeriksaan pewarnaan gram/ giemsa terhadap sekret
Pemeriksaan kultur dan sensitivity test
DIAGNOSIS KERJA
Furunkel + Blefaritis + Konjungtivitis bakterialis OS
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis viral
MANAJEMEN
Preventif :
Tidak memakai handuk bersama
Tidak tidur satu kasur dengan saudara sekamar
Menghindari pengobatan dengan menggunakan kompres yang dibuat dari
dedaunan
Menjaga kebersihan kulit muka dengan mencuci sebersih mungkin setiap mandi,
mandi dua kali sehari
Promotif :
Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularannya
Edukasi kepada pasien mengenai kebersihan diri dan lingkungan
Kuratif :
Antibiotic sistemik
Antibiotic topical pada mata
Anti histamine
Analgetik anti inflamasi non steroid
Rehabilitatif :
Hindari menggosok-gosok kelopak mata dan daerah disekitar mata yang sakit jika
terasa gatal
Hindari menyentuh mata yang sehat selama masa pengobatan
Kompres pada kulit yang bengkak dan mata yang merah dengan air hangat dua
kali sehari
Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : bonam
Quo ad Kosmetikum : bonam
KONJUNGTIVITS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian
dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah
satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak
dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair.
Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri
khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis
alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.
Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat
berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata
terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata
berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati,
karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak
terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri.
Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri
atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes
mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat
diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau
mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan
utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti
menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi
peradangan dan rasa gatal di mata.
Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus dapat
berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter mata
jika terkena konjungtivitis.
Tujuan
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini antara lain untuk memenuhi salah satu penilaian kognitif
pada masa Kepaniteraan Klinik pada stase bagian Kedokteran Komunitas. Selain itu, tujuan penulisan
tinjauan pustaka ini juga untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi orang lain yang
membacanya terutama mengenai konjungtivitis.
BABA II
TEORI
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan
eksudasi.1, 3
2.2 Klasifikasi
A. Konjungtivitis Karena agen infeksi
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun. Penyebab
konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.
Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti
Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan
memadai.
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian antibacterial
yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang
disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi
berat bila tidak diobati secara dini
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya
terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear
tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel
epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic. 3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di
atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan. 3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya
sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik
harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin
diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida
rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1
tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep
acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali
sehari selama 7 hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian
vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan
kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan
mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat
panjang dan berat. 1,3
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat menimbulkan
konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan
mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi
pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian
pusat, adalah khas molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma
eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu
sisi.3
Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi
akan menyembuhkan konjungtivitisnya.
Laboratorium
Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra mengandung sel raksasa
dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster
mengandung sel raksasa dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel – sel
embrio manusia. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika diberi pada
awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat penyakit. 1
Laboratorium
Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva
Terapi
Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan 1:1000 yang diberikan
secara topical, akan menghilangkan kemosis dan gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin
membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung
terhadap pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat dihilangkan.
Definisi
Penyakit ini, juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan “konjungtivitis musiman” atau
“konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. 1,3 Penyakit ini lebih
jarang di daerah beriklim sedang daripada di daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah
selama musim semi, musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.
Insiden
Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10 tahun. Penyakit ini
lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5
Laboratorium
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak eosinofil dan
granula eosinofilik bebas. 1
Terapi
Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya member
hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka panjang. steroid sisremik, yang
mengurangi rasa gatal, hanya sedikit mempengharuhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya
(glaucoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen
profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres dingin dan
kompres es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC sangat menyamankan pasien. Agaknya
yang paling baik adalah pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini
sangat tertolong bahkan dapat sembuh total. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada
lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif
bila pasien telah berusia 50 tahun.
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak
pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg empat kali
sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat.
Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata
dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi
tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi
kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
2.5.1 Phlyctenulosis
Definisi
Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat terhadap protein
mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp, Candida albicans, Coccidioides
immitis, Haemophilus aegyptus, dan Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1
Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata, namun
phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat. Phlyctenulosis sering dipicu
oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut, dan defisiensi diet.
Terapi
Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari infeksi sistemik lain
berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical. Terjadi reduksi sebagian besar gejala
dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24 jam berikutnya. Antibiotika topical hendaknya
ditambahkan untuk blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan
terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi
gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan
tranplantasi. 1
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika spectrum luas, dan
medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate ringan yang menimbukan
hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan
kerokan berpulas giemsa sering hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel
polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 1
Gejala:
- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding dengan tanda-tanda
radang.
- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang siang atau malam hari
rasa sakit semakin hebat.
Pengobatan:
- air mata buatan Ù vitamin A topikal
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-
jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang
masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar
kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama
luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap
jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis
bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan
transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap
konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun
dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim
dan prognosisnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA