Makalah PPD-KLP 5
Makalah PPD-KLP 5
Oleh kelompok 5 :
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................19
B. Saran ................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini, masih banyak orangtua yang merasa malu apabila
anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatsan baik fisik, psikis maupun
akademik, sehingga orang tua berusaha dan menjaga agar anaknya tidak
berinteraksi dengan anak lain ataupun masyarakat. Disamping itu banyak juga
masyarakat yang anaknya normal akan tetapi melarang anak mereka untuk
bergaul dan berinteraksi dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis
ataupun akademik. Masyarakat umum yang belum mengerti menganggap
bahwa jika anak mereka berinteraksi dengan anak yang mempunyai
keterbatasan fisik, psikis maupun akademik maka anak mereka akan ikut
tertular, itu adalah pandangan yang kurang tepat,sikap orang tua yang
demikian itu akan membuat keadaan semakin parah dan menyebabkan
potensi yang dimiliki anak tidak berkembang secara optimal.
1
memiliki masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak akan dianggap
sebagai anak yang hanya bisa merepotkana depanya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Anak Berkebutuhan Khusus !
2. Jelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus !
3. Jelaskan Apa saja Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus !
4. Jelaskan Kebutuhan Belajar dan Strategi Pendampimgan Belajar ABK !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab anak berkebutuhan khusus.
4. Untuk mengetahui Kebutuhan belajar dan strategi pendampingan belajar
ABK.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya atau
memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh
anak.
4
1) Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
5
perlu membantu mengulang kembali segala sesuatu yang telah
dimengerti anak, saat ia masih dapat melihat.
Tunanetra balita (3-5 tahun)
Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti
sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan guru TK
sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep
yang telah dimiliki.
Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)
Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan
visual yang banyak dan bermanfaat bagi perkembangan
pendidikannya. Namun demikian, mereka harus tetap mendapat
perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh
pendidikannya karena mereka cenderung mengalami guncangan
jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru adalah menyadarkan mereka
agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang dan
menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.
Tunanetra remaja (13-19 tahun)
Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang sangat
mendalam. Kesan ini akan bermanfaat dalam mendukung
perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun, ketunanetraan pada
usia remaja dapat menimbulkan guncangan jiwa yang sangat berat
karena terjadi konflik batin dan jasmani.
Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)
Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki
keterampilan dan kemungkinan pekerjaan yang diharapkan untuk
kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Ketunanetraan yang
dialaminya menjadi pukulan yang sangat berat dan menimbulkan
guncangan jiwa atau putus asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya
mendapatkan layanan dan bimbingan baik secara jasmani, maupun
rohani secara khusus.
6
c. Berdasarkan Adaptasi Pendidikan
Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability):
Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas – tugas visual yang
dilakukan oleh orang awam dengan menggunakan alat bantu
khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.
Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability) :
Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang
kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan
alat bantu visual dan modifikasi sehingga mereka membutuhkan
lebih banyak waktu dan energi dalam melakukan tugas- tugas
visual.
Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual
disability):
Pada taraf ini, mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-
tugas visual yang lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf
awam. Dengan demikian, mereka tidak dapat menggunakan
penglihatannnya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan
pendengaran memegang peranan pentimg dalam menempuh
pendidikannya.
7
Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan
(face to face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia
membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-
70dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia
perlu menggunakan hearing aid.
Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.
Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang keras dari jarak
dekat. Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara
intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasanya.
Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Pada kondisi ini mengalami kehilangan pendengaran lebih dari
90dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia
lebih menyadari suara melalui getarannya (vibrations) daripada
pola suara.
8
Tunangrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan
intelektual dan kognitif yang di bawah rata-rata di bandingkan anak pada
umumnya.
9
- Cepat menunjukkan rasa peduli
5) anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Dari segi fungsi fisik,
tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya
terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
Ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari
biasa.
Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
Terdapat cacat pada anggota gerak
Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.
10
berfikir, membaca, berhitung, berbicara. Karakteristik anak berkesulitan
belajar spesifik antara lain:
Pada masa kanak-kanak:
- Kesulitan mengekspresikan diri.
- Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
- Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
- Lemah dalam ketrampilan bermain dilapangan.
Pada usia remaja dan dewasa:
- Kesulitan dalam memproses informasi auditori
- Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
- Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
- Kesulitan mengatur ide untuk menulis
Anak-anak yang termasuk kedalam kesulitan belajar spesifik meliputi:
Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), ciri-cirinya
seperti:
Perkembangan kemampuan membaca terlambat
Kemampuan memahami isi bacaan rendah
Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.
Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) ciri-
cirinya:
Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah
menulis huruf.
Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang
Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Anak yang kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) ciri-cirinya
seperti:
Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =,
Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.
11
Sering salah membilang dengan urut.
Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya
Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
9) Anak Autis
Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total dan tidak
mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat
kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional
dengan orang lain
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan
isyarat
Penggunaan bahasa yang berulang, minat yang terbatas
12
C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Irwanto, Kasim, dan Rahmi (2010), secara garis besar faktor
penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa terjadinya dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu :
a. Factor penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi pada pra kelahiran
(sebelum lahir), yaitu masa anak masih berada dalam kandungan telah
diketahui mengalamai kelainan dan ketunaan. Kelainan yang terjadi pada
masa prenatal, berdasarkan periodesasinya dapat terjadi pada gangguan
genetik, infeksi kelamin, usia ibu hamil, (high risk group); keracunan saat
hamil, pengguguran dan lahir primatur.
b. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi selama proses
kelahiran, yang dimaksud disisni adalah anak mengalami kelainan pada
saat proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan.
Antara lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat, posisi
bayi tidak normal, kelainan ganda atau kesehatan bayi yang kurang baik,
proses kelahiran lama
c. Factor penyebab anak berkebutuhan khusus setelah proses kelahiran yaitu
masa kelahiran yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi
dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa sebab
kelainan setelah anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/ virus ).
Kekurangan zat makanan (gizi nutrusi), kecelakaan dan keracunan.
13
D. Kebutuhan Belajar ABK dan Strategi Pendampingan Belajar Anak
Berkebutuhan Khusus.
2) Kebutuhan Kejiwaan
a. Kebutuhan akan penghargaan.
Anak berkelainan pun membutuhkan perhatian, pujian,
penghargaan, dan lain-lain. Namun banyak orang tua yang dirasa
kurang hangat terhadap anak- anak mereka hanya karena jarang atau
bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan terhadap kegiatan
atau sikap anak.
b. Kebutuhan akan komunikasi.
Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus juga ingin
mengungkapkan tentang dirinya. Mereka punya perasaan, keinginan,
ide atau gagasan, dll. Mereka juga menyimpan banyak pertanyaan dan
permasalahan. Mereka tidak dapat menyembunyikannya, namun
mereka tidak dapat atau susah untuk mengungkapkannya. Hal ini biasa
terjadi pada anak berkelainan berat dan sangat berat.
c. Kebutuhan sosial (berkelompok).
14
Kebutuhan ini meliputi diakui sebagai anggota keluarga, diakui di
depan teman-teman, mendapat kedudukan dalam kelompok,
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan, pengalaman rekreasi dan olahraga
sederhana, pengalaman menjadi anak berguna, atau pengalaman hidup
dengan penuh bahagia. Kebutuhan tersebut berbeda-beda tingkatnya
tergantung pada berat- ringannya ketunaan anak.
Interaksi
15
wajahnya. Perlu diingat, tidak semua anak suka disentuh, seperti
misalnya anak autis. Kita juga dapat menjelaskan aktivitas apa yang
akan dilakukan bersama anak tersebut, dari awal hingga akhir, sambil
menatap kedua mata anak tersebut atau mengamati prilakunya.
Observasi
Beberapa anak dengan berkebutuhan khusus menerima input
sensori dengan cara yang berbeda dan kesulitan untuk mengungkapkan
ketidaknyamanannya. Ingatlah bahwa semua perilaku adalah
komunikasi. Selalu lihat sesuatu yang berbeda dan berpikir jika anak
tersebut sedang mencoba berkomunikasi dengan Kita. Jika Kita tidak
yakin, Kita bisa bertanya kepada orang tuanya atau orang yang lebih
professional dalam menanganinya.
Lebih fleksible
Mengajar anak berkebutuhan khusus harus menggunakan metode
yang beragam untuk membuat anak mengerti dan menguasai
kemampuan baru. Misalnya, jika anak menolak pisah dengan orang
tuanya, maka bawa orang tuanya ikut beraktivitas selama beberapa
menit untuk mengurangi kecemasan anak, lalu orang tua dapat mundur
perlahan.
16
Contoh lainnya adalah anak berkebutuhan khusus akan sulit
memahami konsep abstrak pada pelajaran agama. Peran Kita adalah
menuangkan pelajaran tersebut dalam sebuah permainan atau projek
seni agar terlihat bisa diterima oleh akal.
Harus konsisten
Jika terdapat peraturan di sebuah kelompok, maka aturan tersebut
harus diaplikasikan secara konsisten kepada semua orang. Misalnya,
jika seorang pendamping/guru memiliki tujuan dan jadwal belajar,
maka semua orang di dalam kelompok harus mengikuti hal tersebut.
Bedanya, anak berkebutuhan khusus memerlukan dukungan ekstra atau
guru pendamping tepat yang duduk bersamanya. Sama dengan memberi
hukuman misalnya, Kita menerapkan hukuman bahwa anak yang
memukul harus ke luar kelas untuk menenangkan diri. Maka peraturan
tersebut harus diterapkan secara adil pada anak regular atau anak
berkebutuhan khusus.
17
Contoh lainnya adalah daripada berteriak untuk menyuruh
sekelompok anak untuk diam, sebaiknya gunakan siulan atau tepuk
tangan agar menarik perhatian mereka.
Sedangkan isyarat taktil bisa dilakukan dengan menyentuh bahu
dengan lembut atau menawarkan selimut dan kain lembut lainnya
adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian seseorang. Sehingga
Kita tidak perlu mendorong atau menarik keras anak untuk turut ikut
perintah Kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
Setiap anak yang lahir didunia memiliki potensi yang berbeda-
beda, mereka akan memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda antara
anak satu dan anak lainnya, sudah seharusnya sebagai orang tua atau
masyarakat tidak menyamaratakan dan membanding-bandingkan antara
anak yang satu dengan yang lainnnya. Sebaliknya kita sebagaai orang tua
harus mengerti kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan anak sejak dini
baik dari segi fisik maupun psikis. Keterbatasan pada anak tersebut
menyebabkan orangtua kurang mengerti dengan potensi yang dimiliki
anak, hampir semua orang tua menginginkan anaknya sempurna baik dari
segi fisik psikis dan akademiknya. Sampai saat ini, masih banyak orangtua
yang merasa malu apabila anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatsan
baik fisik, psikis maupun akademik, sehingga orang tua berusaha dan
menjaga agar anaknya tidak berinteraksi dengan anak lain ataupun
masyarakat
B. Saran
Adapun untuk pendampingan ABK sangat diperlukan pemenuhan
tenaga pendidik terutama untuk guru pendamping
khusus dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Sebaiknya
Dinas Pendidikan menyediakan Guru Pendamping Khusus sesuai
dengan ketentuan dan kebutuhan sekolah penyelenggara inklusi.
DAFTAR PUSTAKA
https://etheses.uin-malang.ac.id/1484/6/11410112_Bab_2.pdf
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-anak-berkebutuhan-khusus-
menurut-para-ahli/
19
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-
khusus.html
https://rsud.bontangkota.go.id/2021/03/24/apa-itu-anak-berkebutuhan-khusus/
http://ihsan.com/artikel/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus.html
https://www.educenter.id/7-strategi-mengajar-anak-berkebutuhan-khusus/
20