Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK


BERKELAINAN

Mata Kuliah :Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampuh :Ayu Rahayu, S.Pd., M.Pd.

Oleh kelompok 5 :

Dewi Anjali (191621018)


Reka Rianti (191621022)
Nurmiati (191631030)
Pipin Marwati (201630686)
Yudhi Fajaryanto Hamzah (191631029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Dalam


makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin
bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para


pembaca. Meskipun dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupun kelebihan,
namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Kolaka, 18 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................3

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................4

C. Faktor Anak Berkebutuhan Khusus..................................................................13

D. Kebutuhan Belajar dan Strategi Pendampingan Belajar ABK..........................14

BAB III PENUTUP....................................................................................................19

A. Kesimpulan.......................................................................................................19

B. Saran ................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak yang lahir didunia memiliki potensi yang berbeda-beda,


mereka akan memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda antara anak satu
dan anak lainnya, sudah seharusnya sebagai orang tua atau masyarakat tidak
menyamaratakan dan membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan
yang lainnnya. Sebaliknya kita sebagaai orang tua harus mengerti
kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan anak sejak dini baik dari segi
fisik maupun psikis. Keterbatasan pada anak tersebut menyebabkan orangtua
kurang mengerti dengan potensi yang dimiliki anak, hampir semua orang tua
menginginkan anaknya sempurna baik dari segi fisik psikis dan akademiknya.

Sampai saat ini, masih banyak orangtua yang merasa malu apabila
anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatsan baik fisik, psikis maupun
akademik, sehingga orang tua berusaha dan menjaga agar anaknya tidak
berinteraksi dengan anak lain ataupun masyarakat. Disamping itu banyak juga
masyarakat yang anaknya normal akan tetapi melarang anak mereka untuk
bergaul dan berinteraksi dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis
ataupun akademik. Masyarakat umum yang belum mengerti menganggap
bahwa jika anak mereka berinteraksi dengan anak yang mempunyai
keterbatasan fisik, psikis maupun akademik maka anak mereka akan ikut
tertular, itu adalah pandangan yang kurang tepat,sikap orang tua yang
demikian itu akan membuat keadaan semakin parah dan menyebabkan
potensi yang dimiliki anak tidak berkembang secara optimal.

Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki


keterbatasan fisik, psikis maupun akademik semakin sempit dan terbatas,
anak yang memiliki keterbatasan akan dipandang sebelah mata oleh
masyarakat, akan dianggap tidak mempunyai kemampuan, kecerdasan dan
potensi lemah atau pendapat lainnya, anak akan semakin dang kurang

1
memiliki masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak akan dianggap
sebagai anak yang hanya bisa merepotkana depanya.

Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik


sering disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak
Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah
anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-
intelektual, sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Anak Berkebutuhan Khusus !
2. Jelaskan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus !
3. Jelaskan Apa saja Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus !
4. Jelaskan Kebutuhan Belajar dan Strategi Pendampimgan Belajar ABK !

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab anak berkebutuhan khusus.
4. Untuk mengetahui Kebutuhan belajar dan strategi pendampingan belajar
ABK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus secara Umum.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki


keterbatasan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam
perkembangannya mengalami hambatan, sehingga tidak sama dengan
perkembangan anak sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan
khusus membutuhkan suatu penanganan yang khusus.

2. Pengertian Anak Berkubutuhan Khusus Menurut Para Ahli


a. Kanner
Menurutnya, definisi anak berkebutuhan khusus adalah setiap
adalah anak yang mengalami outstanding fundamental disorder
(Ganguan Fundamental ambang), sehingga anak tersebut tidak mampu
melakukan interaksi dengan lingkungan secara normal.

b. Jannah dan Darmawanti


Menurutnya, Anak Berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak
yang mengalami kelainan atau penyimpangan dalam proses
pertumbuhan atau perkembangan baik berupa fisik, mental, dan
emosional. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dibandingkan dengan
anak normal pada umumnya mereka memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.

Beberapa definisi dari para ahli di atas tentang anak


berkebutuhan khusus dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus (ABK) merupakan anak yang mengalami penyimpangan atau
perbedaan dari rata-rata anak normal lainnya. Pada proses
pertumbuhan atau perkembangannya terjadi kelainan seperti kelainan
fisik, mental, sosial dan emosi. Anak berkebutuhan khusus ini pun

3
memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya atau
memiliki perbedaan sesuai dengan jenis kelainan yang dialami oleh
anak.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara adalah anak yang


mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. misalnya anak yang mengalami gangguan emosi
karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar dengan
baik. Hal ini merupakan titik pengalaman traumatis yang bersifat sementara,
tapi apabila anak ini tidak mendapatkan pembelajaran yang tepat bisa jadi
akan menjadi permanen. Hal seperti ini membutuhkan layanan pendidikan
berkebutuhan khusus yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan
yang dialaminya, tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah khusus. Di
sekolah banyak sekali anak-anak yang punya kebutuhan khusus yang
bersifat temporer dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang
disesuaikan yang disebut pendidikan berkebutuhan khusus.
Contoh lainnya yaitu anak sekolah baru yang pindah ke suatu daerrah
mengalami kehidupan dua bahasa. Di disekolah sebelumya anak
berkomunikasi dengan bahasa bugis akan tetapi ketika pindah di sekolah
baru di jawa menyebabkan kesulitan dalam belajar atau berkomunikasi
dengan temannya. Kondisi seperti ini pun dapat dikategorikan sebagai anak
berkebutuhan khusus sementara atau temporer.
Anak berkebutuhan khusus temporer mengalami karakteristik seperti:
anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat sering menerima
kekerasan dalam rumah tangga, mengalami kesulitan konsentrasi karena
sering diperlakukan kasar oleh orang tua, mengalami kesulitan dalam
membaca dan berhitung akibat kekeliruan guru dalam mengajar, dan anak-
anak yang mengalami trauma akibat dari bencana yang mereka alami.

2. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Permanen

4
1) Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)

Tunanetra adalah individu yang mengalami hambatan dalam


penglihatan Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan
kurang lihat. Ketunanetraan dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 hal,
yaitu tingkat ketajaman penglihatan, saat terjadinya ketunanetraan serta,
adaptasi pendidikannya.

a. Berdasarkan Tingkat Ketajaman Penglihatan


 Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70
feet-20/200 feet disebut tunanetra kurang lihat (low vision). Pada
taraf ini para penderita masih mampu melihat dengan bantuan alat
khusus.
 Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60m atau 2/200
feet atau kurang, dikatakan tunanetra berat atau secara umum dapat
dikatakan buta (blind). Kelompok ini masih dapat diklasifikasikan
lagi menjadi tunanetra yang masih dapat melihat gerakan tangan
dan tunanetra yang hanya dapat membedakan terang dan gelap.
 Tunanetra yang memiliki visus 0. Pada taraf yang terakhir ini, anak
sudah tidak mampu lagi melihat rangsangan cahaya atau dapat
dikatakan tidak dapat melihat apapun dan disebut buta total.

b. Berdasarkan Saat Terjadinya Ketunanetraan


 Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Kelompok ini masih belum mempunyai konsep penglihatan. Oleh
karena itu, peran orang tua sangat besar untuk melatih penggunaan
indra-indra yang masih dimilikinya.
 Tunanetra balita (di bawah 3 tahun)
Konsep penglihatan yang telah dimiliki lama kelamaan akan hilang
sehingga kesan-kesan visual atau konsep-konsep tentang benda
atau lingkungan yang dimilikinya tidak terlalu bermanfaat bagi
kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, orang-orang di sekitarnya

5
perlu membantu mengulang kembali segala sesuatu yang telah
dimengerti anak, saat ia masih dapat melihat.
 Tunanetra balita (3-5 tahun)
Konsep penglihatan akan tetap terbentuk dengan cukup berarti
sehingga akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah pendidikannya. Peran orang tua dan guru TK
sangat besar artinya dalam membina dan mengarahkan konsep
yang telah dimiliki.
 Tunanetra pada usia sekolah (6-12 tahun)
Konsep penglihatan telah terbentuk dan mempunyai kesan-kesan
visual yang banyak dan bermanfaat bagi perkembangan
pendidikannya. Namun demikian, mereka harus tetap mendapat
perhatian khusus dari orang tua dan gurunya dalam menempuh
pendidikannya karena mereka cenderung mengalami guncangan
jiwa. Oleh karena itu, tugas para guru adalah menyadarkan mereka
agar mau menerima kenyatan sehingga anak dapat berkembang dan
menambah pengalamannya dalam ketunanetraannya.
 Tunanetra remaja (13-19 tahun)
Anak remaja sudah memiliki kesan-kesan visual yang sangat
mendalam. Kesan ini akan bermanfaat dalam mendukung
perkembangan kehidupan selanjutnya. Namun, ketunanetraan pada
usia remaja dapat menimbulkan guncangan jiwa yang sangat berat
karena terjadi konflik batin dan jasmani.
 Tunanetra dewasa (19 tahun ke atas)
Pada umumnya di usia dewasa ini mereka sudah memiliki
keterampilan dan kemungkinan pekerjaan yang diharapkan untuk
kelangsungan hidupnya dan keluarganya. Ketunanetraan yang
dialaminya menjadi pukulan yang sangat berat dan menimbulkan
guncangan jiwa atau putus asa. Oleh karena itu, mereka hendaknya
mendapatkan layanan dan bimbingan baik secara jasmani, maupun
rohani secara khusus.

6
c. Berdasarkan Adaptasi Pendidikan
 Ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability):
Pada taraf ini, mereka dapat melakukan tugas – tugas visual yang
dilakukan oleh orang awam dengan menggunakan alat bantu
khusus dan dibantu dengan pemberian cahaya yang cukup.
 Ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability) :
Pada taraf ini, mereka memiliki kemampuan penglihatan yang
kurang baik atau kurang akurat meskipun dengan menggunakan
alat bantu visual dan modifikasi sehingga mereka membutuhkan
lebih banyak waktu dan energi dalam melakukan tugas- tugas
visual.
 Ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual
disability):
Pada taraf ini, mereka mendapat kesulitan untuk melakukan tugas-
tugas visual yang lebih detail, seperti membaca dan menulis huruf
awam. Dengan demikian, mereka tidak dapat menggunakan
penglihatannnya sebagai alat pendidikan sehingga indra peraba dan
pendengaran memegang peranan pentimg dalam menempuh
pendidikannya.

2) Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tunarungu)


Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen atau sementara
a. Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Tunarungu ringan (mild hearing loss) anatara 27-40 dB.
Siswa yang mengalami kondisi ini sulit mendengar suara yang jauh
sehingga membutuhkan tempat duduk yang strategis.
 Tunarungu sedang (moderate hearing loss) anatara 41-55 dB.

7
Ia dapat mengerti percakapan dari jarak 3-5 feet secara berhadapan
(face to face), tetapi tidak dapat mengikuti diskusi kelas. Ia
membutuhkan alat bantu dengar serta terapi bicara.
 Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-
70dB. Ia hanya dapat mendengar suara dari jarak dekat sehingga ia
perlu menggunakan hearing aid.
 Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.
Ia hanya dapat mendengar suara – suara yang keras dari jarak
dekat. Siswa tersebut membutuhkan pendidikan khusus secara
intensif, alat bantu dengar, serta latihan untuk mengembangkan
kemampuan bicara dan bahasanya.
 Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
Pada kondisi ini mengalami kehilangan pendengaran lebih dari
90dB. Mungkin ia masih mendengar suara yang keras, tetapi ia
lebih menyadari suara melalui getarannya (vibrations) daripada
pola suara.

b. Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan:


 Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa
berkembang.
 Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness), yaitu
kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah
kemampuan bicara dan bahasa berkembang

c. Berdasarkan etiologi atau asal usulnya, ketunarunguan dibagi menjadi


 Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan).
 Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor
nongenetik (bukan keturunan).

3) Anak dengan kelainan intelektual/kecerdasan dibawah rata-rata


(Tunagrahita)

8
Tunangrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan
intelektual dan kognitif yang di bawah rata-rata di bandingkan anak pada
umumnya.

4) Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)


Cerdas istimewa (gifted IQ 140-179 dan genius IQ 180 ke atas)
anak dengan IQ di atas rata-rata. Gifted, yang termasuk dalam golongan
ini yaitu mereka yang tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal. Anak
cerdas istimewa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
 Membaca pada usia lebih muda, lebih cepat, dan memiliki
perbendaharaan kata yang luas.
 Memiliki rasa ingin tahu yang kuat, minat yang cukup tinggi
 Berinisiatif, kreatif, dan original dalam menunjukkan gagasan.
 Mampu memberikan jawaban-jawaban atau alasan yang logisi,
sistematis dan kritis.
 Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang, terutama
terhadap tugas atau bidang yang diminati.
 Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.
 Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.

Genius (IQ 180 ke atas) Pada kelompok ini bakat dan


keistimewaannya telh terlihat sejak kecil. Misalnya umur dua tahun
mulai belajar membaca dan pada umur 4 tahun belajar bahasa asing.
Kelompok ini mempunyai kecerdasan yang sangat luar biasa dengan ciri-
ciri anak jenius tersebut meliputi:

- Punya kemampuan bernalar yang bagus


- Biasa belajar dengan cepat
- Punya perbendaharaan kata yang luas
- Punya kemampuan mengingat yang bagus
- Bisa konsentrasi yang lama bagi hal-hal yang menarik bagi dirinya
- Swnsitif perasaanya dan mudah merasa

9
- Cepat menunjukkan rasa peduli
5) anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang
menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot). Dari segi fungsi fisik,
tunadaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatanya
terganggu sehingga mengalami kelainan di dalam berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya.
 Ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
 Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
 Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari
biasa.
 Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
 Terdapat cacat pada anggota gerak
 Anggota gerak layu, kaku, lemah/lumpuh.

6) Anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku (Tunalaras).


Anak Tunalaras yaitu anak yang mengalami gangguan emosi dan
prilaku dengan memiliki ciri-ciri antara lain:
 Cenderung membangkang.
 Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
 Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
 Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
 Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang
masuk sekolah.

7) Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)


kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang
dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang
tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan
mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas
akademik dan pembelajaran. Kesulitan-kesulitan tersbut seperti kesulitan

10
berfikir, membaca, berhitung, berbicara. Karakteristik anak berkesulitan
belajar spesifik antara lain:
 Pada masa kanak-kanak:
- Kesulitan mengekspresikan diri.
- Lambat dalam mengerjakan tugas seperti mengikat sepatu
- Ketidakmampuan mengikuti arahan karena ketidakmampuan
memahami instruksi lisan.
- Lemah dalam ketrampilan bermain dilapangan.
 Pada usia remaja dan dewasa:
- Kesulitan dalam memproses informasi auditori
- Lambat dalam membaca, pemahaman rendah
- Kesulitan dalam mengingat nama orang dan tempat
- Kesulitan mengatur ide untuk menulis
 Anak-anak yang termasuk kedalam kesulitan belajar spesifik meliputi:
 Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), ciri-cirinya
seperti:
 Perkembangan kemampuan membaca terlambat
 Kemampuan memahami isi bacaan rendah
 Serta ketika membaca sering banyak kesalahan.
 Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia) ciri-
cirinya:
 Ketika menyalin tulisan sering terlambat selesai, sering salah
menulis huruf.
 Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca
 Tulisannya banyak salah atau terbalik atau huruf hilang
 Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
 Anak yang kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) ciri-cirinya
seperti:
 Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =,
 Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan.

11
 Sering salah membilang dengan urut.
 Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2
dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya
 Sulit membedakan bangun-bangun geometri.

8) Anak Lamban Belajar (slow learner)

Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau


keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah
teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk belajar dan
menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak lamban belajar
antara lain karena masalah tingkat konsentrasinya yang rendah, daya
ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.

 Karakteristik Anak Yang Lamban Belajar


 Pernah tidak naik kelas.
 Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6
 Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat
dibandingkan teman-teman seusianya
 Daya tangkap terhadap pelajaran lambat

9) Anak Autis
Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total dan tidak
mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan
perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat
kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional
dengan orang lain
 Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
 Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
 Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan
isyarat
 Penggunaan bahasa yang berulang, minat yang terbatas

12
C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Irwanto, Kasim, dan Rahmi (2010), secara garis besar faktor
penyebab anak berkebutuhan khusus jika dilihat dari masa terjadinya dapat
dikelompokan menjadi 3 yaitu :
a. Factor penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi pada pra kelahiran
(sebelum lahir), yaitu masa anak masih berada dalam kandungan telah
diketahui mengalamai kelainan dan ketunaan. Kelainan yang terjadi pada
masa prenatal, berdasarkan periodesasinya dapat terjadi pada gangguan
genetik, infeksi kelamin, usia ibu hamil, (high risk group); keracunan saat
hamil, pengguguran dan lahir primatur.
b. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi selama proses
kelahiran, yang dimaksud disisni adalah anak mengalami kelainan pada
saat proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan.
Antara lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat, posisi
bayi tidak normal, kelainan ganda atau kesehatan bayi yang kurang baik,
proses kelahiran lama
c. Factor penyebab anak berkebutuhan khusus setelah proses kelahiran yaitu
masa kelahiran yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi
dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa sebab
kelainan setelah anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/ virus ).
Kekurangan zat makanan (gizi nutrusi), kecelakaan dan keracunan.

Berdasarkan factor tersebut diatas, sebagian besar (70,21%) anak


berkebutuhan khusus disebabkan oleh bawaan lahir, kemudian karena
penyakit (15,70%) dan kecelakaan / bencana alam sebesar 10,88%, pola yang
sama terjadi baik didaerah perkotaan dan perdesaan (trauma). Orang-orang
seperti ini membutuh penelitian yang cukup rumit dan proses yang panjang.
Peran ilmu kimia disini melatih peneliti dan pasien ABK, juga untuk bersabar
akan hasil yang didapatkan kelak, ataukah membutuhkan penelitian yang
lebih lama ataukah sebaliknya.

13
D. Kebutuhan Belajar ABK dan Strategi Pendampingan Belajar Anak
Berkebutuhan Khusus.

a. Kebutuhan belajar ABK


Kebutuham manusia dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan oleh manusia, atau dapat dikatakan sebagai keinginan manusia
yang harus dipenuhi. Pada umumnya kebutuhan belajar ABK sama dengan
kebutuhan anak normal mulai dari kebutuhuhan jasmani hingga pada
rohaninya. Adapun beberapa kebutuhan ABK :
1) Kebutuhan Fisik.
Kebutuhan fisik anak berkebutuhan khusus sama dengan anak
normal antara lain makan, minum, berpakaian, perumahan, dan lain-lain.
Mereka juga membutuhkan perawatan kesehatan dan perawatan badan.
Selain itu, mereka juga butuh sarana untuk bergerak, bermain, berolah
raga, berekreasi, dan lain-lain.

2) Kebutuhan Kejiwaan
a. Kebutuhan akan penghargaan.
Anak berkelainan pun membutuhkan perhatian, pujian,
penghargaan, dan lain-lain. Namun banyak orang tua yang dirasa
kurang hangat terhadap anak- anak mereka hanya karena jarang atau
bahkan tidak pernah mengungkapkan penghargaan terhadap kegiatan
atau sikap anak.
b. Kebutuhan akan komunikasi.
Sebagai manusia, anak berkebutuhan khusus juga ingin
mengungkapkan tentang dirinya. Mereka punya perasaan, keinginan,
ide atau gagasan, dll. Mereka juga menyimpan banyak pertanyaan dan
permasalahan. Mereka tidak dapat menyembunyikannya, namun
mereka tidak dapat atau susah untuk mengungkapkannya. Hal ini biasa
terjadi pada anak berkelainan berat dan sangat berat.
c. Kebutuhan sosial (berkelompok).

14
Kebutuhan ini meliputi diakui sebagai anggota keluarga, diakui di
depan teman-teman, mendapat kedudukan dalam kelompok,
mengerjakan sesuatu tanpa bantuan, pengalaman rekreasi dan olahraga
sederhana, pengalaman menjadi anak berguna, atau pengalaman hidup
dengan penuh bahagia. Kebutuhan tersebut berbeda-beda tingkatnya
tergantung pada berat- ringannya ketunaan anak.

b. Strategi Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus

Setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan, termasuk anak


berkebutuhan khusus. Mengajar anak berkebutuhan khusus tidak hanya
memerlukan kesabaran, tetapi strategi agar mereka merasa nyaman dan
mampu mendapatkan informasi dengan tepat. Strategi di bawah ini perlu
dikuasai oleh para guru dan orang tua. Tujuannya agar anak bisa
mendapatkan pelajaran atau menguasai sebuah kemampuan baru dan
informasi dengan baik.

 Interaksi

Banyak orang yang salah memulai interaksi dengan anak


kebutuhan khusus. Biasanya mereka memulai interaksi dengan
pertanyaan, lalu anak enggan menjawab, dan orang menyerah kemudian
akhirnya berbicara pada orang tuanya. Jika Kita ingin mengajar anak
berkebutuhan khusus, gunakan aturan yang berkenalan yang baik
seperti: pertama, kenalkan diri Kita dan jelaskan bagaimana Kita
merasa memiliki hubungan yang baik dengan anak tersebut. Interaksi
bisa dimulai mengajak berjabat tangan, menyentuh tangan, bahu, atau

15
wajahnya. Perlu diingat, tidak semua anak suka disentuh, seperti
misalnya anak autis. Kita juga dapat menjelaskan aktivitas apa yang
akan dilakukan bersama anak tersebut, dari awal hingga akhir, sambil
menatap kedua mata anak tersebut atau mengamati prilakunya.

 Observasi
Beberapa anak dengan berkebutuhan khusus menerima input
sensori dengan cara yang berbeda dan kesulitan untuk mengungkapkan
ketidaknyamanannya. Ingatlah bahwa semua perilaku adalah
komunikasi. Selalu lihat sesuatu yang berbeda dan berpikir jika anak
tersebut sedang mencoba berkomunikasi dengan Kita. Jika Kita tidak
yakin, Kita bisa bertanya kepada orang tuanya atau orang yang lebih
professional dalam menanganinya.

 Lingkungan belajar yang aman

Perilaku anak berkebutuhan khusus kadang tidak terduga. Oleh


karena itu, penting untuk mendahulukan keselamatan dan mengatur
lingkungan agar nyaman secara fisik dan emosional.

 Lebih fleksible
Mengajar anak berkebutuhan khusus harus menggunakan metode
yang beragam untuk membuat anak mengerti dan menguasai
kemampuan baru. Misalnya, jika anak menolak pisah dengan orang
tuanya, maka bawa orang tuanya ikut beraktivitas selama beberapa
menit untuk mengurangi kecemasan anak, lalu orang tua dapat mundur
perlahan.

16
Contoh lainnya adalah anak berkebutuhan khusus akan sulit
memahami konsep abstrak pada pelajaran agama. Peran Kita adalah
menuangkan pelajaran tersebut dalam sebuah permainan atau projek
seni agar terlihat bisa diterima oleh akal.

 Harus konsisten
Jika terdapat peraturan di sebuah kelompok, maka aturan tersebut
harus diaplikasikan secara konsisten kepada semua orang. Misalnya,
jika seorang pendamping/guru memiliki tujuan dan jadwal belajar,
maka semua orang di dalam kelompok harus mengikuti hal tersebut.
Bedanya, anak berkebutuhan khusus memerlukan dukungan ekstra atau
guru pendamping tepat yang duduk bersamanya. Sama dengan memberi
hukuman misalnya, Kita menerapkan hukuman bahwa anak yang
memukul harus ke luar kelas untuk menenangkan diri. Maka peraturan
tersebut harus diterapkan secara adil pada anak regular atau anak
berkebutuhan khusus.

 Gunakan Isyarat visual, auditori, atau taktil

Memiliki isyarat yang tepat pada sebuah lingkungan dapat


berdampak positif pada anak berkebutuhan khusus. Kita bisa
menggunakan kartu yang berisi tulisan instruksi sederhana untuk
menolong anak mengingat aturan perilaku yang baik. Jika anak tersebut
tidak bisa membaca, maka yang digunakan adalah gambar.

17
Contoh lainnya adalah daripada berteriak untuk menyuruh
sekelompok anak untuk diam, sebaiknya gunakan siulan atau tepuk
tangan agar menarik perhatian mereka.
Sedangkan isyarat taktil bisa dilakukan dengan menyentuh bahu
dengan lembut atau menawarkan selimut dan kain lembut lainnya
adalah cara yang mudah untuk menarik perhatian seseorang. Sehingga
Kita tidak perlu mendorong atau menarik keras anak untuk turut ikut
perintah Kita.

 Menjadi pengajar yang positif


Perilaku positif adalah kualitas paling penting yang harus dimiliki
oleh orang-orang yang mengajar anak berkebutuhan khusus. Untuk
Pendamping ABK yang meskipun memiliki pengalaman yang tinggi,
juga akan kesulitan berinteraksi dengan anak difabel jika memiliki
perilaku dan asumsi negatif.
Mengajar anak berkebutuhan khusus tidak dapat diatasi sendirian,
karena perlu peran keluarga dan kerjasama yang kuat dengan
pendamping/guru. Agar anak tidak bingung, pastikan setiap orang
berkomunikasi untuk menerapkan strategi yang sama.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

18
Setiap anak yang lahir didunia memiliki potensi yang berbeda-
beda, mereka akan memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda antara
anak satu dan anak lainnya, sudah seharusnya sebagai orang tua atau
masyarakat tidak menyamaratakan dan membanding-bandingkan antara
anak yang satu dengan yang lainnnya. Sebaliknya kita sebagaai orang tua
harus mengerti kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan anak sejak dini
baik dari segi fisik maupun psikis. Keterbatasan pada anak tersebut
menyebabkan orangtua kurang mengerti dengan potensi yang dimiliki
anak, hampir semua orang tua menginginkan anaknya sempurna baik dari
segi fisik psikis dan akademiknya. Sampai saat ini, masih banyak orangtua
yang merasa malu apabila anak mereka memiliki keterbatasan-keterbatsan
baik fisik, psikis maupun akademik, sehingga orang tua berusaha dan
menjaga agar anaknya tidak berinteraksi dengan anak lain ataupun
masyarakat

B. Saran
Adapun untuk pendampingan ABK sangat diperlukan pemenuhan
tenaga pendidik terutama untuk guru pendamping
khusus dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus. Sebaiknya
Dinas Pendidikan menyediakan Guru Pendamping Khusus sesuai
dengan ketentuan dan kebutuhan sekolah penyelenggara inklusi.

DAFTAR PUSTAKA

https://etheses.uin-malang.ac.id/1484/6/11410112_Bab_2.pdf
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-anak-berkebutuhan-khusus-
menurut-para-ahli/

19
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-
khusus.html
https://rsud.bontangkota.go.id/2021/03/24/apa-itu-anak-berkebutuhan-khusus/
http://ihsan.com/artikel/karakteristik-anak-berkebutuhan-khusus.html
https://www.educenter.id/7-strategi-mengajar-anak-berkebutuhan-khusus/

20

Anda mungkin juga menyukai