Anda di halaman 1dari 13

TERBIASA SALING MENASEHATI DAN

BERBUAT BAIK (IKHSAN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


AHMAD HUSAIN YUSUF
MUH. ADNAN AIMAN
MUH. FAUZAN SAFRUDDIN
NURWAHIDA ARIF
MULTAZAM
ZUL FAUZAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama Islam yang diberikan
oleh Bpk. Abdul Qodir Ahwandi S,Ag selak guru pembimbing tugas ini. Makalah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Penulis
Daftar isi

Halaman cover…………………………………………………….......1

Kata pengantar..……………………………………………………….2

Daftar isi ….………………………………………...………………...3

Pendahuluan ..……………………………………...…………………4

Rumusan masalah…………………...………………………………...4

Manfaat………………………………………………………………..4

Isi ……………………………..………………………………………5

Penutup ……...………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA…………………………...…………………..14
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada era saat ini saling menasehati kepada sesama manusia seakan telah terhapus oleh pergerakan
zaman yang kian menghanguskan attitude anak-anak muda sekarang. Padahal dalam Al-qur’an telah
disebutkan perintah untuk saling menasehati dalam kebaikan dalam surah Al-‘Ashr/103 ayat 1-3.
Perintah tersebuut menjelaskan kewajiban kita sebagai umat manusia untuk berbuat baik dan saling
menasehati dalam kebaikan. Namun, kenyataan yang kita jumpai saat ini yang terjadi adalah bukan
saling menasehati tetapi saling melupakan.

Menyadari betapa pentingnya kultur saling menasehati dalam kehidupan sehari-hari sebagai
masyarakat Indonesia dan sebagai penyempurna akhlak kita sebagai umat muslim, makalah ini
bertujuan untuk membagun kembali kultur atau budaya yang kian merosot karena dampak globalisasi
yang mengakibatkan tingginya tingkat individualisme. Di dalam Al-Qur’an QS. Lukman/31 : 13-14
bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kdua orang tua. Syukur kepada Allah berarti taqwa, taat
kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang rendah berkulit hitam dan berpegang teguh
kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin. Sedang bersyukur kepada kedua orang
tua adalah hormat dan patuh mereka.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita untuk menyempurnakan sikap kita sebagai
makhluk ciptaan Alloh yang sempurna.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1) Apa makna dari saling menasehati?

2) Bagaimana cara kita agar menjadi manusia yang peduli?

C. Manfaat

1) Setelah menbaca makalah ini, semoga pembaca dapat mengambil manfaatnya

2) Semoga pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk menunjang penulisan makalah
berikutnya dimasa yang akan datang

BAB 2

ISI

A. Makna Saling Menasehati dan Berbuat Ihsan


Nasihat berasal dari bahas Arab, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia nasihat diartikan secara
sederhana mauizah yaitu; ajaran atau pelajaran yangbaik; atau diartikan anjuran (petunjuk, peringatan,
teguran) yang baik, kehendak baik. Saling menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling
menghendaki kebaikan, dan saling mengingatkan. Dalam al-Qur’an tidak didapati kata nasihat kecuali
akar kata seperti kata nashahû ‫َصحُوا‬
َ ‫ ن‬yang berarti ikhlas nasihat kepada Allah dalam QS. Al-Taubah/9:
91 dan kata Nâshihunberarti penasehat.

dalam QS. Al-A’raf/7: 68.

Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang diriwayatkan oleh
Muslim dari Tamim al-Dariy, Rasulullah saw bersabda:

)‫ال هَّلِل ِ َولِ ِكتَابِ ِه َولِ َرسُولِ ِه َوَأِلِئ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِمينَ َوعَا َّمتِ ِه ْم (صحيح مسلم‬
َ َ‫يحةُ قُ ْلنَا لِ َم ْن ق‬
َ ‫ص‬ِ َّ‫الدِّينُ الن‬

Agama itu nasihat, kami bertanya: Untuk siapa ? Beliau menjawab untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya,
para pimpinan kaum msulimin dan umumnya kaum msulimin. (HR. Muslim)

Mayoritas isi kandungan agama adalah nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat yang berbeda
bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberika. Al-Khathabiy dan ulama lain memberikan arti
nasihat sebagaimana yang dikutib oleh al-Nawawi pada sayarah Muslim sebagai berikut:

1. Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, mematuhi
segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.

2. Nasihat bagi kitab Allah, maknanya beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an, membaca,
memahami dan mengamalkannya

3. Nasihat kepada Rasul-Nya, maknanya mengimani kebenarannya, patuh segala yang datang dari
padanya dan menghidupkan Sunah-sunahnya

4. Nasihat terhadap para pimpinan umat Islam, artinya membantu mereka dalam melaksanakan
kebenaran, taat segala perintahnya dan memberikan masukan saran secara sopan jika mereka
menyimpang.
5. Nasihat kepada kaum muslimin semuanya, artinya memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada mereka untuk kemaslahatan dunia dan akhirat serta mencegah gangguan mereka

6. Kata Nasihat sinonim mauizhah sebagaimana yang disebutkan akar kata pada QS.
Lukman/31 : 13 mauizhanya Lukman terhadap anaknya.

a. Sedangkan Ihsan secara sederhana diartikan berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah
dan adakalanya bermuamalah dengan sesame manusia. Ihsan dalam ibadah sebagaimana Hadis
Rasulillah ketika ditanya oleh Jibril:

َ ‫ َأ ْن تَ ْعبُ َد هللاِ َكَأنــَّـ‬: ‫ال‬


َ ‫ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَِإنَّهُ يَ َرا‬،ُ‫ك ت ََراه‬
)‫ك …(رواه مسلم‬ َ َ‫قَا َل فََأ ْخبِرْ نِ ْي َع ِن اِإل حْ َساِن ق‬

Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah
Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihat kamu”…(HR. Muslim)

Ihsan dalam ibadah berarti membaguskan ibadah, yaitu menyembah Allah seolah melihat-Nya atau
kalau tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kita. Maknanya usahakan ibadahnya dibuat yang paling
bagus dengan menjaga adab dan tata kramanya baik lahir maupun batin, terutama, keikhlasan,
kekhusyu’an dan ke khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat baik dalam bermuamalah dengan sesama
saudara dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan kekurangannya.

B. Ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi Tentang Saling Nasehat dan Ihsan

Firman Allah dalam QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasihat

َ ِ‫ص ْينَا اِإْل ْنسَانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬
ُ‫صالُه‬ ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
َّ ‫) َو َو‬13( ‫َظي ٌم‬ َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
َّ َ‫ال لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
)14( ‫صي ُر‬ ْ
ِ ‫ي ال َم‬َّ َ‫ك ِإل‬ ‫َأ‬
َ ‫فِي عَا َم ْي ِن ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬
Kosa kata:

ُ‫ = يَ ِعظُه‬memberi nasihat akan dia , memberi mau’izhah kepadanya

= sungguh kegelapan, penganiayaan

ُ‫صالُه‬
َ ِ‫ = َوف‬bersapih dari susuan

Terjemahan:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS. 31:13)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. 31:14)

Firman Allah QS. al-Baqarah/2: 83 tentang berbuat ihsan. Namun di sini paparkan QS. al-Nisa/4 : 36
mengingat QS. al-Baqarah/2: 83 sudah dibahas pada bab sebelumnya KD 3.5. materi kelas 3 SMP
tentang tata kraman dan sopan santun. Pada bab ini diganti dengan ayat yang senada atau hamper sama
kandungannya.

‫ب‬ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَى َو ْال َج‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬
ِ ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِك‬
‫َت َأ ْي َمانُ ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬
ْ ‫َواب ِْن ال َّسبِي ِل َو َما َملَك‬

Kosa Kata:
‫ = ِإحْ َسانًا‬berbuat baik

‫ار ِذي ْالقُرْ بَى‬


ِ ‫ = َو ْال َج‬tetangga dekat

ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
‫ب‬ ِ ‫ = َوالصَّا ِح‬tetangga yang jauh

Terjemahan:

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.(QS.2:

Hadis tentang memberi mau’izhah adalah sebagaimana Hadits berikut:

ْ َ‫ت ِم ْنهَا ْال ُعيُونُ َو َو ِجل‬


‫ت ِم ْنهَا‬ ْ َ‫صاَل ِة ْال َغدَا ِة َموْ ِعظَةً بَلِي َغةً َذ َرف‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَوْ ًما بَ ْع َد‬
َ ِ ‫ال َو َعظَنَا َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫اريَةَ ق‬ ِ ‫اض ْب ِن َس‬ ِ َ‫ع َْن ْال ِعرْ ب‬
ْ‫صي ُك ْم بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َوال َّس ْم ِع َوالطَّا َع ِة َوِإ ْن َع ْب ٌد َحبَ ِش ٌّي فَِإنَّهُ َم ْن يَ ِعش‬ ِ ‫ُول هَّللا ِ قَا َل ُأو‬ ٍ ‫ْالقُلُوبُ فَقَا َل َر ُج ٌل ِإ َّن هَ ِذ ِه َموْ ِعظَةُ ُم َود‬
َ ‫ِّع فَ َما َذا تَ ْعهَ ُد ِإلَ ْينَا يَا َرس‬
‫َّاش ِدينَ ْال َم ْه ِديِّينَ عَضُّ وا َعلَ ْيهَا‬ ِ ‫ضاَل لَةٌ فَ َم ْن َأ ْدرَكَ َذلِكَ ِم ْن ُك ْم فَ َعلَ ْي ِه بِ ُسنَّتِي َو ُسنَّ ِة ْال ُخلَفَا ِء الر‬ َ ‫ور فَِإنَّهَا‬ ‫ُأْل‬ ِ ‫اختِاَل فًا َكثِيرًا َوِإيَّا ُك ْم َو ُمحْ َدثَا‬
ْ ‫ِم ْن ُك ْم يَ َرى‬
ِ ‫ت ا ُم‬
)‫ص ِحي ٌح ُ (أخرجه الترمذي‬ َ ‫يث َح َس ٌن‬ ‫َأ‬
ٌ ‫اج ِذ قَا َل بُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬ ِ ‫بِالنَّ َو‬

Dari `Irbadh bin sariyah berkata : Rasulullah saw pernah memberikan mauizhah kepada kita pada suatu
hari setelah shalat shubuh dengan nasihat yang mengharukan sehingga meneteskan air mata dan
membuat hati menjadi takut. Maka ada seorang laki-laki bertanya : “Apakah ini mauizhah terakhir apa
yang engkau sampaikan kepada kita Ya Rasulullah ?” Beliau bersabda : Aku wasiatkan kepada kalian
hendaklah taqwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pimpinan sekalipun ia seorang hamba
Habsyi (berkulit hitam). Sesungguhnya siapa di antara kalian yang hidup nanti akan melihat banyak
perpecahan dan perbedaan, jauhilah hal-hal yang baru sesungguhnya ia adalah sesat. Barang siapa di
antara kalian yang mendapatinya maka ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur-Rasyidin yang
mendapat petunjuk, gigitlah dengan gigi gerahammu. (HR. al-Turmudzi, Hadis Hasan Shahih)

C. Nasihat Bersyukur Kepada Allah,

Sebagaimana dijelaskan pada QS. Lukman/31 : 13-14 tentang nasehat Lukman al-Hakim kepada
anaknya. Lukman al-Hakim adalah seorang ahli hikmah bukan seorang Nabi yang diberi wahyu.Al-
Hikmah artinya paham agama diberi akal yang kritis dan selalu benar. Isi nasihat agar anak
kesayangannya beryukur kepada Allah tidak meyekutukan-Nya (tidak syirik) dengan sesuatu karena
susungguhnya syirik itu suatu penganiayaan yang agung. Nasihat syukur kepada anak Lukman
sebagaimana perintah Allah kepada Lukman agar bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah
diberikannya. Perintah syukur dengan tegas disebutkan pada ayat sebelumnya yakni QS. Lukman/31 :
12.

‫َولَقَ ْد آتَ ْينَا لُ ْق َمانَ ْال ِح ْك َمةَ َأ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ َو َم ْن يَ ْش ُكرْ فَِإنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِه َو َم ْن َكفَ َر فَِإ َّن هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِميد‬

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada Allah.Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. 31:12)

Perintah bersyukur kepada Allah juga diulangi dan diperkuat pada ayat 14 Surat Lukman ‫َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي‬
hendaklah engkau bersyukur kepada-Ku. Bersyukur kepada Allah berarti taat dan taqwa kepadanya,
sebagaimana mau’izhah Nabi kepada para sahabat dengan suatu mau’izhah yang meneteskan air mata
ِ ‫ ُأ‬Aku
dan menggetarkan hati agar para sahabat taqwa kepada Allah swt. Rasul bersaabda: ِ ‫وصي ُك ْم بِتَ ْق َوى هَّللا‬
wasiatkan kepada kalian agar takwa kepada Allah.

Isi mau’izhah yang diberikan Nabi Muhammd pada Hadis di atas realisasi syukur kepada Allah
yaitu taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang rendah berkulit hitam dan
berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur Rasyidin.

D. Nasihat Berterima Kasih Kepada Kedua Orang Tua

Redaksi ayat di atas menunjukkan betapa agung dan tingginya bersyukur kepada kedua orang tua yang
dijatuhkan setelah perintah menyembah kepada Allah. Orang tua adalah manusia pertama dan utama di
antara sekian banyak manusia yang lebih berhak manerima kebaikan dari anak-anaknya. Karena sebab
adanya orang tua inilah anak menjadi ada. Andaikata tidak ada orang tua, anak tidak mungkin wujud di
bumi ini. Dari orang tua inilah anak lahir, karena kasih sayang orang tua inilah anak bisa hidup dengan
sempurna, dengan perhatian orang tua inilah anak menjadi dewasa bahkan dengan kesungguhan orang
tua inilah anak menjadi orang yang pandai dan berkat do’a orang tua inilah anak menjadi orang sukses.
Karena besar jasa orang tua inilah mulai mengandung yang sangat berat dan menyusui selama 2 tahun.
Anak diperintah bersyukur, hormat da patuh kepada kedua orang tua setelah bersyukur kepada Allah.
Firman Allah QS. Lukman/31 : 13-14

Hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu dan kepada-Kulah tempat
kembali

Anak sekalipun menjadi pejabat teratas tetap harus hormat kepada orang tua. Anak sekalipun menjadi
orang pandai dan lebih pandai dari pada orang tuanya tetap harus taat kepada orang tua. Orang tua
ibarat seperti al-Qur’an sekalipun sudah rusak tetap harus dihormati tidak boleh dihina, diremehkan
dan diinjak-injak apalagi al-Qur’an yang masih bagus.

E. Berbuat Ihsan Kepada Allah

Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik) secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada Allah dan berbuat
Ihsan kepada manusia sebagaimana Allah firmankan pada QS. al-Nisa/4 : 36

‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيًئا َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا‬

Dan sembahlah Allah jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua. Ibadah kebada Allah berarti:

‫ والخشوع لسلطانه فى السر والجهر‬، ‫عبادة هّللا هى الخضوع له وتمكين هيبته وعظمته من النفس‬

Ibadah kepada Allah adalah tunduk (khudhu’) kepada-Nya dan menghayati dalam jiwa akan kehaibatan
da keagungan-Nya serta khusyu’ terhadap kerajaan-Nya baik dalam sembunyi maupun terbuka.[4]

Pengertian ibadah di atas sudah memasukkan makna ihsan kepada Allah yakni beribadah secara khudhu’
dan khusyu’. Perintah menyembah kepada Allah, artinya taat segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya dengan rasa rendah hati, dan rendah diri disertai rasa cinta dan agung. Ihsan dalam
beribadah maknanya sebagaimana penjelasan di atas menyembah kepada Allah dengan sebaik-baiknya
dengan menjalankan wajib dan sunah-sunahnya bahkan adab-adabnya, menjauhi yang membatalkan,
yang haram dan yang makruh. Ihsan dalam ibadah adalah melaksanakan ibadah dengan sebaik-baiknya
yakni dengan khusyu’ dan khudhu’. Ibadah yang baik adalah ibadah yang dikerjakan seolah-olah melihat
Allah atau Allah meliht engkau.

F. Berbuat Ihsan Kepada Sesama Manusia

Berbaut Ihsan atau berbuat baik dengan sesama manusia setelah berbuat baik dengan Allah swt.
Berbuat ihsan sesuai dengan urutan dalam al-Qur’an mesti orang tua terlebih dahulu kemudian yang
terdekat dan yang terdekat.Urutannya sesuai dengan urutan al-Qur’an yaitu:

1. Kedua orang tua, dialah yang melahirkan dan membesarkan menjadi manusia yang sempurna.

2. Kerabat, orang yang dekat hubungan keturunan seperti anak, cucu, saudara kandung, paman, bibik
dan seterusnya. Mereka lebih berhak menerima ihsan (kebikan) dari saudaranya, karena mereka orang
yang terdekat kepada orang tua.Berbuat Ihsan kepda kerabat setelah berbuat ihsan kepada kedua orang
tua dan setelah berbuat ihsan kepada Allah swt.

Al-Maraghiy mengatakan, jika seseorang telah melakukan ihsan kepada Allah, maka lulurs imannya dan
baik amalnya. Jika seseorang telah melaksanakan hak-haka orang tua dengan baik, maka menjadi baik
pula rumah tangganya dan kemuarganya. Dan jika penghuni rumah itu saling berbuat baik kepada
kerabtnya, maka rumah tangga itu memiliki potensi yang besar untuk membentuk persatuan umat.[5]

3. Yatim, seorang anak yang ditinggal wafat bapaknya. Bapak yang menjadi harapan masa depannya
telah tiada, sementara sang ibu tidak semampu bapak untuk mencukupi dan memenuhi kehidupan sang
anak, terutama dalam pendidika masa depan si anak. Tanggung jawab ihsan dipikulkan kepada seluruh
umat Islam yang ada kamampuan. Dalam ayat ini kedudukan yatim disandingkan dengan kerabatlum
kerabat da yakni setelah kerabat dan sebelum miskin, seolah yatim dijadikan bagian kerabat kaum
muslimin.

4. Miskin, orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan tidak mampu mencukupi kebutuhan
keluarganya. Miskin perlu mendapat ihsan dari kaum muslimin agar kondisi masyarakat mendapat
ketenangan dan tidak timbul pencurian atau kejahatan. Miskin ada dua macam; miskin yang uzur karena
kelemahannya tidak mampu berusaha perlu mendapaat ihsan. Kedua miskin yang tidak uzur orang yang
miskin karena hidup berpoya-poya, bentuk ini perlu mendapat nasihat dan petunjuk mencari pekerjaan.
5. Tetangga dekat, sebagian ahli Tafsir ada yang mengartikan tetangga yang masih ada hubungan
kerabat atau tetangga yang dekat rumahnya sebagian pendapat sorang muslim

6. Tetangga jauh, tetangga yang jauh rumahnya tetpi masih dinamai tetangga atau diartikan perantau)
singkatnya tetangga baik dekat maupun jauh.

Sebagian pendapat tetangga jauh adalam non muslim seperti Yahudi dan Nashrani. Sebagian pendapat
mengatakan tetangga adalah 40 rumah di berbagai arah, atau mereka yang mendengar adzan.

7. Teman sejawat, teman sepekerja, teman musafir, teman, murid, dan istri

8. Budak, seorang berstatus budak

G. Rangkuman

Makna nasehat beragam intinya anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik, kehendak baik.
Saling menasihati berarti saling menganjurkan kebaikan, saling menghendaki kebaikan, dan saling
mengingatkan. Kata “nasihat” banyak disebutkan dalam beberapa Hadis di antaranya Hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim bahwa agama itu nasihat. Sedangkan Ihsan secara sederhana diartikan
berbuat baik. Berbuat baik adakalanya dalam ibadah dan adakalanya bermuamalah dengan sesama
manusia.

Isi kandungan QS. Lukman/31 : 13-14 bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kdua orang
tua. Syukur kepada Allah berarti taqwa, taat kepada pimpinan sekalipun dipimpin seorang hamba yang
rendah berkulit hitam dan berpegang teguh kepada Sunah nabi dan Sunah para sahabat Khulafaur
Rasyidin. Sedang bersyukur kepada kedua orang tua adalah hormat da patuh mereka. Isi kandungan
QS. al-Nisa/4 : 36 Perintah berbuat Ihsan (berbuat baik) secara seimbang, yakni berbuat ihsan kepada
Allah dan berbuat Ihsan kepada manusia;dua orang tua ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Bentuk bererbuat Ihsan dengan sesama manusia dalam berbagai bentuk,ucapan, perbuatan
dan sikap, secara moral maupun material dan social yang disebut dengan silaturahim.
BAB 3

PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya, namun kami juga manusia yang mempunyai
banyak salah. Mohon maaf bila dalam penyusunan

masih terlalu banyak kekurangan dan kesalahan. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk menunjang criteria pembuatan karya tulis kami selanjutnya. Sekian dan trimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

http://westbatavia.blogspot.com

https://nurussyahid.blogspot.id/2015/02/memahami-makna-menasehati-dan-berbuat.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai