Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunanmanusia Indonesia


seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945guna mewujudkan manusia
dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun
spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan, dan
pengembangan tenaga kerja yang berkualitasdan produktif. Kebijakan yang mendorong
tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Sugeng Budiono,
2003:1

Hasil survey yang dilakukan oleh UNDP menunjukkan bahwa Human Development Index
(HDI) bangsa Indonesia tahun 2001 menduduki peringkat 110 yang jauh lebih rendah dari pada
Malaysia dan Jepang, hal ini disebabkan tingkat kesehatan bangsa Indonesia masih rendah
termasuk masih banyak dijumpai kasus kurang gizi.

Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi
kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Hal ini
dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja.
Oleh karena itu mereka perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis /
beban pekerjaan yang dilakukannya.

Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan
membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun,
kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan
yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang
optimal.
Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja harus sejalan pula dengan
usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki keadaan kesehatan
dan meningkatkan keadaan gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di perusahaan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui masalah gizi pada Tenaga Kerja
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada tenaga kerja
BAB II

PEMBAHASAN

Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu
pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang diterapkan
kepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja
sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.

Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi
kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Hal ini dikarenakan tenaga
kerja menghabiskan waktunya lebih dari 35% setiap hari di tempat kerja. Oleh karena itu mereka perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis / beban pekerjaan yang dilakukannya.

Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa
akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik
kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi,
bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan yang demikian itu tidak bisa diharapkan
tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.

 Pengaruh status gizi terhadap aktivitas kerja

Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari esok harus lebih baik dari hari ini atau perbandingan antara output (keluaran /
jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan / setiap sumber daya yang digunakan).

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai


peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan
prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama
bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak mungkin mampu bekerja dengan hasil yang
maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan seseorang. Tenaga kerja yang
sehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang
mungkin terjadi dalam bekerja.
 Factor-faktor yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja
1. Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.

2. Faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil, menyusui,
kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan
infeksi oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi,
mengakibatkan terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi
dan dedikasi.

3. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,
fisiologi (ergonomi) dan psikologi. Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitu
tekanan panas, bahan – bahan kimia, parasit dan mikroorganisme, faktor psikologis dan
kesejahteraan.

 Factor-faktor penentu kebutuhan gizi


1. Ukuran tubuh (tinggi dan berat badan)
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Kegiatan sehari – hari
5. Kondisi tubuh tertentu (wanita hamil dan menyusui)
6. Lingkungan kerja

 Factor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja

Agar seorang tenaga kerja dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat menjamin
keadaan kesehatan dan produktivitas kerja setinggi-tingginya, maka perlu ada keseimbangan yang
menguntungkan dari faktor: beban kerja, kapasitas kerja, beban tambahan akibat lingkungan
kerja(Suma’mur P.K., 1989:43).

1. Beban Kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerjabaik berupa
fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Dalam hal ini,harus ada
keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan individu agar tidak terjadi
hambatan ataupun kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.Seorang tenaga kerja
mempunyai kemampuan tersendiri dalam, hubungandengan beban kerja, mungkin
diantara pekerjaan ada yang cocok untuk beban fisik,mental atau sosial, namun sebagai
persamaan yang umum, hanya mampu memikulsampai suatu berat tertentu. Bahkan ada
beban dirasa optimal bagi seseorang. Inilahmaksud penempatan yang tepat pada
pekerjaan yang tepat. (Suma’mur P.K.,1989:102).

2. Kapasitas Kerja
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara yang satu dengan yanglainnya dan
sangat tergantung pada jenis kelamin, usia, masa kerja, status gizi dankesehatan.

3. Jenis KelaminUkuran dan daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih
sanggupmenyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat
dikerjakanwanita, kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan
ketrampilantangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukan bahwa
pekerjawanita lebih diperlukan ada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan
ketelitiandaripada tenaga kerja laki-laki. (Soeprapto, 1989:36).

4. UmurPenelitian Flippo (1984) menunjukan bahwa pada pekerja yang mempunyaitingkat


kesukaran absensi tinggi adalah bukan karena penyakit tetapi karena adanyakesukaran
adaptasi terhadap lingkungan kerja.Pada usia tua penyakit syaraf seperti tremor pada tangan
dapat menurunkanproduktivitas kerja pada perusahaan yang memerlukan ketrampilan tangan.
Hal ini juga dapat diukur dengan tingkat absensi yang tinggi pada golongan umur ini.

5. Lama Kerja (Suma’murP.K.,1985:160), menunjukan bahwa lama kerja mempunyai


kaitandengan kepuasan kerja. Tenaga kerja mempunyai kepuasan kerja yang terus
meningkatsampai lama kerja 5 tahun dan kemudian mulai terjadi penurunan sampai lama
kerja 8 tahun, tetapi kemudian setelah tahun kedelapan maka kepuasan kerja secara perlahan-
lahan akan meningkat lagi.
6. Status KesehatanSeorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya
secaranyata, bahkan tingkat produkstivitasnya menjadi nihil sama sekali. Keadaan sakit
yangmenahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang
panjang.Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya produktivitas yang
seringdapat dilihat secara nyata bahkan besar. (Budiono, 1985:59)
7. Beban TambahanBeban tambahan akibat lingkungan kerja menurut Sugeng Budiono (2003:
265)meliputi:
 Motivasi : Merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
lakuseseorang kearah tujuan tertentudan melibatkan segala kemampuan yang
dimilikiuntuk mencapainya (Ashar Sunyoto, 200:24).
 Sikap dan etika kerja : Seseorang yang memiliki sifat malas dan seenaknya dalam
bekerja akan dapatmenurunkan produktivitas (Ashar Sunyoto, 200:24)
 DisiplinMerupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah
lakuperseorangan atau kelompok masyarakat berupa kepatuhan, ketaatan
terhadapperaturan ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku (Ashar Sunyoto,
2001:24)
 Lingkungan kerja
 Teknologi
 Sarana produksi
 Pendidikan dan latihan
 Tingkat penghasilan dan jaminan social
 System manajemen
 Kesempatan berprestasi

 Penatalaksanaan Diet pada Tenaga Kerja

Kebutuhan energi dan zat gizi tenaga kerja

Basal Energi Expenditure (BEE)

 Lk2= 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) – (6.8 x U)


 Pr = 655 + (9.6 x BB) + (1.7 x TB) – (4.7 x U)

Faktor aktivitas (FA)

Aktifitas Gender
Laki-laki Perempuan
IstirahatSangat 1.21.3 1.21.3
ringan
   
 
1.65 1.55
Ringan
1.76 1.7
Sedang
2.1 2.0
Berat

Total Energi Expenditure (TEE)

TEE = BEE x FA x FS

Kebutuhan energi dan zat gizi tenaga kerja didapatkan dari makanan yang seimbang.
Selain sehat menu juga harus seimbang yaitu memenuhi syarat lain : kwalitas baik (sesuai 4
sehat 5 sempurna), kwantitas cukup, proporsi zat gizi yang mengandung energi harus seimbang,
selain itu tidak bertentangan dengan adat istiadat dan kepercayaan serta memenuhi selera makan
tenaga kerja.

1. Tujuan

 Menciptakan keadaan fisik yang sehat sehingga bergairah dalam melaksanakan


pekerjaannya.
 Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
 Menekan angka kesakitan dan kematian
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Dapat memenuhi kebutuhan kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral secara seimbang.

2. Syarat

 Cukup kalori dengan proporsi karbohidrat (60% – 70%), protein (10% – 15%), lemak
( 20% – 25%) dari total kalori.
 Vitamin dan mineral cukup
 Makan 3x sehari dengan menu seimbang, bisa ditambahkan snack / selingan 2x.
 Dianjurkan untuk berolah raga rutin, agar kesehatan tetap terjaga.

Bahan yang boleh dimakan :

 Semua bahan makanan yang tidak mengandung minyak dan lemak yang berlebihan.
 Tinggi protein, mineral dan vitamin.
 Tinggi serat.
Bahan Makanan yang tidak boleh :

 Makanan yang terlalu banyak mengandung minyak dan lemak, seperti santan.
 Karbohidrat sederhana, seperti gula, sirup, permen dan kue manis.
 Buah yang mengandung lemak.
 Susu full cream, keju, mentega atau margarine secara berlebihan.
Daftar Pustaka

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/1819219-gizi-
kerja/#ixzz1MVNxnS3L

Anda mungkin juga menyukai