PASAR MONOPOLI
Monopoli Alamiah
Apabila suatu perusahaan dapat menyediakan barang atau jasa pada seluruh
pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah dari perusahaan lain
yang ada di sekitarnya. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat skala
ekonomi (economies of scale) pada suatu output tertentu. Gambar 8.1. menunjukkan
biaya rata-rata suatu perusahaan yang memiliki sakala ekonomi.
Biaya
0 Output
Gambar 8.1. Monopoli karena Skala Ekonomi
Gambar 8.1. menunjukkan bahwa suatu perusahaan tunggal dapat
menghasilkan output sejumlah berapapun dengan biaya minimum. Artinya untuk
jumlah output berapapun, sejumlah perusahaan akan menghasilkan jumlah output per
perusahaan yang lebih sedikit, sementara biaya total rata-rata lebih tinggi.
Sebagai contoh monopoli alamiah adalah perusahaan air daerah (PDAM).
Untuk mendistribusikan air bersih ke pada penduduk kota, suatu perusahaan harus
membangun jaringan pipa pada seluruh wilayah yang ada dalam kota itu. Masing-
masing perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa pembangunan jaringan pipa
air. Oleh karena itu biaya total rata-rata aras penyediaan air ini akan minimal apabila
hanya ada satu perusahaan yang melayani kebutuhan air pada satu kota.
Ketika suatu perusahaan monopoli alamiah, perusahaan tersebut tidak akan
terlalu peduli dengan perusahaan-perusahaan baru yang akan masuk ke pasar itu dan
mengurangi kemampuan monopolinya. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan-
perusahaan lain yang akan masuk ke pasar di mana terdapat monopoli alamiah, maka
perusahaan yang akan masuk sadar benar bahwa mereka sangat kesulitan untuk dapat
mencapai tingkat biaya yang sama rendahnya dengan si monopoli yang ada.
Monopoli sebagai produsen tunggal atas suatu produk, maka pelaku monopoli
berada dalam posisi yang unik. Pertanyaan yang muncul bagaimana pelaku monopoli
mengambil keputusan tentang kuantitas dan harga. Apabila perusahaan monopoli
memutuskan untuk menaikkan harga produknya, maka ia tidak perlu khawatir
terhadap pesaing yang akan mengenakan harga yang lebih rendah, akan tetapi dalam
merebut omset penjualan yang lebih besar dengan biaya yang ditanggung oleh
monopoli menjadi dasar pertimbangan dalam memutuskan jumlah dan harga yang
dikenakan kepada konsumen. Permintaan monopoli adalah permintaan pasar dan
secara keseluruhan mereka mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk di
jual.
Walaupun pelaku monopoli adalah satu-satunya produsen dalam pasar,
tidaklah berarti bahwa pelaku monopoli dapat menentukan harga sesuai dengan
keinginannya. Hal tersebut disebabkan karena tujuan perusahaan yaitu
memaksimumkan keuntungan. Dalam memaksimalkan laba pertama-tama perusahaan
monopoli harus menghitung biaya-biaya produksi mereka dan karakteristik atas
perminaan pasar dari produknya. Pengetahuan tentang biaya dan karakteristik pasar
merupakan faktor yang sangat menentukan keputusan ekonomi suatu prilaku
monopoli.
Pendapatan Monopoli
Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang menyediakan
air bersih. Tabel 8.1. menunjukkan bahwa pendapatan pelaku monopoli penyediaan
air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada konsumen.
Tabel 8.1. Pendapatan Total,Rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Jumlah Harga Pendapatan Pendapatan Pendapatan
air Total Rata-rata Marjinal
0 Kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88..000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10000 100.000 10.000 -8.000
11 8000 88.000 8.000 -12.000
Tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada kolom pertama dan kedua (jumlah dan
harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual satu kubik air, harganya adalah Rp. 28.000, namun apabila
memproduksi 2 kubik maka harganya harus diturunkan menjadi Rp. 26.000 supaya
kedua kubik air tersebut laku terjual. Dan apabila monopoli memproduksi 3 kubik air,
harga harus diturunkan menjadi Rp. 24.000, kemudian jika memproduksi 4 galon air
harganya harus diturunkan lagi menjadi Rp. 22.000 dan seterusnya. Apabila kita
membuat grafik pada angka-angka yang ada pada kolom satu dan dua, maka kita akan
mendapatkan suatu kurva permintaan yang menurun sebagaimana kurva permintaan
pada umumnya.
Kolom ketiga pada tabel 8.1 menunjukkan tentang pendapatan total
perusahaan monopoli. Jumlah ini sama dengan jumlah barang yang dijual (kolom 1)
dikali harga barang yang dijual (kolom 2). Kolom keempat merupakan pendapatan
rata-rata pelaku monopoli. Pendapatan rata-rata perusahaan monopoli dihitung
dengan cara membagi kolom total pendapatan (kolom 3) dibagi dengan kolom jumlah
(kolom 1). Pendapatan rata-rata suatu produk selalu sama dengan harga barang. Hal
seperti ini juga berlaku untuk perusahaan monopoli.
Kolom terakhir adalah kolom penerimaan marjinal (kolom 5) perusahaan
monopoli, yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan monopoli atas
setiap tambahan 1 unit barang yang dijual. Untuk menghitung pendapatan marjinal
kita mengambil perubahan pada pendapatan total apabila jumlah penjualan meningkat
satu unit. Misalnya ketika perusahaan memproduksi 2 kubik air, pendapatan totalnya
adalah Rp. 52.000, naiknya produksi menjadi tiga, maka penerimaan total menjadi
Rp. 72.000. Jadi pendapatan marjinal adalah Rp. 72.000 – Rp. 52.000 = Rp 20.000.
Tabel 8.1 sangat penting untuk menjelaskan dasar perilaku perusahaan
monopoli. Terlihat bahwa pendapatan marjinal pelaku monopoli selalu lebih kecil
dari harga barang yang dijualnya. Misalnya ketika perusahaan menaikkan produksi
dari 2 kubik air menjadi tiga 3 kubik air, maka pendapatan total hanya naik sebesar
Rp. 20.000 saja walaupun setiap kubiknya dapat terjual seharga Rp. 24.000. Untuk
perusahaan monopoli pendapatan marjinal lebih kecil dari harga karena suatu
monopoli menghadapi kurva permintaan menurun. Untuk meningkatkan jumlah
barang yang terjual, maka suatu perusahaan monopoli harus menurunkan harga
barang yang dijualnya. Jadi untuk menjual kubik yang ketiga maka perusahaan
monopoli harus rela mendapatkan pendapatan yang lebih sedikit atas kubik pertama,
kedua, dan ketiga.
Pendapatan marjinal untuk perusahaan monopoli sangat berbeda dengan
pendapatan marjinal perusahaan bersaing. Ketika suatu perusahaan monopoli
meningkatkan volume penjualannya, terdapat dua dampak pada pendapatan total
(PxQ) yaitu; (1) efek output (lebih banyak barang yang dijual, sehingga Q lebih besar
dan (2) efek harga, yaitu harga akan turun jadi P lebih rendah dari sebelumnya.
Dalam perusahaan bersaing suatu perusahaan dapat menjual produknya berapa
pun yang mereka inginkan pasar. Oleh karena itu efek harga tidak terjadi. Ketika
suatu perusahaan bersaing meningkatkan omzet penjualannya sebesar 1 unit, maka
harga pasar tidak berubah sehingga pendapatan yang sebelumnya diterima tidak
berkurang. Karena perusahaan bersaing adalah price taker, maka pendapatan
marjinalnya sama dengan harga jual produknya. Sebaliknya ketika suatu pelaku
monopoli meningkatkan penjualannya sebesar 1 unit, maka harganya harus turun
untuk setiap produk yang dijualnya, dan pemotongan harga ini akan mengurangi
pendapatan pada unit yang terbiasa dijualnya. Jadi pendapatan marjinal suatu
perusahaan monopoli lebih kecil dari harga barang yang dijualnya.
Harga
Permintaan (D) =
Pendapan rata-
rata)
Jumlah
Pendapatan
Marjinal (MR)
Maksimisasi Keuntungan
Kita telah mempelajari tentang pendapatan perilaku monopoli, maka
selanjutnya pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana perusahaan
monopoli memaksimumkan keuntungan. Untuk memaksimumkan output suatu
perusahaan telah kita jelaskan pada bab 7 bahwa maksimumkan keuntungan dapat
dicapai apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR=MC). Konsep
ini pula yang digunakan oleh perusahaan monopoli dalam memaksimumkan
keuntungan.
Gambar 8.3. menunjukkan kurva permintaan pasar, juga merupakan kurva
penerimaan rata-rata (MR) yang diterima oleh perusahaan monopoli. Kurva tersebut
sekaligus menentukan harga per unit yang diterima oleh perusahaan monopoli
sebagai fungsi dari outputnya. Selain kurva penerimaan marjinal (MR), juga
ditunjukkan kurva biaya rata-rata (AC), dan kurva biaya marjinal (MC). Penerimaan
marjinal dan biaya marjinal sama (MR=MC) pada saat jumlah yang dihasilkan
sebesar Q* dan harga P*.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita memastikan bahwa Q* dan P*
adalah jumlah dan harga yang memaksimalkan laba perusahaan monopoli?
Bagaimana seandainya perusahaan monopoli tersebut memproduksi dalam jumlah
yang lebih sedikit misalkan pada Q2 dan menerima harga yang lebih tinggi pada P 1
seperti terlihat pada Gambar 8.3. Terlihat bahwa penerimaan marjinal melebihi biaya
marjinalnya. Oleh karena biaya marjinal lebih kecil dari penerimaan marjinal maka
apabila pelaku monopoli memproduksi sama dengan Q2, maka ia akan menerima laba
yang lebih kecil (MR-MC) sehingga akan mengurangi laba total. Para pelaku
monopoli dapat meningkatkan laba sampai pada kuantitas Q*, di mana pada titik ini
tambahan laba pada 1 unit produksi tambahan adalah nol. Oleh karena itu jumlah Q
yang lebih sedikit misalnya pada Q2 tidak menambah laba, walaupun perusahaan
monopoli memasang harga yang lebih tinggi. Apabila perusahaan monopoli
memproduksi pada Q2 bukan pada Q*, maka laba total yang diperoleh perusahaan
akan lebih kecil sebesar jumlah yang sama dengan daerah di bawah kurva MR dan di
atas kurva MC di antara Q*, dan Q2.
Harga
P2 MC
P*
Laba yang hilang karena
memproduksi terlalu banyak
P1
AC
MR D=AR
Q2 Q* Q1 Quantity
Dimana
∏ = laba
Q = kuantitas
R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)
Apabila Q dinaikkan dari nol, maka laba akan bertambah hingga mencapai
titik maksimum dan kemudian menurun. Jadi maksimisasi laba Q adalah sebesar titik
maksimum seperti tersebut, maka
R C
0
Q Q Q
Oleh karena ӘR/ ӘQ adalah penerimaan marjinal dan ӘC/ӘQ adalah biaya
marjinal, maka kondisi yang memaksimumkan laba adalah MR - MC = 0 atau
MR=MC.
Contoh Soal;
PT. ABC adalah sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X dengan
biaya produksi; TC = 100 + Q2, dan mempunyai fungsi permintaan pasar P = 80 – Q.
Berdasarkan informasi tersebut:
a. Berapa besar produk yang harus diproduksi dan harga jual produknya agar
laba maksimum?
b. Berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi laba
maksimum tersebut.
Jawab
a. Laba adalah total penerimaan dikurangi total biaya
∏ = TR – TC
TR = P.Q
TR = (80 –Q)Q
TR = 80Q – Q2
∏ = TR – TC
∏ = (80Q – Q2) – (100 + Q2)
∏ = - 2Q2 + 80Q – 100
Rp TC
TR
1600 r
1200
800 c
700
Laba
400
100
0 10 20 30 40 Jumlah
(a)
Rp
80 MC
B A
60
Laba
40 AC
25
Gambar 8.4(a) menunjukkan bahwa apabila perusahaan monopoli
memproduksi sedit output atau sama sekali tidak memproduksi, maka perusahaan
akan rugi, karena adanya biaya tetap yang ditanggung sebesar 100. Keuntungan akan
meningkat apabila produksi meningkat, dan mencapai titik maksimum pada saat
perusahaan monopoli memproduksi sebesar 20 unit dengan laba $ 700, selanjutnya
akan turun apabila kuantitas terus dinaikkan. Pada saat laba maksimum, kemiringan
kurva penerimaan dan biaya adalah sama (garis r dan c sejajar). Kemiringan kurva
penerimaan adalah ӘR/ӘQ atau penerimaan marjinal, sementara kemiringan kurva
biaya adalah ӘC/ӘQ atau biaya marjinal. Oleh karena laba maksimal diperoleh
apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Jadi kemiringan keduanya
adalah sama.
Gambar 8.4(b) menunjukkan kurva penerimaan rata-rata dan penerimaan
marjinal serta kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perhatikan bahwa penerimaan
marjinal dan biaya marjinal berpotongan pada titik Q*=20. Pada jumlah tersebut
biaya rata-rata per unit adalah $25 dan harga per unit adalah $60. Jadi laba rata-rata
per unit adalah $60-$25 = $35. Oleh karena jumlah yang terjual adalah 60 unit, maka
laba total adalah 60($35) = $700 sama dengan luas segi empat ABCE.
R (PQ)
MR
Q Q
P Q P
MR P Q P P
Q P Q
Persamaan di sebelah kanan diperoleh dengan mengambil Q(ӘP/ӘQ) dan
mengalikannya serta membaginya dengan P. Ingat kembali bahwa elastisitas
permintaan didefinisikan Ed = (P/Q)( ӘQ/ӘP). Jadi, (Q/P)( ӘP/ӘQ) adalah kebalikan
dari elastisitas permintaan, yaitu 1/Ed, yang diukur pada output yang menghasilkan
laba, dan:
MR = P+P(1/Ed)
Selanjutnya, karena tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba,
maka kita dapat menentukan penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
P+P(1/Ed) = MC
(10.1)
Hubungan ini memberikan suatu aturan untuk menetapkan harga. Pada sisi
kiri, (P-MC)/P, adalah mark-up pada biaya marjinal sebagai persentase harga.
Hubungan ini menyatakan bahwa mark-up tersebut harus sama dengan minus
kebalikan dari elastisitas permintaan.
Angka yang diperoleh adalah positif, karena elastisitas permintaannya adalah
negatif. Seperti halnya kita dapat mengubah kembali persamaan ini untuk
menyatakan harga secara langsung sebagai mark-up pada biaya marjinal;
(102)
Misalkan elastisitas permintaan adalah -2 dan biaya marjinal adalah $6 per unit, maka
harganya harus $6/(1-1/2) = $6/0,5 = $12 per unit.
Perhatikan bahwa perusahaan monopoli tidak akan pernah memproduksi
sejumlah output yang berada pada bagian yang tidak elastis dari kurva permintaan,
yaitu pada elastisitas permintaan yang nilai absolutnya kurang dari satu. Untuk
mengetahui mengapa demikian, misalkan perusahaan monopoli memproduksi dalam
jumlah pada suatu titik dalam kurva permintaan di mana elastisitasnya adalah -0,5.
Pada kasus ini perusahaan dapat menghasilkan keuntungan harga yang lebih besar
apabila memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit dengan yang lebih tinggi.
Misalkan pengurangan 10 persen dari output akan menyebabkan kenaikan harga
sebesar 20 persen dan selanjutnya menaikkan 10 persen dari pendapatan. Apabila
biaya marjinal lebih besar dari 0, maka kenaikan keuntungan bisa melebihi 10 persen,
karena output yang lebih rendah akan mengurangi biaya perusahaan. Pada saat
perusahaan monopoli mengurangi output dan menaikkan harga, maka kurva
permintaan akan bergeser ke atas menuju suatu titik di mana nilai obsolut
elastisitasnya lebih besar dari satu, maka peraturan untuk mark-up persamaan (10.2)
terpenuhi.
Misalkan biaya marjinal adalah nol. Dalam kasus ini kita dapat menggunakan
persamaan (10.2) secara langsung untuk menunjukkan harga yang memaksimumkan
keuntungan. Meskipun demikian kita dapat melihat dari persamaan (10.1) bahwa
dalam memaksimumkan keuntungan, perusahaan memproduksi pada sebuah titik di
mana elastisitas permintaan tetap -1. Apabila biaya marjinal adalah nol, maka
maksimisasi keuntungan adalah setara dengan memaksimumkan pendapatan. Dalam
hal ini pendapatan dimaksimumkan ketika Ed=-1.
Pada bab 7 telah dijelaskan bahwa pada pasar persaingan sempurna, dalam
jangka pendek sebagian dari kurva marjinal cost (MC) yaitu bagian dari kurva MC
yang terletak di atas kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dapat juga disebut sebagai
kurva penawaran dalam pasar persaingan sempurna. Bagian dari kurva MC tersebut,
di samping menunjukkan biaya marjinal pada berbagai tingkat produksi, juga
menunjukkan jumlah penawaran perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Kita sudah memahami bahwa kurva penawaran menunjukkan hubungan
antara kuantitas dan tingkat harga atas produk yang ditawarkan. Jadi pada setiap
tingkat harga tertentu, maka jumlah barang tertentu akan ditawarkan. Dan apabila
terdapat dua tingkat harga, maka masing-masing tingkat harga itu menunjukkan suatu
jumlah tertentu produk yang ditawarkan, dan kedua jumlah tersebut akan berbeda.
P/C D1
MC
D0
Harga dan Biaya
P1
P0
D1
Pada pasar monopoli biaya marjinal tidak menunjukkan sifat kurva
penawaran seperti pada pasar persaingan sempurna. Sebagai bukti, mari kita
perhatikan gambar 8.5. Misalkan pada awalnya kurva permintaan adalah D0D0, dan
marjinal revenue adalah MR0, sedangkan marjinal cost adalah MC. Pada perusahaan
monopoli keuntungan maksimum akan dicapai pada saat penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal (MR=MC) dalam hal ini sebesar Q*. Pada tingkat produksi ini
harga mencapai P0. Kemudian kita misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan
penerimaan marjinal adalah MR1. Kondisi seperti ini biaya produksi tidak berubah,
jadi biaya marjinal adalah tetap seperti yang ditunjukkan oleh MC.
Dalam keadaan yang baru ini, maka untuk memaksimumkan keuntungan,
perusahaan akan memproduksi sebesar Q, tetapi sekarang tingkat harga berbeda yaitu
mencapai titik P1. Oleh karena itu kita menemukan adanya dua tingkat harga yaitu P0
dan P1, tetapi hanya ada satu kuantitas yaitu Q*. Dengan demikian dalam pasar
monopoli kita tidak dapat menunjukkan kurva penawaran, karena tidak terdapat
hubungan yang tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan
monopoli.
Keuntungan Monopoli
Banyak orang berpandangan negatif terhadap perusahaan monopoli.
Umumnya mereka menganggap bahwa suatu perusahaan monopoli dapat menetapkan
harga dengan seenaknya, sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan yang
sangat berlebihan. Mereka menganggap bahwa keuntungan yang tinggi merupakan
suatu yang pasti terjadi pada perusahaan monopoli. Pandangan seperti itu kurang
tetap. Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam jangka pendek terdapat
empat kemungkinan keadaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna yaitu; mendapatkan keuntungan melebihi normal, memperoleh
keuntungan normal, rugi namun masih dapat menutupi sebagian biaya tetapnya, dan
mengalami kerugian sehingga perusahaan harus ditutup. Keempat kemungkinan
tersebut juga berlaku bagi perusahaan monopoli.
Misalkan dua perusahaan monopoli yang sama kuat dapat memiliki
profitabilitas yang sangat berbeda. Kemampuan perusahaan monopoli meningkatkan
harga di atas biaya marjinal menunjukkan kekuatan monopoli. Oleh karena
profitabilitas mencerminkan selisih antara harga dan biaya rata-rata, maka laba bukan
satu-satunya ukuran dari kekuatan monopoli.
P P MC
MC
AC AC
P*
AC=P*
AC
D
D
MR MR
0 Q* Q* Q
0
(b) Monopoli dengan Laba besar (a) Monopoli dengan Laba nol
Gambar 8.6. menunjukkan permintaan dan biaya untuk dua perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli yang sama, di mana perbedaan antara harga dan biaya
marjinal pada kedua gambar adalah sama. Perusahaan monopoli pada gambar 8.6(a)
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, sementara pada gambar 8.6(b)
perusahaan monopoli memperoleh keuntungan sebesar nol, di mana harga jual sama
dengan biaya rata-rata (AC). Dengan demikian profitabilitas berlebih tidak selamanya
terjadi pada perusahaan monopoli, termasuk untuk monopoli yang kuat. Apabila
beban sewa monopoli bertambah terutama untuk input yang digunakan oleh
perusahaan, bisa jadi perusahaan monopoli tersebut tidak memperoleh keuntungan.
Harga
H
MR
G
PM Transfer
dari kosumen
ke produsen
PPPS DWL E
MC=AC
F
Nilai input yang
ditransfer
AR=D
0 QM QPPS Quantity
Gambar 8.7. Dampak Alokasi dan Distribusi Monopoli
0 Q* Quantity
Gambar 8.8. Penentuan Harga Berdasarkan Biaya Marjinal untuk
Monopoli Alamiah
Masalah kedua dengan sistem regulasi harga berdasarkan biaya marjinal dan
berdasarkan biaya total rata-rata adalah tidak memberikan insentif kepada monopoli
untuk menekan biaya-biaya. Sebagaimana dalam pasar persaingan sempurna masing-
masing perusahaan berusaha menekan biaya-biaya mereka, karena biaya yang lebih
rendah memberi keuntungan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Berbeda dengan
monopoli, perusahaan monopoli alamiah mengetahui bahwa pemerintah akan
menurunkan harga apabila biaya-biaya produksi dapat diturunkan, jadi perusahaan
monopoli alamiah tidak mendapatkan keuntungan apabila mereka berhasil menekan
biayanya. Dewasa ini umumnya pemerintah memberikan kepada monopoli untuk
mengambil sebagian manfaat dari biaya yang rendah dalam bentuk keuntungan yang
lebih tinggi. Jadi suatu bentuk praktek penetapan harga yang tidak lagi berdasarkan
biaya marjinal perusahaan.
Kepemilikan Publik
Kebijakan ketiga yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah monopoli adalah dengan kepemilikan publik. Dalam konteks ini perusahaan-
perusahaan monopoli yang dilakukan oleh swasta diambil alih kepemilikannya oleh
pemerintah/negara, di Indonesia dikenal dengan istilah dinasionalisasi.
Para ekonom pada umumnya lebih memilih apabila perusahaan monopoli
alamiah dikelola oleh swasta dari pada pemerintah. Dasar pertimbangan para ekonom
tersebut adalah bagaimana kepemilikan perusahaan monopoli tersebut menekan
biaya-biaya produksinya. Para pemilik usaha swasta memiliki insentif untuk menekan
biaya-biaya mereka selama pengusaha tersebut mendapatkan manfaat atas
keberhasilan menekan biaya dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi.
Apabila para pengelola perusahaan monopoli memiliki kinerja yang buruk
dalam menekan biaya, maka para pemegang saham akan memecat mereka.
Sebaliknya apabila birokrat-birokrat dari pemerintah yang menjalankan monopoli dan
memiliki kinerja yang buruk, maka yang menjadi korban adalah para konsumen dan
pembayar pajak, yang akhirnya memita pertolongan pada sistem politik. Para birokrat
ini mungkin akan menjadi satu kelompok dalam kepentingan sendiri dan berusaha
untuk menghindar untuk dilaksanakannya reformasi birokrasi yang dapat menekan
biaya.
Tiga jenis kebijakan yang telah dijelaskan untuk mengatasi masalah akibat
monopoli memiliki kelemahan masing-masing. Hasilnya adanya sebagian ekonom
berpendapat bahwa adakalanya pemerintah lebih baik tidak melakukan tindakan apa-
apa. Salah satu ekonom mengatakan seperti itu adalah George Stigler, yang
memenangkan nobel di bidang ekonomi tahun 1982 atas karyanya di bidang studi
tentang struktur industri, fungsi pasar dan sebab akibat dari regulasi publik.
Suatu teorema populer dalam ekonomi, menyatakan bahwa perekonomian
yang kompetitif akan menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya dari sumber-
sumber daya yang ada. Mangkiw (2004) mengatakan Tidak ada satupun
perekonomian nyata di di dunia ini yang memenuhi semua kondisi teorema tersebut,
dan semua perekonomian tidak sebaik dengan perekonomian yang ideal. Perbedaan
ini disebut sebagai kegagalan pasar. Dalam pandangan Mangkiw (2004),
bagaimanapun juga kegagalan pasar untuk suatu perekonomian masih jauh lebih baik
daripada kegagalan politik yang muncul dari kebijakan ekonomi pada berbagai sistem
politik yang nyata.
Harga/
Biaya MC
A
P*
AC1
C1 B AC0
C0*
D
AR=D
MR
0 Q* Quantity
Gambar 8.9. Dampak Pajak Lumpsum pada Monopoli
Harga/
Biaya MC1
MC0
P1
P0 AC1
C1
AC0
C0
AR=D
MR
0 Q1 Q0 Quantity
Gambar 8.10. Dampak Pajak Spesifik pada Monopoli
Contoh Soal;
PT. XYZ adalah sebuah perusahaan monopoli yang menghasilkan suatu produk
dengan fungsi biaya adalah: TC = 100 + 30Q. Perusahaan menghadapi fungsi
permintaan produk adalah P=150 – 5Q. Setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dikenakan pajak spesifik sebesar $10 per unit. Berdasarkan informasi
tersebut diminta berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan monopoli
sebelum dan sesudah dikenakan pajak.
Jawab:
Keuntungan sebelum pajak adalah:
∏ = TR – TC
Agar keuntungan (∏ ) maksimum maka
0
Q
TR TC
0 0
Q TQ Q
MR=MC = 0
Jadi
TR = P x Q
= (150-5Q)Q
= 150Q – 5Q2
MR = 150 – 10Q
TC = 100 + 30Q
MC = 30
MC = MR
150 -10Q = 30
120 = 10Q
Q = 12
P = 150 – 5(12)
P = 150 – 60
P = 90
Jumlah produksi sebelum pajak adalah 12 unit dengan harga $90 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (12 x $90 = $1.080).
Sementara keuntungan sesudah pajak adalah
Keuntungan maksimum adalah
MR = MC + t
Dimana t adalah pajak sebesar $ 10 per unit
150-10Q = 30 +10
10Q = 110
Q = 11
P = 150 – 5(11)
P = 150 – 55
P = 95
Jumlah produksi setelah pajak adalah 11 unit dengan harga $95 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (11 x $95 = $1.045).
Apa yang telah kita bahas pada beberapa bagian dalam bab ini, pada dasarnya
kita berasumsi bahwa perusahaan monopoli menjual produknya hanya dengan satu
harga. Dalam arti bahwa perusahaan tidak mau atau tidak mampu menerapkan harga
yang berbeda untuk pembeli yang berbeda. Pada bagian ini kita akan membahas
tentang penetapan harga yang berbeda (diskriminasi harga) untuk konsumen yang
berbeda dalam usaha untuk merebut surplus konsumen dan mengalihkan menjadi
surplus produsen.
Secara teoritis diskriminasi harga untuk perusahaan monopoli memiliki tiga
bentuk yang luas yaitu, diskriminasi harga tingkat pertama, kedua dan ketiga. Ketiga
bentuk diskriminasi harga tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab ini.
Harga
A
P*
E MC
Pm F
B C
PC
MR AR=D
0 QM QC Jumlah
Pertanyaan yang muncul adalah, apa yang terjadi ketikan perusahaan
monopoli dapat menerapkan diskriminasi harga sempurna? Karena konsumen
dikenakan harga yang berbeda untuk masing-masing produk yang dibeli sesuai
dengan kesediaannya untuk membayar, maka seluruh surplus konsumen yang apabila
produsen menetapkan harga tunggal (PM) diambil oleh produsen. Di samping itu
penerimaan marjinal tidak lagi relevan dengan keputusan output perusahaan.
Oleh karena diskriminasi harga tidak mempengaruhi struktur biaya bagi
perusahaan, dalam hal ini biaya tambahan masing-masing unit ditentukan oleh kurva
biaya marjinal perusahaan. Oleh karena itu laba tambahan dari hasil produksi dan
penjualan unit tambahan adalah selisih antara permintaan dan biaya marjinal. Jadi
selama permintaan lebih besar dari biaya marjinal, maka perusahaan dapat
meningkatkan labanya dengan menambah unit produksinya. Dalam kondisi tersebut
perusahaan monopoli akan terus menambah unit produksinya hingga total output
mencapai QC.
Harga
P1
P2
P3 MC
P4
P5
P6
P7
MR AR=D
Diskriminasi Harga Tingkat Kedua
Harga
P1
PM
P2
AC
P3
MC
MR D
0 Q1 QM Q2 Q3 Jumlah
(P1Q1 ) C
0
Q1 Q1 Q1
Dalam hal ini, Ә(P1Q1)/ӘQ, adalah penerimaan tambahan atas tambahan unit
penjualan pada kelompok konsumen pertama yaitu MR 1, selanjutnya ӘC/ ӘQ1,
adalah biaya tambahan untuk memproduksi unit tambahan tersebut yaitu biaya
marjinal (MC). Jadi sekarang kita memiliki:
MR1 = MC
MR2 = MC
MR1 = MR2 = MC
MR = P(1+1/Ed)
P1 (1 1 / E 2 )
P2 (1 1/ E1 )
Seperti yang telah diharapkan bahwa harga yang lebih tinggi akan dikenakan
pada kelompok konsumen yang memiliki elastisitas yang lebih rendah. Misalkan
apabila elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen pertama adalah -2, dan
elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen kedua adalah -3, maka kita akan
mempunyai:
P1 (1 1/ 3) 2/3
1,32
P2 (1 1/ 2) 1/ 2
P1
MC
P2
D2=AR2
MRT
D1=AR1
MR2
MR1
Contoh Soal
PA = 3000 – 10QA
PB = 5000 – 20QB
TC = 10 + 200Q
a. Berapa kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya
elastisitas pada pasar A.
b. Berapa kuantitas QB dan harga penjualan PB pada pasar B serta besarnya
elastisitas pada pasar B.
c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?
Jawab:
a. Kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya elastisitas pada
pasar A.
Syarat keuntungan maksimum adalah MRT=MC =MRA=MRB
TRA = P . QA
TRA = P .Q A =(3000 –10Q A)Q A TR A = 3000 Q A –10QA2
TR A
MRA 3000 20Q A
Q A
MRA = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200
Maka;
20QA = 2800
Jadi jumlah barang yang dijual di pasar A (QA) adalah 140 satuan pada harga
(PA) sebesar 1600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,14.
TR
MRB B 5000 40Q B
Q B
40QB = 4800
Jadi jumlah barang yang dijual di pasar B (QB) adalah 120 satuan pada harga
(PB) sebesar 2600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,08.
TC = 1000 + 200(260)
TC = 53.000
P1
P2
D2=AR2
MC=AC
MR2
MR1 D1=AR1
0 Q1 Q2 Q
Gambar 8.15. Diskriminasi Harga Antar Waktu