Anda di halaman 1dari 48

PETEMUAN KE – 9

PASAR MONOPOLI

Apabila dalam pasar persaingan sempurna sejumlah besar penjual dan


pembeli suatu produk memastikan bahwa tidak satupun penjual atau pembeli dapat
mempengaruhi harga. Dalam hal ini kekuatan penawaran dan permintaan yang
menentukan harga. Produsen secara sendiri-sendiri menerima harga sebagai dasar
untuk menentukan berapa banyak yang harus mereka produksi. Demikian halnya
konsumen mengambil harga pasar dalam mempertimbangkan berapa barang atau
jasa yang dibeli.
Pada sisi lain pasar monopoli adalah bentuk pasar yang bertolak belakang
dengan pasar persaingan sempurna. Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana
hanya terdapat satu perusahaan yang menjual barang atau jasa di pasar, serta barang
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut tidak memiliki barang pengganti
yang dekat.
Pada bab ini kita akan menganalisis perilaku seorang monopoli. Oleh karena
monopoli adalah satu-satunya produsen atas suatu produk, dan kurva permintaan
yang dihadapinya adalah kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar dalam hal
ini menghubungkan harga yang diterima oleh pelaku monopoli dengan jumlah produk
yang akan ditawarkan untuk dijual. Jadi pada bab ini kita akan melihat bagaimana
pemain monopoli dapat memanfaatkan pengendalian harga dan jumlah yang
memaksimalkan keuntungan, berbeda dengan seharusnya terjadi pada pasar
persaingan sempurna.
Pada umumnya jumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan monopoli
lebih sedikit dan harganya lebih tinggi dibanding dengan jumlah dan harga pada pasar
persaingan sempurna. Oleh karena itu, dalam konteks monopoli masyarakat akan
terbebani biaya karena lebih sedikit konsumen membeli produk tersebut, dan
konsumen membeli produk dengan harga yang lebih mahal. Hal itulah yang
menyebabkan pada beberapa negara membuat undang-undang anti monopoli yang
melarang perusahaan untuk melakukan monopoli pada sebagian besar pasar.

8.1. Ciri-ciri Pasar Monopoli

Pasar monopoli memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pasar persaingan


sempurna. Adapun ciri-ciri perusahaan monopoli antara lain:
Ciri pertama pasar monopoli adalah hanya terdapat satu perusahaan dalam
industri. Sifat ini pada dasarnya sudah jelas dalam pengertian pasar monopoli. Oleh
karena itu barang dan jasa yang dihasilkan tidak dapat diperoleh dari perusahaan lain.
Jadi para pembeli tidak mempunyai pilihan lain, apabila mereka menginginkan
barang tersebut, maka mereka harus membeli dari perusahaan monopoli tersebut.
Syarat-syarat dan harga jual sepenuhnya ditentukan oleh monopoli serta para pembeli
tidak dapat berbuat banyak dalam menentukan harga dan syarat jual beli.
Ciri kedua dari pasar monopoli yaitu barang yang dihasilkan tidak memiliki
barang pengganti yang mirip. Barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan tidak terdapat barang
pengganti yang mirip yang dapat menggantikan barang tersebut. Mocrosof Window
dan Listrik misalnya tidak memiliki barang pengganti yang mirip. Yang ada adalah
barang pengganti yang sifatnya sangat berbeda, seperti listrik barang pengganti
adalah lilin dan lampu minyak. Lampu minyak dan lilin tidak dapat menggantikan
listrik karena tidak dapat digunakan untuk mendinginkan kulkas dan menyalakan TV
dan sebagainya.
Ciri ketiga dari pasar monopoli yaitu sangat sulit bagai perusahaan lain untuk
masuk dalam industri. Ciri ini merupakan sebab utama yang menyebabkan
perusahaan memiliki kekuatan monopoli. Apabila ciri ini tidak ada maka tidak akan
ada perusahaan monopoli, karena tanpa adanya halangan yang besar, maka
perusahaan lain akan turut dalam industri tersebut. Keuntungan yang diperoleh
perusahaan monopoli tidak mendorong perusahaan lain untuk ikut dalam industri
tersebut, disebabkan karena adanya hambatan yang cukup kuat. Hambatan itu dapat
berupa Undang-Undang, ada bersifat teknologi yang sangat canggih seperti
Mocrosof Window sehingga sangat sulit untuk dicontoh, dan hambatan-hambatan
lainnya.
Ciri keempat dari pasar monopoli yaitu perusahaan adalah penentu harga.
Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya perusahaan dalam industri
maka dialah yang menentukan harga (price maker). Oleh karena itu perusahaan
monopoli dapat melakukan pengendalian jumlah produk yang ditawarkan untuk dapat
menentukan harga pada tingkat yang diinginkan.
Ciri kelima dari perusahaan monopoli yaitu perusahaan tidak perlu
melakukan promosi yang gencar. Oleh karena monopoli merupakan satu-satunya
perusahaan dalam industri, maka perusahaan tidak perlu melakukan promosi dengan
iklan. Konsumen yang membeli produk yang dihasilkan tidak punya pilihan lain.
Walaupun perusahaan monopoli terkadang melakukan iklan, namun pada dasarnya
iklan yang dilakukan bertujuan untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen.

8.2. Penyebab Munculnya Monopoli

Penyebab munculnya perusahaan monopoli karena hambatan masuk dalam


industri. Suatu monopoli akan terus menjadi pemain tunggal dalam pasar karena
perusahaan lain tidak mampu masuk ke dalam pasar itu untuk bersaing dengannya.
Hambatan untuk masuk ini muncul karena tiga hal yaitu: penguasaan sumber daya,
karena diciptakan oleh pemerintah, dan monopoli alamiah.

Penguasaan Sumber Daya

Cara paling mudah bagi perusahaan untuk melakukan monopoli adalah


dengan menguasai sumber daya pokok. Walaupun penguasaan sumber daya pokok
berpotensi menyebabkan monopoli, namun dalam praktek monopoli sangat jarang
terjadi karena alasan ini. Dalam kondisi ekonomi dewasa ini dengan berbagai sumber
daya yang dimiliki oleh banyak orang, di mana banyak barang yang diperdagangkan
secara internasional, maka ruang lingkup alamiah dari pasar adalah seluruh dunia.
Oleh karena itu hanya sedikit perusahaan yang memiliki sumber daya yang tidak
tergantikan.
Sebagai contoh yang klasik dari perusahaan monopoli yang muncul akibat
pemilikan suatu sumber daya adalah DeBeers, perusahaan berlian di Afrika Selatan.
DeBeers menguasai sekitar 80 persen dari total produksi berlian di seluruh dunia.
Walaupun mereka tidak dapat menguasai 100 persen pasar berlian, tetapi DeBeers
punya pengaruh yang sangat besar dalam menentukan harga jual berlian.

Monopoli yang Diciptakan oleh Pemerintah

Dalam banyak kasus, monopoli terjadi karena pemerintah telah memberikan


hak eksklusif kepada seseorang atau kepada suatu perusahaan untuk menjual barang
atau jasa. Tidak jarang terjadi monopoli timbul karena pengaruh politik yang dimiliki
calon monopoli. Pada masa lalu, raja-raja memberikan izin khusus untuk berbisnis
hanya kepada teman dan sekutu mereka. Di samping itu pemerintah juga dapat
memberikan apabila dipandang sesuai dengan keinginan publik.
Hak paten dan hak cipta merupakan dua contoh penting tentang bagaimana
pemerintah menciptakan monopoli dalam upaya untuk memenuhi keinginan publik.
Apabila suatu perusahaan farmasi menemukan suatu obat baru, maka perusahaan
tersebut dapat mendaftarkan hak paten atas obat tersebut kepada pemerintah, dan
apabila pemerintah memandang bahwa obat tersebut adalah benar-benar baru, maka
hak paten akan dikeluarkan sehingga perusahaan farmasi tersebut memiliki hak
tunggal untuk membuat dan menjual obat selama 20 tahun. Demikian hal dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dapat mendaftarkan hasil temuan
kepada pemerintah untuk memperoleh hak paten. Hak cipta adalah jaminan dari
pemerintah bahwa tidak ada orang lain yang dapat menggandakan dan menjual karya
tersebut tanpa seizin dengan penemu atau penulisnya.
Dampak dari hak paten dan hak cipta dapat dilihat dengan mudah. Hal
tersebut disebabkan karena aturan tersebut memberikan kekuasaan kepada suatu
produsen untuk memonopoli pasar. Oleh karena itu harga pasar atas produk yang
diproduksinya akan jauh lebih tinggi dibanding apabila barang tersebut dijual pada
pasar yang bersaing. Perusahaan farmasih diperbolehkan untuk memonopoli obat-
obat yang mereka temukan dengan tujuan agar mereka terus menerus melakukan riset
yang membutuhkan dana besar. Para penulis buku diperbolehkan untuk melakukan
monopoli atas buku yang ditulisnya agar mereka terus dapat menulis buku yang lebih
baik.
Oleh karena itu monopoli karena hak paten dan hak cipta memiliki dampak
positif dan negatif. Sisi positif atas hak paten dan hak cipta adalah adanya insentif
yang lebih tinggi untuk mendorong kreativitas. Sementara sisi negatif muncul akibat
yang ditentukan monopoli tersebut mungkin memberatkan konsumen.
Di Indonesia perusahaan listrik negara (PLN) adalah satu bentuk perusahaan
monopoli yang diciptakan oleh negara. Di Indonesia hanya ada satu produsen listrik
yaitu PLN. Listrik yang dihasilkan oleh PLN tidak mempunyai substitusi yang mirip,
dan perusahaan-perusahaan lain sangat sulit untuk memasuki industri listrik karena
adanya hambatan (barrier to entry) dinama PLN diberi hak monopoli berdasarkan
Undang-Undang.

Monopoli Alamiah

Apabila suatu perusahaan dapat menyediakan barang atau jasa pada seluruh
pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah dari perusahaan lain
yang ada di sekitarnya. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat skala
ekonomi (economies of scale) pada suatu output tertentu. Gambar 8.1. menunjukkan
biaya rata-rata suatu perusahaan yang memiliki sakala ekonomi.

Biaya

Biaya total rata-rata

0 Output
Gambar 8.1. Monopoli karena Skala Ekonomi
Gambar 8.1. menunjukkan bahwa suatu perusahaan tunggal dapat
menghasilkan output sejumlah berapapun dengan biaya minimum. Artinya untuk
jumlah output berapapun, sejumlah perusahaan akan menghasilkan jumlah output per
perusahaan yang lebih sedikit, sementara biaya total rata-rata lebih tinggi.
Sebagai contoh monopoli alamiah adalah perusahaan air daerah (PDAM).
Untuk mendistribusikan air bersih ke pada penduduk kota, suatu perusahaan harus
membangun jaringan pipa pada seluruh wilayah yang ada dalam kota itu. Masing-
masing perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa pembangunan jaringan pipa
air. Oleh karena itu biaya total rata-rata aras penyediaan air ini akan minimal apabila
hanya ada satu perusahaan yang melayani kebutuhan air pada satu kota.
Ketika suatu perusahaan monopoli alamiah, perusahaan tersebut tidak akan
terlalu peduli dengan perusahaan-perusahaan baru yang akan masuk ke pasar itu dan
mengurangi kemampuan monopolinya. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan-
perusahaan lain yang akan masuk ke pasar di mana terdapat monopoli alamiah, maka
perusahaan yang akan masuk sadar benar bahwa mereka sangat kesulitan untuk dapat
mencapai tingkat biaya yang sama rendahnya dengan si monopoli yang ada.

8.3. Keputusan Output dan Harga

Monopoli sebagai produsen tunggal atas suatu produk, maka pelaku monopoli
berada dalam posisi yang unik. Pertanyaan yang muncul bagaimana pelaku monopoli
mengambil keputusan tentang kuantitas dan harga. Apabila perusahaan monopoli
memutuskan untuk menaikkan harga produknya, maka ia tidak perlu khawatir
terhadap pesaing yang akan mengenakan harga yang lebih rendah, akan tetapi dalam
merebut omset penjualan yang lebih besar dengan biaya yang ditanggung oleh
monopoli menjadi dasar pertimbangan dalam memutuskan jumlah dan harga yang
dikenakan kepada konsumen. Permintaan monopoli adalah permintaan pasar dan
secara keseluruhan mereka mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk di
jual.
Walaupun pelaku monopoli adalah satu-satunya produsen dalam pasar,
tidaklah berarti bahwa pelaku monopoli dapat menentukan harga sesuai dengan
keinginannya. Hal tersebut disebabkan karena tujuan perusahaan yaitu
memaksimumkan keuntungan. Dalam memaksimalkan laba pertama-tama perusahaan
monopoli harus menghitung biaya-biaya produksi mereka dan karakteristik atas
perminaan pasar dari produknya. Pengetahuan tentang biaya dan karakteristik pasar
merupakan faktor yang sangat menentukan keputusan ekonomi suatu prilaku
monopoli.

Pendapatan Monopoli

Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang menyediakan
air bersih. Tabel 8.1. menunjukkan bahwa pendapatan pelaku monopoli penyediaan
air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada konsumen.
Tabel 8.1. Pendapatan Total,Rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Jumlah Harga Pendapatan Pendapatan Pendapatan
air Total Rata-rata Marjinal
0 Kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88..000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10000 100.000 10.000 -8.000
11 8000 88.000 8.000 -12.000
Tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada kolom pertama dan kedua (jumlah dan
harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual satu kubik air, harganya adalah Rp. 28.000, namun apabila
memproduksi 2 kubik maka harganya harus diturunkan menjadi Rp. 26.000 supaya
kedua kubik air tersebut laku terjual. Dan apabila monopoli memproduksi 3 kubik air,
harga harus diturunkan menjadi Rp. 24.000, kemudian jika memproduksi 4 galon air
harganya harus diturunkan lagi menjadi Rp. 22.000 dan seterusnya. Apabila kita
membuat grafik pada angka-angka yang ada pada kolom satu dan dua, maka kita akan
mendapatkan suatu kurva permintaan yang menurun sebagaimana kurva permintaan
pada umumnya.
Kolom ketiga pada tabel 8.1 menunjukkan tentang pendapatan total
perusahaan monopoli. Jumlah ini sama dengan jumlah barang yang dijual (kolom 1)
dikali harga barang yang dijual (kolom 2). Kolom keempat merupakan pendapatan
rata-rata pelaku monopoli. Pendapatan rata-rata perusahaan monopoli dihitung
dengan cara membagi kolom total pendapatan (kolom 3) dibagi dengan kolom jumlah
(kolom 1). Pendapatan rata-rata suatu produk selalu sama dengan harga barang. Hal
seperti ini juga berlaku untuk perusahaan monopoli.
Kolom terakhir adalah kolom penerimaan marjinal (kolom 5) perusahaan
monopoli, yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan monopoli atas
setiap tambahan 1 unit barang yang dijual. Untuk menghitung pendapatan marjinal
kita mengambil perubahan pada pendapatan total apabila jumlah penjualan meningkat
satu unit. Misalnya ketika perusahaan memproduksi 2 kubik air, pendapatan totalnya
adalah Rp. 52.000, naiknya produksi menjadi tiga, maka penerimaan total menjadi
Rp. 72.000. Jadi pendapatan marjinal adalah Rp. 72.000 – Rp. 52.000 = Rp 20.000.
Tabel 8.1 sangat penting untuk menjelaskan dasar perilaku perusahaan
monopoli. Terlihat bahwa pendapatan marjinal pelaku monopoli selalu lebih kecil
dari harga barang yang dijualnya. Misalnya ketika perusahaan menaikkan produksi
dari 2 kubik air menjadi tiga 3 kubik air, maka pendapatan total hanya naik sebesar
Rp. 20.000 saja walaupun setiap kubiknya dapat terjual seharga Rp. 24.000. Untuk
perusahaan monopoli pendapatan marjinal lebih kecil dari harga karena suatu
monopoli menghadapi kurva permintaan menurun. Untuk meningkatkan jumlah
barang yang terjual, maka suatu perusahaan monopoli harus menurunkan harga
barang yang dijualnya. Jadi untuk menjual kubik yang ketiga maka perusahaan
monopoli harus rela mendapatkan pendapatan yang lebih sedikit atas kubik pertama,
kedua, dan ketiga.
Pendapatan marjinal untuk perusahaan monopoli sangat berbeda dengan
pendapatan marjinal perusahaan bersaing. Ketika suatu perusahaan monopoli
meningkatkan volume penjualannya, terdapat dua dampak pada pendapatan total
(PxQ) yaitu; (1) efek output (lebih banyak barang yang dijual, sehingga Q lebih besar
dan (2) efek harga, yaitu harga akan turun jadi P lebih rendah dari sebelumnya.
Dalam perusahaan bersaing suatu perusahaan dapat menjual produknya berapa
pun yang mereka inginkan pasar. Oleh karena itu efek harga tidak terjadi. Ketika
suatu perusahaan bersaing meningkatkan omzet penjualannya sebesar 1 unit, maka
harga pasar tidak berubah sehingga pendapatan yang sebelumnya diterima tidak
berkurang. Karena perusahaan bersaing adalah price taker, maka pendapatan
marjinalnya sama dengan harga jual produknya. Sebaliknya ketika suatu pelaku
monopoli meningkatkan penjualannya sebesar 1 unit, maka harganya harus turun
untuk setiap produk yang dijualnya, dan pemotongan harga ini akan mengurangi
pendapatan pada unit yang terbiasa dijualnya. Jadi pendapatan marjinal suatu
perusahaan monopoli lebih kecil dari harga barang yang dijualnya.

Harga

Permintaan (D) =
Pendapan rata-
rata)

Jumlah

Pendapatan
Marjinal (MR)

Gambar 8.2. Kurva Permintaan dan Pendapatan Marjinal


Perusahaan Monopoli
Gambar 8.2 menunjukkan kurva permintaan dan pendapatan marjinal untuk
suatu perusahaan monopoli. Oleh karena harga yang dikenakan perusahaan sama
dengan pendapatan rata-rata, maka kurva permintaan sama dengan kurva pendapatan
rata-rata. Kurva ini selalu berawal pada titik yang sama pada sumbu vertikal karena
pendapatan marjinal dari unit pertama yang terjual sama dengan harga barang itu,
namun selanjutnya karena alasan yang dijelaskan, maka pendapatan marjinal pelaku
monopoli akan menjadi lebih kecil dari pada harga barang. Oleh karena itu kurva
marjinal pelaku monopoli berdada di bawah kurva permintaan.

Maksimisasi Keuntungan
Kita telah mempelajari tentang pendapatan perilaku monopoli, maka
selanjutnya pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana perusahaan
monopoli memaksimumkan keuntungan. Untuk memaksimumkan output suatu
perusahaan telah kita jelaskan pada bab 7 bahwa maksimumkan keuntungan dapat
dicapai apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR=MC). Konsep
ini pula yang digunakan oleh perusahaan monopoli dalam memaksimumkan
keuntungan.
Gambar 8.3. menunjukkan kurva permintaan pasar, juga merupakan kurva
penerimaan rata-rata (MR) yang diterima oleh perusahaan monopoli. Kurva tersebut
sekaligus menentukan harga per unit yang diterima oleh perusahaan monopoli
sebagai fungsi dari outputnya. Selain kurva penerimaan marjinal (MR), juga
ditunjukkan kurva biaya rata-rata (AC), dan kurva biaya marjinal (MC). Penerimaan
marjinal dan biaya marjinal sama (MR=MC) pada saat jumlah yang dihasilkan
sebesar Q* dan harga P*.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita memastikan bahwa Q* dan P*
adalah jumlah dan harga yang memaksimalkan laba perusahaan monopoli?
Bagaimana seandainya perusahaan monopoli tersebut memproduksi dalam jumlah
yang lebih sedikit misalkan pada Q2 dan menerima harga yang lebih tinggi pada P 1
seperti terlihat pada Gambar 8.3. Terlihat bahwa penerimaan marjinal melebihi biaya
marjinalnya. Oleh karena biaya marjinal lebih kecil dari penerimaan marjinal maka
apabila pelaku monopoli memproduksi sama dengan Q2, maka ia akan menerima laba
yang lebih kecil (MR-MC) sehingga akan mengurangi laba total. Para pelaku
monopoli dapat meningkatkan laba sampai pada kuantitas Q*, di mana pada titik ini
tambahan laba pada 1 unit produksi tambahan adalah nol. Oleh karena itu jumlah Q
yang lebih sedikit misalnya pada Q2 tidak menambah laba, walaupun perusahaan
monopoli memasang harga yang lebih tinggi. Apabila perusahaan monopoli
memproduksi pada Q2 bukan pada Q*, maka laba total yang diperoleh perusahaan
akan lebih kecil sebesar jumlah yang sama dengan daerah di bawah kurva MR dan di
atas kurva MC di antara Q*, dan Q2.

Harga

Laba yang hilang karena


memproduksi terlalu sedikit

P2 MC

P*
Laba yang hilang karena
memproduksi terlalu banyak
P1
AC

MR D=AR

Q2 Q* Q1 Quantity

Gambar 8.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan Monopoli


Gambar 8.3 juga menunjukkan bahwa pada kuantitas jumlah Q1 dengan
kuantitas yang lebih besar juga bukan suatu yang dapat memaksimumkan laba bagi
suatu perusahaan monopoli. Pada kondisi ini biaya marjinal berada di atas
penerimaan marjinal. Oleh karena itu apabila perusahaan monopoli memproduksi
lebih sedikit dari Q1 maka ia akan memperoleh kenaikan laba sebesar MC-MR.
Perusahaan monopoli bahkan dapat meningkatkan labanya dengan jumlah yang lebih
besar sampai mencapai output sebesar Q*. Kenaikan laba yang diperoleh dengan
memproduksi pada Q* dari pada Q1, ditunjukkan pada bagian bawah kurva MC dan
di atas kurva MR, diantara Q1 dan Q*.
Secara matematis Q* adalah laba maksimum. Laba (∏) adalah selisih antara
total penerimaan dan total biaya;

∏(Q) = R(Q) – C(Q)

Dimana
∏ = laba
Q = kuantitas
R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)

Apabila Q dinaikkan dari nol, maka laba akan bertambah hingga mencapai
titik maksimum dan kemudian menurun. Jadi maksimisasi laba Q adalah sebesar titik
maksimum seperti tersebut, maka

 R C
  0
Q Q Q

Oleh karena ӘR/ ӘQ adalah penerimaan marjinal dan ӘC/ӘQ adalah biaya
marjinal, maka kondisi yang memaksimumkan laba adalah MR - MC = 0 atau
MR=MC.

Contoh Soal;
PT. ABC adalah sebuah perusahaan monopoli memproduksi barang X dengan
biaya produksi; TC = 100 + Q2, dan mempunyai fungsi permintaan pasar P = 80 – Q.
Berdasarkan informasi tersebut:
a. Berapa besar produk yang harus diproduksi dan harga jual produknya agar
laba maksimum?
b. Berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan pada kondisi laba
maksimum tersebut.
Jawab
a. Laba adalah total penerimaan dikurangi total biaya
∏ = TR – TC
TR = P.Q
TR = (80 –Q)Q
TR = 80Q – Q2
∏ = TR – TC
∏ = (80Q – Q2) – (100 + Q2)
∏ = - 2Q2 + 80Q – 100

Agar laba maksimum Ә∏ / ӘQ = 0


Ә∏ / ӘQ = -4Q + 80 = 0
4Q = 80
Q = 20
Jadi laba maksimum diperoleh pada saat jumlah yang diproduksi dan dijual sebesar
20 unit.
Sementara harga jual produk adalah:
P = 80 – Q
P = 80 – 20
P = 60
Jadi harga jual produk adalah 60.
Besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dapat dihitung:
∏ = (80Q – Q2) – (100 + Q2)
= {80(20) – 202}- (100 + 202)
= (1.600 – 400) – (100+400)
= 1.200 – 500
= 700
Jadi jumlah keuntungan yang peroleh perusahaan adalah 700.
Cara lain untuk menghitung maksimisasi keuntungan adalah:
MR = MC
MR = ӘTR/ ӘQ = 80 -2Q
MC = ӘTC/ ӘQ = 2Q
MR = MC
80 – 2Q = 2Q
4Q = 80
Q = 20

Rp TC
TR
1600 r

1200

800 c
700
Laba
400

100

0 10 20 30 40 Jumlah
(a)
Rp

80 MC

B A
60
Laba

40 AC

25
Gambar 8.4(a) menunjukkan bahwa apabila perusahaan monopoli
memproduksi sedit output atau sama sekali tidak memproduksi, maka perusahaan
akan rugi, karena adanya biaya tetap yang ditanggung sebesar 100. Keuntungan akan
meningkat apabila produksi meningkat, dan mencapai titik maksimum pada saat
perusahaan monopoli memproduksi sebesar 20 unit dengan laba $ 700, selanjutnya
akan turun apabila kuantitas terus dinaikkan. Pada saat laba maksimum, kemiringan
kurva penerimaan dan biaya adalah sama (garis r dan c sejajar). Kemiringan kurva
penerimaan adalah ӘR/ӘQ atau penerimaan marjinal, sementara kemiringan kurva
biaya adalah ӘC/ӘQ atau biaya marjinal. Oleh karena laba maksimal diperoleh
apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Jadi kemiringan keduanya
adalah sama.
Gambar 8.4(b) menunjukkan kurva penerimaan rata-rata dan penerimaan
marjinal serta kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perhatikan bahwa penerimaan
marjinal dan biaya marjinal berpotongan pada titik Q*=20. Pada jumlah tersebut
biaya rata-rata per unit adalah $25 dan harga per unit adalah $60. Jadi laba rata-rata
per unit adalah $60-$25 = $35. Oleh karena jumlah yang terjual adalah 60 unit, maka
laba total adalah 60($35) = $700 sama dengan luas segi empat ABCE.

Prosedur Penetapan Harga Monopoli


Kita sudah membahas bahwa harga dan output harus dipilih sehingga
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinalnya, namun dalam praktek
bagaimana manajer perusahaan dapat menentukan jumlah output dan harga yang
tepat? Umumnya para manajer perusahaan hanya memiliki pengetahuan yang terbatas
tentang kurva permintaan rata-rata dan penerimaan marjinal yang dihadapi
perusahaannya. Manajer mungkin mengetahui biaya marjinal mereka hanya pada
rentang output yang terbatas. Karena itu dalam kesempatan ini akan diuraikan suatu
teknik dikemukaan oleh Pindyck dan Rubinfeld (2008) yang dapat lebih mudah
diterapkan dalam praktek.
Untuk melakukannya, pertama-tama kita menulis kembali persamaan untuk
penerimaan marjinal:

R (PQ)
MR  
Q Q

Catatan, bahwa marjinal revenue dari penambahan unit jumlah yaitu


Ә(PQ/ӘQ mempunyai dua komponen yaitu; Pertama memproduksi satu unit
tambahan dan menjualnya dengan harga P akan menghasilkan penerimaan (1)(P)=P.
Kedua, karena perusahaan monopoli menghadapi kurva permintaan yang menurun,
memproduksi dan menjual unit tambahan tersebut juga akan mengakibatkan sedikit
penurunan harga sebesar ӘP/ ӘQ, yang mengurangi penerimaan dari semua unit yang
terjual Q(ӘP/ӘQ, maka:

P  Q  P 
MR  P  Q  P  P  
Q  P  Q 

Persamaan di sebelah kanan diperoleh dengan mengambil Q(ӘP/ӘQ) dan
mengalikannya serta membaginya dengan P. Ingat kembali bahwa elastisitas
permintaan didefinisikan Ed = (P/Q)( ӘQ/ӘP). Jadi, (Q/P)( ӘP/ӘQ) adalah kebalikan
dari elastisitas permintaan, yaitu 1/Ed, yang diukur pada output yang menghasilkan
laba, dan:

MR = P+P(1/Ed)
Selanjutnya, karena tujuan perusahaan adalah untuk memaksimumkan laba,
maka kita dapat menentukan penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.

P+P(1/Ed) = MC

Yang selanjutnya disusun kembali untuk mendapatkan:

(10.1)

Hubungan ini memberikan suatu aturan untuk menetapkan harga. Pada sisi
kiri, (P-MC)/P, adalah mark-up pada biaya marjinal sebagai persentase harga.
Hubungan ini menyatakan bahwa mark-up tersebut harus sama dengan minus
kebalikan dari elastisitas permintaan.
Angka yang diperoleh adalah positif, karena elastisitas permintaannya adalah
negatif. Seperti halnya kita dapat mengubah kembali persamaan ini untuk
menyatakan harga secara langsung sebagai mark-up pada biaya marjinal;

(102)
Misalkan elastisitas permintaan adalah -2 dan biaya marjinal adalah $6 per unit, maka
harganya harus $6/(1-1/2) = $6/0,5 = $12 per unit.
Perhatikan bahwa perusahaan monopoli tidak akan pernah memproduksi
sejumlah output yang berada pada bagian yang tidak elastis dari kurva permintaan,
yaitu pada elastisitas permintaan yang nilai absolutnya kurang dari satu. Untuk
mengetahui mengapa demikian, misalkan perusahaan monopoli memproduksi dalam
jumlah pada suatu titik dalam kurva permintaan di mana elastisitasnya adalah -0,5.
Pada kasus ini perusahaan dapat menghasilkan keuntungan harga yang lebih besar
apabila memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit dengan yang lebih tinggi.
Misalkan pengurangan 10 persen dari output akan menyebabkan kenaikan harga
sebesar 20 persen dan selanjutnya menaikkan 10 persen dari pendapatan. Apabila
biaya marjinal lebih besar dari 0, maka kenaikan keuntungan bisa melebihi 10 persen,
karena output yang lebih rendah akan mengurangi biaya perusahaan. Pada saat
perusahaan monopoli mengurangi output dan menaikkan harga, maka kurva
permintaan akan bergeser ke atas menuju suatu titik di mana nilai obsolut
elastisitasnya lebih besar dari satu, maka peraturan untuk mark-up persamaan (10.2)
terpenuhi.
Misalkan biaya marjinal adalah nol. Dalam kasus ini kita dapat menggunakan
persamaan (10.2) secara langsung untuk menunjukkan harga yang memaksimumkan
keuntungan. Meskipun demikian kita dapat melihat dari persamaan (10.1) bahwa
dalam memaksimumkan keuntungan, perusahaan memproduksi pada sebuah titik di
mana elastisitas permintaan tetap -1. Apabila biaya marjinal adalah nol, maka
maksimisasi keuntungan adalah setara dengan memaksimumkan pendapatan. Dalam
hal ini pendapatan dimaksimumkan ketika Ed=-1.

8.4. Kurva Penawaran dan Monopoli

Pada bab 7 telah dijelaskan bahwa pada pasar persaingan sempurna, dalam
jangka pendek sebagian dari kurva marjinal cost (MC) yaitu bagian dari kurva MC
yang terletak di atas kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dapat juga disebut sebagai
kurva penawaran dalam pasar persaingan sempurna. Bagian dari kurva MC tersebut,
di samping menunjukkan biaya marjinal pada berbagai tingkat produksi, juga
menunjukkan jumlah penawaran perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Kita sudah memahami bahwa kurva penawaran menunjukkan hubungan
antara kuantitas dan tingkat harga atas produk yang ditawarkan. Jadi pada setiap
tingkat harga tertentu, maka jumlah barang tertentu akan ditawarkan. Dan apabila
terdapat dua tingkat harga, maka masing-masing tingkat harga itu menunjukkan suatu
jumlah tertentu produk yang ditawarkan, dan kedua jumlah tersebut akan berbeda.

P/C D1
MC
D0
Harga dan Biaya

P1

P0

D1
Pada pasar monopoli biaya marjinal tidak menunjukkan sifat kurva
penawaran seperti pada pasar persaingan sempurna. Sebagai bukti, mari kita
perhatikan gambar 8.5. Misalkan pada awalnya kurva permintaan adalah D0D0, dan
marjinal revenue adalah MR0, sedangkan marjinal cost adalah MC. Pada perusahaan
monopoli keuntungan maksimum akan dicapai pada saat penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal (MR=MC) dalam hal ini sebesar Q*. Pada tingkat produksi ini
harga mencapai P0. Kemudian kita misalkan permintaan berubah menjadi D1D1 dan
penerimaan marjinal adalah MR1. Kondisi seperti ini biaya produksi tidak berubah,
jadi biaya marjinal adalah tetap seperti yang ditunjukkan oleh MC.
Dalam keadaan yang baru ini, maka untuk memaksimumkan keuntungan,
perusahaan akan memproduksi sebesar Q, tetapi sekarang tingkat harga berbeda yaitu
mencapai titik P1. Oleh karena itu kita menemukan adanya dua tingkat harga yaitu P0
dan P1, tetapi hanya ada satu kuantitas yaitu Q*. Dengan demikian dalam pasar
monopoli kita tidak dapat menunjukkan kurva penawaran, karena tidak terdapat
hubungan yang tetap antara harga dan jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan
monopoli.

8.5. Apa yang Salah pada Monopoli


Oleh karena perusahaan monopoli adalah satu-satu perusahaan yang ada
dalam industri, maka perusahaan monopoli mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Pada bagian ini akan menjelaskan dua alasan utama yaitu; keuntungan yang
diperoleh monopoli dan dampak monopoli terhadap alokasi sumberdaya.

Keuntungan Monopoli
Banyak orang berpandangan negatif terhadap perusahaan monopoli.
Umumnya mereka menganggap bahwa suatu perusahaan monopoli dapat menetapkan
harga dengan seenaknya, sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan yang
sangat berlebihan. Mereka menganggap bahwa keuntungan yang tinggi merupakan
suatu yang pasti terjadi pada perusahaan monopoli. Pandangan seperti itu kurang
tetap. Telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa dalam jangka pendek terdapat
empat kemungkinan keadaan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam pasar
persaingan sempurna yaitu; mendapatkan keuntungan melebihi normal, memperoleh
keuntungan normal, rugi namun masih dapat menutupi sebagian biaya tetapnya, dan
mengalami kerugian sehingga perusahaan harus ditutup. Keempat kemungkinan
tersebut juga berlaku bagi perusahaan monopoli.
Misalkan dua perusahaan monopoli yang sama kuat dapat memiliki
profitabilitas yang sangat berbeda. Kemampuan perusahaan monopoli meningkatkan
harga di atas biaya marjinal menunjukkan kekuatan monopoli. Oleh karena
profitabilitas mencerminkan selisih antara harga dan biaya rata-rata, maka laba bukan
satu-satunya ukuran dari kekuatan monopoli.

P P MC
MC

AC AC
P*
AC=P*
AC

D
D
MR MR
0 Q* Q* Q
0
(b) Monopoli dengan Laba besar (a) Monopoli dengan Laba nol

Gambar 8.6. Laba Monopoli Tergantung pada Hubungan antara Kurva


Permintaan dan Biaya Rata-rata

Gambar 8.6. menunjukkan permintaan dan biaya untuk dua perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli yang sama, di mana perbedaan antara harga dan biaya
marjinal pada kedua gambar adalah sama. Perusahaan monopoli pada gambar 8.6(a)
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, sementara pada gambar 8.6(b)
perusahaan monopoli memperoleh keuntungan sebesar nol, di mana harga jual sama
dengan biaya rata-rata (AC). Dengan demikian profitabilitas berlebih tidak selamanya
terjadi pada perusahaan monopoli, termasuk untuk monopoli yang kuat. Apabila
beban sewa monopoli bertambah terutama untuk input yang digunakan oleh
perusahaan, bisa jadi perusahaan monopoli tersebut tidak memperoleh keuntungan.

Distorsi dalam Alokasi Sumber Daya

Para pakar ekonomi umumnya khawatir terhadap masalah distorsi terhadap


alokasi sumber daya, dan mengajukan kritik yang kedua terhadap monopoli.
Keberadaan perusahaan monopoli dapat mendistorsi alokasi sumber daya. Perusahaan
monopoli umumnya secara sengaja mengurangi output mereka dalam upaya untuk
memaksimumkan keuntungan. Selisih antara harga jual produk dengan biaya marjinal
menunjukkan bahwa pada tingkat output yang memaksimumkan keuntungan
perusahaan monopoli, konsumen rela membayar lebih mahal untuk unit tambahan
dari pada biaya untuk memproduksi output tersebut. Apabila dilihat dari sudut sosial,
produksi yang terlalu rendah, maka beberapa transaksi yang saling menguntungkan
tidak dilakukan.
Gambar 8.7 menunjukkan perbandingan output yang dihasilkan oleh
perusahaan monopoli dengan perusahaan yang bersaing secara sempurna. Gambar
tersebut mengasumsikan bahwa monopoli memproduksi pada biaya marjinal yang
konstan dan industri yang saling bersaing juga dengan biaya marjinal yang konstan
pula dan memiliki biaya rata-rata jangka panjang minimum yang sama seperti
monopoli.

Harga
H

MR
G
PM Transfer
dari kosumen
ke produsen
PPPS DWL E
MC=AC
F
Nilai input yang
ditransfer

AR=D

0 QM QPPS Quantity
Gambar 8.7. Dampak Alokasi dan Distribusi Monopoli

Dalam kondisi tersebut, perusahaan yang berada pada pasar persaingan


sempurna akan menghasilkan output sebesar QPPS, di mana kurva penawaran dan
permintaan jangka panjang saling berpotongan. Pada titik E ini harga sama dengan
biaya rata-rata dan biaya marjinal. Pada sisi lain monopoli akan memilih untuk
memproduksi pada tingkat output sebesar QM, di mana penerimaan marjinal sama
dengan biaya marjinal. Pembatasan jumlah output (QPPS - QM) merupakan ukuran
alokasi yang merugikan yang dilakukan oleh perusahaan monopoli. Pada kuantitas
sebesar QM, maka konsumen rela membayar sebesar P M. Oleh karena itu
pengendalian jumlah dan harga oleh perusahaan monopoli, maka menghalangi
sumber daya tambahan untuk dialokasikan ke dalam industri untuk memenuhi
permintaan konsumen.
Dampak alokasi dari pasar monopoli, di mana produsen hanya memproduksi
sebesar QM. Pembatasan dalam jumlah output memberi dampak pada meningkatnya
harga menjadi PM. Total nilai alokasi yang diterima konsumen atas produk ini telah
berkurang seperti pada Gambar 8.7 sebesar daerah GEQPPSQM. Pengurangan ini
bukanlah satu-satunya, karena apabila pada pasar persaingan sempurna harus
membayar AEQPPSQM untuk produk ini, namun karena keterbatasan produksi, maka
sekarang mungkin sebagian konsumen memilih membelanjakan uang mereka ke
produk lain. Oleh karena perusahaan monopoli memproduksi lebih sedikit, maka
perusahaan otomatis membutuhkan input lebih sedikit. Input yang dilepas tersebut
bisa jadi digunakan untuk memproduksi produk lain yang akan dibeli konsumen.
Meskipun demikian kerugian surplus konsumen yang digambarkan oleh daerah EFG
adalah pengurangan yang pasti terhadap kesejahteraan sebagai akibat dari monopoli.
Para pakar ekonomi menyebut sebagai kerugian beban baku (deadweigh loss), karena
hal tersebut merupakan kerugian dari transaksi yang saling menguntungkan antara
pembeli dan pemasok input, dimana biaya opportunitas diukur dengan biaya
marjinal (MC).
Selain dampak alokasi, monopoli juga memberi dampak distribusi yang juga
dapat dilihat pada Gambar 8.7. Pada tingkat output monopoli QM, maka laba
monopoli adalah sebesar daerah PPPSPMGF. Sementara dalam kasus persaingan
sempurna, area ini merupakan area dari surplus konsumen. Apabila pasar berstruktur
monopoli, maka bagian dari surplus konsumen tersebut ditransfer menjadi laba
perusahaan monopoli, Arean DFPPPSPM, tidak mencerminkan kerugian atas
kesejahteraan masyarakat. Hal ini menyangkut masalah distribusi dari monopoli dan
tentunya hal tersebut tidak diinginkan oleh konsumen. Akan tetapi dalam membuat
penilai seperti ini, kita perlu melihat konsep keadilan (equity) untuk membandingkan
kesejahteraan konsumen dan produsen. Konsep keadilan tidak harus menunjukkan
sifat dari kerugian alokasi yang dicerminkan oleh daerah EFG. Daerah tersebut
adalah kerugian yang pasti atas perusahaan monopoli. Apabila pasar merupakan pasar
persaingan sempurna, maka output akan meningkat menjadi QPPS, dan kesejahteraan
secara keseluruhan akan meningkat dengan meningkat output tersebut.

8.6. Kebijakan Pemerintah tentang Monopoli

Kita telah membahas bahwa monopoli, bertolak belakang dengan persaingan


sempurna, di mana monopoli tidak dapat mengalokasikan suberdaya-semberdaya
dengan efisien. Perusahaan monopoli memproduksi jumlah barang yang lebih sedikit
daripada yang diinginkan secara sosial, dan akibatnya harnya menjadi lebih mahal
dari pada biaya marjinalnya.
Para pembuat kebijakan dapat menjawab masalah dalam perusahaan monopoli
ini satu dari empat cara yaitu: (1) mencoba membuat industri monopoli agar lebih
kompetitif, (2) mengatur perilaku monopoli, (3) mengubah status monopoli swasta
menjadi perusahaan publik (negara), dan (4) tidak melakukan apa-apa.

Membuat Monopoli Lebih Kompetitif melalui Undang-undang


Misalkan ada dua atau tiga perusahaan bermaksud melakukan marger atau
menggabungkan perusahaan dalam upaya untuk menjadi perusahaan monopoli, maka
pemerintah harus melakukan pemeriksaan dengan seksama. Departemen kehakiman
dapat saja membatalkan marger kedua perusahaan tersebut, akan membuat produk
yang dihasilkan tidak bersaing dan hasilnya mengurangi kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Apabila ditemukan seperti itu, maka Departemen Kehakiman
dapat membawa kasus itu ke pengadilan, dan apabila keputusan pengadilan setuju,
maka kedua perusahaan tersebut dilarang menggabungkan diri.
Pemerintah memperoleh kekuasaan atas industri swasta berdasarkan undang-
undang anti monopoli. Di Amerika Serikat Undang-Undang yang pertama dan paling
penting adalah Sherman Antitrust Act, yang dikeluarkan kongres Amerika Serikat
pada tahun 1890 dalam upaya untuk mengurangi kekuasaan pasar dari berbagai
konglemerasi yang kuat, hal mana pada masa itu dipandang sangat dominan dalam
perekonomian. Undang-undang antitrust yaitu suatu perjanjian komprehensif
mengenai kebebasan perekonomian yang bertujuan untuk memelihara persaingan dan
tidak terganggu sebagai prinsip utama perdagangan.
Undang-undang antitrust memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk
melakukan berbagai cara untuk mendukung kompetisi. Undang-undang ini
mengizinkan pemerintah untuk melarang diadakannya merger untuk dua atau tiga
perusahaan yang mengarah pada monopoli. Di samping itu undang-undang ini
mengizinkan pemerintah untuk memecah perusahaan monopoli yang ada ke dalam
beberapa perusahaan. Undang-undang antitrust juga memungkinkan pemerintah
untuk mencegah perusahaan-perusahaan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
mereka dalam cara-cara yang menjadikan pasar kurang bersaing.
Undang-undang antitrust memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Tidak
sedikit perusahaan yang melakukan marger bukan bertujuan untuk mengurangi
kompetisi, tetapi untuk menekan biaya dengan cara membuat produksi menjadi lebih
efisien apabila mereka bersatu. Manfaat merger yang biaya diistilahkan dengan
sinergi. Misalkan di Indonesia banyak bank melakukan sinergi seperti Bank Mandiri,
yang tadinya terdiri dari beberapa bank berhasil memperbaiki kinerjanya. Apabila
undang-undang antitrust tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, maka pemerintah harus mampu menentukan merger mana yang baik dan
diinginkan dan merger mana yang tidak.

Mengatur Perilaku Monopoli


Cara lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah
yang disebabkan oleh monopoli adalah mengatur perilaku perusahaan monopoli.
Penyelesaian umumnya dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah
monopoli alamiah, seperti perusahaan listrik dan air. Pemerintah umumnya tidak
mengizinkan untuk mengenakan harga sesuai dengan kehendak perusahaan. Jadi
umumnya harga diatur oleh pemerintah.
Pertanyaan yang muncul bagaimana sebenarnya harga yang diatur oleh
pemerintah untuk monopoli alamiah? Untuk menjawab pertanyaan ini tidak semudah
yang dibayangkan. Mungkin kita dapat mengatakan bahwa harga sama dengan biaya
marjinal seperti pada pasar persaingan sempurna. Apabila harga ditetapkan sama
dengan biaya marjinal, maka konsumen akan membeli jumlah produksi yang
memaksimumkan surplus total, dan alokasi sumber daya menjadi efisien.
Secara teoritis terdapat dua masalah yang dicapai dengan sistem regulasi
harga berdasarkan biaya marjinal untuk monopoli alamiah. Masalah pertama
digambarkan pada Gambar 8.8. Berdasarkan definisi, monopoli alamiah, memiliki
biaya totol rata-rata yang menurun, dan ketika biaya total rata-rata menurun, biaya
marjinal selalu lebih kecil dari biaya totol rata-rata. Dan apabila pemerintah
menetapkan harga yang sama dengan biaya marjinal, maka harga yang diperoleh
lebih kecil dari pada biaya total rata-rata, dan perusahaan akan mengalami kerugian.
Apabila hal tersebut dipaksakan maka dari pada rugi, maka perusahaan monopoli
kemungkinan besar keluar dari industri.
Pada dasarnya pemerintah dapat menanggapi masalah ini dengan berbagai
cara, akan tidak satu pun cara yang ada dapat menyelesaikan masalah secara
sempurna. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan memberi subsidi
kepada perusahaan monopoli. Konsep ini pada dasarnya adalah pemerintah menutupi
kerugian-kerugian yang terkait dengan penetapan harga berdasarkan biaya marjinal.
Namun untuk memberikan subsidi kepada monopoli, maka pemerintah perlu
mendapatkan tambahan dana dari pajak, yang tentunya melibatkan kerugian beban
baku tersendiri.
Alternatif lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap monopoli yaitu
memberikan wewenang kepada monopoli untuk mengenakan harga yang lebih tinggi
dari biaya marjinalnya. Apabila harga yang ditetapkan sama dengan biaya total rata-
rata, maka perusahaan monopoli memperoleh keuntungan ekonomis sebesar nol.
Meskipun demikian, penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata membawa
kerugian beban baku, karena harga yang ditetapkan oleh monopoli tidak lagi
mencerminkan biaya marjinal produksi barang tersebut. Jadi pada dasarnya
penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata sama dengan pengenaan pajak
kepada barang yang dijual oleh monopoli tersebut.
Harga

Biaya total Biaya totak rata-rata


rata-rata
Kerugian
Biaya Marjinal MC

0 Q* Quantity
Gambar 8.8. Penentuan Harga Berdasarkan Biaya Marjinal untuk
Monopoli Alamiah

Masalah kedua dengan sistem regulasi harga berdasarkan biaya marjinal dan
berdasarkan biaya total rata-rata adalah tidak memberikan insentif kepada monopoli
untuk menekan biaya-biaya. Sebagaimana dalam pasar persaingan sempurna masing-
masing perusahaan berusaha menekan biaya-biaya mereka, karena biaya yang lebih
rendah memberi keuntungan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Berbeda dengan
monopoli, perusahaan monopoli alamiah mengetahui bahwa pemerintah akan
menurunkan harga apabila biaya-biaya produksi dapat diturunkan, jadi perusahaan
monopoli alamiah tidak mendapatkan keuntungan apabila mereka berhasil menekan
biayanya. Dewasa ini umumnya pemerintah memberikan kepada monopoli untuk
mengambil sebagian manfaat dari biaya yang rendah dalam bentuk keuntungan yang
lebih tinggi. Jadi suatu bentuk praktek penetapan harga yang tidak lagi berdasarkan
biaya marjinal perusahaan.

Kepemilikan Publik
Kebijakan ketiga yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
masalah monopoli adalah dengan kepemilikan publik. Dalam konteks ini perusahaan-
perusahaan monopoli yang dilakukan oleh swasta diambil alih kepemilikannya oleh
pemerintah/negara, di Indonesia dikenal dengan istilah dinasionalisasi.
Para ekonom pada umumnya lebih memilih apabila perusahaan monopoli
alamiah dikelola oleh swasta dari pada pemerintah. Dasar pertimbangan para ekonom
tersebut adalah bagaimana kepemilikan perusahaan monopoli tersebut menekan
biaya-biaya produksinya. Para pemilik usaha swasta memiliki insentif untuk menekan
biaya-biaya mereka selama pengusaha tersebut mendapatkan manfaat atas
keberhasilan menekan biaya dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi.
Apabila para pengelola perusahaan monopoli memiliki kinerja yang buruk
dalam menekan biaya, maka para pemegang saham akan memecat mereka.
Sebaliknya apabila birokrat-birokrat dari pemerintah yang menjalankan monopoli dan
memiliki kinerja yang buruk, maka yang menjadi korban adalah para konsumen dan
pembayar pajak, yang akhirnya memita pertolongan pada sistem politik. Para birokrat
ini mungkin akan menjadi satu kelompok dalam kepentingan sendiri dan berusaha
untuk menghindar untuk dilaksanakannya reformasi birokrasi yang dapat menekan
biaya.

Pemerintah Tidak Melakukan Apa-apa

Tiga jenis kebijakan yang telah dijelaskan untuk mengatasi masalah akibat
monopoli memiliki kelemahan masing-masing. Hasilnya adanya sebagian ekonom
berpendapat bahwa adakalanya pemerintah lebih baik tidak melakukan tindakan apa-
apa. Salah satu ekonom mengatakan seperti itu adalah George Stigler, yang
memenangkan nobel di bidang ekonomi tahun 1982 atas karyanya di bidang studi
tentang struktur industri, fungsi pasar dan sebab akibat dari regulasi publik.
Suatu teorema populer dalam ekonomi, menyatakan bahwa perekonomian
yang kompetitif akan menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya dari sumber-
sumber daya yang ada. Mangkiw (2004) mengatakan Tidak ada satupun
perekonomian nyata di di dunia ini yang memenuhi semua kondisi teorema tersebut,
dan semua perekonomian tidak sebaik dengan perekonomian yang ideal. Perbedaan
ini disebut sebagai kegagalan pasar. Dalam pandangan Mangkiw (2004),
bagaimanapun juga kegagalan pasar untuk suatu perekonomian masih jauh lebih baik
daripada kegagalan politik yang muncul dari kebijakan ekonomi pada berbagai sistem
politik yang nyata.

8.7. Dampak Pajak pada Monopoli

Dalam praktek pajak yang dikenakan kepada perusahaan monopoli dapat


bersifat tetap (lumpsum) dan dapat bersifat variabel atau khusus (specific). Untuk
lumpsum tax tidak dipenagruhi oleh besarnya volume produksi yang dihasilkan,
sementara pajak khusus (specific tax) pajak dikenakan berdasarkan volume produksi
yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli tersebut.

Pajak Tetap (Lumpsum tax)


Sudah dikatakan bahwa pajak tetap tidak dipengaruhi oleh jumlah barang
yang diproduksi oleh perusahaan. Oleh karena itu berapa pun jumlah barang yang
dihasilkan, maka jumlah pajak yang harus dibayar adalat tetap sama. Dengan
demikian maka pajak lumpsum sifatnya sama dengan biaya tetap pada perusahaan,
sehingga tidak akan mempengaruhi besarnya biaya marjinal, tetapi tetap
mempengaruhi biaya total rata-rata (average total cost). Untuk menjelaskan dampak
pengenakan pajak lumpsum ini dapat dilihat pada Gambar 8.9.
Gambar 8.9 menunjukkan bahwa biaya marjinal (MC) perusahaan monopoli
tidak berubah, tetapi kurva biaya rata-rata bergeser ke atas dari AC0 ke AC1. Oleh
karena perusahaan monopoli dalam memaksimumkan keuntungan, maka perusahaan
selalu berusaha menghasilkan barang atas dasar perpotongan antara biaya marjinal
dan penerimaan marjinal (MC=MR). Karena perpotongan kurva MR dan MC tidak
berubah, maka perusahaan tidak akan mengubah jumlah output yang dihasilkan.
Dengan kata lain jumlah barang yang dihasilkan tetap sebesar Q* yang diturunkan
dari perpotongan kurva biaya marjinal (MC) dan penerimaan marjinal (MR).
Oleh karena adanya pajak lumpsum menyebabkan biaya rata-rata meningkat,
sehingga laba yang diperoleh perusahaan monopoli menjadi berkurang, yaitu dari
daerah ADP*C0 menjadi ABP*C1, karena total penerimaan tidak berubah. Jadi
dampak pajak lumpsum terhadap perusahaan monopoli adalah volume produksi tidak
berubah, harga juga tidak berubah, namun keuntungan yang diperoleh perusahaan
menjadi berkurang.

Harga/
Biaya MC

A
P*
AC1

C1 B AC0

C0*
D
AR=D
MR

0 Q* Quantity
Gambar 8.9. Dampak Pajak Lumpsum pada Monopoli

Pajak Khusus (Spesific tax)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pajak spesifik dikenakan kepada


perusahaan monopoli berdasarkan jumlah output yang dihasilkan. Jadi pajak spesifik
yaitu pajak yang dikenakan per satun produk yang dihasilkan oleh perusahaan
monopoli. Dalam konteks ini semakin besar jumlah barang yang dihasilkan dan
dijual, maka semakin besar pula jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
Oleh karena pengenaan pajak khusus ini akan mempengaruhi biaya rata-rata dan
biaya marjinal, karena posisi pajak khusus ini sama dengan posisi biaya variabel.
Untuk menjelaskan dampak pengenakan pajak khusus ini dapat dilihat pada Gambar
8.10.
Gambar 8.10 menunjukkan bahwa pajak khusus yang dikenakan pada
perusahaan monopoli menyebabkan biaya total rata-rata bergeser dari AC0 ke AC1,
dan kurva biaya marjinal bergeser dari MC0 ke MC1. Dengan kurva penerimaan
marjinal (MR) tetap, maka perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dan biaya
marjinal menunjukkan jumlah komoditas yang dihasilkan perusahaan agar laba tetap
maksimum, sehingga jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
mengalami penurunan dari Q0 ke Q1. Umumnya produsen berusaha mengalihkan
beban pajak kepada konsumen. Pergeseran beban pajak kepada konsumen dilakukan
dengan cara menaikkan harga jual produk.

Harga/
Biaya MC1
MC0

P1

P0 AC1

C1
AC0
C0

AR=D
MR

0 Q1 Q0 Quantity
Gambar 8.10. Dampak Pajak Spesifik pada Monopoli
Contoh Soal;

PT. XYZ adalah sebuah perusahaan monopoli yang menghasilkan suatu produk
dengan fungsi biaya adalah: TC = 100 + 30Q. Perusahaan menghadapi fungsi
permintaan produk adalah P=150 – 5Q. Setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dikenakan pajak spesifik sebesar $10 per unit. Berdasarkan informasi
tersebut diminta berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan monopoli
sebelum dan sesudah dikenakan pajak.
Jawab:
Keuntungan sebelum pajak adalah:
∏ = TR – TC
Agar keuntungan (∏ ) maksimum maka


0
Q

 TR TC
 0   0
Q TQ Q
MR=MC = 0
Jadi
TR = P x Q
= (150-5Q)Q
= 150Q – 5Q2
MR = 150 – 10Q
TC = 100 + 30Q
MC = 30
MC = MR
150 -10Q = 30
120 = 10Q
Q = 12
P = 150 – 5(12)
P = 150 – 60
P = 90
Jumlah produksi sebelum pajak adalah 12 unit dengan harga $90 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (12 x $90 = $1.080).
Sementara keuntungan sesudah pajak adalah
Keuntungan maksimum adalah
MR = MC + t
Dimana t adalah pajak sebesar $ 10 per unit
150-10Q = 30 +10
10Q = 110
Q = 11
P = 150 – 5(11)
P = 150 – 55
P = 95
Jumlah produksi setelah pajak adalah 11 unit dengan harga $95 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (11 x $95 = $1.045).

8.8. Diskriminasi Harga

Apa yang telah kita bahas pada beberapa bagian dalam bab ini, pada dasarnya
kita berasumsi bahwa perusahaan monopoli menjual produknya hanya dengan satu
harga. Dalam arti bahwa perusahaan tidak mau atau tidak mampu menerapkan harga
yang berbeda untuk pembeli yang berbeda. Pada bagian ini kita akan membahas
tentang penetapan harga yang berbeda (diskriminasi harga) untuk konsumen yang
berbeda dalam usaha untuk merebut surplus konsumen dan mengalihkan menjadi
surplus produsen.
Secara teoritis diskriminasi harga untuk perusahaan monopoli memiliki tiga
bentuk yang luas yaitu, diskriminasi harga tingkat pertama, kedua dan ketiga. Ketiga
bentuk diskriminasi harga tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab ini.

Diskriminasi Harga Tingkat Pertama


Perusahaan monopoli pada dasarnya ingin mengenakan harga yang berbeda-
beda untuk masing-masing konsumen. Apabila perusahaan monopoli dapat
melakukan hal tersebut, berarti perusahaan akan mengenakan harga maksimum yang
bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk setiap unit produk yang dibeli. Para
ekonom menyebut harga tersebut sebagai harga reservasi (reservation price)
pelanggan. Penetapan harga reservasi untuk masing-masing konsumen disebut
diskriminasi harga tingkat pertama, atau biasa disebut diskriminasi harga sempurna.
Dengan skema penetapan harga sempurna (tingkat pertama), maka perusahaan
monopoli dihadapkan oleh situasi seperti pada Gambar 8.11. Dalam kondisi ini
perusahaan akan menjual unit produknya sedikit di bawah titik D misalnya harga P*,
untuk unit kedua pada harga yang sedikit lebih rendah, dan seterusnya. Apabila
perusahaan monopoli dapat menjual produknya dengan cara seperti ini, maka tidak
ada alasan bagi perusahaan untuk berhenti pada tingkat output Q M. Karena
perusahaan monopoli dapat menjual unit berikutnya pada harga sedikit lebih rendah
yaitu pada PM, dimana harga tersebut masih lebih besar dari biaya marjinalnya dan
biaya rata-rata produknya. Dalam kondisi seperti ini perusahaan monopoli tersebut
akan menjual outputnya satu per satu sampai mencapai kuantitas QC. Pada saat
output lebih besar dari QC, maka harga yang bersedia dibayar oleh konsumen tidak
lebih besar dari biaya rata-rata dan biaya marjinal, sehingga tambahan penjualan
menjadi tidak menguntungkan.

Harga

A
P*

E MC
Pm F

B C
PC

MR AR=D
0 QM QC Jumlah
Pertanyaan yang muncul adalah, apa yang terjadi ketikan perusahaan
monopoli dapat menerapkan diskriminasi harga sempurna? Karena konsumen
dikenakan harga yang berbeda untuk masing-masing produk yang dibeli sesuai
dengan kesediaannya untuk membayar, maka seluruh surplus konsumen yang apabila
produsen menetapkan harga tunggal (PM) diambil oleh produsen. Di samping itu
penerimaan marjinal tidak lagi relevan dengan keputusan output perusahaan.
Oleh karena diskriminasi harga tidak mempengaruhi struktur biaya bagi
perusahaan, dalam hal ini biaya tambahan masing-masing unit ditentukan oleh kurva
biaya marjinal perusahaan. Oleh karena itu laba tambahan dari hasil produksi dan
penjualan unit tambahan adalah selisih antara permintaan dan biaya marjinal. Jadi
selama permintaan lebih besar dari biaya marjinal, maka perusahaan dapat
meningkatkan labanya dengan menambah unit produksinya. Dalam kondisi tersebut
perusahaan monopoli akan terus menambah unit produksinya hingga total output
mencapai QC.

Diskriminasi Harga Tingkat Pertama tidak Sempurna

Dalam kenyataan diskriminasi harga tingkat pertama (sempurna) sangat sulit


terjadi. Pertama Dalam praktek umumnya untuk pengenaan satu harga yang berbeda
pada masing-masing pelanggan satu persatu, kecuali apabila jumlah konsumen sangat
terbatas. Kedua umumnya perusahaan tidak mengetahui harga reservasi masing-
masing konsumen. Walaupun perusahaan dapat menanyakan kepada masing-masing
pelanggan berapa besar yang bersedia mereka bayarkan, tetapi kemungkinan besar
jawaban yang diberikan oleh konsumen kurang jujur. Umumnya konsumen akan
menjawab dengan harga yang lebih murah.
Oleh karena itu perusahaan dapat melakukan diskriminasi harga tidak
sempurna dengan mengenakan beberapa harga yang berbeda berdasarkan berkiraan
harga reservasi dari pelanggan. Praktek semacam ini dapat digunakan oleh
profesional seperti dokter, pengacara, akuntan yang mengenal klien mereka dengan
baik. Dalam kasus semacam ini kesediaan klien untuk membayar dapat diperkirakan
dan harga ditetapkan sesuai dengan perkiraan tersebut. Misalkan seorang dokter dapat
mengenakan biaya yang lebih murah kepada pasien yang penghasilannya kurang dan
tidak memiliki asuransi kesehatan, serta mengenakan harga yang lebih mahal kepada
pasien dengan penghasilan yang lebih tinggi dan memiliki asuransi kesehatan yang
tinggi. Dalam konteks ini perhatikan gambar 8.12.
Gambar 8.12 menunjukkan diskriminasi harga tingkat pertama yang tidak
sempurna. Apabila perusahaan monopoli, hanya mengenakan satu harga, maka harga
berada pada P4. Namun karena perusahaan menetapkan harga diskriminasi maka
dikenakan 7 jenis harga yang berbeda, dengan harga tertinggi adalah P 1 dan harga
terendah adalah P7. Dalam situasi semacam ini, konsumen yang tidak bersedia
membayar pada harga P4 atau lebih, maka ia beruntung dalam kondisi ini karena ia
dapat memperoleh produk dengan harga yang lebih rendah yaitu P5,P6, dan P7. Jadi
diskriminasi harga semacam ini dapat menambah konsumen baru dalam pasar, dan
kesejahteraan dapat meningkat pada titik di mana produsen maupun konsumen
diuntungkan.

Harga

P1
P2
P3 MC
P4
P5
P6
P7

MR AR=D
Diskriminasi Harga Tingkat Kedua

Metode kedua yang dapat digunakan untuk meningkatkan keuntungan bagi


perusahaan monopoli adalah dengan melakukan penetapan harga dua bagian. Pada
saat masing-masing konsumen membeli barang dalam unit yang lebih banyak dalam
waktu tertentu, maka harga reservasi mereka akan turun bersamaan dengan jumlah
unit yang mereka beli. Potongan harga (diskon) adalah contoh diskriminasi tingkat
kedua. Satu bungkus rokok mungkin dijual dengan harga misalnya Rp. 15.000,
sedang satu pak dijual dengan harga Rp. 120.000. Sementara satu pak berisi 10
bungkus rokok yang sama, mengakibatkan harga rata-rata per unit menjadi Rp.
12.000.
Contoh lain dari diskriminasi harga tingkat kedua adalah harga blok (block
pricing) yang dikenakan oleh perusahaan listrik negara PLN, dan perusahaan air
minim. Dengan penetapan harga blok, maka konsumen dikenakan harga yang
berbeda untuk masing-masing blok. Apabila dengan skala ekonomi mengakibatkan
biaya rata-rata dan biaya marjinal turun, maka pemerintah yang mengambil kebijakan
harga, akan menetapkan harga blok. Dengan cara seperti ini akan meningkatkan
output yang semakin besar dan skala ekonomi yang lebih besar. Dengan kebijakan
harga semacam ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen dan laba yang lebih
besar bagi perusahaan. Dalam situasi seperti ini walaupun harga diturunkan secara
keseluruhan, namun penghematan yang timbul dari biaya yang lebih rendah, maka
memungkinkan perusahaan akan meningkatkan keuntungannya, seperti terlihat pada
Gambar 8.13.
Gambar 8.13 menunjukkan diskriminasi harga tingkat kedua pada perusahaan
monopoli dengan biaya rata-rata dan biaya marjinal menurun. Dalam kondisi seperti
ini apabila perusahaan monopoli mengenakan harga tunggal maka harga adalah P M
dan kuantitas yang produksi adalah QM. Akan tetapi dengan melakukan diskriminasi
harga blok, maka harga yang dikenakan adalah tiga tingkat harga yang berbeda
dikenakan kepada masing-masing blok. Blok pertama dikenakan biaya dengan harga
P1, dan blok kedua dikenakan harga dengan P 2 dan blok ketiga dikenakan harga
dengan P3.

Harga

P1

PM

P2

AC
P3

MC

MR D

0 Q1 QM Q2 Q3 Jumlah

Blok Pertama Blok Kedua Blok Ketiga

Gambar 8.13. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama tidak Sempurna


Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga

Metode ketiga yang dilakukan perusahaan monopoli dalam melakukan


diskriminasi harga outpunya adalah dengan membagi konsumen potensial yang
dimilikinya menjadi dua atau lebih kategori dan menetapkan harga yang berbeda
untuk masing-masing kategori. Apabila pembeli tidak dapat menggeser pembelian
mereka dari suatu pasar lainnya dalam merespon perbedaan harga, praktek ini dapat
meningkatkan keuntungan dibanding apabila perusahaan hanya menetapkan satu jenis
harga.
Dalam setiap kasus, konsumen dibagi menjadi kelompok-kelompok tersendiri
berdasarkan beberapa karakteristik. Misalnya untuk banyak barang pelajar dan
mahasiswa umumnya bersedia membayar kurang dari rata-rata dengan penduduk
lainnya, karena pendapatan mereka lebih rendah, dan identitas dapat diperlihatkan
dengan cepat melalui kartu mahasiswa. Perusahaan penerbangan misalnya dapat
memberlakukan tiket khusus untuk mahasiswa dan kategori bisnis. Perusahaan
penerbangan dapat mengenakan tiket yang jauh lebih mahal kepada para pengusaha
dan pelancong karena biasanya mereka bersedia untuk membayar dengan harga yang
tinggi.
Apabila perusahaan monopoli dapat menetapkan diskriminasi harga tingkat
ketiga, maka pertanyaan yang muncul adalah bagaimana seharusnya perusahaan
menetapkan harga yang harus dikenakan untuk masing-masing kelompok
konsumen? Perhatikan langkah berikut:
Pertama, kita tahu bahwa berapapun banyaknya produksi, maka total output
harus dibagi berdasarkan kelompok-kelompok pelanggan sehingga penerimaan
marjinal untuk masing-masing kelompok adalah sama. Apabila perusahaan tidak
melaksanakan hal seperti itu, maka perusahaan tidak dapat memaksimumkan laba.
Misalkan terdapat dua kelompok konsumen, dan penerimaan marjinal kelompok
pertama adalah MR1 melebihi penerimaan marjinal kelompok kedua MR2, maka
perusahaan tersebut lebih baik mengalihkan output dari kelompok kedua ke
kelompok pertama. Perusahaan dapat melakukan hal ini dengan menurunkan harga
untuk kelompok pertama dan menaikkan harga untuk kelompok kedua. Dengan
demikian berapapun harga keduanya, maka angkanya harus sedemikian rupa
sehingga penerimaan marjinal untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda tersebut
tetap sama.
Kedua, kita memahami bahwa output total harus sedemikian rupa sehingga
penerimaan marjinal masing-masing kelompok konsumen sama dengan biaya
marjinal. Apabila tidak, maka perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan
menaikkan atau menurunkan output total dan menaikkan atau menurunkan harga
untuk masing-masing kelompok tersebut. Misalkan penerimaan marjinal untuk
masing-masing kelompok adalah sama, tetapi penerimaan melebihi biaya marjinal.
Selanjutnya perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar dengan menaikkan
output total. Perusahaan selanjutnya menurunkan harga untuk kedua kelompok
konsumen, sehingga penerimaan marjinal untuk masing-masing kelompok turun
tetapi masih tetap sama antara satu dengan yang lainnya, dan pendekatan biaya
marjinal yang bertambah apabila output total bertambah.
Selanjutnya mari kita bahas masalah ini secara matematis. Misalkan P 1 adalah
harga yang dikenakan kepada konsumen kelompok pertama, dan P2 adalah harga
yang dikenakan kepada konsumen kelompok kedua, dan C(QT) adalah biaya total
untuk memproduksi output (QT = Q1+Q2). Dalam kasus seperti ini, maka laba total
adalah:

∏ = P1Q1 +P2Q2 – C(QT)

Dalam hal ini perusahaan harus meningkatkan penjualannya pada masing-


masing kelompok konsumen Q1 dan Q2, sehingga laba tambahan dari unit terakhir
adalah nol. Pertama kita menetapkan laba tambahan untuk penjualan kelompok
konsumen pertama adalah sama dengan nol.

 (P1Q1 ) C

  0
Q1 Q1 Q1
Dalam hal ini, Ә(P1Q1)/ӘQ, adalah penerimaan tambahan atas tambahan unit
penjualan pada kelompok konsumen pertama yaitu MR 1, selanjutnya ӘC/ ӘQ1,
adalah biaya tambahan untuk memproduksi unit tambahan tersebut yaitu biaya
marjinal (MC). Jadi sekarang kita memiliki:

MR1 = MC

Sama halnya dengan kelompok konsumen kedua, kita harus mempunyai:

MR2 = MC

Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, maka harga dan output


harus ditentukan sehingga:

MR1 = MR2 = MC

Ingat bahwa, penerimaan marjinal harus sama untuk seluruh kelompok


konsumen dan harus sama dengan biaya marjinal.

Menentukan Harga Relatif

Pada dasarnya manajer perusahaan monopoli mungkin merasa lebih mudah


berfikir dari sisi harga relatif yang harus dikenakan kepada masing-masing kelompok
konsumen dan menghubungkan harga tersebut dengan elastisitas permintaan.
Perhatikan bahwa kita dapat merumuskan penerimaan marjinal atas elastisitas
permintaan:

MR = P(1+1/Ed)

Jadi MR1 = P1(1+1/E1) dan MR2 = P2(1+1/E2) di mana E1 dan E2 adalah


elastisitas permintaan perusahaan pada kelompok pertama dan kelompok kedua.
Selanjutnya dengan menyamakan MR 1 dan MR2, maka akan dihasilkan persamaan
berikut yang pasti berlaku untuk harga tersebut adalah:

P1 (1  1 / E 2 )

P2 (1  1/ E1 )
Seperti yang telah diharapkan bahwa harga yang lebih tinggi akan dikenakan
pada kelompok konsumen yang memiliki elastisitas yang lebih rendah. Misalkan
apabila elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen pertama adalah -2, dan
elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen kedua adalah -3, maka kita akan
mempunyai:

P1 (1  1/ 3) 2/3
   1,32
P2 (1  1/ 2) 1/ 2

Dengan demikian harga yang dikenakan kepada konsumen kelompok


pertama harus 1,32 kali lebih besar dari harga yang dikenakan pada kelompok yang
kedua.
Gambar 8.14 menunjukkan tentang diskriminasi harga untuk tingkat ketiga.
Perhatikan bahwa kurva permintaan D1 untuk kelompok konsumen pertama, kurang
elastis dibanding dengan kurva permintaan untuk kelompok kedua (D2). Harga yang
dikenakan untuk kelompok pertama jauh lebih tinggi. Jumlah total yang diproduksi
adalah QT=Q1+Q2, diperoleh dengan menjumlahkan kurva penerimaan marjinal MR1
dan MR2 secara horisontal, serta mencari perpotongan dengan kurva biaya marjinal.
Oleh karena MC harus sama dengan MR1 dan MR2, maka kita dapat menarik garis
horisontal ke sebelah kiri dari titik perpotongan tersebut untuk mendapatkan jumlah
Q1 dan Q2.

P1

MC
P2

D2=AR2

MRT
D1=AR1
MR2
MR1
Contoh Soal

Misalkan, suatu perusahaan monopoli menjual produknya pada kedua kelompok


pasar yaitu pasar A dan B dengan estimasi permintaan sebagai berikut: (Q= jumlah
produk, P=harga produk).

PA = 3000 – 10QA

PB = 5000 – 20QB

TC = 10 + 200Q
a. Berapa kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya
elastisitas pada pasar A.
b. Berapa kuantitas QB dan harga penjualan PB pada pasar B serta besarnya
elastisitas pada pasar B.
c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?

Jawab:
a. Kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya elastisitas pada
pasar A.
Syarat keuntungan maksimum adalah MRT=MC =MRA=MRB

TRA = P . QA
TRA = P .Q A =(3000 –10Q A)Q A TR A = 3000 Q A –10QA2
TR A
MRA   3000  20Q A
Q A
MRA = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200
Maka;

3000 – 20QA = 200

20QA = 2800

QA = 140 dan harga

PA = 3000 – 10(140) = 1600

Elastisitas dihitung dengan:


Q A PA 1 1600 1600
 A  .  .   1,14
PA Q A 10 140 1400

Jadi jumlah barang yang dijual di pasar A (QA) adalah 140 satuan pada harga
(PA) sebesar 1600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,14.

b. Berapa kuantitas QB penawaran dan harga penjualan PB pada pasar B serta


besarnya elastisitas pada pasar B.
PB = 5000 – 20QB

TRB = P .Q B =(5000 – 20QB )QB TRB = 5000 QB – 20QB2

TR
MRB   B  5000  40Q B
Q B

MRB = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200


Maka;

5000 – 40QB = 200

40QB = 4800

QB = 120 dan harga

PB = 5000 –20(120) = 2600


Elastisitas dihitung dengan:
QB PB 1 2600 2600
 B  .  .   1,08
PB QB 20 120 2400

Jadi jumlah barang yang dijual di pasar B (QB) adalah 120 satuan pada harga
(PB) sebesar 2600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,08.

c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?

Keuntungan perusahaan monopoli dihitung dengan:


∏ = TR – TC
TR = QA(PA) + QB(PB)
TR = 140(1600) + 120(2600)
TR = 224.000 + 312.000 = 536.000

TC = 1000 + 200(260)

TC = 53.000

∏ = 536.000– 53.000 = 483.000

Jadi total keuntungan perusahaan monopoli adalah sebesar 483.000

Diskriminasi Harga Antar Waktu

Diskriminasi harga antara waktu yaitu diskriminasi harga dilakukan dengan


cara memisahkan konsumen yang memiliki fungsi permintaannya berbeda. Dengan
mengenakan harga yang berbeda pada waktu yang berbeda. Tujuan dari diskriminasi
harga antar waktu adalah membagi kelompok konsumen menjadi kelompok yang
mempunyai permintaan tinggi dan konsumen yang mempunyai kelompok permintaan
rendah dengan mengenakan harga yang pada awalnya tinggi yang kemudian turun.
Untuk menggambarkan cara kerja dari diskriminasi harga antara waktu ini,
misalkan bagaimana suatu perusahaan elektronik misalnya Laptop baru atau
Handphone baru, dengan teknologi mutakhir. Untuk sekelompok kecil konsumen
yang sangat menginginkan produk Laptop atau Handphone dengan teknologi canggih
dengan tampilan yang luar biasa, dan tidak ingin menunggu untuk membeli. Kondisi
ini dapat dilihat pada Gambar 8.15.

P1

P2

D2=AR2

MC=AC

MR2

MR1 D1=AR1

0 Q1 Q2 Q
Gambar 8.15. Diskriminasi Harga Antar Waktu

Gambar 8.15. menggambarkan diskriminasi harga antar waktu. Kurva


permintaan D1 merupakan kurva permintaan yang tidak elastis, dalam kondisi ini,
sekelompok kecil konsumen yaitu konsumen yang sangat menginginkan Handphoon
canggih dan tidak ingin menunggu untuk membelinya. Kurva permintaan D2 adalah
kurva permintaan yang elastis yaitu kelompok konsumen yang lebih besar yang rela
untuk menunggu sementara, dan melupakan produk tersebut apabila harganya terlalu
mahal.
Oleh karena itu strategi yang dilakukan oleh perusahaan monopoli, pertama
adalah menawarkan produk pada harga yang cukup tinggi yaitu pada P1 dengan
sasaran pada konsumen yang ada pada kurva permintaan D1. Selanjutnya apabila
kelompok konsumen pertama telah membeli produk tersebut, maka harga produk
diturunkan pada P2, dengan sasaran pada konsumen yang ada pada kelompok yang
terdapat pada kurva permintaan D2.
Konsep diskriminasi harga antara waktu semacam ini, banyak dipraktekkan
dalam dunia bisnis dewasa ini, terutama menyangkut masalah penemuan produk-
produk dengan teknologi terkini, termasuk di dalamnya pemutaran pertama dalam
sebuah Film dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai