Anda di halaman 1dari 13

Nama : Muhammad Ikhlas

NPM : 2002110024
MK : Akuntansi Manajemen

Balanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah metode pengukuran hasil kerja yang


digunakan perusahaan atau biasa disebut dengan strategi
menajemen. Balanced Scorecard dikembangkan oleh Drs. Robert Kaplan
dari Harvard Business School dan David Norton pada awal tahun
1990. Balance Scorecard berasal dari dua suku kata, Balanced yang artinya
berimbang dan scorecard yang artinya katu skor.

Pada awalnya Balanced Scorecard atau disingkat BSC digunakan untuk


memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Dengan BSC perusahaan
jadi lebih tahu sejauh mana pergerakan dan perkembangan yang telah
dicapai. Dengan adanya BSC sangat membantu perusaan untuk memberikan
pandangan menyeluruh mengenai kinerja perusahaan. Agar kinerja lebih
efektif dan efisien, dibutuhkan sebuah informasi akurat yang mewakili sistem
kerja yang dilakukan.

Balanced Scorecard memberi perusahaan elemen yang dibutuhkan untuk


berpindah dari paradigma ‘selalu tentang finansial’ menuju model baru yang
mana hasil balanced scorecard menjadi titik awal untuk review,
mempertanyakan, dan belajar tentang strategi yang dimiliki. Balanced
scorecard akan menerjemahkan visi dan strategi ke dalam serangkaian
ukuran koheren dalam empat perspektif yang berimbang.
Fungsi Balanced Scorecard
Pada awalnya BSC hanya digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran
keuangan. Kemudian meluas dan digunakan untuk mengukur empat
presfektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.

Lebih jauh balanced scorecard memiliki fungsi sebagai berikut:

 Sebagai alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang dianut telah tercapai.
 Sebagai alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan Anda.
 Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis Anda.
 Alat analisis efektifitas strategi yang telah digunakan.
 Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT yang dimiliki.
 Sebagai alat key performance indicator perusahaan.
 Sebagai feedback terhadap shareholder perusahaan.

 Balanced scorecard Sebagai alat komunikasi, informasi, dan sistem


analisis pembelajaran perusahaan
Balanced scorecard (BSC) bisa dikatakan sebagai alat ukur yang paling
sederhana dalam perusahaan sehingga banyak kelemahan-kelemahannya.
Salah satu kelemahannya adalah informasi yang disajikan terbatas dan kurang
akurasi. sehingga tidak bisa melihat faktor-faktor lain yang bisa
mempengaruhi performa perusahaan. Misalnya saja saat terjadi krisis,
kebijakan pemerintah, atau kejadian di momen-momen tertentu.

Namun begitu, perusahaan tetap harus memiliki acuan pengukuran


seperti balanced scorecard, karena di dalamnya terdapat empat perspektif
utama yang memang menjadi poin penting dalam bisnis. Apa itu 4
perspektifnya?
4 Perspektif Balanced Scorecard

Adapun empat prespektif BSC adalah sebagai berikut :

1.  Perspektif Keuangan


Dalam Balance Scorecard perspektif keuangan merupakan perspektif yang
tidak bisa diabaikan. Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan serta strategi memberikan
perbaikan mendasar.

Perbaikan tersebut dapat berupa gross operating income, return on


investement atau economic value-added. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut
tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan
kekayaan sebagai berikut

 Peningkatan kepuasa customer melalui peningkatan revenue


 Peningkatan produktifitas dan komitment karyawan melalui cost
effectiveness sehingga terjad peningkatan laba
 Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial
returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi
daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi

prinsip balanced scorecard harus ada keseimbangan antara perspektif


keuangan dan perspektif non keuangan.
Ya, perspektif keuangan tidak bisa bekerja tanpa adanya perspektif non-
keuangan misalnya saja laba yang diperoleh perusahaan karena produk
tersebut memiliki nilai manfaat bagi konsumen atau bisa saja karena faktor
SDM dan proses bisnis dari perusahaan tersebut.

Pengukuran perspektif keuangan bisa dilakukan dengan analisis rasio


keuangan. Misalnya dengan menganalisis tren keuangan, common size
value antara perusahaan dan pesaing, dan rasio keunagan seperti; rasio
liabilitas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio keuntungan, dan rasio
solvabilitas.

Perspektif keuangan juga berguna seberapa perusahaan atau bisnis Anda


memiliki daya tarik kepada para investor. Bisa dikatakan perspektif yang satu
ini sangat penting dan menjadi dasar ukur kesehatan bisnis Anda.

Kunci perspektif keuangan: keuntungan, tren pertumbuhan, economic


value-added, return of equity and investment, dan arus kas

2.  Perspektif Pelanggan


Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan
segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target. Selanjutnya, manajer harus
menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit
operasi dalam upaya mencapai target finansial.

Apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang besar dalam
jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk
baru atau jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan.

Tolak ukur pelanggan dibedakan dalam dua kelompok yaitu core


measurement group (kelompok inti) dan customer value
proposition (kelompok penunjang). Kelompok inti atau core
meansurement terdiri dari:

 Pangsa pasar atau market share


 Tingkat perolehan pelanggan baru atau customer acqutition
 Kemampuan perusahaan mempertahankan para pelanggan lama
atau customer retention
 Tingkat kepuasan pelanggan atau customer satisfaction
 Tingkat profitabilitas pelanggan atau customer profitability

Sedangkan kelompok penunjang ini dibagi menjadi tiga  kelompok yaitu:

 Atribut-atribut produk (harga, mutu, fungsi)


 Hubungan dengan pelanggan
 Citra dan reputasi
Kunci perspektif konsumen: Kepuasan, retensi, akuisisi, nilai manfaat,
dan market share konsumen

3.  Perspektif Proses Bisnis Internal


Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu
menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang
diinginkan dan memuaskan para pemegang saham. Tiap perusahaan
mempunyai  proses dan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, hal
tersebut terbagi menjadi 3 prinsip dasar prespektif proses bisnis internal,
yaitu:

Proses inovasi

Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi.


Tapi ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi.
Dalam proses inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen,
yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan proses
perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

Bila hasil inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan,
maka produk tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan. Hal
tersebut tidak memberi tambahan pendapatan bagi perasahaan.

Intinya proses inovasi harus bisa memberikan nilai yang diinginkan


konsumen
Proses operasi

Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan. Proses operasi


dilihat dari perencanaan, pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk
jadi, proses marketing, hingga proses transaksi antara perusahaan dan
pembeli.

Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan


secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus
utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.

Pelayanan Purna Jual


Layanan purna jual merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan atau
bisnis kepada konsumen sebagai jaminan mutu produk yang telah dibeli oleh
konsumen. Banyak bentuk layanan purna jual misalnya layanan konsultasi,
perbaikan, perawatan, hingga garansi.

4.  Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif
sebelumnya serta untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka
panjang. Penting bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak
hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk atau jasa, tetapi juga
melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem
dan prosedur.

Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal bisa
menjadi pemicu kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari
manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka
suatu perusahaan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling
karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi,
serta menata ulang prosedur yang ada.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas


yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

Kapabilitas pekerja

Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada


perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus
diperhatikan oleh manajemen:

Kepuasan pekerja

Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas,


tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat
diukur dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil
keputusan, pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk
bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta dukungan dari atasan.

Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik
dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi
jangka panjang bagi perusahaan. Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan
karena keinginan perusahaan merupakan loss pada intellectual capital dari
perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover di
perusahaan.

Produktivitas pekerja. 

Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari


peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan
pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan output yang dihasilkan
oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan
output tersebut.

Kapabilitas sistem informasi

Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah
tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia,
serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

Iklim Organisasi

Iklim oreganisasi merupakan salah satu mendorong timbulnya motivasi, dan


pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif.
Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran
yang diberikan pekerja.

Intinya dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, balanced


scorecard lebih menekankan pada aspek organisasi. Bagaimana perusahaan
bisa memanfaatkan sumber daya manusia yang ada menjadi faktor
keunggulan kompetitif.
Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah semua biaya yang muncul untuk bisa menangani suatu
masalah kualitas barang. Umumnya, biaya kualitas ini pun ditangani oleh
manajemen kualitas lewat sistem informasi manufaktur.

Selain itu, pengukuran kualitas produk yang ada di dalam perusahaan juga
umumnya terbagi menjadi tiga komponen, yakni biaya pencegahan, biaya
penilaian dan juga biaya kegagalan.

Dalam hal kegagalan ini juga umumnya akan terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kegagalan internal dan kegagalan eksternal. Artinya, perbaikan pada biaya ini
diharapkan mampu membuat dan mengirim produk dengan baik dan
pelanggan menjadi lebih puas.

Jadi, biaya kualitas adalah suatu total biaya yang digunakan untuk
mempertahankan kualitas produk barang atau jasa, atau untuk memperbaiki
produk barang yang cacat.

Apa Sih Biaya Akibat Kualitas yang Buruk (Cost of Poor Quality)?
Kenapa ada biaya yang harus muncul karena adanya kualitas produk yang
buruk? Tidak lain karena produk yang dibuat tidak mampu memenuhi standar
kualitas pelanggan. Biaya seperti ini juga sering disebut sebagai cost of poor
quality (COPQ).

COPQ memiliki peranan yang penting dalam memperbaiki kualitas produk


dan mengurangi biaya lain, sehingga laba perusahaan bisa meningkat dan
memiliki keunggulan untuk bisa bersaing dengan kompetitor lainnya.

COPQ ini terjadi karena adanya tiga komponen biaya kualitas dan
kerugiannya, yakni biaya yang tersembunyi, kerugian karena kehilangan
proyek, biaya manajemen, biaya kehilangan aset dan juga kehilangan
kepercayaan dari pelanggannya.

Untuk bisa memperbaiki biaya kualitas ini, maka diperlukan adanya strategi
manajemen yang baik untuk mengurangi biaya cost of poor quality (COPQ).
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan Six Sigma
Manajemen yang berguna untuk menganalisa kegagalan dan melakukan
perbaikan pada kualitas produk.

Manajemen yang menerapkan COPQ juga harus bisa memperoleh data


sampai evaluasi dari seluruh pihak yang terlibat di dalam perbaikan biaya
kualitas.

Apa Saja Komponen Biaya Kualitas?


 Biaya Pencegahan (Prevention Costs)
Adanya biaya ini digunakan untuk mencegah setiap kesalahan ataupun
masalah yang terjadi pada kualitas produk. Biaya ini termasuk biaya yang
paling murah.

Contoh sederhana dari biaya pencegahan adalah pelatihan karyawan, riset


pasar, perencanaan kualitas, dan proses kontrol. Untuk itu, banyak
perusahaan yang menganggap biaya ini sebagai suatu investasi penting.

 Biaya Penilaian (Appraisal Cost)


Sama seperti point sebelumnya, biaya penilaian ini juga dikeluarkan agar
kualitas barang tidak mengalami suatu masalah. Untuk itu, biaya ini termasuk
dalam inspeksi bahan baku guna memeriksa ataupun menguji produk pada
proses pembuatan barang jadi.

 Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs)


Umumnya, biaya kegagalan internal ini terjadi bila ada produksi yang cacat.
Pada saat itu terjadi, maka biaya ini akan dikeluarkan, karena produk tersebut
sudah lagi tidak sesuai dengan standar kualitas yang ada.

Contoh sederhananya seperti perbaikan pada produk yang rusak, biaya scrap,
atau downtime sebelum pembeli menerima pesanannya.
Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs)
Setiap pebisnis tentu akan berpotensi mengalami kegagalan biaya eksternal,
yang mana biaya ini akan dikeluarkan saat pembeli menerima produk
berkualitas buruk.
Untuk itu, biaya ini harus dikeluarkan sebagai upaya garansi, penggantian
produk, penyelidikan keluhan, atau biaya ini juga bisa digunakan sebagai
bagian dari biaya kehilangan pelanggan.

Contoh Biaya
Contoh Biaya Pencegahan
 Perencanaan Kualitas
Contoh biaya perencanaan kualitas adalah yang berhubungan dengan
kegiatan perencanaan kualitas secara menyeluruh, termasuk persiapan
berbagai proses yang dibutuhkan untuk menginformasikan kualitas secara
menyeluruh pada pihak yang berkepentingan di dalamnya.

 Tinjauan-Tinjauan Produk Baru


Seluruh biaya yang berhubungan dengan rekayasa keandalan dan juga
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kualitas yang berkaitan dengan
informasi desain baru.

 Pengendalian Proses
Berbagai biaya inspeksi dan juga pengujian pada proses guna menentukan
status dari suatu proses, bukan status dari suatu produk.

 Audit Kualitas
Seluruh biaya yang berkaitan dengan relevansi dari suatu pelaksanaan
kegiatan dalam rencana kualitas secara menyeluruh.

 Evaluasi Kualitas Pemasok


Seluruh biaya yang berhubungan dengan evaluasi pada supplier sebelum
pemilihan supplier, audit pada setiap kegiatan selama kontrak berlangsung,
dan berbagai upaya yang berkaitan dengan supplier

 Pelatihan
Seluruh biaya yang berhubungan dengan penyiapan dan juga pelaksanaan
berbagai program pelatihan yang berkaitan dengan kualitas.

Contoh Biaya Penilaian


 Inspeksi dan Pengujian Kedatangan Material
Seluruh biaya yang berkaitan dengan penentuan suatu kualitas materi yang
sudah dibeli.

 Inspeksi dan Pengujian Produk dalam Proses


Biaya yang berhubungan dengan evaluasi produk dalam suatu proses
terhadap persyaratan kualitas yang sudah ditetapkan.

 Inspeksi dan Pengujian Produk Akhir


Berbagai biaya yang berhubungan dengan evaluasi produk akhir pada
persyaratan kualitas yang sebelumnya sudah ditetapkan.

 Audit Kualitas Produk


Biaya yang dikeluarkan untuk produk dalam suatu proses atau akhir produk

 Pemeliharaan Akurasi Peralatan Pengujian


Suatu biaya yang untuk melakukan kalibrasi guna mempertahankan akurasi
instrumen alat ukur perusahaan.

 Evaluasi Stok
Biaya yang dikeluarkan untuk menguji produk dalam penyimpanan untuk
menilai kualitasnya.
Beberapa Contoh Biaya Kegagalan Internal
 Scrap
Scrap adalah biaya yang dikeluarkan untuk material, tenaga kerja, atau
overhead pada produk cacar secara ekonomis dan sudah tidak bisa diperbaiki
lagi.

 Inspeksi Ulang dan Pengujian Ulang


Biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan juga pengujian ulang
produk yang sudah mengalami pengerjaan utang maupun perbaikan kembali.

 Downgrading
Downgrading adalah selisih harga jual dan juga harga beli yang dikurangi
dengan alasan kualitas.

 Avoidable Process Losses


Berbagai biaya kehilangan yang terjadi, walaupun produk tersebut tidaklah
cacat.

Contoh Biaya Kegagalan Eksternal


 Jaminan (Warranty)
Suatu biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti atau memperbaiki
produk yang masih dalam jaminan garansi.

 Penyelesaian Keluhan
Berbagai biaya yang dikeluarkan untuk menyelidiki dan juga untuk
menyelesaikan keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.

 Produk Dikembalikan
Berbagai biaya yang berhubungan dengan penerimaan dan juga penempatan
pada produk cacat yang dikembalikan oleh para pelanggan.

 Allowances
Berbagai biaya yang berhubungan dengan konsep pelanggan karena produk
yang diterimanya berada dibawah standar kualitas.

Perilaku Biaya Kualitas


Suatu kualitas bisa diukur berdasarkan biayanya, perusahaan ingin agar biaya kualitas turun tapi
ingin memiliki kualitas yang baik, atau pada suatu titik tertentu.

Jika standar kerusakan nol bisa diraih, maka perusahaan pun masih harus menanggung biaya
pencegahan dan penilaian. Suatu perusahaan yang memiliki program pengelolaan kualitas yang
baik biasanya biaya kualitasnya tidak melebihi 2,5% penjualan.

Setiap perusahaan akan bisa menyusun anggar guna menentukan besaran standar kualitas pada
setiap kelompok secara individu, sehingga biaya total kualitas yang sudah dianggarkan bisa tidak
lebih dari 2,5% penjualan.

Agar standar ini bisa diraih, maka perusahaan harus bisa melakukan identifikasi perilaku pada
setiap elemen biaya kualitas secara individu.

Biaya kualitas ini harus terus dievaluasi dengan cara membandingkan biaya sesungguhnya dan
biaya yang sudah dianggarkan. Perbandingan pada biaya kualitas tetap menggunakan jumlah
nilai biaya absolut yang sebenarnya dibelanjakan dengan biaya yang sudah dianggarkan.

Perbandingan biaya dengan kualitas yang menggunakan persentase penjualan tidak akan
bermanfaat, karena penjualan yang sudah dianggarkan belum tentu sama dengan penjualan yang
sebenarnya. Biaya kualitas variabel barus bisa dibandingkan dengan menggunakan persentase
penjualan, jumlah biaya, atau keduanya.

Anda mungkin juga menyukai