Anda di halaman 1dari 10

A.

Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan


1. Pengertian
Menurut townssed (2009) Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. Ketidakberdayaan sering dipersepsikan secara subyektif dengan
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan dan ketidakmampuan untuk
mengontrol perasaan emosional (Yusuf & Wardani, 2015).
2. Penyebab
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat
keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges,
Townsend, M. (2008) yaitu:
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap terapi.
b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang melemahkan
kondisi.
d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.
3. Patofisiologi
Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami
ketidakberdayaan saat ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari proses
terjadinya berasal dari ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga
menimbulkan stres yang diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan
perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal
menuju hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan, sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana
salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap
status emosional individu terhadap akibat dari pengaktifan system hipotalamus pitutary
adrenal (HPA) dan menyebabkan kerusakan hipotalamus pada membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu,
hambatan emost pada klien dengan ketidakberdayaan kadang berubah menjadi sedih
atau murung, sehingga merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak
pada hormon glucocorticond pada Inpisan luar adrenal sehingga berpengaruh pada
metabolinue glukosa terdapat ketidakseimbangan selain rarigeruan pada struktur otak,
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan
kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang
tersebut (Stuart & Laraia, 2005).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebanyakan individu secara subjektif mengalami perasaan ketidakberdayaan
dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi. Individu sering menunjukkan
respon apatis, marah, atau depresi terhadap kehilangan kontrol. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi
percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika
ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan (Zaini, 2019, pp.
74,75).
Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari
perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat pada
kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk
diberitahukan bahwa orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Kaplan, H.L., 1994
dalam Zaini, 2019, p. 75). Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah
ketidakberdayaan adalah:
a. Faktor Predisposisi
 Faktor Biologis
Faktor biologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan adalah
menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general check up. tanggal terakhir
periksa), adanya riwayat sakit panas lama Saat perkembangan balita sampai
kejang-kejang, atau pernah mengalami riwayat trauma kepala yang
menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal, dan limbik, riwayat menderita
penyakit yang secara progresif menimbulkan ketidakmampuan misalnya: kanker
Terminal atau penyakit fisik yang bersifat kronis lainnya (Audrey Berman, Shirlee
Snyder, 2016 dalam Zaini, 2019, p. 75).
 Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat tinggal,
ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara progresif
menimbulkan ketidakmampuan, kurang puas dengan kehidupannya (tujuan
hidup yang sudah dicapai), merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan
kehidupan yang sekarang, pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga
remaja yang terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi, motivasi
penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama tahap perkembangan
balita hingga remaja, kurang minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas
sehari-hari, pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban, maupun
sebagai saksi, self control: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak berdaya, kepribadian
mudah marah, pasif dan cenderung tertutup (Amenta, 1982 dalam Zaim, 2019.
p. 76).
 Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan masalah ketidakberdayaan
adalah pendidikan rendah, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat
proses penuaan an (misalnya pensiun, defisit memori defisit motorik, status
finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6 bulan). adany norma
individu atau masyarakat yang menghargai kontrol (misalnya control locus
internal) dalam kehidupan sosial, cenderung Ketergantungan dengan orang lain,
tidak mampu berpartisipasi dalam sosial kemasyarakatan secara aktif, enggan
bergaul dan kadang menghindar dari orang lain (Zaini, 2019, p. 76).
b. Faktor Presipitasi
 Biologis
Faktor presipitasi biologis pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah
menderita penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir, menderita penyakit akut yang
menyebabkan ketidakmampuan berkomunikasi, dalam 6 bulan terakhir
mengalami infeksi otak yang menimbulkan kejang atau trauma kepala yang
menimbulkan lesi Pada lobus frontal, temporal, dan limbic, terdapat gangguan
sistem endokrin, penggunaan alkohol, obat-obatan, kafein dan tembakau (Kumar
et al., 2013 dalam Zaini, 2019, p. 76).
 Psikologis
Faktor presipitasi psikologis pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis, tidak dapat
menjalankan pekerjaan atau hobi, perasaan malu dan rendah diri karena
ketidakmampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. konsep diri
gangguan pelaksanaan peran Karena ketidakmampuan melakukan tanggung
jawab peran, kehilangan kemandirian atau perasaan Ketergantungan dengan
orang lain (Zaini, 2019, pp. 76,77)
 Sosial Budaya
Faktor presipitasi sosial budaya pada pasien dengan ketidakberdayaan
adalah kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan,
hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun penyebab yang
lain, kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
(misalnya pensiun defisit memori, defisit motorik, status finansial atau orang
terdekat yang berlangsung dalam 6 bulan terakhir), adanya perubahan dari
status kuratif menjadi status paliatif, efek pembatasan mobilitas, kurang dapat
menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya, dan ketidakmampuan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat (Zaini, 2019, p. 77).

5. Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan yang di alami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
a. Rendah
Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energy, serta lebih
bersikap pasif.
b. Sedang
Marah, ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah, tidak melakukan praktek perawatan diri
ketika di tantang, tidak memantau kemajuan pengobatan. ekspresi ketidakpuasan
terhadap ketidakmampuan melakukan aktifitas sebelumnya, ekspresi ketidakpuasan
terhadap ketidakmampuan melakukan tugas sebelumnya, ekspresi keraguan
tentang performa peran, ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang
perawatan, ekspresi frustasi terhadap ketidakmampuan melakukan tugas
sebelumnya, takut dijauhkan dari pemberi asuhan, rasa bersalah, tidak berpatisipasi
dalam asuhan saat diberi kesempatan, tidak berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan ketika diberi kesempatan, pasien pasif, enggan mengungkapkan
perasaannya yang sebenamya, kebencian.
c. Berat
Apatis, depresi terhadap perburukan fisik yang terjadi dengan mengabaikan
kepatuhan pasien terhadap program pengobatan, menyatakan tidak memiliki
kendali (terhadap perawatan diri, situasi dan hasil) (Zaini, Asuhan Keperawatan Jiwa
Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan Komunitas, 2019)
6. Penatalaksanaan ketidakberdayaan
a. Antidepresan trisiklik (ATS), antidepresan pertama yang sedang diteliti mendalam,
secara konsisten lebih efektif dibandingkan plasebo baik dalam mengurangi
kompleks gejala gangguan depresi.
b. Terapi perilaku, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal secara substansial
7. Pohon masalah

Harga Diri Rendah Efek

Ketidakberdayaan Masalah Utama

Disfungsi proses berduka Cause


Kurangnya umpan balik
Umpan balik negatif yang konsisten

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Informasi Umum
 Inisial klien
 Usia
 Jenis kelamin
 Suku
 Status perkawinan
 Alamat
2) Kondisi/Keluhan Saat Ini
Fisik:
 Tanyakan apa yang menjadi keluhan utama, waktu terjadinya dan
kronologisnya (munculnya diagnosa fisik) serta keluhan fisik yang menyerta
 Hasil pemeriksaan fisik
 Hasil pemeriksaan penunjang
Psikososial:
Bagaimana perasaan klien terhadap sakit yang dialami, bagaimana
hubungan socia) klien sejak mengalami sakit tersebut, apakah karena sakit yang
dialami mengakibatkan perubahan psikologis/ perasan, perubahan tingka
ekonomi/pekerjaan.
Konsep diri:
Apakah penyakit fisik yang dialami mempengaruhi:
 Citra tubuh
 Identitas diri
 Peran
 Ideal diri Harga diri
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Cari riwayat penyakit yang relevan dengan kondisi saat ini seperti:
riwayat tumbuh kembang, riwayat sakit fisik/kronik yang pemah diderita
sebelumnya, riwayat penyakit genetik/turunan, riwayat hospitalisasi, riwayat
cedera/trauma, riwayat pengobatan/pembedahan, terpapar zat kimia/radiasi,
gangguan nutrisi, kebiasaan merokok/alkohol).
4) Penilaian Terhadap Stresor (Masalah)
Bagaimana penilaian klien terhadap kondisinya saat ini (akibat penyakit
fisik/kronis yang dialami), meliputi: apa yang klien pikirkan terhadap kondisi
penyakit fisik saat ini, bagaimana perasaan klien, apakah karena kondisi penyakit
saat ini, mempengaruhi/memperberat kondisi kesehatan fisik klien secara
keseluruhan, apakah karena kondisi penyakit fisik klien saat ini mempengarui
perilaku/kebiasaan klien.
5) Sumber Koping
Uraikan sumber koping yang dimiliki klien seperti kemampuan personal
klien, keyakinan klien terhadap kondisi yang dialami, dukungan sosial dari
keluarga/kelompok teman jika ada, akses terhadap pelayanan kesehatar
terjangkau terdapat kendala.
6) Status Mental
 Penampilan: Tidak rapi/ Penggunaan pakaian tidak sesuai/Cara berpakaian
tidak seperti biasanya
 Pembicaraan: Cepat/Apatis Keras/Lambat/Gagap/Tidak mampu memulai
pembicaraan/Inkoherensi/Kompulsif
 Aktivitas motoric: Lesu/ Tegang Grimasen/Gelisah/Tremor/Agitasi Alam
perasaan: Sedih/Khawatir /Ketakutan Gembira berlebihan Putus asa
7) Hubungan klien dengan kepala keluarga
8) Mekanisme Koping
(Apa yang telah dilakukan klien terkait dengan kondisi/masalahnya)
b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Batasan Karakteristik Factor Yang


Berhubungan
Kelas 2: Respon Koping  Perasaan asing  Disfungsi lingkungan
00125 Ketidakberdayaan  Bergantung pada keperawatan
Defenisi: Pengalaman orang lain  Interaksi lingkungan
hidup kurang  Depresi interpersonal yang
pengendalian terhadap  Ragu tentang tidak memuaskan
situasi, termasuk penampilan peran  Ansietas
persepsi bahwa Tindakan  Frustasi karena  Peran pemberi
seseorang secara ketidakmampuan asuhan
signifikan tidak adan untuk melakukan  Strategi koping tidak
memengaruhi hasil. aktivitas sebelumnya efektif
 Kurang berpartisipasi  Kurang pengetahuan
dalam perawatan untuk mengelola
 Kurang rasa kendali situasi
 Malu  Kurang dukungan
social
 Harga diri rendah
c. Outcome dan Intervensi
Secara umum, tindakan keperawatan bertujuan untuk menunjukkan partisipasi
klien terhadap perawatan kesehatan ditandai dengan kemampuan klien
mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan. ketidakberdayaan,
mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya, menghubungkan tidak
adanya penghalang untuk bertindak, mengungkapkan dengan kata-kata kemampuan
untuk melakukan tindakan yang diperlukan, melaporkan dukungan yang adekuat
dari orang terdekat, termasuk teman dan tetangga. Untuk mencapai tujuan
tersebut, intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada
ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas, hiburan, tanggung jawab
peran, hubungan antar pribadi)
2) Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan tersebut
3) Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas perawatan
4) Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien, berikan waktu
untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan pertanyaan
sehingga tidak terlupakan)
5) Peningkatan harga diri
 Identifikasi kemampuan kendali pasien
 Identifikasi kepercayaan pasien terhadap keputusannya sendiri Identifikasi
harga diri pasien
 Bantu pasien mengeksplorasi pencapaian keberhasilan sebelumnya dan
kehilangan yang dirasakan (misalnya: kemandirian, peran dan penghasilan)
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak dapat ia
kendalikan. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang
berubungan dengan ketidakmampuan sebagai upaya untuk mengatasi
masalah yang tidak terselesaikan dan menerima hal-hal yang tidak dapat
diubah
 Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien untuk menangani
keadaan dan sampaikan perubahan positif dan kemajuan yang dialami pasien
setiap hari
6) Fasilitasi tanggung jawab sendiri
Biarkan pasien mengemban tanggung jawab atas praktik perawatn
dirinya untuk memberikan pilihan kepada pasien akan meningkatkan
perasaannya dalam mengendalikan hidunya, misalnya:
 Pantau tingkat tanggung jawab yang diterima pasien
 Bersama pasien tentukan apakah pasien mempunyai pengetahuan yang
adekuat tentang kondisi perawatan kesehatan
 Dorong pasien mengungkapkan perasaan, persepsi dan ketakutan tentang
rasa tanggung jawab.
 Berikan privasi kepada pasien jika diperlukan
 Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah dibuatnya.
7) Peningkatan keterlibatan keluarga
 Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan anggota keluarga yang akan
terlibat dalam perawatan
 Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan
pasien
 Dorong anggota keluarga dan pasien untuk membantu dalam
mengembangkan rencana perawatan, termasuk hasil yang diharapkan da
pelaksanaan dan rencana perawatan
 Berikan dukungan yang diperlukan bagi keluraga untuk membuat keputusan
d. Evaluasi
Evaluasi pada klien meliputi kemampuan dalam untuk mengidentifikasi factor-
faktor yang dapat berpengaruh pada ketidakberdayaan, peningkatan kemampuan
harga diri klien.

Anda mungkin juga menyukai