Anda di halaman 1dari 11

Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGGUNAKAN PENDEKATAN ILMIAH

Imam Muddin
Universitas Ibrahimy
imambest.85@gmail.com

Abstrak

Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses,


karakteristik pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
ilmiah (scientific approach). Esensi dari pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
kurikulum 2013 meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
mengkomunikasi untuk semua mata pelajaran tak terkecuali Pendidikan
Agama Islam. Bahan ajar salah satu komponen yang penting dalam
memajukan peserta didik dalam belajar, kiranya perlu disusun bahan ajar
atau sumber belajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang mengandung karakteristik dengan pendekatan ilmiah, sehingga
interaksi dapat terjadi dengan baik pada peserta didik, karena inti
pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara peserta didik dan sumber
belajar. Inti dalam pengembangan bahan ajar ini adalah bagaimana
pengembangan bahan ajar dengan pendekatan ilmiah pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan bagaimana hasil pelaksanaan pengembangan
bahan ajar dengan pendekatan ilmiah pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan
hasil uji coba lapangan, bahan ajar ini secara umum sudah baik. Hal ini bisa di
buktikan dengan tanggapan dan penilaian yang telah dilakukan oleh tim ahli
serta dengan menggunakan penghitungan SPSS 16.0 dengan melakukan uji
terhadap rata-rata skor awal (pretes) dan uji akhir (postes) terhadap kelas
control dan kelas eksperimen yang menguatkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar dengan menggunakan bahan ajar melalui
pendekatan ilmiah.

Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar, Scientific approach

Abstract

In Permendikbud No. 65 of 2013 concerning process standards, the


characteristics of learning on curriculum 2013 use a scientific approach. The
essence of the scientific approach curriculum learning includes: observing,
asking, reasoning, trying, and communicating for all subjects, including
Islamic Education. Teaching materials are one of the important components in
advancing students in learning, especially in Islamic Education subjects that
contain characteristics with a scientific approach, so that interactions can
occur well for students, because the core of learning is the occurrence of

168
JPII Volume 3, Nomor 2, April 2019

interactions between students and learning resources. The core of the


development of teaching materials is how to develop teaching materials with
a scientific approach to the subjects of Islamic Education and how the results
of the implementation of teaching materials with a scientific approach to PAI
subjects. Based on the results of field trials, this teaching material general is
good. This can be proven by responses, assessments made by the expert team,
by using SPSS 16.0 calculations by testing the pretest, posttest on the control
class, and the experimental class which confirms that there are differences
significant between learning outcomes using teaching materials through a
scientific approach.

Keyword: development of teaching materials, scientific approach


………………………….……………………………………………………………………………...

Pendahuluan jelas yang dapat memperbaiki mutu


pendidikan untuk masa depan.
Pada Sejarah pertumbuhan Tujuan pendidikan dalam Undang-
masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
perhatian utama untuk memajukan Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1
kehidupan generasi bangsa. Karena dengan menyatakan bahwa pendidikan adalah
melalui pendidikan, manusia menyadari usaha sadar dan terencana untuk
hakikat dan martabatnya di dalam relasinya mewujudkan suasana belajar dan proses
yang tak terpisahkan dengan sesamanya. Itu pembelajaran agar peserta didik secara aktif
berarti, pendidikan sebenarnya mengembangkan potensidirinya untuk
mengarahkan manusia menjadi insan yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
sadar diri terhadap dirinya. Ki Hadjar pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan,
Dewantara memaknai pendidikan sebagai akhlak mulia, serta keterampilan
tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak- yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
anak (Nashir, 2013). Maksudnya menuntun dan Negara.
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- Dari tujuan pendidikan di atas, ada
anak agar mereka dapat mencapai beberapa hal yang harus diperbaiki, salah
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- satunya yaitu tentang mutu pendidikan.
tingginya baik bagi manusia maupun Salah satu permasalahan pendidikan yang
anggota masyarakat. Pada intinya dihadapi bangsa Indonesia adalah
pendidikan selalu menjadi kebutuhan setiap rendahnya mutu pendidikan. Pemerintah
individu. telah berupaya untuk mengatasi masalah
Kebutuhan akan pendidikan menjadi tersebut, mulai dngan penataan kurikulum,
kebutuhan utama dalam kehidupan peningkatan kompetensi pendidik,
seseorang, hal ini disebabkan karena tingkat penambahan sarana dan prasarana serta
pendidikan dapat menunjukkan kualitas peningkatan menajemen mutu dan
sumber daya yang dimiliki oleh bangsa. pengelolaan. Namun hasilnya masih belum
Dewasa ini, pendidikan telah mengalami memenuhi harapan, untuk itu perlu terus
perkembangan yang semakin pesat, hal ini dicari solusi untuk mengatasi hal tersebut,
mengakibatkan adanya persaingan yang paling tidak ditingkat sekolah atau kelas
sangat ketat di dunia pendidikan, karena itu karena permasalahan tiap-tiap daerah
pendidikan harus mempunyai tujuan yang berbeda tergantung dari karakteristik dan
kemampuan masing-masing.

169
Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

Setidaknya ada beberapa agenda dan sekarang telah diberlakukan sejumlah


kebijakan yang perlu digariskan dalam kurikulum. misalnya, pada masa penjajahan
kerangka peningkatan mutu, sudarwan jepang telah diberlakukan kurikulum jepang
damin mengemukakan bahwa peningkatan (1942-1945). Kurikulum tersebut
mutu yang pertama, pendekatan anak dikembangkan oleh pemerintah penjajah
sebagai pusat (the child-centred approach). dengan tujuan pendidikan yang memenuhi
kedua, pembentukan asosiasi guru untuk kebutuhan. setelah Indonesia merdeka,
peningkatan mutu pendidikan, ketiga, pemerintah Indonesia mengembangkan
pembentukan jaringan kualitas pendidikan sistem pendidikan nasionalnya sendiri
(the quality education network), keempat, dengan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
pembentukan koalisi sekolah-sekolah nasional. kurikulum pertama yang
esensial (Danim, 2003: 83). diberlakukan adalah kurikulum 1947,
Hobri mengatakan dalam bukunya kurikulum 1952, kurikulum 1968, kurikulum
maksud dari student oriented adalah siswa 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
dan aktivitas belajarnya ditempatkan pada kurikulum KBK, KTSP. (Direktorat
posisi tertinggi sebagai hal utama yang Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,
harus di fasilitasi, diskenario dan dilakukan 2010: 3). hingga kurikulum 2013.
guru. konsekuensinya, guru lebih banyak
menjadi fasilitator dan mediator (Hobri, Muhammad Nuh mengatakan
2009). Jika pembelajaran yang berorientasi “Perubahan kurikulum bukan sekedar
pada guru (teacher oriented) selalu untuk memenuhi tuntutan administratif”
menempatkan siswa pada obyek yang atau sering terdengar suara sumbang bahwa
kurang menguntungkan, siswa hanya ganti menteri ganti kurikulum; ganti menteri
mendengar dan menyimak secara seksama ganti kebijakan. Bukan berarti dengan
penjelasan guru dan untuk melanjutkan digantinya kurikulum lama dengan yang
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baru adalah sebuah produk “kurikulum
guru. gagal” namun sebuah penyempurnaan
Kurikulum salah satu komponen tindak lanjut dari kurikulum lama.
yang selalu dilakukan perubahan dengan Semenjak diberlakukannya
berbagai inovasi, karena kurikulum kurikulum 2013, hampir dari seluruh
merupakan ruh yang bertugas untuk komponen pendidikan mengalami
menjalankan mekanisme pendidikan di tiap- perubahan, salah satunya pada bagian
tiap lembaga. Kurikulum mempunyai pembelajaran. dalam permendikbud nomor
kedudukan yang sentral dalam seluruh 65 tahun 2013 tentang standar proses,
kegiatan pendidikan. Karena kegiatan karakteristik pembelajaran pada kurikulum
pendidikan akan bermuara pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah
itu (Gunawan, 2013). Dari perubahan (scientific). esensi dari pendekatan ilmiah
kurikulum inilah yang kemudian mengubah dalam pembelajaran kurikulum 2013
semua karakter sekolah yang secara meliputi: mengamati, menanya, menalar,
otomatis mengubah karakter peserta didik mencoba dan membentuk jejaring untuk
dan tenaga pendidik. semua mata pelajaran.
Secara umum pendekatan belajar
Indonesia juga salah satu negara yang dipilih berbasis pada teori
yang selalu mengalami perubahan tentangtaksonomi tujuan pendidikan yang
kurikulum. dari sejarah perkembangan dalam lima dasawarsa terakhir yang
pendidikan di Indonesia sejak masa secaraumum sudah dikenal luas.
penjajahan belanda dan jepang hingga Berdasarkan teori taksonomi tersebut

170
JPII Volume 3, Nomor 2, April 2019

capaianpembelajaran dapat dikelompokkan Contoh yang paling urgen pada


dalam tiga ranah yakni: ranah pelajaran 1 dibuku Pendidikan Agama Islam
kognitif,affektif dan psikomotor. Penerapan dan Budi Pekerti untuk sekolah menengah
teori taksonomi dalam tujuan pendidikandi pertama, pada topik dengan ilmu
berbagai negara dilakukan secara adaptif pengetahuan semua menjadi mudah, dalam
sesuai dengan kebutuhannyamasing- buku ajar siswa diminta untuk
masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun merenungkan, namun perenungan yang ada
2003 tentang SistemPendidikan Nasional di buku ajar terlalu singkat sehingga siswa
telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk kurang tertarik untuk merenunginya. Begitu
rumusansikap, pengetahuan, dan pula pada bagian-bagian selanjutnya
keterampilan. substansi tentang tema tersebut tidak ada
Proses pembelajaran sepenuhnya dalam buku ajar (Kemendikbud, 2013: 51).
diarahkan pada pengembangan ketiga ranah Dari beberapa temuan yang
tersebut secara utuh/holistik, artinya ditemukan dalam buku ajar Pendidikan
pengembangan ranah yang satu tidak bisa Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan sekolah menengah pertama, maka
demikian proses pembelajaran secara utuh diasumsikan bahwa pengembangan
melahirkan kualitas pribadi yang terhadap buku ajar pembelajaran
mencerminkan keutuhanpenguasaan sikap, pendidikan agama Islam tidak
pengetahuan, dan keterampilan. mengakomodasi pendekatan scientific yang
Zainal Aqib mengatakan bahwa terdiri dari mengamati, menanya, menalar,
hakikat pembelajaran meliputi beberapa mencoba, membentuk jejaring untuk semua
unsur : yaitu motivasi belajar, sumber bahan mata pelajaran. pada buku ajar yang
ajar, alat bantu belajar, suasana belajar dan diterbitkan oleh kementerian pendidikan
subyek yang belajar (Aqib, 2002). Sumber masih banyak kelemahan, terutama dalam
bahan ajar salah satu komponen yang pengorganisasian isi, rancangan yang
penting dalam memajukan peserta didik, kurang sesuai dengan prinsip-prinsip
Dari apa yang disampaikan oeh Zainal Aqib pembelajaran, pembahasan yang rumit dan
tersebut dalam belajar, kiranya perlu sulit dipahami, kurang menantang, serta
disusun bahan ajar atau sumber belajar yang kurang memberikan daya pikat bagi siswa,
mengandung karakteristik tersebut sehingga sehingga memungkinkan siswa mengalami
interaksi dapat terjadi dengan baik pada kesulitan dalam memahami dan sulit bagi
peserta didik karena inti pembelajaran guru untuk menerapkan pembelajaran
adalah terjadinya interaksi antara peserta dengan melalui pendekatan ilmiah
didik dan sumber belajar. (scientific).
Dari beberapa temuan yang
ditemukan dalam buku ajar Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Metode Penelitian
sekolah menengah pertama, ditemukan
bahwa buku ajar yang digunakan belum Dalam pendekatan penelitian ini,
menunjukkan adanya pendekatan scientific peneliti akan memaparkan tiga komponen
approach dengan indikasi bahwa kurang yang berhubungan dengan penelitian ini.
memenuhi unsur-unsur yang terdapat Pertama, pandangan filosofis yang
dalam tujuan kurikulum 2013 baik dari segi melandasi penelitian. Kedua, rancangan
isi yang terlihat hanya sebagian yang penelitian. Ketiga, metodologi penelitian.
menuju keranah ilmiah. Metodologi penelitian yang digunakan
oleh peneliti yaitu metodologi penelitian

171
Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

Research & Development. Menurut Pertama, kemampuan


Sugiyono, research & Development dalam mengembangkan bahan ajar, Pada
pendidikan adalah metode penelitian yang kurikulum 2013 saat ini, seorang guru
digunakan untuk menghasilkan produk dituntut untuk mempunyai kemampuan
tertentu, dan menguji keefektifan produk mengembangkan bahan ajar sendiri.
tersebut (Sugiyono, 2013: 407). Pengertian Meskipun para guru telah diberikan buku
tersebut berbeda dengan pendapatnya Nusa ajar dari pusat, namun tetap saja seorang
putra yang mengatakan bahwa, R&D di guru harus bisa membuat bahan ajar sendiri
definisikan sebagai metode penelitian secara yang sesuai dengan kondisi sekolah yang
sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan bersangkutan. Lebih-lebih pada tataran
untuk mencaritemukan, merumuskan, realitas.
memperbaiki, mengembangkan, Dari poin pertama dimana guru
menghasilkan, menguji keefektifan produk, dituntut untuk mampu mengembangkan
model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur bahan ajar yang sesuai dengan Kurikulum
tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, 2013 yang lebih menekankan pada dimensi
efisien, produktif, dan bermakna (Putra, pedagogik modern dalam pembelajaran,
2011) menurut Borg & Gall, pada saat ini yaitu menggunakan pendekatan ilmiah yang
penelitian dengan menggunakan Research & dikenal dengan scientific approach, yang mana
Development merupakan model penelitian pendekatan tersebut merupakan sumbu
yang banyak digunakan untuk utama dalam mengembangkan sikap,
pengembangan pendidikan (Borg & Gall, pengetahuan, dan keterampilan. tentunya
2013). berbeda dalam segi pengertian tapi hal itu harus benar-benar dirancang untuk
esensinya sama, yaitu menciptakan sebuah memperoleh hasil yang maksimal.
produk. Apabila bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum mengalami
Langkah-langkah penelitian dan masalah, maka membuat bahan ajar
pengembangan dapat ditunjukkan pada alternatif adalah keputusan yang sangat
gambar berikut bijak. Apalagi saat ini, kemajuan iptek
sangat massif. Hal ini tentu menjadi faktor
Potensi dan Pengumpu- Desain
Masalah lan Data Produk pendukung bagi guru untuk menyusun
bahan ajar yang baik,
Kedua, yaitu analisis karakteristik
Uji Coba Revisi Validasi
Produk Desain Desain peserta didik. Seperti layaknya guru yang
akan mengajar, guru harus mengenali
Revisi Uji Coba Revisi karakteristik peserta didik yang akan
Produk Pemakaian Produk menggunakan bahan ajar. Hal ini penting
karena semua proses pembelajaran harus
disesuaikan dengan karakteristik peserta
Proses Pengembangan bahan ajar didik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dengan Pendekatan Ilmiah (Scientific untuk mengetahui karakteristik peserta didk
approach). antara lain: kemampuan akademik individu,
Pada proses pengembangan bahan karakteristik fisik, kemampuan kerja
ajar dengan pendekatan ilmiah (Scientific kelompok, motivasi belajar, latar belakang
approach), ada beberapa hal yang harus ekonomi dan sosial serta pengalaman belajar
diperhatikan dan dianalisa bagi seorang sebelumnya.
pendidik untuk menerapkan kurikulum Dalam penyusunan bahan ajar ini,
2013. peneliti benar-benar memperhatikan

172
JPII Volume 3, Nomor 2, April 2019

karakteristik sasaran. Hal ini disebabkan Persoalan mendasarkan yang tengah


bahan ajar yang dikembangkan oleh orang dihadapi dalam proses validasi ini adalah
lain sering kali tidak cocok untuk siswa kita, ahli yang dilibatkan dalam melakukan
karena pola pembelajaran yang didesain penilaian berkisar dua ahli. Yaitu materi dan
dalam bahan ajar tersebut masih kurang ahli bahasa, dan penilaian dari kedua ahli ini
tepat. sudah bisa menjamin bahwa pengembangan
Untuk itu, bahan ajar yang bahan ajar yang dibuat akan benar-benar
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan lebih efektif dan bisa memecahkan persolan
dengan karakteristik sasaran. Selain yang dihadapi. Hasil penilaian yang telah
lingkungan sosial, budaya, dan geografis, dilakukan oleh ahli tersebut kemudian
karakteristik sasaran juga mencakup diperbaiki sehingga tingkat kesalahan dan
tahapan perkembangan siswa, kemampuan kekurangan bisa diminimalisir.
awal siswa, minat, latar belakang keluarga, Kemudian sesudah dilaksanakan
dan lain-lain. validasi oleh tim ahli, produk siap untuk
Atas pertimbangan dari kedua poin diujicoba lapangan. Didalam uji coba
diatas, peneliti kemudian melakukan lapangan ini Kelayakan bahan ajar akan
pengembangan bahan ajar dengan benar-benar teruji. Sebagaimana telah
pendekatan ilmiah (scientific approach). dijelaskan di depan bahwa uji coba lapangan
Karena pembelajaran dengan menggunakan hanya terbatas di kelas VII A dan VII B saja.
pendekatan ilmiah, peserta didik akan Bisa dikatakan uji coba ini terbatas pada
terbantu dalam mengembangkan kelompok kecil saja, tidak ada uji coba
pemahaman dan sikap sesuai sesuai dengan kelompok besar dengan melibatkan sekolah
kehidupannya karakteristiknya masing- lain. Namun setidaknya, uji coba kelas
masing terbatas ini sudah bisa menjamin kualitas
Sesudah peneliti tentukan bahan ajar ini sudah sangat baik.
pendekatan ilmiah yang sesuai dengan Hal ini berdasarkan pada hasil uji
harapan kurikulum 2013 dalam membuat efektifitas model yang diujikan pada 40
bahan ajar, maka hal yang tak kalah sampel siswa dengan dibagi pada 20 siswa
pentingnya yaitu konten dari bahan ajar. sebagai kelompok control dan 20 siswa
Konten yang ada pada bahan ajar yang sebagai kelompok eksperimen diperoleh
peneliti buat mempunyai beberapa strategi bahwa pembelajaran dengan menggunakan
dan acuan diantaranya peta konsep antar pendekatan ilmiah (scientific approach) yang
bab dan kompetensi dasar serta target yang diterapkan pada kelompok eksperimen
harus dicapai setelah mempelajari bab memberikan pengaruh yang berarti untuk
tersebut. Hal ini bertujuan agar target yang meningkatkan kemampuan pemahaman
harus dicapai oleh peserta didik harus dalam PAI dari pada kelompok kontrol.
benar-benar dicapai. Menurut hemat peneliti, Bahan ajar
Dari penjelasan singkat tentang dengan Pendekatan ilmiah (scientific
konten diatas, langkah selanjutnya tentang approach) yang peneliti buat secara signifikan
Validasi desain, dalam hal ini yaitu pada lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
pembelajaran dengan pendekata ilmiah. siswa dalam pelajaran PAI khususnya pada
Pada tahap validasi ini, validasi dilakukan kelas VII A SMP Negeri 2 Asembagus
dengan menghadirkan beberapa ahli untuk dibandingkan dengan buku yang diterbitkan
memberikan penilaian, penilaian ahli oleh Kemendikbud.
dilakukan dengan mengisi instrumen Dengan demikian, salah satu
penilaian yang telah peneliti sediakan. keterbatasan dari bahan ajar ini adalah
hanya diperuntukkan untuk siswa kelas VII

173
Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

SMP ataupun sekolah yang memiliki ciri Dukungan dari Guru PAI
khas yang sepedan. Oleh sebab itu,
penggunaan bahan ajar ini untuk keperluan Dukungan dari guru PAI di SMP
lain perlu pengkajian lebih lanjut dan Negeri 2 Asembagus sangat dirasakan oleh
penyesuaian dengan kondisi setempat. peneliti dalam membuat produk bahan ajarn
PAI dengan pendekatan ilmiah (scientific
approach), karena guru yang bersangkutan
dapat memberikan masukan tentang
Buku PAI Terbitan Kemendikbud sebagai bagaimana menyusun bahan ajar PAI
faktor Pendukung Pengembangan dengan benar.
Bahan Ajar Disamping itu, dukungan dari guru
PAI terhadap peneliti selalu memberikan
Faktor pendukung pertama yang pemahaman untuk mengetahui karakteristik
peneliti peroleh yaitu adanya buku PAI yang dari tiap-tiap peserta didik yang ada di
diterbitkan oleh Kemendikbud, dari buku instansi tersebut.
PAI inilah peneliti memperoleh data yang
dapat menghubungkan isi buku PAI yang
diterbitkan oleh Kemendikbud dengan Tidak adanya IN (Instruktur Nasional)
konten bahan ajar yang telah peneliti buat. Pada Mata Pelajaran PAI di
Disamping itu, Untuk meningkatkan Kabupaten Situbondo
mutu bahan ajar yang telah peneliti buat,
buku ajar PAI yang dikeluarkan oleh Faktor penghambat pertama yang
Kemendikbud dapat dijadikan sarana untuk dirasakan oleh peneliti yaitu, belum adanya
menganalisa apakah konten yang ada Instruktur Nasional (IN) pada mata
didalamnya cocok dengan kurikulum 2013 pelajaran Pendidikan Agama Islam di
apa tidak, sehingga perlu ada perbaikan- Kabupaten Situbondo, hal ini menjadi
perbaikan yang harus dievaluasi kesulitan tersendiri bagi peneliti untuk
dikemudian hari. mencari informasi secara detail baik tentang
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
maupun tentang pengembangan bahan ajar
Keikutsertaan Peneliti dalam Mengikuti PAI yang relevan dengan kurikulum 2013.
Workshop Kurikulum 2013 Salah satu poin yang terpenting
tentang belum adanya IN bagi mata
Pengalaman peneliti dalam pelajaran PAI, peneliti mengalami kesulitan
mengikuti workshop kurikulum 2013 untuk memvalidasi konten/isi bahan ajar.
mempunyai nilai tersendiri dalam membuat Apakah produk bahan ajar yang peneliti
bahan ajar PAI dengan pendekatan ilmiah buat sesuai dengan kurikulum 2013 apakah
(scientific approach). Karena Salah satu harus ada perbaikan.
manfaat mengikuti workshop kurikulum
2013, peneliti Memiliki pemahaman yang
mendalam tentang Kurikulum 2013 Kreativitas dan keterampilan bagi Peneliti
(filosofi, rasional, elemen perubahan, dalam Mengembangkan Bahan Ajar PAI
strategi implementasi, Kompetensi Inti (KI),
dan Kompetensi Dasar (KD), serta memiliki Kreativitas dan keterampilan dalam
keterampilan dalam menyusun bahan ajar membuat bahan ajar khususnya pada mata
yang benar yang sesuai dengan kurikulum pelajaran PAI sangat diperlukan, karena hal
2013

174
JPII Volume 3, Nomor 2, April 2019

ini berhubungan dengan keefektifan peserta ada beberapa faktor pendukung dan
didik dalam memahami sebuah konten. penghambatnya.
Dari bahan ajar yang telah peneliti
buat, kreativitas dan keterampilan dari segi
desain masih kurang menarik sehingga Faktor Pendukung
menurut hemat peneliti, guru/tenaga
pendidik harus ekstra keras dalam Kepala sekolah dan dewan guru
memberikan pemahaman terhadap bab yang mendukung penuh terhadap pengembangan
dipelajari. bahan ajar PAI ini dengan pendekatan
ilmiah. Mereka berasumsi bahwa
pengembangan bahan ajar PAI yang berbasis
Minimnya Penguasaan IT (informasi pendekatan ilmiah ini dapat mewarnai dan
teknologi) bagi Guru Pendidikan memudahkan peserta didik dalam
Agama Islam memahami pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Faktor yang ketiga, kebanyakan dari Guru Pendidikan Agama Islam
guru PAI sangat minim dalam menguasai khususnya di instansi yang dijadikan objek
IT/komputer, hal ini menjadi kesulitan bagi penelitian sangat membantu peneliti saat
peneliti untuk meminta data yang berkaitan mengimplementasikan bahan ajar PAI,
tentang pengalaman yang telah ditempuh karena guru PAI tersebut telah memberikan
dalam mengikuti beberapa kegiatan yang pengetahuannya tentang karakteristik
berhubungan dengan kurikulum 2013, peserta didik dan memudahkan bagi peneliti
sekaligus sebagai sharing idea untuk untuk menyiapkan bahan yang cocok dalam
menyamakan persepsi tentang pengalaman pembuatan bahan ajar PAI dengan
mengikuti kegiatan kurikulum 2013. pendekatan ilmiah ini.
Antusias siswa dalam menerima
pembelajaran PAI juga menjadi faktor
Keterbatasan Waktu pendukung dalam mengimplementasikan
bahan ajar PAI. Karena salah satu kriteria
Keterbatasan waktu juga bahan ajar yang berkualitas adalah respon
mempengaruhi dalam pembuatan bahan dari siswa itu sendiri dalam menerima
ajar PAI ini, karena waktu yang digunakan bahan ajar. Jika respon siswa khususnya saat
untuk pembuatan bahan ajar PAI ini hanya pembelajaran berlangsung sangat aktif,
beberepa bulan saja. Idealnya menurut maka bahan ajar yang disajikan sudah
sugiyono waktu yang ditempuh dalam masuk dalam katagori baik.
penelitian R&D sekaligus pembuatan bahan
ajar minimal lebih dari satu tahun.
Setidaknya kesulitan-kesulitan yang Faktor Penghambat
mungkin dihadapi peneliti saat melakukan
penelitian sudah harus diperhitungkan Sebagian siswa masih canggung saat
sebelum merencanakan penelitian, salah diawasi dengan dua orang guru (peneliti
satunya tentang keterbatasan waktu. Karena dan guru bidang studi). Hal ini dapat
efeknya mengarah pada kualitas bahan ajar berakibat pada ketidakberanian bertanya
yang telah dibuat. Dalam ataupun berpendapat pada pokok persoalan
mengimplemetasikan bahan ajar PAI dengan yang dianggap rumit, hal ini yang sering
pendekatan ilmiah (scientific approach) tentu dijumpai dalam uji coba

175
Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

mengimplementasikan bahan ajar yang yang meliputi; kometensi inti,


baru. kompetensi dasar dan indikator
Kurangnya biaya dalam 3. Terdapat Pretest pada awal penyajian,
memperbanyak buku, persoalan ini juga hal ini berfungsi untuk meningkatkan
menjadi catatan bagi peneliti sendiri, karena daya nalar siswa pada bidang kognitif
biaya yang digunakan dalam penelitian ini 4. Bahan renungan yang berupa
sangat sedikit, sehingga buku bahan ajar dongeng/cerita pendek yang
yang diberikan kepada siswa tidak berhubungan dengan judul tersebut.
menyeluruh, dibagi menjadi dua siswa satu Hal ini berfungsi untuk menambah daya
buku tarik siswa untuk lebih gemar membaca
dan sebagai stimulus/rangsangan bagi
peserta didik untuk meneruskan isi
Kekuatan dan Kelemahan Buku konten dari bahan ajar tersebut.
Ajar Hasil Pengembangan 5. Isi/Konten judul dengan bahasa yang
komunikatif
Setelah peneliti menjelaskan tentang 6. Pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an
faktor pendukung dan penghambat dalam yang berhubungan dengan judul
mengimplementasikan bahan ajar PAI tersebut
dengan pendekatan ilmiah, penjelasan 7. Dilengkapi dengan video/CD
selanjunya yaitu pada kekuatan dan pembelajaran yang berkaitan dengan
kelemahan bahan ajar hasil pengembangan. bab yang dipelajari
8. Kegiatan Scientific approach secara
menyeluru yang meliputi; mengamati,
Kelebihan Bahan Ajar Hasil Pengembangan menanya, menalar, mencoba, dan
mengkomunikasikan
Esensi dari bahan ajar hasil 9. Dilengkapi dengan kumpulan soal
pengembangan ini tetap melestasikan buku kognitif, afektif dan psikomotorik
PAI kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh 10. Kolom nilai yang diisi oleh guru mata
Kemendikbud. Bahan ajar hasil pelajaran
pengembangan ini tetap mengacu pada 11. Kata motivasi untuk memberikan
aturan kurikulum 2013. Dengan langkah semangat kepada peserta didik
pendekatan ilmiah (Scientific approach) dapat 12. Kemasan, Bagamaimanapun juga,
memudahkan guru dalam kemasan yang menarik merupakan daya
mengimplementasikan pembelajaran tarik pertama sebelum melihat isi buku.
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Pertama, dimensi buku yang
Agama Islam. Dapat memudahkan guru memudahkan siswa membawanya.
untuk membuat RPP. Konten penyajiannya Kedua, cover dan jilidan yang cukup
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: kuat sehingga memungkinkan awet dan
1. Bahan ajar tertulis biasanya tahan lama. Dari segi kemasan, desain
menampilkan daftar isi, sehingga dari bahan ajar PAI ini full color hal ini
memudahkan siswa untuk melihat bertujuan sebagai daya tarik bagi
bagian mana yang akan dipelajari. peserda didik itu sendiri
2. Susunan tampilan yang menyangkut: Sedangkan kelemahan bahan Ajar
urutan yang mudah dipahami, terdapat Hasil Pengembangan
daftar isi, Peta Konsep, judul singkat 1. Bahan ajar hasil pengembangan ini
dengan kalimat yang sangat hanya terfokus pada buku siswa saja
komunikatif, dan tujuan pembelajaran 2. Hanya terbatas pada semester ganjil

176
JPII Volume 3, Nomor 2, April 2019

3. Tidak dilengkapi dengan alokasi waktu Daftar Pustaka


dan kegiatan pembelajaran secara detail
4. Tidak dilengkapi dengan uraian metode Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru dalam
yang cocok dalam mengaplikasikan Pembelajaran. Surabaya: Insan
pembelajaran. Cendekia.
Borg & Gall. (2013). Educational Research
(Newyork:Logman, 1979) dikutip
Kesimpulan Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan,
cet.I. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Berdasarkan proses pengembangan Danim, S. (2003). Agenda Pembaruan Sistem
dan hasil uji coba terhadap pengembangan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
bahan ajar dengan Menggunakan Pelajar.
Pendekatan ilmiah (Scientific approach) Diklat. (2013). Guru dalam rangka
kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran implementasi kurikulum 2013.
Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Konsep pendekatan Scientific. Mata
Negeri 2 Asembagus, sebagai berikut: Diklat: Analisis Materi Ajar.
1. Pelaksanaan pengembangan bahan ajar Diknas. (2004). Pedoman Umum Pemilihan
dengan Menggunakan Pendekatan dan Pemanfaatan Bahan Ajar. Jakarta:
ilmiah (scientific approach) kurikulum Ditjen Dikdasmenum.
2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Agama Islam Kelas VII SMP Negeri 2 Pertama. Sejarah Perkembangan
Asembagus dikembangkan dengan Kurikulum. Jakarta : cet. ke-2. 2010
mengikuti tahap-tahap pengembangan Gunawan, H. (2013). Kurikulum dan
bahan ajar yang meliputi; analisis, Pembelajaran Pendidikan Islam.
rancangan, pengembangan dan evaluasi Bandung: Alfabeta.
yang disesuaikan dengan tuntutan Hobri. (2009). Model-model Pembelajaran
kurikulum 2013 dan situasi sekolah Inovatif (bahan bacaan untuk guru).
melalui pedekatan ilmiah; mengamati, Jember: Center For Society Studies.
menanya, menalar, mencoba dan Kemendikbud. Pendidikan Agama Islam
mengkomunikasikan. Hasil dan Budi Pekerti, Sekolah Menengah
pengembangan ini dapat dijadikan Pertama Kelas VII, Jakarta:
acuan dan rujukan dalam proses Kemendikbud. 2013
pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan,
kelas VII SMP Negeri 2 Asembagus pada Konsep Pendekatan Scientific. Badan
semester satu khususnya dan sekolah Pengembangan Sumber Daya
SMP lainya yang memiliki karakteristik Manusia Pendidikan Dan
yang sama pada umumnya. Kebudayaan Dan Penjaminan Mutu
2. Secara statistik dan naratif, hasil uji coba Pendidikan, PPT-2.1.
lapangan bahan ajar ini memiliki tingkat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
keefektifan dalam proses belajar 2013. Buku Kurikulum 2013:
mengajar khususnya pada mata Kompetensi Dasar Sekolah
pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
kelas VII SMP Negeri 2 Asembagus. Tsanawiyah (MTs),
Muqosim (Pengawas Pendidikan Kab.
Situbondo) Pengembangan perangkat
pembelajaran kurikulum 2013.

177
Imam Muddin – Bahan Ajar PAI

Sosialisasi kurikulum 2013. tgl 14 Juli


2013 di SMPN 1 Asembagus
Nashir, H. (2003). Pendidikan Karakater
Berbasis Agama dan Budaya.
Yogyakarta: Multi Presindo.
Putra, N. (2011). Research dan Development
(penelitian dan pengembangan). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikana nasional. Pasal 1 Poin
(1)
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

178

Anda mungkin juga menyukai