Tersandar raga yang tengah merintih dalam diam Tak lain tak bukan ialah ragaku, jasad dari sukmaku Memandangi rinai-rinai yang membasahi rerumputan
Gamang batinku, berusaha mencari jalan keluar
Sayup-sayup suara hujan itu mengundang nanar Bagaimana tidak, aku merasa alam begitu kasar Terhadap manusia malang yang terlampau tegar
Kapan kemarau akan tiba? Sejenak terlintas di pikiranku
Sebab aku tak kuasa lagi, menahan tetes-tetes air hujan itu Yang membasahi sudut-sudut ruangan dari anyaman bambu Derainya membanjiri lantai kamarku yang berwujud debu
Lantas ku paksakan kaki-kaki ini untuk berdiri kembali
Berjalan dan menapaki duri kehidupan lebih lama lagi Merasakan dan menikmati perihnya langkah demi langkah Agar ingat bahwa untuk pulang, aku masih punya rumah
Ucap rasa syukur itu terungkap dari senyuman air mata
Yang masih senantiasa berharap agar sang kemarau tiba Mengabulkan doa-doaku selama ini, menghapuskan duka Bersama-Nya akan ku hentikan hujan yang tak kunjung reda