Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
II.B
FAKULTAS FARMASI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kosmetologi dengan tepat waktu.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi.
Atas bantuan dari bergabai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini
kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT,
2. Dosen mata Kuliah Kosmetologi,
3. Dosen Pembimbing, dan
4. Kedua Orangtua.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Kosmetologi ini dapat berguna
bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah wanita dan kecantikan merupakan dua hal yang tidak dapat di
pisahkan karena wanita sesuai dengan kodratnya selalu ingin menjaga kecantikan
dan keindahan dirinya. Sehingga dalam penampilannya selalu terlihat menarik.
Kosmetik dikenal manusia berabad-abad yang lalu.
Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia
kosmetik dan kosmetologi. Istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kelompok
profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik itu sendiri menjadi begitu
luas dan tidak jelas. Istilah kosmetologi sudah digunakan sejak tahun 1940 di
Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah itu tidak sama artinya bagi profesi yang
menggunakannya.
1
apa yang dimaksud dengan kosmetik, bentuk-bentuk dari kosmetik serta peran
dari kosmetik itu sendiri.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan
zat pewangi sangat besar.
Krim ini menggunakan sabun stearat yang terdiri dari asam stearat dan alkali
sebagai bahan pengemulsi. Alkali yang terbaik adalah tri etanol amin karena
pengerjaannya mudah campur dengan bahan lain dan mempunyai efek sebagai
emolien.
4
KOH, untuk pengganti asam stearat sebagai penambah kelembutan
sediaan.
Parafin cair, untuk menambah daya lekat terhadap bedak.
Iso propil stearat, untuk menambah rasa lembut dan daya lekat bedak.
b. Sediaan Alas Rias Dekoratif
Sediaan alat rias dekoratif adalah perpaduan antara sediaan alas rias bening
dengan bedak.
2. Bedak
5
Bebas partikel keras dan tajam,
Tidak mudah menggumpal,
Tidak mengiritasi kulit, dan
Memenuhi derajat halus tertentu.
Keterangan :
6
MgCO3 : dapat mengabsorsi pewangi, dapat mendistribusi pewangi,
dalam jumlah banyak menyebabkan kulit menjadi kering.
2. Bahan pengkilat, gunanya untuk memberi efek mengkilat bagi atau pada
pemakaiannya.
Contohnya :
7
Formula bedak tabur
Karena kulit ada 3 macam yaitu normal ,atau sedikit berminyak, kering dan
berminyak. Maka bedak juga dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kekuatan
menutupinya :
8
Bahan – bahan pada bedak padat, yaitu :
1. Bahan dasar, sama dengan bahan bedak tabur tetapi harus dapat atau
mempunyai daya / kemampuan mengikat.
2. Bahan pengikat, ada 5 jenis yaitu :
Pengikat kering : Mg Stearat, Zn Stearat
Pengikat minyak : Iso propil miristat, derivat
lanolin
Pengikat yang larut dalam air : PVP, CMC, Tragakan
Pengikat yang tak bercampur dengan air : minyak mineral,derivat
lanolin
Pengikat emulsi : TEA, emulgato non ionik,
gliserol mono stearat. Pemakaian minyak dalam bentuk emulsi dapat
mencegah bergumpalnya sediaan. Pengikat minyak dengan konsentrasi 3
%. Pengikat emulsi dengan konsentrasi 10 %.
9
3. Cat Pipi
Cat pipi (blush on) adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tatarias wajah (Depkes RI, 1985). Cat pipi dibuat dalam berbagai warna ,
dari merah jambu pucat sampai merah biru tua. Cat pipi konvensional lazim
mengandung pigmen merah atau kecoklatan dengan kadar tinggi. Cat pipi
mengandung pigmen dengan kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna
atau pencampur untuk memperoleh efek yg menyolok.
Pigmen yang digunakan harus tahan terhadap air, minyak, alkohol dan
parfum.Cat pipi dapat dipakai langsung pada kulit pipi atau lebih baik sesudah
memakai alas rias, sebelum atau sesudah pakai bedak. Di pasaran cat pipi disebut
Rouge atau blush on. Bentuk sediaan adalah bubuk tabur/kompak, gel, krim,
larutan.
10
pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan
secara IV didapatkan LD50 89,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya
pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran
organnya (Merck Index, 2006).
4. Cat bibir
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan
dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil
warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga
lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan
hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan
lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak.
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir,
11
bervariasi antara 36-38ºC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan
terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu
lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu
lebih kurang 62ºC, atau bisanya berkisar antara 55º-75ºC.
12
juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.
c. Lemak, yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang
berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang
lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek
berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses
pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak
dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat
yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin,
lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.
d. Zat warna, dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing-
masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan.
e. Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula
lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak
toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan
bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan
yaitu :
Antioksidan, digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak
jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan
vitamin E adalah antioksidan yang paling sering digunakan
(Poucher, 2000). Antioksidan yang digunakan harus memenuhi
13
syarat (Wasitaatmadja, 1997) yaitu tidak berbau agar tidak
mengganggu wangi parfum dalam kosmetika, tidak berwarna, tidak
toksik dan tidak berubah meski disimpan lama.
Pengawet, perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan
lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung
air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir
kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga
terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet yang sering
digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben.
Parfum, digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan,
menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat
menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan
penggunaan lipstik.
a. Dermatitis
Kontak alergi atau iritan, biasanya akibat kontak antara kulit dengan bahan
kosmetik yang bersifat alergik atau iritan, misal parafenilendiamin pada cat
14
rambut, natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokinon pada
pemutih kulit.
b. Akne kosmetik
Terjadi akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat
aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat, petrolatum pada minyak rambut
atau maskara, alkohol laurat pada pelembab.
c. Fotosensitivitas
Terjadi akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam
kosmetik, misal parafenilendiamin pada cat rambut, klormerkapto dikarboksimid
dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta karoten,
sinamat atau sinoksat pada tabir surya.
Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan
baru diperkirakan akan terjadi, misal purpura akibat parafenilendiamine,
dermatitis folikular akibat adanya unsur nikel, kobal dan lainnya, granuloma
akibat garam zirkonium dalam deodoran dan merkuri dalam pemutih kulit.
Kosmetik mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau sediaan
lain yang pemakaiannya dekat mata, misalnya sediaan rambut atau rias wajah
dapat menimbulkan efek samping pada mata berupa :
a. Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat
yang masuk ke mata, misal isoparafin, alkohol, propilenglikol dan sabun.
15
b. Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya
partikel mascara, eye shadow atau eye liner ke dalam mata.
c. Infeksi mata ringan sampai berat akibat pemakaian kosmetik yang
tercemar kuman Pseudomonas aeruginosa.
d. Efek toksik jangka panjang
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sediaan rias wajah dibagi menjadi empat macam, yaitu sediaan alas rias,
bedak, cat pipi dan cat bibir.
17
DAFTAR PUSTAKA
Tranggono, R. I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Pipin, P Tresna. (2010). Modul 3 Dasar Tata Rias Wajah Sehari-hari. Bandung :
Program Studi Pendidikan Tata Rias Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas
Teknologi Dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.
Muliyawan, D., & Suriana, T.. 2015, A-Z Tentang Kosmetik, Jakarta: Alex Media,
Hal. 308
18