Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOSMETOLOGI

SEDIAAN RIAS WAJAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kosmetologi


Dosen Pembimbing : apt. Ani Haerani, M. Farm

Disusun oleh :

I Rizki Indah Mulyawati (7120038)

M. Hasbi Subki Sidik (7120054)

II.B

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kosmetologi dengan tepat waktu.
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari sepenuhnya masih banyak
terdapat kekurangan, akan tetapi berkat bantuan dari segala pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi.

Atas bantuan dari bergabai pihak tersebut, pada kesempatan yang baik ini
kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT,
2. Dosen mata Kuliah Kosmetologi,
3. Dosen Pembimbing, dan
4. Kedua Orangtua.

Demikianlah makalah ini dibuat, mudah – mudahan bermanfaat bagi kita


semua. Makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami meminta
kritik dan saran kepada teman – teman agar makalah ini lebih baik daripada
sebelumnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Kosmetologi ini dapat berguna
bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 20 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 3


2.1.1 Pengertian Kosmetika ................................................................... 3
2.1.2 Macam – Macam Sediaan Rias Wajah.......................................... 4
2.1.3 Efek Samping Sediaan Rias Wajah ............................................... 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah wanita dan kecantikan merupakan dua hal yang tidak dapat di
pisahkan karena wanita sesuai dengan kodratnya selalu ingin menjaga kecantikan
dan keindahan dirinya. Sehingga dalam penampilannya selalu terlihat menarik.
Kosmetik dikenal manusia berabad-abad yang lalu.

Pada abada ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu


selain kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta
industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik
termasuk dalam bagian dunia usaha. Data dari hasil penelitian antropologi,
arkeologi, dan etnologi di Mesir dan India membuktikan pemakaian ramuan
seperti bahan pengawet mayat dan salep – salep aromatik, yang dapat dianggap
sebagai bentuk awal kosmetik yang kita kenal sekarang ini. Penemuan tersebut
menunjukan telah berkembangnya keahlian khusus dibidang kosmetik pada masa
lalu.

Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia
kosmetik dan kosmetologi. Istilah kosmetik telah dipakai oleh banyak kelompok
profesi yang berbeda, sehingga pengertian kosmetik itu sendiri menjadi begitu
luas dan tidak jelas. Istilah kosmetologi sudah digunakan sejak tahun 1940 di
Inggris, Prancis, dan Jerman. Istilah itu tidak sama artinya bagi profesi yang
menggunakannya.

Kosmetologi (Jellinek,1970) diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari hokum-hukum kimia, fisika, biologi maupun mikrobiologi tentang
pembuatan, penyimpanan, dan penggunaan (aplikasi) kosmetik. Selanjutnya,
Mitsui (1997) menyebut kosmetologi sebagai ilmu kosmetik (Cosmetic Science)
yang baru, yang lebih mendalam, dan menyeluruh. Selain itu juga maksud dan
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk bagaimna kita bisa mengetahui

1
apa yang dimaksud dengan kosmetik, bentuk-bentuk dari kosmetik serta peran
dari kosmetik itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan


diatas maka penulis mengidentifikasi sebagai berikut :

1. Mengetahui apa yang dimaksud sediaan riasan wajah.


2. Mengetahui macam – macam sediaan riasan wajah.
3. Efek samping yang biasa ditimbulkan oleh sediaan riasan wajah.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kosmetika ?
2. Apa yang dimaksud sediaan riasan wajah ?
3. Apa saja macam – macam sediaan riasan wajah ?
4. Apa saja efek samping yang timbul oleh sediaan riasan wajah ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


2.1.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,


diletakkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,
dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak
termasuk golongan obat (Nelly Hakim, 1999).

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan


pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (PERMENKES RI No.
1175/MENKES/PER/VII/2010).

Kekhasan kosmetik riasan wajah adalah bahwa kosmetik ini bertujuan


semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lenih cantik dan
noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu
menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak
kulit atau sedikit mungkin merusak kulit. Dalam kosmetik dekoratif, peran zat
pewarna dan zat pewangi sangat besar. Sejak zaman dahulu, wanita cenderung
mewarnai pipinya, rambutnya, kukunya, alisnya, dan bulu matanya, sedikit
persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau
yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak
berkilau, dan sudah tentu tidak merusak atau menggangu kulit, rambut, bibir,
kuku dan adnesa lainnya. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) jenis ini
diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan
penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik,

3
seperti percaya diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan
zat pewangi sangat besar.

2.1.2 Macam – Macam Sediaan Rias Wajah

Sediaan rias wajah terdiri dari :

1. Sediaan Alas Rias


Sediaan alas rias adalah sediaan kosmetika yang dgunakan untuk
mengalasi kulit wajah sebelum dilekati sediaan dekoratif sesuai dengan estetika
yang dikehendaki dalam tata rias. Fungsi dari sediaan alas rias ini untuk
memberikan selaput – selaput penutup sangat tipis yang tidak nampak atau sangat
serasi dengan warna kulit wajah sehingga dapat sebagai pelindung terhadap atau
bagi sediaan dekoratif yang dilekatkan terhadap hembusan angin dan gerakan dan
mencegah terjadi reaksi iritasi yang disebabkan komponen sediaan rias dekoratif.
Sediaan alas rias dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sediaan Alas Rias Bening

Sediaan ini mempunyai sifat :

 Mudah dioleskan merata pada permukaan kulit,


 Tidak terlalu lembut,
 Dapat memeberikan selaput penutup tipis yang tidak nampak, sangat lekat
pada kulit dan tidak berkilau, dan
 Tidak boleh menyebabkan iritasi.

Krim ini menggunakan sabun stearat yang terdiri dari asam stearat dan alkali
sebagai bahan pengemulsi. Alkali yang terbaik adalah tri etanol amin karena
pengerjaannya mudah campur dengan bahan lain dan mempunyai efek sebagai
emolien.

Untuk tujuan – tujuan tertentu dapat ditambah zat lain seperti :

 Setil alkohol, untuk meningkatkan daya emolien.

4
 KOH, untuk pengganti asam stearat sebagai penambah kelembutan
sediaan.
 Parafin cair, untuk menambah daya lekat terhadap bedak.
 Iso propil stearat, untuk menambah rasa lembut dan daya lekat bedak.
b. Sediaan Alas Rias Dekoratif

Sediaan alat rias dekoratif adalah perpaduan antara sediaan alas rias bening
dengan bedak.

2. Bedak

Bedak adalah sediaan kosmetika yang dgunakan untuk memulas kulit


wajah dengan sentuhan artitik untuk meningkatkan penampilan wajah.

 Fungsi bedak terdiri dari :


 Memberikan kesan kelembutan,
 Dapat menutup cacat ringan seperti pori terlalu lebar, warna kulit kurang
rata, bintil atau bintil halus, dan
 Menghilangkan kilauan kulit.

 Bedak dibagi menjadi dua macam, yaitu :


a. Bedak Tabur, adalah sediaan kosmetik berupa bubuk halus, lembut, homogen
sehingga mudah ditaburkan atau disapukan merata pada kulit wajah.

 Beberapa syarat bedak tabur, yaitu :


 Mudah disapukan,

5
 Bebas partikel keras dan tajam,
 Tidak mudah menggumpal,
 Tidak mengiritasi kulit, dan
 Memenuhi derajat halus tertentu.

 Beberapa sifat – sifat bedak tabur yang baik, yaitu :


 Dapat menutupi kekurangan kulit seperti berpori besar, berkilat dan cacat
kecil.
 Dapat tersebar rata pada muka dan memberi kesan licin.
 Dapat melekat pada kulit muka.
 Dapat menyerap sekresi kulit muka misalnya keringat dan minyak.
 Memberi kesan lembut pada wajah.

 Bahan – bahan pada bedak tabur, yaitu :


1. Bahan Dasar
 Golongan silikat : talkum, kaolin
 Golongan karbonat : magnesium karbonat
 Golongan oksida logam : Zn O, TiO2
 Golongan polisakarida : pati beras
 Golongan garam logam asam organik : Mg stearat, Zn stearat

Keterangan :

Talkum : serbuk halus licin tapi kemampuan menutupi rendah.

Kaolin : kekuatan /kemampuan menutupi baik, daya adhesi baik,


dapat mengabsorsi, dalam jumlah maksimum 25 % dapat mengurangi sifat
mengkilat talkum

CaCo3 : mengurangi sifat mengkilat talkum, mempunyai daya


menutup, dapat mengabsorsi pewangi, dapat mengaborsi keringat jika jumlah
banyak kulit dapat menjadi kering.

6
MgCO3 : dapat mengabsorsi pewangi, dapat mendistribusi pewangi,
dalam jumlah banyak menyebabkan kulit menjadi kering.

Mg dan Zn stearat : bersifat adesif, tahan air, pemakaian berlebih memberikan


bau tak enak dan kulit berbintik – bintik.

ZnO : daya menutupi baik, memperdaya terapeutik dan


memutihkan kulit, sedikit adesif, dipakai 25 %, jika lebih kulit menjadi kering.

TiO2 : daya menutupinya baik (3 – 5 kali ZnO) dan kurang


adesif.

Pati beras : jarang digunakan karena mudah dirusak bakteri.

2. Bahan pengkilat, gunanya untuk memberi efek mengkilat bagi atau pada
pemakaiannya.

Contohnya :

 Guanine (senyawa alam),


 Bismut oksi klorida (sintetis), dan
 Serbuk mutiara.

3. Bahan pewarna, Sesuai dengan yanga diizinkan Badan POM . Jumlahnya


1 – 5%.
4. Bahan pewangi

Bahan pewangi memiliki beberapa syarat, yaitu :

 Tidak merangsang kulit.


 Stabil pada media yang sedikit alkalis.
 Tidak teroksidasi.
 Tidak mudak menguap.
 Kadar 0,2 - 1 %.

7
 Formula bedak tabur

Formulanya disesuaikan dengan jenis kulit yang akan ditutupi.

Karena kulit ada 3 macam yaitu normal ,atau sedikit berminyak, kering dan
berminyak. Maka bedak juga dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kekuatan
menutupinya :

1. Bedak ringan : untuk kulit kering.


2. Bedak sedang : untuk kulit normal.
3. Bedak berat : untuk kulit berminyak.

b. Bedak Padat, adalah sediaan kosmetika berupa padatan lembut homogen,


mudah disapukan merata pada kulit dengan spon.

 Beberapa syarat bedak padat, yaitu :


 Mudah disapukan dengan spon.
 Bebas partikel keras dan tajam.
 Tidak mudah remuk dan pecah.
 Tidak mengiritasi.
 Dalam penyimpanan harus tetap memilki sifat bebas partikel keras dan
tajam, tidak cenderung menjadi remuk dan pecah dan pada suhu kamar
kwalitasnya tetap baik.

8
 Bahan – bahan pada bedak padat, yaitu :
1. Bahan dasar, sama dengan bahan bedak tabur tetapi harus dapat atau
mempunyai daya / kemampuan mengikat.
2. Bahan pengikat, ada 5 jenis yaitu :
 Pengikat kering : Mg Stearat, Zn Stearat
 Pengikat minyak : Iso propil miristat, derivat
lanolin
 Pengikat yang larut dalam air : PVP, CMC, Tragakan
 Pengikat yang tak bercampur dengan air : minyak mineral,derivat
lanolin
 Pengikat emulsi : TEA, emulgato non ionik,
gliserol mono stearat. Pemakaian minyak dalam bentuk emulsi dapat
mencegah bergumpalnya sediaan. Pengikat minyak dengan konsentrasi 3
%. Pengikat emulsi dengan konsentrasi 10 %.

 Cara pencetakan bedak padat

Caranya ada tiga macam, yaitu :

a. Pencetakan sewaktu basah : Bedak padat dibuat seperti pasta dengan


air, kemudian dicetak dan dikeringkan.
b. Pencetakan sewaktu lembab : Dasar bedak, zat warna & parfum dicampur
sampai homogen kemudian dibasahkan dengan larutan pengikat diayak,
dimasukkan mesin pencetak dan dikeringkan.
c. Pengempaan masa kering : Dasar bedak, zat warna dan parfum
dicampur kemudian dilembabkan dengan larutan pengikat dan dicetak.
Cara ini lebih disukai karena memerlukan sedikit bahan pengikat.

9
3. Cat Pipi

Cat pipi (blush on) adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk
mewarnai pipi dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika
dalam tatarias wajah (Depkes RI, 1985). Cat pipi dibuat dalam berbagai warna ,
dari merah jambu pucat sampai merah biru tua. Cat pipi konvensional lazim
mengandung pigmen merah atau kecoklatan dengan kadar tinggi. Cat pipi
mengandung pigmen dengan kadar rendah digunakan sebagai pelembut warna
atau pencampur untuk memperoleh efek yg menyolok.

Pigmen yang digunakan harus tahan terhadap air, minyak, alkohol dan
parfum.Cat pipi dapat dipakai langsung pada kulit pipi atau lebih baik sesudah
memakai alas rias, sebelum atau sesudah pakai bedak. Di pasaran cat pipi disebut
Rouge atau blush on. Bentuk sediaan adalah bubuk tabur/kompak, gel, krim,
larutan.

Zat pewarna sintesis yang sering ditambahkan adalah rhodamin B, yaitu


merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil.
Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam
produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik.

Sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker.


Uji toksisitas rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan
injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik

10
pada tikus ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma lokal. Sedangkan
secara IV didapatkan LD50 89,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya
pembesaran hati, ginjal, dan limfa diikuti perubahan anatomi berupa pembesaran
organnya (Merck Index, 2006).

4. Cat bibir

Sediaan cat bibir (Lipstik) adalah sediaan kosmetika yang digunakan


untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan
estetika dalam tata rias wajah yang dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat
fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi merah, yang dianggap
akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik (Ditjen POM, 1985).

Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat
(roll up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan
dalam bentuk batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil
warna untuk memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga
lip crayon yang diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan
hanya sedikit lebih lembut dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan
lebih banyak lilin dan terasa lebih padat dan kompak.

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat
dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik
yang ideal yang sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir,

11
bervariasi antara 36-38ºC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan
terhadap suhu cuaca disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu
lebur lipstik dibuat lebih tinggi yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu
lebih kurang 62ºC, atau bisanya berkisar antara 55º-75ºC.

Persyaratan untuk lipstik yang diinginkan atau dituntut oleh masyarakat,


antara lai (Tranggono dan Latifah, 2007) :

 Melapisi bibir secara mencakup.


 Dapat bertahan di bibir selama mungkin.
 Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
 Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
 Melebabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
 Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuk.
 Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau
berbintik – bintik, atau memperlihatkan hal – hal lain yang tidak menarik.

 Komponen utama dalam sediaan lipstik


a. Minyak, yang digunakan dalam lipstik harus memberikan kelembutan,
kilauan, dan berfungsi sebagai medium pendispersi zat warna (Poucher,
2000). Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak
mineral, dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak nabati
yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki
kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak
merupakan salah satu komponen penting dalam banyak lipstik modern.
Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu keuntungan dalam menunda
pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga
dispersi pigmen benar benar merata.
b. Lilin, digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang
ideal akan menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50 oC dan
mampu mengikat fase minyak agar tidak keluar atau berkeringat, tetapi

12
juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan
serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax,
candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol.
Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras
karena memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstik.
c. Lemak, yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang
berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang
lembut, meningkatkan kekuatan lipstik, dan dapat mengurangi efek
berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya yang lain dalam proses
pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak
dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat
yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin,
lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.
d. Zat warna, dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan
pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing-
masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan.
e. Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula
lipstik untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak
toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil, dan dapat bercampur dengan
bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambahan yang digunakan
yaitu :
 Antioksidan, digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak
jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan
vitamin E adalah antioksidan yang paling sering digunakan
(Poucher, 2000). Antioksidan yang digunakan harus memenuhi

13
syarat (Wasitaatmadja, 1997) yaitu tidak berbau agar tidak
mengganggu wangi parfum dalam kosmetika, tidak berwarna, tidak
toksik dan tidak berubah meski disimpan lama.
 Pengawet, perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik.
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan
lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung
air. Akan tetapi ketika lipstik diaplikasikan pada bibir
kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga
terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet yang sering
digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben.
 Parfum, digunakan untuk memberikan bau yang menyenangkan,
menutupi bau dari lemak yang digunakan sebagai basis, dan dapat
menutupi bau yang mungkin timbul selama penyimpanan dan
penggunaan lipstik.

2.1.3 Efek Samping Sediaan Rias Wajah

Karena terjadi kontak antara kosmetik dengan kulit, maka ada


kemungkinan akan terserap dan masuk kebagian yang lebih dalam. Kontak
kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positip berupa manfaat kosmetik dan
akibat negatip berupa efek samping kosmetik.

Efek samping penggunaan sediaan rias wajah terdiri atas :

1. Efek samping pada kulit

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetik yang dikenakan


pada kulit dapat berupa :

a. Dermatitis

Kontak alergi atau iritan, biasanya akibat kontak antara kulit dengan bahan
kosmetik yang bersifat alergik atau iritan, misal parafenilendiamin pada cat

14
rambut, natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokinon pada
pemutih kulit.

b. Akne kosmetik

Terjadi akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat
aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat, petrolatum pada minyak rambut
atau maskara, alkohol laurat pada pelembab.

c. Fotosensitivitas

Terjadi akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam
kosmetik, misal parafenilendiamin pada cat rambut, klormerkapto dikarboksimid
dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta karoten,
sinamat atau sinoksat pada tabir surya.

d. Pigmented cosmetic dermatitis

Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa


gatal, terjadi akibat kontak antar kulit dengan bahan pewarna jenis ter batubara
terutama brilliant lake red dan turunan fenilazonaftol.

Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan
baru diperkirakan akan terjadi, misal purpura akibat parafenilendiamine,
dermatitis folikular akibat adanya unsur nikel, kobal dan lainnya, granuloma
akibat garam zirkonium dalam deodoran dan merkuri dalam pemutih kulit.

2. Efek samping pada mata

Kosmetik mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau sediaan
lain yang pemakaiannya dekat mata, misalnya sediaan rambut atau rias wajah
dapat menimbulkan efek samping pada mata berupa :

a. Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat
yang masuk ke mata, misal isoparafin, alkohol, propilenglikol dan sabun.

15
b. Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya
partikel mascara, eye shadow atau eye liner ke dalam mata.
c. Infeksi mata ringan sampai berat akibat pemakaian kosmetik yang
tercemar kuman Pseudomonas aeruginosa.
d. Efek toksik jangka panjang

Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetik mungkin menimbulkan efek


jangka panjang pada berbagai organ tubuh misal darah, hati, ginjal, limpa, paru-
paru, embrio (teratogen), alat endokrin dan kelenjar limfe. Kelainan ini dapat
terjadi akibat efek kumulatif pemakaian kosmetik yang umumnya digunakan
dalam jangka waktu lama puluhan tahun dan daerah pemakaian yang luas.
Kemungkinan mutagenitas kosmetik dikhawatirkan dapat terjadi, dan penilaian
retrospektif di kemudian hari yang dapat membuktikan kemungkinan tersebut.

3. Tingkat efek samping

Efek samping yang terjadi dari pemakaian kosmetik dapat tidak


mengganggu, tetapi dapat pula sangat mengganggu, FDA membagi tingkat efek
samping menjadi :

a. Ringan, bila keluhan yang terjadi tidak mengganggu kegiatan sehari-hari


dengan gejala iritasi minor sehingga tidak memerlukan terapi khusus.
Dengan menghentikan pemakaian kosmetik, maka gejala akan
menghilang. Delapan puluh lima persen efek samping kosmetik terjadi
pada tingkat ini.
b. Sedang, bila keluhan yang terjadi sudah mengganggu, dalam waktu yang
lebih lama dengan gejala klinis yang lebih nyata. Penderita sudah
memerlukan bantuan pengobatan dari dokter. Sepuluh persen penderita
berada pada tingkat ini.
c. Berat, bila keluhan yang terjadi sangat mengganggu kegiatannya, gejala
klinis berupa nyeri dan gatal disertai gejala sistemik berupa demam,
pusing dan sesak napas. Penderita memerlukan pengobatan intensif baik
topikal maupun sistemik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan


pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

Sediaan rias wajah dibagi menjadi empat macam, yaitu sediaan alas rias,
bedak, cat pipi dan cat bibir.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sjarif M. Wasitaatmadja. Dermatologist Kosmetik (Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, 2011). Hal 57.

Permenkes RI No 1175/MENKES/PER/VII/2010 tentang Izin Produksi


Kosmetika

Tranggono, R. I., Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Pipin, P Tresna. (2010). Modul 3 Dasar Tata Rias Wajah Sehari-hari. Bandung :
Program Studi Pendidikan Tata Rias Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas
Teknologi Dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.

Rachmi Primadiati. (2001). Kecantikan, Kosmetika dan Estetika. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

DepKes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope


Inonesia. Edisi IV, DepKes RI, Jakarta

Muliyawan, D., & Suriana, T.. 2015, A-Z Tentang Kosmetik, Jakarta: Alex Media,
Hal. 308

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan


RI. Hal. 83-86, 195-197, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Permenkes, 1998, tentang


Kosmetik, Jakarta

Tatiana S, S.Farm., M.Farm (2019). Kosmetologi. Jakarta : PT Pustaka Baru Pers

18

Anda mungkin juga menyukai