Anda di halaman 1dari 16

Nama : G.A.

Desya Pradnyaswari
NIM : 1908551077
Kelas : B
ANALISIS SEDIAAN FARMASI
VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENGEMBANGAN METODE ANALISIS

Validasi metode perlu dilakukan karena:


▪ Pengukuran analitik harus menghasilkan data yang konsisten, andal dan akurat untuk
keperluan jaminan mutu (quality assurance)
▪ Hasil pengukuran yang salah menimbulkan biaya yang besar:
− Produk akan ditarik bila spesifikasi yang diukur tidak tepat
− Kotoran yang tidak terdeteksi saat pada obat dapat berdampak negatif pada kesehata.
Sehingga uji impurity harus dilakukan baik selama proses produksi atau selama
proses post market atau market.
− Jika kontaminasi berbahaya dalam sampel lingkungan atau makanan tidak
terdeteksi, mereka dapat berbahaya bagi lingkungan atau kosumen
Sehingga suatu validasi metode dilakukan secara menyeluruh untuk sediaan farmasi
karena setiap laboratorium/industri harus memastikan pengukuran dan pelaporan data yang
konsisten, andal dan akurat untuk dapat menjamin mutu produk serta mencegah kerugian
ekonomi yang ditimbulkan dari dampak berbahaya yang ditimbulkan akibat kelalaian dari
proses analisi
Budaya Mutu
GMP adalah bagian dari jaminan kualitas yang
memastikan bahwa produk diproduksi secara konsisten
dan dikendalikan dengan standar kualitas yang sesuai
dengan tujuan penggunanya. Disini sistem telah diatur
untuk menjamin kualitas produk sediaan farmasi sebagai
syarat pendaftaran izin farmasi, sesuai dengan amanah UU
diamna bahwa negara menjamin kualitas atau keselamatan
dari pengguna produknya. Quality management sistem memiliki domain terbesar dalam
industri farmasi untuk menjamin quality management baik dalam proses produksi, distribusi
maupun
Pelayanan. Quality assurance bertujuan untuk menjamin kualitas produk atau pelayanan telah
memenuhi standar yang terrdiri dari proses manufaktur dan laboratorium quality control.
Aktivitas Validasi meliputi Prosedur Analisis
Presedur analisis secara umum adalah:
• Sampling → berdasarkan bentuk sampel yang akan dianalisis,
harus dapat menjamin homogenitas sampel yang diambil
• Preparasi sampel → proses penyiapan sampel agar dapat
dianalisis (misalnya ekstraksi, pengenceran dll)
• Prosedur analisis
• Data → mengolah data yang diperoleh untuk dilaporkan dan
dikomunikasikan. Data harus didokumentasikan agar dapat
memeriksa letak kesalahan bila terdapat kesalahan analisis

Analisis SWOT perlu dilakukan untuk internal quality control, proficiency testing,
internal audit dan 3rd party audit. Suatu validasi dilakukan secara menyeluruh yang
mencangkup sample/data flow dan lifetime yang teridiri dari peralatan, metode, sampel,
standar, data, orang yang mengerjakan serta dokumendasi dari data analisis. Validasi metode
berlangsung selama proses produksi dan diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Gambar disamping menghubungkan pelaksanaan
validasi dengan jumlah biaya yang dibutuhkan. Validasi
memerlukan biaya untuk prosesnya sehingga secara
realitis bila dikerjakan 100% akan memerlukan banyak
biaya. Daerah optimal merupakan daerah dengan cost
yang terjangkau dan validasi berjalan dengan baik.
Validasi Metode Analisis
Validasi metode adalah proses untuk memastikan bahwa prosedur analisis yang
digunakan untuk pengujian tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Validasi metode
dapat digunakan untuk menilai kualitas, reliabilitas, dan konsistensi hasil analisis; merupakan
bagian integral dari setiap praktik analisis yang baik.
Analytical Methods Need to be Validated or Revalidated
Validasi atau validasi ulang perlu dilakukan ketika:
• Sebelum diperkenalkan ke penggunaan rutin
• Setiap kali kondisi berubah yang metodenya telah divalidasi (misalnya instrumen dengan
karakteristik berbeda atau sampel dengan matriks berbeda)
• Setiap kali metode diubah dan perubahan tersebut berada diluar lingkup asli metode
tersebut.
Validasi Prosedur Dalam Farmakope VI
CPOB mempersyaratkan metode yang digunakan untuk menilai kesesuaian mutu bahan
dan sediaan farmasi terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan harus telah dibuktikan akurasi
dan reliabilitasnya. Pengguna metode-metode analitik yang tertera dalam farmakope tidak
dipersyaratkan untuk memvalidasi akurasi dan reliabilitas tetapi cukup memverifikasi
kesesuaiannya pada kondisi nyata penggunanya. Validasi suatu prosedur analisis adalah
proses yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa karakteristik kinerja prosedur
tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan tujuan penggunanya. Jenis karakteristik
kinerja analitik yang diuraikan
Revalidasi perlu dilakukan dalam kasus berikut:
▪ Penyerahan prosedur analisis yang direvisi kepada panitia Farmakope
▪ Penggunaan suatu prosedur umum yang telah ditetapkan pada produk baru atau bahan
baku baru.
Menurut dokumen International Conference on Harmonization (ICH), revalidasi perlu
dilakukan jika terjadi:
• Perubahan dalam sintesis senyawa obat
• Perubahan dalam komposisi sediaan farmasi
• Perubahan dalam prosedur analisis
• Perubahan pada reagen, larutan, dan metode
Dapat dilihat bahwa parameter validasi dalam FI VI dengan USP mirip, hal ini agar produk
yang diproduksi di Indonesia diakui secara Internasional
Validasi Metode Analisis
Langkah pertama yang harus disiapkan adalah menyediakan bahan baku pembanding
kimia bersertifikat "certified reference material" (CRM) dan bahan pembanding kimia
"standard reference material" (SRM). CRM biasanya diproduksi oleh setiap Negara dengan
masing-masing standar pembanding baku. Di Indonesia CRM atau SRM ini disebut BPFI
(Baku Pembanding Farmakope Indonesia). BPFI diproduksi oleh BPOM dan diberikan
sertifikat sebagai pembanding yang digunakan di industri. Industri menggunakan pembanding
ini sebagai dasar untuk melakukan perbandingan dari bahan-bahan yang digunakan oleh
infustri tersebut atau sebagai bahan yang digunakan dalam research/penelitian pengembangan
prosedur analisis dan penelitian lainnya. CRM dan SRM disediakan oleh badan resmi yang
kemurnian dan homogenitasnya terjamin dan telah dibakukan oleh badan resmi. SRM untuk
bahan kimia farmasi dikeluarkan oleh PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan
Nasional-BPOM-RI
Parameter Validasi
1. Akurasi
Merupakan tingkat kedekatan antara hasil pengujian (analisis kuantitatif) dengan
prosedur yang sedang divalidăsi terhadap nilai yang benar (kadar analit). Akurasi prosedur
analisis harus ditetapkan meliputi rentang nilai benar. Akurasi ditetapkan pada analit yang
diketahui kemurniannya (misalnya bahan pembanding) atau dengan pembandinğan haşil
analişis dengan prosedur lain yang telah ditetapkan akurasinya. ICH merekomendasikan
bahwa akurasi ditetapkan dengan menggunakan minimal 9 sampel yang meliputi 3
konsentrasi yang berbeda (misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi untuk masing masing-
masing konsentrasi yang berbeda-beda, disarankan konsentrasi 80, 100, dan 120).
Terdapat 2 prosedur yang dapat dilakukan yaitu:
• Spiked-placebo recovery method → Dalam kasus pengujian senyawa obat dalam
produk formulasi, akurasi dapat ditetapkan dengan penerapan prosedur tersebut pada
campuran sintetik komponen sediaan farmasi yang ke dalamnya telah ditambahkan
sejumlah analit dalam suatu rentang kadar tertentu. Di industri membuatkan produk
placebo dan ditambahkan bahan di dalamnya lalu dilakukan uji dan diterima hasil.
Cara ini ditenkan dengan:
a. Menentukan kadar alait dalam terokan simulasi yaitu mencampurkan analit dalam
jumlah tertentu dalam bahan pembantu tertentu.
b. Analit yang digunakan merupakan bahan baku pembanding kimia (CRM atau
SRM)
c. Perolehan kembali dihitung secara ratio antara hasil yang diperoleh terhadap hasil
yang sebenarnya. %perolehan kembali = (Xr / Xa) 100. Yang mana Xr adalah
jumlah analit yang diperoleh dan Xa adalah jumlah analit yang ditambahkan.
d. %Perolehan kembali ditentukan dengan cara (1) membuat sampel placebo
(eksipien obat, cairan biologis); (2) menambahkan analit dengan konsentrasi
tertentu (80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan); (3) analisis
dengan metode yang akan divalidasi.
• Standard addllon method → Jika hal tersebut tidak dimungkinkan untuk memperoleh
semua komponen sediaan farmasi tersebut, maka akurasi ditetapkan dengan
menetapkan kadar analit yang ditambahkan dan diketahui jumlahnya ke dalam sediaan
farmasi atau membandingkan hasil penetapan dengan suatu prosedur yang telah
diketahui akurasinya. Kita tidak bisa membuat matriksnya sehingga ditambahkanlah
standar di dalamnya. Cara ini dilakukan dengan:
a. Sediaan farmasi ditambahkan sejumlah tertentu analit sehingga dapat ditentukan
jumlah recovery yang didapatkan
b. Dikerjakan bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena
matriksnya tidak diketahui maka dapat dipakai metode adisi.
c. Dilakukan dengan penambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu
pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis metode tersebut.
d. Teknik penambahan baku dapat dilakukan secara seri atau tunggal
e. Jumlah optimum analit yang ditambahkan yaitu 2-4 kali kadar analit yang ada
pada terok tanpa penambahan baku.
Kelemahan metode penambahan bahan baku adalah tidak dapat digunakan jika analit
yang ditambahkan menimbrung reaksi utama yaitu (1) analit yang ditambahkan
menyebabkan kekurangan pereaksi yang digunakan; (2) kesetimbangan massa
bergeser; (3) mengubah pH atau kapasitas dapat. Ini harus dijaga sehingga metode
standar addition tidak dapat digunakan
Evaluasi Akurasi
Kecermatan bergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan
esaksamaan metode, dapat diukur berdasarkan RSD (relative standard deviation) atau
dapat dihitung dengan persamaan Wander Willen

Digunakan ketika Selisih kadar Xd pada


berbagai penetapan kurang dari 5%

Digunakan ketika harga rata-rata selisih


secaran statistik < 1,5% S = RSD. Disini
ditetapkan selisih antara pekerjaan
sebenarnya dan hasil pengukuran

Keterangan:
S = RSD
I = nilai t pd tabel t studen pada aras 95%
n = jumlah sampel
Metode evaluasinya bisa dikerjakan menggunakan beberapa metode yang dituliskan
dalam farmakope, buku-buku acuan atau ICH. Adapun tabel kecermatan yang diberikan
dalam Farmakope yang ditentukan oleh jumlah analit dalam matriks sampel:
Jika jumlah analit pada matris adalah 100%
maka kadar yang diperbolehkan variasinya
hanya 2% (98-102%). Apabila kadarnya 1-10%,
maka diizinkan rentangnya sebanyak 3% (97-
103%). Begitu seterusnya sesuai dengan tabel
disamping. Sehingga rasio atau kesalahan
kecermatan ditentukan oleh jumlah kadar analit
yang ditetapkan dalam sampel matriks.

Jika bahan pembanding kimia (SRM atau CRM) tidak ada maka uji kecermatan dapat
diukur dengan:
− Membandingkan metode validasi dengan metode yang sudah divalidasi atau metode
acuan farmakope
− Kadang-kadang dibandingkan atau ditetapkan dengan metode penentuan absolut:
gravimetri, volumetri, analisis kuantitatif dengan NMR
2. Presisi
Presisi adalah tingkat kedekatan diantara hasil uji individu bila prosedur diterapkan
berulang kali terhadap sampling ganda atau sampel yang homogen. Presisi dinyatakan
sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif atau koefisien variasi dari satu seri
pengukuran. Presisi merupakan ukuran tingkat reprodusibilitas atau repitabilitas prosedur
analisis dalam kondisi kerja normal. Dalam kaitan ini, reprodusibilitas mengacu pada
penggunaan prosedur analisis di beberapa laboratorium yang berbeda
• Presisi antara (ruggedness) menyatakan keragaman dalam laboratorium yang
dilakukan pada hari yang berbeda atau analis yang berbeda atau peralatan yang
berbeda di laboratorium yang sama
• Repitibilitas mengacu pada penggunaan prosedur analisis dalam laboratorium yang
sama dalam periode waktu yang singkat oleh analis yang sama dengan peralatan yang
sama
Penerapan presisi prosedur analisis ditetapkan dengan menentukan kadar sejumlah
memadai dari larutan sampel homogen beberapa kali, sehingga hasil pengujian dapat
dihitung secara statistik perkiraan yang sah dari simpangan baku atau simpangan baku
relatif (koefisien variasi). Penetapan kadar yang dimaksud adalah analisis bebas
terhadap sampel yang dilakukan secara lengkap mulai dari penyiapan sampel hingga
diperoleh hasil akhir pengujian. ICH merekomendasikan repitibilitas ditentukan
menggunakan minimal 9 penetapan meliputi suatu rentang konsentrasi khusus untuk
prosedur (misalnya 3 konsentrasi dan 3 replikasi untuk masing-masing konsentrasi, atau
minimal 6 penetapan pada konsentrasi uji 100%)
Koefisien Variasi / RSD akan meningkat seiring dengan penurunan konsentrasi
analit.
o Kadar 1% atau lebih maka RSD <2,5%
o Kadar 1% maka RSD <5%
o Kadar satu/sejuta maka RSD <16%
o Kadar perbilion maka RSD <32%
o Secara umum diterima jika RSD <= 2%
Keseksamaan - Ketertiruan – Keterulangan
o Rancangan keseksamaan dapat digunakan untuk mengukur ketertiruan dan
keterulangan.
o Ketertiruan (reproducibility) diperiksa oleh laboratorium yang berbeda.
o Keterulangan (repeatability) diperiksa oleh satu laboratorium menggunakan alat,
pereaksi, instrument dan waktu yang sama tetapi operator atau analisnya mungkin
berbeda
3. Spesifisitas
Merupakan kemampuan metode untuk menganalisis secara tepat suatu analit yang
mengandung matriks, cemaran atau degradasi matriks sampel. Secara singkat spesifisitas
adalah kemampuan metode analisis membedakan hasil dengan pencemar. Ketiadaan
spesifisitas dapat diatasi dengan penggunaan prosedur analitik pendukung. Untuk
menjelaskan definisi di atas, dapat digunakan implikasi berikut:
• Uji identifikasi prosedur harus menjamin identitas analit
• Uji kemurnian prosedur harus menjamin dalam penetapan akurat kandungan
cemarandalam analit (seperti senyawa sejenis, batas logam berat, cemaran organic
yang mudahmenguap)
• Penetapan kadar prosedur harus menjamin dan memberikan pernyataan akurat pada
kadar atau potensi analit dalam sampel
Dalam uji identifikasi, maka metode harus memiliki kemampuan ntuk memilih
antara senyawa-senyawa yang berkaitan erat dengan strukturnya (uji kemurnian dna uji
identitas yang biasanya menggunakan IR ataupun senyawa kimia dengan monografi
tertentu).
o Spesifisitas dapat dikonfirmasi dengan memperoleh hasil positif dari sampel yang
mengandung analit dibandingkan dengan hasil negatif dari sampel yang tidak
mengandung analit dan dikonfirmasi bahwa hasil positif tersebut tidak diperoleh dari
bahan-bahan yang berstruktur sama atau berdekatan dengan analit.
o Dalam kasus prosedur untuk cemaran spesifitas dilakukan dengan menetapkan
sejumlah tertentu cemaran yang ditambahkan pada senyawa obat atau sediaan farmasi
dan hasilnya menunjukkan cemaran tersebut ditetapkan dengan akurasi dan presisi
yang memadai. Khususnya pada cemaran logam satu pengujian ditambahkan
pembanding yang kadarnya masih diizinkan atau masih dalam batas yang ditetapkan,
kemudian diberikan reaksi sesuai dengan prosedurnya misalnya reaksi kalorimetri.
Pada analit atau sampel yang dianalisis dilakukan prosedur yang sama kemudian hasil
warnanya dibandingkan menggunakan tabung nessler yang dilihat dari atas di bawah
kertas putih sehingga intensitas warnanya dapat dibandingkan. Jika intensitas
warnanya lebih pekat dapat dikatakan bahwa sampel mengandung cemaran logam
berat melebihi dari batas yang diizinkan, sedangkan jika intensitas warnanya lebih
pudar atau tidak menunjukkan intensitas warna maka dapat dikatakan bahwa sampel
tidak mengandung cemaran logam berat
o Dalam kasus penetapan kadar, spesifitas dapat ditunjukkan dengan tidak adanya
pengaruh cemaran atau eksipien pada prosedur. Pada prakteknya hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah cemaran atau excipient pada senyawa
obat atau sediaan dan hasil penetapan kadarnya tidak dipengaruhi oleh adanya bahan-
bahan dari luar tersebut. Hal ini berarti bahwa dalam analisis penetapan kadar sampel
sengaja ditambahkan suatu cemaran atau excipient yang kemudian selanjutnya
ditetapkan kadarnya. Jika akurasi dan presisinya tidak dipengaruhi oleh penambahan
cemaran atau excipient ini maka dapat dikatakan bahwa prosedurnya memiliki
spesifitas yang baik.
o Jika batu cemaran atau hasil urai tidak tersedia, maka spesifitas ditunjukkan dengan
membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uraian
terhadap hasil prosedur lain yang sudah divalidasi. Perbandingan hasil analisis
meliputi juga sampel yang disimpan pada kondisi perlakuan yang relevan (misalnya
pengaruh cahaya, panas, lembab, hidrolisis asam atau basa, dan oksidasi). Dalam
kasus uji kemurnian kromatografi, maka profil dari cemaran harus dibandingkan. Uji
kemurnian dengan kromatografi memungkinkan untuk mengidentifikasi cemaran atau
impurity yang terkandung dalam analit atau sampel yang dianalisis.
Dalam ICH disebutkan jika digunakan prosedur kromatografi, maka kromatogram
harus disertakan untuk menunjukkan derajat selektivitasnya dan puncak harus diberi
tanda. Uji kemurnian dengan diode array atau spektrometri massa dapat digunakan untuk
menunjukkan bahwa puncak kromatogram analit tidak mengandung komponen lain.
Perlu diketahui bagaimana diode array detector mengidentifikasi spektrum puncak analit
atau jika dengan LCMS bagaimana MS mendeteksi komponen yang ada. Untuk
mendeteksi spesifisitas (kemurnian) harus diliat first start, mark, end yakni 3 posisi dari
kromatogram diuji spektrumnya kemudian dibandingkan kemurnian (spesifisitasnya)
4. Batas Deteksi
Batas deteksi atau limit of detection (LOD) merupakan konsentrasi analit terandah
dalam sampel yang dapat dideteksi oleh metode analisis namun hasilnya tidak dapat
dikuantifikasi dengan akurasi dan presisi yang baik. Batas deteksi umumnya dinyatakan
sebagai konsentrasi analit (misalnya persen, bpj, bpm) dalam sampel.

Penetapan LOD
• Penetapan batas deteksi untuk prosedur non instrumental, umumnya dilakukan dengan
analisis sampel yang mengandung analit dalam kadar yang diketahui dan menentukan
kadar analit terendah yang dapat dideteksi dengan baik. Biasanya dengan reaksi warna
atau kolorimetri menggunakan beberapa seri konsentrasi. Kemudiaan diamati seri
konsentrasi yang menunjukan perubahan warna hingga seri konsentrasi yang sudah
tidak menunjukan perubahan warna atau tidak terdeteksi.
• Penetapan batas deteksi untuk prosedur instrumental dapat menggunakan pendekatan
yang sama dengan prosedur non instrumental. Dalam kasus prosedur yang diserahkan
untuk dipertimbangkan sebagai prosedur farmakope resmi, semuanya tidak pernah
ditentukan batas-batasnya secara tepat. Batas deteksi cukup ditunjukkan rendah
dengan analisis sampel yang mengandung kadar analit diatas atau dibawah batas
deteksi yang dipersyaratkan
• Dalam kasus prosedur analisis instrumental yang menunjukkan adanya gangguan latar
belakang, ICH menguraikan pendekatan umum dengan membandingkan hasil
pengukuran sinyal dari sampel dengan konsentrasi analit rendah yang diketahui
dengan signal sampel blangko
→ Konsentrasi minimum analit yang masih dapat dideteksi dapat ditentukan pada
perbandingan signal to noise 2:1 atau 3:1.
→ Pendekatan lain tergantung pada penetapan aras garis kurva kalibrasi dan standar
deviasi respons
5. Batas Kuantifikasi
Batas kuantifikasi atau limit of quantification (LOQ) merupakan konsentrasi analit
terandah dalam sampel yang dapat hasilnya dapat dikuantifikasi dengan akurasi dan presisi
yang baik. Batas kuantitasi dinyatakan sebagai konsentrasi analit (misalnya persen,bpj,
bpm) dalam sampel.
Penetapan LOQ
• Untuk metode non-instrumental, batas kuantitasi umumnya ditetapkan dengan
melakukan analisis sampel yang mengandung analit dalam jumlah yang diketahui dan
menetapkan kadar terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi
yang dapat diterima. presisi dan akurasi sebagai parameter
• Untuk prosedur instrumental, pendekatan yang sama dapat digunakan seperti pada
prosedur non-instrumental. Dalam kasus prosedur yang diserahkan untuk
dipertimbangkan sebagai prosedur resmi, tidak perlu menentukan batas kuantitasi.
Biasanya batas kuantitasi ditetapkan dengan menganalisis sampel dengan konsentrasi
analit di atas atau di bawah aras kuantitasnya.
• Dalam kasus prosedur analisis instrumental yang menunjukkan adanya gangguan latar
belakang, dokumen ICH menguraikan pendekatan umum dengan membandingkan
hasil pengukuran ”signal”dari sampel yang mengandung analit kadar rendah dengan
hasil pengukuran ”signal” sampel blangko.
→ Konsentrasi minimum analit dapat ditentukan pada perbandingan ”signal-to-
noise” 10:1. bisa juga kurva kalibrasi yang dihitung kurva kalibrasinya
→ Pendekatan lain tergantung pada penentuan arah garis kurva kalibrasi dan standar
deviasi dari respons.
→ Selanjutnya batas kuantitasi divalidasi dengan analisis terhadap sejumlah sampel
yang mengandung analit mendekati atau dipersiapkan mengandung analit pada
batas kuantitasinya
6. Linearitas
Linearitas adalah kemampuannya untuk menunjukkan hasil uji yang secara langsung
atau dengan melalui transformasi matematik yang tepat proporsional terhadap konsentrasi
analit dalam sampel dalam rentang yang diberikan atau dalam rentang tersebut persamaan
matematik masih linear. Linearitas mengacu pada hubungan linear antara konsentrasi dan
hasil pengukuran pengujian yang mana parameternya adalah nilai R squre (semakin
mendekati 1, maka semakin linear). untuk mencapai linearitas, konsentrasi atau hasil
pengukuran dapat ditransformasi dalam bentuk logaritma, akar kuadrat, resiprokal, atau
bentuk transformasi lainnya dan bila linearitas tidak dicapai, maka hubungan non-linear
dapat digunakan
Penetapan Linearitas
• Awalnya linearitas digambarkan secara visual antara “signal” sebagai fungsi dari
konsentrasi analit.
• Jika terlihat ada hubungan yang linear, hasil uji dapat ditentukan dengan metode
statistik yang memadai (misalnya dengan perhitungan garis regresi kuadrat terkecil).
• Data dari garis regresi dapat membantu untuk menunjukan perkiraan derajat linearitas,
seperti koefisien korelasi, perpotongan sumbu y, arah garis regresi dan jumlah kuadrat
residu garis regresi yang dapat diterima.
• ICH merekomendasikan bahwa linearitas ditetapkan dengan menggunakan minimal 5
konsentrasi yang digunakan secara normal
7. Rentang
Rentang merupakan interval antara batas tertinggi dan batas terendah dari kadar
analit yang telah dibuktikan, dapat ditentukan dengan presisi, akurasi dan linearitas yang
sesuai menggunakan prosedur analisis yang ditetapkan. Pada rentang linearitas yang ini
akan memberikan hubungan linear antara sampel dan hasil analisis. Rentang umumnya
dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji (misalnya persen, bpj, bpm) yang
diperoleh dengan prosedur analisis ini. Dalam farmasi rentang umumnya dalam 80-120%
yang harus memberikan efek linearitas dari pengukuran, serta presisi dan akurasi yang baik
Penetapan Rentang
Rentang prosedur divalidasi dengan membuktikan bahwa prosedur analisis
memberikan presisi, akurasi dan linearitas yang dapat diterima ketika diterapkan pada
sampel yang mengandung analit pada konsentrasi ekstrim yang berada pada rentang. ICH
merekomendasikan rentang minimum yang digunakan sebagai berikut:
• Penetapan kadar senyawa obat (atau sediaan farmasi akhir): dari 80% hingga 120%
dari konsentrasi uji.
• Penetapan cemaran: dari 50% hingga 120% dari kriteria keberterimaan.
• Untuk Keseragaman kandungan: minimal 70% hingga 130% dari konsentrasi uji
(sangat tergantung pada sifat alami bentuk sediaan).
• Untuk Uji Disolusi: + 20% dari rentang spesifik (misalnya pada sediaan pelepasan
terkendali, setelah 1 jam 20%, dan setelah 24 jam lebih dari 90%, maka rentangnya
dari 0% hingga 110% dari konsentrasi yang dinyatakan pada etiket).
8. Ketegaran
Ketegaran merupakan adalah ukuran kemampuan prosedur untuk tetap bertahan dan
tidak terpengaruh oleh keragaman kecil yang disengaja pada parameter prosedur yang
terdapat dalam dokumen. Hasilnya perubahan2 yang terjadi menjamin hasil itu tetap.
Ketegaran dapat ditentukan pada waktu pengembangan prosedur analisis.
Kesesuaian Sistem
Jika pengukuran dapat dipengaruhi oleh keragaman kondisi analisis, maka perlu
adanya pengawasan yang memadai atau pernyataan peringatan yang tertulis dalam
prosedur. ketegaran harus dinyatakan dalam rentang berapa kita melakukan. misal pada
waktu biasanya absorbansi berubah atau pengaruh dari kromatografi misalnya ph,
campuran analit dan dapar. Salah satu konsekuensi dari pengujian ketegaran adalah
parameter kesesuaian sistem yang perlu ditetapkan untuk menjamin validitas prosedur agar
tetap bertahan selama digunakan. Keragaman yang umum adalah stabilitas larutan analisis,
perbedaan peralatan, dan perbedaan analis. disini bisa jenis analit, peralatan, atau orang
yang mengerjakan yang berubah
• Dalam hal kromatografi cair, keragaman yang umum adalah pH fase gerak, komposisi
fase gerak, perbedaan lot kolom atau pemasok kolom, suhu dan laju alir fase gerak.
• Dalam hal kromatografi gas, variasi yang umum adalah perbedaan lot kolom atau
pemasok kolom, suhu dan laju alir fase gerak.
Uji Kesesuaian Sistem berdasarkan pada konsep bahwa peralatan, elektronik, kerja
analitik dan sampel merupakan satu sistem yang terpadu yang harus dievaluasi.
Kesesuaian sistem harus diukur dengan tujuan variasi dari sampel yang diterima
memberikan akurasi dan presisi yang tajam. Parameter kesesuaian sistem yang harus
ditetapkan tergantung pada jenis prosedur yang akan dievaluasi. Kesesuaian sistem sangat
penting dalam hal prosedur kromatografi. Penyerahan pada Panitia Farmakope hendaknya
dilengkapi dengan persyaratan kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi.
Unsur Data Yang Perlu Divalidasi
Persyaratan pengujian farmakope beragam, mulai dari penetapan analisis tingkat
kepastian tinggi sampai evaluasi terhadap karakteristik. Setiap prosedur analisis yang berbeda
memerlukan skema validasi yang berbeda. Bagian ini hanya mencakup kategori pengujian
secara umum yang mensyaratkan data validasi. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kategori I Prosedur analisis untuk penetapan kadar komponen utama dalam bahan baku
obat atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam sediaan obat jadi.
b. Kategori II Prosedur analisis untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat atau
senyawa hasil degradasi dalam sediaan obat jadi. Prosedur ini terdiri dari penetapan
kuantitatif dan uji batas.
c. Kategori III Prosedur analisis untuk penetapan karakteristik kinerja sediaan (misalnya
disolusi, pelepasan obat).
d. Kategori IV Prosedur analisis untuk identifikasi.

Diskusi Webex Meeting


1. Apakah metode analisa dikatakan valid apabila tidak semua parameter
memenuhi syarat? Misalnya dari semua parameter uji hanya uji linearitas, uji
akurasi, dan presisi saja yang memenuhi syarat validasi. Apakah metode tersebut
valid dapat dikatakan valid?
Jawaban:
Harus disesuaikan dengan kategori persyaratan pengujian farmakope, yang termasuk
kategori dapat ditentukan dari prosedur pengujiannya.
2. Perbdeaan crm dan srm apakah ada tingkatan yang lebih baik antara crm dan
srm?
Jawaban:
Semua ada tingkatannya kalau di indonesia yang digunakan itu adalah BPFI untuk
menjamin standar dari sediaan. BPFI ini diterbitkan dan dibuat oleh BPOM tidak
sembarang pabrik yang bisa membuat dan mengedarkannya
3. Berdasarkan jurnal yang telah digunakan untuk direview, terlihat dalam validasi
tidak dilakukan semua, yang paling sering digunakan adalah akurasi, presisi,
LOD, LOQ. Apakah boleh beberapa validasi metode saja yang diujikan? Atau
jurnalnya yang kurang tepat?
Jawaban:
Tidak ada jurnal yang tidak baik, tergantung dari akreditasi jurnal tersebut. Jika
akreditasi jurnal baik maka ujinya harus lengkap. Jika akreditasi jurnal yang lebih
rendah maka uji yang tidak lengkap bisa lolos. Tergantung kita mau pakai yang mana.
4. Pada bagian akurasi terdapat 2 prosedur yang dapat dilakukan yaitu Spiked-
placebo recovery method dan Standard addllon method. Mengenai kedua prosedur
tersebut dan kapan digunakannya
Jawaban:
Dalam kasus pengujian senyawa obat dalam produk formulasi, akurasi dapat ditetapkan
dengan penerapan prosedur tersebut pada campuran sintetik komponen sediaan farmasi
yang ke dalamnya telah ditambahkan sejumlah analit dalam suatu rentang kadar
tertentu. Di industri membuatkan produk placebo dan ditambahkan bahan di dalamnya
lalu dilakukan uji dan diterima hasil. sehingga pada kasus tersebut digunakan adalah
Spiked-placebo recovery method
Sedangkan, Jika hal tersebut tidak dimungkinkan untuk memperoleh semua komponen
sediaan farmasi tersebut, maka akurasi ditetapkan dengan menetapkan kadar analit
yang ditambahkan dan diketahui jumlahnya ke dalam sediaan farmasi atau
membandingkan hasil penetapan dengan suatu prosedur yang telah diketahui
akurasinya. Kita tidak bisa membuat matriksnya sehingga ditambahkanlah standar di
dalamnya. Dalam kasus ini prosedur yang digunakan adalah Standard addllon method
5. Pada pengujian validasi metode, terdapat beberapa kategori yaitu kategori I-IV,
dimana pada kategori I unsur data validasi metode yang diperlukan hanya
akurasi, presisi, spesifisitas, linearitas, dan rentang. Namun, untuk nilai LOD dan
LOQ tidak diperlukan. Mengapa harus dibuatkan kategeori-kategori seperti itu?
Bukankah lebih baik kalau produk farmasi memenuhi semua parameter validasi?
Jawaban:
Kategori I umumnya adalah penetapan kadar. Dalam penetapan kadar tidak diperlukan
nilai LOD dan LOQ karena parameter tersebut berada jauh dari rentang yang
disyaratkan sehingga pasti terdeteksi. Berbeda halnya pada uji impurity, memerlukan
parameter nilai LOD dan LOQ karena tujuan uji impurity yaitu mampu mendeteksi
ada/tidak, mampu membedakan spesifik tidak dipengaruhi oleh pengotor lain. Jadi
parameter validasi yang diperlukan bergantung pada target tujuan pengukuran suatu
sediaan/produk farmasi.
6. Dalam parameter validasi yaitu presisi, jenis presisi apa yang digunakan? dan apa
dasar pemilihannya?
Jawaban:
Baik presisi antara (ruggedness), ketertiruan (reproducibility), dan keterulangan
(repeatability) semua harus dikerjakan.
7. Jika berbicara soal standar dari validasi metode, saat praktikum-praktikum
sebelumnya seperti standar perolehan kembali itu 98-102% dan RSD itu kurang
dari 2 persen, selama ini hanya menggunakannya saja tanpa mengetahui standar
tersebut menyatakan hal apa, angka-angka terstandar tersebut menyatakan apa?
Jawaban:
Intinya rentang-rentang standar yang telah ditentukan tersebut mewakili maksimal
kesalahan pada hasil yang dapat dilakukan dalam parameter validasi metode
8. Misalnya baku pembanding CRM dan SRM, jika memiliki cost yang tidak
berbeda jauh (kurang lebih sama) kita lebih baik menggunakan yang mana?
Jawaban:
Perbandingan costnya pasti berbeda dikarenakan harganya juga berbeda

Anda mungkin juga menyukai